You are on page 1of 120

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua negara didunia, termasuk Indonesia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta (Kadin 2002). Industri jasa konstruksi nasional mampu menyumbangkan GDP cukup besar bagi bangsa yakni antara 4% sampai 8% (BPS 2002). Sektor konstruksi sendiri mempunyai hubungan dengan sektor-sektor lainnya berupa ketenagakerjaan, pendanaan, peralatan, bahan baku, sistem manajemen, dan sistem transportasi. Demikian juga hubungannya dengan usaha jasa konstruksi yang meliputi bidangbidang pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan dengan tujuan akhir berupa pembangunan nasional. Keseluruhan hubungan ini dapat menyerap tenaga kerja sampai 40 juta jiwa, sedangkan khusus dibidang usaha jasa konstruksi sendiri melibatkan tenaga kerja sekitar 4 juta jiwa (Depkimpraswil 2002). Dalam menghadapi persaingan pasar bebas, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif yang harus dipersiapkan oleh perusahaan-perusahaan jasa konstruksi, baik pihak swasta maupun BUMN yang ada di Indonesia dengan melakukan berbagai macam perbaikan guna meningkatkan kualitas kinerja manajemen sehingga dapat menghasilkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang ideal (Sudarto 2003). Menurut (Porter 1980) perusahaan yang ideal adalah perusahaan yang mampu bertahan (sustainable), mampu meningkatkan laba (profitable), growth (bertumbuh) dan juga memiliki kemampuan untuk bersaing (competitive) dengan perusahaanperusahaan asing diluar maupun dalam negeri. Langkah-langkah perbaikan pada perusahaan jasa konstruksi tersebut dapat berupa suatu sistem pengendalian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan jasa konstruksi. Faktor-faktor penentu kesuksesan perusahaan jasa konstruksi tersebut terdiri dari faktor internal, faktor eksternal dan market forces (Wideman and Myers 1992). Sedangkan menurut (Teng 2002) dalam menentukan strategi untuk mengembangkan perusahaan harus memperhatikan faktor internal yang terdiri dari manajemen, organisasi perusahaan, operasional, sumberdaya manusia dan keuangan.

Bab I Pendahuluan

Dan faktor eksternal yang terdiri dari ekonomi makro, hukum dan undang-undang, teknologi dan inovasi, sosial politik dan lingkungan yang kompetitif. Keuntungan perusahaan konstruksi tidak hanya diperoleh dari pengendalian terhadap total aset dan produksi peralatan saja, melainkan diperoleh dari kemampuan manajemen, sumber daya manusia, kemampuan teknik, penggunaan solusi yang inovatif, sistem infrastruktur, kemampuan untuk menanggapi segala keperluan yang kompleks, kemampuan untuk menerima dan mengelola risiko (Jaafari 2000). Jika faktor-faktor tersebut dapat dikelola dan diperhatikan dengan baik, maka besar kemungkinan perusahaan-perusahaan jasa konstruksi di Indonesia dapat mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing didalam dan diluar negeri. Banyak masalah internal dihasilkan sendiri oleh perusahaan dan sebenarnya ada dalam kendali organisasi perusahaan. Masalah ini biasanya berhubungan dengan lemahnya manajemen perusahaan. Sehingga masalah manajemen adalah satusatunya faktor terbesar dibalik banyaknya kegagalan perusahaan (Teng 2002). Manajemen menyebabkan bahwa kita menyadari kemampuan-kemampuan kita, menunjukkan cara kearah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik, dapat mengurangi hambatan-hambatan dan memungkinkan kita mencapai tujuan-tujuan yang kita harapkan (Terry 1986) Salah satu penyebab perusahaan jasa konstruksi tidak berkembang adalah karena pengusaha dan top manajer tidak mau mengakui bahwa mereka perlu untuk membentuk kembali budaya perusahaan dan/atau mengambil cara baru dalam mengatur orang pada suatu tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah perusahaan. Intervensi untuk mendorong perkembangan perusahaan dari manajer yang profesional seharusnya terjadi diawal perjalanan suatu perusahaan dan sebelum terjadinya pengaruh negatif dari perkembangan kebudayaan organisasi yang cepat dan kepemimpinan yang dianggap dominan (Leach and Kenny 2000) Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasikan apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masamasa ini dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif (Hitt, Ireland dan Hoslisson 1997). Sasaran perusahaan yang diuraikan dalam rencana jangka panjang akan diukur pencapaiannya melalui penilaian kinerja perusahaan yang uraiannya tercantum dalam Keputusan Meneg BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penilaian kinerja perusahaan BUMN terdiri dari aspek administrasi dan kinerja

Gatot Bentoro - 6402014051

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

korporasi, kinerja korporasi dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu kinerja keuangan dan kinerja operasional. Sedangkan menurut Kaplan and Norton (1996) bahwa kinerja perusahaan memiliki 4 perspektif yaitu perspektif keuangan, perpektif pelanggan, perspektif bisnis internal, perpektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif keuangan ditandai dengan meningkatnya pendapatan, pertumbuhan produktivitas, penghematan biaya dan pemanfaatan aktiva. Perspektif bisnis/intern ditandai dengan meningkatnya inovasi, proses operasi dan pelayanan purna jual. Perspektif pelanggan ditandai dengan meningkatnya kepuasan pelanggan, akuisisi Pelanggan (sejauh mana perusahaan dapat menarik pelanggan), retensi pelanggan, pangsa pasar dan kemampulabaan pelanggan. Sedangkan untuk perpektif pembelajaran dan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya meningkatkan kapabilitas personil, meningkatkan kapabilitas sistem informasi dan motivasi, pemberdayaan dan keserasian.

1.2. POKOK PERMASALAHAN


Ada fenomena yang menarik dan unik yang dimiliki industri konstruksi, yaitu pertama, industri jasa konstruksi adalah sebuah industri yang tergolong berisiko besar akan tetapi banyak peminatnya, hal ini dapat dicermati dengan demikian ketatnya kompetisi. Kedua, industri konstruksi merupakan sebuah industri yang tidak sekedar berorientasi pada produk jadi, sebagaimana pada industri lain, tetapi berorientasi pada proses. Bila ditinjau dari berbagai aspek jelas sarat dengan risiko bagi pihak yang terlibat didalamnya. Banyak masalah internal dihasilkan sendiri oleh perusahaan dan sebenarnya ada dalam kendali organisasi perusahaan. Masalah ini biasanya berhubungan dengan lemahnya manajemen perusahaan. Sehingga masalah manajemen adalah satusatunya faktor terbesar dibalik banyaknya kegagalan perusahaan. Dengan melihat kenyataan ini maka dalam menjalankan bisnis jasa konstruksi dalam bidang pelaksanaan (kontraktor) pada perusahaan jasa konstruksi swasta dan BUMN harus mampu menganalisa kualitas manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaannya.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilakukan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh kualitas manajemen perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi.

Bab I Pendahuluan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mengukur pengaruh faktorfaktor dari manajemen perusahaan yang dapat berpengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi.

1.4. PENDEKATAN PENULISAN


Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian, maka penulisan tesis dimulai dengan menyajikan kajian teori tentang manajemen perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) swasta dan BUMN pada bab 2, yang dimulai dengan pembahasan industri konstruksi di Indonesia, manajemen perusahaan jasa konstruksi, pendekatan manajemen strategi pada perusahaan jasa konstruksi, hubungan fungsi manajemen dengan manajemen strategi, dan kinerja perusahaan jasa konstruksi sebagai alat ukur. Berdasarkan bab sebelumnya, bab 3 membahas metodologi penelitian yang digunakan, dimulai dari menjelaskan kerangka pemikiran yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan hipotesa, uraian umum tentang pemilihan metode penelitian, kerangka metode penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisa. Sedangkan pelaksanaan penelitian pengaruh kualitas manajemen terhadap peningkatan kinerja jasa konstruksi dibahas pada bab 4 yang dimulai dengan dengan penjabaran hasil penyebaran kuesioner, analisis kinerja perusahaan, uji model kinerja perusahaan dan simulasi kinerja perusahaan dengan menggunakan metode analisis simulasi monte carlo. Sedangkan kesimpulan dan saran dibahas pada bab 5.

1.5. MANFAAT PENELITIAN


Sesuai dengan maksud dan tujuan diatas, diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat sumbangan pemikiran pada perusahaan-perusahaan jasa konstruksi yang bergerak dalam bidang pelaksanaan (kontraktor) swasta dan BUMN agar dapat mengukur kualitas manajemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaannya sehingga mampu bersaing dengan perusahaan asing baik didalam maupun diluar negeri.

Gatot Bentoro - 6402014051

BAB 2
MANAJEMEN PERUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

2.1. INDUSTRI KONSTRUKSI DI INDONESIA


Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri (Hillebrandt 1985) Dibandingkan dengan industri lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi mempunyai karakteristik yang sangat spesifik, bahkan unik. Karakteristik usaha jasa konstruksi terdiri dari (Trisnowardono 2002) : 1. Produk jual sebelum proses produksi dimulai Produk bersifat custom-made Lokasi produk berpindah-pindah Proses produk berlangsung dialam terbuka Penjualan produk dilakukan dialam terbuka Proses produk melibatkan berbagai jenis peralatan berbagai klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja, serta berbagai tingkatan teknologi 7. 8. Penawaran suatu pekerjaan konstruksi umumnya berdasarkan pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis Pelaksanaan konstruksi mempunyai risiko untung atau rugi dilaksanakan secara tuntas. Jasa konstruksi tidak akan terlepas dari definisi tentang bentuk dan jenis pekerjaan yang terkait dengan jasa konstruksi tersebut. Dalam undang-undang jasa konstruksi dijelaskan tentang pengertian dari pekerjaan konstruksi yaitu keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata yang sangat divergen yang semua baru dapat diketahui pada saat proyek selesai

2.
3. 4. 5. 6.

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

lingkungan

masing-masing

beserta

kelengkapannya,

untuk

mewujudkan

suatu

bangunan atau bentuk fisik lain (Suraji 2003). Kata jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya bidang-bidang jasa konstruksi meliputi [(Triwidodo 2003)]:

1. 2. 3. 4.
5.

Bidang perencanaan (design) Bidang pelaksanaan (construction) Bidang pengawasan (supervision/construction management) Bidang pengelolaan lahan (property management) Bidang pengembangan lahan (developer) Jasa konstruksi kontraktor, sebagai pelaksana konstruksi, didefinisikan sebagai

penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli, profesional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi, yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan kontrak konstruksi (Triwidodo 2003). Usaha jasa konstruksi adalah usaha dibidang jasa yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan yang dalam pelaksanaan, penggunaan atau pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidupnya (Trisnowardono 2002).

2.1.1. Perusahaan Jasa Konstruksi


Menurut dilaksanakan produknya. Tujuan suatu perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidup, melakukan pertumbuhan, serta meningkatkan profitabilitas. Tiga tujuan tersebut merupakan pedoman arah strategis semua organisasi bisnis. Perusahaan yang tidak mampu bertahan hidup tidak akan mampu memberi harapan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Perusahaan yang kompetitif diindikasikan dengan adanya sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dan kecakapan kerja yang baik dan inovatif, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam persaingan bebas. Selain itu harus mempertimbangkan kualitas kerja, memiliki kecepatan, menghasilkan produk yang efisien serta memperhatikan kepuasan pelanggan (Kaplan dan Norton 1996). Porter (1980) perusahaan adalah sekumpulan kegiatan dan yang untuk merancang, memasarkan, mengantarkan, mendukung

Gatot Bentoro - 6402014051

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Dalam mengembangkan strategi untuk manajemen sumberdaya manusia, organisasi perusahaan konstruksi harus menyebutkan beberapa isu (Maloney 1997) seperti : Visi-visi strategis Pandangan dari sumber daya manusia Orientasi manajemen versus orientasi pekerja Orientasi jangka pendek versus orientasi jangka panjang Teknologi produksi Perbedaan kemampuan kerja Ketersediaan kemampuan kerja yang terlatih

Selain yang tersebut diatas, dalam suatu organisasi perlu disusun dan diletakkan dasar-dasar pedoman dan petunjuk kegiatan, jalur pelaporan, pembagian tugas, dan tanggung jawab masing-masing kelompok dan pimpinan (Soeharto 1995). Suatu organisasi melakukan investasi dalam sumber dayanya dan berupaya untuk mengembangkan sumber daya tersebut sebaik-baiknya. Investasi tersebut akan memberikan keuntungan bagi organisasi melakukan peningkatan kinerjanya (Maloney 1997). Tiga faktor penentu kesuksesan untuk mengelola suatu organisasi (Chung 1987) : 1. 2. 3. Mengatur Strategi Perusahaan Mengatur Sumber Daya Mengatur Sistem Operasional

Kekuatan Pasar

Ekonomi Global

Teknologi Tugas Strategi Perusahaa n

Kekuatan Budaya

Sumber Daya Manusia Manusia

Sistem Operasion al Sistem

Kekuatan Ekonomi

Gambar 2.1. Tiga Faktor Penentu Kesuksesan untuk

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Mengelola suatu Organisasi


(Sumber: Chung 1987)

1.

Mengatur Strategi Perusahaan Dalam mengatur strategi perusahaan, pimpinan perusahaan harus tahu apa yang diinginkan, mengetahui apa yang dilakukan oleh pesaing, dan memberikan produk lebih baik daripada lainnya.

2.

Mengatur Sumber Daya Pemimpin perusahaan dididik dengan motivasi, kepemimpinan dan komunikasi sehingga mereka dapat lebih efektif dalam berhubungan dengan pegawai. Sebagai tambahan perusahaan harus membuat program sumberdaya manusia seperti memperkaya pekerjaan, jam kerja yang fleksibel, manajemen yang efektif, biaya liburan, menentukan biaya hidup, dan partisipasi pegawai untuk dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja.

3.

Mengatur Sistem Operasional Operasional yang efisien dapat dicapai pada tingkat administratif, kontrol kualitas dan pelatihan dengan banyak keterampilan. Lingkup kerja jasa konstruksi cukup luas, dan secara garis besar meliputi (Barrie and Paulson 1984): 1. 2. 3. Gedung (bangunan perdagangan, keluarga, pendidikan, perumahan kota pemerintahan, unit ganda, keagamaan dan rekreasi) Pemukiman (perumahan apartemen dan kondominium) Rekayasa berat (struktur untuk tenaga listrik, pengendalian banjir dan distribusi air minum, sistem penanganan dan pembuangan bahan limbah, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi) 4. Industri (pabrik pengilangan minyak bumi, pabrik peleburan logam, baja dan alumunium, pabrik industri dasar/berat, pengembangan usaha pertambangan dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh pelayanan umum dan industri dasar. Jumlah perusahaan jasa yang aktif dalam industri konstruksi pada tahun 2003 mencapai 38.800 buah atau 40 persen dari 97.000 perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat lagi pada tahun 2004 menjadi 50 persen dari jumlah seluruh perusahaan yang ada (Kompas Cyber Media 2003). Berdasarkan Keppres 18/2000 perusahaan jasa konstruksi di Indonesia dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yang terdiri dari: kontraktor kecil (K) yang mengani proyek sampai dengan

Gatot Bentoro - 6402014051

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Rp 1 Milyar, kontraktor menengah (M) yang menangani proyek Rp 1 10 Milyar, dan kontraktor besar (B) yang menangani proyek diatas Rp 10 Milyar dan mengerjakan proyek-proyek yang kompleks dan besar. Dari daftar registrasi perusahaan nasional yang terdaftar di LPJK tahun 20022003, berdasar kualifikasi, terdiri dari 5.737 perusahaan kecil (K), 384 perusahaan menengah (M) dan 769 perusahaan besar (B). Sedangkan rekapitulasi jumlah badan usaha yang telah diregistrasi oleh LPJK tahun 2002, terdapat 80.498 perusahaan kontraktor dan 2.197 perusahaan konsultan. Belum dapat dirinci berapa jumlah perusahaan kontraktor dan konsultan spesialis, namun diperkirakan keberadaan perusahaan-perusahaan spesialis masih sangat sedikit, kurang dari 10% dibanding dengan jumlah kontraktor umum (www.lpjk.com downloaded 15 Februari 2003). Berdasarkan data yang didapat dari LPJK tahun 2002 bahwa jumlah kontraktor kelas B yang ada di DKI Jakarta adalah 458 perusahaan, atau sekitar 56,89 % dari jumlah perusahaan kontraktor kelas B yang ada di Indonesia (www.lpjk.com downloaded 21 April 2003). Dari banyaknya proyek yang ada, sebagian besar sumber pendanaannya berasal dari rekanan Internasional, adapun data yang disampaikan oleh ketua Bappenas tahun 1995 (Prabono 1999) yaitu:

1.

Proyek bantuan luar negeri dari tiga sumber utama : IBRD, ADB, OECF

( 80% total bantuan) sebesar USD 1,841 miliar, USD 2,1 miliar diantaranya untuk jasa konsultan. Porsi asing USD 1,8 Milyar dan porsi nasional USD 0,2 Miliar. 2. Biaya konsultan rata-rata sebagai persentase biaya total proyek: Proyek IBRD Proyek ADB : 13% : 9%

Proyek OECF : 12%

Nilai

konstruksi

merupakan

komponen

utama

dalam

struktur

output

perusahaan jasa konstruksi. Total nilai konstruksi yang diselesaikan pada tahun 1998, mengalami penurunan ketimbang tahun 1997. Jika pada tahun 1997 nilai konstruksi mencapai sebesar Rp. 29.826,3 milyar maka pada tahun 1998 menjadi Rp. 19.846,6 milyar atau turun 47,2%. Dari data BPS yang ada, menunjukkan pada tahun 2001 sekitar 50,9% dari total nilai konstruksi perusahaan anggota AKI berada dipulau Jawa dan bali. Namun konsentrasi pekerjaan di pulau itu mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok pulau lainnya, hanya Maluku dan Papua yang mengalami penurunan nilai pekerjaan. Sedangkan sisanya yaitu Sumatera, Nusa

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi mengalami peningkatan nilai. Nilai konstruksi dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Perusahaan Jasa Konstruksi (milyar rupiah)
Pulau 1. Sumatera 2. Jawa dan Bali 3. Nusa Tenggara 4. Kalimantan 5. Sulawesi 6. Maluku dan Irian Jaya Jumlah 1997 2.757,0 (9,0%) 22.156,4 (72,5%) 886,8 (1,8%) 1.921,0 (6,3%) 1.222,9 (4,0%) 882,1 (2,9%) 29.826,3 (100%) 1998 3.313,1 (16,6%) 12.299,3 (61,5%) 412,4 (2,1%) 1.905,3 (9,5%) 1.080,1 (5,4%) 836,3 (4,2%) 19.846,6 (100%) 1999 2.396,1 (16,7%) 7.521,0 (52,4%) 1.034,6 (7,2%) 1.346,8 (9,4%) 1.314,3 (9,2%) 737,6 (5,1%) 14.350,3 (100%) 2000 2.592,1 (15,3%) 8.901,1 (52,5%) 1.202,2 (7,1%) 1.964,3 (11,6%) 1.495,9 (8,8%) 801,1 (4,7%) 16.956,6 (100%) 2001 2.808,4 (13,9%) 10.268,3 (50,9%) 1.402,2 (7,0%) 3.104,9 (15,4%) 1.706,8 (8,5%) 872,4 (4,3%) 20.163,1 (100%)

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2001

Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) : Pasal 1 ayat (1) : Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara dipisahkan. Pasal 2 ayat (1) : Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: a. b. c. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional Mengejar keuntungan Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak

d.

Menjadi

perintis

kegiatan-kegiatan

usaha

yang

belum

dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

Gatot Bentoro - 6402014051

10

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

e.

Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Visi BUMN adalah menjadikan BUMN sebagai salah satu pelaku perekonomian yang tangguh, dikelola secara profesional, mampu bersaing secara global, mampu meningkatkan kinerjanya (baik secara operasional dan finansial). Sebagian misi dari BUMN adalah (www.bumn-ri.com Selasa 16 Juli 2002) : Meningkatkan pertumbuhan kinerja BUMN, peningkatan efisiensi dan guna menunjang pemulihan ekonomi nasional serta keuntungan

meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan BUMN kepada masyarakat. Meningkatkan daya saing BUMN sehingga mampu bersaing di pasar global. Sehingga perusahaan jasa konstruksi BUMN adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara, usahanya dibidang jasa yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan yang dalam pelaksanaan, penggunaan atau pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidupnya. Organisasi perusahaan adalah suatu proses identifikasi, pembentukan dan pengelompokan tanggung jawab kerja, dan mendefinisikan menetapkan dan mendelegasikan wewenang maupun untuk hubungan-hubungan dengan maksud

memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam menuju tujuan yang ditetapkan (Allen 1998).

2.1.2. Peranan dan Kondisi Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia


Peranan industri jasa konstruksi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) makin tahun makin meningkat. Peluang tersebut telah berhasil mendorong kontraktor nasional untuk tumbuh berkembang dan sebagian telah berhasil menjadi perusahaan konstruksi yang besar. Seluruh proyek konstruksi yang ada di Indonesia tahun 2001 mencapai jumlah 17.000 paket proyek, dari besar sampai kecil. Sedangkan jumlah paket proyek dalam tahun anggaran 2001 di Depkimpraswil sebanyak 4.192 paket. Jika kita melihat data dari jumlah anggota gabungan kontraktor yang menangani pekerjaan tadi, diseluruh Indonesia tercatat 100.000 kontraktor. Dengan perincian Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) mempunyai anggota 80.000. Sedangkan Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Indonesia (GAPEKNAS) memiliki anggota sebanyak 20.000 kontraktor (Buletin Bapekin 2001). Sedangkan kontraktor yang kolaborasi masuk menjadi anggota Assosiasi Kontraktok Indonesia (AKI) 108 kontraktor (data anggota AKI 2003).

11

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Meningkatnya kegiatan pembangunan proyek-proyek pemerintah maupun swasta telah menarik banyak pendatang baru yang potensial. Namun demikian sampai saat ini perusahaan jasa konstruksi milik negara BUMN masih memegang peranan dalam penguasaan pangsa pasar konstruksi nasional (Sutjipto 1991). Sementara itu, akibat keterbatasan kemampuan pemerintah maupun swasta untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya dengan anggaran dalam negeri, telah menyebabkan hampir semua proyek-proyek besar milik pemerintah maupun swasta dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri. Dengan menggunakan alasan bahwa kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam teknologinya, investor asing cenderung membawa kontraktor dari negaranya. Akibatnya secara langsung kontraktor-kontraktor asing masuk bersama dengan datangnya pinjaman luar negeri tersebut (Sutjipto 1991). Untuk mencapai industri jasa konstruksi yang kuat, kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang baik, dalam beberapa hal masih belum dipenuhi. Kondisi-kondisi yang diperlukan bagi tumbuhnya industri jasa konstruksi yang tangguh adalah (Kadin 2002) : 1. 2. 3. 4. 5. Tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional Bahan baku/material yang distandardisasi secara nasional dan dalam jumlah yang cukup diproduksi sesuai dengan kebutuhan Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif Sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan

dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional. Kedatangan kontraktor asing telah memaksa kontraktor dalam negeri untuk meningkatkan kemampuannya dalam persaingan dan belajar alih teknologi untuk dapat menghasilkan produk jasa sesuai dengan persyaratan internasional (Sutjipto 1991). Saat ini kontraktor nasional masih sangat kesulitan dalam bersaing dengan kontraktor asing yang mampu memperoleh finansial dengan bunga rendah dinegaranya. Sementara kontraktor Indonesia, fasilitas jaminan bank-nya saja masih sering ditolak oleh pemilik proyek diluar negeri. Pemberian fasilitas khususnya bagi kontraktor yang berupaya mendapatkan tender diluar negeri sudah banyak dilakukan di negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Cina dan Korea, dengan harapan usaha jasa konstruksinya dapat menghasilkan devisa bagi negara. Fasilitas tersebut lantaran kontraktor di Korea atau Jepang digandeng investor swasta maupun pemerintah dari negaranya sendiri (Konstruksi 2002).

Gatot Bentoro - 6402014051

12

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Selain itu ada beberapa yang menjadi kelemahan kontraktor nasional, antara lain dalam hal manajemen organisasi, serta minimnya pengalaman terjun ke luar negeri, sehingga boleh dibilang lapangan di mancanegara itu masih asing bagi kontraktor nasional. Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan beberapa kiat, misalnya dengan menjalin kerjasama kemitraan dan dengan perusahaan usaha, serta kontraktor terus asing, memperbaiki profesionalisme manajemen menerus

mempelajari karakteristik bisnis di berbagai negara (Suara Kontraktor 2000). Upaya perusahaan jasa konstruksi Indonesia dalam menghadapi era globalisasi saat ini dapat dilihat pada gambar 2.2.

13

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

1. Tuntutan Reformasi 2. Tuntutan Liberalisasi

UPAYA-UPAYA
KONDISI DEWASA INI
UPAYA DASAR 1. Tersedianya kesempatan bagi pengusaha nasional 2. Pelonggaran dilaksanakan sesuai tingkat kemampuan usaha nasional 3. Peningkatan kemampuan pengusaha nasional 4. Menjalin kerjasama dengan pengusaha asing 5. Peningkatan semangat Cinta Produksi Nasional. 1. Pemaketan sesuai dengan tingkat kemampuan pengusaha nasional 2. Pengusaha nasional mampu bersaing di pasar dalam negeri 1. Pelonggaran paket sesuai dengan tingkat kemampuan pengusaha nasional 2. Pengusaha nasional semakin mampu bersaing didalam negeri dan mampu
melakukan

ERA GLOBALISASI

2003

2010

2020
Bangsa yang mandiri serta mampu bersaing dalam era perdagangan bebas dan investasi
CATATAN : Paket pekerjaan konstruksi dan nilai investasi disusun sepenuhnya berdasarkan tuntutan pasar dan kepentingan investasi Didukung oleh : 1. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung produktifitas dan distribusi barang dan jasa 2. Usaha nasional mampu berpartisipasi dalam investasi bidang infrastruktur 3. Jasa Konstruksi Nasional yang professional didukung oleh struktur usaha yang kokoh

1. Infrastruktur a. terbatas dan substandard b. Keterbatasan kemampuan investor nasional 2. Jasa Konstruksi a. Struktur usaha lemah b. Tingkat professionalisme belum mantap

penetrasi ke pasar luar negeri

1. Jasa, Teknologi dan Modal Asing yang perlu dihadirkan atau yang akan beroperasi di Indonesia dalam pengembangan usaha 2. Kewenangan Pemerintah untuk melakukan pengaturan dan pembinaan

Gambar 2.2. Upaya Jasa Konstruksi Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi (Sumber: Buletin Bapekin 2003)

Gatot Bentoro - 6402014051

14

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

2.2. MANAJEMEN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI


Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang ditetapkan (Stoner and Wankel 1986). Leadership adalah people oriented, sedangkan manajemen adalah process oriented (Genaga July/August 1997). Sedangkan menurut Terry (1986) manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi dan memotivasi, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber yang lain. Penerapan manajemen terhadap jasa konstruksi dikaitkan dengan satu tujuan yakni meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi nasional. Manajemen terhadap badan usaha jasa konstruksi bertujuan untuk menjamin tercapainya laba usaha dan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan negara. Dari pengertian manajemen diatas telah dikemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan tertentu. Sumber daya manusia dan sumber daya yang lain yang diperlukan tersebut adalah unsur-unsur manajemen yang dikenal dengan 6 M, yaitu (Terry 1986) :

1. 2. 3. 4. 5. 6.
1.

Manusia (Men) Bahan (Materials) Mesin/peralatan (Machines) Metode/cara kerja (Methods) Uang (Money) Pasar (Markets)

Manusia (Men) Manusia merupakan elemen yang paling dinamis dan kompleks. Kompleksitas

dan kedinamisan itu dapat dilihat dari usahanya untuk menanggapi lingkungannya dan mempertahankan eksistensinya dari waktu kewaktu. Sumber daya manusia didalam organisasi harus dikelola dengan baik, Pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi terdiri dari (Flippo 1984): Pengadaan personil Pengembangan personil melalui pelatihan dan pendidikan

15

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Pemberian imbalan Integrasi personil kedalam organisasi Pemeliharaan terhadap personil yang ada Pemberhentian personil

Sumber daya manusia yang unggul dalam persaingan global adalah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam teknologi maju dalam globalisasi serta memiliki moral yang baik (Supriyono 1999). 2. Bahan (Materials) Bahan (Materials) tidak harus diartikan sebagai logam seperti dalam industri manufaktur logam, tetapi bisa juga berarti informasi yang diolah misalkan dalam manajemen perkantoran (Stoner dan Wankel 1986). Manajemen material konstruksi adalah sistem manajemen yang terintegrasi antara perencanaan, pengendalian dan usaha-usaha untuk mencapai fungsi-fungsi antara lain (Stukhart 1995) : material takeoff, persiapan requisition (daftar permintaan), penyerahan requisition kepada pihak yang melakukan pembelian (purchasing), menilai dan memilih pemasok (bidders), meminta penawaran (bid), mengevaluasi penawaran, menyetujui sesuatu yang ditawarkan, negosiasi, membuat kontrak pembelian, memperlancar (expediting) kedatangan gambar-gambar dan data material yang dibeli dari pemasok (supplier), memperlancar jadwal pengiriman, menjamin kesesuaian material terhadap spesifikasi, memilih transportasi yang tepat dan ekonomis ke lokasi proyek, menerima kedatangan material, menginspeksi, menyimpan, memelihara, mendistribusikan kepada pekerja lapangan, serta menangani kelebihan material. 3. Mesin/Peralatan (Mechines) Untuk bisa memaksimumkan tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dilakukan pengaturan kerja sedemikian rupa pada mesin atau peralatan tersebut sehingga efektifitas dan efisiensi kerjanya dapat tercapai. Untuk mengkaji tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dipahami beberapa elemen waktu dalam proses operasi, diantaranya (Radke 1972): waktu peralatan berproduksi, waktu penyiapan peralatan, waktu pemeriksaan peralatan, dan waktu operator. Menurut (O'Brien 1991) manajemen peralatan dimulai dengan merencanakan, mengatur, mengelola dan mengendalikan dalam pemilihan peralatan, kepemilikan peralatan, operasional, pemeliharaan peralatan dan perbaikan peralatan, pencatatan penyaluran biaya peralatan, penggantian komponen peralatan serta administrasi

Gatot Bentoro - 6402014051

16

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

peralatan, agar sesuai dengan kondisi pekerjaan dan total biaya peralatan yang rendah. 4. Metode /cara kerja (Methods) Jasa perusahaan konstruksi atau kontraktor merupakan jasa diperoleh dari pelaksanaan pembangunan konstruksi. Peranan metode konstruksi adalah untuk menyusun cara-cara kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi menentukan sarana-sarana pekerjaan yang akan mendukung terlaksananya suatu pekerjaan. Cara kerja juga dapat membantu dalam menentukan urutan pekerjaan menyusun jadwal sehingga dapat menentukan penyelesaian suatu pekerjaan. Peran metode konstruksi akan mempengaruhi perencanaan suatu konstruksi, antara lain (Trisnowardono 2002) : Jadwal Pelaksanaan Jadwal Tenaga Kerja Jadwal Bahan Jadwal Alat dan Jadwal Penggunaannya Arus Kas Kurva-S

5. Uang (Money) Dalam perencanaan perusahaan, khususnya aspek keuangan, disinilah letaknya peran fungsi uang yang dianggap sebagai urat nadi perusahaan. Peran fungsi keuangan di perusahaan pada dasarnya adalah menjaga keseimbangan antara sumber dan penggunaan dana tersebut. Tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan dan untuk itu perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya investasi maupun operasional. Pendapatan yang diterima perusahaan berasal dari penjualan produk atau jasa. Sumber dana internal berasal dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan mengeluarkan dana untuk membeli mesin, bahan baku dan biaya operasional lain untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Penjualan barang atau jasa itu ada yang tunai dan yang dijual secara kredit. Dengan cara mempercepat penagihan piutang, maka perusahaan bisa memperoleh uang tunai lebih awal atau jika perusahaan bisa mempercepat proses penjualannya, maka bisa juga mempercepat perolehan uang tunai. Sumber dana eksternal bisa berasal dari kredit dagang (pembelian bahan baku dari pemasok yang dibayar kemudian), pinjaman, anjak piutang atau penerbitan surat hutang. Kedua sumber dana ini tergolong sumber dana jangka pendek, yang dalam

17

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

terminologi manajemen keuangan biasanya tergolong jatuh tempo kurang dari satu tahun. Sumber dana jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun adalah pinjaman jangka panjang dan penerbitan obligasi. Keduanya tergolong pembiayaan hutang (debt financing) dan jenis lainnya adalah pembiayaan modal atau modal sendiri (equity financing), yaitu dengan cara menerbitkan saham, baik saham biasa maupun saham preferensi. Dengan pengertian sumber dana jangka pendek dan jangka panjang, fungsi keuangan dalam perusahaan harus merencanakan penggunaannya dengan tepat, karena penggunaannyapun dapat tergolong menjadi penggunaan jangka pendek dan jangka panjang. Kekeliruan dalam penggunaan dana bisa berakibatkan kepada krisis atau kesulitan keuangan (Weston and Copeland 1991). 6. Pasar (Market) Pasar terdiri dari customer potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam transaksi guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Karena itu besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia Konsep pemasaran adalah bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efektif dan lebih efisien dibanding para pesaing (Kotler 1984). Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya tersebut harus diingat bahwa semua itu tidak tersedia secara berlimpah. Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan sehemat mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus bisa memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Basyah Siregar and Samadhi 1987). Sebagai suatu proses, manajemen mengenal suatu urutan pelaksanaan yang logis, yang menggambarkan bahwa ada tindakan-tindakan manajemen semata-mata diarahkan pada pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penetapan tujuan/sasaran merupakan tindakan manajemen yang pertama, kemudian diikuti tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian dan (organizing), penggerakan dengan (actuating), pemotivasian (motivating) pengendalian (controlling)

Gatot Bentoro - 6402014051

18

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif. Tindakan-tindakan ini pada dasarnya merupakan fungsi-fungsi dari manajemen (Terry 1986).

2.2.1. Proses Manajemen


Setiap organisasi dapat dipastikan memiliki satu atau beberapa tujuan yang memberikan arah dan menyatukan pandangan unsur yang terdapat didalam organisasi tersebut. Dimana tujuan yang akan dicapai dimasa yang akan datang tersebut adalah suatu keadaan yang lebih baik daripada keadaan yang sebelumnya. Dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan inilah diperlukan serangkaian kegiatan, yang dikenal dengan proses manajemen (Stoner & Wankel 1986). 1. Perencanaan (Planning) Berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data/informasi, asumsi maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara (Robbins 1998); Menetapkan tujuan dan sasaran usaha Menyusun rencana induk jangka panjang dan jangka pendek Menyumbang strategi dan prosedur operasi

Manfaat yang didapat dari perencanaan (Terry 1986): Timbulnya aktivitas-aktivitas teratur yang ditujukan kearah pencapaian Perencanaan menunjukan perlu tidaknya perubahan pada masa yang Perencanaan menjawab pertanyaan-pertanyaan : Apakah yang sasaran akan datang terjadi apabila. Dapat memberikan sebuah dasar atau landasan untuk pengawasan Perencanaan mendorong orang memberikan prestasi sebaik mungkin Perencanaan memaksa orang untuk memandang perusahaan secara Perencanaan memperbesar dan mengimbangkan pemanfaatan

menyeluruh fasilitas-fasilitas. Kemampuan merencanakan sangat penting bagi kesuksesan manajemen. Perencana yang efektif membutuhkan keahlian khusus yang lebih dari hanya sekedar

19

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

membuat dokumen jadwal dan biaya. Kemampuan yang diperlukan bagi seorang pimpinan adalah kemampuan komunikasi dan pengelolaan informasi untuk menentukan kebutuhan sumber daya dan dukungan administratif yang diperlukan (Kerzner 1998).

Perencanaan membutuhkan pemahaman yang komprehensif mengenai semua kegiatan, urutan, durasi dan sumber daya, serta fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas (Goodwin July 1993). Menurut Kaplan dan Norton (1996) penerapan perencanaan strategik jangka panjang yang terintegrasi membutuhkan adanya empat tahapan yang meliputi: Penetapan target sasaran Menentukan sasaran yang jelas dengan perencanaan target yang relevan terhadap pencapaian visi dan sasaran rencana strategis yang diimbangi dengan pengembangan pengetahuan personil Identifikasi dan penjabaran sasaran strategis penetapan target yang ingin dicapai, kemudian dilakukan Melalui

identifikasi terhadap sasaran-sasaran strategis terdahulu yang cukup relevan mendukung sasaran strategis dimasa yang akan datang. Identifikasi sasaran kritis antar unit kerja penting pada proses perencanaan satuan kerja adalah Sebagai langkah

identifikasi terhadap perencanaan dari unit kerja lain. Keterkaitan dengan alokasi sumber dan anggaran pencapaian sasaran dalam rencana strategis yang lebih Untuk

menunjukkan kinerja pencapaian target jangka panjang perlu diperhatikan pengalokasian sumber daya yang digunakan dan penetapan target anggaran yang jelas. 2. Pengorganisasian (Organizing) Berupa tindakan-tindakan yang dapat mempersatukan kumpulan kegiatankegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan. Tindakan-tindakannya berupa (Robbins 1989): Menetapkan daftar penugasan Menyusun lingkup kegiatan Menyusun struktur kegiatan Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya

Gatot Bentoro - 6402014051

20

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Manfaat yang didapat dari fungsi organisasi adalah merupakan pedoman pelaksanaan fungsi, dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi wewenang terlihat jelas. Komunikasi dibutuhkan untuk menunjang teamwork. Manfaat dari komunikasi yang terbuka antar personil dalam tim kerja adalah tidak hanya menunjang kesuksesan perusahaan tetapi juga membuat seseorang bekerja secara efisien. Seseorang yang memiliki kemampuan bekerjasama dalam teamwork telah mengambil langkah lebih dekat kearah profesionalisme. Keuntungan bekerja dalam temwork adalah setiap personil dalam tim melihat permasalahan dari sudut pandang lain sehingga memberikan masukan dan mengambil solusi yang tepat (Smith 1992). 3. Penggerakan (Actuating) Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain (Terry 1986): Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab Memberikan pengarahan penugasan.

Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerjasama untuk tujuan bersama. 4. Pemotivasian (Motivating) Berupa tindakan yang dapat merangsang anggota tim untuk melakuakan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan dengan sebaik mungkin, walaupun pekerjaan tersebut penuh tantangan, antara lain (Terry 1986): Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari personil Mengetahui tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok Bagaimana caranya agar kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan

yang bersangkutan tersebut dapat direalisasikan. Manfaat dari fungsi memotivasi adalah dapat menjaga suasana yang kondusif dalam lingkungan pekerjaan, setiap orang atau kelompok dapat tetap fokus pada pekerjannya. Membangun motivasi individu dalam perusahaan pada hakekatnya didasarkan pada tiga hal utama yang meliputi bentuk pengakuan, penghargaan dan terhadap

21

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

prestasi kerja, besarnya kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan dan dukungan perusahaan melalui peningkatan sarana dan fasilitas kerja. Melalui motivasi dan pemberdayaan karyawan dapat terjalin kesesuaian antara tujuan dari masing-masing karyawan dengan tujuan perusahaan (Tangkilisan 2003).

5.

Pengendalian (Controlling) Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan dan penganalisaan serta

pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi. Tindakan tersebut antara lain (Robbins1989): Mengukur kualitas hasil Membandingkan hasil terhadap standar kualitas Mengevaluasi penyimpangan Memberikan saran-saran perbaikan Menyusun laporan kegiatan

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu. Tujuan pokok dari manajemen adalah mengelola fungsi-fungsi manajemen sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, serta penggunaan sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin. Untuk mencapai tujuan manajemen, maka perlu diusahakan pengawasan terhadap mutu, waktu dan biaya (Terry 1986). Pengendalian menurut Mokler (1972) merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sarana perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Sistem pengendalian bertindak sebagai sistem peringatan awal untuk mendiagnosa permasalahan langkah utama ketika tindakan proses pengendalian masih efektif dalam mencapai diagnosa (Barrie 1992). Menurut Turner (1993), ada empat pengendalian yaitu : a. b. c. d. Perencanaan pekerjaan dengan perhitungan kinerja Memonitoring dan membuat hasil laporan Membandingkan hasil perencanaan dan memprediksi hasil kedepan penting dalam

Merencanakan dan mengambil langkah tindakan efektif/koreksi sesuai dengan perencanaan.

Gatot Bentoro - 6402014051

22

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

2.2.2. Manajemen Perusahaan


Prinsip dasar bagi suksesnya sebuah perusahaan adalah dengan manajemen berdasarkan tujuan, yaitu setiap anggota dari perusahaan memiliki pemahaman yang jelas terhadap tujuan dari kebersamaan mereka. Dengan demikian semua anggota organisasi menentukan pentingnya tugas-tugas mereka dalam berkontribusi kepada tujuan secara keseluruhan. Ada dua kriteria penting dalam menetapkan suatu tujuan, yaitu (Young, Duffield et al. 1999) : Harus dapat dicapai Cara terbaik dalam menetapkan tujuan yang akan dicapai adalah dengan melibatkan orang-orang yang berkualitas didalam struktur perusahaan. Harus dapat diukur Tujuan harus sedemikian rupa sehingga orang-orang didalam perusahaaan dapat mengukur kemajuan mereka dalam mencapai tujuan tersebut secara perorangan, kelompok maupun secara keseluruhan.

Menurut Hunger dan Wheelen (2000) perusahaan adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi berupa modal, keahlian (expertise) dan tenaga, demi manfaat bersama. Dengan terbentuknya suatu perusahaan, para investor (shareholder) yang memberi kontribusi berupa modal. Para manajer (top manajemen) yang memberikan kontribusi keahlian. Dan para karyawan yang memberi kontribusi tenaga. Sehingga manajemen perusahaan adalah proses memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersamanya itu adalah perusahaan dapat terus bertahan, mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan dapat mensejahterakan karyawan (Tjager, Djemat et al 2003). Ada empat prinsip dasar bagi pengelolaan Perusahaan yang baik (Witherell 2000):

1. 2. 3. 4.
1.

Keadilan (Fairness) Transparansi (Transparancy) Dapat Dipertanggung Jawabkan (Accountability) Pertanggungjawaban (Responsibility)

Keadilan (Fairness) Perlindungan bagi seluruh hak para pemegang saham : Mengamankan metode pendaftaran kepemilikan

23

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Pengalihan saham Memperolah informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur Partisipasi dan pemberian suara dalam rapat pemegang saham Memilih anggota direksi dan komisaris Pembagian laba perusahaan Para pemegang saham untuk kelas yang sama harus diperlakukan sama Informasi orang dalam (insider trading) dan penjualan internal yang disalahgunakan harus dilarang Anggota direksi dan komisaris serta para manajer diharuskan untuk mengungkapkan kepentingannya yang bersifat substansial dalam transaksi atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan

Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham :

2.

Keterbukaan (Transparancy) Pengungkapan informasi yang bersifat penting : Perolehan operasional dan keuangan Maksud dan tujuan perusahaan Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara Para anggota direksi dan komisaris dan karyawan penting lainnya serta imbalan yang diberikan kepada mereka Faktor resiko yang penting yang dapat diperkirakan Hal-hal penting mengenai karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya Struktur dan kebijakan pengelolaan Informasi harus dipersiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien

pembukuan yang berkualitas.

3.

Pertanggungjawaban Direksi/Komisaris (Accountability)

Angota dewan direksi/komisaris harus bertindak untuk kepentingan

perusahaan dan para pemegang saham Pemenuhan fungsi-fungsi penting, termasuk : Mengamankan strategi perusahaan Pengawasan atas karyawan penting Terjaminnya (transparan) Pemantauan kemungkinan adanya konflik kepengingan 24 proses pencalonan anggota direksi yang terbuka

Gatot Bentoro - 6402014051

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Pengawasan atas proses pengungkapan dan komunikasi Penilaian yang bersifat independen atau terlepas dari manajemen Adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat

waktu

4.

Pertanggungjawaban (Responsibility) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan Para pihak yang berkepentinga harus mempunyai kesempatan untuk

mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka

Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan

pihak yang berkepentingan Dimana diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan

2.2.3. Manfaat Kualitas bagi Perusahaan Jasa Konstruksi


Kualitas atau mutu adalah suatu citra yang sangat didambakan oleh setiap perusahaaan jasa konstruksi (kontraktor), baik dalam hal jasa pelayanan maupun jasa produksi (Triwidodo 1997). Para pakar kualitas telah mencoba mendefinisikan arti dari kualitas. Secara umum, definisi-definisi tersebut antara lain (Kaizen 1994): Phillip B. Crosby Kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan. W. Edwards Deming

Kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan secara terus menerus. Joseph M. Juran

Kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan customer. K. Ishikawa

Kualitas berarti kepuasan customer.

25

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Jadi kualitas menjadi sifat dari suatu produk, baik barang maupun jasa serta rangkaian kerja. Dengan demikian, kualitas selalu menjadi sifat dan melekat pada produk, rangkaian kegiatan pelaksanaan, atau sistem kerja (Triwidodo 1997). Perusahaan jasa konstruksi yang selalu memperhatian peningkatan mutu akan mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi perusahaan. Sekurang-kurangnya ada dua keuntungan yang akan didapat, yaitu : 1. 2. Peningkatan Pasar Penghematan Biaya

1. Peningkatan pasar Pertama-tama akan terjadi peningkatan kinerja, reputasi dan reliability, kemudian akan terjadi peningkatan pangsa pasar, sehingga permintaan produk semakin besar dan perusahaan dapat meningkatkan harga. Peningkatan harga akan menyebabkan peningkatan keuntungan. Peningkatan pangsa pasar dapat diikuti peningkatan volume produksi dan peningkatan efisiensi produksi, yang pada akhirnya terjadi peningkatan keuntungan. Selain itu peningkatan pangsa pasar dapat langsung mengakibatkan peningkatan keuntungan.

Peningkatan kinerja dan reliabilitas

Peningkatan reputasi

Peningkatan pangsa pasar

Peningkatan volume dan efisiensi produk

Peningkatan harga

Peningkatan keuntungan

Gambar 2.3. Keuntungan Peningkatan Kualitas Ditinjau dari Pasar


(Sumber: Kaizen 1994)

2.

Penghematan Biaya juga akan terjadi peningkatan kinerja, kemudian akan

Pertama-tama

meningkatkan produktivitas, turunnya bahkan dapat menghilangnya biaya garansi. Dan itu semua pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan. Hal-hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gatot Bentoro - 6402014051

26

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Meningkatnya Produktivitas

Peningkatan Kinerja

Peningkatan keuntungan

Turun/Hilangnya biaya garansi

Gambar 2.4. Keuntungan Peningkatan Kualitas Ditinjau dari Segi Biaya


(Sumber: Kaizen 1994)

Sedangkan mutu menurut ISO 9000 adalah derajat/tingkat yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan/keinginan (Suardi 2003). ISO 9000 (Supriyono 1999) adalah standar sistem mutu yang diterapkan pada proses yang diciptakannya. Sistem mutu adalah sistem yang komprehensif yang mencakup semua rencana, struktur organisasi dan semua aktivitas yang didokumentasikan dan diimplementasikan untuk mengendalikan kesesuaian produk atau jasa terhadap persyaratanpersyaratan khusus dan untuk menyediakan bukti mengenai kesesuaian tersebut. ISO 9000 bukanlah satu-satunya standar sistem mutu yang harus dipenuhi dalam rangka persaingan global. Selain ISO 9000, terdapat standar sistem mutu lainnya misalnya sistem mutu Baladrge , sistem mutu Deming, sistem mutu Juran dan sistem mutu Crosby. Namun ISO 9000 lebih banyak diakui dunia dan bersifat global (LIPBI 2003). Perusahaan global yang tidak menerapkan ISO 9000 dapat kehilangan bisnisnya, karena (LIPBI 2003) : Pencapaian kualitas Registrasi ISO 9000 merupakan keharusan untuk Para konsumen besar banyak yang mensyaratkan ISO Para pesaing banyak yang mengadopsi ISO 9000 Menurunkan keunggulan daya saing perusahaan. menuntut adanya komitmen dari seluruh anggota dapat memasuki pasar yang semakin luas 9000 bagi para pemasok

organisasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan keunggulan kompetitif organisasi dan pada akhirnya organisasi mampu menghadapi persaingan global (Bounds et al 1994).

27

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oganisasi Perusahaan Jasa Konstruksi


Misi suatu organisasi mungkin dapat digambarkan sebagai pernyataan umum yang merumuskan tujuan inti atau falsafah dasar organisasi. Menurut (Campbell and Tawadey 1992) misi adalah sebuah pernyataan, misi yang menjawab membantu pertanyaan memberikan mengapa organisasi ini ada?. Keuntungan utama menyatakan adalah pengertian yang jelas untuk apa sebenarnya organisasi itu ada kepada para pegawai. Pernyataan misi akan memperjelas obyektifitas mereka sendiri dan meningkatkan kesepakatan tanggung jawab mereka untuk mencapai tujuan tersebut (Drucker 1968). Strategi adalah sebuah cara menentukan bagaimana tujuan-tujuan itu akan dicapai dan mengamati kemajuan kearah pencapaian tujuan-tujuan itu bagi organisasi secara keseluruhan (Cushway and Lodge 1993) Tujuan lebih banyak menggambarkan secara khusus bagaimana misi organisasi akan dicapai. Tujuan menandai maksud tertentu bagi organisasi. Tujuan diperlukan dalam setiap kawasan apabila hasilnya secara langsung dan vital mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bisnis (Drucker 1968). Menurut Cusway dan Lodge (2002) terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam organisasi, setelah misi dan strategi yang jelas telah ada, yaitu antara lain : 1. 2. 3. 4. Struktur Organisasi Proses Organisasi Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja Budaya Organisasi

MISI

STRATEGI

STRUKTUR ORGANISASI

PROSES ORGANISASI

SUMBER DAYA

MANUSIA

BUDAYA ORGANISASI

Gatot Bentoro - 6402014051

28

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Gambar 2.5. Faktor-Faktor Penting dalam Organisasi


(Sumber: Cusway dan Lodge 2002)

1.

Struktur Organisasi Menjelaskan bagaimana kewajiban, tugas dan peran dialokasikan didalam

organisasi. Hal ini penting karena dampaknya terhadap cara orang bekerja dan terhadap efektifitas proses-proses organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka-kerangka yang menjelaskan bagaimana sumber-sumber daya dan alur komunikasi serta pembuatan keputusan dialokasikan atau ditangani (Woodward 1980). Maksud utama struktur itu adalah memastikan bahwa organisasi dirancang dengan cara yang paling baik untuk mencapai sasaran atau tujuannya (Cusway dan Lodge 2002). 2. Proses Organisasi Proses adalah mekanisme yang mendasari dilaksanakannya kegiatan-kegiatan organisasi. Proses biasanya menentukan bagaimana organisasi itu disusun, meskipun mekanisme tersebut mungkin dibuat sangat sesuai dengan struktur organisasi. Mekanisme itu juga yang akan mempengaruhi jenis tenaga yang akan dipekerjakan. 3. Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja Sumber daya inti setiap organisasi adalah tenaga kerja (manusia). Sebaliknya tenaga kerja (manusia) menentukan struktur dan proses organisasi. Sumber daya yang efektif dan dimotivasi dengan baik akan mengatasi kekurangan pada struktur dan proses yang kurang baik, sedangkan struktur dan proses yang terbaik tidak akan berjalan tanpa peran serta sumber daya manusia. 4. Budaya Organisasi Budaya memiliki dampak pada efisiensi dan efektivitas organisasi. Oleh karena itu, organisasi merupakan bagian penting guna memperoleh pemahaman sepenuhnya tentang organisasi. Budaya organisasi dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya dijalankan atau beroperasi. Budaya merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para pegawai berprilaku. Menurut (Riley and Clare-Brown 2001) kebudayaan perusahaan adalah campuran aspirasi, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki bersama-sama oleh karyawankaryawan. Budaya mencakup seluruh unsur-unsur kemasyarakatan yang kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, etika, moral, hukum, adat istiadat,

29

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

kebiasaan dan sikap lain yang diperlukan individu sebagai anggota masyarakat (Cleland and Gareis 1994) Menurut Duncan (1989) konsep budaya organisasi sebagai sesuatu yang tidak dapat di abaikan demi mendukung jalannya strategi perusahaan, dan budaya yang kuat dapat merupakan kontribusi bagi kesuksesan sebuah organisasi perusahaan dalam mencapi tujuan.

2.3. PENDEKATAN
Manajemen strategi

MANAJEMEN
adalah proses untuk

STRATEGI
membantu

PADA
dalam

PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI


organisasi mengidentifikasikan apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaanperusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif (Hitt, Ireland dan Hoslisson 1997). Proses manajemen strategi meliputi empat elemen dasar (Wheleen dan Hunger 2000) : 1. 2. 3. 4. Pengamatan lingkungan Perumusan strategi Implementasi strategi Evaluasi dan pengendalian

Pengamatan Lingkungan

Perumusan Strategi

Implementasi Strategi

Evaluasi dan Pengendalian

Gambar 2.6. Elemen-Elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis


(Sumber: Wheleen & Hunger 2000)

Pada level korporasi, proses manajemen strategis meliputi aktivitas-aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan perusahaannya. Langkah pertama untuk dalam merumuskan strategi adalah pernyataan misi, yang berperan penting dalam menentukan tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan strategi dan kebijakan tersebut melalui program,

Gatot Bentoro - 6402014051

30

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

anggaran dan prosedur. Akhirnya, evaluasi kinerja dan umpan balik

untuk

memastikan tepatnya pengendalian aktivitas perusahaan (Wheleen & Hunger 2000). Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan, yang meliputi (Wheleen & Hunger 2000):

1.

Struktur organisasi Apabila struktur perusahaan cocok dengan strategi yang diusulkan, maka

struktur tersebut merupakan kekuatan perusahaan. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan strategi yang diusulkan, maka struktur tersebut akan menjadi kelemahan perusahaan dan akan membuat strategi tidak dapat dijalankan dengan benar. 2. Budaya organisasi Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota puncak sampai karyawan operatif. Tahapan yang paling maju dalam perubahan budaya organisasi adalah menciptakan budaya organisasi yang bersifat pelopor. Budaya pelopor berarti berpikir jauh melebihi kecepatan pemikiran normal, baik dari sisi manusia ataupun sisi organisasi yang bersangkutan. Jika organisasi ingin memaksimalkan kemampuannya dalam mencapai tujuan, diperlukan budaya yang dapat mendukung dan menggerakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Hagberg dan Heifetz 2000). Konsep budaya organisasi sebagai sesuatu yang tidak dapat diabaikan demi mendukung jalannya strategi perusahaan dan budaya yang kuat merupakan kontribusi bagi kesuksesan sebuah organisasi perusahaan dalam mencapai tujuannya (Kaming, Olomolaiye et al. 1997). Beberapa ciri dari organisasi yang memiliki budaya pelopor (frontier) sebagai berikut (Kotter and Heskett 1992)

1.

Adanya

kemampuan

berpikir dan menciptakan produk-produk dan jasa-jasa baru melampaui apa yang diinginkan konsumen baik untuk jangka waktu pendek ataupun jangka waktu panjang. Dengan kata lain organisasi tersebut mampu untuk melakukan tindakan yang lazim disebut "think beyond".

2.

Organisasi

tersebut

cepat dan tanggap terhadap peluang bisnis baru sebelum kompetitornya

31

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

memikirkan hal yang sama. Di sini organisasi ini telah mengaplikasikan paradigma manajemen mutu yang baru yaitu "if not broken, improve it". Sistem yang menghasilkan produk dan jasa yang tidak rusak tidak didiamkan begitu saja. Namun selalu diperbaiki dan diperbaiki sehingga mencapai hasil yang optimal.

3.

Organisasi

tersebut

sangat dinamis dan tanpa birokrasi. Yaitu sebuah organisasi yang memiliki pemimpin yang bertindak sebagai fasilitator sekaligus supporter. Hal ini kita kenal sebagai organisasi yang bersifat "team based" dan "virtual organization". Organisasi akan dijalankan oleh para pekerja pengetahuan (knowledge worker). Birokrasi yang rumit akan terpangkas dengan makin intensifnya penggunaan internet sehingga informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi akan dapat disebarkan dengan cepat dan merata ke seluruh bagian dalam organisasi tersebut. Inilah yang membentuk tersebut terciptanya virtual organization. 4. Organisasi lebih menitik-beratkan pada pengembangan jalur karir daripada jalur manajerial. Maksudnya, setiap orang dalam sebuah organisasi akan bergerak menuju posisi profesional. Yang harus diperhatikan untuk meletakkan budaya organisasi yang bersifat pelopor adalah inovasi dan mulai memperhatikan spesialisasi, yang memicu penciptaan dan internalisasi budaya pelopor dalam sebuah organisasi. Budaya perusahaan adalah sekumpulan keyakinan, harapan dan nilai yang dipelajari dan dibagikan oleh anggota-anggota organisasi dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Duncan 1989). Budaya suatu sistem sosial Budaya adalah kerangka referensi bagi karyawan agar digunakan untuk menerima berbagai kegiatan organiosasional dan juga sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat. 3. Sumber Daya Organisasi. perusahaan memenuhi beberapa fungsi penting dalam sebuah organisasi (Smircich 1983) : Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan Budaya membantu menimbulkan komitmen karyawan Budaya menambah stabilitas perusahaan sebagai

terhadap sesuatu yang lebih besar dari pada diri mereka sendiri

Gatot Bentoro - 6402014051

32

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Sumber daya adalah aset yang meliputi keahlian orang, kemampuan dan bakat manajerial (Wheleen & Hunger 2000). Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang, modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat. Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi (Hitt, Ireland & Hoslisson 1997). Grant (1991) menyatakan bahwa ada empat karakter sumber daya organisasi perusahaan dan merupakan faktor penting dalam mempertahankan keunggulan kompetitif : Durabilitas: yaitu, tingkat yang menunjukkan daya tahan sumber daya dan perusahaan menjadi berkurang atau ketinggalan jaman. Transparansi: yaitu, kecepatan perusahaan pesaing untuk mampu memahami sumber daya dan mendukung kesuksesan strategi perusahaan. Transferabilitas: yaitu, kecakapan para pesaing untuk mengumpulkan sumber daya yang perlu untuk mendukung tantangan bersaing. Replikabilitas: yaitu, kecakapan pesaing untuk menggunakan sumber daya dan untuk meniru kesuksesan perusahaan. Kemampuan kemampuan, menggunakan adalah daya kapasitas dapat dan/atau sekumpulan berharga jika sumber daya untuk secara

integratif melakukan suatu tugas atau aktivitas. Istilah sumber daya juga mencakup sumber memungkinkan ancaman dalam perusahaan lingkungan kesempatan menetralisir

eksternalnya. Sumber daya disebut langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun yang mungkin ada. Sumber daya disebut tidak dapat ditiru apabila perusahaan lain tidak dapat memperolehnya. Serta sumber daya dapat digantikan jika tidak memiliki equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria ini terpenuhi, sumber daya dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagai dasar keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis (Hitt, Ireland & Hoslisson 1997). Daya saing perusahaan pada dasarnya adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dengan biaya murah dari pesaing, mampu menguasai pasar dan sumber daya serta dapat terus menerus mengimbangi tuntutan pasar, yang singkatnya dapat diukur dari kinerja perusahaannya (Soeparto 2003).

2.4. HUBUNGAN
Menurut David

FUNGSI
(2002) hubungan

MANAJEMEN
antara fungsi

DENGAN
dengan

MANAJEMEN STRATEGI
manajemen manajemen strategi bagi suatu organisasi perusahaan adalah pada saat perencanaan

33

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

(planning) sangat diperlukan ditahap strategy formulation. Pada saat pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan menggerakkan (motivating) sangat diperlukan ditahap strategy implementation. Dan pada saat pengawasan (controlling) sangat diperlukan ditahap strategy evalaluation. Fungsi Manajemen : Planning Organizing Actuating Motivating Controlling Manajemen Strategi : Perumusan strategi Implementasi Strategi Implementasi Strategi Implementasi Strategi. Evaluasi dan Pengendalian .. .. .. .

Gambar 2.7. Hubungan Fungsi Manajemen dengan Manajemen strategi


(Sumber: David 2002)

Yang perlu dilakukan pada fungsi manajemen pada manajemen strategi adalah sebagai berikut (David 2002): Planning :

Melakukan forecasting Menetapkan tujuan Membuat strategi Menyusun peraturan/kebijakan

Organizing : Membentuk struktur organisasi Membuat jalur pelaporan dan perintah yang jelas Menentukan spesialisasi pekerjaan Menyusun deskripsi pekerjaan Menentukan spesifikasi pekerjaan

Actuating : Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab Memberikan pengarahan penugasan Membangun hubungan antar personil

Motivating : Menciptakan kepemimpinan yang baik Komunikasi yang baik Menciptakan kerja tim yang baik

Gatot Bentoro - 6402014051

34

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Job enrichment Job satisfaction Pemenuhan kebutuhan Perubahan sikap dan sifat dalam bekerja

Controlling : Pengawasan terhadap kualitas Pengawasan terhadap keuangan Pengawasan terhadap inventaris Menentukan reward and punishment

2.5. KINERJA

PERUSAHAAN

JASA

KONSTRUKSI

SEBAGAI ALAT UKUR


Kinerja adalah suatu hasil prestasi kerja optimal yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok ataupun badan usaha. Pengukuran kinerja secara tradisional adalah pengukuran kinerja yang berorientasi kepada bidang keuangan dan kemampuan untuk mendapatkan laba. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik kalau dalam laporan keuangannya mendapat keuntungan, sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi 2001). Pengukuran kinerja merupakan hal penting dalam proses evaluasi dan pengendalian. Minimnya sasaran-sasaran yang dapat diukur atau tidak adanya standar kinerja dan tidak mampunya sistem informasi untuk memberikan hasil tepat pada waktunya, serta tidak validnya informasi yang diberikan, adalah dua hal nyata yang menjadi masalah dalam pengendalian (Hrebiniak & Joyce 1984). Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada bagaimana suatu organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada manajemen strategis dengan memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, biaya dan mutu harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Wheleen & Hunger 2000). Penilaian kinerja adalah menentukan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian operasional dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Siegel & Marconi 1989).

35

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah membantu dalam menetapkan standar dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi, organisasi dan mempengaruhi perubahan perilaku (Tatikonda 1998). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1995) bahwa pengukuran kinerja bertujuan untuk dapat mengeleminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengoptimalkan aktivitas yang bernilai tambah. Keefektifan pengukuran kinerja ditentukan dari kemampuannya memenuhi tujuan dari pengukuran kinerja tersebut (Sellenheim 1991). Menurut Horgen (1996) ukuran kinerja yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: Berhubungan dengan tujuan karyawan Mempunyai perhatian yang seimbang antara panjang Menggambarkan aktivitas kunci manajemen Dipengaruhi oleh tindakan karyawan Mudah dipahami oleh karyawan Dipergunakan dalam evaluasi dan pemberian imbalan karyawan Bertujuan logis dan merupakan pengukuran yang mudah Digunakan secara konsisten dan teratur. jangka pendek dan jangka

Hasil analisis Benson et al (1991) didukung oleh hasil analisis Madu et al (1996) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan. Analisis ini juga menunjukkan bahwa tipologi perusahaan mempengaruhi hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan. Sedangkan analisis yang dilakukan oleh Flynn et al (1995) adalah menguji pengaruh kualitas manajemen terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan. Selain itu dianalisis juga infrastruktur yang menciptakan lingkungan pendukung pelaksanaan manajemen. Yang dimaksud infrastruktur disini yaitu terdiri dari: Hubungan jangka panjang dengan pelanggan Dukungan manajemen puncak Perencanaan kebutuhan tenaga kerja Hubungan jangka panjang dengan supplier Sikap kerja.

Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur berpengaruh terhadap kualitas manajemen, kualitas manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif perusahaan. Sasaran perusahaan yang diuraikan dalam rencana jangka panjang akan diukur pencapaiannya melalui penilaian kinerja perusahaan yang uraiannya tercantum dalam Keputusan Meneg BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.

Gatot Bentoro - 6402014051

36

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Penilaian kinerja perusahaan BUMN terdiri dari :

1.

Aspek Administrasi

Laporan Perhitungan Tahunan Rancangan RKAP Laporan periodik Kinerja PUKK 2. Kinerja Korporasi Kinerja Keuangan ROE (imbalan terhadap pemegang saham) ROI (imbalan Investasi) ROA (perputaran total aset) CAR (Rasio Kas) COP (Collection Periods) Perputaran persediaan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva Inovasi produk baru Peningkatan kualitas SDM R & D (Research & Development)

Kinerja Operasional -

Sedangkan menurut Kaplan dan Norton (1996) ada 4 perspektif dalam penilaian kinerja suatu perusahaan, yaitu : 1. Perspektif keuangan : 2. Pertumbuhan pendapatan Pertumbuhan produktivitas Penghematan biaya Pemanfaatan Aktiva

Perspektif proses bisnis internal : Meningkatkan inovasi Proses operasi Pelayanan purna jual

3.

Perspektif pelanggan : Kepuasan pelanggan Akuisisi pelanggan (sejauh mana perusahaan dapat menarik pelanggan)

37

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

4.

Retensi pelanggan Pangsa pasar Kemampulabaan pelanggan

Perpektif pembelajaran dan pertumbuhan : Meningkatkan kapabilitas personil Meningkatkan kapabilitas system informasi Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

Tolak ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, implementasi dan eksekusi perusahaan memberi kontribusi pada perbaikan laba. Tujuan finansial biasanya berkaitan dengan pengukuran kemampulabaan. Tujuan keuangan alternatif dapat berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau perolehan arus kas. Sasaran utama perpektif keuangan diarahkan pada pencapaian efisiensi penggunaan anggaran, dengan tetap berada dalam kerangka pengembangan kualitas output dan pelayanan, organisasi serta personil. Perspektif proses bisnis internal melukiskan proses internal yang diperlukan untuk memberikan nilai untuk pelanggan dan pemilik. Ada tiga prinsip utama dalam proses bisnis internal, yaitu: 1. 2. 3. Proses inovasi Proses operasional Proses Pelayanan

Perspektif pelanggan mendefinisikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit usaha akan bersaing. Dalam era global, persaingan menjadi sangat tajam. Perusahaan-perusahaan yang pada masa lalu hanya bersaing pada tingkat regional dan nasional, pada masa sekarang harus menghadapi persaingan global. Perusahaan yang dapat menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelangganlah yang akan memengkan persaingan (Tangkilisan 2003). Apabila pelanggan tidak merasa puas dengan kualitas barang atau jasa yang merekanikmati, pelanggan akan dengan mudah berpindah ke perusahaan lain. Sehingga pelanggan menjadi penentu kelangsungan hidup perusahaan (Bounds 1994). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mendefinisikan kapabilitas yang diperlukan induk organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan. Perspektif ini berhubungan dengan tiga faktor utama, yaitu : 1. 2. Kapabilitas karyawan Kapabilitas sistem informasi 38

Gatot Bentoro - 6402014051

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

3.

Sikap karyawan

Menurut Terry (1986) terdapat aktivitas-aktivitas khusus yang merupakan bagian dari suatu proses manajemen. Disamping itu, dapat dikatakan bahwa aktivitasaktivitas tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan berlangsung dengan bantuan manusia dengan sumbersumber daya lainnya., dalam hal ini adalah tujuan dari perusahaan jasa konstruksi (kontraktor). Sumber-sumber daya dikelola oleh fungsi-fungsi dasar manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemotivasian dan pengawasan, agar tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Manajemen dapat dinyatakan sebagai aktivitas manusia yang paling komprehensif, yang paling banyak menuntut, yang paling penting dan paling peka. Oleh karena itu jika seluruh usaha kegiatan diilustrasikan sebagai input, proses dan output, maka (Terry 1986): Sumber daya yang tersedia merupakan input Fungsi-fungsi manajemen merupakan proses Tujuan merupakan output

Pernyataan ini dapat digambarkan dan dapat dilihat pada gambar 2.8.

39

Bab II Manajemen Perusahaan dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

INPUT

PROSES

OUTPUT

SUMBER DAYA (6 M) : (Terry 1986)


Man Money Material Method Machine Market

FUNGSI MANAJEMEN : ( Terry 1986)


Planning Organizing Actuating 4. Motivating Controlling

TUJUAN PERUSAHAAN : MENINGKATKAN KINERJA

(Kaplan dan Norton 1996) Ada 4 Perspektif : 1. Perspektif Keuangan 2. Perspektif Proses Bisnis Internal 3. Perspektif Pelanggan 4. Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Gambar 2.8. Skema Usaha Kegiatan dalam Manajemen


(Sumber: Adaptasi dari Terry 1986, dan Kaplan dan Norton 1996)

Gatot Bentoro - 6402014051

40

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab 3 akan diuraikan tentang metodologi penelitian yang menjelaskan kerangka pemikiran dan hipotesa; pemilihan metode penelitian yang digunakan; kerangka metode penelitian yang terdiri dari penjelasan tentang model penelitian yang digunakan dan identifikasi variabel penelitian; metode pengumpulan data; serta metode analisis yang digunakan.

3.1. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA


Berdasarkan kajian pustaka pada bab 2, mengenai pengaruh kualitas manajemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi, maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut: Kesuksesan perusahaan jasa konstruksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal, eksternal, dan market forces. Manajemen perusahaan merupakan variabel terpenting dalam faktor internal yang mempengaruhi kesuksesan suatu perusahaan. Manajemen menyebabkan bahwa kita menyadari kemampuan-kemampuan kita serta menunjukkan arah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi hambatan-hambatan dan memungkinkan kita mencapai tujuan-tujuan yang kita harapkan. Masalah internal yang banyak terjadi di dalam suatu perusahaan biasanya berhubungan dengan lemahnya manajemen perusahaan. Sehingga masalah manajemen adalah satu-satunya faktor terbesar dibalik kegagalan perusahaan yang sering terjadi. Salah satu cara untuk mengetahui kesuksesan suatu perusahaan jasa konstruksi yaitu dengan mengukur kinerja dari perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, pengukuran kinerja perusahaan yang digunakan adalah standar kinerja yang ada pada faktor manajemen perusahaan. Diagram alir kerangka pemikiran diatas dapat dilihat pada gambar 3.1.

41

Bab III Metodologi Penelitian

PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

Kunci Kesuksesan Perusahaan Jasa Konstruksi Faktor Internal Faktor Eskternal Market Forces

Perspektif Kinerja Keuangan Proses Bisnis Internal Pelanggan Pembelajaran & Pertumbuhan

Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Manajemen Perusahaan

Analisa Tingkat Pengaruh terhadap Kinerja Perusahaan

Gambar 3.1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran


(Sumber: Hasil Olahan)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini akan membuktikan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut : Peningkatan kualitas manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi.

3.2. PEMILIHAN METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh kualitas manajemen perusahaan pada perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) swasta kelas B (besar) dan BUMN yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Yin (1994) bahwa strategi metode penelitian perlu mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu jenis pertanyaan yang digunakan, kendala terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan. Strategi dalam penentuan metode penelitian dapat dilihat tabel 3.1.

Gatot Bentoro - 6402014051

42

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tabel 3.1. Strategi Metode Penelitian untuk Masing-Masing Situasi


Kendala terhadap peristiwa yang diteliti Ya Tidak Fokus terhadap peristiwa yang berjalan/baru diselesaikan Ya Ya

STRATEGI

Jenis Pertanyaan yang digunakan

Eksperimen Survey

Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Bagaimana, mengapa

Analisis Sejarah

Tidak Tidak Tidak

Ya/Tidak Tidak Ya

Studi Kasus Bagaimana, mengapa Sumber: Diterjemahkan dari (Yin 1994)

Berdasarkan teori tersebut, dapat dijelaskan bahwa setelah menemukan maksud dan tujuan penelitian yang telah didukung dengan tinjauan pustaka pada bab 2, maka dilanjutkan dengan membuat suatu penelitian yang lebih detail, dimana diperlukan suatu usaha atau tahapan untuk membuat suatu pertanyaan yang harus dijawab dalam rangka pengumpulan data yang relevan. Jenis pertanyaan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti apa, berapa besar, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. 2. Faktor-faktor apa saja dari manajemen perusahaan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi. Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan Yin, pertanyaan pertama dan kedua dapat dijawab dengan pendekatan survey menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner akan disebarkan pada para responden serta jika memungkinkan dilakukan wawancara secara langsung. Responden dari kuesioner ini adalah pihak perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) baik swasta maupun BUMN dan pihak-pihak yang terkait lainnya.

3.3. KERANGKA METODE PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian serta hipotesa, maka model penelitian yang digunakan adalah model hubungan antara faktor-faktor manajemen perusahaan dengan kinerja perusahaan, seperti pada gambar 3.2.

43

Bab III Metodologi Penelitian

Tinggi

Y = f ( X ijkl )
Kinerja Perusahaan (Y)

Rendah Kualitas Manajemen Perusahaan (X ijkl )

Tinggi

Gambar 3.2. Model Hubungan Kualitas Manajemen Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan Berdasarkan model hubungan pada Gambar 3.2, maka dapat disederhanakan ke dalam persamaan matematik, yaitu :

Y = f ( X ijkl )
Dimana : Y X i j k l = Kinerja Perusahaan = Kualitas Manajemen dan Organisasi Perusahaan = Variabel bebas = Sampel perusahaan = Jenis variabel k yang mempunyai keterkaitan terhadap variabel i = Sampel perusahaan l yang mempunyai keterkaitan terhadap sampel j

Variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari 2 (dua)

variabel, yaitu : variabel terikat (dependent variable) sebagai obyek pokok yang difokuskan berupa peningkatan kinerja perusahaan, serta variabel bebas (dependent variabel) berupa faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan.

Pada penelitian ini, variabel terikat berupa kinerja perusahaan dapat diukur dari (Kaplan dan Norton 1996): 1. Kinerja Perspektif Keuangan 2. Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Gatot Bentoro - 6402014051

44

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

3. 4. 5.

Kinerja Perspektif Pelanggan Kinerja Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi, sebagai kinerja total.

Sedangkan variabel bebas merupakan faktor-faktor yang berperan dan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Contoh Variabel/Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAA PERENCANAAN Penetapan Tujuan dan Sasaran : X1 X2 X3 X4 X5 Tujuan dan sasaran mengacu pada sumber daya Mempertimbangkan dan menganalisis situasi pasar Program Pengembangan manajemen Kemampuan untuk menghasilkan laba Kualitas hasil akhir pekerjaan Porter (1980) Porter (1980) Stukhart (1995) Terry (1986) Kaizen (1994) Benson et al (1991), Madu et al (1996) Terry (1986) Terry (1986) Porter (1980); Hanger & Wheelen (1996) David (2002) Cambell & Tawadey (1992) (Flippo 1984)

VARIABEL

REFERENSI

Penyusunan Strategi Rencana Jangka Panjang : X6 X9 Tingkat keberhasilan dari strategi yang diterapkan Kualitas dari strategi rencana jangka panjang

Kebijakan Perusahaan : X7 X8 Kualitas implementasi kebijakan perusahaan Kinerja dan produktifitas karyawan

Sumber: Hasil Olahan Dari variabel diatas, kemudian dicari tingkat pengaruh dari masing-masing variabel. Masing-masing faktor tersebut menghasilkan tingkat pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui studi literatur dan survey kepada para responden.

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian, dimana tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian,

45

Bab III Metodologi Penelitian

sehingga jawabannya masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data (Gulo 2002). Seperti yang telah diuraikan diatas, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan survey kuesioner. Karena adanya keterbatasan waktu penelitian maka penelitian ini akan dibatasi sebagai berikut : 1. Yang dimaksud dengan perusahaan jasa konstruksi kontraktor adalah perusahaan sebagai pelaksana konstruksi, didefinisikan sebagai penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli, profesional dibidang pelaksanaan kegiatannya jasa untuk konstruksi, mewujudkan yang suatu mampu hasil menyelenggarakan

perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan kontrak konstruksi. 2. 3. Perusahaan-perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) swasta dan BUMN yang berada di wilayah Jabodetabek. Perusahaan-perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) Yang ditinjau adalah perusahaan jasa konstruksi kontraktor swasta kelas B (besar) dan BUMN, dengan mempertimbangkan nilai proyek sebesar diatas 10 miliar yang ditangani oleh perusahaan, sehingga memerlukan penanganan manajemen yang cukup kompleks. 4. Responden penelitian ini adalah mereka yang secara purposif terpilih menjadi sampel penelitian. Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berdasarkan dari pengalaman, reputasi dan kerjasama. Data yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) data, yaitu data primer dan data sekunder.

1.

Data Primer Data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan survey kepada perusahaanperusahaan konstruksi yang berkompeten terhadap permasalahan yang diteliti. Pendekatan untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey. Survey merupakan suatu metode yang sistematis untuk mengumpulkan data berdasarkan suatu sampel agar mendapatkan informasi dari populasi yang serupa (Tan 1995). Selain itu tujuan utama dari survey bukan untuk menentukan suatu kasus yang spesifik, namun untuk mendapatkan karakteristik utama dari populasi yang dituju pada suatu waktu yang telah ditentukan (Naoum 1999). Sebagai landasan teori dalam pengumpulan

Gatot Bentoro - 6402014051

46

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

data primer, dilakukan studi literatur melalui buku-buku, jurnal, majalah dan artikel. 2. Data Sekunder Merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur, seperti bukubuku, jurnal, makalah, penelitianpenelitian berkaitan sebelumnya, dan dapat juga disebut data yang sudah diolah, meliputi : Data yang digunakan sebagai landasan teori dari penelitian, yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, makalah, dan lainlain. Data untuk variabelvariabel penelitian diambil dari penelitian yang berkaitan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survai ke perusahaan jasa

konstruksi (kontraktor) swasta kelas B dan perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) BUMN untuk mengetahui frekuensi kejadian pada Tabel 3.3, nilai kualitas Tabel 3.4, ranking pengaruh kinerja perusahaan terhadap kualitas manajemen perusahaan, dapat dilihat pada Tabel 3.5. Dan mengetahui kualitas kinerja tersebut terhadap perusahaan jasa konstruksi selama kurun waktu lima (5) tahun terakhir, pada Tabel 3.6. Tabel 3.3. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Frekuensi Kejadian
No. 1. KOMPONEN 1 FREKUENSI KEJADIAN 2 3 4 5 6

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran perusahaan, apakah perusahaan Saudara mengacu pada sumber daya (resources) yang dimiliki perusahaan? Sumber: Hasil Olahan

Skala pengukuran (Tidak Pernah) 1

6 (Selalu).

Tabel 3.4. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Nilai Kualitas


No. 4. KOMPONEN 1 2 NILAI KUALITAS 3 4 5 6

Bagaimanakah profit yang diperoleh perusahaan Saudara berdasarkan pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan? Sumber: Hasil Olahan Skala Pengukuran : 1 = 0 20% (Sangat Rendah) 2 = >20% - 40% 3 = >40% - 60% 4 = >60% - 80% 5 = >80% - 100% 6 = >100% (Sangat Tinggi)

Tabel 3.5. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Ranking Kinerja Perusahaan

47

Bab III Metodologi Penelitian

KINERJA PERUSAHAAN
1. PERSPEKTIF KEUANGAN 2. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 3. PERSPEKTIF PELANGGAN 4. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Sumber: Hasil Olahan

RANKING 1 2 3 4

Tabel 3.6. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Nilai Kualitas Kinerja Perusahaan KINERJA PERUSAHAAN
1. PERSPEKTIF KEUANGAN 2. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 3. PERSPEKTIF PELANGGAN 4. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Sumber: Hasil Olahan

NILAI KUALITAS 1 2 3 4 5 6

Keterangan kualitas kinerja, berdasarkan skala pengukuran :


1. 2. 3. Sangat Buru Buruk Cukup (0-60%) (>60% - 80%) (>80% - 100%) 4. 5. 6. Sangat Cukup Baik Sangat Baik (>100% - 120%) (> 120% - 140%) (>140%)

Kriteria responden adalah sebagai berikut: Responden dari kuesioner ini adalah pihak perusahaan jasa konstruksi

(kontraktor) baik swasta kelas B maupun BUMN dan pihak-pihak yang terkait lainnya Memiliki pengalaman memimpin perusahaan jasa konstruksi atau Level manajemen yang ditinjau adalah level top manajemen Memiliki reputasi yang baik dalam perusahaan jasa konstruksi Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya. instansi yang terkait lainnya minimal 12 tahun

3.5.

METODE ANALISIS
Data dan informasi yang dikumpulkan dari kuesioner ini diharapkan dapat

menghasilkan suatu analisis yang tepat terhadap peningkatan kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi (Kontraktor) Swasta dan BUMN di Jabodetabek, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan topik dan tujuan.

Gatot Bentoro - 6402014051

48

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuesioner dan wawancara dari pakar dan responden diolah sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik dengan menggunakan program statistik SPSS (Statistical Program for Social Science) 11.5 serta simulasi Monte Carlo. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 11,5 dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.3.

Start

Input Data

Analisa Korelasi dan Interkorelasi

Analisa Faktor (Data Reduction)

Analisa Variabel Penentu

Analisa Regresi Output: Model Regresi Linier dan Non Linier

Uji Model Uji Terhadap: R2, F, t, Durbin-Watson

Validasi Output: Model Valid / Tidak Valid

Model Terpilih

Stop

Gambar 3.3. Diagram analisis Statistik dengan Bantuan Program SPSS 11,5
(Sumber: Hasil Olahan)

Analisis Statistik

49

Bab III Metodologi Penelitian

Sebelum dilakukan analisis statistik perlu diketahui jenis data yang akan diolah. Ada 3 jenis data dalam statistik (Bryman and Cramer 1997), yaitu:

Data nominal, merupakan data yang berada dalam suatu konsep

dimana tidak ada ukuran atau lebih dari lainnya. Data ordinal, merupakan data yang dikategorikan dalam suatu

konsep dimana kategori satu lebih atau kurang dari lainnya. Data interval/rasio, merupakan data yang dikelompokkan dalam

suatu kategori seperti 20-29, 30-39. Selain itu diketahui juga data yang terkumpul akan dianalisis dalam metode statistik parametrik atau nonparametrik. Metode statistik parametrik dilakukan jika data memiliki distribusi normal. Sedangkan metode statistik non parametrik digunakan jika pengujian tidak tergantung dari pengasumsian tentang distribusi data tersebut. Menurut Bryman dan Cramer (1997), data dengan kategori nominal dimana tidak diketahui apakah berdistribusi normal atau tidak, dianalisis dengan metode statistik non parametrik. Untuk data dengan jumlah dari perbandingan grup 2 dimana data-data tersebut tidak berhubungan antara satu dengan yang lainnya, diuji dengan Mann-Whitney. Sedangkan untuk data yang tidak berhubungan antara satu dengan lainnya dengan jumlah perbandingan grup lebih dari 3, diuji dengan Kruskal-Wallis. Untuk data dengan kriteria data interval/rasio yang berdistribusi normal dapat dilakukan analisis data dengan metode statistik parametrik. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisis data dengan tahapan sebagai berikut : a. Analisis Non Parametrik Metode statistik non parametrik merupakan metode yang digunakan jika data yang ada tidak berdistribusi normal, atau jumlah data sangat sedikit serta level data adalah nominal atau ordinal. Keuntungan dari penggunaan metode non parametrik antara lain:

1.

Metode non parametrik tidak mengharuskan data berdistribusi normal, karena itu metode ini sering dinamakan uji distribusi bebas (distribution free test). Dengan demikian, metode ini dapat dipakai untuk segala distribusi data dan lebih luas penggunaannya.

2.

Metode non parametrik dapat dipakai untuk level data seperti nominal dan ordinal. Hal ini penting bagi para peneliti yang meneliti tentang sikap manusia, perilaku konsumen, dan lain-lain yang mengalami kendala

Gatot Bentoro - 6402014051

50

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

dengan hasil pengukuran yang tidak berlevel atau rasio. 3. Metode non parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah dimengerti daripada pengerjaan Metode Parametric.

Aplikasi tes non parametrik terdiri dari beberapa metode non parametrik yang dapat digunakan, yaitu:

1.

Untuk menguji dua sampel yang saling berhubungan (Two Dependent Samples), metode yang digunakan: Sign test, Wilcoxon Signed-Rank, Mc Nemar Change Test.

2.

Untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan (Two Independent Samples),metode yang digunakan: Mann-Whitney U Test, Moses Extreme reactions, Chi-Square test, Kolmogorov-Smirnov test, Walt-Wolfowitz runs.

3.

Untuk menguji beberapa sampel yang berhubungan (Several Dependent Samples), metode yang digunakan: Friedman test, Kendall W test, Cochrans Q.

4.

Untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan (Several Independent Samples), metode yang digunakan: Kruskal-Wallis test, Chi Square test, Median test.

Pada penelitian ini, uji yang dilakukan adalah uji dua sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah Mann-Whitney U Test. Dua sampel yang tidak berhubungan adalah jenis perusahaan jasa konstruksi BUMN dan Swasta. Sedangkan untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah Kruskal-Wallis test. Beberapa sampel yang tidak berhubungan adalah mutu perusahaan jasa konstruksi. b. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel pengharapan (predictor) yang merupakan variabel terikat dengan variabel-variabel kriteria ukuran yang merupakan variabel bebas (Dillon and Goldstein 1984). Atau merupakan alat analisis yang dipergunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X) (Syamsudin 2002). Hubungan antara variabel menghasilkan nilai positif atau negatif dengan batasan nilai

51

Bab III Metodologi Penelitian

koefisien korelasi r (Pearson Correlation Coeficient) adalah 1 untuk hubungan positif dan -1 untuk hubungan negatif (Siegel 1990). Hubungan antara dua variabel dapat karena hanya kebetulan, dapat pula karena merupakan hubungan yang sebab akibat. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau arah yang berlawanan (Syamsudin 2002). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi momen product moment correlation) Pearson, yaitu: jika sepasang variabel kontinu, X dan Y, mempunyai korelasi, derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi pearson yang rumusnya adalah sebagai berikut : xi yi ( Xi2) ( Yi2) Dengan : r xi yi Y X = Koefisien korelasi yang dicari = Xi-X = Yi-Y = Nilai rata-rata variabel Y = Nilai rata-rata variabel X yang ke

r=

.......................................... (3.5.1.)

Pengujian hipotesis/model tentang korelasi : r = 0, maka tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut r > 0, maka ada hubungan positif r < 0, maka ada hubungan negatif

Jenis korelasi bivariate pada program SPSS yang digunakan adalah pearson correlation coefficient. Pada umumnya untuk sample kurang dari 100, angka korelasi terkecil yang dapat dipertimbangkan adalah 0,300 (Dillon & Goldstein, 1984). Penelitian ini menggunakan pertimbangan atas dasar r berikut degree of freedom yang diperoleh dari table Fisher and Yates (Yates 1973). Dari hasil korelasi dipilih variabel-variabel Xi untuk diproses lebih lanjut, yaitu variabel Xi yang mempunyai hubungan berarti dengan variabel Y yang dipilih berdasarkan criteria dengan tingkat hubungan yang sedang sampai tinggi seperti terlihat pada Tabel 3.7.

Gatot Bentoro - 6402014051

52

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tabel 3.7. Tabel Besaran Hubungan Korelasi Pearson r


No. 1. 2. 3. 4. 5. R (Koefisien Korelasi) 0,0 < r < 0,2 0,2 < r < 0,4 0,4 < r < 0,6 0,6 < r < 0,8 0,8 < r < 1,0 Keterangan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Sumber: (Hadi 1979)

Output dari interkorelasi antara variabel Xij terhadap Xkl, sesuai Yates dan Fisher dimana adanya tingkat korelasi yang besar akan dapat mengganggu stabilitas model yang pada model regresi dianggap bahwa masing-masing variabel bebas tidak ada interkorelasi. Sebagai pembanding, dalam pembuatan model dianggap interkorelasi yang diijinkan adalah yang mempunyai korelasi tingkat rendah kebawah. c. Analisis Faktor Menurut Dillon dan Goldstein, penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dilakukan dengan analisis faktor, yaitu berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya. Ada beberapa jenis analisis faktor, sedangkan dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan adalah principal component analysis, lebih kecil berdasarkan sebagian besar dari variabel asli. Komponen-komponen (Principal component analysis) yang dihasilkan kemudian dibuat supaya masing-masing komponen ini menjadi bervariasi berbeda antara satu dengan lainnya, oleh karena itu jika suatu variabel mempunyai loadings yang tinggi pada satu komponen, maka dibuat loadings mendekati nol pada komponen-komponen lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan merotasi sumbu-sumbu komponen dengan menggunakan metode varimax rotation. Prosedur dari metode ini adalah dengan merotasi sumbu-sumbu komponen sedemikian rupa sehingga variasi dari component loadings untuk suatu komponen tertentu dibuat besar. Hal ini dapat dicapai dengan mendapatkan loadings yang besar, medium dan kecil kedalam suatu komponen tertentu. Sedangkan metode untuk menetapkan berapa banyak komponen yang akan diambil adalah dengan menggunakan kriteria dari Kaiser, yaitu root greater than one, dimana kriteria ini yang berfungsi mentransformasikan himpunan variabel asli menjadi himpunan kombinasi linier yang

53

Bab III Metodologi Penelitian

mengambil komponen-komponen yang mempunyai eigenvalue lebih besar dari satu (Dillon & Goldstein, 1994). Output yang diharapkan dari analisis oleh SPSS 11.5 adalah rotated component matrix, yaitu matrix principal component hasil ekstraksi yang dirotasi berdasarkan metode varimax dan jumlah komponen yang diambil adalah komponen yang mempunyai eigenvalue>1, dimana eigenvalue menyatakan nilai dari information content yang diperoleh dari faktor tertentu (1,2,3,...,n) dari variabel-variabel X, dalam penelitian ini. Output tambahan dari SPSS dalam penelitian ini yang bernilai tinggi adalah Factor Scores, dimana Faktor adalah yang merupakan nilai para responden sesuai ukuran tiap faktor secara langsung. Faktor Scores akan berguna untuk meneliti data Ti penelitian ini. d. Analisis Variabel Penentu Analisis ini digunakan untuk mendapatkan variabel-variabel penentu terhadap Kinerja Perusahaan dari Kualitas Manajemen Perusahaan. Variabel penentu yang terpilih akan menjadi variabel dari model hubungan Kualitas Manajemen Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel-variabel penentu ini dipilih dari hasil pengelompokkan yang didapat dari analisis faktor, yang dipilih masing-masing mewakili tiap faktor. e. Analisis Regresi Berganda Regresi merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur pengaruh dari setiap perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, digunakan untuk menaksir variabel terikat (Y) setiap ada perubahan variabel bebas (X). Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan analisis hubungan antara satu variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Untuk mengetahui bentuk hubungan dari variabel-variabel tersebut linier atau non linier, maka dilakukan analisis regresi berganda secara transformasi logaritma natural terhadap variabel-variabelnya. Selain itu analisis ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat serta seberapa besar kontribusi variabelvariabel tersebut (Syamsudin 2002). Model analisis regresi berganda ini merupakan model matematis, yaitu model yang memperlihatkan hubungan secara kuantitatif antara variabel-variabel bebas Xi dengan Y. Jika hubungan antara variabel Y dengan variabel bebas Xi adalah linier dan dianggap terhadap k variabel bebas serta n pengamatan, maka model regresi berganda untuk hubungan Y dan Xi dapat dinyatakan sebagai berikut (Katz 1982):

Gatot Bentoro - 6402014051

54

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Y = 0 + 1.X1 + 2.X2 + ... + k.Xk + ...................(3.5.2.) Dengan : 0 1, 2, 3 = Konstanta = Dugaan koefisien regresi = Kesalahan pengganggu

Selain model regresi linier akan dibuat juga model non linier yang berupa transformasi logaritma. Kemudian kedua model ini akan dibandingkan, model yang dipilih adalah model yang teruji baik. Model transformasi logaritma adalah model dengan fungsi non linier yang ditransformasikan kebentuk logaritma normal menjadi non linier. Model non liniernya adalah sebagai berikut (Draper 1966) : Y = 0.X11.X22. ... Xkk .......................................... (3.5.3) Model ini ditransformasikan kebentuk logaritma normal menjadi bentuk linier dengan persamaan sebagai berikut : lnY = 0 + 1.lnX1 + 2.lnX2 + ... + k.lnXk .............(3.5.4) Dalam analisis regresi berganda ini dipergunakan metode stepwise regression, untuk mengetahui tingkat pengaruh dari variabel-variabel yang dipergunakan. Setiap variabel dimasukkan kedalam model regresi satu persatu secara berurutan dan berdasarkan urutan tingkat kontribusi R2 terhadap model regresi yang diharapkan (Walpole and Myers 1993). Dalam analisis regresi terdapat beberapa ukuran yang akan dicari, yaitu (Arikunto 1993): Garis regresi, yaitu yang menyatakan dan menggambarkan karakteristik hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Standard error of estimate, yaitu hanya mengukur pemencaran tiap-tiap titik (data) terhadap garis regresinya atau merupakan penyimpangan standar dari harga-harga variabel pengaruh (Y) terhadap garis regresinya.

3.6. UJI MODEL


55

Bab III Metodologi Penelitian

Dari model regresi yang telah diperoleh baik model linier maupun non linier, kemudian dilakukan beberapa uji model, yaitu : a. Coeficient of Determination Test atau R2 Test R2 test digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas X terhadap variasi (naik turunnya) variabel terikat Y. Variasi Y yang lainnya disebabkan oleh faktor lain yang juga mempengaruhi Y dan sudah termasuk dalam kesalahan pengganggu (disturbance error) (Supranto 1988). R2 juga digunakan untuk mengukur seberapa dekat garis regresi terhadap data. Daerah nilai R2 adalah dari nol sampai satu. Semakin dekat nilai Y dari model regresi kepada titik-titik data, maka nilai R2 semakin tinggi (Katz, 1982). Rumus R2 adalah : n (Yi-Y)2 i=1 n (Yi-Yc)2 i=1 Dengan : Yi Yc Y = Nilai Y aktual (sampel) = Nilai Y yang dihitung dari model regresi = Nilai Y rata-rata

R2 = 1 -

...............................................

(3.5.5)

Output SPSS ini juga menghasilkan adjusted R2 (R2 yang disesuaikan) yang merupakan koreksi dari R2 sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajagan model dalam populasi (Sandy 1980). Adjusted R2 (Ra2) dirumuskan sebagai berikut (Supranto 1988) : k(1-R2) n-k-1

Ra = R 2 2

.................................................

(3.5.6)

b.

Uji F (F-Test) Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) bahwa seluruh nilai koefisien

variabel babas Xi dari model regresi sama dengan nol, dan hipotesis alternatifnya (H a) adalah bahwa seluruh nilai koefisien variabel X tidak sama dengan nol. Dengan kata lain rasio F digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho), yaitu bahwa variabel-variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, serta

Gatot Bentoro - 6402014051

56

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Secara notasi dapat dituliskan sebagai berikut (Sandy 1990) : Ho : 1 = 2 = 3 = . = k = 0 Ha : 1 2 3 . k 0 Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio F adalah sebagai berikut (Hair, 1995) : F ratio = Sum of squared error / Degrees of freedom

regression total

regression

Sum of squared error

/ Degrees of freedom

residual

Dimana derajat kebebasan regresi adalah jumlah koefisien yang diperkirakan (termasuk konstanta)-1, sedangkan derajat kebebasan residual adalah jumlah sampeljumlah koefisien yang diperkirakan (termasuk konstanta). Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah (Supranto, 1988) : Tolak H0 jika F0 hitung > F tabel tabel

(k-1)(n-k)

Tidak ditolak jika F0 hitung < F Dimana :


n k

(k-1)(n-k)

= tingkat signifikasi (significant level) = 0,05 = jumlah sampel = variasi bebas dalam model regresi berganda

F0 diperoleh dengan menggunakan tabel analisis Varians (ANOVA) yang terlihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. ANOVA
Sumber Variasi Regresi X1, X2, ..., Xk Residu Total Sumber: Supranto, 1988 Jumlah Kuadrat XY = YY (R2) EE = YY (1-R2) YY Derajat Kebebasan K n-k-1 n-1 Ratra-rata Kuadrat YY (R2)/(k-1) YY (1-R2)/(k-1)

Dari analisis varians didapat nilai F0 berdasarkan rumus sebagai berikut : F0 = YY (R2)/(k-1) = R2/k ......... (3.5.7)

57

Bab III Metodologi Penelitian

YY (1-R2)/(n-k-1)

(1-R2)/(n-k-1)

c.

Uji t (t-Test) Uji t digunakan untuk menguji hipotesis nol (H0) bahwa masing-masing

koefisien dari model regresi sama dengan nol dan hipotesis alternatifnya (H a) adalah jika masing-masing koefisien dari model tidak sama dengan nol. Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai berikut : Ho : 1 = 0, 2 = 0, 3 = 0, . = k = 0 Ha : 1 0, 2 0, 3 0, . k 0 Jika hipotesis nol diterima berarti model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untiuk memprediksi nilai Y, sebaliknya jika hipotesis nol ditolak, maka nilai model yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memprediksi menggunakan rumus (Katz 1982) : 1). t0 un tuk koefisien varaiabel X (i) : 0 t0 = Sb ............................................... (3.5.8) nilai Y. Nilai t dari koefisien variabel X dan konstanta regresi dapat dicari dengan

2). t0 untuk koefisien konstanta (0) : t0 = 0 Sa Dimana Sb adalah kesalahan dari koefisien variabel X dan Sa adalah kesalahan baku dari konstanta regresi. Kriteria pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut : H0 ditolak jika t0 hitung > ta (n-k-1) tabel H0 diterima jika t0 hitung ta (n-k-1) tabel ............................................... (3.5.9)

d.

Uji Auto Korelasi (Durbin-Watson Test)

Gatot Bentoro - 6402014051

58

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Durbin-Watson test, dilakukan untuk menguji ada tidaknya auto korelasi antara variabel-variabel yang teliti. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus (Katz 1982) : m (ej-ej-1)2 j=2 m ej2 j=1 Statistik pengujian Durbin-Watson untuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) adalah sebgai berikut : H0 : ada autokorelasi positif dan negatif, Ha : tidak ada autokorelasi positif dan negatif. Kriteria pengujian (Katz 1982) :

d=

................................................

(3.5.10)

H0 akan diterima atau nilai d adalah nyata (significant) dan ada korelasi (positif atau negatif) jika d > d1, dan du<d<(4-du), H0 akan ditolak atau tidak ada korelasi jika d<du dan (4-du)>d. Dan hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.

e.

Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

multikolinieritas atau terjadinya korelasi diantara sesama variabel terpilih. Model regresi yang baik harus tidak ada multikolinieritas (Santoso 1999). Menurut Tabachnick (2001) tidak terdapat multicolinearity diantara variabel penentu jika angka condition index < 30 dan angka variance proportion < 0.5.

f.

Analisis Residual (Residual analysis) Sebelum menggunakan model regresi berganda yang telah dihasilkan, perlu

dilakukan analisis kelayakan model melalui analisis residual. Untuk menguji kelayakan fungsi regresi dan kekonstanan (constancy) dari error variance digunakan plot residual terhadap fitted values. Untuk menentukan normalitas dari error, digunakan plot probabilitas normal (normal probability plot) (Neter & Whitmore 1993).

59

Bab III Metodologi Penelitian

3.7. PENENTUAN MODEL


Berdasarkan hasil pengujian terhadap kedua model, yaitu linier dan nonlinier, dipilih model yang terbaik sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Selanjutnya dilakukan uji model dengan menggunakan sampel diluar sampel yang membentuk model, yang disebut uji validasi.

3.8. UJI VALIDASI


Digunakan untuk menguji apakah nilai dari koefisien variabel yang diteliti masih terdapat dalam selang prediksi apabila dilakukan pengujian terhadap n sampel yang tidak dimasukkan kedalam analisis regresi tersebut dan diambil secara acak. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menilai apakah model yang terbentuk tersebut dapat mewakili populasi secara keseluruhan (Trigunarsyah 2003). Dari model yang terbentuk ada 2 macam pendugaan yang diperoleh, yaitu pendugaan confidence interval untuk nilai rata-rata Y dan prediction interval untuk nilai individu Y, yang masing-masing karakteristiknya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Nilai Rata-rata Y (y) Pada bagian ini akan diuji apakah nilai rata-rata Y ( y) untuk nilai variabel Xi tertentu (nilai Xi dari sampel yang divalidasi) masuk kedalam confidence interval yang terbentuk bila nilai y/x berada didalam confidence interval berarti model ini valid untuk meramalkan nilai rata-rata Y populasi keseluruhan. Confidence interval untuk nilai rata-rata y/x didapat dengan rumus (Walpole & Myers 1993) : Y0 - t /2Sx0(XX)-1x0 < y/x < Y0+t /2Sx0(XX)-1x0 Dengan : Y0 t /2 S X X X0 X0 = Nilai Y dari model untuk nilai variabel Xi sampel yang divalidasi = Nilai distribusi t dengan derajat kebebasan n-k-1 = Standard error of estimate = Matriks data variabel bebas sampel yang membentuk model = Nilai transpose dari X = Matriks baris dari variabel bebas sampel yang divalidasi = Matriks transpose dari X0 ..... (3.5.11)

Gatot Bentoro - 6402014051

60

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Kuantitas dari Sx0(XX)-1x0

disebut standard error of prediction dan

standard error of the estimate diperoleh rumus (Katz 1982) : ei2 S= (n-k-1) . (3.5.12)

b.

Uji Nilai Tunggal (y0) Pengujian dilakukan apakah nilai Y(y0) tunggal dari sampel yang divalidasi

untuk nilai variabel Xi tertentu (nilai Xi dari sampel yang divalidasi) masuk dalam prediction interval yang terbentuk. Apakah nilai Y berada didalam prediction interval model ini valid untuk meramalkan nilai Y tunggal populasi keseluruhan. Nilai prediction interval untuk nilai y0 didapat dengan rumus (Walpole & Myers, 1993) : Y0 - t /2Sx0(XX)-1x0 < y0 < Y0+t /2Sx0(XX)-1x0 ....... (3.5.12)

Dimana nilai-nilai y0, t /2, S, X, x0 adalah sama dengan nilai-nilai pada uji confidence interval untuk nilai rata-rata Y. Pendugaan interval untuk nilai rata-rata Y dan nilai individu Y terhadap variabel X dapat dibuat suatu grafik seperti pada gambar 3.4 berikut ini :

Pendugaan Interval Untuk individu Y

Pendugaan Interval untuk rata-rata Y

Model Regresi

X
Gambar 3.4. Grafik Pendugaan Interval untuk Nilai Rata-Rata Y dan Individu Y
(Sumber: Walpole & Myers, 1993)

61

Bab III Metodologi Penelitian

3.9. ANALISIS VARIABEL DUMMY


Suatu persamaan dari model regresi yang terbentuk dikatakan sempurna apabila mempunyai nilai koefisien penentu atau coeficient of determination R2 = 1. Apabila nilai Adjusted R2<1, maka model tersebut menyatakan bahwa kemungkinan ada variabel penentu lainnya yang masih belum teridentifikasi atau terjelaskan, artinya sisanya yaitu (1-Adjusted R2) dapat dikontribusi oleh variabel penentu lainnya (Supranto 1988). Untuk mencari adanya kemungkinan variabel penentu lainnya dilakukan dengan cara memasukkan variabel dummy, yaitu dengan memasukkan satu atau beberapa variabel dummy disamping variabel yang telah teridentifikasi kedalam analisis regresi sampai model regresi yang terbentuk menghasilkan nilai Adjusted R2=1 atau R2 1. Variabel dummy biasanya dimana kita harus memasukkan suatu faktor yang hanya memiliki dua atau lebih tingkat yang berbeda dan tidak bisa memberikan skala kontinu. Dalam situasi ini kita harus memberikan tingkat kepada variabel-variabel itu yang mungkin mempunyai pengaruh determenistik yang terpisah dan berbeda terhadap variabel tidak bebas. Variabel-variabel itu yang disebut variabel dummy. Ketentuan dari nilai-nilai dummy untuk setiap sampel diberikan berdasarkan grafik model regresi awal yang memperlihatkan scatter plot setiap nomor sampel dan menunjukkan confidence interval untuk nilai rata-rata Y serta confidence interval untuk nilai tunggal Y tersebut maka nilai dummy untuk masing-masing nomor sampelnya adalah seperti yang dijelaskan berikut. Seperti pada gambar 3.5 bahwa apabila nomor sampel model awal berada didaerah antara batas bawah confidence interval nilai individu Y bawah dan batas bawah confidence interval nilai rata-rata Y diberikan nilai 1. Apabila berada didalam daerah antara batas bawah dan batas atas confidence interval rata-rata Y dberikan nilai 2, sedangkan apabila berada didalam daerah antara batas atas confidence interval nilai rata-rata Y dan batas atas confidence interval nilai individu Y diberikan nilai 3.

Gatot Bentoro - 6402014051

62

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Pendugaan Interval Untuk individu Y

3 2
Model Regresi

Pendugaan Interval untuk rata-rata Y

X
Gambar 3.5. Skala Pengukuran Dummy
(Sumber: Walpole & Myers, 1993)

Setelah nilai dummy diperoleh, dilakukan analisis regresi yang terdiri dari variabel penentu sebelumnya ditambah dengan dummy pertama. Selanjutnya apabila model belum mencapai R2=1, ditambah dummy berikutnya dan proses dilakukan seperti diatas dengan menggunakan grafik model yang baru terbentuk. Jika dummy yang diperoleh telah digunakan untuk mengidentifikasi variabel penentu lainnya, maka selanjutnya dilakukan korelasi antara dummy-dummy tersebut dengan variabel-variabel lainnya yang tidak termasuk variabel didalam kelompok rotated component matrix yang sudah terwakili oleh variabel penentu sebelumnya. Variabel yang mempunyai korelasi tertinggi dengan dummy tersebut adalah berpotensi menjadi variabel penentu tambahan untuk penelitian lanjutan.

3.10.

SIMULASI MONTE CARLO

Simulasi adalah proses model matematika atau model logika dari suatu sistem atau masalah pengambilan keputusan. Kemudian dilakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menganalisis hasilnya sehingga dilakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menganalisis hasilnya sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan (Evans 1998). Ada dua kunci utama dalam simulasi, yaitu adalah model dan eksperimen. Simulasi adalah teknik dengan menggunakan data yang dibuat untuk berbagai kondisi yang mungkin terjadi, yang merupakan metode analitis yang digunakan untuk mencontoh suatu sistem kehidupan, khususnya saat analisis lain secara matematis

63

Bab III Metodologi Penelitian

terlalu kompleks atau terlalu sulit untuk dihasilkan. Sebuah simulasi, biasanya memberikan hasil yang diperlukan secara komprehensif dan merupakan sebuah pendekatan yang kuantitatif bagi pembelajaran sebuah sistem yang sesuai dengan kenyataan. Simulasi memiliki dua jenis, yaitu simulasi sistem dan simulasi Monte Carlo, yang pada penelitian ini lebih menekankan pada penggunaan simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo pada dasarnya adalah sebuah eksperimen sampling, yang bertujuan untuk mengestimasi distribusi dari variabel-variabel terikat, yang kemungkinan dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas. Simulasi Monte Carlo merupakan suatu teknik simulasi untuk situasi yang diliputi ketidakpastian untuk mendapatkan suatu pendekatan, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan. Teknik simulasi dengan Monte Carlo terbukti adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat terutama dalam menganalisis perubahan untuk memperoleh suatu jawaban yang mendekati, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan secara ekonomis. Teknik Monte Carlo sering digunakan dan diterapkan dalam praktek analisis perubahan karena kemampuan analisis dapat mengantisipasi dan menyederhanakan rumusan matematis yang kompleks. Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan pemilihan hasil (outcome) dengan suatu jumlah (angka) yang tetap dan melakukan perhitungan jika diperlukan untuk memperoleh trial outcome dalam memperoleh jawaban yang diinginkan (measure of merit). Perhitungan ini dilakukan berulang-ulang sehingga menghasilkan trial
2

outcome

(hasil

coba-coba)

yang

mendekati nilai rata-rata (mean), variant , bentuk distribusi atau karakteristik lainnya dari jawaban yang diinginkan. Persyaratan utama dari teknik Monte Carlo adalah outcome dari seluruh variabel; dipilah secara acak (random). Fenomena random, umumnya memiliki suatu distribusi normal dan hasil (element outcomes) yang diinginkan juga membentuk suatu distribusi normal. Teknik Monte Carlo dapat digunakan untuk kasus-kasus dengan hasil yang diinginkan bersifat random (random outcomes) yang diinginkan juga membentuk suatu distribusi normal. Teknik Monte Carlo dapat digunakan untuk kasus-kasus dengan hasil yang diinginkan bersifat random. Metode yang paling mudah untuk menentukan jumlah trials dengan teknik ini untuk mendapatkan hasil yang akurat adalah dengan memperhatiokan nilai rata-rata yang dihasilkan. Jumlah trials ditentukan pada saat hasil simulasi sudah cukup stabil dalam batas-batas ketelitian yang diinginkan. Jumlah kejadian yang disimulasi untuk memberikan gambaran yang mungkin terjadi di lapangan adalah menggunakan rumus n, sabagai berikut (Walpole & Myers 1993) : n= Z2
/2

Gatot Bentoro - 6402014051

64

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Dimana : n Z2
2 2 /2

= = = =

Jumlah sampel simulasi Degree of Confidence Level at Half Width Standard Deviation Error Tolerance Level

Dari jumlah kejadian n tersebut diatas yang di random untuk mendapatkan nilai standard deviation, mean dan range. Secara skematis, teknik Monte Carlo dapat dilihat pada gambar 3.6. berikut :

Monte Carlo Sample or Trial

Model for Measure of Merit

Calculate Single Outcome of Measure of Merit

Combine Result to From Distribution or Other Characteristic (s) of Measure of Merit

Are Three Sufficient Trials for Desired Accuracy

Stop

Gambar 3.6. Skematik Teknik Monte Carlo


(Sumber: Walpole, R.E, 1993)

65

BAB 4
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 1 dan 3, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh faktor-faktor dari manajemen perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi (kontraktor). Maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan dari penelitian, yang dimulai dari penjabaran data hasil penyebaran kuesioner, analisis kinerja perusahaan, uji model kinerja perusahaan, serta simulasi kinerja perusahaan dengan menggunakan metode optimasi.

4.1. DATA PERUSAHAAN DAN RESPONDEN


Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran angket kuesioner, serta wawancara dari level Direktur Utama sampai pada Manajer Proyek perusahaan kontraktor baik swasta maupun BUMN. Angket kuesioner dapat dilihat pada lampiran A. Dari wawancara yang dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner kepada 150 responden, dan yang kembali sebanyak 69 kuesioner. Dari 69 sampel penelitian yang diperoleh, maka dapat diidentifikasikan sebagai data umum profil perusahaan seperti posisi jabatan dari responden, pendidikan terakhir responden, jenis perusahaan kontraktor, prosentase keberhasilan perusahaan dalam menyelesaikan proyek yang dikerjakan selama kurun waktu 5 tahun terakhir dan perbandingan rata-rata prosentase proyek yang dikerjakan antara proyek pemerintah dan proyek swasta. Data tersebut dirangkum secara rinci seperti terlihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Profil Umum Perusahaan


No. 1. Uraian Kegiatan POSISI RESPONDEN Direktur Utama Direktur Manajer Kasi Kabag Profesional Staff PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN D3 S1 S2 S3 JENIS PERUSAHAAN KONTRAKTOR BUMN Swasta SISTEM MUTU PERUSAHAAN Sertifikat ISO 9000 Dalam Proses ISO 9000 Belum Memiliki ISO 9000 Lainnya
Sumber: Hasil Olahan

Jumlah Sampel 10 17 25 1 4 10 1 52 16 26 43 45 6 18 -

2.

3.

4.

Untuk

mengetahui

perbedaan

kinerja

perusahaan

berdasarkan

jenis

perusahaan kontraktor maka dilakukan proses non parametric test berdasarkan data sampel pada Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan jenis perusahaan jasa kontraktor untuk perspektif keuangan dan pelanggan, hal ini dapat dilihat dari nilai besarnya nilai siginifikan0,05. Sedangkan perusahaan untuk jasa perspektif konstruks, proses hal ini bisnis dapat internal dilihat serta dari pertumbuhan besarnya dan nilai pembelajaran ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan berdasarkan jenis nilai siginifikan0,05. Hasil analisis statistik non parametric secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.

4.2. ANALISIS NON PARAMETRIK


Untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan berdasarkan jenis perusahaan kontraktor maka dilakukan proses non parametric test berdasarkan data sampel pada Tabel 4.1. Analisis non parametrik adalah metode yang digunakan jika data yang ada tidak berdistribusi normal, atau jumlah data sangat sedikit serta level data adalah nominal atau ordinal. Pada penelitian ini dilakukan analisis non parametrik untuk menguji data dua sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan uji Mann-Whitney U. Dua sampel yang tidak berhubungan adalah jenis perusahaan jasa konstruksi BUMN dan Swasta. Hasil analisis uji Mann-Whitney U dengan menggunakan program SPSS 11,5

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Sedangkan untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah uji Kruskal-Wallis. Beberapa sampel yang tidak berhubungan adalah mutu perusahaan jasa konstruksi. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis dengan menggunakan program SPSS 11,5 dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Ranks Tabel 4.2. Ranking untuk Uji Mann-Whitney U JNS_PRSH BUMN Swasta Total proses bisnis BUMN Swasta Total pelanggan BUMN Swasta Total pertumbuhan& BUMN pembelajaran Swasta Total keuangan
Sumber: Hasil Olahan

N 26 43 69 26 43 69 26 43 69 26 43 69

Mean Rank Sum of Ranks 34.81 905.00 35.12 1510.00 42.85 30.26 37.54 33.47 43.92 29.60 1114.00 1301.00 976.00 1439.00 1142.00 1273.00

Tabel 4.3. Statistik untuk Uji Mann-Whitney U a Test Statistics


pertumbu han&pem belajaran 327.000 1273.000 -3.014 .003

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)


Sumber: Hasil Olahan

keuangan 554.000 905.000 -.065 .948

proses bisnis 355.000 1301.000 -2.703 .007

pelanggan 493.000 1439.000 -.862 .389

a. Grouping Variable: JNS_PRSH

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan jenis perusahaan jasa kontraktor untuk perspektif keuangan dan pelanggan, hal ini dapat dilihat dari nilai besarnya nilai siginifikan>0,05. Sedangkan untuk perspektif proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan berdasarkan jenis

perusahaan

jasa

konstruks,

hal

ini

dapat

dilihat

dari

nilai

besarnya

nilai

siginifikan<0,05.

Ranks Tabel 4.4. Ranking untuk Uji Kruskal Wallis MUTU_PRS Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total proses bisnis Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total pelanggan Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total pertumbuhan& Sertifikat ISO 9000 pembelajaran Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total keuangan N 45 6 18 69 45 6 18 69 45 6 18 69 45 6 18 69 Mean Rank 39.17 21.00 29.25 41.42 16.83 25.00 39.87 21.92 27.19 42.20 18.67 22.44

Sumber: Hasil Olahan

Tabel 4.5. Statistik untuk Uji Kruskal Wallis a,b


Test Statistics pertumbu han&pem belajaran 18.515 2 .000

Chi-Square df Asymp. Sig.

keuangan 6.969 2 .031

proses bisnis 16.029 2 .000

pelanggan 8.810 2 .012

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: MUTU_PRS


Sumber: Hasil Olahan

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mean rank kinerja perusahaan perspektif keuangan, proses bisnis internal, pelanggan serta pertumbuhan dan pembelajaran yang belum memiliki ISO 9000 ternyata lebih tinggi dari kinerja perusahaan yang dalam proses ISO 9000. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktorfaktor tertentu yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang sedang dalam proses ISO 9000.

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Sedangkan berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode KruskalWallis Test, dapat dilihat pada Tabel 4.5, kolom Asymp. Sig/asysmptotic significance untuk uji beberapa sisi, Kinerja Keuangan adalah 0.031; Kinerja Proses Bisnis adalah 0,00; Kinerja Pelanggan adalah 0,012; Kinerja Pertumbuhan dan Pembelajaran adalah 0,00, atau probabilitas dibawah 0,05. Maka H 0 ditolak, atau memang Kinerja Keuangan, Proses Bisnis, Pelanggan serta Pertumbuhan dan Pembelajaran benarbenar berbeda antara jenis mutu yang dimiliki oleh perusahaan jasa konstruksi.

4.3. ANALISIS KONSTRUKSI

KINERJA

PERUSAHAAN

JASA

Semua data hasil wawancara dan kuesioner yang telah diisi oleh para responden tentang pengaruh kualitas manajemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi ditabulasikan seperti terlihat pada lampiran C, yang terdiri dari 5 variabel terikat (dependent variable) dan 46 variabel bebas (independent variable). Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, juga diperoleh ranking (1 s.d. 4) dari masing-masing kinerja. Dari ranking tersebut dilakukan proses scoring, dengan score (penilaian)sesuai Tabel 4.6. Tabel 4.6. Proses Scoring Ranking Kinerja Perusahaan

Ranking Score

1 4

2 3

3 2

4 1

Sumber: Hasil Olahan

Berdasarkan

Tabel

4.6

dilakukan

proses

analisis

sehingga

diperoleh

prosentase dari masing-masing kinerja, yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Prosentase Perspektif Kinerja Perusahaan

No. 1. 2. 3. 4.

Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Prosentase 24% 28% 25% 23%

Sumber: Hasil Olahan

Berdasarkan Tabel 4.7 dilakukan dengan menggunakan persamaan 4.1 sehingga dapat diperoleh nilai kualitas kinerja perusahaan.

YT = KYij * PYij

..........................(4.1)

Dimana: YT KYij PYij = Nilai Kualitas Kinerja Perusahan = Nilai Kualitas masing-masing Perspektif Kinerja Perusahaan = Prosentasi masing-masing Perspektif Kinerja Perusahaan

Proses analisa dan pentabulasian data untuk memperoleh prosentase masingmasing perspektif kinerja perusahaan dan nilai kualitas kinerja perusahaan dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil tabulasi data disusun dalam suatu format yang akan digunakan sebagai input data dalam proses analisis yang menggunakan program SPSS 11,5. Data yang digunakan sebagai input tersebut adalah Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, dan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi sebagai 5 variabel terikat yang dipengaruhi oleh 46 variabel bebas berupa kualitas manajemen perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis terhadap 5 variabel terikat Kinerja Perusahaan tidak di input bersama, tetapi input data dilakukan masing-masing dari kelima variabel terikat tersebut dan tetap dipengaruhi oleh 46 variabel bebas yang sama. Dalam memperoleh sampel penelitian yang layak untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, maka dilakukan suatu proses seleksi terhadap 69 kuesioner yang didapat dengan melakukan analisis korelasi dan regresi, analisis korelasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel terikat pada Kinerja Perusahaan dengan variabel bebas pada Kualitas Manajemen Perusahaan. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi pearson (product moment correlations). Dengan menggunakan program SPSS 11,5, perhitungan metode korelasi pearson menghasilkan jenis koefisien korelasi bivariate seperti pada lampiran D (D1 untuk Perspektif Keuangan, D2 untuk Perspektif Proses Bisnis Internal, D3 untuk Perspektif Pelanggan, D4 untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembalajaran, dan D5 untuk Kinerja Perusahaan). Setelah itu dilakukan analisis regresi linier terhadap variabel-variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat. Maksudnya adalah untuk menentukan variabel-variabel yang tidak layak (outlier) yang dapat dilihat pada scatterplot. Jika terdapat variabel yang tidak layak, maka variabel tersebut harus dibuang. Kemudian dilakukan analisis korelasi dan regresi kembali tanpa memasukkan variabel

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

yang outlier. Demikian seterusnya sampai tidak ditemukan variabel yang outlier pada scatterplot. Variabel-variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05 terhadap masing-masing variabel terikat yang dirangkum pada Tabel 4.8 dan data koefisien korelasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tabel 4.8. Nilai Korelasi Pearson r Terhadap masing-masing Variabel Terikat

VARIABEL TERIKAT Y1 (n=50) Y2 (n=41) Y3 (n-40) Y4 (n-40) Y5 (n=42)

NILAI r VARIABEL X1 X4 0.389 0.335 0.400 0.478 0.372 0.435 0.462 X5 0.670 0.562 0.470 0.450 0.543 0.362 X6 0.337 0.404 0.361 0.370 0.371 0.355 X7 X8 X10 0.306 0.668 0.304 0.355 0.503 X11 0.333 0.587 0.424 0.385 0.525 0.435 0.380 X12 0.470 0.405 0.507 X13 0.538 0.327 0.387 0.434 0.390 0.399 0.421 0.499 0.407 0.503 0.395 0.381 0.451 X14 X15 X16

VARIABEL TERIKAT

NILAI r VARIABEL X17 X18 X20 X21 X22 0.341 0.367 0.396 0.388 0.454 0.351 0.365 0.332 0.434 0.399 0.355 0.388 0.362 X26 X32 0.332 X34 X35 X38 -0.389 X39 -0.343 X40 -0.499 X46

Y1 (n=50) Y2 (n=41) Y3 (n-40) Y4 0.503 (n-40) Y5 (n=42) Sumber: Hasil Olahan

73

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Keterangan : Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 n X1 = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan = Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal = Kinerja Perusahaan Perpektif Pelanggan = Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan & pembelajaran = Kinerja Total = Jumlah sampel yang layak = Tujuan dan sasaran yang mengacu pada sumber daya X4 X5 X6 X7 X8 X10 = Kemampuan untuk mendapatkan laba = Kualitas hasil akhir pekerjaan = Tingkat keberhasilan strategi perusahaan = Kualitas implementasi kebijakan perusahaan = Kinerja dan produktifitas karyawan = Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas X11 = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya X12 = Kemampuan karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya X13 X14 X15 = Tanggung jawab karyawan = Kerjasama personil inti dengan bawahan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik. X46 X40 X39 X38 X35 X26 X32 X34 X22 X21 X20 X16 X17 X18 = Pengarahan thdp karyawan dlm menyelesaikan pekerjaan = Peranan pimpinan perusahaan sebagai fasilitator = Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan = Kualitas pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab karyawan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan = Prestise pekerjaan didalam perusahaan = Rotasi pekerjaan terhadap karyawan = Kurang adanya Reward & Punishment terhadap karyawan = Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan = Mengalami hambatan dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas hasil pekerjaan = Mengalami hambatan dalam melakukan penyusunan laporan kegiatan = Mengalami hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja = Tindakan pengendalian terhadap perusahaan.

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa ada beberapa variabel terikat yang berkorelasi lebih dari satu dengan variabel terikat (Y). Sebagai contoh variabel bebas X4, X5, X10 dan X11 berkorelasi terhadap semua variabel terikat (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5). Sedangkan variabel bebas X12, X13, X14 dan X15 berkorelasi dengan 4 variabel terikat. Semua variabel bebas ada yang berkorelasi positif dan ada yang berkolerasi negatif. Korelasi positif maupun negatif disini, hanya menggambarkan logika hubungan antara variabel bebas (kualitas manajemen perusahaan) dengan variabel terikat (perspektif kinerja perusahaan), yang artinya bahwa tanda positif menunjukkan arah yang sama yaitu semakin baik kualitas variabel bebasnya maka semakin baik juga variabel terikatnya. Sedangkan tanda negatif disini menunjukkan arah yang berlawanan, dimana semakin menurun kualitas variabel bebasnya maka semakin baik variabel terikatnya. Setelah didapatkan variabel-variabel bebas dengan tingkat signifikan<0,05 terhadap variabel terikat, selanjutnya terhadap variabel-variabel tersebut dilakukan pengukuran kekuatan hubungan antar variabel-variabel tersebut dengan cara analisa interkorelasi. Analisa Interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan interkorelasi r antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya. Apabila antar variabel-variabel tersebut terjadi hubungan interkorelasi dengan pengertian saling mempengaruhi satu sama lainnya dan variabel-variabel tersebut langsung digunakan sebagai variabel pada persamaan yang dihasilkan, maka mempunyai risiko akan terjadinya gangguan (noise) terhadap stabilitas model, sehingga dapat mengurangi asumsi linier independence dan mengurangi real significant final of interpretation dari model yang terbuat dari variabel tersebut. Dalam matriks interkorelasi yang dapat dilihat pada Lampiran D, nilai koefisien korelasi r antar variabel-variabel bebas, beberapa mempunyai nilai yang sangat berarti dan berpotensi menimbulkan gangguan (noise) bagi model yang terbentuk dari variabel bebas yang berinterkorelasi tersebut, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut. Untuk menyederhanakan jumlah variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05, maka dilakukan analisa faktor dengan menggunakan metode Principal Componenet Analysis dan metode rotasi Varimax dengan kriteria dari Kaiser yaitu mengambil komponen yang mempunyai eigenvalue>1. Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS 11,5 dapat dilihat pada Lampiran E. Analisis faktor dari variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat untuk eigenvalues>1 dengan tingkat signifikan0,05 terhadap Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, telah menghasilkan 3 komponen atau faktor, Perspektif Bisnis Internal 4 faktor, Perspektif Pelanggan 4 faktor dan Perspektif Pertumbuhan dan

75

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran 4 faktor, seperti terlihat pada Total Variance Explained maupun Rotated Component Matrix pada lampiran E. Setiap faktor mempunyai sekelompok variabel bebas yang dapat menggambarkan karakteristik umum dari faktor tersebut. Setelah didapat jumlah sampel yang layak dan setiap variabel sudah dikelompokkan untuk yang memiliki karakteristik umum yang sama, maka proses selanjutnya adalah melakukan analisis variabel penentu perspektif kinerja perusahaan, analisis model regresi perspektif kinerja perusahaan, pengujian model, penentuan model, validasi, dan identifikasi variabel dummy.

Analisis

Variabel

Penentu

Perspektif

Kinerja

Perusahaan
Dalam menentukan variabel-variabel penentu yang akan dipilih, dilakukan analisis variabel penentu dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara variabel bebas yang potensial dari setiap faktor (F1, F2, F3, ..., Fn), dengan kriteria bahwa variabel bebas dari setiap faktor tersebut mempunyai koefisien interkorelasi yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05 dan dipilih kombinasi yang mempunyai koefisien interkorelasi yang paling rendah, sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel-variabel penentu yang optimal terhadap kinerja perusahaan yang mempunyai nilai Adjusted R2 dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua kriteria proses pengujian (F, t, d dan validasi). Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh hanya 3 variabel penentu yang mewakili model hubungan Perspektif Kinerja Perusahaan terhadap Peningkatan Kualitas Manajemen Perusahaan, yaitu variabel-variabel dari faktor I, II, III, ..., n dengan nilai koefisien interkorelasi r. Dari kombinasi faktor tersebut dicari kombinasi yang memiliki nilai Adjusted R2 paling tinggi dengan cara melakukan regresi terhadap kombinasi faktor tadi. Adapun kombinasi faktor dan nilai Adjusted R2 tersebut dapat dilihat pada lampiran F. Kombinasi dari variabel penentu yang mewakili masing-masing faktor dan merupakan variabel kombinasi tersebut dapat dirinci seperti terlihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Variabel Penentu Kinerja Variabe l Terikat Y1 Variabel Penentu
X5 X40

Faktor

Uraian

Karakteristik Variabel
Penetapan Tujuan dan Sasaran Pengukuran kualitas perusahaan

I. II.

Kualitas hasil akhir pekerjaan Adanya hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja

Gatot Bentoro - 6402014051

76

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Variabe l Terikat

Faktor

Variabel Penentu

Uraian

Karakteristik Variabel
Kualitas pimpinan perusahaan Penetapan Sasaran dalam Struktur Perusahaan Sistem dan Perusahaan Tujuan dan

III.

X22

Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan personil inti menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan

I. II.

X5 X10

Organisasi Prosedur

Y2

III.

X15

perusahaan konflik

dalam

menyelesaikan

I. II.

X4 X11

Profit yang diperoleh perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan

Tujuan dan Sasaran Koordinasi Pekerjaan Kualitas perusahaan Pelaksanaan pimpinan

Y3
III. X15

perusahaan konflik

dalam

menyelesaikan

I. II.

X5 X16

Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan pimpinan karyawan dan dorongan dari perusahaan terhadap

Penetapan Sasaran Pengukuran perusahaan Kualitas perusahaan Penetapan Sasaran Struktur Perusahaan

Tujuan

dan

Y4

kualitas pimpinan

III.

X18

I. II.

X5 X11

Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan

Tujuan

dan

Organisasi Prosedur

Y5

III. Sumber: Hasil Olahan

X15

perusahaan konflik

dalam

menyelesaikan

Sistem dan Perusahaan

Analisa regresi berganda linier dan non linier dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan. Model regresi yang dihasilkan untuk masingmasing variabel terikat beserta Adjusted R2 model linier dan non linier dapat dilihat pada Tabel 4.10. Sedangkan output hasil analisis regresi Y1 s.d. Y5 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran G.

77

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 4.10. Model Regresi Berganda untuk Y1 s.d. Y5 Variabel Terikat Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Keterangan : Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 X4 X5 X10 X11 = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan = Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal = Kinerja Perusahaan Perpektif Pelanggan = Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran = Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi = Kemampuan untuk mendapatkan laba = Kualitas hasil akhir pekerjaan = Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya X40 X22 X18 X16 X15 = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik. = Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan = Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan = Mengalami hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Model Regresi Berganda Linier 2.126 + 0,433X5 - 0,287X40 + 0,311X22 -2,377 + 0,274X5 + 0,652X10 + 0,428X15 -2,543 + 0,352X4 + 0,435X11 + 0,617X15 -2,336 + 0,555X5 + 0,356X16 + 0,438X18 -2,214 + 0,568X5 + 0,407X11 + 0,366X15 Non Linier 1,690 * X50,468 * X220,343 * X40 -0,245 0,371 * X50,263 * X100,722 * X150,539 0,808 * X40,158 * X110,434 * X150,442 0,408 * X50,553 * X160,422 * X180,475 0,388 * X50,461 * X110,587 * X150,463 Linier 0.780 0.764 0.737 0.786 0.619 Adjuste R2 Non Linier 0.605 0.758 0.685 0.751 0.555

Gatot Bentoro - 6402014051

78

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

4.4. UJI MODEL KINERJA PERUSAHAAN


Uji model pada penelitian ini terdiri dari pengujian terhadap Adjusted R2, uji F, uji T, uji autokolerasi (Durbin-Watson), analisis residual, penentuan model yang digunakan, validasi dan uji hipotesis.

Coefficient of Determination Test (Adjusted R2 Test)


Dengan menggunakan metode stepwise pada SPSS 11,5 dihasilkan urutan kombinasi variabel bebas penentu dalam memberikan kontribusi terhadap nilai Adjusted R2 untuk model regresi linier maupun regresi non linier. Urutan kombinasi variabel bebas penentu dari model regresi tipe Kinerja Perusahaan menghasilkan nilai Adjusted R2 seperti terlihat pada lampiran G.

Uji F (F-Test) Kinerja Perusahaan


Langkah selanjutnya dilakukan Uji F dengan tujuan untuk menguji bahwa seluruh koefisien variabel bebas Xi dari model regresi tidak mempengaruhi variabel Y atau sering disebut uji hipotesis nol. Dilakukan Uji Hipotesis nol terhadap sekelompok variabel bebas X1, X2, X3, yang berarti: H0 : H0 : 1 = 2 = 3 = 0 1 0, 2 0, 3 0

Dimana: 1, 2, 3 adalah koefisien X1, X2,X3 Nilai F model (F0) maupun F tabel yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel ANOVA (Lampiran G)

Uji t (t-Test) Kinerja Perusahaan


Langkah selanjutnya melakukan t-Test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y. Uji-t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisin variabel Xi sama dengan nol. Dilakukan uji hipotesis nol terhadap konstanta dan koefisien variabel X 1, X2, X3 nilai t model (t0) maupun tabel yang diperoleh terlihat seperti pada Tabel Coefficients (Lampiran G).

79

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Uji Autokorelasi (Durbin-Watson Test)


Uji autokorelasi dilakukan untuk mengukur ada tidaknya autokorelasi antara variabel pada sampel yang berbeda. Adapun untuk mengukur ada tidaknya autokorelasi pada variabel dalam model yang diuji digunakan batasan nilai du<d<(4du) yang menunjukkan bahwa tidak adanya autokorelasi antara variabel. Uji autokorelasi dilakukan dengan bantuan SPSS 11,5 sehingga dihasilkan suatu nilai Durbin-Watson seperti terlihat pada Tabel Model Summary (Lampiran G).

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat multikolinieritas atau terjadinya korelasi diantara sesama variabel terpilih. Model regresi yang baik harus tidak ada multikolinieritas (Santoso 2001). Menurut Tabachnick (2001) tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel penentu jika angka condition index < 30 dan angka variance proportion < 0.5. Nilai condition index yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel Collinearity Diagnostic (lampiran G). Hasil dari semua jenis pengujian model linier dan non linier kinerja perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Uji Model Linier dan Non Linier Tanpa Dummy untuk Kinerja Perusahaan Variabel Terikat Jenis Uji
Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X22

Nilai Parameter Linier


0.780 48.162 7.545 4.606 5.592 2.010 25.171 0.764 44.201 5.023 4.649 4.285 1.647 19.970 0.737

Non Linier
0.605 26.013 6.264 3.479 3.390 2.008 34.073 0.758 42.719 5.293 5.809 4.077 1.498 27.457 0.685

Syarat
0.50 19.5 1.671 1.671 1.671 1.67 < d < 2.33 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50

Kesimpulan
Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tidak ada otokorelasi Linier Tidak terdapat multikolinieritas, non linier terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan

Y1

Uji t untuk X40 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X10 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R

Y2

Y3

Gatot Bentoro - 6402014051

80

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Variabel Terikat
Uji F

Jenis Uji
Uji t untuk X40 Uji t untuk X11 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5

Nilai Parameter Linier


37.339 6.149 5.387 3.535 1.37 17.437 0.785 48.606 7.097 5.315 4.429 1.386 16.588 0.619 23.249 4.941 3.195 3.142 1.958 20.377

Non Linier
29.323 4.034 5.334 4.865 1.343 24.473 0.751 40.270 7.141 5.454 3.986 1.472 23.508 0.555 18.059 3.635 3.664 3.486 1.916 27.840

Syarat
19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30

Kesimpulan
Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tidak ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas

Y4

Uji t untuk X16 Uji t untuk X18 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X11 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Sumber: Hasil Olahan

Y5

Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa model regresi untuk semua perspektif kinerja perusahaan (Y1 s.d. Y5) baik model regresi linier dan non linier telah memenuhi persyaratan pengujian.

Analisis Residual
Analisis residual dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang didapat. Pengujian normalitas dilakukan dengan plot probabilitas normal. Analisis residual dan grafik analisis residual dapat dilihat lampiran H.

Tabel 4.12. Hasil Analisis Residual

81

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Variabel Terikat
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

Variabel Bebas
X5, X22, X40 X5, X10, X15 X4, X11, X15 X5, X16, X18 X5, X11, X15

Hasil Y' (Y-Y')2


14.4280 18.0697 14.7134 7.8655 9.1802

Hasil Y" (Y-Y'')2


21.5602 18.7156 13.7286 11.6666 40.8791

Sumber: Hasil Olahan Keterangan : Y Y Y = Nilai Kualitas Kinerja Perusahaan yang diberikan oleh responden = Y Linier = Y Non Linier

Dari analisa residual pada Tabel 4.12 didapat jumlah total hasil regresi linier dan non linier. Dari kedua jumlah total hasil regresi tersebut, dipilih jumlah total yang mendekati nol, sehingga dipilih model regresi linier.

Penentuan Model
Berdasarkan uji R2, uji F, uji t, dan uji d, model yang dipilih untuk semua perspektif kinerja perusahaan adalah model linier, sebab dalam berbagai uji model tersebut model linier mempunyai nilai Adjusted R2 lebih besar dari model non linier. Variabel-variabel yang mempengaruhi masing-masing perspektif kinerja perusahaan dan rumus model regresi linier dijabarkan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Validasi
Model yang telah ditentukan perlu dilakukan validasi dengan menggunakan 3 sampel yang tidak diikutsertakan dalam pembentukan model. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menilai apakah model yang terbentuk tersebut dapat mewakili populasinya. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan, apakah nilai Y dari ke 3 sampel tersebut masuk dalam nilai confidence interval dan prediction. Model yang telah ditentukan dan akan dilakukan validasi adalah model regresi linier yang mempunyai parameter model regresi linier seperti pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Parameter Model Regresi Linier Perspektif Keuangan

Gatot Bentoro - 6402014051

82

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Variabel Terikat

Model Konstanta X5 X40 X22 Konstanta X5 X10 X15 Konstanta X4 X11 X15 Konstanta X5 X16 X18 Konstanta X5 X11 X15

Koefisien 2.126 0.433 -0.287 0.311 -2.335 0.390 0.550 0.421 -2.543 0.352 0.435 0.617 -2.336 0.555 0.356 0.438 -2.214 0.568 0.407 0.366

SE of Estimate

t0.025(n-k-1) t0.025(46) 2.000 t0.025(37) 2.021 t0.025(36) 2.021 t0.025(36) 2.021

Y1

0.314

Y2

0.393

Y3

0.134

Y4

0.422

Y5

0.560

t0.025(38) 0.021

Sumber: Hasil Olahan

Dengan nilai t tabel (t /2

(n-k-1)

), maka nilai confidence interval dan prediction

interval dapat dihitung dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.10 s.d. Tabel 4.14. Tabel 4.14. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Keuangan Sampel 1 X5 Variabel X X22 X40 Y sampel Y model
-1 1/2

Sampel 2 5 6 5 3 3.029 0.190 0.656 2.839 3.219 2.373 3.685

Sampel 3 4 5 6 2 1.876 0.179 0.653 1.697 2.055 1.223 2.529

5 5 6 4 4.124 0.190 Bawah Atas Bawah Atas 0.656 3.934 4.314 3.468 4.780

Variabel Y

t0.025(46) SE ((X0(XX)-1X0))1/2 t0.025(46) SE (1 + (X0(XX) X0)) Confidence Interval Prediction Interval


Sumber: Hasil Olahan

Batas Batas Batas Batas

Tabel 4.15. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Bisnis Internal Sampel 1 Variabel X X5 X10 6 3 Sampel 2 6 1 Sampel 3 6 3

83

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Variabel Y

X15 Y sampel Y model


-1 1/2

3 3 2.918 0.166 0.811 2.752 3.084 2.107 3.729

2 4 4.122 0.139 0.806 3.983 4.261 3.316 4.928

1 5 4.961 0.147 0.808 4.814 5.108 4.153 5.769

t0.025(37) SE ((X0(XX)-1X0))1/2 t0.025(37) SE (1 + (X0(XX) X0)) Confidence Interval Prediction Interval


Sumber: Hasil Olahan

Batas Batas Batas Batas

Bawah Atas Bawah Atas

Tabel 4.16. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Pelanggan Sampel 1 X40 Variabel X X11 X15 Y sampel Y model 1 4 4 2 2.017 0.056 Bawah Atas Bawah Atas 0.276 1.961 2.073 1.741 2.293 Sampel 2 5 3 1 4 4.034 0.047 0.275 3.987 4.081 3.759 4.309 Sampel 3 5 3 4 5 5.968 0.052 0.276 5.916 6.020 5.692 6.244

Variabel Y

t0.025(47) SE ((X0(XX)-1X0))1/2 t0.025(47) SE (1 + (X0(XX)-1X0))1/2 Confidence Interval Prediction Interval


Sumber: Hasil Olahan

Batas Batas Batas Batas

Tabel 4.17. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Sampel 1 Variabel X X5 X16 4 3 Sampel 2 5 1 Sampel 3 3 3

Gatot Bentoro - 6402014051

84

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Variabel Y

X18 Y sampel Y model


-1 1/2

5 3 3.142 0.195 0.875 2.947 3.337 2.267 4.017

3 5 5 0.153 0.867 4.847 5.153 4.133 5.867

4 5 4.841 0.161 0.868 4.680 5.002 3.973 5.709

t0.025(46) SE ((X0(XX)-1X0))1/2 t0.025(46) SE (1 + (X0(XX) X0)) Confidence Interval Prediction Interval


Sumber: Hasil Olahan

Batas Batas Batas Batas

Bawah Atas Bawah Atas

Tabel 4.18. Validasi Model Regresi Linier Kinerja Perusahaan Sampel 1 X5 Variabel X X11 X15 Y sampel Y model 4 3 5 3 3.109 0.197 Bawah Atas Bawah Atas 1.149 2.912 3.306 1.960 4.258 Sampel 2 3 4 5 3 2.948 0.231 1.155 2.717 3.179 1.793 4.103 Sampel 3 6 2 3 3 3.106 0.193 1.148 2.913 3.299 1.958 4.254

Variabel Y

t0.025(32) SE ((X0(XX)-1X0))1/2 t0.025(32) SE (1 + (X0(XX)-1X0))1/2 Confidence Interval Prediction Interval


Sumber: Hasil Olahan

Batas Batas Batas Batas

Berdasarkan Tabel 4.14 s.d. Tabel 4.18 terlihat bahwa nilai variabel Y untuk masing perspektif kinerja perusahaan dari ketiga sampel tersebut berada atau masuk dalam confidence interval maupun prediction interval. Sehingga model regresi linier ini telah memenuhi kriteria validasi yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai tengah Y dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y.

Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa Peningkatan kualitas kualitas manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu berdasarkan model-model yang telah diperoleh dilakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut.

85

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Model yang telah diperoleh akan digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu model hubungan antara variabel bebas yaitu Kualitas Manajemen Perusahaan dengan 5 variabel terikat (Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran dan Kinerja Perusahaan) telah dinyatakan valid, berdasarkan uji model (uji t, f, Durbin Watson, residual dan validasi) yang telah dilakukan. Model dari masing-masing variabel terikat disini merupakan model Regresi Berganda Linier yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien positif dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif keuangan. Semakin prestasi keuangan. Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan keuangan. 2. Kinerja Perusahaan Perspektif Proses Bisnis Internal Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif proses bisnis internal. Semakin tinggi kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif proses bisnis internal. akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif tinggi kerja hambatan akan dalam melakukan penurunan penilaian kinerja terhadap perspektif menyebabkan

Semakin

tinggi

kemampuan akan

pimpinan

perusahaan peningkatan

dalam kinerja

menyelesaikan

konflik

menyebabkan

perspektif proses bisnis internal.

3. Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pelanggan.

Gatot Bentoro - 6402014051

86

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya akan menyebabkan peningkatan kinerja tinggi Kemampuan akan pimpinan perusahaan peningkatan dalam kinerja perspektif pelanggan.

Semakin

menyelesaikan

konflik

menyebabkan

perspektif pelanggan. 4. Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Semakin tinggi pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Semakin tinggi dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. 5. Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan rencana sumber daya akan menyebabkan perusahaan. Semakin tinggi kemampuan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan perusahaan. Jadi dengan mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor dari manajemen perusahaan yang mempengaruhi kinerja maka akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. konflik akan menyebabkan peningkatan kinerja dalam membuat kinerja peningkatan

4.5.

IDENTIFIKASI

VARIABEL

PENENTU

TAMBAHAN

DENGAN DUMMY
Model regresi yang telah diperoleh dan ditentukan melalui proses analisis tersebut mempunyai Adjusted R2<1. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada

87

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

kemungkinan variabel lainnya yang belum teridentifikasi dalam proses analisis tersebut. Oleh karena itu perlu dicari adanya kemungkinan variabel penentu lainnya yang tidak teridentifikasi dengan cara memasukkan satu atau beberapa variabel dummy ke dalam model yang telah diperoleh sampai model regresi yang terbentuk menghasilkan nilai Adjusted R2=1 atau Adjusted R2 1. Identifikasi terhadap variabel penentu lain yang menggunakan variabel dummy, dilakukan dengan cara memperhatikan scatter plot yang dihasilkan dari grafik model regresi yang telah ditentukan. Selanjutnya dengan melalui tahapan-tahapan seperti yang dijelaskan pada Bab 3, model tersebut dapat diidentifikasikasi. Dari Scatter Plot pada hasil analisi regresi linier Perspektif Kinerja Perusahaan, ditetapkan nilai variabel dummy untuk masing-masing sampel seperti terlihat pada Lampiran C, kemudian dengan memasukkan variabel dummy dilakukan analisis regresi, sehingga didapat nilai Adjusted R21.

Model

regresi

dengan

memasukkan

variabel

penentu

lainnya

mempunyai rumus umum sebagai berikut : Y = 0 + 1.X1 + 2.X2 + 3.X3 Dimana: Y 0 j = Kinerja = Konstanta model regresi = Koefisien model regresi dari variabel Xj. .................... (4.2)

Dengan menggunakan persamaan 4.2, maka model regresi masingmasing perspektif kinerja perusahaan mempunyai persamaan dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Gatot Bentoro - 6402014051

88

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Tabel 4.19. Model Regresi Berganda untuk Y1 s.d. Y5 dengan Memasukkan Dummy Variabel Terikat Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Keterangan :
Y1 X5 X40 X22 DumX44 DumX21 DumX31 Y2 X10 X15 DumX34 DumX33 DumX27 = = = = = = = = = = = = = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Kualitas hasil akhir pekerjaan Hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Pengawasan terhadap inventaris perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis Wewenang karyawan terhadap pekerjaan Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kurang adanya reward & punishment terhadap karyawan Tidak adanya kesempatan berpartisipasi menentukan metode dan prosedur Perasaan aman dalam pekerjaan

Model Regresi Berganda 0.677 + 0,494X5 + 0,458X22 - 0,256X40 + 0,212DumX44 + 0,180DumX21 + 0,071DumX31 -2,927 + 0,590X10 + 0,538X15 + 0,581X5 - 0,381DumX34 - 0,246DumX33 + 0,210DumX27 -4,002+0,440X4+0,495X11+0,619X15 + 0,325DumX10+ 0,346DumX35 - 0,207DumX26 + 0,187DumX2 -3,630 + 0,549X5 + 0,430X16 + 0,297X18 + 0,367DumX27 + 0,308DumX36 + 0,177DumX12 -9,851+0,466X5+ ,508X15+ 0,541X11 + 0,344DumX35+1,073DumX36+0,918DumX43+ 0,765DumX2

Adjusted R2 0.999 0.962 0.976 0.975 0.989

89

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Y3 X4 X11 X15 DumX10 DumX35 DumX26 DumX2 Y4 X5 X16 X18 DumX27 DumX36 DumX12 Y5 X5 X16 X18 DumX35 DumX36 DumX43 DumX2

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Profit yang diperoleh perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kemampuan personil inti dalam menjalankan tugas Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Kurang adanya prestise pekerjaan didalam perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Kualitas hasil akhir perusahaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Perasaan aman dalam pekerjaan Iklim dan suasana perusahaan Kemampuan karyawan dalam menjalankan tugas & kewajiban Kinerja Perusahaan Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Iklim dan suasana perusahaan Pengawasan terhadap keuangan perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar

Gatot Bentoro - 6402014051

90

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Berdasarkan persamaan pada Tabel 4.19, dilakukan korelasi variabel dummy terhadap variabel bebas lainnya mempunyai nilai seperti terlihat pada Tabel 4.20. Kriteria variabel penentu lainnya yang dapat mewakili variabel dummy adalah yang mempunyai kolerasi tertinggi dengan dummy dan tidak termasuk dalam kelompok variabel hasil analisis faktor. Tabel 4.20. Korelasi Variabel Bebas Lainnya dengan Dummy
Variabel Terikat Y1 Variabel Bebas X44 X21 X31 X34 X33 X27 X10 X35 X26 X2 X27 X36 X12 X35 X36 X43 X33 Hasil Olahan Dummy1 0.343 0.221 0.386 0.345 0.323 Korelasi terhadap Dummy2 Dummy3 0.525 0.334 0.297 -0.303 0.263 0.264 0.415 0.328 0.355 0.289 Dummy4 0.320 0.320

Y2

Y3

Y4

Y5 Sumber:

4.6. SIMULASI KINERJA PERUSAHAAN


Hasil dari analisis faktor dan regresi berganda telah mengeluarkan model matematis yang menggambarkan hubungan antara kualitas manajemen perusahaan terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi. Variabel penentu yang dihasilkan, digunakan untuk melakukan simulasi dengan teknik Monte Carlo yang bertujuan untuk mengetahui probabilitas terjadinya variabel penentu dengan skala penilaian 1 sampai 6, di dalam populasinya. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 50 sampel proyek, dianggap masih terlalu sedikit untuk melakukan analisis yang diinginkan. Maka teknik Simulasi yang digunakan adalah Monte Carlo, yang merupakan sebuah eksperimen sampling, yang bertujuan untuk mengestimasi

distribusi dari variabel-variabel terikat, yang kemungkinan dipengaruhi oleh variabelvariabel bebas. Simulasi Monte Carlo merupakan suatu teknik simulasi untuk situasi yang diliputi ketidakpastian untuk mendapatkan suatu pendekatan, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan.

91

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Teknik simulasi dengan Monte Carlo terbukti adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat terutama dalam menganalisis perubahan untuk memperoleh suatu jawaban yang mendekati, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan secara ekonomis. Teknik Monte Carlo sering digunakan dan diterapkan dalam praktek analisis perubahan karena kemampuan analisis dapat mengantisipasi dan menyederhanakan rumusan matematis yang kompleks. Proses simulasi pada penelitian ini dilakukan terhadap ke-5 variabel terikat Y. Simulasi terhadap masing-masing variabel terikat Y tersebut dilakukan sebanyak 3000 iterasi dengan beberapa skenario. Berdasarkan persamaan model regresi linier yang terdapat pada Tabel 4.5 dilakukan analisis simulasi Monte Carlo untuk kinerja perusahaan. Sedangkan skenario yang digunakan untuk proses simulasi terdiri dari 10 skenario untuk masing-masing variabel terikat. Kombinasi yang digunakan untuk beberapa skenario antara lain dinamis, min, mean, dan max. Yang dimaksud dinamis pada skenario ini, bahwa variabel tersebut dianggap berubah sesuai dengan proses simulasi. Sedangkan min, mean, dan max artinya variabel tersebut dianggap statis tidak berubah, dimana angka yang digunakan pada skenario diperoleh dari nilai min, mean dan max variabel berdasarkan sampel yang ada. Penggunaan nilai min, mean, dan max pada skenario ini berfungsi dalam menentukan windows of success dari kinerja perusahaan yang merupakan standar untuk menentukan batas minimal kinerja perusahaan agar tidak terjadi kegagalan serta batasan maksimal dari kinerja perusahaan agar tidak terjadi over heating. Skenario yang digunakan dalam analisis simulasi Monte Carlo dapat dilihat pada Tabel 4.17, sedangkan proses dan hasil analisis secara lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran K. Tabel 4.21 Skenario yang digunakan untuk Proses Simulasi Skenario 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: Hasil Olahan

Xi Dinamis Min Mean Max Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis

Variabel Bebas Xj Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Min Mean Max Dinamis Dinamis Dinamis

Xk Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Min Mean Max

Gatot Bentoro - 6402014051

92

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Berdasarkan Tabel 4.21, dengan melakukan simulasi sebanyak 3000 iterasi didapat hasil berupa grafik kinerja perusahaan untuk masing-masing perspektif dan kinerja perusahaan jasa konstruksi yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. s.d. Gambar 4.5. Nilai standar kinerja yang digunakan pada penelitian ini adalah 3. dimana kinerja yang nilai kualitasnya diatas 3 berarti lebih dari cukup, sedangkan dibawah 3 dianggap kurang/tidak lulus. Batas antara garis yang ditetapkan (standar kinerja=3) dan batas maksimum kinerja disebut dengan windows of succes. Nilai standar kinerja ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui suatu batasan area kinerja perusahaan yang optimal.

Ove r lay Char t Kin e r ja Pe r us ahaan Pe rs pe k tif Ke uang an


1.000 .750
.630

SKENARIO 1 Y1 SKENARIO 2 Y1 SKENARIO 3 Y1 SKENARIO 4 Y1 SKENARIO 5 Y1 SKENARIO 6 Y1 7 SKENARIO 3 Y1 SKENARIO 8 Y1 SKENARIO 9 Y1 SKENARIO 10 Y1 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

.500 .250 .000

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 4.1 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Berdasarkan standar kinerja tersebut dan dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 63% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 37% yang lulus atau berada pada windows of success.

93

.875 .820 .685

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian


3

Sumber: Hasil Olahan

Ove r lay C h ar t Kin e r ja Pe r us ah aan Per s p e k tif Pr o s e s Bis n is


1.000 .750 .500 .250 .000 1.00 2.25 3.50 4.75 6.00 SKENARIO 1 Y2 SKENARIO 2 Y2 SKENARIO 3 Y2 SKENARIO 4 Y2 SKENARIO 5 Y2 SKENARIO 6 Y2 SKENARIO 7 Y2 SKENARIO 8 Y2 SKENARIO 9 Y2 SKENARIO 10 Y2

Gambar 4.2 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Proses Bisnis Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa skenario 8, kinerjanya sekitar 87.5% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 12.5% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 2, kinerjanya sekitar 82% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 5, kinerjanya sekitar 68.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.

Ove r lay C h ar t Kine r ja Pe r us ah aan Pe rs p e k tif Pe lan g g an


1.000
.885 .755

SKENARIO 1 Y3 SKENARIO 2 Y3 SKENARIO 3 Y3 SKENARIO 4 Y3 SKENARIO 5 Y3 SKENARIO 6 Y3 SKENARIO 7 Y3 SKENARIO 8 Y3 SKENARIO 9 Y3 SKENARIO 10 Y3 0.50 1.88 3.25 4.63 6.00

.750 .500

.250 Gatot Bentoro - 6402014051 .000

94

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 4.3 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa skenario 8, kinerjanya sekitar 88.5% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 11.5% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 2, kinerjanya sekitar 75.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.

Ove rlay Chart Pe rs pe k tif Pe rtumbuhan & Pe m be lajaran


1.000
.930

SKENARIO 1 Y4 SKENARIO 2 Y4 SKENARIO 3 Y4 SKENARIO 4 Y4 SKENARIO 5 Y4 SKENARIO 6 Y4 SKENARIO 7 Y4 95 SKENARIO 8 Y4 SKENARIO 9 Y4 SKENARIO 10 Y4 1.00 2.25 3.50 4.75 6.00

.750 .500 .250 .000

.730 .615

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 4.4 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 93% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 7% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 5, kinerjanya sekitar 73% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 8, kinerjanya sekitar 61.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.

Gatot Bentoro - 6402014051

96

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Ove rlay Chart Kine rja Pe r usahaan Jas a Kons tr uk s i


1.000
.900 .760

.750 .500 .250 .000 1.0000 2.2500


3

SKNEARIO 1 Y5 SKENARIO 2 Y5 SKENARIO 3 Y5 SKENARIO 4 Y5 SKENARIO 5 Y5 SKENARIO 6 Y5 SKENARIO 7 Y5 SKENARIO 8 Y5 SKENARIO 9 Y5 SKENARIO 10 Y5 3.5000 4.7500 6.0000

.615

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 4.5 Grafik Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 90% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 10% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 8, kinerjanya sekitar 76% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 5, kinerjanya sekitar 61.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Berdasarkan Gambar 4.1 s.d. 4.5, terlihat overlay chart suatu windows of success. Asumsi skenario input data yang dilakukan untuk proses simulasi ini untuk mendapatkan windows of success dari kinerja perusahaan jasa konstruksi. Dari kelima Gambar 4.1 s.d. 4.5, didapatkan bahwa berdasarkan skenario yang dibuat ternyata kinerja perusahaan masih bisa ditingkatkan lagi, seperti ditunjukkan oleh masingmasing grafik cummulative probability, dimana mulai dari skenario 1 sampai skenario 10 terjadi perubahan grafik, yang menghasilkan perbedaan ketajaman dari grafik cummulative density function (CDF) dan standard deviasi yang dihasilkan juga cukup kecil sehingga level of confidence terhadap expected value cukup konsisten. Untuk mendukung hasil skenario diatas, berikut ini dilakukan juga analisis terhadap luasan dari overlay chart yang dihasilkan untuk masing-masing skenario. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah formula probability density function (PDF) menjadi cummulative density function (CDF). Selanjutnya luasan area yang dihasilkan dengan batasan integral, diperhitungkan melalui bantuan software MatchCad 2001.

97

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Salah satu elemen terpenting dalam modeling untuk proses simulasi adalah pertama, mengidentifikasi probabilitas data dan mendapatkan fungsi distribusi statistik yang tepat untuk input data. Kedua, menginterpretasi hasil dari proses simulasi. Metode simulasi yang digunakan untuk mendapatkan distribusi kinerja perusahaan jasa konstruksi akan dipengaruhi oleh penilaian terhadap distribusi statistik dari masing-masing komponen kinerja. Oleh sebab itu, penggunaan simulasi Monte Carlo untuk mendapatkan PDF dan CDF dari komponen kinerja sangat diperlukan. Menurut Alberts (Alberts 1972) ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penerapan fungsi distribusi statistik untuk keperluan estimasi kinerja perusahaan jasa konstruksi, meliputi:

1.
2. 3.

Probability density function (PDF) yang diusulkan harus lebih dari satu Asumsi distribusi yang dipergunakan, memiliki nilai lebih besar dari nol Distribusi probabilitas relatif sangat mudah dipergunakan

Ada beberapa distribusi probabilitas yang relevan dengan persyaratan di atas. Tetapi, pada bagian berikut ini akan didiskusikan distribusi probabilitas yang paling sesuai dan sering dipergunakan oleh peneliti, seperti: distribusi normal, distribusi lognormal, dan distribusi triangular. Secara umum bentuk probability density function (PDF) untuk distribution normal adalah

f ( x) =

1 2 2

2 2 e ( x ) / ( 2 )

untuk - x

Sedangkan cumulative density function (CDF) untuk distribusi normal memiliki bentuk sebagai berikut:

F ( x) =

2 2 1 e ( y ) / 2 dy 2

Bentuk PDF dan CDF dari distribusi normal (Gauss distribution) atau disebut juga dengan bell shape distribution, seperti ditunjukan pada gambar 4.6.
f(x) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -3

Gatot Bentoro - 6402014051

98

-2

-1

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Gambar 4.6: Bentuk PDF Distribusi Normal


Sumber: Law dan Kelton (Law and Kelton 2000)

PDF dan CDF dari distribusi normal yang terstandardisasi dengan nilai mean ( )= 0 dan standar deviasi ( 2) = 1 atau N(0,1). Sehingga secara umum distribusi normal memiliki 2 (dua) parameter utama, yaitu mean, dan standar deviasi, 2. Kedua parameter utama ini sangat diperlukan sebagai input data yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi permasalahan umum (general cases) karena: 1) Jenis distribusi ini telah distudi secara intensif dan standardisasi CDF-nya sudah tertabulasi, 2) Dari central limit theorem, disebutkan bahwa jumlah dari banyak aspek permasalahan mendekati distribusi normal, 3) Sangat sering dipergunakan sebagai asumsi input data dimana tidak terdapat data aktual untuk mendapatkan distribusi yang sesuai sebagai input data (Alberts 1972). Walaupun penggunaan distribusi normal relatif mudah untuk menginvestigasi setiap kondisi permasalahan secara umum baik sebagai asumsi input data maupun sebagai suatu bentuk algorithm untuk mengestimasi PDF dari kinerja perusahaan, tetapi menurut Alberts (Alberts 1972) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan distribusi normal untuk estimasi kinerja perusahaan jasa konstruksi: 1. 2. Jumlah variabel yang termasuk dalam pembentukan model (sekitar 15 variabel) Tidak ada variabel yang lebih dominan Coefficient of variation setiap variabel relatif kecil, kurang dari 0,25 untuk total biaya

3. 4.
5.

Skewness dari setiap variabel tidak terlalu besar Tidak ada variabel dominan yang memiliki korelasi yang kuat.

99

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Perubahan formula dari PDF ke CDF adalah sebagai berikut:

b ( x)

1 2
2

( 2 )
2

dx

Keterangan: a = batas bawah area b = batas atas area = nilai mean dari kinerja perusahaan = standar deviasi

Gatot Bentoro - 6402014051

100

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Perhitungan Luasan untuk Perspektif Keuangan: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.1, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 4 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif keuangan dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.913; =0.496.

2 ( x 3.913 ) 1 ( 2 0.4962) dx e 2 2 0.496 2.2

2 ( x 3.913 ) 1 ( 2 0.4962) dx e 2 2 0 .4 9 6 2.2

2 ( x 3.913 ) 1 ( 2 0.4962) dx e 2 2 0 .496 3.75

2 ( x 3.913 ) 1 ( 2 0.4962) dx0.121 1 e = 0.12 2 2 0 .49 6 4.30

Perhitungan Luasan untuk Perspektif Proses Bisnis: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.2, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif proses bisnis internal dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.507; =0.681.

1.25

( x3.507 )

1 2 0.681
2

( 2 0.681 2)

dx 1.25

( x3.507 )

1 2 0.681
2

( 2 0.681 2)

dx 3.5

( x3.507 )

1 2 0.681
2

( 2 0.681 2)

dx = 0.268

0.268

101

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Perhitungan Luasan untuk Perspektif Pelanggan: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.3, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif pelanggan dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.406; =0.787.

0.5

( x3.406 )

1 2 0.787
2

( 2 0.787 2)

dx 0.5

( x3.406 )

1 2 0.787
2

( 2 0.787 2)

dx 3.125

( x3.406 )

1 2 0.787
2

( 2 0.787 2)

dx = 0.058

0.058

Perhitungan Luasan untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.4, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.602; =0.796.

6 ( x3.602 )

1 2 0.796
2

( 2 0.796 2)

dx 1

3 ( x3.602 )

1 2 0.796
2

( 2 0.796 2)

dx 3.25

( x3.602 )

1 2 0.796
2

( 2 0.796 2)

dx = 0.104

0.104

Perhitungan Luasan untuk Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi:

Gatot Bentoro - 6402014051

102

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.5, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.618; =0.731.

1.313

( x3.618 )

1 2 0.731
2

( 2 0.731 2)

dx 1.313

( x3.618 )

1 2 0.731
2

( 2 0.731 2)

dx 4.10

( x3.618 )

1 2 0.731
2

( 2 0.731 2)

dx = 0.546

0.546

Dari hasil analisis untuk mendapatkan luasan windows of success, terlihat bagaimana luasan area (probability) yang dihasilkan yang dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Luasan windows of success Kinerja Perusahaan No. 1. 2. 3. 4. 5. Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Windows of success (Probability) 0.121 0,268 0,058 0,104 0,546

Sumber: Hasil Olahan

103

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.22 dapat terlihat bahwa luas area windows of success yang paling sempit atau kecil adalah kinerja perusahaan perspektif pelanggan, sedangkan luas area windows of success yang paling besar adalah kinerja perusahaan jasa konstruksi. Semakin sempit luas area windows of success maka akan semakin sulit dan kompleks dalam melakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Masing-masing windows of success yang didapatkan dari hasil simulasi tersebut merupakan suatu area mengenai penetapan bobot untuk masing-masing komponen kinerja perusahaan. Luasan yang dihasilkan merupakan windows of success yang perlu dilakukan pertimbangan secara terintegrasi dengan baik untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Windows of success ini sangat berguna: pertama, sebagai pedoman (reference point) bagi perusahaan jasa konstruksi untuk menetapkan masing-masing bobot komponen kinerja perusahaan. Terjadi dimana pun bobot komponen kinerja perusahaan asalkan masih berada di dalam batasan area tersebut merupakan nilai yang optimal. Kedua, sebagai alat kontrol semua komponen kinerja. Apabila salah satu bobot komponen kinerja perusahaan keluar dari area tersebut berarti telah terjadi kesalahan baik dari perhitungan, penetapan bobot, strategi dan lain-lain, sehingga harus cepat dicarikan solusi yang baik. Bagaimanapun juga, jelaslah, dari analisis skenario di atas mengindikasikan bahwa dengan adanya windows of success ini, menunjukan bahwa range estimate untuk komponen kinerja perusahaan tersebut masih bisa ditingkatkan baik dari rentang maupun dari tingkat akurasinya.

4.7. TEMUAN-TEMUAN
Dari model regresi berganda mengenai hubungan antara faktor-faktor pada manajemen perusahaan dengan kinerja perusahaan, yang dihasilkan dari analisis data terhadap 40-50 sampel dari masing-masing perspektif kinerja perusahaan, telah diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:

1.

Model regresi yang dihasilkan untuk masing-masing perspektif kinerja perusahaan adalah model regresi linier, karena nilai Adjusted R2 model linier > nilai Adjusted R2 non linier, dengan rincian sebagai berikut :

Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Kinerja Perusahaan

Adjusted R2 Linier 0.780 0.764 0.737 0.785 0.619 Non Linier 0.605 0.758 0.685 0.751 0.555

Gatot Bentoro - 6402014051

104

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

2.

Berdasarkan hasil analisis residual dari model regresi linier dan non linier untuk masing-masing perspektif kinerja perusahaan, menunjukkan bahwa model linier lebih mendekati nol sehingga dipilih model linier.

3.

Dari hasil regresi variabel penentu kualitas manajemen perusahaan dan kontribusinya terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat pada adalah :

Tabel 4.23. Variabel Penentu dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kode Variabel Terikat Kode X5 Y1 Perspektif Keuangan X22 X40 X5 Y2 Perspektif Proses Bisnis Internal X10 X15 X4 Y3 Perspektif Pelanggan X11 X15 X5 Y4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran X16 X18 X5 Y5 Kinerja Perusahaan X11 X15 Sumber: Hasil Olahan Variabel Penentu Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kemampuan untuk mendapatkan laba Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kontribusi 43% 32% 25% 37% 31% 32% 40% 36% 24% 42% 32% 26% 45% 27% 28%

4.

Variabel penentu kualitas manajemen perusahaan lainnya yang belum teridentifikasi dan dikelompokkan ke dalam dummy adalah :

105

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 4.24. Variabel Penentu Lainnya Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kode Variabel Terikat Perspektif Keuangan Dummy 1 Y1 2 3 Y2 Perspektif Proses Bisnis Internal 1 2 3 1 Y3 Perspektif Pelanggan 2 3 4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 1 2 3 1 2 Y5 Kinerja Perusahaan 3 4 Sumber: Hasil Olahan Kode X44 X21 X31 X34 X33 X27 X10 X35 X26 X2 X8 X36 X11 X35 X36 X43 X33 Variabel Penentu Lainnya Pengawasan terhadap inventaris kantor Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis Wewenang karyawan terhadap pekerjaan Kurang adanya reward & punishment terhadap karyawan Kurangnya Kesempatan berpartisipasi untuk menentukan metode dan prosedur Perasaan aman dalam pekerjaan Kemampuan personil inti dalam menjalankan tugas Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Kurangnyanya prestise pekerjaan didalam perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar Kinerja dan produktifitas karyawan Iklim dan suasana pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaandalam membuat rencana sumber daya Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Iklim dan suasana pekerjaan Pengawasan terhadap keuangan karyawan Kesempatan berpartisipasi menentukan metode dan prosedur

Y4

5.

Dari simulasi Monte Carlo didapatkan hasil Gambar 4.1 s.d. Gambar 4.5, bahwa nilai kualitas kinerja perspektif keuangan, proses bisnis, pelanggan, pertumbuhan dan pembelajaran, serta kinerja perusahaan jasa konstruksi berkisar antara :

Tabel 4.25. Rentang Nilai Kualitas Kinerja Berdasarkan Hasil Simulasi


Kinerja Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Nilai kualitas Min 2.93 2.44 1.88 2.33 2.33 Max 4.80 4.53 4.35 4.55 4.60 Prosentase Kualitas Kinerja >60% - 120% >60% - 120% 0% - 120% >60% - 120% >60% - 120% Keterangan Buruk Sangat Cukup Buruk Sangat Cukup Sangat Buruk Sangat Cukup Buruk Sangat Cukup Buruk Sangat Cukup

Sumber: Hasil Olahan

Berdasarkan

Tabel

4.25,

dapat dilihat

bahwa

kualitas

dari

kinerja

perusahaan yang optimal harus berada di dalam range: min-max. Apabila kualitas kinerja perusahaan berada dibawah nilai min, hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut kinerja perusahaan sangat buruk sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan. Sedangkan jika nilai kualitas kinerja

Gatot Bentoro - 6402014051

106

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

perusahaan berada di atas nilai max, juga tidak begitu bagus, hal ini dikarenakan jika kinerjanya terlalu tinggi akan dapat menyebabkan over heating. Skala pengukuran yang digunakan dalam menilai baik buruknya kinerja perusahaan dapat dilihan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Skala Pengukuran Kualitas Kinerja Perusahaan


Kriteria Good Profitable Growth Skala Management Sangat Buruk Buruk Cukup Sangat Cukup Baik Sangat Baik Sumber: Hasil Olahan dari berbagai referensi Sustainable Technology Competitiveness

4.8. PEMBAHASAN PENELITIAN


Pada sub bab ini, penulis akan mencoba melakukan pembahasan terhadap analisa yang sudah dilakukan pada sub bab sebelumnya, yang kemudian hasil dari pembahasan tersebut akan disimpulkan pada bab 5. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut: Pengaruh Jenis Perusahaan dan Sistem Mutu Perusahaan Jasa Konstruksi Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jenis perusahaan baik BUMN dan swasta mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi, terutama pada perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Mann-whitney U, jenis perusahaan jasa konstruksi mempunyai pengaruh yang tidak begitu signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan perspektif keuangan, tapi dari hasil analisis mean rank, kinerja perusahaan jasa konstruksi perspektif keuangan BUMN lebih rendah dibandingkan perusahaan jasa konstruksi swasta. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari FCGI (Forum for Corporate in Indonesia, 2003), bahwa dilingkungan BUMN seringkali terjadi mark up dimana para pengusaha dengan dukungan (backup) penguasa mendapatkan kontrak sebagai pemasok maupun distributor dengan harga yang amat mahal. Dampak dari mark up tersebut adalah tingginya biaya operasi BUMN dan pada gilirannya menimbulkan kerugian pada BUMN sehingga secara tidak langsung menurunkan

107

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

kinerja keuangan. Sistem mutu ISO 9000 perusahaan jasa konstruksi untuk semua perspektif mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Menurut analisis yang dilakukan Flynn et al (1995), sistem mutu ISO 9000 adalah standar kunci yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang ingin meningkatkan infrastruktur kualitas kinerjanya. jangka Hasilnya panjang adalah dengan menunjukkan pelanggan, bahwa (hubungan dukungan

manajemen puncak, manajemen tenaga kerja, hubungan jangka panjang dengan pemasok, dan sikap kerja) berpengaruh terhadap kualitas manajemen, kualitas manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif. Berdasarkan hasil analisis, kinerja perusahaan yang belum memiliki sistem mutu ISO 9000 lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dalam proses mendapatkan ISO 9000. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kinerja ini dikarenakan personil, manajemen, dan organisasi perusahaan yang sedang dalam proses mendapatkan ISO 9000 perlu menyesuaikan dengan kondisi infrastruktur serta menerapkan standarisasi yang baru, sehingga berakibat menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sellenheim (1991) yang mengatakan bahwa sistem mutu yang akan diterapkan oleh suatu perusahaan harus dipicu oleh permintaan pasar, fleksibel untuk berubah, sederhana dan mudah dipahami, mempertimbangkan faktor finansial dan non finansial dan juga memberikan penegasan yang positif.

Faktor-faktor dari Manajemen Perusahaan yang mempengaruhi Peningkatan Kinerja Perusahaan


Sebelum mengetahui faktor-faktor dari manajemen perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan, perlu diketahui beberapa perspektif dari kinerja perusahan yang dapat dijadikan alat ukur dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), kinerja perusahaan dapat diukur dari 4 (empat) perspektif, yaitu : Keuangan, Proses Bisnis Internal, Pelanggan serta Pembelajaran dan Pertumbuhan. Menurut Terry (1986), penerapan manajemen yang baik dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan serta dapat menjamin tercapainya laba usaha. Hal ini disebabkan karena di dalam manajemen mengandung unsur-unsur sumber daya yaitu : manusia, material, mesin, uang, metode, serta pasar.

Gatot Bentoro - 6402014051

108

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Sedangkan Kaizen (1994) menyatakan bahwa kualitas atau mutu merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai baik buruknya kinerja perusahaan secara internal maupun eksternal. Joseph M. Juran dan K, Ishikawa juga menyatakan bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan serta pemenuhan harapan atau kepuasan pelanggan. Peningkatan mutu akan dapat mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi perusahaan jasa konstruksi, antara lain: peningkatan kinerja, reputasi, reability, pangsa pasar, peningkatan produk, peningkatan harga, peningkatan keuntungan serta penghematan biaya. Dalam manajemen, menurut Ivancevich (1997) fungsi-fungsi dasar manajemen yang sangat penting yaitu: perencanaan, pengorganisasian, serta pengendalian. Perencanaan yang baik akan menghasilkan produk atau jasa yang baik pula, dimana buruknya perencanaan dapat menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan. Analisis regresi berganda yang dilakukan menghasilkan model regresi linier, dengan variabel yang paling signifikan terhadap semua kinerja (keuangan, proses bisnis, pelanggan, pertumbuhan dan pembelajaran serta kinerja perusahaan jasa konstruksi) terdiri dari: kualitas hasil akhir pekerjaan yang termasuk dalam kelompok perencanaan, serta kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik (pengorganisasian), serta variabel penentu yang cukup signifikan yaitu kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat perencanaan sumber daya (pengorganisasian). Pada variabel pertama menunjukkan bahwa semakin baik kualitas hasil akhir pekerjaan maka akan semakin tinggi kinerja perusahaan jasa konstruksi. Hal ini mendukung Kaplan dan Norton (1996) yang menyatakan bahwa kualitas yang baik dapat meningkatkan kinerja pelanggan yang juga mempengaruhi kinerja keuangan, proses bisnis internal, serta kinerja perusahaan sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan daya saing. Hasil analisis yang dilakukan oleh Benson et al (1991) dan didukung oleh hasil analisis Madu et al (1996) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan, dimana kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada variabel kedua dan ketiga, kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik dan dalam membuat perencanaan sumber daya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Menurut Kerzner (1998), semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam merencanakan, mengarahkan,

109

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

memimpin, berkomunikasi dan mengelola informasi untuk menentukan kebutuhan sumber daya maka akan semakin meningkat kinerja perusahaan. Berdasarkan pengelompokkan variabel, diketahui bahwa kualitas hasil akhir perusahaan pimpinan merupakan bagian dari perencanaan. konfilik Sedangkan dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan kualitas

perusahaan dalam membuat perencanaan sumber daya merupakan bagian dari pengorganisasian. Hal ini berarti bahwa perencanaan dan pengorganisasian merupakan variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan jasa konstruksi. Menurut Terry (1982), perencanaan merupakan bagian yang penting dalam proses manajemen. Dimana buruknya perencanaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan fungsi lain dari manajemen yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah pengorganisasian.

Pengaruh masing-masing Perspektif Kinerja terhadap Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi


Sebelum mengetahui pengaruh dari masing-masing perspektif kinerja terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi, perlu diketahui beberapa tujuan dan sasaran dilakukannya pengukuran kinerja. Menurut Mulyadi (2001), pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau laba. Pengukuran kinerja lebih cenderung berorientasi kepada bidang keuangan. Wheleen dan Hunger (2000) menyatakan bahwa sasaran dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui profitabilitas, pangsa pasar, biaya dan mutu yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan prosentase dengan menggunakan scoring terhadap ranking kinerja yang didapatkan dari hasil kuesioner, diperoleh prosentase masing-masing perspektif kinerja terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi, yaitu: Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi : 24% : 28% : 25% : 23% : 100%

Gatot Bentoro - 6402014051

110

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

Kontribusi dari masing-masing perspektif kinerja terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan Kaplan dan Norton (1996) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan jasa konstruksi dipengaruhi oleh keempat perspektif tersebut.

111

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, temuan-temuan, pembahasan serta interpretasi terhadap penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja serta menganalisa seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan. 2. Kontribusi kualitas hasil akhir pekerjaan terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi lebih besar dibandingkan faktor-faktor lain dari manajemen perusahaan. Sedangkan faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap peningkatan kinerja yaitu kualitas pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik dan dalam membuat rencana sumber daya.

5.2. SARAN
Sedangkan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil-hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar terjadinya peningkatan kinerja jika kualitas manajemen perusahaan ditingkatkan. 2. Untuk beberapa perspektif kinerja, jenis perusahaan kontraktor (BUMN dan swasta) tidak mempunyai konstruksi, pengaruh yaitu yang signifikan terhadap dan kinerja perusahaan jasa perspektif keuangan perspektif

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

pelanggan

sedangkan

perspektif

proses

bisnis

internal

dan

perspektif

pertumbuhan & pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya.

113

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

3.

Untuk semua perspektif kinerja, sistem mutu iso 9000 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya.

4.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa mean rank kinerja perusahaan perspektif keuangan, proses bisnis internal, pelanggan serta pertumbuhan dan pembelajaran yang belum memiliki ISO 9000 ternyata lebih tinggi dari kinerja perusahaan yang dalam proses ISO 9000. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang sedang dalam proses ISO 9000, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu tersebut dan seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja perusahaan kontruksi.

5.

Pada penelitian selanjutnya, dapat dikembangkan suatu penelitian yang lebih spesifik, yang meneliti batasan-batasan minimum dan maksimum suatu kinerja perusahaan jasa konstruksi yang dipengaruhi oleh manajemen perusahaan dengan menggunakan metode simulasi.

6.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila kinerja perusahaannya ditingkatkan dengan menggunakan metode penelitian studi kasus serta metode analisis optimasi agar diperoleh suatu keuntungan maksimum.

7.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat mengukur tindakan koreksi yang harus dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi supaya kinerja perusahaan bisa berada dalam area windows of success.

8.

Pada penelitian lebih lanjut, dapat dibuat suatu sistem yang menggunakan program komputer yang dapat mendeteksi apakah kinerja perusahaan yang ingin dilihat berada pada windows of success dan dapat merekomendasikan suatu tindakan yang harus dilakukan agar dapat daya menghasilkan saing, suatu perusahaan yang memiliki kemampuan berkelanjutan,

berkembang, serta mempunyai kemampuan mendapatkan laba. 9. Pada penelitian selanjutnya, dalam menentukan windows of success dari kinerja perusahaan jasa konstruksi perlu dilakukan dengan lebih akurat dengan menentukan batasan-batasan wilayah secara lebih detail dengan

Gatot Bentoro - 6402014051

114

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

menggunakan teknik-teknik komputerisasi.

115

REFERENSI
1. 2. 3.

Allen, R. K. (1998). Professional Practice Survey Results. Journal of Management in Engineering July/August. Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta. Barrie, D. S. (1992). Professional Construction Management, Mc Graw-Hill.

4. Barrie, S., Donald and B. C. Paulson (1984). Proffesional Construction Management Second Edition, McGraw-Hill, Inc.

5. 6. 7.

Basyah Siregar, A. and A. Samadhi (1987). Manajemen, Institut Teknologi Bandung. Borcheding, J. D. and G. Douglas (1981). Work Force Motivation and Productivity on Large Jobs. ASCE Journal of the Construction Division Sept: 443452. Bounds, G. e. a. (1994). Beyond Total Quality Management: Toward the Emerging Paradigm. New York, McGraw-Hill.Inc. 8. Bryman, A. and D. Cramer (1997). Quantitative Data Analysis with SPSS for Windows. London, Routledge.

9.

Campbell, A. and K. Tawadey (1992). Mission and Bussiness Philosophy. Butterworth-Heinemann, Oxford. 10. Chung, K. H. (1987). Critical Success Factors, Allyn and Bacon, Inc. 11. Cleland, D. I. and R. Gareis (1994). Global Project Management Handbook, MacGraw Hill Book Inc.

12. Clough,

R. H. (1986). Construction Contracting. Canada, John Wiley & Sons, Inc. Fifth Edition.

13. Cushway, B. and D. Lodge (1993). Organisational Behaviour and Design. 14. David, F. R. (2002). Strategic Management: Concepts and Cases, Prentice Hall.
15. Decisioneering, I. (1993). Crystal Ball user's manual. Denver, Colorado, Decisioneering, Inc. 16. Dillon, W. R. and M. Goldstein (1984). Multivariate Analysis Methods and Application. New York, John Willey & Sons.

17. Draper, N., Smith,H (1966). Analisis Regresi Terapan. Jakarta, Gramedia. 18. Drucker, P. (1968). The Practice of Management. London, Pan Books.

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

19. Evans, J. R. and D. L. Olson (1998). Introduction to Simulation and Risk Analysis. New Jersey, Prentice Hall.

20. Flippo, E. B. (1984). Personel Management, McGraw-Hill.


21. Gaspersz, V. (2002). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

22. Genaga,

S. G. (July/August 1997). Leadership is Essensial to Managing Success. Journal of Management in Engineering.

23. Gibson, Ivancevich, et al. (1985). Organization, Bussiness Publications, Inc. 24. Goodwin,
R. S. C. (July 1993). Skill Required of Effective Project Manager. Journal of Management in Engineering Vol.9, No.3.

25. Hadi, S. (1979). Metodologi Research.


26. Hillebrandt, P. N. (1985). Economic Theory and The Construction Industry, Second Edition. London, Macmillan Press.

27. Howel,

G. H. and Parker (1989). Productivity Improvement in Construction Human Behavior as a Factor in Construction Productivity, B.J.C. a. J.M Morris.

28. Ivancevich, J. M. e. a. (1997). Management Quality & Competitiveness. 29. Jaafari, 30. Kadin
A. (2000). Construction Business Competitiveness and Global Benchmarking. Journal of Management in Engineering Vol. 16, No. 6 November/December. (2002). Industri Jasa Konstruksi di Indonesia. Jakarta, Kompartemen Jasa Konstruksi, Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi, Kadin Indonesia.

31. Kaizen (1994). Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 32. Kaming, 33. Kaplan, 34. Kast,
P. F., P. O. Olomolaiye, et al. (1997). Factors Influencing Construction Time and Cost Overruns on High-Rise Projects in Indonesia. Construction Manajement and Economics 15: 83-94. R. S. and D. Norton (1996). Balanced Scorecard Translating Strategy Into Action, Harvard Business School Press. F. E. and J. E. Rosenzweig (2002). Organization and Management, McGraw-Hill, Inc.

35. Katz, D. A. (1982). Economic Theory and Application. New Jersey, Prentice Hall
Inc.

36. Kerzner,

H. (1998). Project Management: A system Approach to Planning, Scheduling and Controlling, John Willey & Sons.

37. Kotler, P. (1984). Marketing Management, Prentice Hall, Inc. 38. Kotter, J. P. and J. L. Heskett (1992). Corporate Culture and Performance. New
York, The Free Press A Division Simon & Schuster, Inc.

39. Leach, 40. LIPBI

T. and B. Kenny (2000). The Role of Professional Development in Simulating Change in Small Growing Businesses. CPD Journal Vol. 3. (2003). Profile and Directory of Indonesian Companies ISO Certificate. Jakarta, LIPBI (Lembaga Informasi Pembangunan & Bisnis Indonesia.

117

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

41. Maloney,

W. F. (1997). Strategic Planning for Human Resource Management in Construction. Journal of Management in Engineering Vol. 13, No. 3 May/June.

42. Mulyadi (2001). Balance Scorecard. Jakarta, Salemba Empat. 43. Naoum,
S. G. D. (1999). Dissertation Research and Writing for Construction Students. London, Butterworth-Heinemann.

44. O'Brien, J. J. Z., R.G. (1991). Contractor Management Handbook, McGraw Hill,
Inc.

45. Oglesby,

C. (1989). Productivity Improvement in Construction. New York, McGraw-Hill, Inc.: 449.

46. Pinnington,

A. and T. Edward (2000). Introduction to Human Resource Management. New York, Oxford University Press.

47. Porter, M. E. (1998).

Competitive Strategy Techniques for analyzing Industries and Competitors. New York, A Division of Simon & Schuster Inc.

48. Radke, M. (1972). Manual of Cost Reduction Techniques, McGraw-Hill. 49. Riley,
M. J. and D. Clare-Brown (2001). Comparison of Cultures in Construction and Manufacturing Industries. Journal of Management in Engineering Vol. 17 No. 3 July.

50. Robbins, 51. Russell, 52. Sandy,


Hill.

S. P. (1998). Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. New Jersey, Prentice Hall, Inc. A. D. and A. Fayek (1994). Automated Corrective Action Selection Assistant. ASCE-Journal of Construction Engineering and Management 120(No. 1 March): 11-33. R. (1990). Statistic for business and Economics. Singapore, McGraw-

53. Santoso, S. (2001). SPSS Versi 10. Jakarta, Elex Media Komputindo.

54. Sellenheim, M., R (1991). Performance Measurement. 55. Siegel, S. (1990). Statistik Non Parametrik. Jakarta, Gramedia. 56. Smith,
P. L. (1992). Professionalism: Cornerstone of Engineering. Journal of Proffesional Issues in Engineering Vol. 118, No.3, July.

57. Soeharto, 58. Soeparto,

I. (1995). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta, Erlangga. H. G. (2003). Usulan Disertasi Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia.

59. Stoner, J. A. F. and C. Wankel (1986). Management. Englewood Cliffs, Prentice


Hall International. 60. Stukhart, G. (1995). Construction Materials Management. New York, Marcel Dekker, inc.

61. Suardi, R. (2003). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta, PPM. 62. Sudarto
(2003). Sistem Bisnis Perusahaan Yang Ideal Yang Mendorong Industri Konstruksi di Indonesia, Pra Proposal Penelitian Program Doktor Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia.

Gatot Bentoro - 6402014051

118

Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi

63. Supranto, J. (1988). Statistik Teori dan Aplikasi. E. Kelima. Jakarta, Erlangga. 64. Supriyono, 65. Suraji,
R. A. (1999). Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis, BPFE-Yogyakarta. A. (2003). Peta Kesiapan Industri Jasa Konstruksi Menuju Liberalisasi Perdagangan Jasa Konstruksi. Proceeding Seminar Nasional Peran Jasa Industri Era Otonomi Daerah dan AFTA/AFAS, Aryaduta Hotel, Jakarta, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

66. Sutjipto

(1991). Globalisasi. Jakarta.

Strategi

Industri Jasa Konstruksi

Nasional dalam Era

67. Syamsudin
Press.

(2002). Statistik Deskriptif. Surakarta, Muhammadiyah University

68. Tabachnick, B. G. and L. S. Fiddel (2001). Using Multivariate Statistics 4th Edition, Ally and Bacon. 69. Tan, W. (1995). Research Methods in Real Estate & Construction. Singapore, National University.

70. Tangkilisan, 71. Tatikonda,


Measures.

H., M.Si (2003). Manajemen Modern untuk Sektor Publik. Yogyakarta, Balairung & Co. L., Rao J. Tatikonda (1998). We Need Dynamic Performance

72. Teng,
Hall, Inc.

M. (2002). Corporate Turnaround. Alexandra Road, Singapore, Prentice-

73. Terry, G. R., Ph.D (1986). Asas-asas Manajemen. Bandung, PT. Alumni.

74. Touran,

A. and E. P. Wiser (1992). Monte Carlo Technique with Correlated Random Variables. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE 113(2): 258 - 272.

75. Trigunarsyah,

B., Harris, A.J, Asiyanto (2003). Pengaruh Faktor-Faktor Penunjang sistem Bekisting Peri pada Pelaksanaan Konstruksi bangunan Bertingkat Struktur Beton terhadap Kinerja Waktu Proyek. Jurnal Teknologi No.3, Tahun XVII September. 76. Trisnowardono, N., Drs.B.E (2002). Menuju Usaha Jasa Konstruksi yang Handal. Jakarta, Abdi TANDUR. 77. Triwidodo, B. e. a. (1997). ISO 9000 untuk Kontraktor. P. P. Perumahan. Jakarta, Gramedia.

78. Triwidodo, B. e. a. (2003). Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung


Sipil. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

79. Turner,
Hill.

J. R. (1993). The Hand Book of Project Based Management, Mc Graw-

80. Walpole, 81. Weston,


Press.

R. E. and R. H. Myers (1993). Probability and Statistics for Engineers and Scientists. 5th Edition. New Jersey, Prentice Hall. J. F. and T. E. Copeland (1991). Managerial Finance, The Dryden

82. Wideman,

R. E. and R. H. Myers (1992). Project and Program Risk Management. A Guide to Managing Project Risk and Opportunities. Pennysylvania, Project Management Institute.

119

Bab IV Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil Penelitian

83. Witherell,

William. (2000). "Corporate Governance: a basic foundation for the global economy", in OECD Observer.

84. Woodward, 85. Yates,

J. (1980). Industrial Organisation: Theory and Practice, Oxford Univercity Press. F. a. (1973). Statistical Tables for Biological Agricultural and Medical Research. Homewood, Illinois, Dorsey Press.

86. Yin, R. K. (1994). Case Study Research. Design and Methods. New Delhi, Sage
Publications. Vol. 5.

87. Young,

D., C. Duffield, et al. (1999). Manajemen Proyek dari Konsepsi sampai Penyelesaian. North Melbourne, Engineering Education Australia.

Gatot Bentoro - 6402014051

120

You might also like