You are on page 1of 113

3.

Landasan Hukum 2. Pengertian Keuangan Negara Pengertian Penerimaan Negara dan Pendapatan Negara 4. Pengertian Pengeluaran Negara dan Belanja Negara 5. Jenis Penerimaan Negara dan Pengeluaran Negara 6. Pejabat Perbendaharaan pada Satuan Kerja 7. Perencanaan dan penganggaran 8. Penatausahaan Penerimaan Negara 9. Penatausahaan Pengeluaran Negara 10. Mekanisme Belanja Negara (Cara UP & Cara LS)
1.

Nama : Muhammad Sutarsa 2. Nama Kecil/Panggilan : Mury 3. No. Telp. / HP : (021). 7712873 / 0817 666 5 321 0813 1856 5648 4. Kantor : Pusdiklat Anggaran & Perbendaharaan 5. Alamat : Jln. Raya Puncak Km.72, Gadog Bogor 6. Alamat Rumah : Jln. Ketapang IV/177 DEPOK 7. Jabatan : Widyaiswara Madya 8. Pendidikan : S1 - STIA LAN. RI 9. Tugas : Pengajar /Dosen pada Pusdiklat Anggaran & Perbendaharaan dan STAN Jurangmangu 10. Penugsan sebelumnya : a. KBN Jakarta II b.KPKN Jakarta III c. Dit. Dana Luar Negeri d. KPKN Jakarta II e. KPKN Tjg. Pandan f. KPKN Padang g.Kanwil DJA B. Lapung 11.. Kompetensi : a. Sistem Perencanaan Anggaran, b. Sistem Pelaksanaan Anggaran (Pencairan dan Pertanggungjawaban), c. Pengelolaan Penerimaan Negara & PNBP, d. Pengelolaan Pendapatan dan Belanja Negara, e. Sistem Pelaksanaan Anggaran, f . Pembukuan Bendahara (Penerimaan & Pengeluaran), g. Pelaksanaan Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah h. Sistem Perencanaan Kas dan Pengelolaan Utang
1.

UU No. 20 tahun 1997 ttg PNBP 2. UU No.17 tahun 2003 ttg Keuangan Negara, 3. UU No. 1 tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara, 4. UU No.15 tahun 2004 ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangggung Jawab keuangan Negara, 5. UU No. 25 tahun 2004 ttg Perencanaan pembanunan Nasional 6. PP No. 22 tahun 1997 ttg jenis dan Penyetoran PNBP, 7. PP No. 1 tahun 2004 ttg Tata Cara Penyampaian Rencana dan Lap.Realisasi PNBP, 8. PP No 22 Thun 2005 ttg Pemeriksaan PNBP, 9. PP No.29 tahun 2009 ttg Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP Terutang, 10.. PMK No 134/PMK.06/2005 ttg Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN, 11. PMK. No. 91/PMK.05/2007 ttg Bagan Akun Standar 12. PMK No. 171/PMK.05/2007 ttg Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pemerintah Pusat, 13. PMK.No.73/PMK.05/2008 ttg Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara kementrian Negara/kantor/Satuan Kerja, 14. Perdirjen PB No. PER-66/PB/2005 ttg Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN, 15. Perdijen PB No. PER-02/PB/2007 ttg Penatausahaan Piutang PNBP 16. Peraturan lain yang terkait.
1.

Keuangan Negara, semua adalah hak dan kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang , serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yg dpt dijadikan milik negara berhubung dg pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Perbendaharaan Negara, adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan negara yg dipisahkan, yg ditetapkan dalam APBN dan APBD. Kas Negara, adalah tempat penyimpanan uang negara yg ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Rekening Kas Umum Negara, adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yg ditentukan oleh menteri Keuangan selaku BUN utk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral. APBN, adalah rencana keuangan gtahunan pemerintah an negara yg disetujui oleh DPR

Penerimaan Negara, adalah uang yg masuk ke kas negara.

Pendapatan Negara, adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Pengeluaran Negara, adalah uang yg keluar dari kas negara. Belanja Negara, adalah kewajiban negara yg diakui sbg pengurang nilai kekayaan bersih PNBP, adalah penerimaan semua penerimaan pemerintah pusat yg tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Penerimaan Anggaran Jenis Penerimaan Negara : a. penerimaan pajak, b. penerimaan bukan pajak, c. penerimaan hibah, d. penerimaan pembiyaan. 2. Penerimaan Non Anggaran a. penerimaan PFK, b. penerimaaan wesel pemerintah, c. penerimaan prefinancing dan PFK BUN lainnya d. penerimaan kiriman uang, e. penerimaan transito. 3. Penerimaan lainnya a. komisi, b. potongan/bentuk lainnya selain pajak akibat penjualan dan/atau pengadaan barang/jasa pemerintah.
1.

1. 2.

3.
4.

Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Hibah Penerimaan BLU

Penerimaan perpajakan adalah setiap penerimaan yang dipungut atas pajak terutang dari wajib pajak. Wajib pajak adalah orang pribadi (personal) atau kelembagaan (corporation) yang karena kegiatan nya memiliki pajak terutang sebagai akibat penyerahan barang/jasa kena pajak. Besaran pajak terutang ditetapkan dengan undang-undang dan petunjuk pelaksanaan lainnya yg terkait. Jenis pajak meliputi PPN, PPn-BM, PPH Psl 21, PPh Psl 22, PPh Psl 23, PPh Psl 25, PPh Psl 26, PPh Psl 29. Jenis pajak lainnya, adalah Bea Meterai, Cukai, Bea Masuk, Pabean, dan sejenisnya.

a. b.

KPPN selaku Kuasa BUN adalah Wajib Pungut atas setiap transaksi yg dibayarkan melalui KPPN ( melalui SPM/SP2D LS). Bendahara Pemerintah ( Bendahara Pengeluaran ) adalah Wajib Pungut atas setiap transaksi yg dibayarkan secara tunai ( melalui pembayaran beban UP) Wajib Pungut harus melakukan pungutan atas setiap transaksi penyerahan barang/jasa kena pajak yg nilainya mengakibatkan pajak terutang. Pajak terutang adalah : Penyerahan barang yg nilainya di atas Rp.1 juta Setiap penyerahan jasa kena pajak

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan ( PPh), meliputi : PPh Psl 21 PPh Psl 22 PPh Psl 23 PPh Psl 25 PPh Psl 26 PPh Psl 29

Pajak Penghasilan sehubungan dg pekerjaan, jasa, dan kegiatan, yg dilakukan oleh WP orang pribadi Subyek Pajak Dalam Negeri, yg selanjutnya disebut PPh Psl 21, yg merupakan pajak atas penghasilan : gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dg nama & dalam bentuk apapun sehubungan dg pekerjaan atau jabatan, jasa, kegiatan yg dilakukan. Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yg dilakukan oleh WP orang pribadi Subyek Pajak Luar Negeri. Yg selanjutnya disebut PPh Psl 26, yg merupakan pajak atas penghasilan : gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dg nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dg pekerjaan dan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yg dilakukan.

Pegawai Penerima uang pesangon, pensiun, THT, termasuk ahli warisnya. Bukan pegawai, tetapi penerima penghasilan sehubungan dg pekerjaan, jasa, atau kegiatan yg dilakukan, a.l. 1. akuntan, arsitek, dokter, konsultan, pengacara, notaris, dsb 2. artis, sutradara, penyanyi, pelawak foto model, peragawati, dsb. 3. pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator, dsb. Peserta kegiatan yg menerima penghasilan/imbalan, a.l: 1. peserta olah raga, perlombaan, kesenian, dsb. 2. peserta rapat, kunjungan kerja, sidang, dsb 3. anggota kepanitiaan, penyelenggara kegiatan, dsnb 4. peserta diklat, magang, dsb

Peg. Tetap/penerima pensiun berkala = sebesr penghasilan Neto dikurangi PTKP Peg. Titak Tetap = sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP Bukan Pegawai = sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP yg dihitung secara bulanan. Yg dimaksud penghasilan Neto peg.tetap adalah : jumlah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, dana Pensiun, THT. Yg dimaksud dg penghasilan Neto penerima pensiun afalah : seluruh penghasilan bruto dikurangi dg biaya pensiun

Adalah penghasilan yg diterima oleh penerima penghasilan yg tidak dikenakan pajak terutang sbg akibat pekerjaan, jasa, atau kegiatan yg dilakukan. Penghasilan yg diterima s.d. Rp.150.000,sehari tidak dikenakan PPh Penghasilan bruto yg diterima tidak melebihi Rp.1,320.000,- sebulan utk pembayaran yg dibayarkan secara bulanan, tidak dikenakan PPh PTKP peg harian, mingguan, yg dibayar harian = Rp.150.000,-/hari PTKP peg, harian yg dibayar secara bulanan = Rp.1.320.000,- / bulan.

PPN, adalah semua transaksi pengadaan barang/jasa dg nilai di atas Rp. 1.000.000,- / transaksi dikenakan PPN sebesar 10 % x DPP PPh Psl 22, adalah semua transaksi pengadaan barang dg nilai di atas Rp.1.000.000,- / transaksi, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 % x DPP PPh Psl 23, adalah semua transaksi kegiatan pengadaan jasa/pekerjaan tanpa batasan nilai, dikenakan PPh 23 sebesar 2 % x penghasilan bruto.

Pemungut Pajak adalah : KPPN ( Kuasa BUN), terhadap setiap transaksi pembayaran yg dibayarkan melalui KPPN berkenaan ( dalam wilayah kerja yg ditetapkan) Bendahara Pengeluaran pada Satker, terhadap semua transaksi yg mengakibatkan pajak terutang, yg pembayarannya dilakukan secara tunai atas beban Uang Persediaan (UP) yg dikelola Bendahara Pengeluaran. Pemberi Kerja yg melakukan kegiatan, yg membayar gaji, upah, honorarium dalam bentuk apapun sbg imbalan pemberian pekerjaan. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi, penyelenggara kegiatan, yg membayarkan honorarium, hadiah, atau penghargaan dlm bentuk apapun kpd WP.

Wajib Pungut : KPPN Diterima SPM-LS yg diterbitkan oleh KPA senilai Rp.13.200.000,- utk pengadaan ATK yg dibayarkan kpd Toko. Buana Perhitungan pungutan pajak : ( cara 1 ) PPN = 10 % x DPP PPh psl 22 = 1,5 % x DPP Mencari DPP = 100/110 x Nilai bruto = 100/110 x Rp.13.200.000,= 10/11 x Rp.13.200.000,= 132.000.000/11 = Rp.12.000.000,PPN = 10 % x DPP = 10/100 x Rp.12.000.000 ,- =Rp.1.200.000,PPh 22 = 1,5 % x DPP = 15/1000 x Rp.12.000.000,- = Rp.180.000,

Wajib Pungut : Bendahara Pengeluaran Dibayarkan transaksi pengadaan ATK kpd Toko Seruni sebesar Rp.3.300.000,Perhitungan pungutan pajak : (cara-2) Dipungut PPN 10 % = 10/110 X Bruto = 1/11 x Rp.3.300.000,= Rp.300.000,Dipungut PPh 22 = 1,5 % x (Bruto-PPN) = 15/1000 x Rp.3.000.000,= Rp.45.000,

Wajib Pungut : Bendahara Pengeluaran Dibayarkan transaksi pekerjaan jasa untuk perbaikan 5 unit komputer senilai Rp. 750.000,Dipungut PPh 23 sebesar 2 % x bruto PPh 23 = 2/100 x Rp.750.000,= Rp.15.000,(terhadap transaksi ini tidak dipungut PPN, krn transaksi tidak melampaui Rp.1.000.000,-)

Wajib Pungut : Bendahara Pengeluaran Dibayarkan transaksi perbaikan kendaraan dinas sebesar Rp.1.500.000,- dg rincian di dalam kuitansi pembayaran sbb : a. penggantian spart-spart = Rp.1.100.000,b. ongkos kerja (tukang) = Rp. 400.000,Pajak yg dipungut : PPn = 10/11 x Rp.1.100.000,- = Rp.100.000,PPh 22 = 1,5% x (Bruto-PPn) = 15/1000 x Rp.1000.000,- = Rp.15.000,PPh 23 = 2% x Ongkos kerja = 2/100 x Rp.400.000,- = Rp. 8.000,

Wajib Pungut : Bendahara Pengeluaran Dibayarkan honor KPA sebesar Rp.600.000,PPK sebesar Rp.400.000,- dan Bendahara Pengeluaran sebesar Rp.300.000,Pajak yg dipungut : a. KPA dipungut PPh 21 sebesar 15 % x penghasilan bruto 15/100 x Rp.600.000,- = Rp.90.000,b. PPK dipungut PPh 21 sebesar 15/100 x Rp.400.000,- = Rp.60.000,c. Bend.pengeluaran dipungut PPh 21 sebesar 15/100 x Rp.300.000,- = Rp.45.000,-

Pemungut Pajak : Pemberi Kerja (Outsoursing) Transaksi pembayaran kepada Adang, seorang Cleaning Servise sebesar Rp.1.500.000,-/bulan dan Oman sebesar Rp.1.200.000,-/bulan. Pungutan pajak : a. Dipungut PPh 21 = 5% x Penghasilan di atas PTKP = 5/100 x (Rp.1500.000,- - Rp.1.320.000,- ) = 5/100 x Rp.180.000,- = Rp.9.000,b. Tidak dipungut pajak krn penghasilan di bawah PTKP PTKP peg.harian yg dibayar bulanan : a. Rp.150.000,-/ hari b. Rp.1.320.000,-/bulan

a.

b.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), adalah setiap pendapatan negara yg diterima selain dari sektor perpajakan, cukai, dan pabean. PNBP meliputi : PNBP yg bersifat umum, yg terdpt pada semua satuan kerja di lingkungan kementrian negara/lembaga. PNBP yg bersifat fungsional, hanya terdpt pada satuan kerja di lingkungan kementrian negara/lembaga berkaitan dg tugas pokok dan fungsi satker bersangkutan.

Penerimaan Hibah Penerimaan Pinjaman Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Badan Layanan Umum

1. Pengelola Anggaran a. Bendahara Umum Negara (Men.Keu) b. Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) 2. Pengguna Anggaran a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) b. Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) c. Bendahara Pengeluaran

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), adalah pejabat penerima kuasa penggunaan anggaran yg bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran pada kantor/satuan kerja bersangkutan. Pejabat Penguji Tagihan / Penerbit SPM (PPSPM), adalah pejabat yg diberi kewenangan melakukan pengujian dan perintah pembayaran/menandatangani SPM. Bendahara Penerimaan, adalah pejabat fungsional yg diangkat menteri/pimpinan lembaga utk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pd kantor/satuan kerja. Bendahara pengeluaran, adalah pejabat fungsional yg diangkat menteri/pimpinan lembaga utk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pd kantor/satuan kerja. Pejabat Pembuat Komitmen (P2K)/Penanggungjawab Kegiatan, adalah pejabat yg diangkat utk dan atas nama KPA yg diberi kewenangan utk melakukan tindakan yg mengakibatkan pengeluaran belanja negara

Bendahara Pengeluaran Penbantu (BPP),adalah bendahara yg bertugas membantu Bendahara Pengeluaran utk melaksanakan pembayaran kpd yg berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Pembuat Daftar Gaji, adalah petugas yg ditunjuk oleh KPA utk membuat dan menatausahakan daftar gaji satker bersangkutan. Pejabat Pengadaan, adalah personil yg diangkat oleh KPA/P2K utk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa dg nilai s/d Rp.50 juta. Panitia Pengadaan, adalah personil yg diangkat oleh KPA/P2K utk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), adalah unit akuntansi instansi yg melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB), adalah satuan kerja/kuasa pengguna barang yg memiliki wewenang mengurus dan/atau menggunakan barang Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB), adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja Unit Penatausahaan Piutang PNBP, adalah unit kerja kuasa pengguna anggaran yg berwenang melakukan panatusahaan piutang PNBP

Perencanaan pendapatan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan pencapaian target pendapatan negara yg ingin dicapai dalam satuan organisasi pemerintahan negara. Penganggaran adalah suatu proses penetapan anggaran yg diperlukan utk membiayai/belanja kegiatan yg akan dicapai sesuai yg ditetapkan organisasi.

Harus Bisa menjawab 5 W + 1 H What Why When Who Where How = = = = = = Apa yang akan kita beli /adakan? Kenapa barang tsb kita perlukan ? Kapan barang tsb kita butuhkan ? Siapa yang membutuhkan ? Dimana akan digunakan ? Bagaimana cara pengadaannya ?

a.
b. c. d.

Memprediksi pendapatan yang akan dihasilkan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Memprediksi pendapatan dari berbagai sumber kegiatan, tugas dan fungsi Memprediksi pendapatan dari berbagai sektor : Sektor pajak Sektor Bukan Pajak Sektor Hibah Sektor Lainnya

Sistem Penganggaran Terpadu ( Unified Budgetting System ) Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja ( Performance Budgetting System ) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah ( Medium Term Expenditure Framework )

Kepala Satuan Kerja / KPA, satu-satunya penanggungjawab kegiatan atas anggaran yg dikuasainya Penyatuan anggaran rutin dan pembangunan ke dalam satu jenis akun belanja, meniadakan terjadinya duplikasi anggaran dan kegiatan Adanya keterpaduan yg sinergis antara pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan pada masing-masing satker

Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (Out Put) dan dampak atas hasil (Outcomes) atas alokasi belanja (Input) yng ditetapkan. Disusun berdasarkan sasaran terentu yg hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Program dan kegiatan disusun berdasarkan Renstra K/L

Merupakan sistem penganggaran yang didasari atas rencana kinerja instansi pemerintah yang telah mendapat persetujuan Mempresentasikan gambaran aspek keuangan dari seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Negara sebagaimana diuraikan dalam Rencana Kinerja, dalam rangka pencapaian visi dan misi organisasi

Input indikator yang dimaksudkan untuk melaporkan jumlah sumberdaya yang digunakan untuk suatu program atau kegiatan Output Indikator, dimaksudkan melaporkan unit barang / jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan atau program. Outcome/efectiveness indicator, dimaksudkan untuk melaporkan hasil ( termasuk kualitas pelayanan / public service quality )

Satuan Kerja Sebagai penanggungjawab pelaksana kegiatan Kegiatan Serangkaian tindakan yg dilaksanakan satuan kerja sesuai dengan tugas pokok utk menghasilkan output. Keluaran/Output Hasil dari pelaksanaan kegiatan satker harus mempunyai keluaran yg terukur, yang memerlukan adanya indikator keluaran yg dapat mengambarkan sasaran keluaran menjadi lebih jelas. Standar Biaya Perhitungan biaya input dan output hrs didasarkan pada satandar biaya yg telah ditetapkan ( SBU dan SBK atau RAB) Jenis Belanja Setiap rencana belanja hasrus dibebankan kepada jenis belanja sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

KPJM
berorientasi kepada

Hasil ( Results Oriented )

Keterkaitan antara yang direncanakan dengan manfaat yang dihasilkan ( Output Outcames )

Financial Control of Inputs ( Pengendalian Keuangan terhadap Input) Sistem ini merupakan fungsi yg paling tradisional, utk memfasilitasi pengendalian pengeluaran guna memastikan keabsahan, validitas, kewajaran, keakuratan dan kejujuran. Kontrol hanya terbatas pada jumllah dan kategori belanja saja dengan mudah membuktikan bahwa anggaran telah dibelanjakan sesuai rencana yg ditujukan tanpa menjelaskan seberapa efektifnya dan manfaatnya biaya tsb telah digunakan. Management of ongoing Activities ( Pengelolaan Terhadap aktifitas yg sedang berjalan ) Sistem ini dapat membantu seberapa besar efektifitas dan efisiensi pengelolaan anggaran dalam aktifitas-aktifitas yg sedang dilaksanakan ( berjalan ) dengan mengevaluasi sejauhmana keberhasilan program yg dilaksanakan. Planning ( Perencanaan ) Sistem ini mewajibkan bagi setiap instansi ( unit kerja ) menghitung seberapa jumlah biaya yg dibutuhkan utk suatu program yang diusulkan dengan mengaitkan biaya-biaya tersebut dengan tingkat aktifitas dalam beberapa tahun mendatang. Sistem ini juga mewajibkan kementrian negara/lembaga menyusun Renstra, dimana setiap usulan dan pelaksanaan anggaran harus mengacu pada Renstra masing-masing.

Berdasarkan Pagu Sementara yg ditetapkan Menteri Keuangan Mengacu kepada Rencana Kerja Kementrian Negara/Lembaga ( Renja-K/L)

Dibahas bersama antara Kementrian Negara/Lembaga dan Komisi terkait di DPR Hasil pembahasan disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. DJA untuk dilakukan Penelaahan.

Meneliti kesesuaian RKA-K/L dengan : 1. SE Menteri Keuangan ttg Pagu Sementara 2. Prakiraan Maju yg telah disetujui tahun anggaran yg lalu 3. Standar Biaya yg ditetapkan dan/atau KAK /TOR /RAB - SBU dan SBK - HSBGN 4. RBA - BLU

Sebagai dasar penyusunan Satuan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga SA-K/L dijabarkan lebih lanjut menjadi SAPSK Dalam hal terjadi perubahan RKA-K/L pada saat pembahasan RAPBN, dilakukan penyesuaian RKAK/L dan SAPSK pada SA-K/L. RKA-K/L dijadikan dasar penyusunan PerPres ttg Rincian ABPP. Perpres ABPP dijadikan dasar dalam penyusunan dan pengesahan DIPA

Menteri/pimp.lbg selaku PA menunjuk KPA Satker Pusat utk menyusun konsep DIPA satker Pusat dan DIPA Tugas Pembantuan Menteri/Pimp.Lbg. Selaku PA menunjuk KPA Satker Vertikal/UPT utk menyusun konsep DIPA Satker Vertikal Menteri/Pimp.Lbg. Selaku PA dpt mendelegasikan kewenangan kpd Gubernur sbg. Wk.Pem.Pusat utk menunjuk KPA pada SKPD utk menyusun konsep DIPA Dekonsentrasi Masing2 KPA Satker bertanggungjawab penuh atas penyusunan kegiatan dan perhitungan biaya dalam konsep DIPA.

KPA satker Pusat menyampaikan konsep DIPA kpd Menteri Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan KPA Satker Vertikal/UPT dan KPA SKPD menyampaikan konsep DIPA kepada Kepala Kanwil DJPBN Penelahaan konsep DIPA berdasarkan : - Perpres ttg RABPP (RAPBN) - SAPSK (SRAA) (SRAA merupakan penjabaran Prepres ttg RABPP per unit organisasi per-provinsi.

RKA-K/L : Adalah dokumen perencanaan dan penganggaran Berisi program dan kegiatan suatu kementrian negara/lembaga Merupakan penjabaran RKP dan Renja-K/L dalam satu tahun anggaran

Skala Prioritas mengacu kepada :

1. RKP hasil pembahasan dg DPR 2. Pagu Sementara/Pagu Definitif 3. Hasil kesepakatan DPR dg kementrian negara/lembaga 4. Tupoksi unit organisasi kementrian negara/lembaga. Pengalokasian anggaran tidak mengakibatkan: 1. Pergeseran anggaran antar program 2. Pengurangan anggaran belanja mengikat 3. Perubahan pagu sumber dana/sumber pembiayaan (RM/PLN/HLN/PNBP)

Penghitungan alokasi biaya didasarkan pada indeks satuan biaya yg ditetapkan dalam : 1. SBU 2. SBK ( msl : HSBGN ) 3. RAB, dalam hal standar biaya belum ditetapkan oleh Men.Keuangan

Data pendukung yg diperlukan : 1. TOR/KAK, yg merupakan dokumen yg berisikan penjelasan mengapa kegiatan tsb diusulkanmagar anggaran dialokasikan. TOR/KAK berisikan 5 W + 1 H 2. RAB, yg berisikan rincian dan komponen masukan dan keluaran dari kegiatan dan besaran biaya masing-masing komponen RAB sekurang-kurangnya memuat : - komponen input dari kegiatan - perhitungan harga satuan, volume dan jumlah masing-masing komponen - jumlah total harga yg menunukkan harga keluaran. 3. Pendukung lainnya meliiputi : - daftar realisasi pembayaran gaji PNS pada K/L - data analisis kerusakan bangunan - daftar inventaris kantor yg digunakan - pendukung lain yg terkait

5W+1H

What Kegiatan apa yg akan dilaksanakan serta output yg diharapkan Why Mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan, apa kaitan dg Tupoksi dan sasaran program yg akan dicapai Who Siapa satker/panitia/tim/personil yg bertanggungjawab dalam pencapaian keluaran tsb. Dan siapa pula yg akan mengunakan atau penerima manfaat. When Kapan kegiatan dilaksanakan dan utk berapa lama waktu yg ditentukan. Where Dimana akan dilaksanakan How/How Much Dan bagaimana, dengan cara apa kegiatan dilaksanakan dan berapa biaya yg diperlukan

Pengalokasian anggaran disusun : Menurut Klasifikasi Fungsi Menurut Klasifikasi Ekonomi Menurut Klasifikasi Organisasi Untuk kegiatan Swakelola dan Kontraktual Yang dibatasi dan tidak diperkenankan Yang bersumber dari PHLN Yang bersumber dari PNBP dan BLU

Fungsi/Subfungsi Adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yg dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan nasional. Penggunaan fungsi/subfungsi disesuaikan dengan Tupoksi masing2 kementrian negara/lembaga. Program Adalah penjabaran kebijakan kementrian negara/lembaga dalam bentuk upaya yg berisi satu atau beberapa kegiatan dg menggunakan sumberdaya yg disediakan utk mencapai hasil yg terukur sesuai dg misi instansi/masyarakat dibawah kordinasinya. Rumusan program hrs jelas menunjukan keterkaitan dg kebijakan yg mendasarinya, memiliki sasaran kinerja yg terukur utkpencapaian tujuan yg diharapkan. 1. Program Prioritas ( nasional ), sesuai yg ditetapkan dalam RKP. Program prioritas dijabarkan dalam kegiatan prioritas. 2. Program Penunjang, semua program yg dilaksanakan oleh kementrian negara/lembaga. Program penunjang dijabarkan dalam kegiatan penunjang. Kegiatan Adalah bagian dari program yg dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sbg. bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. Program terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya ( 5 M ).

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bunga Subsidi Bantuan Sosial Hibah Belanja Lain-Lain

Berdasarkan Pagu Sementara 1. Kementrian Negara/Lembaga menyampaikan RKA-K/L hasil pembahasan dengan DPR yg sudah ditandatangani Ka Biro Perencanaan atau Pejabat Yg ditunjuk, diserta data elektronik kpd Menteri Keuangan c.q. DJA paling lambat pertengahan bulan Juli 2007. 2. RKA-K/L yg sudah disepakati Komisi terkait DPR disampaikan dengan dokumen yg disepakati antara kementrian negara/ lembaga dengan komisi DPR sesuai Tatib di DPR. 3. Penelahaan dilaksanakan antara pajabat DJA dengan Pejabat Biro Perencanaan atau pejabat yg ditunjuk pada kementrian negara / lembaga. 4. DJA menghimpun dan mengkompilasi seluruh RKA-K/L hasil penelahaan ke dalam suatu Himpunan RKA-K/L yg bersama dengan Nota Keuangan dan RUU APBN dibahas dalam sidang kabinet . 5. Nota Keuangan, RUU APBN dan Himpunan RKA-K/L hasil pembahasan sidang kabinet disampiakn pemerintah kpd DPR pada awal Agustus2007 utk ditetapkan menjadi UU APBN paling lambat akhir Oktober 2007

Berdasarkan Pagu Definitif

1. Pagu definitif ditetapkan utk masing-masing kementrian negara/lembaga berrdasarkan UU APBN yg ditetapkan pada bulan Oktober 2007. 2. Dalam pagu definitif sama dengan Pagu Sementara, K/L menyampaikan RKA-K/L yg telah disetujui DPR sebagai penerbitan SAPSK. 3. Jika Pagu Definitif lebih besar dari Pagu Sementara K/L mengalokasikan tambahan pagu pada kegiatan yg sudah ada atau kegiatan baru yg mengakibatkan bertambahnya pagu anggaran dan volume kagiatan. 4. Jika Pagu Definitif lebih kecil dari Pagu Sementara, K/L mengurangi kegiatan dan/atau anggaran kegiatan anggaran kegiatan tertentu yg mengakibatkan berkurangnya pagu anggaran dan volume kagiatan. 5. RKA-K/L hasil penelahaan berdasarkan Pagu Definitif, dibahas kembali antara K/L dengan komisis terkait DPR utk mendapat persetujuan. 6. RKA-K/L hasil pembahasan dan data elektroniknya disertai dokumen pendukungnya disampaikan kpd Menteri Keuangan c.q DJA paling lambat awal bulan Nopember 2007. 7. Dalam hal terdapat sisa alokasi anggaran hasil penelahaan , alokasi anggaran dioptimalkan ke dalam : a. kegiatan yg sama dengan menambah volume keluaran, b. kegiatan lain dalam program yg sama dengan menambah volume keluaran, c. cadangan dalam program yg sama namun harus diblokir. 8. Hasil penelahaan RKA-K/L dijadikan dasar dalam penerbitan SAPSK dan Penyusunan Perpres ttg RABPP paling lambat pada akhir Nopember 2007 9. Perpres ttg RABPP dijadikan dasar bagi K/L utk menyusun Konsep DIPA dan disampiakn kepada DJPBN paling lambat pertengahan bulan Desember 2007

Bersifat Teknis Administratif. Karena kesalahan kode kantor bayar, nomor register PHLN, kode akun belanja ( MAK ) sepanjang tidak mengubah jenis belanja, dilakukan oleh Satker bersangkutan pada saat pengajuan konsep DIPA ke DJPBN
Karena selain kekeliruan Teknis Administratif dilakukan menurut Tata Cara Revisi DIPA

Penyusunan DIPA dibuat oleh KPA dengan memperhatikan Standar Biaya Penelaahan DIPA adalah kegiatan/proses pencocokan antara SRAA, Perpres Rincian ABPP, dengan konsep DIPA yg disusun oleh K/L yg merupakan alokasi dana pada masing-masing satker. Pengesahan DIPA adalah persetujuan dokumen pelaksanaan anggaran bagi satker setelah terdapat kesesuaian dalam penelaahan konep DIPA, oleh Dirjen Perbendaharaan (DIPA Pusat) / Ka Kanwil DJPBN (DIPA Daerah), paling lambat akhir Desemeber. Revisi DIPA adalah proses perubahan/ralat terhadap DIPA yg telah disahkan, baik oleh Dirjen Perbendaharaan atau Ka. Kanwil DJPBN.

Adalah DIPA yg dibuat oleh Dirjen Perbendaharaan/Ka.Kanwil DJPBN, apabila Ka. Satker belum menyampaikan konsep DIPA s/d akhir Desember. DIPA-S dibuat atas dasar SRAA dan RKA-K/L dan/atau Perpres RABPP DIPA-S sah sebagai dokumen pelaksanaan anggaran walau tidak ditandatangani oleh PA/KPA. DIPA-S dapat dicairkan terbatas hanya untuk alokasi anggaran belanja pegawai dan keperluan sehari-hari perkantoran

Tujuan Penelahaan 1. Untuk menjaga agar DIPA yg diajukan oleh Satker tidak bertentangan dg Perpres RABPP 2. Untuk dibuatkan Surat Pengesahan (SP) yg dijadikan sebagai dasar pembayaran di KPPN. 3. Tanggungjawab terhadap perhitungan biaya penggunaan dana dalam DIPA sepenuhnya berada pada PA/KPA. Tempat Penelaahan 1. di Kantor Pusat DJPBN untuk DIPA Pusat 2. di Kantor Wilayah DJPBN untuk DIPA Daerah

Pagu DIPA merupakan batasan tertinggi yg tidak boleh dilampaui bagi masing-masing Satker.

SRAA ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan untuk Satker yg berloaksi di daerah SRAA memuat kutipan Perpres RABPP sesuai dg Satker di daerah SRAA ditetapkan pada setiap awal Nopember, setelah diterima Perpres RABPP Pagu dalam SRAA merupakan batasan tertinggi bagi satker per kegiatan dan per jenis belanja, yg tidak boleh dilampaui KP DJPBN mengirimkan SRAA kepada Kanwil DJPBN di daerah Kanwil DJPBN melakukan kordinasi dan menyampaikan f.copy SRAA kepada Satker dalam wilayah kerja masing-masing.

Pemblokiran dapat dilakukan apabila : Terdapat ketidaksesuaian kegiatan, pagu dan jenis belanja yg tercantum pada konsep DIPA dg SRAA dan/atau Perpres RABPP. Adanya keperluan biaya operasinal satker baru yg belum mendpt persetujuan Menpan, kecuali Satker Sementara. NPPHLN belum efektif dan/atau kegiatan PHLN yg belum tersedia dana pendampingnya.

Oleh Dirjen Perbendaharaan/Pejbt yg ditunjuk bertindak untuk dan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA Satker Pusat. Oleh Ka.Kanwil Ditjen Perbendaharaan bertindak untuk dan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA satker daerah. DIPA diberlakukan sbg Dokumen Pelaksanaan Anggaran setelah disahkan oleh Menteri Keuangan

1. Penatausahaan adalah kegiatan pendataan, pencatatan, pembukuan, dan pelaporan. 2. Penerimaan negara, adalah setiap uang yg masuk ke rekening kas negara, baik berupa pendapatan negara ataupun non pendapatan negara. 3. Penatausahaan dilakukan oleh instansi terkait sesuai dg kewenangan yg ditetapkan dalam pengelolaan anggaran.

PNBP adalah Pendapatan Negara Bukan Pajak PNBP adalah bagian dari Penerimaan Negara PNBP adalah penerimaan negara dari sektor selain pajak, cukai dan bea meterai. PNBP terdapat pada semua satker/kementrian negara/lembaga PNBP merupakan salah satu sumber dana APBN (DIPA)

Kantor/Satuan Kerja/Instansi Pengguna PNBP 1. Bendahara Pengeluaran 2. Bendahara Penerimaan 3. UAKPA Bank Persepsi (Bank Umum) KPPN/Kuasa BUN 1. Seksi Perbendaharaan 2. Seksi Verifikasi (Vera)

Pemungutan Penyimpanan Pembukuan Penyetoran Pertanggungjawaban

Pemungutan berdasarkan tarif yg telah ditetapkan oleh menteri/pimp.lembaga, disetujui Menteri Keuangan Pemungutan secara langsung dan tdk langsung Pemungutan pd saat ditandatangani perjanjian/kontrak saat penyerahan barang/jasa, saat tertentu secara berkala Pemungutan hrs berdasarkan bukti2, berupa karcis, kuitansi, atau SSBP.

Setiap pungutan PNBP wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Negara. Setoran PNBP ke rekening Kas Negara dilakukan melalui bank pemerintah/non pemerintah yg ditunjuk sbg Bank Persepsi. Setoran PNBP ke rekening Kas Negara melalui Giro Pos dilakukan langsung ke kantor pos/kantor pos pembantu Penyetoran PNBP dpt dilakukan langsung oleh Wajib Setor atau Bendahara Penerimaan. Penyetoran PNBP ke Bank Persepsi menggunakan SSBP

Dilakukan oleh Bendahara penerimaan pada kantor/satuan kerja/kementrian negara/lembaga. Mengacu kpd KMK No.332/M/V/9/1968 ttg Buku Kas Umum dan Tata Cara Mengerjakannya ( diganti dg PMK No.73/PMK.06/2008 ttg Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementrian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. Pembukuan dilakukan berdasarkan bukti pungutan yg sah. Bukti pungutan berupa ; kuitansi, karcis, Nota Kredit, Nota Debet, potongan SPM, dan SSBP. PNBP yg tdk langsung diterima oleh bendahara Penerimaan, dicatat in-out pada sisi penerimaan dan pengeluaran (balance).

1.

2.

3.

Laporan dibuat secara berkala setiap akhir bulan berdasarkan bukti pungutan/penerimaan dan bukti penyetoran/pengeluaran. Laporan Pertanggungjawaban berupa : Laporan Realisasi PNBP Triwulanan yg disampaikan kpd Menteri/Ka. Lbg paling lambat satu bulan setelah akhir Triwulan berkenaan. Laporan perkiraan realisai PNBP TW IV disampaikan kpd Menteri/Ka.Lbg paling lambat tgl 15 Agustus th angg. Berjalan. Tembusan laporan disampaikan kpd : a. Biro Keuangan K/L b. Inspektorat Jenderal K/L c. Kanwil DJPBN setempat

Penerimaan Pajak : Penerimaan yg diterima/dipungut dari sektor pajak, cukai, pabean, meterai, dsb. PPn, PPn-BM, Pabean, Cukai, PPh. Penerimaan Bukan Pajak Penerimaan yg diperoleh dari selain penerimaan Pajak. 1. Sumber Daya Alam (SDA) 2. Bagian Laba BUMN/BHMN 3. PNBP Lainnya 4. Pendapatan BLU Hibah penerimaan yang diperoleh dari dalam/luar negeri tanpa ikatan apapun Penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) penerimaan pendapatan BLU yang terdapat /berada di lingkungan kementrian negara/lembaga

PNBP bersifat Umum PNBP yang ada/terdpt pada semua satker/kementrian negara/lmbg a.l. : a. sewa rumah dinas b. penjualan aset c. jasa giro, d. penjualan dok.lelang, dsb

PNBP bersifat Khusus (Fungsional) PNBP yang hanya ada/terdapat pada beberapa satker/kementrian negara/lembaga tertentu saja berkaitan dg pelaksanaan Tupoksi, a.l : a. ONH, NTR b. penerimaan pendidikan, c. penerimaan jasa peradilan, d. penerimaan hasil laut, e. penerimaan hasil hutan, dsb.

Yang berasal dari : Sumber Daya Alam, a. hasil hutan, b. hasil laut, c. hasil tambang.

Bagian Laba BUMN/BHMN. a. Jasa Perbankan, b. Jasa Non Perbankaan.

PNBP Lainnya, a. denda tilang, b. penerimaan jasa giro, c. penerimaan jasa pelabuhan/kesayhabandaraan
Pendapatan BLU, penerimaan hasil pendapatan BLU di lingkungan kementrian negara/lembaga spt, Rumah Sakit, lembaga pendidikan, lembaga transportasi, dsb. a. jasa BLU b. hibah BLU c. hasil kerjasama BLU

Optimalisasi PNBP yg bersumber dari SDA Pencegahan illegal loging, illegal minning, illegal fishing. Penyehatan dan peningkatan kinerja BUMN dg penerapan . Good Corporate Governance. Meningkatkan pengawasan thdp pelaks pungutan PNBP pd K/L.

1. 2.

3.

4.

5.

Oleh Bendahara Penerimaan Berdasarkan tarif yg ditetapkan menteri/pimp.lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan. Pemungutan dilakukan secara langsung oleh Bendahara Penerimaan dg memberikan tanda bukti penerimaan kpd Wajib Bayar. Pemungutan dilakukan secara tdk langsung, tetapi melalui petugas lain yg menerima uang dan memberikan tanda bukti pungutan PNBP kpd Wajib bayar. Petugas pungut menyetorkan hasil pungutan kpd bendahara penerimaan. Pemungutan dilakukan pada saat penandatanganan kontrak, penyerahan barang/jasa, pelayanan/fasilitas lainnya atau saat-saat tertentu sesuai perjanjian. Bendahara penerimaan wajib menyerahkan bukti pungutan kpd Wajib bayar, yg dijadikan sbg buktu pelunasan atas PNBP terutang


1. 2.

Bukti pungutan dapat berupa : karcis, Kuitansi.

Karcis, hrs memuat : 1. Nama kementrian negara/lembaga pemungut PNBP, 2. Dasar hukum pemungutan PNBP 3. Seri nomor karcis 4. Dibuat dua segi ( wajib bayar dan pertinggal) 5. Jumlah lembar karcis diserahkan kpd bendahara Penerimaan/petugas yg ditunjuk, yg hrs ditatausahakan dan dipertanggungjawabkan penggunaannya.

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

8.
9.

Kuitansi hrs memuat : Nama kementrian negara/lembaga pemungut PNBP. Dasar hukum pemungutan PNBP Nomor bukti pemungutan. Nama pembayar/Wajib Bayar. Uraian pungutan dan MAP/AP. Jumlah/nilai uang yg dipungut Tanggal pemungutan Nama, tanda tangan Bendahara Penerimaan. Cap/stempel dinas/instansi pemungut.

1. KPPN/Penerbit SPN menerbitkan SPN sbg dasar penagihan piutang PNBP. 2. SPN diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Pim.Lembaga/Pengguna Anggaran. 3. Srt.Kpts. Tsb meliputi : a. Ttg penjualan aset b. Ttg ijin penghunian rumah dinas (SIP) c. Ttg pembebanan ganti rugi (TGR) d. Ttg pembebanan penggantian sementara e. Ttg pemindahan utang berdasarkan SKPP. 4. Berdasarkan keputusan BPK : a. Ttg pembebanan utang. Kerugian, dsb. b. Ttg keputusan denda, dsb

Diterbitkan selambat-lambatnya lima hari kerja setelah data penagihan diterima KPPN/penerbit SPN. Thdp data penagihan yg kurang/tdk memenuhi syarat penerbitan SPN, data dikembalikan selambat-lambatnya lima hari kerja setelah diterima KPPN/penerbit SPN disertai alasan pengembalian

6.Pemungutan piutang oleh KPPN dilakukan melalui pencantuman potongan SPM yg diterbitkan kementrian negara/lembaga dan diterbitkan SP2D oleh KPPN 7.Pemotongan tsb berdasarkan asas konpensasi dimana pihak terutang berhak menerima pembayaran tagihannya dari negara; Contohnya : - Pembayaran sewa rumah dinas/jabatan oleh peg.neg. - Penggantian kerugian negara (TGR), dsb.

Oleh Bendahara Penerimaan PNBP yg diterima/dipungut langsung oleh Bendahara Penerimaan selama satu tahun anggaran hrs disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Negara sesuai ketentuan yg berlaku Oleh Wajib Bayar (terutang) PNBP dpt disetorkan langsung ke Bank Persepsi dg SSBP atau kpd Bendahara Penerimaan/petugas pungut dg bukti setoran (STS/SBS).

Dilakukan melalui Bank Persepsi/Giro Pos yg ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penyetoran PNBP melalui Bank Persepsi menggunakan SSBP sbgmana ditetapkan Perdirjen PB No.PER-66/PB/2005. Penyetoran PNBP memuat MAP/AP sesuai jenis PNBP sbgmana diatur PMK No. 13/PMK.06/2005 ttg Bagan Perkiraan Standar (diubah dg PMK No.91/PMK.06/2007) ttg Bagan Akun Standar

Berdasarkan Jenis PNBP sesuai lampiran I PP No.22/1997, yakni, a.l. :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

PNBP Umum Penerimaan kembali anggaran Penerimaan hasil lelang/penjualan BMN Penerimaan Pemanfaatan BMN (Sewa, dsb) Penerimaan Jasa Giro Penerimaan ganti rugi Penerimaan penjualan dok.lelang. Penerimaan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan. Dan lain sebagainya.


1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

PNBP Fungsional
RUTR, ONH, pada Depag Jasa TKW, pada Deplu Jasa Peradilan, Dep. Kumdang Hasil laut/ikan, Dep Kelautan dan Perikanan Jasa Pendidikan, Depdiknas Jasa Kejaksanaan, Kejaksaan Jasa Penelitian, LIPI Pengukuran/pertanahan, BPN Hasil Hutan dan Perkebunan, Dephutbun Ijin Usaha Perdagangan, Dep.perdagangan PNBP pada LAN, BPPT, LAPAN, BATAN, dsb.

Oleh Bendahara Penerimaan (pd Satker) Penatausahaan terhadap PNBP yang dipungut/diterima dan disetorkan. Ditatausahakan pd Buku Kas Umum, Buku-buku Pembantu Oleh : KPPN 1. (Seksi Perbendaharaan/Midle Office) Penatausahaan terhadap Piutang PNBP yang berada pada Pihak Ketiga (PNBP terutang) Ditatausahakan pd Kartu Piutang PNBP Diterbitkan SPN/SPH 2. (Seksi Bendum/Bank Persepsi) Ditatausahakan pada Buku Lap.Harian Penerimaan Per-MAP Dilaporkan dalam LPJ Bendum (harian ) Oleh Bank-bank Persepsi (Bank Umum) Ditatausahakan /dilaporkan dalam LHP dan disampaikan ke KPPN

Bendahara Penerimaan Melaksanakan tgs kebendaharaan dlm rangka pelaksanaan anggaran pendapatan, yg meliputi menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang dan surat berharga dalam pengelolaannya.

Bendahara Pengeluaran Melaksanakan tgs kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja, yg meliputi menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yg berada dalam pengelolaannya.

Penggantian Bendahara 1. Karena berhalangan sementara ( cuti, sakit, dinas luar, mengikuti pendidikan, dsb) 2. Karena berhalangan tetap ( meninggal dunia, pindah tugas/mutasi, melarikan diri, hilang, dsb ) Pendelegasian Kewenangan : 1. Pengguna Anggaran-------Kuasa Pengguna Anggaran 2. Bendahara Umum Negara ----Kuasa BUN (KPPN) 3. Bendahara Pengeluaran ----- PUM/BPP 4. Bendahara Penerimaan ---- tidak didelegasikan.

1.

2. 3. 4.

Karena berhalangan sementara, dilakukan : Menunjuk peg.lain sbg Pejabat Sementara (Pjs.Bendahara Penerimaan/Penerima Kuasa Bendahara). Dibuatkan srt penunjukkan, dan/atau Surat Kuasa oleh KPA/Pjbt yg ditunjuk. Dibuatkan Berita Acara Serah Terima Jabatan/Pekerjaan & Berita Acara Rekonsiliasi Pencabutan srt penunjukkan/Surat Kuasa dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima , jika Bendahara definitif dpt melaksanakan tugas kembali

1.
2.

3.

4.

Oleh Bendahara Penerimaan/Pengeluaran : Lembar 1 dan 4 utk Bendahara Lembar 2 dan 3 utk KPPN Seksi Bank Persepsi/Seksi Giro Pos/Seksi Bendum. Lembar 5 utk Bank Persepsi/Giro Pos/Kantor Pos penerima setoran. Lembar 3 oleh Seksi Bank Persepsi/Seksi Giro Pos/Seksi Bendum, diteruskan kpd Bendahara pada satker Pengelola PNBP

1. 2. 3. 4.

Oleh Wajib Bayar (terutang PNB) Lembar 1 utk wajib bayar Lembar 2 dan 3 utk KPPN Seksi Bank. Persepsi/Seksi Giro Pos/Seksi Bendum. Lembar 4 dan 6 utk Bendahara penerimaan melalui/dari Wajib Bayar. Lembar 5 utk pertinggal pd Bank Persepsi/Giro Pos/Kantor Pos penerima setoran

Bendahara Penerimaan menyampaikan lembar 4 SSBP kpd Bendahara Pengeluaran/Pengelola PNBP utk dilampirkan dalam SPP penarikan dana /pencairan PNBP ke KPPN

Melalui potongan SPM PNBP dipotong langsung dari hak Wajib Bayar thdp tagihannya yg diterima dari belanja negara. a. dari gaji PNS utk sewa rumah dinas b. dari SPM-LS pembayaran kpd rekanan/penyedia barang/jasa akibat keterlambatan penyerahan/penyelesaian pekerjaan. Penyetoran Jasa Giro Penerimaan jasa giro atas penyimpanan uang oleh bendahara Pengeluaran (UP) disetorkan langsung oleh Bendahara Pengeluaran. Penyetoran lainnya diluar ketentuan tsb yg ditentukan lain berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

A. Bendahara Penerimaan :
1.

2. 3. 4.

5. 6.

a. b.

Semua PNBP yg diterima satker wajib ditatausahakan oleh bendahara penerimaan, kec, yg tdk memiliki PNBP Fungsional dpt ditatausahakan ole bendahara pengeluaran. Data PNBP dpt diperoleh dari pot.SPM, Nota Kredit/Nota Debet, kuitansi, karcis, SSBP/STS/SBS. Penatausahaan dilakukan pd BKU atau dok lain yg dibutuhkan. Bendahara Penerimaan membuat Laporan Bulanan kpd Biro Keuangan K/L bersangkutan dg tembusan Itjen/Lbg Pengawas Fungsional dan kanwil DJPBN. Setempat. Laporan memuat semua jumlah penerimaan dan penyetoran ke Kas Negara c.q. bank persepsi/pos persepsi. Apabila terjadi kekurangan dalam penatausahaan PNBP yg diterima yg bukan akibat kesalahan Bendahara Penerimaan, maka hrs dilakukan penyehatan Buku Bendahara dg cara : Penghapusan kekurangan uang dari perhitungan bendahara sesuai ketenrtuan yg berlaku. Peniadaan selisih antara saldo buku dan saldo kas.

1. Menatausahakan semua PNBP yg disetorkan oleh para Wajib Bayar dan Bendahara Penerimaan yg berada dalam wilayah kerjanya. 2. Data PNBP berasal dari LHP bank persepsi/pos persepsi yg dilampiri SSBP lembar 2 dan 3 serta potongan SPM. 3. LHP dari bank persepsi/pos persepsi dan dari potongan SPM satker, dituagkan dalam Surat Pertanggungjawaban Bendaharawan Umum (SPJ Bendum) yg disampaikan kpd Kanwil DJPBN setempat. 4. Menatausahakan laporan PNBP yg diperoleh dari bendahara penerimaan dan diteruskan kpd Kanwil DJPBN setempat. 5. Menatausahakan pelunasan angsuran sewa-beli rumah negeri dan melaporkan ke Kanwil DJPBN setempat dan Biro Keuangan K/L. 6. Menatausahakan pelunasan Piutang Negara dan melaporkan ke kanwil DJPBN dan Biro Keuangan K/L. 7. Menerbitkan Surat Pemindahan Piutang Negara (SP3N) dan Surat Keterangan Tanda Lunas Utang Kepada Negara ( SKTL) Hasil Laporan PNBP dapat memberikan informasi : 1. PNBP per jenis peneimaan (MAP/AP) 2. PNBP yg disetor oleh bendahara penerimaan 3. PNBP yg bersifat umum

Seksi Vera KPPN, menerima data PNBP berasal dari Rangkuman Pertanggungjawaban Bendahara Umum (RBPU), dari Seksi Bendum KPPN dan LRA dari UAKPA dalam wilayah kerjanya. Seksi Vera membuat Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan LRA dalam wilayah kerjanya dan menyampaikannya kpd Kanwil DJPBN ( PMK No.171/PMK.05/2007 pengganti PMK No.59/PMK.06/2005 ttg Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat)

Menatausahakan semua PNBP bagi K/L yg diterima/disetorkan melalui Bendahara Penerimaan atas dasar laporan Realisasi PNBP Bendahara Penerimaan, KPPN, dan kanwil DJPBN. Laporan Realisasi PNBP bekenaan dituangkan ke dalam Laporan Realisasi Penerimaan Anggaran bagi K/L bersangkutan. Laporan tsb dpt dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pendapatan tahun anggaran berikutnya yg meliputi seluruh komponen PNBP ( umum atau fungsional )

Piutang Negara adalah hak negara, yaitu sejumlah uang yg wajib dibayar kpd Pemerintah Pusat dan/atau hak pemerintah Pusat yg dpt dinilai dg uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku atau akibat lainnya yg sah.

Piutang negara terjadi krn adanya suatu ketentuan, keputusan, ketetapan yang sah menurut hukum.

Surat Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga Surat Keputusan Persetujuan Sewa-Beli rumah negeri melalui Dep.PU/Kimpraswil. Keputusan perdata yg diselesaikan melalui perdamaian yg menimbulkan piutang negara. Surat keterangan KPPN atas kelebihan bayar atas hak tagih yg dibayarkan kpd PNS atau pihak ketiga dg menerbitkan SPM/SP2D. Sejumlah utang yg dimuat dlm SKPP thdp PNS yg dihentikan pembayarannya.

Setiap piutang negara dicatat dalam Kartu Piutang Negara oleh KPPN Kartu Piutang Negara dibuat per-jenis piutang. Setiap angsuran dan/atau pelunasan piutang dicatat dalam Kartu Piutang Negara SPN yg diterbitkan dicatat dalam Kartu Petunjuk Teknis (KPT). Setiap debitur dibuatkan satu KPT KPT disusun dan disimpan sesuai ketentuan yg berlaku. Kartu Piutang meliputi : a. Daftar Kartu Piutang b. Daftar Rekapitulasi Piutang c. Daftar Saldo Piutang. d. Daftar Umur Piutang. e. Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang f. Formulir Jurnal Aset.

Setiap piutang hrs dibayarkan sesuai ketentuan yg berlaku. Pembayaran dg angsuran hrs dilakukan secara berkala. Kelalaian atas pembayaran/angsuran hrs dibuatkan surat peringatan ( 1 s/d 3 ). Tenggang waktu surat peringatan sekurang-kurangnya 1-2 bulan. Peringatan ke 4 dilakukan apabila debitur lalai atas peringatan ke 3 Tembusan surat peringatan ke-4 disampaikan kpd : a. Irjen K/L bersangkutan, b. Biro keuangan K/L bersangkutan, c. Kantor Pusat DJPBN. d. kanwil DJPBN setempat. Kelalaian atas peringatan ke-4, KPPN menyampaikan berkas piutang kpd Biro Keuangan K/L utk ditindaklanjuti penagihannya melalui KPKN-L atau Pengadilan Negeri setempat

Bendahara Penerimaan mencatat SKTJM Menerima, mencatat, dan membukukan setoran pengembalian kerugian negara serta menyetorkan sesuai ketentuan yg berlaku. Menerima, mencatat Srt.Kptsn Pembebanan Penggantian Sementara/Ganti Rugi yg diterbitkan PA. Menerima, mencatat SK Pembebanan yg diterbitkan BPK. Mencatat / menatausahakan pembayaran/ pengembalian kerugian negara dlm Kartu Pengawasan pengembalian kerugian Negara.

Kementrian Negara/lembaga : Eselon I : Wilayah : Satuan Kerja :


KARTU PIUTANG

Jenis Piutang :
Nomor :

Identitas Debitur
Nama : NIP/NPWP : Alamat : Unit Kerja/Kode : Kementrian Negara/Lembaga :

Data Piutang
Jumlah Piutang : Tgl. Jatuh tempo : Angsuran/bulan : Mulai ngsuran : Dasar Penetapan piutang, S.K. : Tgl. S.K. :

Tanggal

Keterangan

Debet

Kredit

Saldo

A. Penatausahaan adalah kegiatan pendataan, pencatatan, pembukuan, dan pelaporan. B. Pengeluaran Negara adalah setiap uang yang keluar dari kas negara. Setiap pegeluaran negara meliputi : 1. Pemindahbukuan dari rekening kas negara ke rekening yang berhak menerima non belanja negara (pengeluaran PFK) 2. Pemindahbukuan dari rekening kas negara atas tagihan yg membebankan anggaran negara/belanja negara (mekanisme UP dan LS)

1.

Pengeluaran dari ke rekening kas negara ke rekening PT. Askes yg diterima atas potongan SPM Belanja Pegawai/Gaji. 2. Pengeluaran dari rekening kas negara ke rekening PT. Taspen yg diterima atas potongan SPM belanja Pegawai/Gaji. 3. Pengeluaran dari rekening kas negara ke rekening PT. ASABRI yg diterima atas potongan SPM belanja pegawai TNI. 4. Pengeluaran dari rekening kas negara ke rekening BULOG dan sebagainya berdasarkan potongan SPM dari KPA.

Pengeluaran yg membebani anggaran belanja negara : 1. Sebagai akibat perjanjian dg pihak ketiga dalam pengadaan barang/jasa, 2. Sebagai akibat pembayaran pembiayaan cicilan bunga/hutang kepada pihak pemberi pinjaman. 3. Sebagai akibat diterbitkannya Srt Keputusan dlm bidang kepegawaian, (SK pengangkatan pegawai, kepangkatan, dan/atau tunjangan). 4. Pembayaran/tagihan lainnya yg membebani anggaran belanja negara.

1.

Pembayaran atas beban APBN pada dasarnya menggunakan cara Langsung (LS) kepada yg berhak menerimanya. ( belanja pegawai, bel. Barang, bel modal 1. Pembayaran dengan cara UP (beban uang persediaan), hanya dilakukan apabila tidak dapat dilaksanakan dengan cara LS ( bel. Barang Non LS) 1. Pembayaran dengan cara UP hanya untuk belanja yg relatif kecil melalui bendahara pengeluaran secara tunai.

1.

Dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran pada kantor/satuan kerja 2. Penatausahaan dilakukan pada Buku Kas Umum (BKU) dan buku pembantu yg diperlukan, berdasarkan PMK No.73/PMK.05/2008 dan Perdirjen Perbend No.PER-47/PB/2009. 3. Dilakukan oleh KPPN untuk semua belanja negara pada kantor/satuan kerja dalam wilayah pembayaran yg telah ditetapkan. 4. Penatausahaan oleh KPPN pada kartu pengawasan kredit /pengawasan anggaran berdasarkan UU No.1/2004 menurut DIPA masing-masing kantor/satuan kerja

Dapat dilakukan dengan cara manual atau komputer. 2. Dicatat dalam BKU dan buku-buku pembantu lainnya. 3. Setiap Bendahara Pengeluaran wajib membuat nomor unik pada setiap bukti tagihan/dokumen sumber 4. Tidak memerlukan tutup buku pada setiap akhir bulan. 5. Setiap akhir bulan/pemeriksaan kas utk pembukuan dg komputer, cukup dg print out data dan membuat BA pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi. 6. Tutup buku hanya wajib dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran 7. Pembukuan wajib dilakukan oleh bendahara pengeluaran terhadap semua transaksi yg terjadi pada kantor/satuan kerja bersangkutan (UP & LS).
1.

1. Mekanisme belanja dg cara LS dilaksanakan dg cara pemindahbukuan antar rekening kas negara ke rekening yg berhak menerimanya melalui KPPN. 2. Mekanisme belanja dg cara UP dilaksanakan secara tunai melalui bendahara pengeluaran atas beban Uang Persediaan yg dikelola bendahara pengeluaran. 3. Mekanisme belanja dilakukan oleh Pejabat atau Panitia Pengadaan melalui Penyedia Barang/Jasa ( Keppres No.80/2003)

Pelaksanaan belanja dilakukan oleh pejabat pengadaan/panitia pengadaan/unit layanan pengadaan 2. Pembayaran atas pelaksanaan belanja dilakukan oleh bendahara pengeluaran utk pembayaran maksimum Rp.10 juta/transaksi. 3. Pembayaran atas pelaksanaan belanja dg nilai diatas Rp.10 juta harus dg cara LS 4. Setiap permintaan pembayaran ke KPPN harus berdasarkan SPP yg dibuat oleh KPA/P2K, baik SPPUP/TUP/GUP/LS 5. Bendahara pengeluaran wajib menyiapkan permintaan SPP-UP/TUP/GUP, yg masuk ke rekening bersangkutan. 6. SPP-LS tidak dan bukan tanggung jawab bendahara pengeluaran.
1.

1.

Laporan keuangan dibuat oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yg disampaikan ke UAPA, dan KPPN paling lambat tgl. 7 setiap bulan utk laporan bulan sebelumnya. 2. Laporan Pertanggungjawaban dibuat oleh Bendahara Pengeluaran yg disampaikan ke PA, KPPN, dan BPK paling lambat 10 hari kerja setelah akhir bulan utk laporan bulan sebelumnya. 3. Laporan pungutan dan penyetoran pajak yg dibuat Bendahara Pengeluaran kpd KPP melalui Kanwil DJP sesuai wilayah kerja yg ditetapkan.

Break down please ..!!

Wassalamualaikum Wr.Wb.

You might also like