You are on page 1of 17

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan dan lika-liku hidup manusia yang sangat rumit dan berliku, membuat Al-Qur'an sebagai satu-satunya jalan yang pasti bagi kehidupan yang penuh kedamaian dan ketentraman. Allah menurunkan kitab-Nya Al-Qur'an untuk pedoman dan undang-undang bagi kaum muslimin dalam mengarungi liku-liku hidupnya. Dengan pantulan sinarnya, hati mereka akan menjadi terang dan petunjuknya mereka akan mendapatkan jalan yang lempang. Dari ajaran-ajarannya yang lurus serta undangundangnya yang bijaksana mereka dapat memetik suatu hal yang membuat mereka dalam puncak kebahagiaan dan keluhuran. Al-Qur'an akan mengangkat mereka ke puncak keagungan dan kesempurnaan, membiasakan mereka untuk mengendalikan roda kemanusiaan, membuat mereka menjadi penghulu dan leluhur dalam arena kehidupan ini sehingga mereka dapat berjalan bersama-sama bangsa lain menuju hidup bahagia dan mulia serta mengantarkan mereka menuju lembah ketenteraman, ketenangan dan kedamaian. Tidaklah diragukan lagi bahwa nilai hidup manusia dewasa ini berada dalam kegelapan, kebinasaan dan kejahilan, tenggelam dalam samudra penyelewengan dan terlena dalam pendewaan pada harta dan benda. Tidak ada lagi jalan yang dapat menyelamatkanya kecuali Islam, dengan jalan mengambil petunjuk ajaran-ajaran AlQur'an dan undang-undangnya yang sangat bijaksana. Di dalamnya terdapat seluruh aspek dan unsur kebahagiaan manusiawi yang telah digariskan berdasarkan pengetahuan Allah yang Maha Bijaksana. Secara mudah dan jelas bahwa melaksanakan ajaran-ajaran ini tidaklah akan berhasil kecuali dengan memahami dan menghayati Al-Qur'an terlebih dahulu serta berpedoman atas nasihat dan petunjuk yang tercakup di dalamnya. Yang demikian tidak akan tercapai tanpa penjelasan dan perincian hasil yang dikehendaki oleh ayatayat Al-Qur'an. Itulah yang kami maksudkan dengan Ilmu Tafsir, khususnya pada masa kini dimana bakat retorika bahasa Arab telah rusak dan spesialisasi bidang ini telah lenyap binasa sampai keturunan-keturunan Arab sendiri.

Tafsir sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Katakan saja, corak penafsiran al-Quran adalah hal yang tak dapat dihindari. M.Quraish Shihab, mengatakan bahwa corak penafsiran yang dikenal selama ini, antara lain [a] corak sastra bahasa, [b] corak filsafat dan teologi, [c] corak penafsiran ilmiah, [d] corak fiqih atau hukum, [e] corak tasawuf, [f] bermula pada masa Syaikh Muhammad Abduh [1849-1905], corak-corak tersebut mulai berkembang dan perhatian banyak tertuju kepada corak satra budaya kemasyarakatan. Yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat al-Quran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah didengar1. Sebagai bandingan, Ahmad As, Shouwy, dkk., menyatakan bahwa secara umum pendekatan yang sering dipakai oleh para mufassir adalah: [a] Bahasa, [b] Konteksantara kata dan ayat, [c] Sifat penemuan ilmiah2. Corak penafsiran Quran tidak terlepas dari perbedaan, kecenderungan, inters, motivasi mufassir, perbedaan misi yang diemban, perbedaan ke dalaman [capacity] dan ragam ilmu yang dikuasai, perbedaan masa, lingkungan serta perbedaan situasi dan kondisi, dan sebagainya. Kesemuanya menimbulkan berbagai corak penafsiran yang berkembang menjadi aliran yang bermacam-macam dengan metode-metode yang berbeda-beda. Tafsir adalah kunci untuk membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam Al-Qur'an. Tanpa tafsir orang tidak akan bisa membuka gudang simpanan tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata yang ada di dalamnya, sekalipun orangorang berulangkali mengucapkan lafazh Al-Qur'an dan membacanya disepanjang pagi dan petang.

1 2

M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan al-Quran. Bandung: Mizan. hlm. 72. Ibid. hlm. 72-73. [Penjelasan: [a] Corak sastra bahasa, yang timbul akibat banyaknya orang-orang non-Arab yang memeluk agama Islam, serta akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keinstimewaan dan kedalaman arti kandungan alQuran. [b] Corak filsafat dan teologi, akibatnya penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi sementara pihak, serta akibat masuknya penganut agama-agama lain ke dalam Islam yang dengan sadar atau tanpa sadar masih mempercayai beberapa hal dari kepercayaan lama mereka. Kesemuanya menimbulkan pendapat setuju atau tidak setuju yang tercermin dalam penafsiran mereka. [c] Corak penafsiran ilmiah: akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsiran untuk memahami ayat-ayat al-Quran sejalan dengan perkembangan ilmu. [d] Corak fiqih atau hukum: akibat berkembangnya ilmu fiqih, dan terbentuknya mazhab-mazhab fiqih, yang setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiaran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum. [e] Corak tasawuf: akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai reaksi dari kecenderungan berbagai pihak terhadap materi, atau sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan. [f] Bermula pada masa Syaikh Muhammad Abduh [1849-1905], corak-corak tersebut mulai berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada corak sastra budaya kemasyarakatan [Quraish Shihab. Ibid. hlm. 72-73].

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kajian kitab-kitab tafsir al-qur'an yang terpopuler? 2. Bagaimana biografi para mufassir dan metodologi penelitian tafsirnya?

C. Tujuan Dengan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka penyusun bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kajian kitab-kitab tafsir yang terpopuler. 2. Untuk mengetahui bagaimana para mufassir dan metodologi penelitian tafsirnya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Kitab-Kitab Tafsir Terpopuler Dari sejumlah buku tafsir yang banyak jenisnya, beberapa diantaranya beredar dan populer di kalangan umat Islam dan dipergunakan sebagai rujukan umum. Setidaknya, ada 24 karya tafsir yang masuk dalam kategori kitab tafsir utama. Karya tafsir populer tersebut sebagai berikut. 1) Jami' al-Bayan fi Tafsir Alquran atau Tafsir at-Tabari disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari. Kitab ini terdiri atas 30 jilid. Tafsir at-Tabari sangat terkenal di kalangan mufasir yang datang sesudahnya karena kitab tersebut menjadi rujukan pertama, terutama dengan adanya penafsiran naqli (berdasarkan Alquran dan hadis Rasulullah SAW). Kajian penafsirannya meliputi nasikh dan mansukh, tarjih riwayat, keterangan kualitas hadis antara shahih dan dhaif, Irob Al-quran dan istinbath (memberi kesimpulan) terhadap ayat-ayat hukum. 2) Kitab tafsir Bahr al-Ulum karya Abu al-Lais Nasr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi, ahli fikih Mazhab Hanafi yang terkenal dengan panggilan Imam al-Huda. Dalam menulis tafsir ini, Al-Imam menempuh jalan penafsiran para sahabat dan tabiin. Beliau banyak mengutip komentar mereka tetapi tidak menyebut sanad-sanadnya. Beliau menegaskan bahwa seseorang tidak boleh menafsirkan Al-Quran semata-mata dengan rasionya sendiri sedang ia tidak mengerti kaedah-kaedah bahasa dan kondisi di saat Al-Quran itu turun. Ia harus memahami betul ilmu tafsir terlebih dahulu. Ada tiga naskah Bahr al-Ulum. Satu naskah terdiri atas tiga jilid dan terdapat di Dar alKutub al-Misriyyah (Mesir). Dua naskah lainnya masing-masing terdiri atas dua dan tiga jilid serta terdapat di perpustakaan Universitas Al-Azhar. 3) Al-Kasyf wa al-Bayan 'an Tafsir Alquran disusun oleh As-Sa'labi atau Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim as-Sa'labi an-Naisaburi. Kitab ini terdiri atas beberapa jilid. Namun, hingga kini, hanya jilid pertama sampai dengan jilid keempat yang dapat ditemui di perpustakaan Al-Azhar. 4) Ma'alim at-Tanzil ditulis oleh Abu Muhammad al-Husain bin Masud bin Muhammad al-Farra' al-Bagawi. Selain dalam bidang tafsir, ia adalah ulama

terkemuka dalam bidang fikih dan hadis. Tafsir ini merupakan tafsir sederhana yang hanya terdiri atas satu buku. Dalam menafsirkan Al-Quran beliau mengutip atsar para salaf dengan meringkas sanad-sanadnya. Beliau juga membahas kaedah-kaedah tata bahasa dan hukum-hukum fiqh secara panjang lebar. Tafsir ini juga banyak memuat kisah-kisah dan cerita sehingga kita juga bisa menemukan diantaranya kisah-kisah Israiliyat yang ternyata batil (menyelisihi syariat dan tak rasional). Namun secara umum, tafsir ini lebih baik dan lebih selamat dibanding sebagian kitab-kitab tafsir bil matsur lain. 5) Al-Muharrir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz disusun oleh Ibnu Atiah atau Abu Muhammad Abdul Haqq bin Galib bin Atiah al-Andalusi al-Magribi alGarnati. Karya Ibnu Atiah ini masih berbentuk manuskrip dan terdiri atas 10 jilid dan yang tersimpan di Dar al-Kutub al-Misriyyah (Mesir). Saat ini, karya tersebut hanya terdiri atas empat jilid (jilid tiga, lima, delapan, dan 10). Untuk mendukung penafsirannya, Ibnu Atiah mengemukakan contoh penggunaan kata dalam sastra Arab disertai uraian yang berhubungan dengan nahu, kiraah, dan arti kata. Ibnu Khaldun menilai tafsir ini paling tinggi validitasnya. Adapun Ibnu Taimiyah dalam fatwanya mengungkapkan,tafsir Ibnu Atiyyah lebih baik dibandingkan tafsir Az-Zamakhsyari, lebih shahih dalam penukilan dan pembahasannya. Juga lebih jauh dari bidah 6) Tafsir Alquran al-Azim disusun oleh Ibnu Kasir. Kitab ini merupakan kitab tafsir riwayat yang sangat populer dan dipandang sebagai kitab tafsir terbaik kedua setelah kitab tafsir at-Tabari. Ibnu Kasir menafsirkan ayat Alquran berdasarkan hadis Nabi SAW yang dilengkapi dengan sanad dan sedikit penilaian terhadap rangkaian sanad hadis. Beliau menempuh metode tafsir bil matsur dan benar-benar berpegang padanya. Ini diungkapkan sendiri oleh beliau dalam muqaddimah tafsirnya : bila ada yang bertanya, apa metode penafsiran yang terbaik? Jawabannya, metode terbaik ialah dengan menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran. Sesuatu yang global di sebuah ayat diperjelas di ayat lain. Bila engkau tidak menemukan penafsiran ayat itu, carilah di As-Sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Al-Quran. Bahkan Imam SyafiI menegaskan bahwa semua yang ditetapkan oleh Rasulullah saw, itulah hasil pemahaman beliau terhadap Al-Quran. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab dengan kebenaran, agar engkau memutuskan perkara di antara manusia dengan apa

yang Allah ajarkan kepadamu. (QS. An-Nisa 105) dan Rasul saw bersabda: sesungguhnya aku diberikan Al-Quran dan bersamanya yang semisal (Assunnah). Murid Imam Ibnu Taimiyah ini menafsirkan dengan menyertakan ilmu al-Jarh wa at-tadil. Hadis-hadis mungkar dan dhoif beliau tolak. Terlebih dahulu beliau menyebutkan ayat lalu ditafsirkan dengan bahasa yang mudah dipahami dan ringkas. Kemudian disertakan pula ayat-ayat lainnya sebagai syahidnya. Beberapa ulama setelah beliau telah mengambil inisiatif menulisnya dalam bentuk mukhtasar (ringkasan). Bahkan hingga saat ini. 7) Al-Jawahir al-Hisan fi Tafsir Alquran disusun oleh as-Sa'alibi atau Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Makhluf as-Sa'alibi al-Jaza'iri al-Magribi al-Maliki, seorang penganut Mazhab Maliki. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab tafsir Ibnu Atiah disertai dengan beberapa tambahan yang diambil dari tafsir-tafsir ulama sebelumnya. 8) Ad-Durr al-Mansur fi at-Tafsir al-Ma'tsur karya as-Suyuti terdiri atas enam jilid. Ia menyebutkan, kitab tafsir ini berisi penafsiran Rasulullah SAW. Di dalamnya, terdapat sepuluh ribu hadis, baik yang marfu' maupun yang mauquf (yang disandarkan kepada sahabat). Uraian dalam tafsir dikaitkannya pula dengan masalah kebahasaan, seperti i'rab, balagah, dan badi' (keindahan susunan kata Alquran). Tafsir ini pada dasarnya adalah ringkasan dari kitab Tarjuman Al-Quran yang beliau karang sendiri. Beliau bermaksud meringkas hadis-hadis dengan hanya menyebutkan matannya saja tanpa menyertakan sanad yang panjang. Ini untuk menghindari kebosanan. Imam As-Suyuthi menulis tafsir ini dengan mengutip riwayat-riwayat dari Albukhori, Mulim, An-NasaI, At-Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Jarir, Ibnu Hatim dan lain-lain. Namun beliau tidak memilah antara riwayat shahih dan dhaif bahkan mencampur keduanya. Padahal beliau terkenal sebagai ahli riwayat dan sangat memahami seluk beluk ilmu hadis. Sehingga terkesan aneh bila kemampuan tersebut tidak dioptimalkan dalam tafsir ini. Namun berbeda dengan kitab tafsir lainnya, tafsir ini merupakan satu-satunya tafsir bil matsur yang hanya memuat hadits-hadits saja. 9) Mafatih al-Gaib disusun oleh Fakhruddin ar-Razi. Kitab ini terdiri atas delapan jilid. Kedelapan jilid tersebut pada hakikatnya tidak disusun seluruhnya oleh ar-Razi. Menurut Ibnu Qadi (ahli tafsir), ar-Razi tidak pernah menyusun tafsirnya itu secara lengkap dari awal hingga akhir, melainkan dilakukan oleh beberapa mufasir lain.

10)Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil adalah kitab tafsir yang disusun oleh Abdullah bin Umar al-Baidawi. Dalam kitab ini, al-Baidawi mengombinasikan tafsir dan takwil sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Dalil yang ditetapkannya didasarkan atas kaidah ahlusunnah waljamaah. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab tafsir az-Zamakhsyari. 11)Lubab at-Ta'wil fi Ma'ani at-Tanzil disusun oleh Imam Abdullah bin Muhammad yang terkenal dengan nama al-Khazin. Kitab ini ditulis dengan redaksi yang sederhana sehingga mudah dipahami. Dalam penafsirannya, alKhazin menggunakan beberapa riwayat dan cerita untuk memperkuat argumentasinya serta tidak lupa mencantumkan sumbernya. 12)Madarik at-Tanzil wa Haqa'iq at-Ta'wil disusun oleh al-Alim az-Zahid Abdullah bin Ahmad an-Nasafi. Tafsir ini bentuknya lebih ringkas dan lebih sederhana dari kitab tafsir yang lain. Di dalamnya, dijelaskan segi-segi i'rab dan kiraah suatu ayat. Di samping itu, dijelaskan juga keindahan balagah-nya. 13)Gara'i Alquran wa Raga'ib al-Furqan disusun oleh Nizamuddin al-Hasan Muhammad an-Naisaburi. Keistimewaan kitab tafsir ini terletak pada pembahasannya yang sistematis serta dilengkapi dengan susunan redaksi yang mudah dipahami. Pembahasan penafsiran dalam kitab ini difokuskan pada dua hal, yaitu kiraah dan makna yang tersirat (isyari). Dalam tafsir ini, diuraikan juga secara lebih dalam hal-hal yang berhubungan dengan persoalan kalam (teologi), kauniyah (alam semesta), dan filsafat serta tasawuf. 14)Tafsir Jalalain disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti. Kitab tafsir ini terdiri atas dua jilid. 15)As-Siraj al-Munir fi al-I'anah ala Ma'rifah Ba'd Ma'ani Kalam Rabbina alHakim al-Khabir atau as-Siraj al-Munir karya Syamsuddin Muhammad bin Muhammad asy-Syarbini. Kitab tafsir ini banyak menerangkan masalah kiraah, i'rab, dan hadis. Asy-Syarbini juga mengemukakan munasabah antara ayat dan ayat, masalah fikih, dan riwayat isra'iliyyat. Dalam penafsirannya, ia banyak mengikuti penafsiran Fakhruddin ar-Razi. 16)Irsyad al-Aql as-Salim ila Mazaya al-Kitab as-Salim disusun oleh Abu Su'ud bin Muhammad al-Amidi. Kitab tafsir ini menekankan masalah kebahasaan dan kemukjizatan Alquran dari segi munasabah antara ayat dan kiraah, dan

hal-hal yang berkaitan dengan kaidah bahasa Arab. Riwayat isra'iliyyat dan masalah fikih kurang ditampilkan dalam kitab tafsir ini. 17)Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Alquran al-Azim wa as-Sab'i al-Masani disusun oleh Syihabuddin Mahmud al-Alusi. Masalah yang ditonjolkan dalam kitab tafsir ini berkaitan dengan masalah kauniah, nahu, fikih, kiraah, munasabah antara ayat dan ayat, dan sebab turunnya ayat. 18)Al-Kasysyaf an Haqa'iq at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil atau al-Kasysyaf disusun oleh az-Zamakhsyari terdiri atas empat jilid. Kitab tafsir ini sangat menekankan aspek balagah. 19)Majma' al-Bayan bi 'Ulum Alquran disusun oleh Abu Ali a-Fadl bin Hasan bin Fadl atau yang lebih dikenal dengan at-Tabarsi. Kitab ini terdiri atas 10 jilid. Dalam setiap surat, dikemukakan bahwa tempat surat itu diturunkan dan perbedaan jumlah ayatnya dan kiraahnya. Di samping itu, dikemukakan pula masalah persoalan kebahasaan, hukum, dan takwilnya. Ditampilkan pula persoalan sebab turunnya ayat. 20)Tanzih Alquran an al-Mata'in karya Abdul Jabbar bin Ahmad al-Hamdani, seorang mufasir Muktazilah. Kitab tafsir ini dimulai dengan penafsiran surat Alfatihah sampai dengan surat Annas. Penafsiran didasarkan atas kelompok ayat yang mengandung satu masalah. Penjelasannya menyangkut masalah susunan bahasa Alquran dan masalah yang tidak sesuai dengan akidah Muktazilah. 21)Gurar al-Fawaid wa Durar al-Qala'id bi al-Muhadarat disusun oleh Abu Qasim Ali at-Tahir Abu Ahmad al-Husain. Kitab tafsir ini merupakan kumpulan ceramah yang disampaikan oleh al-Murtada as-Sarif dalam berbagai forum pertemuan yang mengkaji masalah tafsir, hadis, dan bahasa. Kitab ini hanya mencakup penafsiran sebagian ayat yang kebanyakan berkaitan dengan akidah. Sang penulis mengutamakan penafsiran ayat yang mendukung dan sesuai dengan akidah Muktazilah yang dianutnya. 22)Al-Bahr al-Muhit disusun oleh Asiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Hayyan yang terdiri atas delapan jilid. Kitab ini dipandang sebagai referensi pertama dan terpenting yang berkaitan dengan masalah nahu. Kitab ini juga memaparkan perbedaan pendapat para ulama nahu tentang suatu masalah. Dalam kitab tafsir ini, juga dijelaskan sebab turunnya ayat, nasikh dan mansukh, masalah kiraah, dan aspek balagah-nya. Selain itu,

dikemukakan masalah hukum yang terkandung dalam ayat-ayat ahkam (hukum). 23)Tafsir Alquran disusun oleh Sayid Abdullah Alawi, seorang penganut Syiah Imamiah. Kitab tafsir ini menampilkan berbagai uraian yang sesuai dengan prinsip dan ajaran Syiah Imamiah. Kitab ini juga menjelaskan masalah teologi, balagah Alquran, lafal-lafalnya, dan aspek tata bahasa yang terdapat di dalamnya. 24)At-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa asy-Syari'ah wa al-Manhaj disusun oleh Wahbah az-Zuhaili. Kitab ini merupakan karya mufasir mutakhir yang terdiri atas 32 jilid. Uraian kitab tafsir ini lebih komprehensif, baik dari segi akidah, syariat, maupun fikih.

B. Biografi Para Mufassir dan Metodologi Penelitian Tafsirnya. 1. Al-Thabary Biografi Nama lengkap beliau adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Al-Thabary. Beliau lahir di Amil pada tahun 225 H, dan wafat pada 28/10/310 H pada hari Ahad. Pada usia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an 30 juz, pada usia 9 tahun beliau sudah mulai menulis hadis serta selalu mengadakan perjalanan intelektual ke negeri-negeri ulama. Beliau terkenal dengan kekuatannya dalam menghafal dan selalu faham dengan perkataan gurunya dalam menafsirkan berbagai disiplin ilmu. Khatib berkata: Ia adalah salah satu imam umat, perkataannya menjadi hukum dan pendapatnya selalu menjadi rujukan. Abu Abbas juga menambahkan: Ia adalah seorang faqih dan alim. Metode Tafsirnya Metode beliau dalam menafsirkan Al-Qur'an adalah metode Tafsir bil Ma'tsur. Tafsirnya berisi tentang munasabah dan makna-makna logika dalam ayat, serta mencantumkan hikmah dari kandungan mufradatnya. Beliau juga merujuk pada kaidah 7 ahruf. Selain beliau membubuhkan hadis Nabi, atsar dan aqwal tabi'in, beliau juga menjelaskan nama-nama Al-Qur'an, surah serta ayat-ayatnya.

10

Beliau terkenal wara' dalam menafsirkan, rajin dalam persiapannya dan gembira setelah menulisnya. Salah satu ciri tafsirnya adalah terdapat israilliyat dan ditambahkan opini pribadi di dalamnya, sehingga tafsirnya ada yang berpendapat belum memenuhi hajat kontemporer. 2. Fakh Al-Razy Biografi Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Husein bin Hasan bin Ali Al-Qurasy At-Taimy Al-Bakry, Ath-Thabaratany, Ar-Razy, bergelar Fakhruddin dan dikenal juga dengan sebutan Ibnu Al-Khathib. Beliau lahir pada 15 Ramadhan tahun 544 H dan wafat pada 606 H di Ray, ada yang mengatakan 605 H, tapi yang paling kuat adalah pendapat yang pertama akibat banyaknya buku yang meriwayatkan demikian. Beliau melakukan perjalanan intelektualnya ke Kharazmi dan Khurasan. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri. Sebab pemahaman masyarakat pada masanya masih dangkal tentang agama, maka beliau menyusun tafsir yang dapat membuka cakrawala pemikiran masyarakat lebih mengangkasa. Ibnu Khilkan berkata: sesungguhnya Ar-Razy mengumpulkan segala gharib dan gharibah dalam tafsirnya. Adz-Dzahaby menambahkan keistimewaan tafsir beliau adalah munasabah antara sebagian ayat dengan lainnya, antara surah dengan lainnya secara detail. Metode Tafsirnya Metode penafsiran beliau adalah tahlily ataupun ilmy. Menghimpun pendapat beberapa ulama tafsir dari kalangan sahabat maupun setelahnya. Mengutamakan munasabah antara surah dengan yang lainnya berdasarkan hikmah, membahas secara detail tentang ayat-ayat kauniyah yang dihubungkan dengan kalam tauhid aqliyah lainnya.. membubuhkan banyak pendapat filosof kalam setelah beliau menyaringnya serta telah merujuknya pada kitab-kitab hadis. Bila beliau menyebut ayat tentang hukum, beliau menyebutkan semua pendapat 4 Imam Madzhab, namun lebih cenderung pada madzhab Syafi'i.

11

Penfsiran beliau dapat dikatakan membahas seluruh aspek keilmuan secara meluas, sehingga hampir melupakan tentang ilmu tafsir di dalamnya. 3. Asy-Syahid Sayyid Quthb Biografi Beliau lahir di kampung Musyah, kota Asyuf, Mesir pada tahun 1906. beliau dibesarkan dalam sebuah keluarga yang menitikberatkan pada ajaran Islam dan mencintai Al-Qur'an. Beliau telah bergelar hafizh sebelum berumur 10 tahun. Metode Tafsirnya Metode penafsiran beliau adalah memandan Al-Qur'an sebagai satu kesatuan yang komprehensif, dimana masing-masing bagian mempunyai keterkaitan dan kesesuaian, menekankan pesan-pesan pokok Al-Qur'an dalam memahaminya. Beliau berpendapat bahwa salah satu tujuannya menyusun tafsir adalah untuk merealisasikan pesan-pesan Al-Qur'an dalam kehidupan nyata. Beliau juga menerangkan korelasi antara surat yang ditafsirkan dengan surat sebelumnya, sangat hati-hati terhadap israiliyat dan meninggalkan masalah ikhtilaf dalam ilmu fiqh dan tidak mau membahasnya lebih jauh, serta tidak membahas masalah kalam atau filsafat. 4. Zamakhsyary Biografi Nama lengkapnya adalah Al-Qasim Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyary. Lahir pada bulan Rajab 467 H dan wafat pada tahun 538 H. Beliau melkukan perjalan ilmiahnya ke Baghdad, Khurasan dan Quds. Metode beliau adalah membawa penafsiran ayat-ayat aqidah ke dalam payung Mu'tazilah. Orientasi linguistik merupakan orientasi utama, melihat dan memperhatikan setiap mufradat suatu ayat untuk mengetahui makna yang diinginkan. Selain beliau menafsirkan secara majazy tentang ayat mutasyabih, beliau mengaitkan ayat dengan realitas. Keistimewaan tafsirnya adalah memiliki keindahan bahasa, sehingga menjadi rujukan dalam aspek linguistik Al-Qur'an, namun beliau lebih fanatik terhadap madzhabnya-Mu'tazilah-, sehingga mengklaim kitab tafsirnya sebagai kitab

12

yang terbenar dibanding lainnya serta lebih mengutamakan akal dan aqidahnya dari hadis shahih dan qira'at mutawattir. 5. Hamka Biografi Nama lengkapnya adalah H. Abdul Malik Karim Amrullah, lahir di tanah Sirah 16 Januari 1908. guru pertama beliau adalah ayah beliau sendiri, yang notabene berdarah orang shaleh mulai dari buyutnya. Metode Tafsirnya Metode penafsiran yang beliau gunakan alah tahlily yang di padukan dengan aspek sastra dan sosila budaya. Antara naqly dan aqly, beraliran salafiyah yang bernuansa sufistik. Lebih terpengaruh dengan metode penafsiran Sayyid Quthb yang mengedepankan munasabah, mencantumkan asbabun nuzul, mufradat dan susunan kalimat. Sebagai tafsir pribumi yang monumental dalam sejarah, sehingga banyak menjadi rujukan dalam masalah sosial dan tasawwuf, walaupun banyak aspek ilmu yang tidak terbahas di dalamnya. 6. Muhammmad Abduh dan Rasyid Ridha Biografi Rasyid Ridha lahir di Qalmun, 27/5/1282 H, dan wafat pada tahun 1935 M. Setelah tamat di Kuttab beliau melanjutkan studinya pada Madrasah Ibtidaiyyah, satu tahun kemudian beliau pindah ke sekolah Islam Husain AlJisr. Beliau belajar hadis hingga khatam kepada Mahmud Nasyabah hingga bergelar Voltaire, kemudian dilanjutkan ke Abdul Ghani Ar-Rafi di tambah ilmu ushul dan logika. Muhammad Abduh banyak mempengaruhi pola pikirnya. Beliau membagi waktunya untuk belajar dan ibadah, sehingga kurang waktunya untuk tidur ataupun istirahat. Beliau adalah ahli hadis dan memiliki cakrawala akal yang mendalam. Metode Tafsirnya Metode tafsirnya adalah menafsirkan ayat-ayat secara adab ijtima'i, meninggalkan ayat-ayat mutasyabihat dan mubhamat. Selain beliau

13

menafsirkan Al-Quran secara kontemporesasi, beliau juga menafsirkan ayatayat menurut logikanya. Kelebihan tafsirnya adalah mampu merombak kehidupan manusia yang masih banyak mengikuti taqlid, mengajak manusia untuk lebih maju dalam peradaban, membantu menyebarkan ajaran Islam dari segi pemahaman dakwah dan amal. Namun tafsirnya juga memiliki kekurangan, yaitu hanya berlatar belakang Mesir dan tidak mendunia, diantara hadis yang sudah dianggap shahih secara mutawatir dianggapnya tidak shahih.

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari sejumlah kitab tafsir yang banyak jenisnya, beberapa diantaranya beredar dan populer di kalangan umat Islam dan dipergunakan sebagai rujukan umum. Setidaknya, ada 24 karya tafsir yang masuk dalam kategori kitab tafsir utama. Karya tafsir populer tersebut sebagai berikut. 1) Jami' al-Bayan fi Tafsir Alquran atau Tafsir at-Tabari disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari. 2) Kitab tafsir Bahr al-Ulum karya Abu al-Lais Nasr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi, ahli fikih Mazhab Hanafi yang terkenal dengan panggilan Imam al-Huda. 3) Al-Kasyf wa al-Bayan 'an Tafsir Alquran disusun oleh As-Sa'labi atau Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim as-Sa'labi an-Naisaburi. 4) Ma'alim at-Tanzil ditulis oleh Abu Muhammad al-Husain bin Masud bin Muhammad al-Farra' al-Bagawi. 5) Al-Muharrir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz disusun oleh Ibnu Atiah atau Abu Muhammad Abdul Haqq bin Galib bin Atiah al-Andalusi al-Magribi al-Garnati. 6) Tafsir Alquran al-Azim disusun oleh Ibnu Kasir. 7) Al-Jawahir al-Hisan fi Tafsir Alquran disusun oleh as-Sa'alibi atau Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Makhluf as-Sa'alibi al-Jaza'iri al-Magribi al-Maliki, seorang penganut Mazhab Maliki. 8) Ad-Durr al-Mansur fi at-Tafsir al-Ma'tsur karya as-Suyuti terdiri atas enam jilid. Ia menyebutkan, kitab tafsir ini berisi penafsiran Rasulullah SAW. 9) Mafatih al-Gaib disusun oleh Fakhruddin ar-Razi.

15

10) Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil adalah kitab tafsir yang disusun oleh Abdullah bin Umar al-Baidawi. 11) Lubab at-Ta'wil fi Ma'ani at-Tanzil disusun oleh Imam Abdullah bin Muhammad yang terkenal dengan nama al-Khazin. 12) Madarik at-Tanzil wa Haqa'iq at-Ta'wil disusun oleh al-Alim az-Zahid Abdullah bin Ahmad an-Nasafi. 13) Gara'i Alquran wa Raga'ib al-Furqan disusun oleh Nizamuddin alHasan Muhammad an-Naisaburi. 14) Tafsir Jalalain disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin asSuyuti. 15) As-Siraj al-Munir fi al-I'anah ala Ma'rifah Ba'd Ma'ani Kalam Rabbina al-Hakim al-Khabir atau as-Siraj al-Munir karya Syamsuddin Muhammad bin Muhammad asy-Syarbini. 16) Irsyad al-Aql as-Salim ila Mazaya al-Kitab as-Salim disusun oleh Abu Su'ud bin Muhammad al-Amidi. 17) Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Alquran al-Azim wa as-Sab'i al-Masani disusun oleh Syihabuddin Mahmud al-Alusi. 18) Al-Kasysyaf an Haqa'iq at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil atau alKasysyaf disusun oleh az-Zamakhsyari terdiri atas empat jilid. 19) Majma' al-Bayan bi 'Ulum Alquran disusun oleh Abu Ali a-Fadl bin Hasan bin Fadl atau yang lebih dikenal dengan at-Tabarsi. 20) Tanzih Alquran an al-Mata'in karya Abdul Jabbar bin Ahmad alHamdani, seorang mufasir Muktazilah. 21) Gurar al-Fawaid wa Durar al-Qala'id bi al-Muhadarat disusun oleh Abu Qasim Ali at-Tahir Abu Ahmad al-Husain. 22) Al-Bahr al-Muhit disusun oleh Asiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Hayyan yang terdiri atas delapan jilid. 23) Tafsir Alquran disusun oleh Sayid Abdullah Alawi, seorang penganut Syiah Imamiah. 24) At-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa asy-Syari'ah wa al-Manhaj disusun oleh Wahbah az-Zuhaili.

16

2. Para mufassir yang terkenal dengan metodologi penelitian tafsirnya antara lain: 1) Al-Thabary. Metode beliau dalam menafsirkan Al-Qur'an adalah metode Tafsir bil Ma'tsur. 2) Fakh Al-Razy. Metode penafsiran beliau adalah tahlily ataupun ilmy. 3) Asy-Syahid Sayyid Quthb. Metode penafsiran beliau adalah memandan Al-Qur'an sebagai satu kesatuan yang komprehensif, dimana masing-masing bagian mempunyai keterkaitan dan kesesuaian, menekankan pesan-pesan pokok Al-Qur'an dalam memahaminya. 4) Zamakhsyary. Metode beliau adalah membawa penafsiran ayat-ayat aqidah ke dalam payung Mu'tazilah. 5) Hamka. Metode penafsiran yang beliau gunakan alah tahlily yang di padukan dengan aspek sastra dan sosial budaya. Antara naqly dan aqly, beraliran salafiyah yang bernuansa sufistik. 6) Muhammmad Abduh dan Rasyid Ridha. Metode tafsirnya adalah menafsirkan ayat-ayat secara adab ijtima'i, meninggalkan ayat-ayat mutasyabihat dan mubhamat. Selain beliau menafsirkan Al-Quran secara kontemporesasi, beliau juga menafsirkan ayat-ayat menurut logikanya.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ltqstidnatsir.co.cc/2009/03/kitab-kitab-tafsir-populer.html http://www.ltqstidnatsir.co.cc/2010/03/biografi-singkat-para-mufassir-dan.html M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan al-Quran. Bandung: Mizan. http://isykarima.com/index.php/artikel/Mengenal Kitab-kitab Tafsir Bil Matsur.html Muhammad Husain Adz-Dzahaby, Al-Tafsr wa al-Mufassirn, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Kairo, 1961, Jilid I, hal. 291. Ibnu Qadhi Syuhbah, Syidzrat adz-Dzahab, juz V, h. 21. Ibnu Khalkan, Wafayt al-Ayn, juz II, h. 267. Ibnu Hajar al-Asqalni, Ad-Durar al-Kminat, juz I, h. 304 dan Mal Ktib Jalbi, Kasyf adz-Dzunn, juz II, h. 299. Sayyid Muhammad Ali Iyazi, Al-Mufassirn Haytuhum wa Manhajuhum, Teheran: Muassasah at-Thabaah wa an-Nasyr, 1212 H., cet. I, hal. 652. Muhsin Abdul Hamid, Ar-Rzi Mufassiran, hal. 53-63 dan Mann al-Qaththn, Mabhits fi Ulm al-Qurn, Damaskus: Maktabah al-Ghazli, 1981, h. 366

You might also like