Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan
Dan faktor eksternal yang terdiri dari ekonomi makro, hukum dan undang-undang, teknologi dan inovasi, sosial politik dan lingkungan yang kompetitif. Keuntungan perusahaan konstruksi tidak hanya diperoleh dari pengendalian terhadap total aset dan produksi peralatan saja, melainkan diperoleh dari kemampuan manajemen, sumber daya manusia, kemampuan teknik, penggunaan solusi yang inovatif, sistem infrastruktur, kemampuan untuk menanggapi segala keperluan yang kompleks, kemampuan untuk menerima dan mengelola risiko (Jaafari 2000). Jika faktor-faktor tersebut dapat dikelola dan diperhatikan dengan baik, maka besar kemungkinan perusahaan-perusahaan jasa konstruksi di Indonesia dapat mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing didalam dan diluar negeri. Banyak masalah internal dihasilkan sendiri oleh perusahaan dan sebenarnya ada dalam kendali organisasi perusahaan. Masalah ini biasanya berhubungan dengan lemahnya manajemen perusahaan. Sehingga masalah manajemen adalah satusatunya faktor terbesar dibalik banyaknya kegagalan perusahaan (Teng 2002). Manajemen menyebabkan bahwa kita menyadari kemampuan-kemampuan kita, menunjukkan cara kearah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik, dapat mengurangi hambatan-hambatan dan memungkinkan kita mencapai tujuan-tujuan yang kita harapkan (Terry 1986) Salah satu penyebab perusahaan jasa konstruksi tidak berkembang adalah karena pengusaha dan top manajer tidak mau mengakui bahwa mereka perlu untuk membentuk kembali budaya perusahaan dan/atau mengambil cara baru dalam mengatur orang pada suatu tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah perusahaan. Intervensi untuk mendorong perkembangan perusahaan dari manajer yang profesional seharusnya terjadi diawal perjalanan suatu perusahaan dan sebelum terjadinya pengaruh negatif dari perkembangan kebudayaan organisasi yang cepat dan kepemimpinan yang dianggap dominan (Leach and Kenny 2000) Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasikan apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masamasa ini dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif (Hitt, Ireland dan Hoslisson 1997). Sasaran perusahaan yang diuraikan dalam rencana jangka panjang akan diukur pencapaiannya melalui penilaian kinerja perusahaan yang uraiannya tercantum dalam Keputusan Meneg BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penilaian kinerja perusahaan BUMN terdiri dari aspek administrasi dan kinerja
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
korporasi, kinerja korporasi dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu kinerja keuangan dan kinerja operasional. Sedangkan menurut Kaplan and Norton (1996) bahwa kinerja perusahaan memiliki 4 perspektif yaitu perspektif keuangan, perpektif pelanggan, perspektif bisnis internal, perpektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif keuangan ditandai dengan meningkatnya pendapatan, pertumbuhan produktivitas, penghematan biaya dan pemanfaatan aktiva. Perspektif bisnis/intern ditandai dengan meningkatnya inovasi, proses operasi dan pelayanan purna jual. Perspektif pelanggan ditandai dengan meningkatnya kepuasan pelanggan, akuisisi Pelanggan (sejauh mana perusahaan dapat menarik pelanggan), retensi pelanggan, pangsa pasar dan kemampulabaan pelanggan. Sedangkan untuk perpektif pembelajaran dan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya meningkatkan kapabilitas personil, meningkatkan kapabilitas sistem informasi dan motivasi, pemberdayaan dan keserasian.
Bab I Pendahuluan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mengukur pengaruh faktorfaktor dari manajemen perusahaan yang dapat berpengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi.
BAB 2
MANAJEMEN PERUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
2.
3. 4. 5. 6.
lingkungan
masing-masing
beserta
kelengkapannya,
untuk
mewujudkan
suatu
bangunan atau bentuk fisik lain (Suraji 2003). Kata jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya bidang-bidang jasa konstruksi meliputi [(Triwidodo 2003)]:
1. 2. 3. 4.
5.
Bidang perencanaan (design) Bidang pelaksanaan (construction) Bidang pengawasan (supervision/construction management) Bidang pengelolaan lahan (property management) Bidang pengembangan lahan (developer) Jasa konstruksi kontraktor, sebagai pelaksana konstruksi, didefinisikan sebagai
penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli, profesional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi, yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan kontrak konstruksi (Triwidodo 2003). Usaha jasa konstruksi adalah usaha dibidang jasa yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan yang dalam pelaksanaan, penggunaan atau pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidupnya (Trisnowardono 2002).
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Dalam mengembangkan strategi untuk manajemen sumberdaya manusia, organisasi perusahaan konstruksi harus menyebutkan beberapa isu (Maloney 1997) seperti : Visi-visi strategis Pandangan dari sumber daya manusia Orientasi manajemen versus orientasi pekerja Orientasi jangka pendek versus orientasi jangka panjang Teknologi produksi Perbedaan kemampuan kerja Ketersediaan kemampuan kerja yang terlatih
Selain yang tersebut diatas, dalam suatu organisasi perlu disusun dan diletakkan dasar-dasar pedoman dan petunjuk kegiatan, jalur pelaporan, pembagian tugas, dan tanggung jawab masing-masing kelompok dan pimpinan (Soeharto 1995). Suatu organisasi melakukan investasi dalam sumber dayanya dan berupaya untuk mengembangkan sumber daya tersebut sebaik-baiknya. Investasi tersebut akan memberikan keuntungan bagi organisasi melakukan peningkatan kinerjanya (Maloney 1997). Tiga faktor penentu kesuksesan untuk mengelola suatu organisasi (Chung 1987) : 1. 2. 3. Mengatur Strategi Perusahaan Mengatur Sumber Daya Mengatur Sistem Operasional
Kekuatan Pasar
Ekonomi Global
Kekuatan Budaya
Kekuatan Ekonomi
1.
Mengatur Strategi Perusahaan Dalam mengatur strategi perusahaan, pimpinan perusahaan harus tahu apa yang diinginkan, mengetahui apa yang dilakukan oleh pesaing, dan memberikan produk lebih baik daripada lainnya.
2.
Mengatur Sumber Daya Pemimpin perusahaan dididik dengan motivasi, kepemimpinan dan komunikasi sehingga mereka dapat lebih efektif dalam berhubungan dengan pegawai. Sebagai tambahan perusahaan harus membuat program sumberdaya manusia seperti memperkaya pekerjaan, jam kerja yang fleksibel, manajemen yang efektif, biaya liburan, menentukan biaya hidup, dan partisipasi pegawai untuk dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja.
3.
Mengatur Sistem Operasional Operasional yang efisien dapat dicapai pada tingkat administratif, kontrol kualitas dan pelatihan dengan banyak keterampilan. Lingkup kerja jasa konstruksi cukup luas, dan secara garis besar meliputi (Barrie and Paulson 1984): 1. 2. 3. Gedung (bangunan perdagangan, keluarga, pendidikan, perumahan kota pemerintahan, unit ganda, keagamaan dan rekreasi) Pemukiman (perumahan apartemen dan kondominium) Rekayasa berat (struktur untuk tenaga listrik, pengendalian banjir dan distribusi air minum, sistem penanganan dan pembuangan bahan limbah, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi) 4. Industri (pabrik pengilangan minyak bumi, pabrik peleburan logam, baja dan alumunium, pabrik industri dasar/berat, pengembangan usaha pertambangan dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh pelayanan umum dan industri dasar. Jumlah perusahaan jasa yang aktif dalam industri konstruksi pada tahun 2003 mencapai 38.800 buah atau 40 persen dari 97.000 perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat lagi pada tahun 2004 menjadi 50 persen dari jumlah seluruh perusahaan yang ada (Kompas Cyber Media 2003). Berdasarkan Keppres 18/2000 perusahaan jasa konstruksi di Indonesia dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yang terdiri dari: kontraktor kecil (K) yang mengani proyek sampai dengan
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Rp 1 Milyar, kontraktor menengah (M) yang menangani proyek Rp 1 10 Milyar, dan kontraktor besar (B) yang menangani proyek diatas Rp 10 Milyar dan mengerjakan proyek-proyek yang kompleks dan besar. Dari daftar registrasi perusahaan nasional yang terdaftar di LPJK tahun 20022003, berdasar kualifikasi, terdiri dari 5.737 perusahaan kecil (K), 384 perusahaan menengah (M) dan 769 perusahaan besar (B). Sedangkan rekapitulasi jumlah badan usaha yang telah diregistrasi oleh LPJK tahun 2002, terdapat 80.498 perusahaan kontraktor dan 2.197 perusahaan konsultan. Belum dapat dirinci berapa jumlah perusahaan kontraktor dan konsultan spesialis, namun diperkirakan keberadaan perusahaan-perusahaan spesialis masih sangat sedikit, kurang dari 10% dibanding dengan jumlah kontraktor umum (www.lpjk.com downloaded 15 Februari 2003). Berdasarkan data yang didapat dari LPJK tahun 2002 bahwa jumlah kontraktor kelas B yang ada di DKI Jakarta adalah 458 perusahaan, atau sekitar 56,89 % dari jumlah perusahaan kontraktor kelas B yang ada di Indonesia (www.lpjk.com downloaded 21 April 2003). Dari banyaknya proyek yang ada, sebagian besar sumber pendanaannya berasal dari rekanan Internasional, adapun data yang disampaikan oleh ketua Bappenas tahun 1995 (Prabono 1999) yaitu:
1.
Proyek bantuan luar negeri dari tiga sumber utama : IBRD, ADB, OECF
( 80% total bantuan) sebesar USD 1,841 miliar, USD 2,1 miliar diantaranya untuk jasa konsultan. Porsi asing USD 1,8 Milyar dan porsi nasional USD 0,2 Miliar. 2. Biaya konsultan rata-rata sebagai persentase biaya total proyek: Proyek IBRD Proyek ADB : 13% : 9%
Nilai
konstruksi
merupakan
komponen
utama
dalam
struktur
output
perusahaan jasa konstruksi. Total nilai konstruksi yang diselesaikan pada tahun 1998, mengalami penurunan ketimbang tahun 1997. Jika pada tahun 1997 nilai konstruksi mencapai sebesar Rp. 29.826,3 milyar maka pada tahun 1998 menjadi Rp. 19.846,6 milyar atau turun 47,2%. Dari data BPS yang ada, menunjukkan pada tahun 2001 sekitar 50,9% dari total nilai konstruksi perusahaan anggota AKI berada dipulau Jawa dan bali. Namun konsentrasi pekerjaan di pulau itu mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok pulau lainnya, hanya Maluku dan Papua yang mengalami penurunan nilai pekerjaan. Sedangkan sisanya yaitu Sumatera, Nusa
Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi mengalami peningkatan nilai. Nilai konstruksi dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Perusahaan Jasa Konstruksi (milyar rupiah)
Pulau 1. Sumatera 2. Jawa dan Bali 3. Nusa Tenggara 4. Kalimantan 5. Sulawesi 6. Maluku dan Irian Jaya Jumlah 1997 2.757,0 (9,0%) 22.156,4 (72,5%) 886,8 (1,8%) 1.921,0 (6,3%) 1.222,9 (4,0%) 882,1 (2,9%) 29.826,3 (100%) 1998 3.313,1 (16,6%) 12.299,3 (61,5%) 412,4 (2,1%) 1.905,3 (9,5%) 1.080,1 (5,4%) 836,3 (4,2%) 19.846,6 (100%) 1999 2.396,1 (16,7%) 7.521,0 (52,4%) 1.034,6 (7,2%) 1.346,8 (9,4%) 1.314,3 (9,2%) 737,6 (5,1%) 14.350,3 (100%) 2000 2.592,1 (15,3%) 8.901,1 (52,5%) 1.202,2 (7,1%) 1.964,3 (11,6%) 1.495,9 (8,8%) 801,1 (4,7%) 16.956,6 (100%) 2001 2.808,4 (13,9%) 10.268,3 (50,9%) 1.402,2 (7,0%) 3.104,9 (15,4%) 1.706,8 (8,5%) 872,4 (4,3%) 20.163,1 (100%)
Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) : Pasal 1 ayat (1) : Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara dipisahkan. Pasal 2 ayat (1) : Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: a. b. c. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional Mengejar keuntungan Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
d.
Menjadi
perintis
kegiatan-kegiatan
usaha
yang
belum
dapat
10
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
e.
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Visi BUMN adalah menjadikan BUMN sebagai salah satu pelaku perekonomian yang tangguh, dikelola secara profesional, mampu bersaing secara global, mampu meningkatkan kinerjanya (baik secara operasional dan finansial). Sebagian misi dari BUMN adalah (www.bumn-ri.com Selasa 16 Juli 2002) : Meningkatkan pertumbuhan kinerja BUMN, peningkatan efisiensi dan guna menunjang pemulihan ekonomi nasional serta keuntungan
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan BUMN kepada masyarakat. Meningkatkan daya saing BUMN sehingga mampu bersaing di pasar global. Sehingga perusahaan jasa konstruksi BUMN adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara, usahanya dibidang jasa yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan yang dalam pelaksanaan, penggunaan atau pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidupnya. Organisasi perusahaan adalah suatu proses identifikasi, pembentukan dan pengelompokan tanggung jawab kerja, dan mendefinisikan menetapkan dan mendelegasikan wewenang maupun untuk hubungan-hubungan dengan maksud
memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam menuju tujuan yang ditetapkan (Allen 1998).
11
Meningkatnya kegiatan pembangunan proyek-proyek pemerintah maupun swasta telah menarik banyak pendatang baru yang potensial. Namun demikian sampai saat ini perusahaan jasa konstruksi milik negara BUMN masih memegang peranan dalam penguasaan pangsa pasar konstruksi nasional (Sutjipto 1991). Sementara itu, akibat keterbatasan kemampuan pemerintah maupun swasta untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya dengan anggaran dalam negeri, telah menyebabkan hampir semua proyek-proyek besar milik pemerintah maupun swasta dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri. Dengan menggunakan alasan bahwa kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam teknologinya, investor asing cenderung membawa kontraktor dari negaranya. Akibatnya secara langsung kontraktor-kontraktor asing masuk bersama dengan datangnya pinjaman luar negeri tersebut (Sutjipto 1991). Untuk mencapai industri jasa konstruksi yang kuat, kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang baik, dalam beberapa hal masih belum dipenuhi. Kondisi-kondisi yang diperlukan bagi tumbuhnya industri jasa konstruksi yang tangguh adalah (Kadin 2002) : 1. 2. 3. 4. 5. Tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional Bahan baku/material yang distandardisasi secara nasional dan dalam jumlah yang cukup diproduksi sesuai dengan kebutuhan Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif Sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan
dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional. Kedatangan kontraktor asing telah memaksa kontraktor dalam negeri untuk meningkatkan kemampuannya dalam persaingan dan belajar alih teknologi untuk dapat menghasilkan produk jasa sesuai dengan persyaratan internasional (Sutjipto 1991). Saat ini kontraktor nasional masih sangat kesulitan dalam bersaing dengan kontraktor asing yang mampu memperoleh finansial dengan bunga rendah dinegaranya. Sementara kontraktor Indonesia, fasilitas jaminan bank-nya saja masih sering ditolak oleh pemilik proyek diluar negeri. Pemberian fasilitas khususnya bagi kontraktor yang berupaya mendapatkan tender diluar negeri sudah banyak dilakukan di negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Cina dan Korea, dengan harapan usaha jasa konstruksinya dapat menghasilkan devisa bagi negara. Fasilitas tersebut lantaran kontraktor di Korea atau Jepang digandeng investor swasta maupun pemerintah dari negaranya sendiri (Konstruksi 2002).
12
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Selain itu ada beberapa yang menjadi kelemahan kontraktor nasional, antara lain dalam hal manajemen organisasi, serta minimnya pengalaman terjun ke luar negeri, sehingga boleh dibilang lapangan di mancanegara itu masih asing bagi kontraktor nasional. Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan beberapa kiat, misalnya dengan menjalin kerjasama kemitraan dan dengan perusahaan usaha, serta kontraktor terus asing, memperbaiki profesionalisme manajemen menerus
mempelajari karakteristik bisnis di berbagai negara (Suara Kontraktor 2000). Upaya perusahaan jasa konstruksi Indonesia dalam menghadapi era globalisasi saat ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
13
UPAYA-UPAYA
KONDISI DEWASA INI
UPAYA DASAR 1. Tersedianya kesempatan bagi pengusaha nasional 2. Pelonggaran dilaksanakan sesuai tingkat kemampuan usaha nasional 3. Peningkatan kemampuan pengusaha nasional 4. Menjalin kerjasama dengan pengusaha asing 5. Peningkatan semangat Cinta Produksi Nasional. 1. Pemaketan sesuai dengan tingkat kemampuan pengusaha nasional 2. Pengusaha nasional mampu bersaing di pasar dalam negeri 1. Pelonggaran paket sesuai dengan tingkat kemampuan pengusaha nasional 2. Pengusaha nasional semakin mampu bersaing didalam negeri dan mampu
melakukan
ERA GLOBALISASI
2003
2010
2020
Bangsa yang mandiri serta mampu bersaing dalam era perdagangan bebas dan investasi
CATATAN : Paket pekerjaan konstruksi dan nilai investasi disusun sepenuhnya berdasarkan tuntutan pasar dan kepentingan investasi Didukung oleh : 1. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung produktifitas dan distribusi barang dan jasa 2. Usaha nasional mampu berpartisipasi dalam investasi bidang infrastruktur 3. Jasa Konstruksi Nasional yang professional didukung oleh struktur usaha yang kokoh
1. Infrastruktur a. terbatas dan substandard b. Keterbatasan kemampuan investor nasional 2. Jasa Konstruksi a. Struktur usaha lemah b. Tingkat professionalisme belum mantap
1. Jasa, Teknologi dan Modal Asing yang perlu dihadirkan atau yang akan beroperasi di Indonesia dalam pengembangan usaha 2. Kewenangan Pemerintah untuk melakukan pengaturan dan pembinaan
Gambar 2.2. Upaya Jasa Konstruksi Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi (Sumber: Buletin Bapekin 2003)
14
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1.
Manusia (Men) Bahan (Materials) Mesin/peralatan (Machines) Metode/cara kerja (Methods) Uang (Money) Pasar (Markets)
Manusia (Men) Manusia merupakan elemen yang paling dinamis dan kompleks. Kompleksitas
dan kedinamisan itu dapat dilihat dari usahanya untuk menanggapi lingkungannya dan mempertahankan eksistensinya dari waktu kewaktu. Sumber daya manusia didalam organisasi harus dikelola dengan baik, Pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi terdiri dari (Flippo 1984): Pengadaan personil Pengembangan personil melalui pelatihan dan pendidikan
15
Pemberian imbalan Integrasi personil kedalam organisasi Pemeliharaan terhadap personil yang ada Pemberhentian personil
Sumber daya manusia yang unggul dalam persaingan global adalah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam teknologi maju dalam globalisasi serta memiliki moral yang baik (Supriyono 1999). 2. Bahan (Materials) Bahan (Materials) tidak harus diartikan sebagai logam seperti dalam industri manufaktur logam, tetapi bisa juga berarti informasi yang diolah misalkan dalam manajemen perkantoran (Stoner dan Wankel 1986). Manajemen material konstruksi adalah sistem manajemen yang terintegrasi antara perencanaan, pengendalian dan usaha-usaha untuk mencapai fungsi-fungsi antara lain (Stukhart 1995) : material takeoff, persiapan requisition (daftar permintaan), penyerahan requisition kepada pihak yang melakukan pembelian (purchasing), menilai dan memilih pemasok (bidders), meminta penawaran (bid), mengevaluasi penawaran, menyetujui sesuatu yang ditawarkan, negosiasi, membuat kontrak pembelian, memperlancar (expediting) kedatangan gambar-gambar dan data material yang dibeli dari pemasok (supplier), memperlancar jadwal pengiriman, menjamin kesesuaian material terhadap spesifikasi, memilih transportasi yang tepat dan ekonomis ke lokasi proyek, menerima kedatangan material, menginspeksi, menyimpan, memelihara, mendistribusikan kepada pekerja lapangan, serta menangani kelebihan material. 3. Mesin/Peralatan (Mechines) Untuk bisa memaksimumkan tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dilakukan pengaturan kerja sedemikian rupa pada mesin atau peralatan tersebut sehingga efektifitas dan efisiensi kerjanya dapat tercapai. Untuk mengkaji tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dipahami beberapa elemen waktu dalam proses operasi, diantaranya (Radke 1972): waktu peralatan berproduksi, waktu penyiapan peralatan, waktu pemeriksaan peralatan, dan waktu operator. Menurut (O'Brien 1991) manajemen peralatan dimulai dengan merencanakan, mengatur, mengelola dan mengendalikan dalam pemilihan peralatan, kepemilikan peralatan, operasional, pemeliharaan peralatan dan perbaikan peralatan, pencatatan penyaluran biaya peralatan, penggantian komponen peralatan serta administrasi
16
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
peralatan, agar sesuai dengan kondisi pekerjaan dan total biaya peralatan yang rendah. 4. Metode /cara kerja (Methods) Jasa perusahaan konstruksi atau kontraktor merupakan jasa diperoleh dari pelaksanaan pembangunan konstruksi. Peranan metode konstruksi adalah untuk menyusun cara-cara kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi menentukan sarana-sarana pekerjaan yang akan mendukung terlaksananya suatu pekerjaan. Cara kerja juga dapat membantu dalam menentukan urutan pekerjaan menyusun jadwal sehingga dapat menentukan penyelesaian suatu pekerjaan. Peran metode konstruksi akan mempengaruhi perencanaan suatu konstruksi, antara lain (Trisnowardono 2002) : Jadwal Pelaksanaan Jadwal Tenaga Kerja Jadwal Bahan Jadwal Alat dan Jadwal Penggunaannya Arus Kas Kurva-S
5. Uang (Money) Dalam perencanaan perusahaan, khususnya aspek keuangan, disinilah letaknya peran fungsi uang yang dianggap sebagai urat nadi perusahaan. Peran fungsi keuangan di perusahaan pada dasarnya adalah menjaga keseimbangan antara sumber dan penggunaan dana tersebut. Tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan dan untuk itu perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya investasi maupun operasional. Pendapatan yang diterima perusahaan berasal dari penjualan produk atau jasa. Sumber dana internal berasal dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan mengeluarkan dana untuk membeli mesin, bahan baku dan biaya operasional lain untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Penjualan barang atau jasa itu ada yang tunai dan yang dijual secara kredit. Dengan cara mempercepat penagihan piutang, maka perusahaan bisa memperoleh uang tunai lebih awal atau jika perusahaan bisa mempercepat proses penjualannya, maka bisa juga mempercepat perolehan uang tunai. Sumber dana eksternal bisa berasal dari kredit dagang (pembelian bahan baku dari pemasok yang dibayar kemudian), pinjaman, anjak piutang atau penerbitan surat hutang. Kedua sumber dana ini tergolong sumber dana jangka pendek, yang dalam
17
terminologi manajemen keuangan biasanya tergolong jatuh tempo kurang dari satu tahun. Sumber dana jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun adalah pinjaman jangka panjang dan penerbitan obligasi. Keduanya tergolong pembiayaan hutang (debt financing) dan jenis lainnya adalah pembiayaan modal atau modal sendiri (equity financing), yaitu dengan cara menerbitkan saham, baik saham biasa maupun saham preferensi. Dengan pengertian sumber dana jangka pendek dan jangka panjang, fungsi keuangan dalam perusahaan harus merencanakan penggunaannya dengan tepat, karena penggunaannyapun dapat tergolong menjadi penggunaan jangka pendek dan jangka panjang. Kekeliruan dalam penggunaan dana bisa berakibatkan kepada krisis atau kesulitan keuangan (Weston and Copeland 1991). 6. Pasar (Market) Pasar terdiri dari customer potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam transaksi guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Karena itu besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia Konsep pemasaran adalah bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efektif dan lebih efisien dibanding para pesaing (Kotler 1984). Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya tersebut harus diingat bahwa semua itu tidak tersedia secara berlimpah. Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan sehemat mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus bisa memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Basyah Siregar and Samadhi 1987). Sebagai suatu proses, manajemen mengenal suatu urutan pelaksanaan yang logis, yang menggambarkan bahwa ada tindakan-tindakan manajemen semata-mata diarahkan pada pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penetapan tujuan/sasaran merupakan tindakan manajemen yang pertama, kemudian diikuti tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian dan (organizing), penggerakan dengan (actuating), pemotivasian (motivating) pengendalian (controlling)
18
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif. Tindakan-tindakan ini pada dasarnya merupakan fungsi-fungsi dari manajemen (Terry 1986).
Manfaat yang didapat dari perencanaan (Terry 1986): Timbulnya aktivitas-aktivitas teratur yang ditujukan kearah pencapaian Perencanaan menunjukan perlu tidaknya perubahan pada masa yang Perencanaan menjawab pertanyaan-pertanyaan : Apakah yang sasaran akan datang terjadi apabila. Dapat memberikan sebuah dasar atau landasan untuk pengawasan Perencanaan mendorong orang memberikan prestasi sebaik mungkin Perencanaan memaksa orang untuk memandang perusahaan secara Perencanaan memperbesar dan mengimbangkan pemanfaatan
menyeluruh fasilitas-fasilitas. Kemampuan merencanakan sangat penting bagi kesuksesan manajemen. Perencana yang efektif membutuhkan keahlian khusus yang lebih dari hanya sekedar
19
membuat dokumen jadwal dan biaya. Kemampuan yang diperlukan bagi seorang pimpinan adalah kemampuan komunikasi dan pengelolaan informasi untuk menentukan kebutuhan sumber daya dan dukungan administratif yang diperlukan (Kerzner 1998).
Perencanaan membutuhkan pemahaman yang komprehensif mengenai semua kegiatan, urutan, durasi dan sumber daya, serta fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas (Goodwin July 1993). Menurut Kaplan dan Norton (1996) penerapan perencanaan strategik jangka panjang yang terintegrasi membutuhkan adanya empat tahapan yang meliputi: Penetapan target sasaran Menentukan sasaran yang jelas dengan perencanaan target yang relevan terhadap pencapaian visi dan sasaran rencana strategis yang diimbangi dengan pengembangan pengetahuan personil Identifikasi dan penjabaran sasaran strategis penetapan target yang ingin dicapai, kemudian dilakukan Melalui
identifikasi terhadap sasaran-sasaran strategis terdahulu yang cukup relevan mendukung sasaran strategis dimasa yang akan datang. Identifikasi sasaran kritis antar unit kerja penting pada proses perencanaan satuan kerja adalah Sebagai langkah
identifikasi terhadap perencanaan dari unit kerja lain. Keterkaitan dengan alokasi sumber dan anggaran pencapaian sasaran dalam rencana strategis yang lebih Untuk
menunjukkan kinerja pencapaian target jangka panjang perlu diperhatikan pengalokasian sumber daya yang digunakan dan penetapan target anggaran yang jelas. 2. Pengorganisasian (Organizing) Berupa tindakan-tindakan yang dapat mempersatukan kumpulan kegiatankegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan. Tindakan-tindakannya berupa (Robbins 1989): Menetapkan daftar penugasan Menyusun lingkup kegiatan Menyusun struktur kegiatan Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya
20
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Manfaat yang didapat dari fungsi organisasi adalah merupakan pedoman pelaksanaan fungsi, dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi wewenang terlihat jelas. Komunikasi dibutuhkan untuk menunjang teamwork. Manfaat dari komunikasi yang terbuka antar personil dalam tim kerja adalah tidak hanya menunjang kesuksesan perusahaan tetapi juga membuat seseorang bekerja secara efisien. Seseorang yang memiliki kemampuan bekerjasama dalam teamwork telah mengambil langkah lebih dekat kearah profesionalisme. Keuntungan bekerja dalam temwork adalah setiap personil dalam tim melihat permasalahan dari sudut pandang lain sehingga memberikan masukan dan mengambil solusi yang tepat (Smith 1992). 3. Penggerakan (Actuating) Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain (Terry 1986): Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab Memberikan pengarahan penugasan.
Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerjasama untuk tujuan bersama. 4. Pemotivasian (Motivating) Berupa tindakan yang dapat merangsang anggota tim untuk melakuakan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan dengan sebaik mungkin, walaupun pekerjaan tersebut penuh tantangan, antara lain (Terry 1986): Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari personil Mengetahui tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok Bagaimana caranya agar kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan
yang bersangkutan tersebut dapat direalisasikan. Manfaat dari fungsi memotivasi adalah dapat menjaga suasana yang kondusif dalam lingkungan pekerjaan, setiap orang atau kelompok dapat tetap fokus pada pekerjannya. Membangun motivasi individu dalam perusahaan pada hakekatnya didasarkan pada tiga hal utama yang meliputi bentuk pengakuan, penghargaan dan terhadap
21
prestasi kerja, besarnya kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan dan dukungan perusahaan melalui peningkatan sarana dan fasilitas kerja. Melalui motivasi dan pemberdayaan karyawan dapat terjalin kesesuaian antara tujuan dari masing-masing karyawan dengan tujuan perusahaan (Tangkilisan 2003).
5.
Pengendalian (Controlling) Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan dan penganalisaan serta
pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi. Tindakan tersebut antara lain (Robbins1989): Mengukur kualitas hasil Membandingkan hasil terhadap standar kualitas Mengevaluasi penyimpangan Memberikan saran-saran perbaikan Menyusun laporan kegiatan
Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu. Tujuan pokok dari manajemen adalah mengelola fungsi-fungsi manajemen sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, serta penggunaan sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin. Untuk mencapai tujuan manajemen, maka perlu diusahakan pengawasan terhadap mutu, waktu dan biaya (Terry 1986). Pengendalian menurut Mokler (1972) merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sarana perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Sistem pengendalian bertindak sebagai sistem peringatan awal untuk mendiagnosa permasalahan langkah utama ketika tindakan proses pengendalian masih efektif dalam mencapai diagnosa (Barrie 1992). Menurut Turner (1993), ada empat pengendalian yaitu : a. b. c. d. Perencanaan pekerjaan dengan perhitungan kinerja Memonitoring dan membuat hasil laporan Membandingkan hasil perencanaan dan memprediksi hasil kedepan penting dalam
22
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Menurut Hunger dan Wheelen (2000) perusahaan adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi berupa modal, keahlian (expertise) dan tenaga, demi manfaat bersama. Dengan terbentuknya suatu perusahaan, para investor (shareholder) yang memberi kontribusi berupa modal. Para manajer (top manajemen) yang memberikan kontribusi keahlian. Dan para karyawan yang memberi kontribusi tenaga. Sehingga manajemen perusahaan adalah proses memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersamanya itu adalah perusahaan dapat terus bertahan, mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan dapat mensejahterakan karyawan (Tjager, Djemat et al 2003). Ada empat prinsip dasar bagi pengelolaan Perusahaan yang baik (Witherell 2000):
1. 2. 3. 4.
1.
Keadilan (Fairness) Transparansi (Transparancy) Dapat Dipertanggung Jawabkan (Accountability) Pertanggungjawaban (Responsibility)
Keadilan (Fairness) Perlindungan bagi seluruh hak para pemegang saham : Mengamankan metode pendaftaran kepemilikan
23
Pengalihan saham Memperolah informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur Partisipasi dan pemberian suara dalam rapat pemegang saham Memilih anggota direksi dan komisaris Pembagian laba perusahaan Para pemegang saham untuk kelas yang sama harus diperlakukan sama Informasi orang dalam (insider trading) dan penjualan internal yang disalahgunakan harus dilarang Anggota direksi dan komisaris serta para manajer diharuskan untuk mengungkapkan kepentingannya yang bersifat substansial dalam transaksi atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan
2.
Keterbukaan (Transparancy) Pengungkapan informasi yang bersifat penting : Perolehan operasional dan keuangan Maksud dan tujuan perusahaan Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara Para anggota direksi dan komisaris dan karyawan penting lainnya serta imbalan yang diberikan kepada mereka Faktor resiko yang penting yang dapat diperkirakan Hal-hal penting mengenai karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya Struktur dan kebijakan pengelolaan Informasi harus dipersiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien
3.
perusahaan dan para pemegang saham Pemenuhan fungsi-fungsi penting, termasuk : Mengamankan strategi perusahaan Pengawasan atas karyawan penting Terjaminnya (transparan) Pemantauan kemungkinan adanya konflik kepengingan 24 proses pencalonan anggota direksi yang terbuka
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Pengawasan atas proses pengungkapan dan komunikasi Penilaian yang bersifat independen atau terlepas dari manajemen Adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat
waktu
4.
Pertanggungjawaban (Responsibility) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan Para pihak yang berkepentinga harus mempunyai kesempatan untuk
pihak yang berkepentingan Dimana diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan
Kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan secara terus menerus. Joseph M. Juran
Kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan customer. K. Ishikawa
25
Jadi kualitas menjadi sifat dari suatu produk, baik barang maupun jasa serta rangkaian kerja. Dengan demikian, kualitas selalu menjadi sifat dan melekat pada produk, rangkaian kegiatan pelaksanaan, atau sistem kerja (Triwidodo 1997). Perusahaan jasa konstruksi yang selalu memperhatian peningkatan mutu akan mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi perusahaan. Sekurang-kurangnya ada dua keuntungan yang akan didapat, yaitu : 1. 2. Peningkatan Pasar Penghematan Biaya
1. Peningkatan pasar Pertama-tama akan terjadi peningkatan kinerja, reputasi dan reliability, kemudian akan terjadi peningkatan pangsa pasar, sehingga permintaan produk semakin besar dan perusahaan dapat meningkatkan harga. Peningkatan harga akan menyebabkan peningkatan keuntungan. Peningkatan pangsa pasar dapat diikuti peningkatan volume produksi dan peningkatan efisiensi produksi, yang pada akhirnya terjadi peningkatan keuntungan. Selain itu peningkatan pangsa pasar dapat langsung mengakibatkan peningkatan keuntungan.
Peningkatan reputasi
Peningkatan harga
Peningkatan keuntungan
2.
Pertama-tama
meningkatkan produktivitas, turunnya bahkan dapat menghilangnya biaya garansi. Dan itu semua pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan. Hal-hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3.
26
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Meningkatnya Produktivitas
Peningkatan Kinerja
Peningkatan keuntungan
Sedangkan mutu menurut ISO 9000 adalah derajat/tingkat yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan/keinginan (Suardi 2003). ISO 9000 (Supriyono 1999) adalah standar sistem mutu yang diterapkan pada proses yang diciptakannya. Sistem mutu adalah sistem yang komprehensif yang mencakup semua rencana, struktur organisasi dan semua aktivitas yang didokumentasikan dan diimplementasikan untuk mengendalikan kesesuaian produk atau jasa terhadap persyaratanpersyaratan khusus dan untuk menyediakan bukti mengenai kesesuaian tersebut. ISO 9000 bukanlah satu-satunya standar sistem mutu yang harus dipenuhi dalam rangka persaingan global. Selain ISO 9000, terdapat standar sistem mutu lainnya misalnya sistem mutu Baladrge , sistem mutu Deming, sistem mutu Juran dan sistem mutu Crosby. Namun ISO 9000 lebih banyak diakui dunia dan bersifat global (LIPBI 2003). Perusahaan global yang tidak menerapkan ISO 9000 dapat kehilangan bisnisnya, karena (LIPBI 2003) : Pencapaian kualitas Registrasi ISO 9000 merupakan keharusan untuk Para konsumen besar banyak yang mensyaratkan ISO Para pesaing banyak yang mengadopsi ISO 9000 Menurunkan keunggulan daya saing perusahaan. menuntut adanya komitmen dari seluruh anggota dapat memasuki pasar yang semakin luas 9000 bagi para pemasok
organisasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan keunggulan kompetitif organisasi dan pada akhirnya organisasi mampu menghadapi persaingan global (Bounds et al 1994).
27
MISI
STRATEGI
STRUKTUR ORGANISASI
PROSES ORGANISASI
SUMBER DAYA
MANUSIA
BUDAYA ORGANISASI
28
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
1.
Struktur Organisasi Menjelaskan bagaimana kewajiban, tugas dan peran dialokasikan didalam
organisasi. Hal ini penting karena dampaknya terhadap cara orang bekerja dan terhadap efektifitas proses-proses organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka-kerangka yang menjelaskan bagaimana sumber-sumber daya dan alur komunikasi serta pembuatan keputusan dialokasikan atau ditangani (Woodward 1980). Maksud utama struktur itu adalah memastikan bahwa organisasi dirancang dengan cara yang paling baik untuk mencapai sasaran atau tujuannya (Cusway dan Lodge 2002). 2. Proses Organisasi Proses adalah mekanisme yang mendasari dilaksanakannya kegiatan-kegiatan organisasi. Proses biasanya menentukan bagaimana organisasi itu disusun, meskipun mekanisme tersebut mungkin dibuat sangat sesuai dengan struktur organisasi. Mekanisme itu juga yang akan mempengaruhi jenis tenaga yang akan dipekerjakan. 3. Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja Sumber daya inti setiap organisasi adalah tenaga kerja (manusia). Sebaliknya tenaga kerja (manusia) menentukan struktur dan proses organisasi. Sumber daya yang efektif dan dimotivasi dengan baik akan mengatasi kekurangan pada struktur dan proses yang kurang baik, sedangkan struktur dan proses yang terbaik tidak akan berjalan tanpa peran serta sumber daya manusia. 4. Budaya Organisasi Budaya memiliki dampak pada efisiensi dan efektivitas organisasi. Oleh karena itu, organisasi merupakan bagian penting guna memperoleh pemahaman sepenuhnya tentang organisasi. Budaya organisasi dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya dijalankan atau beroperasi. Budaya merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para pegawai berprilaku. Menurut (Riley and Clare-Brown 2001) kebudayaan perusahaan adalah campuran aspirasi, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki bersama-sama oleh karyawankaryawan. Budaya mencakup seluruh unsur-unsur kemasyarakatan yang kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, etika, moral, hukum, adat istiadat,
29
kebiasaan dan sikap lain yang diperlukan individu sebagai anggota masyarakat (Cleland and Gareis 1994) Menurut Duncan (1989) konsep budaya organisasi sebagai sesuatu yang tidak dapat di abaikan demi mendukung jalannya strategi perusahaan, dan budaya yang kuat dapat merupakan kontribusi bagi kesuksesan sebuah organisasi perusahaan dalam mencapi tujuan.
2.3. PENDEKATAN
Manajemen strategi
MANAJEMEN
adalah proses untuk
STRATEGI
membantu
PADA
dalam
Pengamatan Lingkungan
Perumusan Strategi
Implementasi Strategi
Pada level korporasi, proses manajemen strategis meliputi aktivitas-aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan perusahaannya. Langkah pertama untuk dalam merumuskan strategi adalah pernyataan misi, yang berperan penting dalam menentukan tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan strategi dan kebijakan tersebut melalui program,
30
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
untuk
memastikan tepatnya pengendalian aktivitas perusahaan (Wheleen & Hunger 2000). Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan, yang meliputi (Wheleen & Hunger 2000):
1.
Struktur organisasi Apabila struktur perusahaan cocok dengan strategi yang diusulkan, maka
struktur tersebut merupakan kekuatan perusahaan. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan strategi yang diusulkan, maka struktur tersebut akan menjadi kelemahan perusahaan dan akan membuat strategi tidak dapat dijalankan dengan benar. 2. Budaya organisasi Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota puncak sampai karyawan operatif. Tahapan yang paling maju dalam perubahan budaya organisasi adalah menciptakan budaya organisasi yang bersifat pelopor. Budaya pelopor berarti berpikir jauh melebihi kecepatan pemikiran normal, baik dari sisi manusia ataupun sisi organisasi yang bersangkutan. Jika organisasi ingin memaksimalkan kemampuannya dalam mencapai tujuan, diperlukan budaya yang dapat mendukung dan menggerakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Hagberg dan Heifetz 2000). Konsep budaya organisasi sebagai sesuatu yang tidak dapat diabaikan demi mendukung jalannya strategi perusahaan dan budaya yang kuat merupakan kontribusi bagi kesuksesan sebuah organisasi perusahaan dalam mencapai tujuannya (Kaming, Olomolaiye et al. 1997). Beberapa ciri dari organisasi yang memiliki budaya pelopor (frontier) sebagai berikut (Kotter and Heskett 1992)
1.
Adanya
kemampuan
berpikir dan menciptakan produk-produk dan jasa-jasa baru melampaui apa yang diinginkan konsumen baik untuk jangka waktu pendek ataupun jangka waktu panjang. Dengan kata lain organisasi tersebut mampu untuk melakukan tindakan yang lazim disebut "think beyond".
2.
Organisasi
tersebut
31
memikirkan hal yang sama. Di sini organisasi ini telah mengaplikasikan paradigma manajemen mutu yang baru yaitu "if not broken, improve it". Sistem yang menghasilkan produk dan jasa yang tidak rusak tidak didiamkan begitu saja. Namun selalu diperbaiki dan diperbaiki sehingga mencapai hasil yang optimal.
3.
Organisasi
tersebut
sangat dinamis dan tanpa birokrasi. Yaitu sebuah organisasi yang memiliki pemimpin yang bertindak sebagai fasilitator sekaligus supporter. Hal ini kita kenal sebagai organisasi yang bersifat "team based" dan "virtual organization". Organisasi akan dijalankan oleh para pekerja pengetahuan (knowledge worker). Birokrasi yang rumit akan terpangkas dengan makin intensifnya penggunaan internet sehingga informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi akan dapat disebarkan dengan cepat dan merata ke seluruh bagian dalam organisasi tersebut. Inilah yang membentuk tersebut terciptanya virtual organization. 4. Organisasi lebih menitik-beratkan pada pengembangan jalur karir daripada jalur manajerial. Maksudnya, setiap orang dalam sebuah organisasi akan bergerak menuju posisi profesional. Yang harus diperhatikan untuk meletakkan budaya organisasi yang bersifat pelopor adalah inovasi dan mulai memperhatikan spesialisasi, yang memicu penciptaan dan internalisasi budaya pelopor dalam sebuah organisasi. Budaya perusahaan adalah sekumpulan keyakinan, harapan dan nilai yang dipelajari dan dibagikan oleh anggota-anggota organisasi dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Duncan 1989). Budaya suatu sistem sosial Budaya adalah kerangka referensi bagi karyawan agar digunakan untuk menerima berbagai kegiatan organiosasional dan juga sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat. 3. Sumber Daya Organisasi. perusahaan memenuhi beberapa fungsi penting dalam sebuah organisasi (Smircich 1983) : Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan Budaya membantu menimbulkan komitmen karyawan Budaya menambah stabilitas perusahaan sebagai
terhadap sesuatu yang lebih besar dari pada diri mereka sendiri
32
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Sumber daya adalah aset yang meliputi keahlian orang, kemampuan dan bakat manajerial (Wheleen & Hunger 2000). Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang, modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat. Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi (Hitt, Ireland & Hoslisson 1997). Grant (1991) menyatakan bahwa ada empat karakter sumber daya organisasi perusahaan dan merupakan faktor penting dalam mempertahankan keunggulan kompetitif : Durabilitas: yaitu, tingkat yang menunjukkan daya tahan sumber daya dan perusahaan menjadi berkurang atau ketinggalan jaman. Transparansi: yaitu, kecepatan perusahaan pesaing untuk mampu memahami sumber daya dan mendukung kesuksesan strategi perusahaan. Transferabilitas: yaitu, kecakapan para pesaing untuk mengumpulkan sumber daya yang perlu untuk mendukung tantangan bersaing. Replikabilitas: yaitu, kecakapan pesaing untuk menggunakan sumber daya dan untuk meniru kesuksesan perusahaan. Kemampuan kemampuan, menggunakan adalah daya kapasitas dapat dan/atau sekumpulan berharga jika sumber daya untuk secara
integratif melakukan suatu tugas atau aktivitas. Istilah sumber daya juga mencakup sumber memungkinkan ancaman dalam perusahaan lingkungan kesempatan menetralisir
eksternalnya. Sumber daya disebut langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun yang mungkin ada. Sumber daya disebut tidak dapat ditiru apabila perusahaan lain tidak dapat memperolehnya. Serta sumber daya dapat digantikan jika tidak memiliki equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria ini terpenuhi, sumber daya dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagai dasar keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis (Hitt, Ireland & Hoslisson 1997). Daya saing perusahaan pada dasarnya adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dengan biaya murah dari pesaing, mampu menguasai pasar dan sumber daya serta dapat terus menerus mengimbangi tuntutan pasar, yang singkatnya dapat diukur dari kinerja perusahaannya (Soeparto 2003).
2.4. HUBUNGAN
Menurut David
FUNGSI
(2002) hubungan
MANAJEMEN
antara fungsi
DENGAN
dengan
MANAJEMEN STRATEGI
manajemen manajemen strategi bagi suatu organisasi perusahaan adalah pada saat perencanaan
33
(planning) sangat diperlukan ditahap strategy formulation. Pada saat pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan menggerakkan (motivating) sangat diperlukan ditahap strategy implementation. Dan pada saat pengawasan (controlling) sangat diperlukan ditahap strategy evalaluation. Fungsi Manajemen : Planning Organizing Actuating Motivating Controlling Manajemen Strategi : Perumusan strategi Implementasi Strategi Implementasi Strategi Implementasi Strategi. Evaluasi dan Pengendalian .. .. .. .
Yang perlu dilakukan pada fungsi manajemen pada manajemen strategi adalah sebagai berikut (David 2002): Planning :
Organizing : Membentuk struktur organisasi Membuat jalur pelaporan dan perintah yang jelas Menentukan spesialisasi pekerjaan Menyusun deskripsi pekerjaan Menentukan spesifikasi pekerjaan
Actuating : Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab Memberikan pengarahan penugasan Membangun hubungan antar personil
Motivating : Menciptakan kepemimpinan yang baik Komunikasi yang baik Menciptakan kerja tim yang baik
34
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Job enrichment Job satisfaction Pemenuhan kebutuhan Perubahan sikap dan sifat dalam bekerja
Controlling : Pengawasan terhadap kualitas Pengawasan terhadap keuangan Pengawasan terhadap inventaris Menentukan reward and punishment
2.5. KINERJA
PERUSAHAAN
JASA
KONSTRUKSI
35
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah membantu dalam menetapkan standar dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi, organisasi dan mempengaruhi perubahan perilaku (Tatikonda 1998). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1995) bahwa pengukuran kinerja bertujuan untuk dapat mengeleminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengoptimalkan aktivitas yang bernilai tambah. Keefektifan pengukuran kinerja ditentukan dari kemampuannya memenuhi tujuan dari pengukuran kinerja tersebut (Sellenheim 1991). Menurut Horgen (1996) ukuran kinerja yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: Berhubungan dengan tujuan karyawan Mempunyai perhatian yang seimbang antara panjang Menggambarkan aktivitas kunci manajemen Dipengaruhi oleh tindakan karyawan Mudah dipahami oleh karyawan Dipergunakan dalam evaluasi dan pemberian imbalan karyawan Bertujuan logis dan merupakan pengukuran yang mudah Digunakan secara konsisten dan teratur. jangka pendek dan jangka
Hasil analisis Benson et al (1991) didukung oleh hasil analisis Madu et al (1996) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan. Analisis ini juga menunjukkan bahwa tipologi perusahaan mempengaruhi hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan. Sedangkan analisis yang dilakukan oleh Flynn et al (1995) adalah menguji pengaruh kualitas manajemen terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan. Selain itu dianalisis juga infrastruktur yang menciptakan lingkungan pendukung pelaksanaan manajemen. Yang dimaksud infrastruktur disini yaitu terdiri dari: Hubungan jangka panjang dengan pelanggan Dukungan manajemen puncak Perencanaan kebutuhan tenaga kerja Hubungan jangka panjang dengan supplier Sikap kerja.
Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur berpengaruh terhadap kualitas manajemen, kualitas manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif perusahaan. Sasaran perusahaan yang diuraikan dalam rencana jangka panjang akan diukur pencapaiannya melalui penilaian kinerja perusahaan yang uraiannya tercantum dalam Keputusan Meneg BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.
36
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
1.
Aspek Administrasi
Laporan Perhitungan Tahunan Rancangan RKAP Laporan periodik Kinerja PUKK 2. Kinerja Korporasi Kinerja Keuangan ROE (imbalan terhadap pemegang saham) ROI (imbalan Investasi) ROA (perputaran total aset) CAR (Rasio Kas) COP (Collection Periods) Perputaran persediaan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva Inovasi produk baru Peningkatan kualitas SDM R & D (Research & Development)
Kinerja Operasional -
Sedangkan menurut Kaplan dan Norton (1996) ada 4 perspektif dalam penilaian kinerja suatu perusahaan, yaitu : 1. Perspektif keuangan : 2. Pertumbuhan pendapatan Pertumbuhan produktivitas Penghematan biaya Pemanfaatan Aktiva
Perspektif proses bisnis internal : Meningkatkan inovasi Proses operasi Pelayanan purna jual
3.
Perspektif pelanggan : Kepuasan pelanggan Akuisisi pelanggan (sejauh mana perusahaan dapat menarik pelanggan)
37
4.
Perpektif pembelajaran dan pertumbuhan : Meningkatkan kapabilitas personil Meningkatkan kapabilitas system informasi Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan
Tolak ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, implementasi dan eksekusi perusahaan memberi kontribusi pada perbaikan laba. Tujuan finansial biasanya berkaitan dengan pengukuran kemampulabaan. Tujuan keuangan alternatif dapat berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau perolehan arus kas. Sasaran utama perpektif keuangan diarahkan pada pencapaian efisiensi penggunaan anggaran, dengan tetap berada dalam kerangka pengembangan kualitas output dan pelayanan, organisasi serta personil. Perspektif proses bisnis internal melukiskan proses internal yang diperlukan untuk memberikan nilai untuk pelanggan dan pemilik. Ada tiga prinsip utama dalam proses bisnis internal, yaitu: 1. 2. 3. Proses inovasi Proses operasional Proses Pelayanan
Perspektif pelanggan mendefinisikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit usaha akan bersaing. Dalam era global, persaingan menjadi sangat tajam. Perusahaan-perusahaan yang pada masa lalu hanya bersaing pada tingkat regional dan nasional, pada masa sekarang harus menghadapi persaingan global. Perusahaan yang dapat menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelangganlah yang akan memengkan persaingan (Tangkilisan 2003). Apabila pelanggan tidak merasa puas dengan kualitas barang atau jasa yang merekanikmati, pelanggan akan dengan mudah berpindah ke perusahaan lain. Sehingga pelanggan menjadi penentu kelangsungan hidup perusahaan (Bounds 1994). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mendefinisikan kapabilitas yang diperlukan induk organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan. Perspektif ini berhubungan dengan tiga faktor utama, yaitu : 1. 2. Kapabilitas karyawan Kapabilitas sistem informasi 38
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
3.
Sikap karyawan
Menurut Terry (1986) terdapat aktivitas-aktivitas khusus yang merupakan bagian dari suatu proses manajemen. Disamping itu, dapat dikatakan bahwa aktivitasaktivitas tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan berlangsung dengan bantuan manusia dengan sumbersumber daya lainnya., dalam hal ini adalah tujuan dari perusahaan jasa konstruksi (kontraktor). Sumber-sumber daya dikelola oleh fungsi-fungsi dasar manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemotivasian dan pengawasan, agar tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Manajemen dapat dinyatakan sebagai aktivitas manusia yang paling komprehensif, yang paling banyak menuntut, yang paling penting dan paling peka. Oleh karena itu jika seluruh usaha kegiatan diilustrasikan sebagai input, proses dan output, maka (Terry 1986): Sumber daya yang tersedia merupakan input Fungsi-fungsi manajemen merupakan proses Tujuan merupakan output
Pernyataan ini dapat digambarkan dan dapat dilihat pada gambar 2.8.
39
INPUT
PROSES
OUTPUT
(Kaplan dan Norton 1996) Ada 4 Perspektif : 1. Perspektif Keuangan 2. Perspektif Proses Bisnis Internal 3. Perspektif Pelanggan 4. Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
40
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab 3 akan diuraikan tentang metodologi penelitian yang menjelaskan kerangka pemikiran dan hipotesa; pemilihan metode penelitian yang digunakan; kerangka metode penelitian yang terdiri dari penjelasan tentang model penelitian yang digunakan dan identifikasi variabel penelitian; metode pengumpulan data; serta metode analisis yang digunakan.
41
Kunci Kesuksesan Perusahaan Jasa Konstruksi Faktor Internal Faktor Eskternal Market Forces
Perspektif Kinerja Keuangan Proses Bisnis Internal Pelanggan Pembelajaran & Pertumbuhan
Manajemen Perusahaan
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini akan membuktikan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut : Peningkatan kualitas manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi.
42
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
STRATEGI
Eksperimen Survey
Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Bagaimana, mengapa
Analisis Sejarah
Ya/Tidak Tidak Ya
Berdasarkan teori tersebut, dapat dijelaskan bahwa setelah menemukan maksud dan tujuan penelitian yang telah didukung dengan tinjauan pustaka pada bab 2, maka dilanjutkan dengan membuat suatu penelitian yang lebih detail, dimana diperlukan suatu usaha atau tahapan untuk membuat suatu pertanyaan yang harus dijawab dalam rangka pengumpulan data yang relevan. Jenis pertanyaan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti apa, berapa besar, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. 2. Faktor-faktor apa saja dari manajemen perusahaan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi. Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan Yin, pertanyaan pertama dan kedua dapat dijawab dengan pendekatan survey menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner akan disebarkan pada para responden serta jika memungkinkan dilakukan wawancara secara langsung. Responden dari kuesioner ini adalah pihak perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) baik swasta maupun BUMN dan pihak-pihak yang terkait lainnya.
43
Tinggi
Y = f ( X ijkl )
Kinerja Perusahaan (Y)
Tinggi
Gambar 3.2. Model Hubungan Kualitas Manajemen Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan Berdasarkan model hubungan pada Gambar 3.2, maka dapat disederhanakan ke dalam persamaan matematik, yaitu :
Y = f ( X ijkl )
Dimana : Y X i j k l = Kinerja Perusahaan = Kualitas Manajemen dan Organisasi Perusahaan = Variabel bebas = Sampel perusahaan = Jenis variabel k yang mempunyai keterkaitan terhadap variabel i = Sampel perusahaan l yang mempunyai keterkaitan terhadap sampel j
variabel, yaitu : variabel terikat (dependent variable) sebagai obyek pokok yang difokuskan berupa peningkatan kinerja perusahaan, serta variabel bebas (dependent variabel) berupa faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan.
Pada penelitian ini, variabel terikat berupa kinerja perusahaan dapat diukur dari (Kaplan dan Norton 1996): 1. Kinerja Perspektif Keuangan 2. Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
44
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
3. 4. 5.
Kinerja Perspektif Pelanggan Kinerja Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi, sebagai kinerja total.
Sedangkan variabel bebas merupakan faktor-faktor yang berperan dan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Contoh Variabel/Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAA PERENCANAAN Penetapan Tujuan dan Sasaran : X1 X2 X3 X4 X5 Tujuan dan sasaran mengacu pada sumber daya Mempertimbangkan dan menganalisis situasi pasar Program Pengembangan manajemen Kemampuan untuk menghasilkan laba Kualitas hasil akhir pekerjaan Porter (1980) Porter (1980) Stukhart (1995) Terry (1986) Kaizen (1994) Benson et al (1991), Madu et al (1996) Terry (1986) Terry (1986) Porter (1980); Hanger & Wheelen (1996) David (2002) Cambell & Tawadey (1992) (Flippo 1984)
VARIABEL
REFERENSI
Penyusunan Strategi Rencana Jangka Panjang : X6 X9 Tingkat keberhasilan dari strategi yang diterapkan Kualitas dari strategi rencana jangka panjang
Kebijakan Perusahaan : X7 X8 Kualitas implementasi kebijakan perusahaan Kinerja dan produktifitas karyawan
Sumber: Hasil Olahan Dari variabel diatas, kemudian dicari tingkat pengaruh dari masing-masing variabel. Masing-masing faktor tersebut menghasilkan tingkat pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui studi literatur dan survey kepada para responden.
45
sehingga jawabannya masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data (Gulo 2002). Seperti yang telah diuraikan diatas, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan survey kuesioner. Karena adanya keterbatasan waktu penelitian maka penelitian ini akan dibatasi sebagai berikut : 1. Yang dimaksud dengan perusahaan jasa konstruksi kontraktor adalah perusahaan sebagai pelaksana konstruksi, didefinisikan sebagai penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli, profesional dibidang pelaksanaan kegiatannya jasa untuk konstruksi, mewujudkan yang suatu mampu hasil menyelenggarakan
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan kontrak konstruksi. 2. 3. Perusahaan-perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) swasta dan BUMN yang berada di wilayah Jabodetabek. Perusahaan-perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) Yang ditinjau adalah perusahaan jasa konstruksi kontraktor swasta kelas B (besar) dan BUMN, dengan mempertimbangkan nilai proyek sebesar diatas 10 miliar yang ditangani oleh perusahaan, sehingga memerlukan penanganan manajemen yang cukup kompleks. 4. Responden penelitian ini adalah mereka yang secara purposif terpilih menjadi sampel penelitian. Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berdasarkan dari pengalaman, reputasi dan kerjasama. Data yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) data, yaitu data primer dan data sekunder.
1.
Data Primer Data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan survey kepada perusahaanperusahaan konstruksi yang berkompeten terhadap permasalahan yang diteliti. Pendekatan untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey. Survey merupakan suatu metode yang sistematis untuk mengumpulkan data berdasarkan suatu sampel agar mendapatkan informasi dari populasi yang serupa (Tan 1995). Selain itu tujuan utama dari survey bukan untuk menentukan suatu kasus yang spesifik, namun untuk mendapatkan karakteristik utama dari populasi yang dituju pada suatu waktu yang telah ditentukan (Naoum 1999). Sebagai landasan teori dalam pengumpulan
46
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
data primer, dilakukan studi literatur melalui buku-buku, jurnal, majalah dan artikel. 2. Data Sekunder Merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur, seperti bukubuku, jurnal, makalah, penelitianpenelitian berkaitan sebelumnya, dan dapat juga disebut data yang sudah diolah, meliputi : Data yang digunakan sebagai landasan teori dari penelitian, yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, makalah, dan lainlain. Data untuk variabelvariabel penelitian diambil dari penelitian yang berkaitan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survai ke perusahaan jasa
konstruksi (kontraktor) swasta kelas B dan perusahaan jasa konstruksi (kontraktor) BUMN untuk mengetahui frekuensi kejadian pada Tabel 3.3, nilai kualitas Tabel 3.4, ranking pengaruh kinerja perusahaan terhadap kualitas manajemen perusahaan, dapat dilihat pada Tabel 3.5. Dan mengetahui kualitas kinerja tersebut terhadap perusahaan jasa konstruksi selama kurun waktu lima (5) tahun terakhir, pada Tabel 3.6. Tabel 3.3. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Frekuensi Kejadian
No. 1. KOMPONEN 1 FREKUENSI KEJADIAN 2 3 4 5 6
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran perusahaan, apakah perusahaan Saudara mengacu pada sumber daya (resources) yang dimiliki perusahaan? Sumber: Hasil Olahan
6 (Selalu).
Bagaimanakah profit yang diperoleh perusahaan Saudara berdasarkan pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan? Sumber: Hasil Olahan Skala Pengukuran : 1 = 0 20% (Sangat Rendah) 2 = >20% - 40% 3 = >40% - 60% 4 = >60% - 80% 5 = >80% - 100% 6 = >100% (Sangat Tinggi)
Tabel 3.5. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Ranking Kinerja Perusahaan
47
KINERJA PERUSAHAAN
1. PERSPEKTIF KEUANGAN 2. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 3. PERSPEKTIF PELANGGAN 4. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Sumber: Hasil Olahan
RANKING 1 2 3 4
Tabel 3.6. Format Pengumpulan Data untuk Mendapatkan Nilai Kualitas Kinerja Perusahaan KINERJA PERUSAHAAN
1. PERSPEKTIF KEUANGAN 2. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 3. PERSPEKTIF PELANGGAN 4. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Sumber: Hasil Olahan
NILAI KUALITAS 1 2 3 4 5 6
Kriteria responden adalah sebagai berikut: Responden dari kuesioner ini adalah pihak perusahaan jasa konstruksi
(kontraktor) baik swasta kelas B maupun BUMN dan pihak-pihak yang terkait lainnya Memiliki pengalaman memimpin perusahaan jasa konstruksi atau Level manajemen yang ditinjau adalah level top manajemen Memiliki reputasi yang baik dalam perusahaan jasa konstruksi Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya. instansi yang terkait lainnya minimal 12 tahun
3.5.
METODE ANALISIS
Data dan informasi yang dikumpulkan dari kuesioner ini diharapkan dapat
menghasilkan suatu analisis yang tepat terhadap peningkatan kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi (Kontraktor) Swasta dan BUMN di Jabodetabek, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan topik dan tujuan.
48
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuesioner dan wawancara dari pakar dan responden diolah sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik dengan menggunakan program statistik SPSS (Statistical Program for Social Science) 11.5 serta simulasi Monte Carlo. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 11,5 dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.3.
Start
Input Data
Model Terpilih
Stop
Gambar 3.3. Diagram analisis Statistik dengan Bantuan Program SPSS 11,5
(Sumber: Hasil Olahan)
Analisis Statistik
49
Sebelum dilakukan analisis statistik perlu diketahui jenis data yang akan diolah. Ada 3 jenis data dalam statistik (Bryman and Cramer 1997), yaitu:
dimana tidak ada ukuran atau lebih dari lainnya. Data ordinal, merupakan data yang dikategorikan dalam suatu
konsep dimana kategori satu lebih atau kurang dari lainnya. Data interval/rasio, merupakan data yang dikelompokkan dalam
suatu kategori seperti 20-29, 30-39. Selain itu diketahui juga data yang terkumpul akan dianalisis dalam metode statistik parametrik atau nonparametrik. Metode statistik parametrik dilakukan jika data memiliki distribusi normal. Sedangkan metode statistik non parametrik digunakan jika pengujian tidak tergantung dari pengasumsian tentang distribusi data tersebut. Menurut Bryman dan Cramer (1997), data dengan kategori nominal dimana tidak diketahui apakah berdistribusi normal atau tidak, dianalisis dengan metode statistik non parametrik. Untuk data dengan jumlah dari perbandingan grup 2 dimana data-data tersebut tidak berhubungan antara satu dengan yang lainnya, diuji dengan Mann-Whitney. Sedangkan untuk data yang tidak berhubungan antara satu dengan lainnya dengan jumlah perbandingan grup lebih dari 3, diuji dengan Kruskal-Wallis. Untuk data dengan kriteria data interval/rasio yang berdistribusi normal dapat dilakukan analisis data dengan metode statistik parametrik. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisis data dengan tahapan sebagai berikut : a. Analisis Non Parametrik Metode statistik non parametrik merupakan metode yang digunakan jika data yang ada tidak berdistribusi normal, atau jumlah data sangat sedikit serta level data adalah nominal atau ordinal. Keuntungan dari penggunaan metode non parametrik antara lain:
1.
Metode non parametrik tidak mengharuskan data berdistribusi normal, karena itu metode ini sering dinamakan uji distribusi bebas (distribution free test). Dengan demikian, metode ini dapat dipakai untuk segala distribusi data dan lebih luas penggunaannya.
2.
Metode non parametrik dapat dipakai untuk level data seperti nominal dan ordinal. Hal ini penting bagi para peneliti yang meneliti tentang sikap manusia, perilaku konsumen, dan lain-lain yang mengalami kendala
50
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
dengan hasil pengukuran yang tidak berlevel atau rasio. 3. Metode non parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah dimengerti daripada pengerjaan Metode Parametric.
Aplikasi tes non parametrik terdiri dari beberapa metode non parametrik yang dapat digunakan, yaitu:
1.
Untuk menguji dua sampel yang saling berhubungan (Two Dependent Samples), metode yang digunakan: Sign test, Wilcoxon Signed-Rank, Mc Nemar Change Test.
2.
Untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan (Two Independent Samples),metode yang digunakan: Mann-Whitney U Test, Moses Extreme reactions, Chi-Square test, Kolmogorov-Smirnov test, Walt-Wolfowitz runs.
3.
Untuk menguji beberapa sampel yang berhubungan (Several Dependent Samples), metode yang digunakan: Friedman test, Kendall W test, Cochrans Q.
4.
Untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan (Several Independent Samples), metode yang digunakan: Kruskal-Wallis test, Chi Square test, Median test.
Pada penelitian ini, uji yang dilakukan adalah uji dua sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah Mann-Whitney U Test. Dua sampel yang tidak berhubungan adalah jenis perusahaan jasa konstruksi BUMN dan Swasta. Sedangkan untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah Kruskal-Wallis test. Beberapa sampel yang tidak berhubungan adalah mutu perusahaan jasa konstruksi. b. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel pengharapan (predictor) yang merupakan variabel terikat dengan variabel-variabel kriteria ukuran yang merupakan variabel bebas (Dillon and Goldstein 1984). Atau merupakan alat analisis yang dipergunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X) (Syamsudin 2002). Hubungan antara variabel menghasilkan nilai positif atau negatif dengan batasan nilai
51
koefisien korelasi r (Pearson Correlation Coeficient) adalah 1 untuk hubungan positif dan -1 untuk hubungan negatif (Siegel 1990). Hubungan antara dua variabel dapat karena hanya kebetulan, dapat pula karena merupakan hubungan yang sebab akibat. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau arah yang berlawanan (Syamsudin 2002). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi momen product moment correlation) Pearson, yaitu: jika sepasang variabel kontinu, X dan Y, mempunyai korelasi, derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi pearson yang rumusnya adalah sebagai berikut : xi yi ( Xi2) ( Yi2) Dengan : r xi yi Y X = Koefisien korelasi yang dicari = Xi-X = Yi-Y = Nilai rata-rata variabel Y = Nilai rata-rata variabel X yang ke
r=
.......................................... (3.5.1.)
Pengujian hipotesis/model tentang korelasi : r = 0, maka tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut r > 0, maka ada hubungan positif r < 0, maka ada hubungan negatif
Jenis korelasi bivariate pada program SPSS yang digunakan adalah pearson correlation coefficient. Pada umumnya untuk sample kurang dari 100, angka korelasi terkecil yang dapat dipertimbangkan adalah 0,300 (Dillon & Goldstein, 1984). Penelitian ini menggunakan pertimbangan atas dasar r berikut degree of freedom yang diperoleh dari table Fisher and Yates (Yates 1973). Dari hasil korelasi dipilih variabel-variabel Xi untuk diproses lebih lanjut, yaitu variabel Xi yang mempunyai hubungan berarti dengan variabel Y yang dipilih berdasarkan criteria dengan tingkat hubungan yang sedang sampai tinggi seperti terlihat pada Tabel 3.7.
52
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Output dari interkorelasi antara variabel Xij terhadap Xkl, sesuai Yates dan Fisher dimana adanya tingkat korelasi yang besar akan dapat mengganggu stabilitas model yang pada model regresi dianggap bahwa masing-masing variabel bebas tidak ada interkorelasi. Sebagai pembanding, dalam pembuatan model dianggap interkorelasi yang diijinkan adalah yang mempunyai korelasi tingkat rendah kebawah. c. Analisis Faktor Menurut Dillon dan Goldstein, penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dilakukan dengan analisis faktor, yaitu berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya. Ada beberapa jenis analisis faktor, sedangkan dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan adalah principal component analysis, lebih kecil berdasarkan sebagian besar dari variabel asli. Komponen-komponen (Principal component analysis) yang dihasilkan kemudian dibuat supaya masing-masing komponen ini menjadi bervariasi berbeda antara satu dengan lainnya, oleh karena itu jika suatu variabel mempunyai loadings yang tinggi pada satu komponen, maka dibuat loadings mendekati nol pada komponen-komponen lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan merotasi sumbu-sumbu komponen dengan menggunakan metode varimax rotation. Prosedur dari metode ini adalah dengan merotasi sumbu-sumbu komponen sedemikian rupa sehingga variasi dari component loadings untuk suatu komponen tertentu dibuat besar. Hal ini dapat dicapai dengan mendapatkan loadings yang besar, medium dan kecil kedalam suatu komponen tertentu. Sedangkan metode untuk menetapkan berapa banyak komponen yang akan diambil adalah dengan menggunakan kriteria dari Kaiser, yaitu root greater than one, dimana kriteria ini yang berfungsi mentransformasikan himpunan variabel asli menjadi himpunan kombinasi linier yang
53
mengambil komponen-komponen yang mempunyai eigenvalue lebih besar dari satu (Dillon & Goldstein, 1994). Output yang diharapkan dari analisis oleh SPSS 11.5 adalah rotated component matrix, yaitu matrix principal component hasil ekstraksi yang dirotasi berdasarkan metode varimax dan jumlah komponen yang diambil adalah komponen yang mempunyai eigenvalue>1, dimana eigenvalue menyatakan nilai dari information content yang diperoleh dari faktor tertentu (1,2,3,...,n) dari variabel-variabel X, dalam penelitian ini. Output tambahan dari SPSS dalam penelitian ini yang bernilai tinggi adalah Factor Scores, dimana Faktor adalah yang merupakan nilai para responden sesuai ukuran tiap faktor secara langsung. Faktor Scores akan berguna untuk meneliti data Ti penelitian ini. d. Analisis Variabel Penentu Analisis ini digunakan untuk mendapatkan variabel-variabel penentu terhadap Kinerja Perusahaan dari Kualitas Manajemen Perusahaan. Variabel penentu yang terpilih akan menjadi variabel dari model hubungan Kualitas Manajemen Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel-variabel penentu ini dipilih dari hasil pengelompokkan yang didapat dari analisis faktor, yang dipilih masing-masing mewakili tiap faktor. e. Analisis Regresi Berganda Regresi merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur pengaruh dari setiap perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, digunakan untuk menaksir variabel terikat (Y) setiap ada perubahan variabel bebas (X). Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan analisis hubungan antara satu variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Untuk mengetahui bentuk hubungan dari variabel-variabel tersebut linier atau non linier, maka dilakukan analisis regresi berganda secara transformasi logaritma natural terhadap variabel-variabelnya. Selain itu analisis ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat serta seberapa besar kontribusi variabelvariabel tersebut (Syamsudin 2002). Model analisis regresi berganda ini merupakan model matematis, yaitu model yang memperlihatkan hubungan secara kuantitatif antara variabel-variabel bebas Xi dengan Y. Jika hubungan antara variabel Y dengan variabel bebas Xi adalah linier dan dianggap terhadap k variabel bebas serta n pengamatan, maka model regresi berganda untuk hubungan Y dan Xi dapat dinyatakan sebagai berikut (Katz 1982):
54
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Y = 0 + 1.X1 + 2.X2 + ... + k.Xk + ...................(3.5.2.) Dengan : 0 1, 2, 3 = Konstanta = Dugaan koefisien regresi = Kesalahan pengganggu
Selain model regresi linier akan dibuat juga model non linier yang berupa transformasi logaritma. Kemudian kedua model ini akan dibandingkan, model yang dipilih adalah model yang teruji baik. Model transformasi logaritma adalah model dengan fungsi non linier yang ditransformasikan kebentuk logaritma normal menjadi non linier. Model non liniernya adalah sebagai berikut (Draper 1966) : Y = 0.X11.X22. ... Xkk .......................................... (3.5.3) Model ini ditransformasikan kebentuk logaritma normal menjadi bentuk linier dengan persamaan sebagai berikut : lnY = 0 + 1.lnX1 + 2.lnX2 + ... + k.lnXk .............(3.5.4) Dalam analisis regresi berganda ini dipergunakan metode stepwise regression, untuk mengetahui tingkat pengaruh dari variabel-variabel yang dipergunakan. Setiap variabel dimasukkan kedalam model regresi satu persatu secara berurutan dan berdasarkan urutan tingkat kontribusi R2 terhadap model regresi yang diharapkan (Walpole and Myers 1993). Dalam analisis regresi terdapat beberapa ukuran yang akan dicari, yaitu (Arikunto 1993): Garis regresi, yaitu yang menyatakan dan menggambarkan karakteristik hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Standard error of estimate, yaitu hanya mengukur pemencaran tiap-tiap titik (data) terhadap garis regresinya atau merupakan penyimpangan standar dari harga-harga variabel pengaruh (Y) terhadap garis regresinya.
Dari model regresi yang telah diperoleh baik model linier maupun non linier, kemudian dilakukan beberapa uji model, yaitu : a. Coeficient of Determination Test atau R2 Test R2 test digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas X terhadap variasi (naik turunnya) variabel terikat Y. Variasi Y yang lainnya disebabkan oleh faktor lain yang juga mempengaruhi Y dan sudah termasuk dalam kesalahan pengganggu (disturbance error) (Supranto 1988). R2 juga digunakan untuk mengukur seberapa dekat garis regresi terhadap data. Daerah nilai R2 adalah dari nol sampai satu. Semakin dekat nilai Y dari model regresi kepada titik-titik data, maka nilai R2 semakin tinggi (Katz, 1982). Rumus R2 adalah : n (Yi-Y)2 i=1 n (Yi-Yc)2 i=1 Dengan : Yi Yc Y = Nilai Y aktual (sampel) = Nilai Y yang dihitung dari model regresi = Nilai Y rata-rata
R2 = 1 -
...............................................
(3.5.5)
Output SPSS ini juga menghasilkan adjusted R2 (R2 yang disesuaikan) yang merupakan koreksi dari R2 sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajagan model dalam populasi (Sandy 1980). Adjusted R2 (Ra2) dirumuskan sebagai berikut (Supranto 1988) : k(1-R2) n-k-1
Ra = R 2 2
.................................................
(3.5.6)
b.
Uji F (F-Test) Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) bahwa seluruh nilai koefisien
variabel babas Xi dari model regresi sama dengan nol, dan hipotesis alternatifnya (H a) adalah bahwa seluruh nilai koefisien variabel X tidak sama dengan nol. Dengan kata lain rasio F digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho), yaitu bahwa variabel-variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, serta
56
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Secara notasi dapat dituliskan sebagai berikut (Sandy 1990) : Ho : 1 = 2 = 3 = . = k = 0 Ha : 1 2 3 . k 0 Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio F adalah sebagai berikut (Hair, 1995) : F ratio = Sum of squared error / Degrees of freedom
regression total
regression
/ Degrees of freedom
residual
Dimana derajat kebebasan regresi adalah jumlah koefisien yang diperkirakan (termasuk konstanta)-1, sedangkan derajat kebebasan residual adalah jumlah sampeljumlah koefisien yang diperkirakan (termasuk konstanta). Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah (Supranto, 1988) : Tolak H0 jika F0 hitung > F tabel tabel
(k-1)(n-k)
(k-1)(n-k)
= tingkat signifikasi (significant level) = 0,05 = jumlah sampel = variasi bebas dalam model regresi berganda
F0 diperoleh dengan menggunakan tabel analisis Varians (ANOVA) yang terlihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. ANOVA
Sumber Variasi Regresi X1, X2, ..., Xk Residu Total Sumber: Supranto, 1988 Jumlah Kuadrat XY = YY (R2) EE = YY (1-R2) YY Derajat Kebebasan K n-k-1 n-1 Ratra-rata Kuadrat YY (R2)/(k-1) YY (1-R2)/(k-1)
Dari analisis varians didapat nilai F0 berdasarkan rumus sebagai berikut : F0 = YY (R2)/(k-1) = R2/k ......... (3.5.7)
57
YY (1-R2)/(n-k-1)
(1-R2)/(n-k-1)
c.
Uji t (t-Test) Uji t digunakan untuk menguji hipotesis nol (H0) bahwa masing-masing
koefisien dari model regresi sama dengan nol dan hipotesis alternatifnya (H a) adalah jika masing-masing koefisien dari model tidak sama dengan nol. Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai berikut : Ho : 1 = 0, 2 = 0, 3 = 0, . = k = 0 Ha : 1 0, 2 0, 3 0, . k 0 Jika hipotesis nol diterima berarti model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untiuk memprediksi nilai Y, sebaliknya jika hipotesis nol ditolak, maka nilai model yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memprediksi menggunakan rumus (Katz 1982) : 1). t0 un tuk koefisien varaiabel X (i) : 0 t0 = Sb ............................................... (3.5.8) nilai Y. Nilai t dari koefisien variabel X dan konstanta regresi dapat dicari dengan
2). t0 untuk koefisien konstanta (0) : t0 = 0 Sa Dimana Sb adalah kesalahan dari koefisien variabel X dan Sa adalah kesalahan baku dari konstanta regresi. Kriteria pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut : H0 ditolak jika t0 hitung > ta (n-k-1) tabel H0 diterima jika t0 hitung ta (n-k-1) tabel ............................................... (3.5.9)
d.
58
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Durbin-Watson test, dilakukan untuk menguji ada tidaknya auto korelasi antara variabel-variabel yang teliti. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus (Katz 1982) : m (ej-ej-1)2 j=2 m ej2 j=1 Statistik pengujian Durbin-Watson untuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) adalah sebgai berikut : H0 : ada autokorelasi positif dan negatif, Ha : tidak ada autokorelasi positif dan negatif. Kriteria pengujian (Katz 1982) :
d=
................................................
(3.5.10)
H0 akan diterima atau nilai d adalah nyata (significant) dan ada korelasi (positif atau negatif) jika d > d1, dan du<d<(4-du), H0 akan ditolak atau tidak ada korelasi jika d<du dan (4-du)>d. Dan hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.
e.
multikolinieritas atau terjadinya korelasi diantara sesama variabel terpilih. Model regresi yang baik harus tidak ada multikolinieritas (Santoso 1999). Menurut Tabachnick (2001) tidak terdapat multicolinearity diantara variabel penentu jika angka condition index < 30 dan angka variance proportion < 0.5.
f.
Analisis Residual (Residual analysis) Sebelum menggunakan model regresi berganda yang telah dihasilkan, perlu
dilakukan analisis kelayakan model melalui analisis residual. Untuk menguji kelayakan fungsi regresi dan kekonstanan (constancy) dari error variance digunakan plot residual terhadap fitted values. Untuk menentukan normalitas dari error, digunakan plot probabilitas normal (normal probability plot) (Neter & Whitmore 1993).
59
60
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
standard error of the estimate diperoleh rumus (Katz 1982) : ei2 S= (n-k-1) . (3.5.12)
b.
Uji Nilai Tunggal (y0) Pengujian dilakukan apakah nilai Y(y0) tunggal dari sampel yang divalidasi
untuk nilai variabel Xi tertentu (nilai Xi dari sampel yang divalidasi) masuk dalam prediction interval yang terbentuk. Apakah nilai Y berada didalam prediction interval model ini valid untuk meramalkan nilai Y tunggal populasi keseluruhan. Nilai prediction interval untuk nilai y0 didapat dengan rumus (Walpole & Myers, 1993) : Y0 - t /2Sx0(XX)-1x0 < y0 < Y0+t /2Sx0(XX)-1x0 ....... (3.5.12)
Dimana nilai-nilai y0, t /2, S, X, x0 adalah sama dengan nilai-nilai pada uji confidence interval untuk nilai rata-rata Y. Pendugaan interval untuk nilai rata-rata Y dan nilai individu Y terhadap variabel X dapat dibuat suatu grafik seperti pada gambar 3.4 berikut ini :
Model Regresi
X
Gambar 3.4. Grafik Pendugaan Interval untuk Nilai Rata-Rata Y dan Individu Y
(Sumber: Walpole & Myers, 1993)
61
62
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
3 2
Model Regresi
X
Gambar 3.5. Skala Pengukuran Dummy
(Sumber: Walpole & Myers, 1993)
Setelah nilai dummy diperoleh, dilakukan analisis regresi yang terdiri dari variabel penentu sebelumnya ditambah dengan dummy pertama. Selanjutnya apabila model belum mencapai R2=1, ditambah dummy berikutnya dan proses dilakukan seperti diatas dengan menggunakan grafik model yang baru terbentuk. Jika dummy yang diperoleh telah digunakan untuk mengidentifikasi variabel penentu lainnya, maka selanjutnya dilakukan korelasi antara dummy-dummy tersebut dengan variabel-variabel lainnya yang tidak termasuk variabel didalam kelompok rotated component matrix yang sudah terwakili oleh variabel penentu sebelumnya. Variabel yang mempunyai korelasi tertinggi dengan dummy tersebut adalah berpotensi menjadi variabel penentu tambahan untuk penelitian lanjutan.
3.10.
Simulasi adalah proses model matematika atau model logika dari suatu sistem atau masalah pengambilan keputusan. Kemudian dilakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menganalisis hasilnya sehingga dilakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menganalisis hasilnya sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan (Evans 1998). Ada dua kunci utama dalam simulasi, yaitu adalah model dan eksperimen. Simulasi adalah teknik dengan menggunakan data yang dibuat untuk berbagai kondisi yang mungkin terjadi, yang merupakan metode analitis yang digunakan untuk mencontoh suatu sistem kehidupan, khususnya saat analisis lain secara matematis
63
terlalu kompleks atau terlalu sulit untuk dihasilkan. Sebuah simulasi, biasanya memberikan hasil yang diperlukan secara komprehensif dan merupakan sebuah pendekatan yang kuantitatif bagi pembelajaran sebuah sistem yang sesuai dengan kenyataan. Simulasi memiliki dua jenis, yaitu simulasi sistem dan simulasi Monte Carlo, yang pada penelitian ini lebih menekankan pada penggunaan simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo pada dasarnya adalah sebuah eksperimen sampling, yang bertujuan untuk mengestimasi distribusi dari variabel-variabel terikat, yang kemungkinan dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas. Simulasi Monte Carlo merupakan suatu teknik simulasi untuk situasi yang diliputi ketidakpastian untuk mendapatkan suatu pendekatan, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan. Teknik simulasi dengan Monte Carlo terbukti adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat terutama dalam menganalisis perubahan untuk memperoleh suatu jawaban yang mendekati, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan secara ekonomis. Teknik Monte Carlo sering digunakan dan diterapkan dalam praktek analisis perubahan karena kemampuan analisis dapat mengantisipasi dan menyederhanakan rumusan matematis yang kompleks. Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan pemilihan hasil (outcome) dengan suatu jumlah (angka) yang tetap dan melakukan perhitungan jika diperlukan untuk memperoleh trial outcome dalam memperoleh jawaban yang diinginkan (measure of merit). Perhitungan ini dilakukan berulang-ulang sehingga menghasilkan trial
2
outcome
(hasil
coba-coba)
yang
mendekati nilai rata-rata (mean), variant , bentuk distribusi atau karakteristik lainnya dari jawaban yang diinginkan. Persyaratan utama dari teknik Monte Carlo adalah outcome dari seluruh variabel; dipilah secara acak (random). Fenomena random, umumnya memiliki suatu distribusi normal dan hasil (element outcomes) yang diinginkan juga membentuk suatu distribusi normal. Teknik Monte Carlo dapat digunakan untuk kasus-kasus dengan hasil yang diinginkan bersifat random (random outcomes) yang diinginkan juga membentuk suatu distribusi normal. Teknik Monte Carlo dapat digunakan untuk kasus-kasus dengan hasil yang diinginkan bersifat random. Metode yang paling mudah untuk menentukan jumlah trials dengan teknik ini untuk mendapatkan hasil yang akurat adalah dengan memperhatiokan nilai rata-rata yang dihasilkan. Jumlah trials ditentukan pada saat hasil simulasi sudah cukup stabil dalam batas-batas ketelitian yang diinginkan. Jumlah kejadian yang disimulasi untuk memberikan gambaran yang mungkin terjadi di lapangan adalah menggunakan rumus n, sabagai berikut (Walpole & Myers 1993) : n= Z2
/2
64
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Dimana : n Z2
2 2 /2
= = = =
Jumlah sampel simulasi Degree of Confidence Level at Half Width Standard Deviation Error Tolerance Level
Dari jumlah kejadian n tersebut diatas yang di random untuk mendapatkan nilai standard deviation, mean dan range. Secara skematis, teknik Monte Carlo dapat dilihat pada gambar 3.6. berikut :
Stop
65
BAB 4
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 1 dan 3, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh faktor-faktor dari manajemen perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi (kontraktor). Maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan dari penelitian, yang dimulai dari penjabaran data hasil penyebaran kuesioner, analisis kinerja perusahaan, uji model kinerja perusahaan, serta simulasi kinerja perusahaan dengan menggunakan metode optimasi.
Jumlah Sampel 10 17 25 1 4 10 1 52 16 26 43 45 6 18 -
2.
3.
4.
Untuk
mengetahui
perbedaan
kinerja
perusahaan
berdasarkan
jenis
perusahaan kontraktor maka dilakukan proses non parametric test berdasarkan data sampel pada Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan jenis perusahaan jasa kontraktor untuk perspektif keuangan dan pelanggan, hal ini dapat dilihat dari nilai besarnya nilai siginifikan0,05. Sedangkan perusahaan untuk jasa perspektif konstruks, proses hal ini bisnis dapat internal dilihat serta dari pertumbuhan besarnya dan nilai pembelajaran ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan berdasarkan jenis nilai siginifikan0,05. Hasil analisis statistik non parametric secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Sedangkan untuk menguji beberapa sampel yang tidak berhubungan dengan menggunakan metode non parametrik yang dipakai adalah uji Kruskal-Wallis. Beberapa sampel yang tidak berhubungan adalah mutu perusahaan jasa konstruksi. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis dengan menggunakan program SPSS 11,5 dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
Ranks Tabel 4.2. Ranking untuk Uji Mann-Whitney U JNS_PRSH BUMN Swasta Total proses bisnis BUMN Swasta Total pelanggan BUMN Swasta Total pertumbuhan& BUMN pembelajaran Swasta Total keuangan
Sumber: Hasil Olahan
N 26 43 69 26 43 69 26 43 69 26 43 69
Mean Rank Sum of Ranks 34.81 905.00 35.12 1510.00 42.85 30.26 37.54 33.47 43.92 29.60 1114.00 1301.00 976.00 1439.00 1142.00 1273.00
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan jenis perusahaan jasa kontraktor untuk perspektif keuangan dan pelanggan, hal ini dapat dilihat dari nilai besarnya nilai siginifikan>0,05. Sedangkan untuk perspektif proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan berdasarkan jenis
perusahaan
jasa
konstruks,
hal
ini
dapat
dilihat
dari
nilai
besarnya
nilai
siginifikan<0,05.
Ranks Tabel 4.4. Ranking untuk Uji Kruskal Wallis MUTU_PRS Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total proses bisnis Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total pelanggan Sertifikat ISO 9000 Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total pertumbuhan& Sertifikat ISO 9000 pembelajaran Dlm Proses ISO 9000 Blm Memiliki ISO 9000 Total keuangan N 45 6 18 69 45 6 18 69 45 6 18 69 45 6 18 69 Mean Rank 39.17 21.00 29.25 41.42 16.83 25.00 39.87 21.92 27.19 42.20 18.67 22.44
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mean rank kinerja perusahaan perspektif keuangan, proses bisnis internal, pelanggan serta pertumbuhan dan pembelajaran yang belum memiliki ISO 9000 ternyata lebih tinggi dari kinerja perusahaan yang dalam proses ISO 9000. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktorfaktor tertentu yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang sedang dalam proses ISO 9000.
Sedangkan berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode KruskalWallis Test, dapat dilihat pada Tabel 4.5, kolom Asymp. Sig/asysmptotic significance untuk uji beberapa sisi, Kinerja Keuangan adalah 0.031; Kinerja Proses Bisnis adalah 0,00; Kinerja Pelanggan adalah 0,012; Kinerja Pertumbuhan dan Pembelajaran adalah 0,00, atau probabilitas dibawah 0,05. Maka H 0 ditolak, atau memang Kinerja Keuangan, Proses Bisnis, Pelanggan serta Pertumbuhan dan Pembelajaran benarbenar berbeda antara jenis mutu yang dimiliki oleh perusahaan jasa konstruksi.
KINERJA
PERUSAHAAN
JASA
Semua data hasil wawancara dan kuesioner yang telah diisi oleh para responden tentang pengaruh kualitas manajemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi ditabulasikan seperti terlihat pada lampiran C, yang terdiri dari 5 variabel terikat (dependent variable) dan 46 variabel bebas (independent variable). Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, juga diperoleh ranking (1 s.d. 4) dari masing-masing kinerja. Dari ranking tersebut dilakukan proses scoring, dengan score (penilaian)sesuai Tabel 4.6. Tabel 4.6. Proses Scoring Ranking Kinerja Perusahaan
Ranking Score
1 4
2 3
3 2
4 1
Berdasarkan
Tabel
4.6
dilakukan
proses
analisis
sehingga
diperoleh
prosentase dari masing-masing kinerja, yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Prosentase Perspektif Kinerja Perusahaan
No. 1. 2. 3. 4.
Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Berdasarkan Tabel 4.7 dilakukan dengan menggunakan persamaan 4.1 sehingga dapat diperoleh nilai kualitas kinerja perusahaan.
YT = KYij * PYij
..........................(4.1)
Dimana: YT KYij PYij = Nilai Kualitas Kinerja Perusahan = Nilai Kualitas masing-masing Perspektif Kinerja Perusahaan = Prosentasi masing-masing Perspektif Kinerja Perusahaan
Proses analisa dan pentabulasian data untuk memperoleh prosentase masingmasing perspektif kinerja perusahaan dan nilai kualitas kinerja perusahaan dapat dilihat pada Lampiran B. Hasil tabulasi data disusun dalam suatu format yang akan digunakan sebagai input data dalam proses analisis yang menggunakan program SPSS 11,5. Data yang digunakan sebagai input tersebut adalah Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, dan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi sebagai 5 variabel terikat yang dipengaruhi oleh 46 variabel bebas berupa kualitas manajemen perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis terhadap 5 variabel terikat Kinerja Perusahaan tidak di input bersama, tetapi input data dilakukan masing-masing dari kelima variabel terikat tersebut dan tetap dipengaruhi oleh 46 variabel bebas yang sama. Dalam memperoleh sampel penelitian yang layak untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, maka dilakukan suatu proses seleksi terhadap 69 kuesioner yang didapat dengan melakukan analisis korelasi dan regresi, analisis korelasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel terikat pada Kinerja Perusahaan dengan variabel bebas pada Kualitas Manajemen Perusahaan. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi pearson (product moment correlations). Dengan menggunakan program SPSS 11,5, perhitungan metode korelasi pearson menghasilkan jenis koefisien korelasi bivariate seperti pada lampiran D (D1 untuk Perspektif Keuangan, D2 untuk Perspektif Proses Bisnis Internal, D3 untuk Perspektif Pelanggan, D4 untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembalajaran, dan D5 untuk Kinerja Perusahaan). Setelah itu dilakukan analisis regresi linier terhadap variabel-variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat. Maksudnya adalah untuk menentukan variabel-variabel yang tidak layak (outlier) yang dapat dilihat pada scatterplot. Jika terdapat variabel yang tidak layak, maka variabel tersebut harus dibuang. Kemudian dilakukan analisis korelasi dan regresi kembali tanpa memasukkan variabel
yang outlier. Demikian seterusnya sampai tidak ditemukan variabel yang outlier pada scatterplot. Variabel-variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05 terhadap masing-masing variabel terikat yang dirangkum pada Tabel 4.8 dan data koefisien korelasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
NILAI r VARIABEL X1 X4 0.389 0.335 0.400 0.478 0.372 0.435 0.462 X5 0.670 0.562 0.470 0.450 0.543 0.362 X6 0.337 0.404 0.361 0.370 0.371 0.355 X7 X8 X10 0.306 0.668 0.304 0.355 0.503 X11 0.333 0.587 0.424 0.385 0.525 0.435 0.380 X12 0.470 0.405 0.507 X13 0.538 0.327 0.387 0.434 0.390 0.399 0.421 0.499 0.407 0.503 0.395 0.381 0.451 X14 X15 X16
VARIABEL TERIKAT
NILAI r VARIABEL X17 X18 X20 X21 X22 0.341 0.367 0.396 0.388 0.454 0.351 0.365 0.332 0.434 0.399 0.355 0.388 0.362 X26 X32 0.332 X34 X35 X38 -0.389 X39 -0.343 X40 -0.499 X46
73
Keterangan : Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 n X1 = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan = Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal = Kinerja Perusahaan Perpektif Pelanggan = Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan & pembelajaran = Kinerja Total = Jumlah sampel yang layak = Tujuan dan sasaran yang mengacu pada sumber daya X4 X5 X6 X7 X8 X10 = Kemampuan untuk mendapatkan laba = Kualitas hasil akhir pekerjaan = Tingkat keberhasilan strategi perusahaan = Kualitas implementasi kebijakan perusahaan = Kinerja dan produktifitas karyawan = Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas X11 = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya X12 = Kemampuan karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya X13 X14 X15 = Tanggung jawab karyawan = Kerjasama personil inti dengan bawahan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik. X46 X40 X39 X38 X35 X26 X32 X34 X22 X21 X20 X16 X17 X18 = Pengarahan thdp karyawan dlm menyelesaikan pekerjaan = Peranan pimpinan perusahaan sebagai fasilitator = Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan = Kualitas pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab karyawan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan = Prestise pekerjaan didalam perusahaan = Rotasi pekerjaan terhadap karyawan = Kurang adanya Reward & Punishment terhadap karyawan = Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan = Mengalami hambatan dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas hasil pekerjaan = Mengalami hambatan dalam melakukan penyusunan laporan kegiatan = Mengalami hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja = Tindakan pengendalian terhadap perusahaan.
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa ada beberapa variabel terikat yang berkorelasi lebih dari satu dengan variabel terikat (Y). Sebagai contoh variabel bebas X4, X5, X10 dan X11 berkorelasi terhadap semua variabel terikat (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5). Sedangkan variabel bebas X12, X13, X14 dan X15 berkorelasi dengan 4 variabel terikat. Semua variabel bebas ada yang berkorelasi positif dan ada yang berkolerasi negatif. Korelasi positif maupun negatif disini, hanya menggambarkan logika hubungan antara variabel bebas (kualitas manajemen perusahaan) dengan variabel terikat (perspektif kinerja perusahaan), yang artinya bahwa tanda positif menunjukkan arah yang sama yaitu semakin baik kualitas variabel bebasnya maka semakin baik juga variabel terikatnya. Sedangkan tanda negatif disini menunjukkan arah yang berlawanan, dimana semakin menurun kualitas variabel bebasnya maka semakin baik variabel terikatnya. Setelah didapatkan variabel-variabel bebas dengan tingkat signifikan<0,05 terhadap variabel terikat, selanjutnya terhadap variabel-variabel tersebut dilakukan pengukuran kekuatan hubungan antar variabel-variabel tersebut dengan cara analisa interkorelasi. Analisa Interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan interkorelasi r antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya. Apabila antar variabel-variabel tersebut terjadi hubungan interkorelasi dengan pengertian saling mempengaruhi satu sama lainnya dan variabel-variabel tersebut langsung digunakan sebagai variabel pada persamaan yang dihasilkan, maka mempunyai risiko akan terjadinya gangguan (noise) terhadap stabilitas model, sehingga dapat mengurangi asumsi linier independence dan mengurangi real significant final of interpretation dari model yang terbuat dari variabel tersebut. Dalam matriks interkorelasi yang dapat dilihat pada Lampiran D, nilai koefisien korelasi r antar variabel-variabel bebas, beberapa mempunyai nilai yang sangat berarti dan berpotensi menimbulkan gangguan (noise) bagi model yang terbentuk dari variabel bebas yang berinterkorelasi tersebut, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut. Untuk menyederhanakan jumlah variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05, maka dilakukan analisa faktor dengan menggunakan metode Principal Componenet Analysis dan metode rotasi Varimax dengan kriteria dari Kaiser yaitu mengambil komponen yang mempunyai eigenvalue>1. Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS 11,5 dapat dilihat pada Lampiran E. Analisis faktor dari variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat untuk eigenvalues>1 dengan tingkat signifikan0,05 terhadap Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, telah menghasilkan 3 komponen atau faktor, Perspektif Bisnis Internal 4 faktor, Perspektif Pelanggan 4 faktor dan Perspektif Pertumbuhan dan
75
Pembelajaran 4 faktor, seperti terlihat pada Total Variance Explained maupun Rotated Component Matrix pada lampiran E. Setiap faktor mempunyai sekelompok variabel bebas yang dapat menggambarkan karakteristik umum dari faktor tersebut. Setelah didapat jumlah sampel yang layak dan setiap variabel sudah dikelompokkan untuk yang memiliki karakteristik umum yang sama, maka proses selanjutnya adalah melakukan analisis variabel penentu perspektif kinerja perusahaan, analisis model regresi perspektif kinerja perusahaan, pengujian model, penentuan model, validasi, dan identifikasi variabel dummy.
Analisis
Variabel
Penentu
Perspektif
Kinerja
Perusahaan
Dalam menentukan variabel-variabel penentu yang akan dipilih, dilakukan analisis variabel penentu dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara variabel bebas yang potensial dari setiap faktor (F1, F2, F3, ..., Fn), dengan kriteria bahwa variabel bebas dari setiap faktor tersebut mempunyai koefisien interkorelasi yang berhubungan dengan variabel terikat dengan tingkat signifikan0,05 dan dipilih kombinasi yang mempunyai koefisien interkorelasi yang paling rendah, sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel-variabel penentu yang optimal terhadap kinerja perusahaan yang mempunyai nilai Adjusted R2 dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua kriteria proses pengujian (F, t, d dan validasi). Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh hanya 3 variabel penentu yang mewakili model hubungan Perspektif Kinerja Perusahaan terhadap Peningkatan Kualitas Manajemen Perusahaan, yaitu variabel-variabel dari faktor I, II, III, ..., n dengan nilai koefisien interkorelasi r. Dari kombinasi faktor tersebut dicari kombinasi yang memiliki nilai Adjusted R2 paling tinggi dengan cara melakukan regresi terhadap kombinasi faktor tadi. Adapun kombinasi faktor dan nilai Adjusted R2 tersebut dapat dilihat pada lampiran F. Kombinasi dari variabel penentu yang mewakili masing-masing faktor dan merupakan variabel kombinasi tersebut dapat dirinci seperti terlihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Variabel Penentu Kinerja Variabe l Terikat Y1 Variabel Penentu
X5 X40
Faktor
Uraian
Karakteristik Variabel
Penetapan Tujuan dan Sasaran Pengukuran kualitas perusahaan
I. II.
Kualitas hasil akhir pekerjaan Adanya hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja
76
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Variabe l Terikat
Faktor
Variabel Penentu
Uraian
Karakteristik Variabel
Kualitas pimpinan perusahaan Penetapan Sasaran dalam Struktur Perusahaan Sistem dan Perusahaan Tujuan dan
III.
X22
Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan personil inti menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan
I. II.
X5 X10
Organisasi Prosedur
Y2
III.
X15
perusahaan konflik
dalam
menyelesaikan
I. II.
X4 X11
Profit yang diperoleh perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan
Y3
III. X15
perusahaan konflik
dalam
menyelesaikan
I. II.
X5 X16
Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan pimpinan karyawan dan dorongan dari perusahaan terhadap
Penetapan Sasaran Pengukuran perusahaan Kualitas perusahaan Penetapan Sasaran Struktur Perusahaan
Tujuan
dan
Y4
kualitas pimpinan
III.
X18
I. II.
X5 X11
Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan
Tujuan
dan
Organisasi Prosedur
Y5
X15
perusahaan konflik
dalam
menyelesaikan
Analisa regresi berganda linier dan non linier dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan. Model regresi yang dihasilkan untuk masingmasing variabel terikat beserta Adjusted R2 model linier dan non linier dapat dilihat pada Tabel 4.10. Sedangkan output hasil analisis regresi Y1 s.d. Y5 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran G.
77
Tabel 4.10. Model Regresi Berganda untuk Y1 s.d. Y5 Variabel Terikat Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Keterangan : Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 X4 X5 X10 X11 = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan = Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal = Kinerja Perusahaan Perpektif Pelanggan = Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran = Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi = Kemampuan untuk mendapatkan laba = Kualitas hasil akhir pekerjaan = Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya X40 X22 X18 X16 X15 = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik. = Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan = Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan = Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan = Mengalami hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Model Regresi Berganda Linier 2.126 + 0,433X5 - 0,287X40 + 0,311X22 -2,377 + 0,274X5 + 0,652X10 + 0,428X15 -2,543 + 0,352X4 + 0,435X11 + 0,617X15 -2,336 + 0,555X5 + 0,356X16 + 0,438X18 -2,214 + 0,568X5 + 0,407X11 + 0,366X15 Non Linier 1,690 * X50,468 * X220,343 * X40 -0,245 0,371 * X50,263 * X100,722 * X150,539 0,808 * X40,158 * X110,434 * X150,442 0,408 * X50,553 * X160,422 * X180,475 0,388 * X50,461 * X110,587 * X150,463 Linier 0.780 0.764 0.737 0.786 0.619 Adjuste R2 Non Linier 0.605 0.758 0.685 0.751 0.555
78
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Dimana: 1, 2, 3 adalah koefisien X1, X2,X3 Nilai F model (F0) maupun F tabel yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel ANOVA (Lampiran G)
79
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat multikolinieritas atau terjadinya korelasi diantara sesama variabel terpilih. Model regresi yang baik harus tidak ada multikolinieritas (Santoso 2001). Menurut Tabachnick (2001) tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel penentu jika angka condition index < 30 dan angka variance proportion < 0.5. Nilai condition index yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel Collinearity Diagnostic (lampiran G). Hasil dari semua jenis pengujian model linier dan non linier kinerja perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Uji Model Linier dan Non Linier Tanpa Dummy untuk Kinerja Perusahaan Variabel Terikat Jenis Uji
Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X22
Non Linier
0.605 26.013 6.264 3.479 3.390 2.008 34.073 0.758 42.719 5.293 5.809 4.077 1.498 27.457 0.685
Syarat
0.50 19.5 1.671 1.671 1.671 1.67 < d < 2.33 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50
Kesimpulan
Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tidak ada otokorelasi Linier Tidak terdapat multikolinieritas, non linier terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan
Y1
Uji t untuk X40 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X10 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R
Y2
Y3
80
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Variabel Terikat
Uji F
Jenis Uji
Uji t untuk X40 Uji t untuk X11 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5
Non Linier
29.323 4.034 5.334 4.865 1.343 24.473 0.751 40.270 7.141 5.454 3.986 1.472 23.508 0.555 18.059 3.635 3.664 3.486 1.916 27.840
Syarat
19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30 0.50 19.5 1.684 1.684 1.684 1.66 < d < 2.34 < 30
Kesimpulan
Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas Signifikan Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tidak ada otokorelasi Tidak terdapat multikolinieritas
Y4
Uji t untuk X16 Uji t untuk X18 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Adjusted R Uji F Uji t untuk X5 Uji t untuk X11 Uji t untuk X15 Uji Durbin Watson Uji Multikolinieritas (Nilai Condition Index) Sumber: Hasil Olahan
Y5
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa model regresi untuk semua perspektif kinerja perusahaan (Y1 s.d. Y5) baik model regresi linier dan non linier telah memenuhi persyaratan pengujian.
Analisis Residual
Analisis residual dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang didapat. Pengujian normalitas dilakukan dengan plot probabilitas normal. Analisis residual dan grafik analisis residual dapat dilihat lampiran H.
81
Variabel Terikat
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Variabel Bebas
X5, X22, X40 X5, X10, X15 X4, X11, X15 X5, X16, X18 X5, X11, X15
Sumber: Hasil Olahan Keterangan : Y Y Y = Nilai Kualitas Kinerja Perusahaan yang diberikan oleh responden = Y Linier = Y Non Linier
Dari analisa residual pada Tabel 4.12 didapat jumlah total hasil regresi linier dan non linier. Dari kedua jumlah total hasil regresi tersebut, dipilih jumlah total yang mendekati nol, sehingga dipilih model regresi linier.
Penentuan Model
Berdasarkan uji R2, uji F, uji t, dan uji d, model yang dipilih untuk semua perspektif kinerja perusahaan adalah model linier, sebab dalam berbagai uji model tersebut model linier mempunyai nilai Adjusted R2 lebih besar dari model non linier. Variabel-variabel yang mempengaruhi masing-masing perspektif kinerja perusahaan dan rumus model regresi linier dijabarkan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Validasi
Model yang telah ditentukan perlu dilakukan validasi dengan menggunakan 3 sampel yang tidak diikutsertakan dalam pembentukan model. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menilai apakah model yang terbentuk tersebut dapat mewakili populasinya. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan, apakah nilai Y dari ke 3 sampel tersebut masuk dalam nilai confidence interval dan prediction. Model yang telah ditentukan dan akan dilakukan validasi adalah model regresi linier yang mempunyai parameter model regresi linier seperti pada Tabel 4.13.
82
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Variabel Terikat
Model Konstanta X5 X40 X22 Konstanta X5 X10 X15 Konstanta X4 X11 X15 Konstanta X5 X16 X18 Konstanta X5 X11 X15
Koefisien 2.126 0.433 -0.287 0.311 -2.335 0.390 0.550 0.421 -2.543 0.352 0.435 0.617 -2.336 0.555 0.356 0.438 -2.214 0.568 0.407 0.366
SE of Estimate
Y1
0.314
Y2
0.393
Y3
0.134
Y4
0.422
Y5
0.560
t0.025(38) 0.021
(n-k-1)
interval dapat dihitung dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.10 s.d. Tabel 4.14. Tabel 4.14. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Keuangan Sampel 1 X5 Variabel X X22 X40 Y sampel Y model
-1 1/2
5 5 6 4 4.124 0.190 Bawah Atas Bawah Atas 0.656 3.934 4.314 3.468 4.780
Variabel Y
Tabel 4.15. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Bisnis Internal Sampel 1 Variabel X X5 X10 6 3 Sampel 2 6 1 Sampel 3 6 3
83
Variabel Y
Tabel 4.16. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Pelanggan Sampel 1 X40 Variabel X X11 X15 Y sampel Y model 1 4 4 2 2.017 0.056 Bawah Atas Bawah Atas 0.276 1.961 2.073 1.741 2.293 Sampel 2 5 3 1 4 4.034 0.047 0.275 3.987 4.081 3.759 4.309 Sampel 3 5 3 4 5 5.968 0.052 0.276 5.916 6.020 5.692 6.244
Variabel Y
Tabel 4.17. Validasi Model Regresi Linier Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Sampel 1 Variabel X X5 X16 4 3 Sampel 2 5 1 Sampel 3 3 3
84
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Variabel Y
Tabel 4.18. Validasi Model Regresi Linier Kinerja Perusahaan Sampel 1 X5 Variabel X X11 X15 Y sampel Y model 4 3 5 3 3.109 0.197 Bawah Atas Bawah Atas 1.149 2.912 3.306 1.960 4.258 Sampel 2 3 4 5 3 2.948 0.231 1.155 2.717 3.179 1.793 4.103 Sampel 3 6 2 3 3 3.106 0.193 1.148 2.913 3.299 1.958 4.254
Variabel Y
Berdasarkan Tabel 4.14 s.d. Tabel 4.18 terlihat bahwa nilai variabel Y untuk masing perspektif kinerja perusahaan dari ketiga sampel tersebut berada atau masuk dalam confidence interval maupun prediction interval. Sehingga model regresi linier ini telah memenuhi kriteria validasi yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai tengah Y dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa Peningkatan kualitas kualitas manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu berdasarkan model-model yang telah diperoleh dilakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut.
85
Model yang telah diperoleh akan digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu model hubungan antara variabel bebas yaitu Kualitas Manajemen Perusahaan dengan 5 variabel terikat (Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran dan Kinerja Perusahaan) telah dinyatakan valid, berdasarkan uji model (uji t, f, Durbin Watson, residual dan validasi) yang telah dilakukan. Model dari masing-masing variabel terikat disini merupakan model Regresi Berganda Linier yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien positif dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif keuangan. Semakin prestasi keuangan. Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan keuangan. 2. Kinerja Perusahaan Perspektif Proses Bisnis Internal Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif proses bisnis internal. Semakin tinggi kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif proses bisnis internal. akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif tinggi kerja hambatan akan dalam melakukan penurunan penilaian kinerja terhadap perspektif menyebabkan
Semakin
tinggi
kemampuan akan
pimpinan
perusahaan peningkatan
dalam kinerja
menyelesaikan
konflik
menyebabkan
3. Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pelanggan.
86
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya akan menyebabkan peningkatan kinerja tinggi Kemampuan akan pimpinan perusahaan peningkatan dalam kinerja perspektif pelanggan.
Semakin
menyelesaikan
konflik
menyebabkan
perspektif pelanggan. 4. Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Semakin tinggi pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Semakin tinggi dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan akan menyebabkan peningkatan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. 5. Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Model ini mempunyai 3 variabel bebas dengan koefisien negatif, dari model ini dapat dinyatakan bahwa : Semakin tinggi kualitas hasil akhir perusahaan akan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan rencana sumber daya akan menyebabkan perusahaan. Semakin tinggi kemampuan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan perusahaan. Jadi dengan mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor dari manajemen perusahaan yang mempengaruhi kinerja maka akan meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. konflik akan menyebabkan peningkatan kinerja dalam membuat kinerja peningkatan
4.5.
IDENTIFIKASI
VARIABEL
PENENTU
TAMBAHAN
DENGAN DUMMY
Model regresi yang telah diperoleh dan ditentukan melalui proses analisis tersebut mempunyai Adjusted R2<1. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada
87
kemungkinan variabel lainnya yang belum teridentifikasi dalam proses analisis tersebut. Oleh karena itu perlu dicari adanya kemungkinan variabel penentu lainnya yang tidak teridentifikasi dengan cara memasukkan satu atau beberapa variabel dummy ke dalam model yang telah diperoleh sampai model regresi yang terbentuk menghasilkan nilai Adjusted R2=1 atau Adjusted R2 1. Identifikasi terhadap variabel penentu lain yang menggunakan variabel dummy, dilakukan dengan cara memperhatikan scatter plot yang dihasilkan dari grafik model regresi yang telah ditentukan. Selanjutnya dengan melalui tahapan-tahapan seperti yang dijelaskan pada Bab 3, model tersebut dapat diidentifikasikasi. Dari Scatter Plot pada hasil analisi regresi linier Perspektif Kinerja Perusahaan, ditetapkan nilai variabel dummy untuk masing-masing sampel seperti terlihat pada Lampiran C, kemudian dengan memasukkan variabel dummy dilakukan analisis regresi, sehingga didapat nilai Adjusted R21.
Model
regresi
dengan
memasukkan
variabel
penentu
lainnya
mempunyai rumus umum sebagai berikut : Y = 0 + 1.X1 + 2.X2 + 3.X3 Dimana: Y 0 j = Kinerja = Konstanta model regresi = Koefisien model regresi dari variabel Xj. .................... (4.2)
Dengan menggunakan persamaan 4.2, maka model regresi masingmasing perspektif kinerja perusahaan mempunyai persamaan dapat dilihat pada Tabel 4.19.
88
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Tabel 4.19. Model Regresi Berganda untuk Y1 s.d. Y5 dengan Memasukkan Dummy Variabel Terikat Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Keterangan :
Y1 X5 X40 X22 DumX44 DumX21 DumX31 Y2 X10 X15 DumX34 DumX33 DumX27 = = = = = = = = = = = = = Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Kualitas hasil akhir pekerjaan Hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Pengawasan terhadap inventaris perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis Wewenang karyawan terhadap pekerjaan Kinerja Perusahaan Perspektif Bisnis Internal Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kurang adanya reward & punishment terhadap karyawan Tidak adanya kesempatan berpartisipasi menentukan metode dan prosedur Perasaan aman dalam pekerjaan
Model Regresi Berganda 0.677 + 0,494X5 + 0,458X22 - 0,256X40 + 0,212DumX44 + 0,180DumX21 + 0,071DumX31 -2,927 + 0,590X10 + 0,538X15 + 0,581X5 - 0,381DumX34 - 0,246DumX33 + 0,210DumX27 -4,002+0,440X4+0,495X11+0,619X15 + 0,325DumX10+ 0,346DumX35 - 0,207DumX26 + 0,187DumX2 -3,630 + 0,549X5 + 0,430X16 + 0,297X18 + 0,367DumX27 + 0,308DumX36 + 0,177DumX12 -9,851+0,466X5+ ,508X15+ 0,541X11 + 0,344DumX35+1,073DumX36+0,918DumX43+ 0,765DumX2
89
Y3 X4 X11 X15 DumX10 DumX35 DumX26 DumX2 Y4 X5 X16 X18 DumX27 DumX36 DumX12 Y5 X5 X16 X18 DumX35 DumX36 DumX43 DumX2
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Profit yang diperoleh perusahaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kemampuan personil inti dalam menjalankan tugas Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Kurang adanya prestise pekerjaan didalam perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Kualitas hasil akhir perusahaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Perasaan aman dalam pekerjaan Iklim dan suasana perusahaan Kemampuan karyawan dalam menjalankan tugas & kewajiban Kinerja Perusahaan Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Iklim dan suasana perusahaan Pengawasan terhadap keuangan perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar
90
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Berdasarkan persamaan pada Tabel 4.19, dilakukan korelasi variabel dummy terhadap variabel bebas lainnya mempunyai nilai seperti terlihat pada Tabel 4.20. Kriteria variabel penentu lainnya yang dapat mewakili variabel dummy adalah yang mempunyai kolerasi tertinggi dengan dummy dan tidak termasuk dalam kelompok variabel hasil analisis faktor. Tabel 4.20. Korelasi Variabel Bebas Lainnya dengan Dummy
Variabel Terikat Y1 Variabel Bebas X44 X21 X31 X34 X33 X27 X10 X35 X26 X2 X27 X36 X12 X35 X36 X43 X33 Hasil Olahan Dummy1 0.343 0.221 0.386 0.345 0.323 Korelasi terhadap Dummy2 Dummy3 0.525 0.334 0.297 -0.303 0.263 0.264 0.415 0.328 0.355 0.289 Dummy4 0.320 0.320
Y2
Y3
Y4
Y5 Sumber:
distribusi dari variabel-variabel terikat, yang kemungkinan dipengaruhi oleh variabelvariabel bebas. Simulasi Monte Carlo merupakan suatu teknik simulasi untuk situasi yang diliputi ketidakpastian untuk mendapatkan suatu pendekatan, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan.
91
Teknik simulasi dengan Monte Carlo terbukti adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat terutama dalam menganalisis perubahan untuk memperoleh suatu jawaban yang mendekati, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan secara ekonomis. Teknik Monte Carlo sering digunakan dan diterapkan dalam praktek analisis perubahan karena kemampuan analisis dapat mengantisipasi dan menyederhanakan rumusan matematis yang kompleks. Proses simulasi pada penelitian ini dilakukan terhadap ke-5 variabel terikat Y. Simulasi terhadap masing-masing variabel terikat Y tersebut dilakukan sebanyak 3000 iterasi dengan beberapa skenario. Berdasarkan persamaan model regresi linier yang terdapat pada Tabel 4.5 dilakukan analisis simulasi Monte Carlo untuk kinerja perusahaan. Sedangkan skenario yang digunakan untuk proses simulasi terdiri dari 10 skenario untuk masing-masing variabel terikat. Kombinasi yang digunakan untuk beberapa skenario antara lain dinamis, min, mean, dan max. Yang dimaksud dinamis pada skenario ini, bahwa variabel tersebut dianggap berubah sesuai dengan proses simulasi. Sedangkan min, mean, dan max artinya variabel tersebut dianggap statis tidak berubah, dimana angka yang digunakan pada skenario diperoleh dari nilai min, mean dan max variabel berdasarkan sampel yang ada. Penggunaan nilai min, mean, dan max pada skenario ini berfungsi dalam menentukan windows of success dari kinerja perusahaan yang merupakan standar untuk menentukan batas minimal kinerja perusahaan agar tidak terjadi kegagalan serta batasan maksimal dari kinerja perusahaan agar tidak terjadi over heating. Skenario yang digunakan dalam analisis simulasi Monte Carlo dapat dilihat pada Tabel 4.17, sedangkan proses dan hasil analisis secara lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran K. Tabel 4.21 Skenario yang digunakan untuk Proses Simulasi Skenario 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: Hasil Olahan
Xi Dinamis Min Mean Max Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis
Variabel Bebas Xj Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Min Mean Max Dinamis Dinamis Dinamis
Xk Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Dinamis Min Mean Max
92
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Berdasarkan Tabel 4.21, dengan melakukan simulasi sebanyak 3000 iterasi didapat hasil berupa grafik kinerja perusahaan untuk masing-masing perspektif dan kinerja perusahaan jasa konstruksi yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. s.d. Gambar 4.5. Nilai standar kinerja yang digunakan pada penelitian ini adalah 3. dimana kinerja yang nilai kualitasnya diatas 3 berarti lebih dari cukup, sedangkan dibawah 3 dianggap kurang/tidak lulus. Batas antara garis yang ditetapkan (standar kinerja=3) dan batas maksimum kinerja disebut dengan windows of succes. Nilai standar kinerja ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui suatu batasan area kinerja perusahaan yang optimal.
SKENARIO 1 Y1 SKENARIO 2 Y1 SKENARIO 3 Y1 SKENARIO 4 Y1 SKENARIO 5 Y1 SKENARIO 6 Y1 7 SKENARIO 3 Y1 SKENARIO 8 Y1 SKENARIO 9 Y1 SKENARIO 10 Y1 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
Gambar 4.1 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Berdasarkan standar kinerja tersebut dan dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 63% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 37% yang lulus atau berada pada windows of success.
93
Gambar 4.2 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Proses Bisnis Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa skenario 8, kinerjanya sekitar 87.5% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 12.5% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 2, kinerjanya sekitar 82% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 5, kinerjanya sekitar 68.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.
SKENARIO 1 Y3 SKENARIO 2 Y3 SKENARIO 3 Y3 SKENARIO 4 Y3 SKENARIO 5 Y3 SKENARIO 6 Y3 SKENARIO 7 Y3 SKENARIO 8 Y3 SKENARIO 9 Y3 SKENARIO 10 Y3 0.50 1.88 3.25 4.63 6.00
.750 .500
94
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Gambar 4.3 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Pelanggan Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa skenario 8, kinerjanya sekitar 88.5% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 11.5% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 2, kinerjanya sekitar 75.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.
SKENARIO 1 Y4 SKENARIO 2 Y4 SKENARIO 3 Y4 SKENARIO 4 Y4 SKENARIO 5 Y4 SKENARIO 6 Y4 SKENARIO 7 Y4 95 SKENARIO 8 Y4 SKENARIO 9 Y4 SKENARIO 10 Y4 1.00 2.25 3.50 4.75 6.00
.730 .615
Gambar 4.4 Grafik Kinerja Perusahaan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 93% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 7% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 5, kinerjanya sekitar 73% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 8, kinerjanya sekitar 61.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success.
96
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
SKNEARIO 1 Y5 SKENARIO 2 Y5 SKENARIO 3 Y5 SKENARIO 4 Y5 SKENARIO 5 Y5 SKENARIO 6 Y5 SKENARIO 7 Y5 SKENARIO 8 Y5 SKENARIO 9 Y5 SKENARIO 10 Y5 3.5000 4.7500 6.0000
.615
Gambar 4.5 Grafik Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa skenario 2, kinerjanya sekitar 90% berada pada area kurang atau tidak lulus dari windows of success. Hal ini berarti hanya 10% yang lulus atau berada pada windows of success. Untuk skenario 8, kinerjanya sekitar 76% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Sedangkan skenario 5, kinerjanya sekitar 61.5% berada pada area tidak lulus dari windows of success. Berdasarkan Gambar 4.1 s.d. 4.5, terlihat overlay chart suatu windows of success. Asumsi skenario input data yang dilakukan untuk proses simulasi ini untuk mendapatkan windows of success dari kinerja perusahaan jasa konstruksi. Dari kelima Gambar 4.1 s.d. 4.5, didapatkan bahwa berdasarkan skenario yang dibuat ternyata kinerja perusahaan masih bisa ditingkatkan lagi, seperti ditunjukkan oleh masingmasing grafik cummulative probability, dimana mulai dari skenario 1 sampai skenario 10 terjadi perubahan grafik, yang menghasilkan perbedaan ketajaman dari grafik cummulative density function (CDF) dan standard deviasi yang dihasilkan juga cukup kecil sehingga level of confidence terhadap expected value cukup konsisten. Untuk mendukung hasil skenario diatas, berikut ini dilakukan juga analisis terhadap luasan dari overlay chart yang dihasilkan untuk masing-masing skenario. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah formula probability density function (PDF) menjadi cummulative density function (CDF). Selanjutnya luasan area yang dihasilkan dengan batasan integral, diperhitungkan melalui bantuan software MatchCad 2001.
97
Salah satu elemen terpenting dalam modeling untuk proses simulasi adalah pertama, mengidentifikasi probabilitas data dan mendapatkan fungsi distribusi statistik yang tepat untuk input data. Kedua, menginterpretasi hasil dari proses simulasi. Metode simulasi yang digunakan untuk mendapatkan distribusi kinerja perusahaan jasa konstruksi akan dipengaruhi oleh penilaian terhadap distribusi statistik dari masing-masing komponen kinerja. Oleh sebab itu, penggunaan simulasi Monte Carlo untuk mendapatkan PDF dan CDF dari komponen kinerja sangat diperlukan. Menurut Alberts (Alberts 1972) ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penerapan fungsi distribusi statistik untuk keperluan estimasi kinerja perusahaan jasa konstruksi, meliputi:
1.
2. 3.
Probability density function (PDF) yang diusulkan harus lebih dari satu Asumsi distribusi yang dipergunakan, memiliki nilai lebih besar dari nol Distribusi probabilitas relatif sangat mudah dipergunakan
Ada beberapa distribusi probabilitas yang relevan dengan persyaratan di atas. Tetapi, pada bagian berikut ini akan didiskusikan distribusi probabilitas yang paling sesuai dan sering dipergunakan oleh peneliti, seperti: distribusi normal, distribusi lognormal, dan distribusi triangular. Secara umum bentuk probability density function (PDF) untuk distribution normal adalah
f ( x) =
1 2 2
2 2 e ( x ) / ( 2 )
untuk - x
Sedangkan cumulative density function (CDF) untuk distribusi normal memiliki bentuk sebagai berikut:
F ( x) =
2 2 1 e ( y ) / 2 dy 2
Bentuk PDF dan CDF dari distribusi normal (Gauss distribution) atau disebut juga dengan bell shape distribution, seperti ditunjukan pada gambar 4.6.
f(x) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -3
98
-2
-1
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
PDF dan CDF dari distribusi normal yang terstandardisasi dengan nilai mean ( )= 0 dan standar deviasi ( 2) = 1 atau N(0,1). Sehingga secara umum distribusi normal memiliki 2 (dua) parameter utama, yaitu mean, dan standar deviasi, 2. Kedua parameter utama ini sangat diperlukan sebagai input data yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi permasalahan umum (general cases) karena: 1) Jenis distribusi ini telah distudi secara intensif dan standardisasi CDF-nya sudah tertabulasi, 2) Dari central limit theorem, disebutkan bahwa jumlah dari banyak aspek permasalahan mendekati distribusi normal, 3) Sangat sering dipergunakan sebagai asumsi input data dimana tidak terdapat data aktual untuk mendapatkan distribusi yang sesuai sebagai input data (Alberts 1972). Walaupun penggunaan distribusi normal relatif mudah untuk menginvestigasi setiap kondisi permasalahan secara umum baik sebagai asumsi input data maupun sebagai suatu bentuk algorithm untuk mengestimasi PDF dari kinerja perusahaan, tetapi menurut Alberts (Alberts 1972) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan distribusi normal untuk estimasi kinerja perusahaan jasa konstruksi: 1. 2. Jumlah variabel yang termasuk dalam pembentukan model (sekitar 15 variabel) Tidak ada variabel yang lebih dominan Coefficient of variation setiap variabel relatif kecil, kurang dari 0,25 untuk total biaya
3. 4.
5.
Skewness dari setiap variabel tidak terlalu besar Tidak ada variabel dominan yang memiliki korelasi yang kuat.
99
b ( x)
1 2
2
( 2 )
2
dx
Keterangan: a = batas bawah area b = batas atas area = nilai mean dari kinerja perusahaan = standar deviasi
100
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Perhitungan Luasan untuk Perspektif Keuangan: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.1, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 4 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif keuangan dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.913; =0.496.
Perhitungan Luasan untuk Perspektif Proses Bisnis: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.2, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif proses bisnis internal dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.507; =0.681.
1.25
( x3.507 )
1 2 0.681
2
( 2 0.681 2)
dx 1.25
( x3.507 )
1 2 0.681
2
( 2 0.681 2)
dx 3.5
( x3.507 )
1 2 0.681
2
( 2 0.681 2)
dx = 0.268
0.268
101
Perhitungan Luasan untuk Perspektif Pelanggan: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.3, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif pelanggan dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.406; =0.787.
0.5
( x3.406 )
1 2 0.787
2
( 2 0.787 2)
dx 0.5
( x3.406 )
1 2 0.787
2
( 2 0.787 2)
dx 3.125
( x3.406 )
1 2 0.787
2
( 2 0.787 2)
dx = 0.058
0.058
Perhitungan Luasan untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran: Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.4, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.602; =0.796.
6 ( x3.602 )
1 2 0.796
2
( 2 0.796 2)
dx 1
3 ( x3.602 )
1 2 0.796
2
( 2 0.796 2)
dx 3.25
( x3.602 )
1 2 0.796
2
( 2 0.796 2)
dx = 0.104
0.104
102
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Berdasarkan grafik overlay chart pada Gambar 3.5, wilayah yang masuk ke dalam windows of success dibatasi oleh 3 wilayah. Dimana batas bawah dan batas atas yang digunakan untuk kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat dari perhitungan luas area dibawah ini, sedangkan = 3.618; =0.731.
1.313
( x3.618 )
1 2 0.731
2
( 2 0.731 2)
dx 1.313
( x3.618 )
1 2 0.731
2
( 2 0.731 2)
dx 4.10
( x3.618 )
1 2 0.731
2
( 2 0.731 2)
dx = 0.546
0.546
Dari hasil analisis untuk mendapatkan luasan windows of success, terlihat bagaimana luasan area (probability) yang dihasilkan yang dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Luasan windows of success Kinerja Perusahaan No. 1. 2. 3. 4. 5. Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Windows of success (Probability) 0.121 0,268 0,058 0,104 0,546
103
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat terlihat bahwa luas area windows of success yang paling sempit atau kecil adalah kinerja perusahaan perspektif pelanggan, sedangkan luas area windows of success yang paling besar adalah kinerja perusahaan jasa konstruksi. Semakin sempit luas area windows of success maka akan semakin sulit dan kompleks dalam melakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Masing-masing windows of success yang didapatkan dari hasil simulasi tersebut merupakan suatu area mengenai penetapan bobot untuk masing-masing komponen kinerja perusahaan. Luasan yang dihasilkan merupakan windows of success yang perlu dilakukan pertimbangan secara terintegrasi dengan baik untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Windows of success ini sangat berguna: pertama, sebagai pedoman (reference point) bagi perusahaan jasa konstruksi untuk menetapkan masing-masing bobot komponen kinerja perusahaan. Terjadi dimana pun bobot komponen kinerja perusahaan asalkan masih berada di dalam batasan area tersebut merupakan nilai yang optimal. Kedua, sebagai alat kontrol semua komponen kinerja. Apabila salah satu bobot komponen kinerja perusahaan keluar dari area tersebut berarti telah terjadi kesalahan baik dari perhitungan, penetapan bobot, strategi dan lain-lain, sehingga harus cepat dicarikan solusi yang baik. Bagaimanapun juga, jelaslah, dari analisis skenario di atas mengindikasikan bahwa dengan adanya windows of success ini, menunjukan bahwa range estimate untuk komponen kinerja perusahaan tersebut masih bisa ditingkatkan baik dari rentang maupun dari tingkat akurasinya.
4.7. TEMUAN-TEMUAN
Dari model regresi berganda mengenai hubungan antara faktor-faktor pada manajemen perusahaan dengan kinerja perusahaan, yang dihasilkan dari analisis data terhadap 40-50 sampel dari masing-masing perspektif kinerja perusahaan, telah diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1.
Model regresi yang dihasilkan untuk masing-masing perspektif kinerja perusahaan adalah model regresi linier, karena nilai Adjusted R2 model linier > nilai Adjusted R2 non linier, dengan rincian sebagai berikut :
Kinerja Perusahaan Perspektif Keuangan Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pelanggan Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Kinerja Perusahaan
Adjusted R2 Linier 0.780 0.764 0.737 0.785 0.619 Non Linier 0.605 0.758 0.685 0.751 0.555
104
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
2.
Berdasarkan hasil analisis residual dari model regresi linier dan non linier untuk masing-masing perspektif kinerja perusahaan, menunjukkan bahwa model linier lebih mendekati nol sehingga dipilih model linier.
3.
Dari hasil regresi variabel penentu kualitas manajemen perusahaan dan kontribusinya terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat pada adalah :
Tabel 4.23. Variabel Penentu dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kode Variabel Terikat Kode X5 Y1 Perspektif Keuangan X22 X40 X5 Y2 Perspektif Proses Bisnis Internal X10 X15 X4 Y3 Perspektif Pelanggan X11 X15 X5 Y4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran X16 X18 X5 Y5 Kinerja Perusahaan X11 X15 Sumber: Hasil Olahan Variabel Penentu Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menanggapi persaingan Hambatan dalam melakukan penilaian terhadap prestasi kerja Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan personil inti dalam menjalankan fungsi tugas Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kemampuan untuk mendapatkan laba Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kualitas hasil akhir pekerjaan Pengarahan terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan Dukungan dan dorongan dari pimpinan perusahaan terhadap karyawan Kualitas hasil akhir pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat rencana sumber daya Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik Kontribusi 43% 32% 25% 37% 31% 32% 40% 36% 24% 42% 32% 26% 45% 27% 28%
4.
Variabel penentu kualitas manajemen perusahaan lainnya yang belum teridentifikasi dan dikelompokkan ke dalam dummy adalah :
105
Tabel 4.24. Variabel Penentu Lainnya Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kode Variabel Terikat Perspektif Keuangan Dummy 1 Y1 2 3 Y2 Perspektif Proses Bisnis Internal 1 2 3 1 Y3 Perspektif Pelanggan 2 3 4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 1 2 3 1 2 Y5 Kinerja Perusahaan 3 4 Sumber: Hasil Olahan Kode X44 X21 X31 X34 X33 X27 X10 X35 X26 X2 X8 X36 X11 X35 X36 X43 X33 Variabel Penentu Lainnya Pengawasan terhadap inventaris kantor Kemampuan pimpinan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis Wewenang karyawan terhadap pekerjaan Kurang adanya reward & punishment terhadap karyawan Kurangnya Kesempatan berpartisipasi untuk menentukan metode dan prosedur Perasaan aman dalam pekerjaan Kemampuan personil inti dalam menjalankan tugas Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Kurangnyanya prestise pekerjaan didalam perusahaan Mempertimbangkan dan menganalisa situasi pasar Kinerja dan produktifitas karyawan Iklim dan suasana pekerjaan Kemampuan pimpinan perusahaandalam membuat rencana sumber daya Kualitas penghargaan perusahaan terhadap karyawan Iklim dan suasana pekerjaan Pengawasan terhadap keuangan karyawan Kesempatan berpartisipasi menentukan metode dan prosedur
Y4
5.
Dari simulasi Monte Carlo didapatkan hasil Gambar 4.1 s.d. Gambar 4.5, bahwa nilai kualitas kinerja perspektif keuangan, proses bisnis, pelanggan, pertumbuhan dan pembelajaran, serta kinerja perusahaan jasa konstruksi berkisar antara :
Berdasarkan
Tabel
4.25,
dapat dilihat
bahwa
kualitas
dari
kinerja
perusahaan yang optimal harus berada di dalam range: min-max. Apabila kualitas kinerja perusahaan berada dibawah nilai min, hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut kinerja perusahaan sangat buruk sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan. Sedangkan jika nilai kualitas kinerja
106
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
perusahaan berada di atas nilai max, juga tidak begitu bagus, hal ini dikarenakan jika kinerjanya terlalu tinggi akan dapat menyebabkan over heating. Skala pengukuran yang digunakan dalam menilai baik buruknya kinerja perusahaan dapat dilihan pada Tabel 4.26.
107
kinerja keuangan. Sistem mutu ISO 9000 perusahaan jasa konstruksi untuk semua perspektif mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Menurut analisis yang dilakukan Flynn et al (1995), sistem mutu ISO 9000 adalah standar kunci yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang ingin meningkatkan infrastruktur kualitas kinerjanya. jangka Hasilnya panjang adalah dengan menunjukkan pelanggan, bahwa (hubungan dukungan
manajemen puncak, manajemen tenaga kerja, hubungan jangka panjang dengan pemasok, dan sikap kerja) berpengaruh terhadap kualitas manajemen, kualitas manajemen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif. Berdasarkan hasil analisis, kinerja perusahaan yang belum memiliki sistem mutu ISO 9000 lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dalam proses mendapatkan ISO 9000. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kinerja ini dikarenakan personil, manajemen, dan organisasi perusahaan yang sedang dalam proses mendapatkan ISO 9000 perlu menyesuaikan dengan kondisi infrastruktur serta menerapkan standarisasi yang baru, sehingga berakibat menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sellenheim (1991) yang mengatakan bahwa sistem mutu yang akan diterapkan oleh suatu perusahaan harus dipicu oleh permintaan pasar, fleksibel untuk berubah, sederhana dan mudah dipahami, mempertimbangkan faktor finansial dan non finansial dan juga memberikan penegasan yang positif.
108
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Sedangkan Kaizen (1994) menyatakan bahwa kualitas atau mutu merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai baik buruknya kinerja perusahaan secara internal maupun eksternal. Joseph M. Juran dan K, Ishikawa juga menyatakan bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan serta pemenuhan harapan atau kepuasan pelanggan. Peningkatan mutu akan dapat mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi perusahaan jasa konstruksi, antara lain: peningkatan kinerja, reputasi, reability, pangsa pasar, peningkatan produk, peningkatan harga, peningkatan keuntungan serta penghematan biaya. Dalam manajemen, menurut Ivancevich (1997) fungsi-fungsi dasar manajemen yang sangat penting yaitu: perencanaan, pengorganisasian, serta pengendalian. Perencanaan yang baik akan menghasilkan produk atau jasa yang baik pula, dimana buruknya perencanaan dapat menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan. Analisis regresi berganda yang dilakukan menghasilkan model regresi linier, dengan variabel yang paling signifikan terhadap semua kinerja (keuangan, proses bisnis, pelanggan, pertumbuhan dan pembelajaran serta kinerja perusahaan jasa konstruksi) terdiri dari: kualitas hasil akhir pekerjaan yang termasuk dalam kelompok perencanaan, serta kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik (pengorganisasian), serta variabel penentu yang cukup signifikan yaitu kemampuan pimpinan perusahaan dalam membuat perencanaan sumber daya (pengorganisasian). Pada variabel pertama menunjukkan bahwa semakin baik kualitas hasil akhir pekerjaan maka akan semakin tinggi kinerja perusahaan jasa konstruksi. Hal ini mendukung Kaplan dan Norton (1996) yang menyatakan bahwa kualitas yang baik dapat meningkatkan kinerja pelanggan yang juga mempengaruhi kinerja keuangan, proses bisnis internal, serta kinerja perusahaan sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan daya saing. Hasil analisis yang dilakukan oleh Benson et al (1991) dan didukung oleh hasil analisis Madu et al (1996) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja perusahaan, dimana kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada variabel kedua dan ketiga, kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik dan dalam membuat perencanaan sumber daya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Menurut Kerzner (1998), semakin tinggi kemampuan pimpinan perusahaan dalam merencanakan, mengarahkan,
109
memimpin, berkomunikasi dan mengelola informasi untuk menentukan kebutuhan sumber daya maka akan semakin meningkat kinerja perusahaan. Berdasarkan pengelompokkan variabel, diketahui bahwa kualitas hasil akhir perusahaan pimpinan merupakan bagian dari perencanaan. konfilik Sedangkan dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan kualitas
perusahaan dalam membuat perencanaan sumber daya merupakan bagian dari pengorganisasian. Hal ini berarti bahwa perencanaan dan pengorganisasian merupakan variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan jasa konstruksi. Menurut Terry (1982), perencanaan merupakan bagian yang penting dalam proses manajemen. Dimana buruknya perencanaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan fungsi lain dari manajemen yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah pengorganisasian.
110
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kontribusi dari masing-masing perspektif kinerja terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan Kaplan dan Norton (1996) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan jasa konstruksi dipengaruhi oleh keempat perspektif tersebut.
111
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, temuan-temuan, pembahasan serta interpretasi terhadap penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja serta menganalisa seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan. 2. Kontribusi kualitas hasil akhir pekerjaan terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi lebih besar dibandingkan faktor-faktor lain dari manajemen perusahaan. Sedangkan faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap peningkatan kinerja yaitu kualitas pimpinan perusahaan dalam menyelesaikan konflik dan dalam membuat rencana sumber daya.
5.2. SARAN
Sedangkan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil-hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar terjadinya peningkatan kinerja jika kualitas manajemen perusahaan ditingkatkan. 2. Untuk beberapa perspektif kinerja, jenis perusahaan kontraktor (BUMN dan swasta) tidak mempunyai konstruksi, pengaruh yaitu yang signifikan terhadap dan kinerja perusahaan jasa perspektif keuangan perspektif
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
pelanggan
sedangkan
perspektif
proses
bisnis
internal
dan
perspektif
pertumbuhan & pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya.
113
3.
Untuk semua perspektif kinerja, sistem mutu iso 9000 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya.
4.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa mean rank kinerja perusahaan perspektif keuangan, proses bisnis internal, pelanggan serta pertumbuhan dan pembelajaran yang belum memiliki ISO 9000 ternyata lebih tinggi dari kinerja perusahaan yang dalam proses ISO 9000. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang sedang dalam proses ISO 9000, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu tersebut dan seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja perusahaan kontruksi.
5.
Pada penelitian selanjutnya, dapat dikembangkan suatu penelitian yang lebih spesifik, yang meneliti batasan-batasan minimum dan maksimum suatu kinerja perusahaan jasa konstruksi yang dipengaruhi oleh manajemen perusahaan dengan menggunakan metode simulasi.
6.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila kinerja perusahaannya ditingkatkan dengan menggunakan metode penelitian studi kasus serta metode analisis optimasi agar diperoleh suatu keuntungan maksimum.
7.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat mengukur tindakan koreksi yang harus dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi supaya kinerja perusahaan bisa berada dalam area windows of success.
8.
Pada penelitian lebih lanjut, dapat dibuat suatu sistem yang menggunakan program komputer yang dapat mendeteksi apakah kinerja perusahaan yang ingin dilihat berada pada windows of success dan dapat merekomendasikan suatu tindakan yang harus dilakukan agar dapat daya menghasilkan saing, suatu perusahaan yang memiliki kemampuan berkelanjutan,
berkembang, serta mempunyai kemampuan mendapatkan laba. 9. Pada penelitian selanjutnya, dalam menentukan windows of success dari kinerja perusahaan jasa konstruksi perlu dilakukan dengan lebih akurat dengan menentukan batasan-batasan wilayah secara lebih detail dengan
114
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
115
REFERENSI
1. 2. 3.
Allen, R. K. (1998). Professional Practice Survey Results. Journal of Management in Engineering July/August. Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta. Barrie, D. S. (1992). Professional Construction Management, Mc Graw-Hill.
4. Barrie, S., Donald and B. C. Paulson (1984). Proffesional Construction Management Second Edition, McGraw-Hill, Inc.
5. 6. 7.
Basyah Siregar, A. and A. Samadhi (1987). Manajemen, Institut Teknologi Bandung. Borcheding, J. D. and G. Douglas (1981). Work Force Motivation and Productivity on Large Jobs. ASCE Journal of the Construction Division Sept: 443452. Bounds, G. e. a. (1994). Beyond Total Quality Management: Toward the Emerging Paradigm. New York, McGraw-Hill.Inc. 8. Bryman, A. and D. Cramer (1997). Quantitative Data Analysis with SPSS for Windows. London, Routledge.
9.
Campbell, A. and K. Tawadey (1992). Mission and Bussiness Philosophy. Butterworth-Heinemann, Oxford. 10. Chung, K. H. (1987). Critical Success Factors, Allyn and Bacon, Inc. 11. Cleland, D. I. and R. Gareis (1994). Global Project Management Handbook, MacGraw Hill Book Inc.
12. Clough,
R. H. (1986). Construction Contracting. Canada, John Wiley & Sons, Inc. Fifth Edition.
13. Cushway, B. and D. Lodge (1993). Organisational Behaviour and Design. 14. David, F. R. (2002). Strategic Management: Concepts and Cases, Prentice Hall.
15. Decisioneering, I. (1993). Crystal Ball user's manual. Denver, Colorado, Decisioneering, Inc. 16. Dillon, W. R. and M. Goldstein (1984). Multivariate Analysis Methods and Application. New York, John Willey & Sons.
17. Draper, N., Smith,H (1966). Analisis Regresi Terapan. Jakarta, Gramedia. 18. Drucker, P. (1968). The Practice of Management. London, Pan Books.
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
19. Evans, J. R. and D. L. Olson (1998). Introduction to Simulation and Risk Analysis. New Jersey, Prentice Hall.
22. Genaga,
23. Gibson, Ivancevich, et al. (1985). Organization, Bussiness Publications, Inc. 24. Goodwin,
R. S. C. (July 1993). Skill Required of Effective Project Manager. Journal of Management in Engineering Vol.9, No.3.
27. Howel,
G. H. and Parker (1989). Productivity Improvement in Construction Human Behavior as a Factor in Construction Productivity, B.J.C. a. J.M Morris.
28. Ivancevich, J. M. e. a. (1997). Management Quality & Competitiveness. 29. Jaafari, 30. Kadin
A. (2000). Construction Business Competitiveness and Global Benchmarking. Journal of Management in Engineering Vol. 16, No. 6 November/December. (2002). Industri Jasa Konstruksi di Indonesia. Jakarta, Kompartemen Jasa Konstruksi, Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi, Kadin Indonesia.
31. Kaizen (1994). Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 32. Kaming, 33. Kaplan, 34. Kast,
P. F., P. O. Olomolaiye, et al. (1997). Factors Influencing Construction Time and Cost Overruns on High-Rise Projects in Indonesia. Construction Manajement and Economics 15: 83-94. R. S. and D. Norton (1996). Balanced Scorecard Translating Strategy Into Action, Harvard Business School Press. F. E. and J. E. Rosenzweig (2002). Organization and Management, McGraw-Hill, Inc.
35. Katz, D. A. (1982). Economic Theory and Application. New Jersey, Prentice Hall
Inc.
36. Kerzner,
H. (1998). Project Management: A system Approach to Planning, Scheduling and Controlling, John Willey & Sons.
37. Kotler, P. (1984). Marketing Management, Prentice Hall, Inc. 38. Kotter, J. P. and J. L. Heskett (1992). Corporate Culture and Performance. New
York, The Free Press A Division Simon & Schuster, Inc.
T. and B. Kenny (2000). The Role of Professional Development in Simulating Change in Small Growing Businesses. CPD Journal Vol. 3. (2003). Profile and Directory of Indonesian Companies ISO Certificate. Jakarta, LIPBI (Lembaga Informasi Pembangunan & Bisnis Indonesia.
117
41. Maloney,
W. F. (1997). Strategic Planning for Human Resource Management in Construction. Journal of Management in Engineering Vol. 13, No. 3 May/June.
42. Mulyadi (2001). Balance Scorecard. Jakarta, Salemba Empat. 43. Naoum,
S. G. D. (1999). Dissertation Research and Writing for Construction Students. London, Butterworth-Heinemann.
44. O'Brien, J. J. Z., R.G. (1991). Contractor Management Handbook, McGraw Hill,
Inc.
45. Oglesby,
46. Pinnington,
A. and T. Edward (2000). Introduction to Human Resource Management. New York, Oxford University Press.
Competitive Strategy Techniques for analyzing Industries and Competitors. New York, A Division of Simon & Schuster Inc.
48. Radke, M. (1972). Manual of Cost Reduction Techniques, McGraw-Hill. 49. Riley,
M. J. and D. Clare-Brown (2001). Comparison of Cultures in Construction and Manufacturing Industries. Journal of Management in Engineering Vol. 17 No. 3 July.
S. P. (1998). Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. New Jersey, Prentice Hall, Inc. A. D. and A. Fayek (1994). Automated Corrective Action Selection Assistant. ASCE-Journal of Construction Engineering and Management 120(No. 1 March): 11-33. R. (1990). Statistic for business and Economics. Singapore, McGraw-
53. Santoso, S. (2001). SPSS Versi 10. Jakarta, Elex Media Komputindo.
54. Sellenheim, M., R (1991). Performance Measurement. 55. Siegel, S. (1990). Statistik Non Parametrik. Jakarta, Gramedia. 56. Smith,
P. L. (1992). Professionalism: Cornerstone of Engineering. Journal of Proffesional Issues in Engineering Vol. 118, No.3, July.
I. (1995). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta, Erlangga. H. G. (2003). Usulan Disertasi Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia.
61. Suardi, R. (2003). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta, PPM. 62. Sudarto
(2003). Sistem Bisnis Perusahaan Yang Ideal Yang Mendorong Industri Konstruksi di Indonesia, Pra Proposal Penelitian Program Doktor Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia.
118
Pengaruh Kualitas Manajemen Perusahaan Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
63. Supranto, J. (1988). Statistik Teori dan Aplikasi. E. Kelima. Jakarta, Erlangga. 64. Supriyono, 65. Suraji,
R. A. (1999). Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis, BPFE-Yogyakarta. A. (2003). Peta Kesiapan Industri Jasa Konstruksi Menuju Liberalisasi Perdagangan Jasa Konstruksi. Proceeding Seminar Nasional Peran Jasa Industri Era Otonomi Daerah dan AFTA/AFAS, Aryaduta Hotel, Jakarta, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
66. Sutjipto
Strategi
67. Syamsudin
Press.
68. Tabachnick, B. G. and L. S. Fiddel (2001). Using Multivariate Statistics 4th Edition, Ally and Bacon. 69. Tan, W. (1995). Research Methods in Real Estate & Construction. Singapore, National University.
H., M.Si (2003). Manajemen Modern untuk Sektor Publik. Yogyakarta, Balairung & Co. L., Rao J. Tatikonda (1998). We Need Dynamic Performance
72. Teng,
Hall, Inc.
73. Terry, G. R., Ph.D (1986). Asas-asas Manajemen. Bandung, PT. Alumni.
74. Touran,
A. and E. P. Wiser (1992). Monte Carlo Technique with Correlated Random Variables. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE 113(2): 258 - 272.
75. Trigunarsyah,
B., Harris, A.J, Asiyanto (2003). Pengaruh Faktor-Faktor Penunjang sistem Bekisting Peri pada Pelaksanaan Konstruksi bangunan Bertingkat Struktur Beton terhadap Kinerja Waktu Proyek. Jurnal Teknologi No.3, Tahun XVII September. 76. Trisnowardono, N., Drs.B.E (2002). Menuju Usaha Jasa Konstruksi yang Handal. Jakarta, Abdi TANDUR. 77. Triwidodo, B. e. a. (1997). ISO 9000 untuk Kontraktor. P. P. Perumahan. Jakarta, Gramedia.
79. Turner,
Hill.
R. E. and R. H. Myers (1993). Probability and Statistics for Engineers and Scientists. 5th Edition. New Jersey, Prentice Hall. J. F. and T. E. Copeland (1991). Managerial Finance, The Dryden
82. Wideman,
R. E. and R. H. Myers (1992). Project and Program Risk Management. A Guide to Managing Project Risk and Opportunities. Pennysylvania, Project Management Institute.
119
83. Witherell,
William. (2000). "Corporate Governance: a basic foundation for the global economy", in OECD Observer.
J. (1980). Industrial Organisation: Theory and Practice, Oxford Univercity Press. F. a. (1973). Statistical Tables for Biological Agricultural and Medical Research. Homewood, Illinois, Dorsey Press.
86. Yin, R. K. (1994). Case Study Research. Design and Methods. New Delhi, Sage
Publications. Vol. 5.
87. Young,
D., C. Duffield, et al. (1999). Manajemen Proyek dari Konsepsi sampai Penyelesaian. North Melbourne, Engineering Education Australia.
120