You are on page 1of 5

Akuntansi Belanja Berdasarkan SAP Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi

ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Klasifikasi Belanja 1. Klasifikasi belanja berdasarkan Permendagri 13/2006 digunakan untuk penyusunan APBD 2. Klasifikasi belanja berdasarkan SAP digunakan untuk penyusunan Laporan Realisasi APBD (LRA) Berikut perbandingan antara struktur belanja menurut SAP dan APBD berdasarkan Permendagri 13/2006 No SAP APBD (PP No. 24 tahun 2005) (Permendagri No. 13 tahun 2006 1 Belanja Operasi Belanja Tidak Langsung - Belanja Pegawai - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Bunga - Bunga - Belanja Subsidi - Subsidi - Belanja Hibah - Hibah - Belanja Bantuan sosial - Bantuan sosial - Belanja bagi hasil kepada Propinsi/Kabupaten/Kota & Pemerintah Desa - Belanja bantuan keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota & Pemerintah Desa - Belanja tidak terduga 2 Belanja modal Belanja Langsung - Belanja Pegawai - Belanja barang dan jasa - Belanja modal 3 Belanja Tak Terduga Kewenangan SKPD dalam penganggaran dan pelaksanaan belanja meliputi : a. Belanja tidak langsung: hanya belanja pegawai (gaji dan tunjangan) Belanja tidak langsung selain belanja pegawai merupakan kewenangan PPKD dalam penganggaran dan pelaksanaannya b. Belanja langsung : Belanja langsung hanya dianggarkan di SKPD, tidak dianggarkan di PPKD Pihak-pihak yang terlibat dalam akuntansi pendapatan : 1. PPK SKPD : Bertanggung jawab atas pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan di SKPD 2. Bendahara Pengeluaran SKPD : Menyampaikan LPJ dan bukati transaksi belanja SKPD kepada PPK SKPD 3. Bendahara Pengeluaran pembantu SKPD : menyampaikan LPJ dan bukti transaksi belanja SKPD/UPT kepada PPK SKPD melalui bendahara pengeluaran SKPD 4. PPKD sebagai BUD : megelola APBD secara keseluruhan termasuk mengontrol pertanggungjawaban belanja SKPD

Prinsip-prinsip (kebijakan) Akuntansi Belanja Daerah a. Belanja diakui pada saat kas dibayarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja c. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan 2 (dua) jurnal. Dokumen sumber yang digunakan No Transaksi Belanja 1 Belanja dengan mekanisme LS

Dokumen Sumber

Belanja dengan mekanisme UP/GU/TU

Penerimaan PFK

Penyetoran PFK

- SP2D LS - Kwitansi - Daftar gaji dan tunjangan - Bukti pengeluaran lainnya - SP2D UP/GU/TU - SPJ dan LPJ Bendahara pengeluaran - Buku Kas Umum - Bukti transaksi : Kwitansi, daftar honor, sppd - SP2D - Kwitansi - Daftar honor - Faktur pajak - Bukti potongan - Surat Tanda Setoran (STS) - Bukti transfer

Lampiran Dokumen Sumber - SPM - SPD - Berita acara serah terima barang/jasa

- SPM - SPD - Bukti transaksi lainnya

Jurnal Standar Transaksi Belanja SKPD Akuntansi Pusat Cabang sebagaimana telah disinggung diatas berlaku untuk transaksi belanja sebagai berikut : 1. Aliran kas keluar dari Kasda ke SKPD untuk pemberian uang persediaan atau dana tambah uang persediaan (bukti transaksi : SP2D-UP/GU/TU) 2. Aliran kas keluar dari Kasda ke SKPD untuk pembayaran gaji langsung dan tunjangan (bukti transaksi : SP2D-LS Gaji dan Tunjangan) 3. Aliran kas keluar dari Kasda ke rekanan untuk membayar kegiatan yang dianggarkan oleh SKPD (bukti transaksi : SP2D-LS Barang dan Jasa) 4. Aliran kas masuk dari SKPD ke Kasda untuk pengembalian sisa dana UP dan TU (bukti transaksi : Surat Tanda Setoran/STS) Berikut contoh akuntansi belanja pada SKPD dan hubungannya antara SKPD dan BUD a. Akuntansi Uang Persediaan (UP) 1. Pembentukan UP Misalkan SKPD Dinas XXX menerima transfer untuk membentuk UP dari Kasda sebesar Rp. 150.000.000 pada awal bulan Januari 2008

a. Jurnal SKPD Dinas XXX Tgl Akun Kas di Bendahara Pengeluaran RK-PPKD b. Jurnal SKPD BUD Tgl Akun RK-PPKD Dinas XXX Kas di Kasda

Debit 150.000.000

Kredit 150.000.000

Debit 150.000.000

Kredit 150.000.000

2. SKPD membayar dengan UP Misalkan SKPD XXX membayar pembelian ATK sebesar Rp. 11.000.000 maka jurnal yang dibuat oleh SKPD Dinas XXX adalah sebagai berikut : Tgl Akun Debit Kredit Belanja ATK 11.000.000 Kas di BP 11.000.000 Misalkan dari contoh belanja ATK tersebut bendahara memungut PPN sebsar Rp. 1.000.000 dan memotong PPh sebesar Rp. 150.000 jurnal yang dibuat oleh SKPD Dinas XXX adalah : Tgl Akun Debit Kredit Kas di Bendahara Pengeluaran 1.150.000 Utang PPN & PPh 1.150.000 Jika potongan/pungutan pajak tersebut disetorkan ke Kas Negara, maka jurnal yang dibuat oleh SKPD Dinas XXX adalah : Tgl Akun Debit Kredit Utang PPN dan PPh 1.150.000 Kas di BP 1.150.000 3. SKPD menerima penggantian UP Misalkan pengeluaran UP yang dipertanggungjawabkan dan dimintakan penggantiannya sebesar Rp. 90.000.000 maka jurnal yang dibuat adalah : Tgl Akun Debit Kredit Kas di Bendahara Pengeluaran 90.000.000 RK-PPKD 90.000.000 4. Bendahara Pengeluaran SKPD menyetor sisa UP Misalkan pada 30 Desember 2008, Bendahara Pengeluaran SKPD Dinas XXX menyetorkan setoran sisa UP sebesar Rp. 5.500.000, maka berdasarkan STS (surat tanda setoran) penyetoran sisa UP tersebut dibuat jurnal : a. Juran Dinas XXX Tgl Akun Debit Kredit RK-PPKD 5.500.000 Kas di BP 5.500.000 b. Jurnal yang dibuat oleh SKPKD-BUD Tgl Akun Kas di Kasda RK-PPKD Dinas XXX

Debit 5.500.000

Kredit 5.500.000

b. Akuntansi untuk pembayaran dari dana Tambah Uang (TU) Apabila dalam satu bulan terdapat kegiatan yang membutuhkan pembayaran belanja cukup besar dan jumlah UP dianggap tidak memadai, maka SKPD dapat mengajukan tambahan uang persediaan (TU). Akuntansi untuk penerimaa, penggunaan dan pertanggungjawaban dana TU pada dasarnya sama dengan akuntansi UP seperti diatas, perbedaannya hanya pada sifat bahwa dana TU tidak bersifat revolving, artinya apabila kegiatannya telah selesai dan semua belanja telah dibayarkan, maka TU tersebut harus segera dipertanggungjawabkan dan sisa dana TU (bila ada) segera disetorkan ke Kasda. Pada akuntansi dana TU tidak ada transaksi pengganti/pengisian kembali dana TU yang telah terpakai. c. Akuntansi untuk pembayaran langsung (LS) Contoh belanja yang biasanya dibayarkan secara LS adalah belanja tidak langsung seperti belanja gaji dan tunjangan, belanja subsidi, belanja bunga utang dan belanja tidak langsung lainnya. Disamping itu belanja LS tertentu seperti belanja modal dan/atau belanja langsung lainnya yang jumlahnya relatif besar (diatur dengan peraturan Kepala Daerah) harus dibayar secara LS. Untuk belanja LS, potongan pajak (PPN/PPh) umumnya langsung dipotong oleh BUD, namun demikian jumlah belanja yang dicatat dalam akuntansi SKPD adalah jumlah brutonya. Misalkan, Dinas XXX menerima SP2D LS untuk belanja modal komputer sebesar Rp. 33.000.000, PPN Rp. 3.000.000 dan PPh Rp. 450.000 dipotong langsung oleh BUD Jurnalnya dalah : 1. Jurnal Dinas XXX Tgl Akun Debit Kredit Belanja Modal Komputer 33.000.000 RK-PPKD 33.000.000 Catatan : Belanja modal tersebut harus dibuatkan jurnal korolari (bertambahnya aset), Jurnalnya berikut : Komputer 33.000.000 Diinvestasikan dalam aset tetap 33.000.000 2. Jurnal yang dibuat oleh SKPKD-BUD Tgl Akun RK-Dinas XXX Kas di Kasda Kas di Kasda Utang PPN Utang PPh

Debit 33.000.000

Kredit 33.000.000

3.450.000 3.000.000 450.000

d. Akuntansi koreksi pengembalian belanja Koreksi kelebihan belanja LS pada periode yang sama Contoh: Gaji yang dibayar untuk seorang pegawai bulan Oktober 2008 sebesar Rp. 2.450.000 seharusnya Rp. 2.045.000, jadi ada kelebihan bayar belanja sebesar Rp. 405.000. kelebihan tersebut dikembalikan oleh pegawai yang bersangkutan ke bendahara pengeluaran pada Nopember 2008. Selanjutnya bendahara menyetorkan ke rekening kas daerah Jurnal koreksi di SKPD adalah : Tgl Akun Debit Kredit RK-PPKD 405.000 Belanja Gaji 405.000 4

Koreksi kelebihan belanja LS pada periode yang berbeda Tgl Akun Debit Kredit RK-PPKD 405.000 Pendapatan lain-lain 405.000 Koreksi kelebihan belanja UP pada periode yang sama Contoh: Honor yang dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD (dari UP) untuk seorang pegawai bulan Oktober 2008 sebesar Rp. 2.450.000 seharusnya Rp. 2.045.000, jadi ada kelebihan bayar belanja sebesar Rp. 405.000. kelebihan tersebut dikembalikan oleh pegawai yang bersangkutan ke bendahara pengeluaran pada Nopember 2008. Jurnal koreksi di SKPD adalah : Tgl Akun Debit Kredit Kas di Bendahara Pengeluaran 405.000 Belanja Honor 405.000 Koreksi kelebihan belanja UP pada periode yang berbeda Jurnal koreksi di SKPD adalah : Tgl Akun Debit Kas di Bendahara Pengeluaran 405.000 Pendapatan lain-lain (Jurnal penerimaan kembali kelebihan belanja oleh bendahara pengeluaran SKPD) RK-PPKD 405.000 Kas di Bendahara Pengeluaran (Jurnal penyetoran ke rek Kasda)

Kredit 405.000

405.000

You might also like