You are on page 1of 3

RISA WIDYASANTI PENDIDIKAN DOKTER GIGI 11/316042/KG/8915 AKURASI DAN PRESISI Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat

error pada hasil pengukuran tersebut. Lalu, bagaimana cara mengetahui error pengukuran sehingga nilai yang sebenarnya dapat diperoleh? Ada dua parameter yang berkaitan dengan error pengukuran tersebut, yaitu akurasi dan presisi. Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi (ketelitian) menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi (ketepatan) menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pengukuran satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias (kesalahan sistematik yang membuat semua pengukuran menjadi salah) yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam pengukuran berat badan atau tinggi badan seseorang dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur adalah rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi. Perbandingan dari tingkat presisi, akurasi dan bias dari suatu hasil pengukuran dapat diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1. Pola hasil pengukuran analitik Gambar 1 menyajikan pola target hasil dari olah raga menembak atau memanah yang analog dengan pola hasil pengukuran analitik yang ideal. Pada gambar 1 (a) sebaran data cukup baik dan mendekati data aslinya. Hasil data dikatakan presisi dan tidak bias atau tidak menyimpang. Gambar 1 (b) menunjukkan sebaran data yang presisi, tetapi menyimpang dari target yang sebenarnya berarti data dikatakan bias. Gambar 1 (c) menunjukkan sebaran data yang meluas berarti data yang

diperoleh tidap presisi. Data 1 (c) tersebut tidak bias relatif jika dibandingkan dengan data 1 (d) yang sama-sama tidak presisi. Faktorfaktor presisi dan bias ini sangat ditentukan oleh terjadinya faktor-faktor kesalahan yang terjadi selama pengukuran. Bila digambarkan dalam bentuk target lemparan anak panah, perbedaan akurasi dan presisi menjadi seperti ini.

TITRASI ASAM BASA Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator, larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai analit. yang tidak larutan ini sedangkan Erlenmeyer

Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent? Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi. Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp). Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan

berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama. Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus V.N titran = V.N analit Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume.

You might also like