You are on page 1of 20

PERANAN FILSAFAT PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL

Disusun Oleh Nama NIK : Markus Tampubolon : 11/322068/PHK/06712

DAFTAR ISI

BAB I

: PENDAHULUAN... 3 1. Latar belakang masalah.. 3 2. Rumusan Masalah... 5 3. Tujuan Penulisan Makalah. 5

BAB II

: Peranan Filsafat Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional...................................... A. Tinjauan Filsafat Pancasila............................. 1. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.... 2. Nilai Nilai Pancasila Dalam Aspek Kehidupan 6 6 4 5

B. Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Indonesia............... 9 1. Peranan Pancasila Dalam Pembentukan Hukum Indonesia......... 2. Penyimpangan Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Dalam Pembentukan Hukum Indonesia.......... 12 BAB III : Kesimpulan . 18 9

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pancasila pertamakali disampaikan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir. Soekarno pada sidang BPUPKI. Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau BPUPKI merupakan badan yang dibentuk untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan negara Indonesia kelak saat telah mendapatkan kemerdekaannya. Setelah beberapakali sidang, sampailah kesempatan Bung Karno menyampaikan pidatonya secara aklamasi yang diterima oleh segenap anggota BPUPKI.1 Pancasila merupakan ideologi bangsa kita, Bangsa Indonesia. Bagi suatu bangsa dan negara ideologi adalah wawasan, pandangan hidup atau falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Oleh karena itu ideologi mereke menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk apa mendirikan suatu negara. Ideologi juga merupakan landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mereka dengan berbagai dimensinya. Sebagai ideologi nasional Pancasila mengandung sifat itu.2 Istilah filsafat secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan.3

Tanpa nama, Implementasi sila ke-5 Pada Dalam Peraturan Perundangan Indonesia, http://selasata.wordpress.com/, diakses pada tanggal 05 Oktober 2011, Pukul 10.45, hlm 1. 2 Oetojo Oesman dan Alfian, 1990, Pancasila Sebagai Ideologi, Perum Percetakan Negara R.I., Jakarta, hlm.6 3 FX. Djoko Pranowo, Ary Natalina, Filsafat Pancasila, Dokumen Power Point, hlm 3.

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokokpokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).4 Pancasila sebagai ideologi bangsa harus tercermin dalam pembangun hukum nasional bangsa kita. Setiap Undang-undang maupun peraturan dan ketetapan lainnya tidak boleh berseberangan dengan pancasila, artinya setiap Undang-undang maupun peraturan dan ketetapan lainnya harus mencerminkan nilai-nilai pancasila yang merupakan ideologi bangsa kita. Sebagai ideologi bangsa tentu setiap sila sila dalam Pancasila tersebut merupakan roh dari kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa indonesia. Seiring perkembangan zaman, hukum pun perlahan-lahan mulai berubah mengikuti perkembangan masyarakat, pancasila yang semestinya menjadi sumber hukum mulai diabaikan demi kepentingan individu maupun kelompok. Roh Pancasila dalam kehidupan berbangsa perlahan-lahan mulai undur dari bangsa kita. Produk hukum yang dibuat oleh pemerintah banyak yang tidak mencerminkan nilai-nilai dalam pancasila tersebut dan disahkan oleh pemerintah. Melalui serangkaian perubahan zaman tersebut kita sudah melihat bagaimana nilai-nilai pancasila mulai ditinggalkan, kesejahteraan masyarakat mulai dipinggirkan demi kepentingan yang tidak pancasiliais. Adanya kesenjangan antara das sein dan das
4

ibid

sollen di bangsa kita ini harus diberi perhatian secara penuh, jangan sampai karena ideologi pancasila dikesampingkan bahkan ditinggalkan dari bangsa kita. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang di atas, Rumusan Masalah yang diambil ialah, Bagaimana Penerapan Peranan Filsafat Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional. C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Filsafat Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional.

BAB II PERANAN FILSAFAT PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL A. Tinjauan Filsafat Pancasila 2. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Pancasila 4. Ketuhanan Yang Maha Esa. 5. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. 6. Persatuan Indonesia. 7. Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijkasanaan dalam

Permusyarawatan/Perwakilan. 8. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Itulah isi pancasila yang merupakan filsafat bangsa kita, Bangsa Indonesia. Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, kecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan perumus Pancasila tidak hanya sekedar membuat Pancasila sebagai naskah semarak kemeriahan Indonesia bebas dari penjajahan. Pancasila mengandung nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara, unsur-unsur dari segala perbedaan yang terdapat Bangsa Indonesia dipersatukan menjadi visi Bangsa Indonesia dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif

tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama. 5 Pancasila merupakan pijakan dasar dan identitas bangsa kita. Segala macam kebudayaan dan adat istiadat dari pulau Sumatera sampai Papua terangkum dalam pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa filsafat pancasila berhasil memeluk segala perbedaan menjadi persatuan bangsa. Seluruh masyarakat semestinya menunjukkan kepacasilaisan dalam perilaku kehidupan sehari hari. Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesi agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.6 3. Nilai Nilai Filsafat Pancasila dalam Aspek Kehidupan. Pancasila memiliki nilai-nilai yang harus diterapkan dan diamalkan oleh Bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara. Setiap sila-sila dalam Pancasila memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan bernegara, tetapi semua nilai tersebut tetap merupakan suatu nilai kesatuan yang dimiliki Bangsa Indonesia.

Nella Bella Yuanita Putri, Membangun Karakter Bangsa Dengan Falsafah Pancasila, http://nabellayuanitaputri.blogspot.com/2011/05/membangun-karakter-bangsa-dengan.html, Diakses Pada Tanggal 05 Oktober 2011, Pukul 10.47 WIB. hlm 1. 6 ibid

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia hidup dengan keyakinan dan iman atas kepercayaan dan pandangan hidup yang telah diajarkan agama mereka. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannnya, Negara Indonesia memberikan hak dan kebebasan setiap warga negara terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya. Kerukunan Umat Beragama dan Toleransi mesti tercermin dalam Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab yaitu nilai kejujuran, keadilan, kasih terhadap sesama. Nilai kemanusiaan jelas mencerminkan kasih, nilai adil menunjukkan setiap orang punya hak yang sama dan tidak dibeda-bedakan. Nilai ini menghendaki agar manusia Indonesia tidak memeperlakukan sesame manusia dengan cara sewenang-wenang, pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan sederajat bagi setiap manusia, jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta kewajiban menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan yang ada bagi setiap warga negara dalam memberikan perlakuan terhadap sesama. Nilai Persatuan Indonesia merupakan nilai atas bersatunya kehendak yang merupakan kepentingan bersama. Persatuan dalam hal ini masih bersifat berbeda-beda tetapi tidak dilebur menjadi satu melainkan diikat menjadi satu, sehingga timbul persatuan. Persatuan yang didasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat, Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Kerakyatan artinya kepentingan rakyat harus

diutamakan dan rakyat harus dilindungi. Perlakuan adil terhadap rakyat dan adanya perwakilan yang menyampaikan kebutuhan serta keluhan rakyat, sebab negara kita

merupakan negara kerakyatan. Melakukan musyawarah dan mufakat untuk mengambil keputusan sebelum dilakukan voting, voting yang dilakukan pun seharusnya voting demokatis yaitu dalam setiap suara harus disertai argumen memilih. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai ini tentu jelas menunjukkan adanya perlindungan penuh terhadap rakyat, adanya adanya jaminan keadilan yang merupakan jaminan akses dalam kehidupan sosial seperti pendidikan juga penghidupan yang layak. Perlindungan Hukum serta Pemeliharaan terhadap rakyat harus diutamakan demi mencapai keadilan dalam masyarakat. Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas yaitu membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain, bersifat universal yang juga dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi sila ke lima sila yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.7 Itulah Pancasila, ideologi luhur yang lahir bukan sebagai hasil latah mengikuti ideologi bangsa lain, tetapi sebagai buah pemikiran mandiri yang komprehensif berdasarkan perjuangan kolektif bangsa menuju kemerdekaan. Pancasila tidak ada duanya di dunia. Unik, namun tetap menjamin ke-bhinneka-an Indonesia berada pada tataran kehidupan yang harmonis dan rukun.8

GBPH. H. Joyokusumo,disampaikan dalam makalah Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara Serta Dalam Pergaulan Antar Bangsa, Hlm 5. Seminar Nasional Eksistensi Pancasila Dalam Era Pluralisme Yang diadakan Oleh Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta Tanggal 2 Mei 2009. ibid

B. Pancasila Dalam Pembagunan Hukum Indonesia 1. Peranan Pancasila Dalam Pembentukan Hukum Indonesia Pancasila mempunyai kedudukan yang istimewa di negara kita. Dalam Pembukaan UUD 1945 nilai nilai Pancasila sudah Tercantum, artinya ketentuan Pancasila Berlaku sebagai sumber hukum. Setiap Pembentukan hukum harus sesuai dengan Pancasila sebab Nilai Pancasila Berlaku Sebagai Acuan dalam pembentukan hukum Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, tujuan juga filsafat yang sudah berakar kuat sehingga apapun hukumnya tetap pancasila tidak boleh dikesampingkan dalam pembentukan hukum tersebut. Pancasila merupakan dasar dari penjelmaan hukum-hukum yang dibuat di Indonesia, Pancasila merupakan dasar pandangan hidup yang telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat indonesia. Pembentuk undang-undang dalam hal ini tetap mengacu dan tidak dapat menyimpang dari pancasila. Setiap produk hukum yang telah dibuat dan apapun bentuknya akan diuji terlebih dahulu sebelum disahkan dan berlaku dimasyarakat. Semua pasal-pasal dalam peraturan tersebut akan disesuaikan dengan pancasila. Kita menyadari keanekaragaman suku dan budaya indonesia disamping memberikan kekayaan bagi Indonesia juga memberikan tugas untuk membentuk peraturan-peraturan yang dapat memeluk seluruh keanekaragaman budaya di dalam satu hukum negara yang menjamin keadilan bagi seluruh suku-suku yang ada di Indonesia yang merupakan Rakyat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya

sudah menunjukkan langkah-langkah apa saja yang diperlukan pembentuk hukum untuk menciptakan hukum yang adil bagi masyarakat indonesia. Seluruh nilai Pancasila harus tercantum dalam hukum yang telah dibentuk oleh pembentuk peraturan.

10

Pancasila merupakan fondasi negara kita. Peraturan Hukum yang diciptakan jelas harus sesuai dengan fondasi negara. Peraturan Hukum yang tidak sesuai dengan Pancasila secara tidak langsung menghancurkan fondasi negara yang telah dibangun dan dirumuskan dalam Pancasila. Tentu kita tidak ingin menjatuhkan sendiri Negara yang sudah dibangun sejak zaman Founding Father. Ideologi Pancasila harus tetap dipetahankan dalam setiap pembentukan hukum bangsa kita. Bangsa dan rakyat Indonesia sangat patut bersyukur bahwa founding fathers telah merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila. Bahwa Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Karena itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran dan citacita moral yang meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berurat-berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah menegaskan bahwa hidup dan kehiudupan manusia bisa mencapai kebahagiaan jika dikembangkan secara selaras dan seimbang baik dalam pergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi, hubungan manusia dengan komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan dengan sang khalik.9 Dalam Undang-undang Dasar 1945 tiada satu pasalpun yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum, sedangkan Penjelasan Umum Undang-undang Dasar 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara angka I dikatakan bahwa Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), kemudian dalam angka I butir 1 dikatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan
9

GBPH. H. Joyokusumo,disampaikan dalam makalah Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara Serta Dalam Pergaulan Antar Bangsa, Hlm 5. Seminar Nasional Eksistensi Pancasila Dalam Era Pluralisme Yang diadakan Oleh Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta Tanggal 2 Mei 2009.

11

atas Hukum (Rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsstaat); tanpa dijelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan negara hukum.10 Untuk mengerti serta memahami apa yang dimaksud dengan negara hukum kiranya tidak cukup apabila hanya dijelaskan dengan satu kalimat seperti tersebut diatas. Memang pokok pengertian negara hukum, dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan baik yang dilakukan oleh para penguasa negara maupun yang dilakukan oleh para warganegaranya berdasarkan atas hukum.11 Pancasila yang merupakan dasar hukum juga sudah merangkum dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, walaupun tidak tertulis secara langsung. Perlindungan Hak Asasi Manusia Tercantum dalam UUD 1945 yang merupakan konsep dasar pengelolaan kehidupan nasional. Pancasila juga memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat. Indonesia menganut paham kesejahteraan (walfare state) yang tercantum dalam alenia IV pembukaan UUD 1945 disebutkan tujuan berdirinya negara Republik Indonesia, yaiut untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.12 2. Penyimpangan Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Dalam Pembentukan Hukum Nasional Indonesia Tidak dapat kita pungkiri, Pancasila sebagai filsafat dan ideologi memiliki peran penting dalam pembentukan hukum, sebab Pancasila adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia untuk mencapai visi bangsa, sehingga penerapan pancasila dalam setiap pembentukan hukum sifatnya wajib serta setiap hukum harus
10

Soehino, S.H., 1985, Hukum Tata Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila Dan Undang-undang Dasar 1945 Adalah Negara Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm 17. 11 ibid 12 Mahmuzar, M.Hum., 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen, Nusa Media Bandung, hlm 31.

12

dikaji kesesuaiannya dengan Pancasila. Sebagai filsafat bangsa jelas perananan Pancasila sebagai filsafat bangsa mencerminkan apa yang harus dibangun dalam pembangunan hukum Indonesia. Suatu Peraturan hukum agar benar-benar dapat berfungsi, harus dapat dikembalikan pada tiga faktor untuk berlakunya hukum, yaitu faktor filosofis, faktor yuridis dan faktor sosiologis. Oleh karena itu, hukum baik yang sekarang berlaku (ius constitutum) maupun hukum yang akan berlaku atau tengah disusun (ius constituendum) harus mencerminkan keadilan.13 Fakta yang kita lihat di bangsa kita, pembentukan hukum terkadang tidak sesuai dengan filsafat pancasila, ideologi ini mulai dikesampingkan, masalah seperti ini sudah menjadi pembahasan nasional, eksistensi pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa mulai dipertanyakan. Para pembuat hukum yang pasti sudah mengetahui pancasila sebagai filsafat bangsa seakan akan membut hukum sendiri untuk mengatur bangsa. Masalah ini pasti akan berdampak pada masyarakat, perlindungan hukum terhadap masyarakat pastinya akan semakin dipinggirkan terutama mereka kaum strata bawah yang dalam falsafah pancasila seharusnya mendapat perlindungan dari hukum. Bebarapa undang-undang menjadi pokok permasalahan karena isi yang

tidak pantas dan bertentangan dengan diperbincangkan, tetapi walaupun para pembentuk hukum sudah mengerti aturan main dalam pembentukan hukum, seakanakan semuanya hanya aturan foemalitas yang dapat dilanggar, perkembangan hukum semacam ini sangat memilukan bagi bangsa kita. Pancasila yang menjamin HAM dan perlindungan setiap masyarakat serasa tiada berdaya terhadap pembentuk undang undang

13

Ch.Medi Suharyono, S.H., M.Hum., dkk, 2010, Masalah Aktual dalam Hukum, Korelasi Stratifikasi Sosial terhadap Penegakan Hukum dan Budaya Hukum di Indonesia, Universitas Atma Jaya yogyakarta, hlm 39.

13

Banyak Undang-undang yang sama sekali tidak sesuai dengan Pancasila, seperti UU No 9 Tahun 2009 yaitu UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang telah dibatlakan MK karena tidak sesuai dengan sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. UU BHP itu sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, baik nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah untuk Mufakat dan Keadilan Sosial. Sehingga kalau dicermati lebih dalam, UU BHP dibangun tidak berdasarkan pada landasan konstitusi yang ada yaitu Pasal 31, 32 dan 34 UUD 1945 yang seharusnya menjadi ruh UU BHP. Secara substansi, jelas Darma, UU BHP itu menghilangkan akses warga miskin terhadap pendidikan karena dengan menjadikan dunia pendidikan sebagai komoditas maka biaya pendidikan akan makin mahal. Dengan minimnya akses tersebut, rakyat Indonesia akan makin bodoh dan bangsa Indonesia akan makin tertinggal dari negara-negara lain yang warganya makin cerdas.14 Selain Undang-undang BHP yang telah dibatalakan oleh Mahkamah Konstitusi, ada beberapa undang-undang yang tidak mencerminkan filsafat pancasila. Undang-undanga Pornografi yang jelas tidak sesuai dengan sila keadilan sosial. Undang-undang ini jelas mendiskriminasikan beberapa suku bangsa dengan pengertian pornografi yang masih dianggap multi tafsir. Menurut undang-undang No. 44 Tahun 2008 Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.15
14

Tanpa nama, http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=2657, diakses pada tanggal 06 Oktober 2011, Pukul 10.34 WIB, hlm 1. 15 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4928, hlm 2.

14

Dari rumusan pornografi tersebut, jelas saja pengertian pornografi tidak mencerminkan adanya keadilan sosial dan mencerminkan toleransi adat isitiadat dan budaya. Masyarakat Bali dan Papua menjadi sorotan untuk undang-undang yang telah diberlakukan ini, adat isitiadat Bali dalam seni yang dapat digolongkan sebagai pornografi juga pakaian adat Papua juga dapat digolongkan menjadi pornografi. Pancasila jelas tidak tercermin dalam pembuatan hukum ini. Pembentuk hukum hanya menjadikan undang-undang ini sebagai alat politik untuk kepentingan yang tidak tahu arah dan tujuannya. Pancasila menjamin kesejahteraan sosial dan hal ini juga tercantum dalam UUD 1945 kuhususnya Pasal 33, Kesejahteraan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan. Sesuai dengan Pancasila Perekonomian indonesia adalah perekonomian kerakyatan, tetapi dengan dikeluarkannya undang-undang Pasar Modal dan Penanaman Modal Asing perlu dikritisi karena undang-undang ini tidak sesauai dengan asas kerakyatan dalam pancasila karena undang-undang ini memiliki aliran berbeda dengan pancasila, undang-undang ini merupakan undang-undang produk liberalisme yang jelas berbeda dengan sistem kerakyatan yang dimiliki oleh Pancasila untuk mensejahterahkan kehidupan rakyatnya. Negara sendiri pun telah menyalah artikan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila. Negara kita adalah negara persatuan bukan kesatuan, artinya negara kita bukan leburan dari unsur yang berbeda-beda tetapi menjadikan satu (mengikat) unsur-unsur lain menjadi satu. Pemilihan rakyat yang bersifat langsung pun bertentangan dengan sila perwakilan, pemilihan presiden, PILKADA seharusnya dilaksanakan secara perwakilan melalui wakil rakyat jika kita ingin konsisten kepada pancasila. Voting bukanlah cara penyelesaian masalah dalam pancasila,

Musyawarah dan Mufakat lah yang menjadi ciri khas pancasila dalam

15

menyelesaikan masalah. Voting yang benar sesuai Pancasila ialah voting yang menggunakan argumentasi dalam setiap pilihan yang diamabil. Pengelolaan sumber daya juga menjadi pembahasan menarik dalam Pancasila. Seharusnya kekayaan alam tidak dikuasai dan dikelola pemerintah untuk memperkaya pemerintahan pusat sebab sistem negara kita adalah negara kerakyatan. Masalah aktual seperti ini contohnya dapat kita lihat pada PT. Free Port di Papua yang hanya memperkaya diri sendiri dan sedikit masyarakat papua. Tambang di Kalimantan juga mengalami hal serupa, minyak dan batu bara tidak dapat dikelola dengan baik dan dijual kepada pihak asing kemudian kita membeli kembali dengan harga yang sangat mahal. Produk air minum yang menguasia mata air dan praktek monopoli yang jelas makin menyengsarakan rakyat. Sesuai dengan sila pancasila, sila keadilan sosial dan kerakyatan. Negara seharusnya mulai mengembangkan SDA dan SDM yang dimiliki bangsa, bekerja sama dengan pihak asing memang tidak kita sangkal memberikan keuntungan bagi negara tetapi tidak pada daerah. Berdasarkan perekonomian kerakyatan dan asas keadilan sosial juga asas kesejahteraan sosial, Negara Indonesia wajib melaksanakan dan mengembangkan aspek aspek kekayaan bangsa untuk menesejahterahkan rakyat termasuk daerah. Eugen Ehrlich mengatakan bahwa hukum positif yang baik (dan karenanya efektif) adalah hukum yang sesuai dengan living law yang sebagai inner order dari masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalamnya.16 Hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut, bersumber pada apa yang dikemukakan oleh Von Savignij filsuf aliran hukum historis dengan sebutan volksgeist (jiwa bangsa) yang dimanifestasikan dalam nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat bangsa itu sendiri. Jika pandangan seperti ini diterapkan dalam konteks pluralisme
16

Mochtar Kusumaatmaja, 2006, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, hlm. 78-79.

16

Indonesia, maka volkgeist itu jelas berbeda antar kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya. Namun dalam pandangan falsafah Indonesia, keanekaragaman volkgeist terebut jelas sudah dikristalkan dalam nilai-nilai Pancasila17 Penyimpangan Pancasila semakin jelas terasa akibat perkembangan zaman, perkembangan zaman bukan menjadi masalah selama perkembangan itu baik. Yang perlu kita ingat ialah Indonesi punya filsafat bangsa sendiri yang tidak dapat kita tinggalkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itulah yang seharusnya menjadi acuan dalam perkembangan hukum nasional kita untuk memastikan semua asas pancasila itu nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila akan menunjukkan identitas bangsa kita. Bangsa Indonesia.

17

B. Hestu Cipto Handoyo, SH., M.Hum, disampaikan dalam makalah Pluralisme dan Netralisasi Hukum Dalam Perspektif Pancasila, Hlm 5., Seminar Nasional Eksistensi Pancasila Dalam Era Pluralisme Yang diadakan Oleh Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta Tanggal 2 Mei 2009.

17

BAB III KESIMPULAN

Melalui pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat ditarik ialah Peranan Filsafat Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional sangat-sangat dibutuhkan untuk tercapiainya tujuan/visi Bangsa Indonesia. Mensejahterahkan kehidupan bangsa dan menjaga Hak Asasi Manusia. Founding Fathers telah meramu sedemikian rupa nilainilai kemasyarakatan dari Sumatera sampai Papua kedalam sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Hukum yang baik sesuai dengan teori Living Law ialah hukum yang tumbuh di dalam masyarakat. Melalui teori ini pembentuk hukum seharusnya mengaplikasikan nilai nilai filsafat Pancasila kedalam hukum yang telah dibentuk. Pembentukan hukum dan pemahaman sila-sila Pancasila masih belum teraplikasi secara sempurna dalam pembentukan hukum maupun pemahaman negara. Hal ini dapat dilihat melalui UU yang bertentangan dengan filsafat pancasila, produk hukum yang tidak mendukung sistem kerakyatan melainkan liberal, produk hukum yang tidak menjauhkan nilai keadilan soial serta masyarakat. Pemahaman negara yang mengimplementasikan sistem ketatanegaraan pun masih kurang tepat, seharusnya kita adalah negara demokrasi kerakyatan artinya suara rakyatlah yang harus didengar, serta memajukan taraf hidup masyarkat serta keadilan dan kesejahteraan sosial, juga meningkatkan SDA dan SDM bangsa. Sistem PILKADA dan PILPRES seharusnya juga dilakukan secara perwakilan karena kita menganut sistem perwakilan juga voting yang seharusnya memberikan argumentasi pada saat melakukannya. Dengan Demikian seluruh produk hukum yang bertentangan dengan Perlu dikaji ulang demi tercapinya tujuan sila-sila Pancasila sebagai filsafat, ideologi dan visi Bangsa Indonesia.

18

DAFTAR PUSTAKA BUKU Oetojo Oesman dan Alfian, 1990, Pancasila Sebagai Ideologi, Perum Percetakan Negara R.I., Jakarta, Soehino, S.H., 1985, Hukum Tata Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila Dan Undang-undang Dasar 1945 Adalah Negara Hukum, Liberty, Yogyakarta Mahmuzar, M.Hum., 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 sebelum dan sesudah Amandemen, Nusa Media Bandung Ch.Medi Suharyono, S.H., M.Hum., dkk, 2010, Masalah Aktual dalam Hukum, Korelasi Stratifikasi Sosial terhadap Penegakan Hukum dan Budaya Hukum di Indonesia, Universitas Atma Jaya yogyakarta Mochtar Kusumaatmaja, 2006, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4928 Website
http://selasata.wordpress.com/, Tanpa Judul, 05 Oktober 2011
http://nabellayuanitaputri.blogspot.com/2011/05/membangun-karakter-bangsa-dengan.html, Membangun Karakter Bangsa Dengan Falsafah Pancasila, 05 Oktober 2011

http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=2657, Tanpa Judul, 06 Oktober 2011 Bacaan Lainnya


FX. Djoko Pranowo, Ary Natalina, Filsafat Pancasila, Dokumen Power Point.

19

Makalah Pancasila Sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara Serta Dalam Pergaulan Antar Bangsa, Disamapaikan oleh GBPH. H. Joyokusumo, Seminar Nasional Eksistensi Pancasila Dalam Era Pluralisme Yang diadakan Oleh Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta. Makalah Pluralisme dan Netralisasi Hukum Dalam Perspektif Pancasila, Disampaikan oleh B. Hestu Cipto Handoyo, SH., M.Hum, Seminar Nasional Eksistensi Pancasila Dalam Era Pluralisme Yang diadakan Oleh Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta.

20

You might also like