You are on page 1of 8

Bacharuddin Jusuf Habibie lahir pada tanggal 23 juni 1936 di kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan.

Putra ke empat dari delapan bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Semasa kecil sampai sekarang B.J. Habibie akrab di sapa dengan Rudy. Makanan kesukaan B.J. Habibie adalah bubur manado. Ia juga gemar berenang, menyanyi, main layang-layang, naik kuda, main gundu (keler3ng), mallogo (logo), yaitu mainan dari tempurung segitiga. Sejak kecil sifat B.J. Habibie memang lebih serius. Dia tidak seperti lainnya, ia bermain hanya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Dan jika bermain dengan blokken (micano), ia akan membuat kapal terbang dan sebagainnya. Tanggal 3 sepetember 1950, sesuatu hal yang tidak terduga, Alwi Abdul Jalil Habibieayah B.J. Habibiemendapat serangan jantung pada saat bersujud shalat isya. Karena selama ini R.A. Tuti Mariniibu B.J. Habibielebih mementingkan pendidikan, maka ia mengambil dan memutuskan tindakan yang berat, serta tidak mau terlalu terbawa duka. Ia memutuskan B.J. Habibie anak tertua dirumahnya harus pergi ke Jawa. B.J. Habibie kemudian tinggal di Bandung, tinggal di tempat pak Soedjoed, yang merupakan teman baik almarhum bapaknya. Saat di SMA B.J. Habibie mulai tampak menonjol prestasinya di kelas, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta seperti matematika, mekanika dan lain-lain. B.J. Habibie kemudian kuliah di ITB Bandung, selama menjadi mahasiswa ITB, B.J. Habibie memang banyak tertarik pada bidang pesawat terbang. Salah satu hobinya yang tidak dapat berkembang adalah kegemaran dan perhatianya terhadap aeromodeling. Ia mempunyai pesawat terbang sendiri dan selalu di peragakan tetapi model tersebut tak pernah sempat untuk disempurnakan. B.J. Habibie menjadi mahasiswa ITB praktis hanya 6 bulan, karena kemudian ibunya bertekad agar anakanaknya mampu bersekolah semaksimal mungkin termasuk ke luar negeri. Saya memilih B.J. Habibie karena anak itu terlihat lebih serius dalam hal belajar. Sampai-sampai di balik pintupun dia bisa membaca buku dengan asiknya ujar ny. R.A Tuti Marini. Menjadi Mahasiswa di Aachean

Pada tahun lima puluhan, belajar diluar negeri masih merupakan hal yang langka, baik dengan beasiswa pemerintah maupun biaya sendiri. Tetapi Ny. R. A Tuti Marini sudah bertekad kepada anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan semaksimal kemampuannya, termasuk keluar negeri B.J. Habibie mendengar sendiri malam ketika ayahnya meninggal, ibunya yang waktu itu mengandung delapan bulan berteriak-teriak dan bersumpah di depan jasad Alwi Jalal Habibie suaminya, bahwa cita-cita suaminya terhadap pendidikan anak-anaknya akan diteruskan. Itulah yang membuat Habibie tidak heran ketika diajak runding ibunya. Nak, kamu sudah saya dapatkan beasiswa untuk keluar negeri. Sudah ada izin dari P dan K, katanya. Kebetulan pada suatu hari ia bertemu dengan Kenkie (Laheru) temannya di ITB. Laheru mengatakan ia akan pergi ke Jerman melanjutkan pendidikan. B.J. Habibie langsung menyatakan bahwasannya ia juga berniat, tetapi bagaimana bisa

memperoleh izin dan visa ? Laheru menjawab, sementara ini yang paling penting adalah menghubungi kementerian perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Jakarta. Beliau langsung berangkat ke Jakarta dan menemui petugas yang berwenang. Waktu itu beliau ditanya jurusan apa yang paling dikuasai? Beliau menjawab fisika yang termasuk jurusan aeronautika atau intruksi pesawat terbang. Ibu beliau mengirim Habibie keluar negeri dengan alasan, Saya memilih Habibie karena anak itu kelihatan lebih serius dalam hal belajar. Sampai-sampai dibalik pintupun ia bisa membaca buku dengan asyiknya. Sebetulnya, adiknya ada yang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri tapi bagaimana lagi waktu itupun, saya harus melepas seluruh uang tabungan, dan sebagai janda saya tidak memiliki koneksi, sehingga terpaksa saya harus berjuang sendiri demi anak. Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. DiTechnische Hochschule Aachen Jerman Barat B.J. Habibie memilih jurusan kontruksi pesawat terbang. Sebelum berangkat ke Jerman, beliau bertemu Prof. Dr. Muhammad Yamin selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang waktu itu mengelus-ngelus kepalanya dan berkata, Kamu inilah harapan bangsa. Nasehat tersebut merupakan ujian yang harus dilalui dengan sukses oleh B .J. Habibie.

Hidup di Rantau Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian. Dalam kelas-kelas yang diikutinya Habibie kadang-kadang menarik perhatian. Pernah suatu hari Habibie mengikuti kuliah yang diberikan oleh Prof. Ebner, tetapi karena terlambat beberapa menit ia masuk ruangan kuliah dengan berhati-hati. Kirakira setengah jam kemudian, Prof. Ebner berhenti dan menanyakan kepada mahasiswa apakah ada yang belum jelas ataupun bertanya. Tiba-tiba beliau angkat bicara dengan langsung mendebat, sehingga suasana mulai berubah. Dan semakin lama perdepatanpun semakinseru, sampai akhirnya semua mahasiswa satu persatu meninggalkan tempat karena makin panjangnya perdebatan.

Disamping aktif menjadi mahasiswa jurusan aeronik, ternyata kiprah Habibie dalam dunia sosial sangat bagus, beliau mengadakan seminar PPI yang mengupas masalah pembangunan, politik, ekonomi serta sosial di Indonesia.pada tahun 1959 dengan penuh perjuangan dan usaha yang tidak mudah, sehingga beberapa perusahaan beliu kunjungi untuk meminta dana dari proposal yang beliau buat sendiri. Seminar tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berdomisili di Eropa. Sementara seminar terealisasikan, beliau terkapar sakit dan mendekam di klinik universitas Bonn dikarenakan serangan influenza yang virus-virusnya masuk ke jantung. Sehingga selama 24 jam, dalam keadaan tidak sadar tiga kali dikembalikan kekamar mayit dari bangsal biasa. Namun, Allah masih memberikan kesempatan bagi beliau untuk meneruskan perjuangannya, Dalam pembaringan ketika merenung. Dan disitulah ia menciptakan sebuah sajak berjudul sumpahku. SUMPAHKU !!! terlentang!!!//Djatuh!Perih!Kesal!//Ibu pertiwi//Engkau pegangan//Dalam perdjalanan//djanji pusaka dan sakti//tanah tumpah darahku. Makmur dan sutji//.//hantjur badan//tetap berdjalan//djiwa besar dan sutji//membawa aku,padamu!!!

Sajak ini, mengisahkan tekad dan kepasrahannya dalam mengabdi untuk mencapai kemakmuran bangsa bukan untuk dilihat orang tetapi merupakan kewajiban generasi bangsa baik individu maupun kelompok. Memang tekad suci dan kuat, serta tujuan belajar serta hidup yang suci menjadi dasar kesuksesan beliau dalam bidang akademik. Sehingga pada tahun 1960 meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai Cumlaude atau dengan angka rata-rata 9,5. Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil. Sedangkan pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summacumlaude dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Belum lagi penemuan beliau tentang pemecahan persoalan penstabilan konstruksi di bagian ekor pesawat yang dihadapi oleh Perusahaan HFB (Hamburger Flugzeugbau) yang kini berubah menjadi MBB (Messerschmitt Bolkow Blohm) selama tiga tahun akhirnya dapat diselesaikan oleh Habibie dalam waktu enam bulan. Sehingga, penemuan-penemuan tersebut diabadikan oleh berbagai pihak yang dikenal dengan teori, faktor dan metode Habibie. Kegigihannya dalam mempertahankan pendapat, baik mengenai programprogram penelitian maupun yang lainnya membuahkan hasil baginya. Sehingga pada tahun 1974, beliau sudah diangkat menjadi Wakil Presiden dan Direktur

Teknologi MBB. Amanat tersebut merupakan jabatan tertinggi yang diduduki oleh orang asing. Prestasi-prestasi yang diukir di Jerman bukan kunci keberhasilan dan kejayaan bagi beliau, justru hal tersebut sebagai sarana dalam mempersiapkan diri jika kelak berada di tanah air. Pada umur 28 tahun, ketika itu Habibie belum bisa kembali pulang ke Indonesia justru beliau diberi tugas untuk membina kader-kader bangsa yang sedang mendalami konstruksi pesawat. Akhirnya, kader-kader tersebut beliau berikan peluang untuk bekerja di MBB melalui prakarsa yang tidak mudah untuk meyakinkan pihak perusahaan dalam menerima 30 orang Indonesia. Saat Habibie dipanggil untuk pulang ke Indonesia, 30 orang tersebut bersama-sama beliau kembali ke tanah air guna menjalankan tugas yang diberikan oleh presiden Suharto.

Kembali ke tanah air Presiden Suharto langsung memberi instruksi kepada B.J. Habibie untuk merintis IPTN. Bermodalkan semangat dan tekad yang kuat B.J.Habibie berangkat ke luar negeri guna mengajak industri-industri pesawat terbang lainnya untuk bekerjasama. Di dalam usahanya itu, tantangan besar siap dihalau. Bahkan tamparan keras dirasakan ketika akan berunding dengan sebuah industri pesawat terbang di Kanada. Direktur utama perusahaan menolak untuk bertemu bahkan ketika asisten direktur perusahaan menerimanya, dengan keras mereka menjawab tidak berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia dan yang perlu dimengerti oleh anda membangun industri pesawat terbang itu tidak mudah Habibie seharusnya semua mengerti. Dengan kata lain, bangsa Indonesia tidak akan becus membuat pesawat terbang. Karena itu jangan bermimpi. Akhirnya B.J. Habibie mendapatkan mitra yang diingnkan yatiu Casa Spanyol. Berdasarkan kerjasama dengan Casa Spanyol kemudian IPTN merancang dan memproduksi CN 235 yang telah di gunakan di Indonesia dan mancanegara.

B.J. Habibie mengatakan bahwa ia tidak pernah membayangkan memangku jabatan wakil presiden. Sebagai putra bangsa, ia hanya ingin menunjukan pengabdianya. Oleh karena itu apapun yang dikehendaki bangsa, ia akan selalau merasa terpanggil untuk dapat semaksimal mungkin memenuhinya. Dengan segala kerendahan hati dan menyadari segala hal keterbatasan saya, dengan mengucap bismillahirahmanirahim saya siap melaksankan amanat majelis yang mulia ini, dalam membantu dan mendampingi bapak presiden Soeharto, sebagi

wakil presiden untuk masa bakti 1998-2003. Urai B.J. Habibie dalam pidatonya. Sebagai wakil presiden yang ke -7 dalam sejarah Republik Indonesia. Menanggapi suara yang menuntut reformasi, wakil presiden B.J. Habibie menegaskan bahwa reformasi yang sekarang ini banyak di suarakan masyarakat hendaknya dilaksanakan secara konstitusional dan tdak boleh merugikan rakyat.

Saat bersejarahpun tiba. Kamis, 21 Mei 1998 tepat pada pukul 09.00 presiden Soeharto menyampaikan pernyataan pengunduran diri sebagai presiden. Mulai hari itu pula kabinet Pembangunan VII dinyatakan demisioner dan untuk mengindari kekosongan pimpinan dalam menyelengarakan pemerintahan negara. Wakil presiden mengisi jabatan presiden. Tepat pada pukul 09.10 wakil presiden B.J. Habibie mengucapkan sumpah sebagai presiden Republik Indonesia, dengan disaksikan pimpinan Mahkamah Agung. Dalam waktu singkat kurang dari 24 jam setelah B.J. Habibie mengangkat sumpah sebagi presiden RI ke-3 ia mengumumkan kabinet yang dipimpin dan memberi nama kabinet tersebut, kabinet Reformasi Pembangunan. Sejalan dengan program mendesak yang telah dicanangkan itu, beberapa langkah kongkret dalam waktu singkat telah ditempu presiden B.J. Habibie antara lain memantapkan prosedur dengan jadwal yang jelas tentang pelaksanaa pemilihan umum yang luber, jujur dan adil. Dalam penilaian majalah Asian Week, raport pemerintahan B.J. Habibie menujukan prestasi yang sangat baik dalam bidang manajemen krisis ekonomi, stabilitas nasional, pembangunan basis-basis kekuasaan, hubungan luar negeri, penampilan citra yang berbeda dengan pemerintahan orde baru. B.J. Habibie di nilai tidak mengadopsi gaya pemerintahan Soeharto yang otoriter, melainkan ia memerintah secara demokratis dan mengargai hak-hak rakyat.

Menurut B.J. Habibie, mantan presiden Soeharto kadang kala dianggap orang yang lebih tua dari padanya,. Tetapi pasti, ia merupakan sahabat yang baik. Ia orang yang baik. Suatu ketika ia mengatakan kepada saya, Rudi, suatu hari kelak banyak orang yang mengamati kamu. Banyak orang yang mengenal kamu. Kamu akan menjadi orang yang paling kesepian di dunia karena mengambil keputusan sendiri. Dan kini, lanjut B.J. Habibie, Saya sudah mengalaminya. Saya harus menghadapinya dan mengambilnya keputusan sendiri secara cepat.

Hanya pada saat terakahir presiden Soeharto lengser dan setelah itu, barulah ia merasa ada perubahan sikap presiden Soeharto dengannya. Ada yang menduga, kemungkinan karena selaku presiden B.J. Habibie kemudian tega meminta mantan presiden di periksa oleh Jaksa Agung dalam tuduhan yang menyangkut korupsi.

Yang menjadi sejarah kehidupan B.J. Habibie yang diulas dalam buku ini yaiutu mengenai masalah Timor-Timur. Timor Timur menjadi masalah Internasional sejak wilayah itu mengakhiri masa kekosongan setelah ditinggalkan penjajah Portugis sebagi wilayah yang tak berpemerintahan dengan menyatakan tekadnya utnuk berintergrasi dengan Indonesia sebagimana diatakan pada deklarasi Balibo 30 November 1976. Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan kepada rakyat Timor-Timur untuk menetukan nasibnya sendiri, apakah tetap bergabung dengan Indonesia atau memisahkan diri. Bagi presiden B.J. Habibie masa depan TimorTimur tidak hanya di tentukan oleh Jakarta, tetapi juga oleh seluruh rakyat di tanah Loro Sae itu. Tanggal 30 Agustus 1999 merupakan hari bersejarah bagi rakyat Timor Timur. Ternyata dari jajak pendapat tersebut diketahui bahwa rakyat Timor Timur menjatuhkan pilihan untuk menolak usulan otonomi luas dengan status khusus yang ditawarkan pemerintah Indonesia. Hal itu tercermin dari jajak pendapat dengan 344.580 suara (78,2%) memilih merdeka dan 94.388 suara (21,8%) memilih tetap berintegrasi dengan Indonesia . Hasil jejak pendapat ini siiarkan serentakdi Dili dan new York. Biver Singhpengamat politik dari Universitas Nasional Singapuramelukiskan masalah Timor Timur bagaikan bola panas. Dengan diserahkannya masalah tersebut kepada PBB berarti Indonesia melempar bola panas pada PBB. Jadi, yang dilakukan presiden B.J. Habibie adalah ibarat melempar bola panas (dalam permainan rugby) dan masyarakat Internasional menangkapnya. Jadi, kentang panas itu sekarang ada pada di gengaman Internasional setelah 24 tahun membakar tangan Soehartoyang menganggapnya sebagai bola emas.

Masalah Timor Timur dalam waktu singkat telah menguji kenegarawanan B.J. Habibie di mata dunia. Masalah ini telah menjadi perhatian dan opini dunia. Timor Timur telah menjadi bahan perdebatan yang tak henti-hentinya di PBB selama 24 tahun, dan akhirnya kini berakhir oleh sebuah ofensif diplomasi seorang

negarawan.

1 Oktober 1999 hingga 22 oktober di selnggarakan siding umum MPR. Penyelengaraan SU MPR ini merupakan agenda terpenting dalam pemerintahan B.J. Habibie dan sekaligus merupakan berakhirnya masa jabatan presiden. Munurt Prof. Dr. Nuno Rocha, pakar komunikasi politik dari sebuah negara Eropa, menyatakan bahwa B.J. Habibie adalah seorang demokrat yang telah membarikan kontribusi menentukan dalam politik di Indonesia.

Selain dalam bidang pendidikan dan karir B.J. Habibie dalam buku ini bercerita tentang hal-hal ringan mengenai kehidupan B.J. Habibie, yaitu ketika B.J. Habibie bertemu kemudian mempersunting gadis pujaan atau ketika Habibie menunaikan ibadah haji.

Untuk melukiskan betapa bergejolak kebahagiaan B.J. Habibie setelah lamarannya di terima dikisahkan oleh S. Sapiie yang mendengar ungkapan pertama B.J. Habibie yang ditemuinya di depan kampus ITB ketika itu dalam bahasa Belanda yang antusias. saya akan menikah. S. Sapiie kaget di buatnya dan dengan berkelakar ia bertanya ,siapakah wanita kurang beruntung tersebut? Dalam bahasa Belanda, wie is de ongelukkige? Jawabnya adalah Hasri Ainun Besari. Leile Z. Rachmanto yang juga baru tiba dari Jerman waktu itu melukiskan bahwa jeritan pertama yang keluar dari mulut B.J. Habibie ketika bertemu aialahn, Leila, ich bin verliebth, ich bin verliebth. (Leila, saya jatuh cinta, saya jatuh cinta). B.J. Habibie dan Hasri Ainun menikah pada tanggal 12 Mei 1962.

Diceritakan pula bagaimana B.J. Habibie saat menunaikan ibadah haji untuk pertama kali. B.J. Habibie di sambut dengan hormat oleh kerajaan Saudi. Pada waktu pangeran mengatakan kepadanya bahwa pemerintah kerajaan Saudi sangat bangga bahwa seorang Islam seperti B.J. Habibie di Indonesia telah mengangkat nama Islam di mata dunia dengan prestasi dan progresifitas yang ditunjukan.

B.J. Habibie akhir-akhir ini banyak menghabiskan waktu di luar negeri, bayak kalangan masyarakat yang memandang sinis, dan menuduh B.J. Habibie kurang nasionalis, padalah istri B.J. HabibieHasri Ainunsedang menderita komplikasi

penyakit dan menjalani perawatan dokter intensif. Pengaruh iklim dan udara sangat berpengaruh pada penyakit yang diderita hasri ainun B.J. Habibie. Kesimpulannya, perjalan hidup B.J.Habibie tidak selalu lurus dan indah, namun ibarat mendayung di antar ribuan orang pintar pastilah ada cobaan, tikaman dan hujatan dari orang lain melalui kritik positif maupun yang tidak membangun. Namun, semuanya beliau atasi dengan tenang serta ibadah spiritul sebagai charge dalam hidup. Dan, berbakti kepada kedua orang tua bagi beliau merupakan kunci kesuksesan utama yang membawa beliau kejenjang kesuksesan dan prestasi baik tingkat dunia maupun Internasional.

You might also like