You are on page 1of 25

PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

A. Konsep Dasar Penelitian Pendidikan Istilah action research (penelitian tindakan) untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Lewwin pada tahun 1994. Ia menggunakan istilah ini untuk mendeskripsikan bentuk penelitian yang mengawinkan antara pendekatan penelitian eksperimen dalam ilmu social dengan program tindakan social dalam merespon permasalahan social yang besar pada waktu itu. Lewwin menyatakan bahwa teori pengembangan dan perubahan social yang diperlukan secara simultan dapat dicapai dengan memberikan definisi penelitian tindakan sebagai proses dimana dengan proses itu orang dapat membangun eksperimeneksperimen social dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu (Greenwood & Levin, 1998). Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam megumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), atau bila yang melakukan tindakan adalah kepala sekolah atau pimpinan lain maka tetap saja disebut penelitian tindakan. Penelitian tindakan berkaitan erat dengan penelitian kualitatif, karena memang dalam pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan menggabungkan kegiatan penelitian atau pengumpulan data dengan penggunaan hasil penelitian atau pengumpulan data. Kegiatan ini dilakukan secara timbal balik membentuk spiral: rencana, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Asumsi yang mendasari pelaksanaan tindakan adalah bahwa orang akan belajar dan mengembangkan pengetahuan: 1. Dalam pengalaman sendiri yang konkrit 2. Melalui pengamatan dan refleksi dalam pengalaman tersebut. 3. Melalui pembentukan konsep abstrak dan generalisasi. 4. Dengan menguji implikasi konsep dalam situasi baru. Teori yang mendasari penelitian tindakan sejalan dengan akar sejarah perkembangan dari metode penelitian ini. Perkembangan penelitian tindakan diawali oleh karya Kurt Lewin. Setelah serangkaian kegiatan pengalaman praktiknya pada awal tahun1940, ia menyimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya (Adelman 1993). Pengembangan lebih lanjut dilakukan di Amerika Serikat dalam penerapan konsep pendidikan progresif yang dikembangkan oleh john Dewey. Di Inggris dikembangkan dalam rangka reformasi kurikulum dan peningkatan profesionalisme dalam pengajaran, dan di Australia dikembangkan dalam gerakan perluasan perencanaan kurikulum yang bersifat kolaboratif.

B. Tujuan, Fungsi, Karakteristik dan Ciri-ciri Penelitian Pendidikan

Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk mengembangkan keterampilanketerampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain. Penelitian tindakan juga bertujuan untuk mengubah situasi awal suatu kelompok, organisasi, atau masyarakat yang memiliki berbagai permasalahan, ke arah keadaan yang lebih bebas, kelas lebih aktif, lebih partisipatif, dan sebagainya. Tujuan secara umumnya antara lain:

1.

Sebagai alat untuk memperbaiki masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi

khusus, atau untuk memperbaiki beberapa hal dalam lingkungan sekitar; 2. Sebagai alat training in-service, yang dapat memperlengkapi guru dengan skill

dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya; 3. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap

sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan; 4. Sebagai alat untuk memperbaiki komunikasi yang buruk antara guru dan peneliti

akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional untuk memberikan persepsi yang jelas; 5. Meskipun kurang memiliki penelitian ilmiah sebenarnya; namun ini dapat

menjadi alat untuk memberikan alternatif yang bagus bagi pendekatan yang lebih subyektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah di ruang kelas. Fungsi dari Penelitian tindakan secara umum, antara lain: 1.
2.

Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis tertentu. Alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan

ketrampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya. 3. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada

pengajaran. 4. Alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti

akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional. 5. Alat untuk menyediakan alternative yang lebih baik untuk mengantisipasi

pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.

Secara metodelogis, penelitian tindakan memiliki karakteristik sebagai berikut :


1.

Bersifat kolaboratif, selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga

bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf. 2. 3. Dilaksanakan pada lokasi terjadinya permasalahan Bersifat partisipatori karena memerlukan partisipatori karena memerlukan

partisipasi dari semua anggota tim peneliti,


4.

Tidak ada upaya pengendalian variabel pengganggu. Ciri-ciri penelitian tindakan, antara lain :

1.

Praktis dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-

perkembangan baru, yang lebih baik daripada cara pendekatan impresionistik dan fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris dalam artian bahwa penelitian tersebut mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subjektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
3. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya

dan mengorbankan control untuk kepentingan on the spot experimentation dan inovasi. 4. Walaupun berusaha supaya sistematis, namun pelatihan tindakan kekurangan ketertiban ilmiah, karenanya validitas internal dan eksternalnya adalah lemah. Tujuannya situasional, sampelnya terbatas dan tidak representative, dan kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kecil. Karena itu, hasil-hasilnya walaupun berguna untuk dimensi praktis, namun tidak secara langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.

C. Langkah-langkah penelitian tindakan

Walaupun secara garis besar memiliki kesamaan, tatapi ada beberapa variasi langkah-langkah pelaksanaan penelitian dari beberapa ahli.
1.

Kurt Lewin (1952) menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses

siklikal spiral, yang meliputi : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
ACTING

PLANNING

OBSERVING

REFLECTING

2.

Stephen Kemmis (1990) mengembangkan bagan spiral penelitian tindakan yang

juga memasukkan modelnya Lewwin. Model Kemmis meliputi: pengamatan,

perencanaan, tindakan pertama, monitoring, refleksi, berpikir ulang, evaluasi.

3.

Richard Sagor (1992) menggambarkannya dalam lima langkah berurutan, yaitu :

perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, pelaporan hasil, dan perencanaan tindakan. 4. Emily Calhoun (1994) lingkaran penelitian tindakan dalam langkah : pemilihan

daerah atau masalah yang menarik tim, pengumpulan data, penyusunan data, analisis dan interpretasi data, dan peaksanaan tindakan. 5. Gordon Wells (1994) menyebutnya langkah-langkah penelitian tersebut sebagai

model ideal dari penelitian tindakan yang mencakup langkah: pengamatan, interpretasi, perubahan rencana, tindakan, dan teori personal praktisi yang menjelaskan dan dijelaskan dari lingkaran penelitian tindakan.

6.

Ernest stinger (1996) menggambarkannya sebagai spiral interaktif penelitian

tindakan, yang meliputi: mengamati, berpikir dan bertindak sebagai lingkaran kegiatan yang berkelanjutan.
7.

Deborah South (2000) menyebut langkah-langkah penelitiannya sebagai

penelitian tindakan dialektikbyang terdiri atas empat langkah yaitu: identifikasi suatu daerah focus masalah, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi data, perencanaan tindakan. Model Spiral dari Deborah South adalah yang paling lengkap dan jelas. Oleh karena itu model ini disarankan digunakan oleh para pelaksana program, khususnya pelaksana program pendidikan seperti guru, dosen, konselor, kepala sekolah, dll. Pemikiran dan kegiatan yang bersifat dialektika atau timbale balik dalam setiap langkah penelitian tindakan, adalah:
1.

Identifikasi bidang fokus masalah. Kegiatan diawali dengan langkah mengidentifikasi bidang focus masalah yang

akan diteliti dan dikembangkan. Dalam pendidikan dan kurikulum , bidang masalah yang dipilih adalah yang paling besar sumbangannya terhadap mutu hasil pendidikan, khususnya mutu kemampuan dan pribadi siswa atau mahasiswa, umpamanya implementasi kurikulum. 2. Pengumpulan data Langkah kedua adalah mengumpulkan data berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang menjadi fokus masalah, umpamanya pelaksanaan metode pembelajaran pemecahan masalah pada mata pelajaran IPS. Dalam langkah ini guru atu dosen mengidentifikasi, menghimpun dokumen-dokumen, mengingat-ingat kegiatan pembelajaran serta hasil pembelajaran yang berkenaan dengan pemecahan masalah yang pernah dilakukannya. Topic-topik apa yang dibahas, bagaimana langkah-langkahnya, bagaimana kegiatan guru atau dosen, bagaimana kegiatan siswa atau mahasiswa, buku, media dan sumber belajar lain apa yang digunakan, kesulitan apa yang dihadapi, keberhasilan yang dicapai, dsb.

3.

Analisis dan Interpretasi data Data dianalisis secara kualitatif, dalam arti diuraikan, dibandingkan,

dikategorikan, disintesiskan, lalu disusun atau diurutkan, secara sistematis. Hasil analisis diinterpretasikan dalam arti diberi makna, baik makna tunggal atau sendiri-sendiri, gabungan, hubungan antar komponen atau aspek, maupun makna inferensial yang lebih abstrak dan umum. 4. Penyusunan rencana Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data disusun rencana untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan atau program. Penyusunan rencana diarahkan pada pelaksanaan kegiatan atau program secara optimal dengan memperhatikan kondisi subjek sasaran (siswa atau mahasiswa) serta factor-faktor pendukung yang ada. Factor pendukung ini meliputi pelaksana (guru, dosen, konselor, administaror, dll), sarana dan prasarana termasuk media dan sumber belajar, serta factor lingkungan, baik lingkungan fisik, social-budaya, maupun iklim psikologis. 5. Pelaksanaan Apa yang telah dirancang dilaksanakan secara seksama dengan memanfaatkan factor-faktor pendukung secara optimal. Pelaksanaan suatu kegiatan atau program membutuhkan persiapan yang matang, baik persiapan dari pihak pelaksana, subjek yang menjadi partisipan dalam kegiatan, maupun factor-faktor pendukung pelaksanaan program. Selama pelaksanaan kegiatan atau program, diadakan evaluasi dan monitoring atau pengumpulan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Hal pengumpulan data didokumentasikan secara seksama dan lengkap untuk kemudian digunakan baik bagi penyempurnaan rancangan maupun pelaksanaan kegiatan. Langkah-langkah kegiatan penelitian tindakan bersifat spiral atau suatu lingkaran terbuka. Kegiatannya berulang tetapi dalam lingkup yang luas. Langkah-langkah inipun bersifat dialektik, kegiatan dalam suatu langkah dilihat, dihubungkan, atau diberi masukkan oleh langkah lainnya. Dalam spiral ini, tahap pengumpulan data merupakan

kegiatan yang cukup penting, sebab semua tahapan lainnya hamper selalu membutuhkan dukungan dari hasil pengumpulan data.

D. Metode Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunakan multi teknik atau multi instrument. Ada 3 kelompok teknik pengumpulan data oleh Wolcott (1992) disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu : pengalaman, pengungkapan, dan pengujian. 1. Pengalaman Pengalaman (experiencing), dilakukan dalam bentuk observasi. Peneliti pelaksana (guru, dosen, konselor, administrator, dll) melakukan observasi sambil melakukan tugasnya sehari-hari. Ada beberapa variasi bentuk observasi yang dilakukan peneliti, yaitu : a. Observasi partisipatif, peneliti melakukan observasi sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan.
b. Observasi khusus, observasi dilakukan ketika peneliti melakukan tugas khusus

umpamanya memberikan bimbingan. c. Observasi pasif, peneliti hanya bertindak sebagai pengumpul data, mencatat kegiatan yang sedang berjalan. 2. Pengungkapan Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Peneliti mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan. Strategi pengungkapan juga memiliki beberapa bentuk, yaitu: a. Wawancara informal

b. Wawancara formal terstruktur c. Pengedaran angket d. Menggunakan skala (model likert, Thurstone) e. Pengukuran dengan tes standar 3. Pembuktian Pembuktian (examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti documenter, seperti: a. Dokumen arsif b. Jurnal c. Peta d. Audio dan video tape e. Benda-benda bersejarah f. Catatan lapangan Agar diperoleh data yang benar dalam arti sesuai dengan kenyataan, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pengumpulan data. Persyaratan tersebut meliputi: validitas, reliabilitas, kebergunaan dan etika. 1. Validitas Pengumpulan data Validitas menunjukkan ketepatan pengumpulan data, atau data yang dikumpulkan memang benar-benar yang ingin diperoleh peneliti. Validitas pengumpulan data kualitatif meliputi 2 hal yaitu: keterpercayaan dan keterpahaman. Keterpercayaan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, menurut Guba (1981) ditandai olehkarakteristik berikut:

a. Kredibilitas, kemampuan peneliti memahami dan mengumpulkan data dari situasi yang kompleks dan mengungkap pola-pola yang sukar dijelaskan.ini bisa dicapai melalui: penelitian yang relative sama, observasi yang berulang-ulang, bekerja dalam tim, mengadakan triangulasi, pengumpulan dokumen-dokumen, melakukan pengecekkan pada partisipasi lain, melakukan penyempurnaan, melakukan

pembandingan-pembandingan. b. Transferabilitas. Penelitian kualitatif tidak menghasilkan generalisasi, tetapi sampai sejauh mana, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat digunakan atau diterapkan pada situasi lain. Ini dapat dilakukan melalui pengumpulan data yang rinci, sehingga memungkinkan diperbandingkan antara yang satu konteks dengan konteks lainnya, dan melalui pembuatan deskripsi tentang konteks yang mendetail sehingga bisa dilakukan penilaian kecocokannya pada konteks lain. c. Keabsahan, menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah benar, dicek ke beberapa pihak hasilnya sama. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi dan member check. d. Konfirmabilitas, menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah netral atau objektif, menggambarkan keadaan sebenarnya, bukan rekaan. Keterpahaman, berkenaan dengan kejelasan dan kemudahan data untuk difahami. Maxwell (1992) mengemukakan empat criteria keterpahaman pengumpulan data kualitatif, antara lain: a. Validitas deskriptif, menunjukkan ketepatan data yang dikumpulkan b. Validitas Interpretif, menunjukkan kepedulian peneliti terhadap pandanganpandangan partisipan. c. Validitas teoritis, kemampuan peneliti menjelaskan fenomena-fenomena yang dipelajari dan dideskripsikan.

d. Kebergunaan, menunjukkan bahwa data yang dihasilkan dapat digunakan dalam komunitas yang diteliti dan komunitas yang lebuh luas. Dalam penelitian kualitatif kebergunaan ini adalah dalam komunitas yang diteliti. e. Validitas evaluative, menunjukkan kemampuan peneliti untuk menghasilkan data yang bukan perkiraan. 2. Reliabilitas Pengumpulan Data Reliabilitas menunjukkan keajegan, ketetapan data yang diperoleh, pengumpulan data yang dilakukan dengan jujur, sungguh-sungguh dan teliti akan menghasilkan data yang ajeg. Sebaliknya pengumpulan data yang dilakukan dengan ceroboh, tidak sungguhsungguh akan menghasilkan data yang berubah-ubah. Data demikian sudah tentu merupakan sampah. 3. Kebergunaan Salah satu syarat penelitian atau pengumpulan data yang baik adalah kebergunaan atau generalizability. Kebergunaan dalam penelitian kuantitatif menunjukkan hasil penelitian yang terbatas atau terhadap sampel dapat berlaku secara luas atau berlaku untuk populasi. Dalam penelitian kualitatif kebergunaan ini mempunyai makna yang berbeda. Kebergunaan menunjukkan kesesuaian atau relevansi antara temuan atau hasil penelitian dengan peneliti atau penggunaan penelitian. 4. Etika Penelitian tindakan kelas dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, seperti halnya penelitian-penelitian lainnya harus memperhatikan segi-segi etika. Ada beberapa pegangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian berkenaan dengan masalah etika. a. peneliti. b. Carilah, upayakanlah agar partisipan penelitian dapat menyetujui Kembangkan pandangan etika yang sesuai dengan posisi etika pribadi

penelitian anda.

c.

Tentukan prinsip-prinsip social yang lebih luas yang terkait dengan sikap

etika anda. d. Pertimbangan prinsip-prinsip etika utilitarian atau kebaikan universal,

etika deontologis yang berkenaan dengan tugas dan kewajiban, etika relational atau kebaikan bersama, dan etika ecological kebaikan menurut lingkungan masyarakat, budaya, kerja. e. negatif. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, menghitung korelasi, regresi, uji perbedaan, analisis jalur, dsb. Penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratifkualitatif. Geoffrey E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data. a. Mengidentifikasi tema-tema. Dari data yang dikumpulkan secara induktif dapat diidentifikasi tema-tema tertentu. Dari tema-tema kecil dapat disimpulkan tema yang lebih besar. b. Membuat kode pada hasil survai, interview dan angket. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode, umpamanya kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, dsb. c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa,di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana? Pertanyaan kunci dapat membantu mensistematiskan data, sehingga membentuk satu kesatuan yang bermakna.
d. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti (sekolah). Stringer (1996)

Perhatikan masalah kerahasiaan, nama baik dan hindarkan dampak

menyarankan keorganisasian sebagai berikut: visi dan misi, tujuan umum dan khusus, struktur organisasi, pelaksanaan, dan masalah-masalah, isu-isu dan kepedulian dari para pelaku.

e. Buatlah peta konsep. Memetakan secara visual factor-faktor yang terkait, atau melatarbelakangi dan diakibatkan oleh sesuatu hal, seperti factor-faktor yang melatarbelakangi dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil belajar, kegagalan siswa, dll. f. Analisis factor yang mendahului dan mengikuti. Menganalisis factor-faktor yang mendahulu mungkin juga menjadi penyebab dan yang mengikuti atau diakibatkan oleh sesuatu hal, kegiatan, masalah, dsb. g. Buatlah bentuk-bentuk penyajian dari temuan. Temuan hasil penelitian dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti table, grafik, peta, bagan, dll. h. Kemukakan apa yang belum/tidak ditemukan. Bertolak dari data yang telah ditemukan, dapat diidentifikasi hal-hal yang belum ditemukan. Teknik Interpretasi Data Stringer juga mengemukakan beberapa teknik menginterpretasikan hasil analisis data kualitatif.
a.

Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis

mungkin masih miskin dengan makna, dengan pengajuan beberapa pertanyaan hasil tersebut bisa dilihat maknanya. Pertanyaan dapat berkenaan dengan hubungan atau perbedaan antara hasil analisis, penyebab, aplikasi, dan implikasi dari hasil analisis. b. Hubungkan dengan temuan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan

sangat erat kaitannya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis bisa dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman pribadi peneliti yang cukup kaya. c. Minta nasihat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan dalam

menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan kepada teman yang seprofesi dan memiliki pandangan kritis. d. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literature. Faktor eksternal yang

memiliki kekuatan dalam memberikan interpretasi selain teman atau kalau

mungkin ahli adalah literature. Apakah makna dari temuan penelitian menurut pandangan para ahli, para peneliti ddalam berbagai literatur. e. Kembalikan pada teori. Cara lain untuk menginterpretasikan hasil dari

analisis data adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

E. Jenis-jenis penelitian tindakan Ada empat jenis penelitian tindakan, seperti dijelaskan oleh Chein,Cook, dan Harding (1982). Yaitu : 1. Penelitian Tindakan Diagnostik

Penelitian tindakan diagnostik dirancang untuk menuntun ke arah tindakan. Peneliti memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang. Peneliti itu mendiagnosis situasinya.misalnya, ia mempelajari ketegangan masyarakat yang ada, sumber ketegangan tersebut, sumber daya masyarakat yang ada untuk menangani ketegangan tersebut, dsb. Dan ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan objek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. 2. Penelitian Tindakan Partisipan

Penelitian dikatakan sebagai Penelitian tindakan partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Penalitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas : (a) diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan, dan (b) keterlibatan tim peneliti dalam mayarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisiopan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. 3. Penelitian Tindakan Empiris

Penelitian tindakan empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prionsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.gagasan dasar penelitian tindakan ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam penelitian tindakan empiris, orang yang sama biasanya bertanggung jawab atas pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan penelitiannya. Pengaturan ini memiliki keuntungan besar, yaitu secara otomatis pelaku penelitian memperoleh pengetahuan lengkap tentang rincian tindakan yang diteliti. Meskipun demikian, penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya. Adapun kelemahannya sebagai berikut : a. Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis secara eksplisit atau menyatakan kesimpulan secara cermat. b. Pelaku penelitian juga dibenani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amanatnya, atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat dikomunikasikan. c. Jika penyimpangan catatan benar-benar memadahi, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya. d. Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar objektif dalam menilai keluaran usaha tindakannya sendiri.
4.

Penelitian tindakan eksperimental Penelitian tindakan eksperimental ialah diselenggarakan dengan berupaya

menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis penelitian eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan uji-coba yang mantab tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit

untuk dilaksanakan dengan berhasil.. kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk : (a) keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya, (b) kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial, dan (c) kekurang mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial. Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penalitiannya dari awal direncanakan dengan bekerjasama dengan peneliti yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah penelitian tindakan eksperimentan akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerjasama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut. Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti.
F. Kelebihan dan Kekurangan

1.

Kelebihanya antara lain:


a. Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam Penelitian Tindakan b. Tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat

reflektif/evaluatif dalam Penelitian tindakan.


c. Dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah d. Meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis

dan dialogis dalam

Penelitian tndakan .
2. a. Kelemahannya antara lain:

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis

b.

Rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara Anda masih harus melakukan tugas rutin

c.

Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.

G. Persoalan-persoalan praktis penelitian tindakan

Ada lima persoalan praktis yang perlu diperhatikan dalam penelitian tindakan dan masing-masing akan diuraikan secara singkat di bawah ini : 1. Pemerkasa penelitian tindakan Penelitian tindakan biasanya diprakarsai oleh orang yang memiliki kepedulian besar terhadap kebutuhan untuk meningkatkan suatu situasi, misalnya situasi belajarmangajar di kelas dan situasi pengelolaan sekolah. Ada dua kelompok yang dapat terlibat dalam usaha kolaboratif penelitian tindakan : a) Kelompok orang yang langsung terlibat dalam kehidupan situasi terkait, seperti guru dalam b) situasi belajar-mengajar, dan pimpinan dalam situasi pengelolaan (manajemen), Kelompok orangyang memiliki pengetahuan tentang penelitian tindakan dan kemampuan untuk melaksanakannya, misalnya peneliti dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian. 2. Pemilik penelitian timdakan Meskipun suatu penelitian tindakan sering diprakarsai oleh fasilitator, sebaiknya orang-orang yang langsung dikenai dan sekaligus ikut serta dalam pelkasanaan penelitian tindakan tersebut, dibuat ikut merasa memiliki. Rasa ikut memiliki ini akan sangat mempengaruhi kelancaran dan kualitas pelaksanaan penelitian tersebut. Rasa ikut memiliki ini dapat dikembangkan dengan melibatkan mereka dalam seluruh proses

penelitian, yaitu dari langkah pertama sampai langkah terakhir. Dengan demikian, semua orang yang terkena dampak penelitian tindakan tersebut akan merasa bahwa penelitian tindakan tersebut merup[akan bagian dari dirinya. 3. Sasaran penelitian tindakan Penelitian tindakan bukan merupakan teknik pemecahan masalah, namun dorongan untuk meneliti praktik secara sistematis sering timbul karena ada masalah dalam suatu situasi. Persoalan atau masalah yang diteliti adalah yang dapat ditangani lewat tindakan praktis. Jadi penelitian tindakan tidak cocok digunakan untuk tujuan pengembangan teori karena alsan utama dilakukannya penelitian tindakan adalah peningkatan praktik dalam situasi kehidupan nyata. 4. Data penelitian tindakan Data penelitian tindakan antara lain, berupa semua catatan tentang hasil amatan, transkrip wawancara, rekaman audio dan atau video kejadian, yang dikumpulkan lewat berbagai teknik. Data diambil dari suatu situasi bersama seluruh unsur-unsurnya. Fungsi data dalam penelitian tindakan adalah sebagai landasan reflektif. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti merekonstruksikan tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali. Oleh karena itu, pengumpulan data tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan untuk mendokumentasikan amatan dan olek karena menjembatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan. Data dapat berbentuk catatan-catatan, rekaman audio, rekaman video, foto, dan sebagianya. 5. Analisis data Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan otentik yang membantu dalam menafsirkan datanya. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering seorang perserta penelitian tindakan menjadi terlalu subyektif, dan oleh sebab itu dia perlu berdiskusi dengan peserta-peserta lainnya untuk dapat melihat datanya perspektif yang berbeda. Dengan kata lain, usaha trianggulasi hendaknya dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain.

H. Contoh Format Proposal penelitian tindakan Proposal perlu disusun sebelumnya untuk mendeskripsikan serangkaian proses dari penelitian yang akan dilakukan. Setidaknya bagian-bagian proposal Penelitian tindakan meliputi: 1. Judul Penelitian Judul penelitian hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan. Formulasinya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok Penelitian tindakan. Contoh: Pemberian Tugas Tambahan untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Pokok Bahasan Soal Cerita pada Siswa kelas VI SDN 2 Blorok Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2006/2007 2. Latar Belakang Masalah Ada dua hal yang perlu ditelaah dalam latar belakang masalah, yakni: kondisi ideal dan realitas dilapangan. Dimulai mengupas hal-hal yang bersifat ideal, lantas muncul permasalahan. Yang perlu diingat: munculnya permasalahan perlu didukung dengan data, pengamatan, teori, dan bila perlu penelitian terdahulu. 3. Permasalahan Sebelum merumuskan permasalahan, seorang peneliti perlu mengidentifikasi permasalahan. Pada dasarnya masalah berpangkal pada sesuatu yang ideal. Masalah akan muncul jika kita menyadari adanya kesenjangan di lingkungan kita. Priyono (2000) mengatakan bahwa merupakan kesalahan besar menerapkan suatu intervensi tanpa diketahui terlebih dahulu akar permasalahan. Ditambahkan Arikunto (1991) bahwa permasalahan dalam penelitian dibedakan atas tiga yakni deskriptif, komparatif, dan korelatif. Contoh:

a. soal cerita?" b.

Bagaimana

penerapan

pemberian

tugas tambahan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan

Apakah pemberian tugas tambahan

dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan soal cerita? 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian merupakan suatu rumusan yang isi pokoknya adalah target yang akan dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian perlu diselaraskan dengan permasalahan. Manfaat penelitian dibedakan dua hal, yakni teoretis dan praktis. Manfaat teoretis berkaitan dengan penerapan teori sedangkan praktis berkaitan dengan orang, badan, organisasi, dan lembaga. 5. Landasan Teoretis Ada empat hal yang perlu diungkap dalam landasan teoretis, yakni kajian pustaka, kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Kajian pustaka memuat konsep yang bersangkutan dengan masalah yang hendak diteliti dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu. Kajian teori memuat teori-teori yang mendukung persoalan yang dibahas. Dalam konteks ini, peneliti perlu cerdas dalam menyusun teori-teori yang digunakan. Yang perlu diingat: dalam penyusunan teori-teori, peneliti harus cerdas dalam mengolah bahasa sehingga tidak terkesan comot sana-comot sini tanpa memberikan apresiasi terhadap yang dikutip. Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoretik terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam kerangka berpikir terdapat ulasan singkat mengenai asumsi bahwa melalui tindakan tertentu dapat meningkatkan sesuatu, selaras permasalahan penelitian. Hipotesis tindakan merupakan simpulan dari landasan teoretis dan kerangka berpikir. Contoh: Melalui pemberian tugas tambahan, prestasi belajar Matematika siswa kelas VI SDN 1 Magelung tahun pelajaran 2005/2006 dapat meningkat 6. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan penelitian. Dalam metode penelitian dibahas: (1) setting penelitian dan karakteristrik subjek penelitian, (2) variable yang diteliti, (3) rencana tindakan, (4) data dan cara pengumpulannya, (5) indikator keberhasilan. Dalam setting penelitian dan karakteristrik subjek penelitian diungkapkan kelas berapa penelitian dilakukan dan bagaimana karakteristik kelas tersebut, seperti jumlah siswa, komposisi siswa menurut jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, kategori kelas, dan sejenisnya. Variabel penelitian merupakan gejala yang diamati dan menjadi titik incar/fokus untuk menjawab permasalahan. Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur keberhasilan kinerja dari tindakan yang dilakukan. Contoh:
a. Guru

terampil

mengelola

proses

belajar-mengajar

matematika

dengan

memberikan tugas tambahan khususnya pokok bahasan soal cerita. b. Terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga suasana proses belajar-mengajar dapat kondusif. c. 85% siswa kelas VI SDN 1 Magelung mengalami ketuntasan belajar. 7. Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal hingga akhir. 8. Daftar Pustaka Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang., tahun terbit. Judul Buku, nama kota, dan nama penerbit. Contoh: Sutajaya, Tri Elang. 2004. Menjadi Guru yang Cerdas di Era Kompetitif. Semarang: Panca Agni.

DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sumadi Suryabrata. 2010. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers. Depdikbud direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah direktotar pendidikan mengengah umum, 1999 Penelitian Tindakan Kelas Subyantoro, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang http://sekolah.8k.com/rich_text_8.html di akses pada tanggal 30 Maret 2010 pada pukul 13.00 WIB http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/158-penelitian-tindakan.html di akses pada tanggal 30 Maret 2010 pada pukul 13.00 WIB

MAKALAH
ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu: Sugihartono, M.Pd.

Disusun oleh: 1. Anisa Handayani 08104241009

2. Lilik Inung Prawita Sari 081042410

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

You might also like