You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan tahapan pertama dan strategis yang sangat membantu anak didik untuk mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar. Pendidika n TK/anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Jika mencermati perkembangan Taman Kanak-kanak saat ini sangatlah memprihatinkan, karena telah terjadi pergeseran dari Taman Kanak-kanak yang seharusnya memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sambil bermain menjadi TK yang berorientasi akademik bukan berorientasi pada perkembangan anak. Dewasa ini, istilah "menyiapkan anak didik memasuki pendidikan dasar" disalah artikan sehingga kurang tepat dalam implementasinya di lapangan. Akibatnya, materi-materi pembelajaran yang dikembangkan lebih menekankan pada kemampuan baca, tulis, dan hitung. Harapannya, ketika anak memasuki SD, mereka mampu membaca dengan lancar, menulis dengan baik, dan mampu mengerjakan konsep matematika sederhana. Selain itu ada pula TK yang memberikan PR (pekerjaan rumah) kepada siswa-siswinya.

Anggapan tersebut perlu diluruskan, sebab kemampuan yang dikembangkan di TK bukan hanya sebatas baca, tulis, dan hitung. Pengembangan siswa TK seharusnya meliputi pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sesua i dengan teori Bloom sehingga potensi yang bisa dikembangkan pada anak TK adalah aspek kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni (bidang kemampuan dasar). Saat ini beberapa lembaga pendidikan anak usia dini sudah mulai membenahi program-program kegiatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka membekali anak didik dengan hal-hal yang bersifat alam bahkan beberapa lembaga menerapkan pola pendidikan sekolah alam dengan metode pembelajaran experiential learning. Fenomena ini ditandai dengan munculnya sekolah alam di berbagai kota seperti sekolah alam Indonesia di Jakarta, sekolah alam bogor, sek olah alam depok, sekolah alam tangerang, sekolah alam ar-ridho di Semarang, sekolah alam nurul islam di Yogya. Pemikiran yang berkembang dewasa ini adalah anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya (Rianawati, 2004). Pestalozzi, seorang pakar pendidikan mempunyai pandangan bahwa pendidikan bukanlah upaya menimbun pengetahuan pada anak didik. Atas dasar pandangan ini, ia menentang pengajaran yang verbalistik . Pendidikan yang verbalistik lebih mengedepankan hafalan dan bukannya lebih mengagungkan prestasi belajar dan bukannya tradisi ilmiah. Pandangan ini melandasi pemikirannya bahwa pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan pada anak agar anak mampu menolong dirinya sendiri yang dikenal dengan Hilfe Zur Selfbsthilfe . Selain itu Pestolozzi juga menganjurkan pendidikan kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam.

Intinya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar. Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Anak dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari (Hartati, 2005) Sekolah alam menjadi alternatif sekolah yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada halha l yang positif. Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan alam sebagai media utama pembelajaran siswa didiknya. Pembelajaran di sekolah alam lebih banyak dilakukan di alam terbuka. Metode belajar mengajar di sekolah alam menggunakan experiential learning dimana anak belajar melalui pengalaman. Gardner (1983) mengidentifikasi perbedaan antara pendidikan sekolah dan pendidikan di luar ruang (outdoor education). Pendidikan dalam ruangan dibatasi secara ketat oleh setting sekolah sedangkan belajar di luar ruang lebih mengedepankan metode connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata). Pendidikan dianggap sebagai bagian integral dari sebuah kehidupan. Konsep belajar di luar ruang berbeda dengan proses belajar-mengajar d i dalam kelas. Belajar di alam memakai seluruh lingkungan, peserta belajar sebagai sumber pengetahuan, dalam konteks belajar. Interaksi dalam proses belajarmengaja r pada pendidikan di alam terbuka mempertemukan ide-ide atau gagasan dari setiap individu sebagai salah satu sumber belajar.

Menurut Wurdinger (1995), pendidikan dan pelatihan di alam akan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap individu berdasarkan kemampuan yang ia miliki. Penelitian yang dilakukan oleh Kraft (1985) terhadap generasi muda di Amerika menyatakan metodologi pendidikan dan latihan yang sangat efektif manfaatnya adalah menggunakan alam sebagai media untuk pengetahuan. Sementara itu Murphy (1995), menyatakan bahwasanya pendidikan di alam adalah metodologi pendidikan dan latihan di masa mendatang. Metode ini akan menggantikan metode tradisional yang menjadikan guru (instruktur) adalah sumber pengetahuan segala-galanya, sehingga tidak ada ruang bagi setiap individu untuk berfikir di luar dari koridor yang disampaikan oleh instruktur tersebut. Metode seperti ini berangkat dari pembelajaran melalui pengalaman (Experiential Learnin g). Kolb (1984) mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah proses dimana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman siswa sebagai sumber pembelajaran tersebut. Pendidikan melalui pengalaman merupakan sebuah filosofi dan metodologi dalam pembelajaran dimana para pendidik melibatkan siswa secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan, mengembangkan skill dan menjelaskan banyak hal (AEE, Association for Experiential Education). Pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (Experiential Learning), dengan demikian dapat diartikan suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Pengalaman digunakan sebagai katalisator untuk membantu pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Kemampuan dasar siswa TK dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya; (1) kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, (2) perhatian orang-orang terdekat terhadap anak yang bersangkutan, dan (3) sarana dan prasarana pembelajaran. Experiential learning di Taman Kanak-kanak dapat mengembangkan kemampuan dasar yaitu kognitif, bahasa, motorik dan juga seni, sesuai dengan tahapan perkembangan siswa TK. Hal tersebut dapat membantunya menuju kematangan sekolah di Sekolah Dasar. Salah satu sekolah yang menerapkan pendekatan experiential learning adalah Sekolah Alam Bandung (SAB). Sekolah Alam Bandung memiliki tiga jenjang pendidikan sekolah yaitu Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Lanjutan. Pembeda antara sekolah alam dan sekolah konvensional lainnya adalah metodologi pembelajarannya. Proses pembelajaran terjadi secara natural karena pa da experiential learning guru bukanlah pusat belajar tapi hanya sebagai fasilitator . Minat masyarakat terhadap sekolah alam terus meningkat. Banyak orang tua yang merindukan pendidikan alternatif yang tidak hanya fokus kepada akademik. Bahkan orang tua siswa turut aktif mensosialisasikan keberadaan sekolah alam kepada publik dengan mengikutsertakan sekolah alam di dalam event-event pendidikan (Ulfah, 2005). Sekolah alam menawarkan pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman dan pendidikan yang menghargai potensi setiap individu. Implementasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan di taman kanak-kanak dimana pembelajaran diarahkan kepada pengembangan kemampuan dasar siswa. Memperhatikan berbagai permasalahan, kondisi dan kenyataan sebagaimana diutarakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelit ian

ini dimaksudkan untuk menggali informasi yang lebih jelas, nyata dan komprehensi f dari lapangan berdasarkan data empirik mengenai implementasi pembelajaran experiential learning yang dilaksanakan di TK Sekolah Alam Bandung 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas selanjutnya dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di Taman Kanak Kanak - Sekolah Alam Bandung ? 1.3. PERTANYAAN PENELITIAN Untuk memberikan arah penelitian yang lebih jelas, selanjutnya rumusan masalah di atas dirincikan lagi dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berik ut: 1. Bagaimanakah gambaran umum TK Sekolah Alam Bandung ? 2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran experiential learning di TK Sekolah Alam Bandung ? 3. Bagaimanakah proses pembelajaran experiential learning yang dilakukan oleh guru di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung? 4. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran experiential learning yang dilaksanakan di TK Sekolah Alam Bandung? 5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di Taman Kanak Kanak di Sekolah Alam Bandung?

1.4. TUJUAN PENELITIAN Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di TK Sekolah Alam Bandung Mengacu pada tujuan umum di atas, maka berikut ini merupakan tujuan khusus penelitian: 1. Memperoleh gambaran umum mengenai TK Sekolah Alam Bandung 2. Memperoleh gambaran mengenai perencanaan experiential learning di TK Sekolah Alam Bandung 3. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran experiential learning yang dilakukan oleh guru di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung 4. Memberikan gambaran tentang evaluasi pembelajaran experiential learning di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung 5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) pada siswa Taman Kanak Kanak di Sekolah Alam Bandung 1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan penting bagi kajian ilmu pengembangan kurikulum yaitu implementasi pembelajaran experiential learning di Taman Kanak-kanak

2. Manfaat Praktis Secara khusus, hasil penelitian ini terutama sekali diharapkan berguna bagi: a. Guru TK, sebagai bahan masukan dalam implementasi pembelajaran experiential learning di TK b. Kepala sekolah, agar kiranya dapat meningkatkan kepedulian dan tanggung jawabnya untuk memotivasi, membina, dan mengarahkan guru agar dapat mengatasi kendala juga hambatan dalam pembelajaran experiential learning. c. Praktisi pendidikan lain; agar kiranya dapat memberikan masukan bagi upaya peningkatan dukungan dan pengawasan terhadap realisasi proses implementasi pembelajaran experiential learning di TK.

You might also like