You are on page 1of 18

PENGERTIAN KONSELING Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran,melakukan diskusi dan pertukaran pendapat.

Konseling adalah suatukegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien)dan seseorang rupa yang memberikan klien (konselor) memperoleh dukungan dan

dorongans e d e m i k i a n

sehingga

keyakinan

a k a n kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen kuncidari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskandalam konsep Pharmaceutical Care Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan farmasi yang mempunyai tanggung jawab etikal serta medikasilegal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yangberkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari apoteke rmengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penggunaan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasienmeminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker disebut k o n s e l i n g a k t i f . Selain konseling aktif dapat jugakonseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi kepada apotekeruntuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungandengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut Konseling pasif

II.2.TUJUAN dan MANFAAT KONSELING II.2.1 Tujuan KonselingT u j u a n U m u m Meningkatkan keberhasilan terapimemaksimalkan efek terapi meminimalkan resiko efek samping. Meningkatkan cost effectiveness. M e n g h o r m a t i menjalankan terapi Tujuan Khusus : Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien. M e n u n j u k k a n p e r h a t i a n s e r t a k e p e d u l i a n t e r h a d a p p a s i e n . Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan pilihan pasien dalam

denganpenyakitnya. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. M e n c e g a h a t a u m e m i n i m a l k a n D r u g R e l a t e d P r o b l e m . Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi. M e n g e r t i p e r m a s a l a h a n d a l a m p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n . Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien II.2.2 Manfaat Konseling 1. Bagi pasien Menjamin Mendapatkan keamanan penjelasan dan efektifitas penyakitnya. pengobatan. Membantu dalam

tambahan

mengenai

merawat atau perawatan kesehatan sendiri. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu. Menurunkan kesalahan penggunaan obat. M e n i n g k a t k a n k e p a t u h a n d a l a m m e n j a l a n k a n t e r a p i . Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan. M e n i n g k a t k a n e f e k t i v i t a s & e f i s i e n s i b i a y a k e s e h a t a n

2.Bagi Apoteker Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagaitanggung jawab profesi apoteker. Menghindarkan

a p o t e k e r d a r i t u n t u t a n k a r e n a k e s a l a h a n penggunaan obat ( Medication error ). Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga m e n j a d i memasarkan jasa pelayanan. II.3 PRINSIP DASAR KONSELING Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antarapasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secarasukarela.Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model pendekatan dari pendekatan Medical Model menjadi PendekatanHelping modelTabel. 1Hal hal yg perlu diperhatikan oleh apoteker upaya dalam

BAB VIEVALUASI Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian ditujukan untuk mengukur kemampuan dalam pelayanan dan mencari upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. E v a l u a s i d a l a m k o n s e l i n g o b a t terdiri dari dua kegiatan, yaitu : VI.1. EVALUASI KEGIATAN PELAYANAN Bertujuan untuk melihat kapasitas pelayanan dan meningkatkan kinerja petugas yang memberikan konseling (konselor). Evaluasi kegiatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis data yang ada dari kegiatan konseling yang sudah dilakukan maupun denganmelakukan wawancara kepada pasien. Dalam melakukan wawancara dapat dibuat kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hal-hal yang didapatkan dalam evaluasi adalah :

a.Kapasitas kegiatan ( jumlah pasien, jumlah kasus, dll ) b.Macam kegiatan konseling ( rujukan dokter, pasien aktif bertanya,kelompok pasien tertentu, dll) c.Untuk pengobatan penyakit kronis, perlu dihitung jumlah pasien yangr u t i n b e r o b a t d a n jumlah pasien drop out pengobatan d.Proses perubahan perilaku pasien sebagai hasil dari konseling e.Pendapat pasien tentang kegiatan konseling (dlm bentuk kuisioner) f.Pendapat pasien tentang petugas konseling ( konselor ) / kuisionerg.Waktu tunggu / lamanya pelayanan konselingh.Infrastruktur dalam kegiatan konseling (kebijakan, protap, SDM dll)

VI.2. EVALUASI KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN. Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing-masing pasien. Dengan mempunyai dokumen yang berisi riwayat pengobatan pasien,apoteker yang memberikan konseling dapat melakukan pengamatanapakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. Apoteker dapatmengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalammelaksanakan pengobatan. Kegiatan ini Sangat bermanfaat pada 1.Pasien passive 2 . D a s a r d a r i k e p e r c a y a a n ditunjukkan Berdasarkan citraprofesi 3.Mengidentifikasi masalah danmenetapkan solusi .4 . P a s i e n b e r g a n t u n g p a d a petugas kesehatan 5.Hubungan seperti ayah-anak 1.Pasien terlibat secara aktif

2.Kepercayaan setiap saat

didasarkan

darih u b u n g a n

Pribadi

yangberkembang

3.Menggali semua masalah danm e m i l i h c a r a p e m e c a h a n masalah 4.Pasien mengembangkan rasap e r c a y a m a s a l a h 5.Hubungan setara (se dirinya untuk m e m e c a h k a n

7 M e n g e r t i

kebutuhan,

keinginan,

dan

pilihan

dari

p a s i e n (1)

Menentukan Kebutuhankonseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yangdibutuhkannya. Seringkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkankebutuhannya, walaupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan.Oleh karena itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakanpertanyaan terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.(2) PerasaanApoteker harus dapat mengerti dan menerima perasaan

pasien(berempati).Apoteker harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimanaperasaan menjadi orang sakit) sehingga dapat berinteraksi danmenolong dengan lebih efektif. Beberapa bentuk perasaan atau emosip a s i e n d a n c a r a p e n a n g a n a n n y a a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t : Frustasi membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk mencari alternatif jalan lain yang lebih tepat dan meminimalkanrasa ketidaknyamanan dari aktifitas hariannya yang tertunda.Takut dan cemas membantu menjernihkan situasi apa yangsebenarnya ditakutinya dan membuat pasien menerima keadaandengan keberanian yang ada dalam dirinyaMarah mencoba jangan ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga begitu saja menerima kemarahannya tetapi mencaritahu kenapa pasien marah dengan jalan mendengarkan

danberempati.Depresi usahakan membiarkan pasien mengekspresikanpenderitaannya,

membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jikapasien ingin berbicara.Hilang kepercayaan diriMerasa bersalah22

BAB VDOKUMENTASI Pendokumentasian adalah hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan farmasi. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelayanan konseling obat kegiatan pendokumentasian sangat diperlukan. Tujuan pendokumentasian pelayanan konseling obat adalah :1. Mendapatkan data / profil pasien 2. Mengetahui riwayat penyakit pasien 3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat 4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan 5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat 6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian.7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi. Pendokumentasian dapat berupa kartu konseling yang berisi data pasien dan kegiatan konseling yang dilakukan dan buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat volume kegiatan. Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan

konseling.contoh Kartu Konseling : Lampiran 2

8 II.4.SASARAN KONSELING Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupunpasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsungatau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluargapasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yangbertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melaluiperantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan danterapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik.

II.4.1 Konseling Pasien Rawat Jalan Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan padasaat pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di saranakesehatan lain. Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saatpenyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang khususyang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian / kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasienrawat jalan diutamakan pada pasien yang :1.Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangkap a n j a n g . ( D i a b e t e s , T B C , e p i l e p s i , H I V / A I D S , d l l ) 2.Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengancara pemakaian yang khusus Misal : suppositoria, enema, inhaler,injeksi insulin dll.3.Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. Misal: insulin dll4.Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit,misalnya : pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.5.Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya: geriatrik, pediatri.6.Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit

( digoxin,phenytoin, dll )7.Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi )213.Mekanisme kerja obatApoteker harus mengetahui indikasi obat, penyakit/gejala yangsedang diobati sehingga Apoteker dapat memilih mekanismemana yang harus dijelaskan, ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi. Penjelasan harus sederhana danringkas agar mudah dipahami oleh pasien4.Dampak gaya hidupBanyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubahgaya hidup. Apoteker harus dapat menanamkan kepercayaanpada pasien mengenai manfaat perubahan gaya hidup

untuk meningkatkan kepatuhan pasien.5 . P e n y i m p a n a n Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obatterutama obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar,adanya cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanansebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.6.Efek

potensial yang tidak diinginkanApoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasanterjadinya toksisitas secara sederhana. Penekanan penjelasandilakukan terutama untuk obat yang menyebabkan perubahanwarna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut,dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tandadan gejala keracuna

9 II.4.2 Konseling Pasien Rawat Inap Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akanmelanjutkan terapi dirumah. Pemberian konseling harus lengkapseperti pemberian konseling pada rawat jalan, karena setelah pulangdari rumah sakit pasien harus mengelola sendiri terapi obat dirumah.Selain pemberian konseling pada saat akan pulang, konseling padapasien rawat inap juga diberikan pada kondisi sebagai berikut :Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah.Kadang-kadang dijumpai pasien yang masih dalam perawatantidak meminum obat yang disiapkan pada waktu yang sesuaiatau bahkan tidak diminum sama sekali.Adanya perubahan terapi yang berupa penambahan

terapi,perubahan regimen terapi, maupun perubahan rute pemberian.

II.5

Masalah

dalam

konselingI I . 5 . 1 P e n y e b a b

ketidakpatuhan

dalam penggunaan obat Beberapa penyebab dari ketidak patuhan pasien dalam penggunaanobat dapat disebabkan karena faktor pasien sendiri maupun faktor-faktor yang lain.1. Faktor Penyakita.Keparahan atau stadium penyakit, kadang orang yang merasas u d a h lebih terapi baik kondisinya semakin tidak lama mau waktu

m e n e r u s k a n pengobatan.b.Lamanya

berlangsung,

yangdiberikan untuk terapi, tingkat kepatuhan semakin rendah.2. Faktor Terapia.Regimen pengobatan

yang kompleks baik jumlah obat maupun jadwal penggunaan obat.b.Kesulitan dalam penggunaan obat, misalnya kesulitan menelanobat karena ukuran tablet yang besar.c.Efek samping yang ditimbulkan, misalnya : mual, konstipasi,20Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikanselama konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasiendengan cara meminta kembali pasien untuk mengulanginformasi yang sudah diterima. Dengan cara ini pula dapatdiidentifikasi adanya penerimaan informasi yang salahs e h i n g g a dapat dilakukan sangat tindakan untuk

p e m b e t u l a n . 5.Menutup

diskusiSebelum

menutup

diskusi

penting

Apotekerbertanya kepada pasien apakah ada hal-hal yang masih inginditanyakan maupun yang tidak dimengerti oleh pasien.Mengulang pernyataan dan mempertegasnya merupakanhal yang sangat penting sebelum penutupkan sesi diskusi,pesan yang diterima lebih dari satu kali dan diberi penekananbiasanya akan diingat oleh pasien.6. Follow-up diskusiFase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasienmendapatkan Apoteker yang berbeda pada sesi konselingselanjutnya. Oleh sebab itu dokumentasi kegiatan konselingperlu dilakukan agar perkembangan pasien dapat terusdipantau.

IV.1.5 Aspek konseling yang harus disampaikan kepada pasien 1. Deskripsi dan kekuatan obatApoteker harus memberikan informasi kepada pasien mengenai:Bentuk sedian dan cara pemakaiannyaN a m a dan zat aktif yang terkandung

d i d a l a m n y a Kekuatan obat (mg/g)2.Jadwal dan cara penggunaanPenekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus sepertiminum obat sebelum makan, jangan diminum bersamasusu dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung padapemahaman dan perilaku sosial ekomoninya

10dll.d . R u t i n i t a s s e h a r i - h a r i y a n g t i d a k s e s u a i d e n g a n j a d w a l penggunaan obat3. Faktor Pasiena.Merasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakitdan hasil yang didapat jika tidak diobati.b.Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif c.Motivasi ingin sembuhd.Kepribadian / perilaku, misalnya orang yang terbiasa hidupteratur dan disiplin akan lebih patuh menjalani terapie.Dukungan lingkungan sekitar / keluarga.f.Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,dll4. Faktor Komunikasia . P e n g e t a h u a n y a n g kurang tentang obat dan k e s e h a t a n b.Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang cara atau solusi untuk dengan pasien mengubah tenaga dalam

pengobatannya.c.Kurang

mendapatkan

gayahidupnya.d . K e t i d a k p u a s a n a h l i kesehatan.e . A p o t e k e r p e n g a m b i l a n keputusan.

dalam tidak

berinteraksi melibatkan

II.5.2 Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan 1.Berkomunikasi dengan pasien2.Informasi yang tepat3.Strategi untuk mencegah ketidakpatuhanBerkomunikasi dengan pasien-Kepuasaan pasien dalam berkomunikasiCara berkomunikasi yang baik menumbuhkan pengertianbetapa pentingnya pengobatan iniBerkomunikasi secara alamiah ikut melibatkan pasien19kecocokan dosis yang diterima oleh pasien sehinggapengobatan menjadi lebih optimal.Kesuksesan pengobatan, pasien sebaiknya diberitahukantentang keadaan yang akan diterimanya jika pengobatanini berhasil dilalui dengan baik.d.Mendiskusikan pengulangan resep dan pengobatanKegunaan pengobatan, Apoteker diharapkan memberikanpenjelasan tentang guna pengobatan yang diterima olehpasien serta bertanya tentang kesulitan-kesulitan apayang dihadapi oleh pasien selama menerima pengobatan.Efektifitas

pengobatan, Apoteker harus mengetahuiefektifitas dari pengobatan yang diterima oleh pasien.Apoteker harus bertanya pada pasien apakah pengobatanyang diterima telah membantu keadaan

pasien menjadilebih baik.Efek samping pengobatan, Apoteker harus mengetahuidengan pasti efek samping pengobatan dan kemungkinanterjadinya efek samping kepada pasien tersebut.

Pasiensebaiknya diberitahukan kemungkinan tanda-tanda efek samping sehingga pasien dapat melakukan tindakanpreventif terhadap keadaan tersebut.3.Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah danmempelajarinya.Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus

didiskusikandengan pasien. Apoteker juga harus mencatat terapi danrencana untuk monitoring terapi yang diterima oleh pasien.Baik pasien yang menerima resep yang sama maupun pasienyang menerima resep baru, keduanya harus diajak terlibatuntuk mempelajari keadaan yang memungkinkan terciptamasalah. Sehingga masalah pasien telah terhadap memahami pengobatan informasi

dapatdiminimalisasi.4 . M e m a s t i k a n y a n g diperole

11(ikut berpartisipasi) dalam berinteraksi dan keputusan ataup e m e c a h a n dibuat oleh pasien

masalah

s e n d i r i . -Komunikasi yang terbuka dan intensif -

M e t o d e d a l a m b e r k o m u n i k a s i : v e r b a l d a n n o n v e r b a l Informasi yang tepatInformasi berkaitan obat : kebenaran, instruksi yang lengkaptermasuk berapa banyak, kapan, berapa lama penggunaan obatnyadan bagaimana jika obat lupa diminum.-Informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana pemakaianobat akan berguna.-Informasi tentang efek sampingStrategi untuk mencegah ketidakpatuhan- A p o t e k e r dokter untuk m e m p e r m u d a h jadwal pengobatan dengan bekerjasama menurunkan dengan obat,

jumlah

menurunkaninterval dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk penggunaan terbaik pasien sehari-hari.-Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaanobat, misalnya alarm, chart.-Mengingatkan pasien dengan telepon atau surat untuk pembelian(refill) obat

kembali.-Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak k e l u a r g a p a s i e n d a l a m m e n g i n g a t k a n p e n g g u n a a n o b a t . Metode pemberian motivasi dalam menangani ketidakpatuhan1.Jelaskan pasien dari gejala keuntungan penyakit dari penggunaan obat2.Tingkatkan

kewaspadaan

yangdiperlihatkan dan membutuhkan

pengobatan.3.Jelaskan bahwa pasien harus dapat mengevalusai dirinya sendiri4 . B a n t u p a s i e n u n t u k m e n g e m b a n g k a n k e p e r c a y a a n d i r i n y a 18dari pasien tentang masalah potensial yang mungkin terjadiselama pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupunpasien yang meneruskan pengobatan.a.Diskusi dengan pasien baruJika pasien masih baru maka Apoteker harus mengumpulkani n f o r m a s i d a s a r t e n t a n g p a s i e n d a n t e n t a n g s e j a r a h pengobatan yang pernah diterima oleh pasien tersebut.b . D i s k u s i meneruskan pengobatanPasien yang sudah dengan pernah pasien yang

mendapatkan

k o n s e l i n g sebelumnya, sehingga Apoteker hanya bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan kondisi maupunpengobatan baru yang diterima oleh pasien baik yangdiresepkan maupun yang tidak diresepkan.c.Mendiskusikan Resep yang baru diterimaApoteker harus bertanya apakah pasien pernah menerimapengobatan sebelumnya. Apoteker harus bertanyapengobatan tersebut diterima pasien dari mana, apakahdari Apoteker juga, atau dari psikiater dan lain sebagainya.Jika pasien pernah menerima pengobatan sebelumnyamaka dapat di tanyakan tentang isi topik konseling yangpernah diterima oleh pasien tersebut.Apoteker sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentangpenjelasan apa yang telah diterima oleh pasien . Inipenting untuk mempersingkat waktu konseling dan untuk menghindari pasien mendapatkan informasi yang samayang bisa membuatnya merasa bosan atau bahkaninformasi yang berlawanan yang membuat pasienbingung. Diskusi ini juga harus dilakukan dengan katakata yang mudah diterima oleh pasien sesuai dengatingkat sosial - ekonomi

pasien.Regimen pengobatan, pasien harus diberitahu tentangg u n a o b a t d a n b e r a p a l a m a p e n g o b a t a n i n i a k a n diterimanya. Pada tahap ini Apoteker juga harus meliha

12 BAB IIIINFRASTRUKTUR KONSELINGIII.1.SUMBER DAYA MANUSIA Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal iniApoteker yang mempunyai kompetensi dalam pemberian konseling obat.Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling harus memahami baik aspek farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien.Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuankomunikasi harus ditingkatkan. Ini penting agar terjalin komunikasiy a n g efektif dan intensif antara apoteker dengan

p a s i e n . Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakankonseling adalah sebagai berikut :Membantu dengan cara bersahabat :Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuatkesepakatan dan memberikan bantuan pengobatan. Sangat

pentingbagi apoteker untuk menciptakan suasana yang bersahabat denganpasien, ini akan mempengaruhi suasana hati pasien dan pasien menjadipercaya kepada apoteker. Apoteker dapat memulai konseling denganmenyapa pasien dengan namanya, memperkenalkan diri, memberikansedikit waktu untuk pembicaraan umum sebelum memulai pembicaraantentang pengobatan. Selama konseling berlangsung maka apotekerharus mendengarkan dengan sungguh-sungguh setiap perkataanpasien. Selain itu apoteker juga harus memperhatikan bahasa tubuhnyaagar pasien merasa lebih dihargai.Menunjukkan rasa empati pada pasienSangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesikonseling dilakukan. Ketika apoteker menunjukkan rasa empati makapasien akan merasa apoteker peduli kepadanya. Penting bagi apotekeruntuk tahu tentang kebutuhan pasien, ketertarikan pasien,

motivasi,tingkat pendidikan agar dapat disesuaikan dengan informasi yangakan diberikan oleh apoteker. Menunjukkan rasa empati berarti bahwakomunikasi berjalan dengan baik.17 IV.1.3 Pertanyaan Dalam Konseling Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalammewujudkan keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakansebaiknya adalah open-ended questions. Dengan

pertanyaanmodel ini memungkinkan apoteker memperoleh beberapa informasiyang dibutuhkan dari satu pertanyaan saja. Pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak", sebaiknya dihindari. Begitu juga denganpertanyaan yang berasal dari pendapat Apoteker. Open-endedquestions akan

menghasilkan respon yang memuaskan sebabpertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Katatanya sebaiknya dimulai dengan bagaimana atau mengapa. IV.1.4 Tahapan Konseling 1 . P e m b u k a a n Pembukaan konseling yang baik antara apoteker dan pasiendapat menciptakan hubungan yang baik, sehingga pasien akanmerasa percaya untuk memberikan informasi kepada Apoteker.Apoteker harus memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelummemulai sesi konseling. Selain itu apoteker harus mengetahuiidentitas pasien (terutama nama) sehingga pasien merasa lebihdihargai. Hubungan yang baik antara apoteker dan pasiendapat menghasilkan pembicaraan yang menyenangkan dantidak kaku. Apoteker dapat memberikan pendapat tentang cuacah a r i i n i m a u p u n bertanya pasien tentang keluarga p a s i e n . Apoteker harus menjelaskan kepada serta memberitahukan pasien berapa lama

tentang

tujuankonseling

sesikonseling itu akan berlangsung. Jika pasien terlihat keberatandengan lamanya waktu pembicaraan, maka apoteker dapatbertanya apakah konseling boleh dilakukan melalui teleponatau dapat bertanya alternatif waktu/hari lain untuk melakukankonseling yang efektif.2.Diskusi untuk

mengumpulkan informasi dan identifikasi masalahPada sesi ini Apoteker dapat mengetahui berbagai informas

16 BAB IVKEGIATAN KONSELINGI V . 1 P R O S E S K O N S E L I N G IV.1.1 Penentuan Prioritas Pasien Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sehari-hari, pemberiankonseling tidak dapat diberikan pada semua pasien mengingatwaktu pemberian konseling yang cukup lama. Oleh sebab itudiperlukan seleksi pasien yang perlu diberikan konseling. Seleksipasien dilakukan dengan penentuan prioritas pasien-pasien yangdianggap perlu mendapatkan konseling. Prioritas pasien yangperlu mendapat konseling :Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri, pasien pediatri,dll)Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes,dll)Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus(Penggunaan kortikosteroid dengan tappering down atautappering off )Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapisempit ( digoxin, phenytoin, dll )Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapirendah. IV.1.2 Persiapan Dalam Melakukan Konseling Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka Apotekerharus memiliki persiapan. Apoteker sebaiknya melihat dahuludata rekam medik pasien. Ini penting agar apoteker dapatmengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti interaksiobat maupun

kemungkinanan alergi pada obat-obatan tertentu.Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri dengan informasi informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yangditerima oleh pasien.13Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasiAda beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantuk e b e r h a s i l a n k o n s e l i n g a n t a r a a p o t e k e r d a n p a s i e n ,

y a i t u : 1.Senyum dan wajah yang bersahabat, apoteker harus menunjukanperasaan yang bahagia saat akan melakukan konseling, karenaekspresi wajah apoteker akan mempengaruhi suasana hati pasien.2.Kontak mata, kontak mata langsung boleh terjadi 50% sampai75% selama sesi konseling.3.Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlaluberlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhanpada pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuatnya merasatenang.4.Jarak antara apoteker dan pasien, jarak yang terlalu jauh membuatkomunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu dekat. Sehinggga posisi dan jarak duduk antaraa p o t e k e r d a n p a s i e n d i a t u r a g a r p a s i e n merasa n y a m a n . 5.Intonasi Suara, selama komunikasi berlangsung intonasi

suaraapoteker harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau kerasmembuat komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga denganpenekanan-penekanan kalimat yang

dilakukan.6.Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasalebih nyaman. III.2.SARANA PENUNJANG Dalam melaksanakan kegiatan konseling dibutuhkan beberapa saranauntuk menunjang kegiatan. Sarana yang dibutuhkan tergantung dari jumlah pelayanan, kapasitas kegiatan, dan target yang ingin dicapai.Sarana penunjang terdiri dari :Ruang atau tempat konselingAlat bantu konseling III.2.1 Ruang atau tempat konseling Untuk melaksanakan kegiatan konseling yang efektif sebaiknyakonseling tidak dilakukan hanya di counter pada saat penyeraha

14obat, tetapi diruang khusus untuk konseling. Ruang yang disediakanuntuk konseling sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :1.Tertutup dan tidak banyak orang keluar masuk, sehingga privacypasien terjaga dan pasien lebih leluasa menanyakan segalasesuatu tentang

pengobatan.2.Tersedia

meja

dan

kursi

yang

cukup

untuk

konselor

maupunklien

(pasien)3.Mempunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yangbagus4.Letak ruang konseling tidak terlalu jauh dari tempat pengambilanobat (apotik)5.Jika jumlah pasien banyak dan mempunyai beberapa tenagaApoteker sebagai konselor, sebaiknya ruang konseling lebihdari satu. III.2.2 Alat Bantu Konseling Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yangd a p a t d i g u n a k a n . A l a t b a n t u y a n g d i g u n a k a n t e r d i r i d a r i perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai konselordalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikankepada : 1.Panduan

pasien.P e r l e n g k a p a n

Apoteker

dalam

melaksanakan

konseling

konseling, berisi daftar (check list) untuk mengingatkanApoteker point-point konseling yang penting.2.Kartu Pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjunganpasien3.Literatur pendukung4.Brosur tentang obat-obat tertentu, memberikan kesempatankepada pasien untuk membaca lagi jika lupa.5.Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambargambar,poster, maupun sediaan yang berisi placebo.6.Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkanlanjutan pengobatan.15Alat bantu yang diberikan kepada pasien :Alat bantu pengingat pasien minum obat biasanya diperlukan padapengobatan penyakit kronis atau penyakitpenyakit lain yangmembutuhkan terapi jangka panjang dan dan memerlukankepatuhan dalam penggunaannya. Misalnya : penggunaan analgesik untuk nyeri kanker, penggunaan obat anti TBC, penggunaan obatanti retroviral, terapi stroke, diabetes, dll.Alat bantu yang diberikan berupa : 1.Kartu pengingat pengobatan, kartu ini diberikan Apotekerkepada pasien untuk memantau penggunaan obat pasien. Pasiendapat memberikan tanda pada kartu tersebut setiap harinyasesuai dengan dosis yang diterimanya. Kartu tersebut memuatnama pasien, nama obat, jam minum obat, tanggal

pasienharus mengambil (refill) obat kembali.2.Pemberian Label, sebagian pasien membutuhkan bantuan untuk membaca label instruksi pengobatan yang terdapat padaobatnya.3.Medication chart, berupa bagan waktu minum obat. Biasanyadibuat untuk pasien dengan regimen pengobatan yang kompleksatau pasien yang sulit memahami regimen pengobatan.4.Pil dispenser, akan membantu pasien untuk mengingat jadwalminum obat dan menghindari kelupaan jika pasien melakukanperjalanan jauh dari rumah. Wadah pil dispenser bisa untuk persediaan harian maupun mingguan.5.Kemasan penggunaan obat per dosis unit, pengemasan obatper unit dosis membutuhkan peralatan yang mahal. Dapatdilaksanakan jika regimen pengobatan terstandar dan merupakanprogram pemerinta

You might also like