You are on page 1of 16

MINERAL BATUAN BASA 1.

Emas, Au Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat Sistem Kristal : Isometrik Warna : Kuning Emas Goresan : Kuning Kilap : Metalik Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam ). Kekerasan : 2,5 3 Berat jenis : 19,3 Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emasemas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan. 2. Perak, Ag Tempat ditemukan : Irian Jaya Sistem Kristal : Isometrik. Warna : Putih Perak Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam. Belahan dan Pecahan : Tak ada Kekerasan : 2,5 3. Berat Jenis : 10,5. Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineral- mineral nikel-kobalt. Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi. 3. Tembaga, Cu Tempat ditemukan : Timor , NTT Sistem cristal : isometrik. Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang. Goresan : Merah metalik. Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
1

Kekerasan : 2,5 3. Berat Jenis : 8,94. Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ. Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel). 4. Sulfur, S Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat Sistem Cristal : Ortorombik. Warna : Kuning sampai coklat kekuningan. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata. Kekerasan : 1,5 2,5. Berat jenis : 2,07. Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan-batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gipsum dan batugamping. Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industri tekstil, kulit, kertas, cat, pencelupan dan penggilingan minyak. 5. Bismut, Bi Tempat Ditemukan : Sistem Cristal : Trigonal . Warna : Putih perak dan corak kemerahan. Goresan : putih perak berkilau. Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ). Kekerasan : 2 2,5. Berat jenis : 9,7 -9,8. Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit. Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik.,

6. Grafit, C
2

Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar Sistem Cristal : Heksagonal . Warna : Hitam. Goresan : Hitam. Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada Kekerasan : 1 2. Berat jenis : 2,09 2,23. Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata. 7. Intan, C Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan Sistem Cristal : isometrik. Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam. Goresan : putih Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal. Kekerasan : 10 Berat jenis : 3,50 Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata. 8. Bornit , Cu5FeS5 Tempat Ditemukan : Irian Jaya Sistem Cristal : Isometrik. Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan bila permukaannya segar, yang cepat berubah menjadi pudar sampai keunguan. Goresan : Hitam keabuan. Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas. Kekerasan : 3 Berat jenis : 5,06 5,08 Genesis : Ternentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat-urat kuarsa. Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga. 9. Galena, PbS
3

Tempat Ditemukan : S.Tuboh, Palembang Sistem Cristal : Isometrik . Warna : abu abu timbal Goresan : abu abu timbal Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna. Kekerasan : 2,5 Berat jenis : 7,58 Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme kontak. Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ). 10. Sfalerit, ( Zn,Fe)S Tempat Ditemukan : Plered, Karawang Jawa Barat Sistem Cristal : Isometrik . Warna : Kuning, cokelat sampai hitam. Goresan : Putih sampai kunung terang dan cokelat. Belahan dan pecahan : ( 110 ) sempurna. Kekerasan : 3,5 - 4 Berat jenis : 3,9 4,1 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, terdapat urat-urat dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, dam magnetit. Dapat pula dijumpai dalam deposit metamorfisme kontak. Manfaat : Mineral bijih sumber logam seng. Selain itu dapat pula menjadi sumber kadmium (Cd), indium (In), galium (Ga) dan germanium (Ge) 11. Khalkopirit Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya Sistem Cristal : Tetragonal . Warna : kuning - kuningan Goresan : hitam kehijauan Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata Kekerasan : 3,5 - 4 Berat jenis : 4,1 4,3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak. Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga. 12. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4 Tempat Ditemukan : Padamarang, Sulawesi. Sistem Cristal : isometrik . Warna : hitam besi sampai hitam - kecoklatan
4

Goresan : coklat gelap Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata Kekerasan : 5,5 Berat jenis : 5,09 Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada lingkungan redimen, yaitu terdapat dalam pasir Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom

13. Realgar, AsS Tempat Ditemukan : Salapa, TasikMalaya Jawa Barat Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Merah-ungu Goresan : Merah sampai jingga Belahan dan pecahan : {010}baik ; {101},{100} dan {120} miskin Kekerasan : 1,5 - 2 Berat jenis : 3,56 Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral arsenik lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, atau sebagai deposit mata air panas. Manfaat : Sumber logam arsen. 14. Stibnit, Sb2S3 Tempat Ditemukan : Sambas, Kalimantan Barat Sistem Cristal : Ortorombik. Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman Belahan dan pecahan : {010} sempurna Kekerasan : 2 Berat jenis : 4,52 4,63 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur rendah, terdapat dalam uraturat atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering berasosiasi dengan realgar, orpiment, galena, markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa Manfaat : Sumber logam antimon 15. Hematit, Fe2O3 Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat Sistem Cristal : Heksagonal. Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai hitam. Goresan : Merah atau coklat kemerahan Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata. Kekerasan : 5,5 6,5
5

Berat jenis : 5,26 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme kontak; juga dalam lingkungan sedimen. Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat batupermata. 16. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10 Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam. Belahan dan pecahan : Tak-ada Kekerasan : 5 6 Berat jenis : 4,71 Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil pelapukan silikat atau karbonat mengandung mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam lempung, dan dalam deposit danau atau rawa. Manfaat : Sumber logam mangan. 17. Pirolusit, MnO2 Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat Sistem Cristal : Tetragonal. Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu-besi, Madang-kadang kebiruan. Goresan : hitam Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata. Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv) Berat jenis : 4,75 Genesis : terbentuk pada lingkungan redimen oksidat; sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau depoisit laut dangkal; pada mintakat oksidasi dari statu deposit bijih, atau batuan yang mengandung mangan. Manfaat : sumber logam mangan 18. Kasiterit, SnO2 Tempat Ditemukan : Bangka Sistem Cristal : Tetragonal . Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang). Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan. Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; konkoidal. Kekerasan : 6 7 Berat jenis : 6,8 7,1 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur tinggi dan terdapat dalam uraturat, atau proses metamorfisme yang secara genetic berhubungan dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit,
6

muskovit, mika-Li, bismulinit, bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial. Manfaat : sumber logam timah ( putih ) 19. Manganit, MnO(OH) Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi. Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam. Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang sempurna Kekerasan : 4 Berat jenis : 4,33 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral mangan yang lain. Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan. 20. Fluorit, CaF2 Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat Sistem Cristal : Isometrik. Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, putih, abu-abu, biru-langit, hitam keniruan, atau coklat. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {111} sempurna Kekerasan : 4 Berat jenis : 3,18 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagi mineral utama maupun sebagai mineral geng bersama mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit. Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, gelas, Kaca-serat ( fiberglass ) dan tembikar. 21. Kalsit , CaCo3 Tempat Ditemukan : Kliripan, Yogyakarta Sistem Cristal : Trigonal. Warna : Tak-berwarna sampai putih, sering diwarnai oleh warna abu-abu, merah, hijau, biru, kuning, bahan coklat sampai hitam bila tidak murni. Goresan : Putih sampai keabuan. Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna. Kekerasan : 3
7

Berat jenis : 2,71 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf dan melalui proses hidrotermal. Merupakan mineral utama dalam batugamping, atau pulam/marmer (marble). Dapat juga diendapkan di sekitar/di sekeliling mata air, atau aliran air, berupa travertin, tufa, atau sinter-gamping. Manfaat : Kalsit merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah tanah. 22. Magnesit, MgCO3 Tempat Ditemukan : Lalangsilawo, Sulawesi Sistem Cristal : Trigonal. Warna : Tak-berwarna, putih, putih-keabuan, dan kekuningan sampai coklat. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11} Kekerasan : 3,5 5 Berat jenis : 3,0 3,2 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen ; secara hidrotermal, sehingga terdapat dalam urat-urat, atau sebagai hasil ubahan pada batuan yang banyak mengandung silikat kalsium (serpentin, olivin, dan piroksen) yang disebabkan oleh air karbonat. Manfaat : Sumber senyawa MgO yang digunakan dalam pembuatan batubara tahan api, industri kimia, dan sebagai sumber logam magnesium. 23. Barit, BaSO4 Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat Sistem Cristal : Ortorombik. Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna. Kekerasan : 3 3,5 Berat jenis : 4,5 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboranminyak bumi dan gas. 24. Gipsum, CaSO42H2O Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu-abu,dan kekuningan bila masiv. Goresan : Putih Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011}
8

dengan pecahan yang fibrus. Kekerasan : 2 Berat jenis : 2,32 Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-urat metalik sebagai mineral geng. Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai pembenah tanah dan pupuk. 25. Wolframit, (Fe, Mn)WO4 Tempat Ditemukan : Pengan, Bangka Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Hitam-kecoklatan sampai hitam besi. Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam kecoklatan. Belahan dan pecahan : {010}sempurna. Kekerasan : 4 4,5 Berat jenis : 7,1 7,5 ; membesar seiring dengan naiknya kandungan Fe. Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan pegmatit yang berasosiasi dengan batuan intrusif granitik ; hidrotermal temperatur tinggi, dijumpai dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, khalkosit, dan bismutinit. Dapat pula terdapat dalam deposit metamorfisme kontak dan deposit alluvial. Manfaat : Sumber utama Logam tungsten ( wolfram ). 26. Kuarsa, SiO2 Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah Sistem Cristal : Trigonal. Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna karena pengotoran. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. Kekerasan : 7 Berat jenis : 2,65 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen. Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan optik. 27. Opal, SiO2.nH2O Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah Sistem Cristal : Tak-ada. Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, atau merah, yangbiasanya disebabkan oleh kotoran berbutir halus. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. Kekerasan : 5,5 6,5
9

Berat jenis : 2,0 2,2 Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan oleh bungakarang. (sponge), radiolaria dan diatomea dari sekresinya yang berupa silica. Manfaat : Dibuat batupermata, sedangkan diatomit digunakan untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan isolator. 28. Kaolinit, Al4Si4O10(OH)8 Tempat Ditemukan : Flores, NTT Sistem Cristal : Triklin. Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena pengotoran. Goresan : Putih Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa karena berukuran Sangat kecil. Kekerasan : 2 Berat jenis : 2,6 Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit. Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi. 29. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2 Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan Sistem Cristal : Monoklin . Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada lembaran tipis. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {001} sempurna. Kekerasan : 2-2,5 Berat jenis : 2,8-2,9 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit ( dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), ata upada lingkungan redimen. Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, yertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas. 30. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4 Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat. Sistem Cristal : Trigonal. Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap, tak berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, dan biru untuk varitas yang mengandung litium. Goresan : Putih Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal. Kekerasan : 7-7,5 Berat jenis : 3,0-3,2. ; membesar seiring dengan bertambahnya Fe Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam pegmatit granit.dijumpai juga sebagai mineral asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada sekis dan genes.Turmalin coklat kaya Mg dapat dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan dalam urat-urat
10

metaliferus bertemperatur tinggi. Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industri sehubungan dengan sifat piezoelektriknya. 31. Olivin, (Mg,Fe)2SiO4 Tempat Ditemukan : Cipanas, Garut, Jawa Barat Sistem Cristal : Ortorombik. Warna : Biasanya hijau-pudar (olive-green), dapat juga putih dan cokelat sampai hitam. Goresan : Putih atau abu-abu. Belahan dan pecahan : {010} tak jelas ; konkoidal. Kekerasan : 6,5-7 Berat jenis : 3,27-4,37 Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya dalam lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.Dapat menjadi penyusun utama dalam batuan beku ultrapasa, yaitu dunit. Manfaat : Dibuat batupermata, khususnya varitas hijau cerah- disebut juga peridot, dan dibuat pasir refraktori yang dipakai dalam industri pengecoran. MINERAL BATUAN ULTRABASA

Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45 %), kandungan MgO > 18 %, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungan kalium dan umumnya kandungan mineral mafiknya lebih dari 90 %. Batuan ultrabasa umumnya terdapat sebagai opiolit. Kelompok batuan peridotite terdiri dari : Dunite terdiri dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite pyroxene dan chromite. Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite. Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau pyrope garnet. Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel. Peridotite adalah suatu batuan beku berukuran butir menengah, berwarna gelap, mengandung sedikitnya 10 persen olivine, besi dan mineral yang kaya akan magnesium (biasanya pyroxenes), dan tidak lebih dari 10 persen feldspar. Kelompok batuan peridotit tidak umum tersingkap dipermukaan dan sangat tidak stabil. Umumnya batuan peridotit yang tersingkap telah terubah menjadi serpentinit, dimana mineral pyroksen dan olivin terubah menjadi mineral serpentin dan amfibol, proses perubahan ini (hydrasi) diikuti dengan perubahan volume yang mengakibatkan terjadinya perubahan (deformasi) dari tekstur awalnya.

11

Kandungan mineral dalam batuan ultrabasa Sebaran batuan ultra basa di Indonesia cukup luas, mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku, Irian Jaya Barat dan Papua..Luas sebaran seluruhnya mencapai 3 juta hektar. Dari sekian banyak sebaran batuan ultrabasa, diantaranya yang dekat aksesibilitasnya dengan aktifitas manusia (kota) adalah sebaran batuan ultrabasa di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Papua. Sebagian besar batuan ultrabasa di Indonesia adalah batuan peridotit yang sebagian telah mengalami serpentinisasi. Jenis batuan batuan ultrabasa di wilayah ini adalah batuan peridotit yang terserpentinkan, berwarna hijau tua, di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit. Tebal satuan ini sekitar 2.500 m mempunyai kontak dengan batuan sekitarnya. Umur satuan ini diperkirakan berumur Trias. Batuan ultrabasa di daerah Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Barru, di sekitar Palaka, Kecamatan Barru dan Komplek Bantimala, Kecamatan Tanete Riaja. Luas sebaran di Kecamatan Barru sekitar 2.500 ha, di Kecamatan Tanete Riaja 3.300 ha. Sumberdaya batuan ultrabasa sekitar 580 juta m3 atau sekitar 4.800 juta ton.

Komposisi Kimia: SiO2 = 35,48 - 40,04%; Al2O3 = 0,55 - 1,21%; Fe2O3 = 7,54 - 8,03%; CaO = 0,00 - 0,16%; MgO = 37,90 40,77%; Na2O = 0,00 - 0,13%; K2O = 0,20%; TiO2 = 0,03%; MnO = 0,08 - 0,11%; P2O5 = 0,01 0,03%; SO3 = 0,00 0,05%; H2O = 0,72 0,077%; HD = 12,21 15,35%;

Persyaratan batuan ultrabasa yang dapat digunakan dalam proses perangkap mineral gas CO2 : Sumber penghasil gas CO2 merupakan sumber yang tidak bergerak atau tetap (bukan yang dihasilkan oleh alat transportasi) Lokasi tambang harus dekat dengan sumber penghasil gas CO2, seperti pembangkit listrik, industri semen dsb. Cadangan bahan galian tambang jumlahnya harus memadai untuk dapat mengikat 10.000 ton CO2 /hari, untuk jangka waktu minimal 10 tahun (sekitar 70 100 juta ton bahan galian). Bila digunakan dunit (olivine) haruslah yang tidak mengalami serpentinisasi (rendah), supaya mendapatkan densitas yang besar dan rendah akan kandungan FeO2. Berdasarkan komposisi kimia harus mengandung MgO yang tinggi rendah CaO, LOI dan rendah CO2 (yang mengindikasikan rendahnya kandungan mineral pengotor pada batuan tersebut). 2.1.1 PERANGKAP GAS CO2 Perangkap gas CO2 merupakan terjemahan dari carbon dioxide sequestration adalah suatu proses mencegah gas CO2 terlepas ke atmosfir dengan menggunakan teknik
12

penyimpanan tertentu sehingga gas CO2 aman terperangkap dalam bentuk dan lokasi tertentu dalam waktu lama sesuai umurgeologi. Fungsi dari perangkap gas CO2 adalah mencegah terlepasnya gas CO2 hasil pembakaran bahan bakar fosil ke udara (atmosfir). Berbagai macam metoda perangkap gas CO2 telah dilakukan percobaan diantaranya : 1. Formasi geologi : Penyimpanan dalam aquifer Reservoar minyak dan gas yang kosong (dikosongkan) Lapisan batubara Menaikkan pemulihan (recovery) minyak (EOR)

2. Lautan 3. Teknik pembakaran batubara tanpa emisi (ZEC-Zero Emission Coal Technology) 4. Perangkap mineral (Mineral Sequestration) Yang akan dibahas dalam kajian ini adalah perangkap gas CO2 dengan metoda perangkap mineral (mineral sequestration) dengan menggunakan mineral yang terkandung didalam batuan ultrabasa. Mineral magnesium atau kalsium diperlukan dalam proses ini, secara alamiah MgO dan CaO sangat sulit didapat, kedua oksida tersebut sangat mudah bereaksi dengan CO2, keterdapatan di alam lebih sering dijumpai sebagai mineral silikat, sumberdayanya cukup memadai (sebanding) dengan sumberdaya energi fosil. Pilihan utama dalam proses perangkap mineral adalah magnesium silikat dan kalsium silikat atau limbah industri. Namun demikian Yegulalp et al. dan O Connor keduanya menyatakan bahwa magnesium silikat lebih atraktif sehubungan dengan jumlah dan ukuran sumberdayanya. Pemilihan mineral magnesium silikat dibandingkan dengan kalsium silikat, adalah magnesium silikat lebih reaktif daripada kalsium silikat dan oksidanya yang diperoleh mempunyai persentase berat lebih tinggi daripada mineral kalsium. Magnesium silikat mempunyai persentase berat 35 40 % MgO, sedangkan kalsium silikat hanya mempunyai 12 15 % CaO. Serpentine (Mg3Si2O5(OH)4) dan olivine (Mg2SiO4) (yang terdapat dalam batuan fosterite) keduanya merupakan mineral yang dapat digunakan dalam proses perangkap gas CO2. Serpentine mengandung 38 45 % MgO, 5 8 % oksida besi dan 13 % air. Olivin mengandung 45 50 % MgO dan 6 10 % oksida besi. Olivin lebih banyak mengeluarkan panas (kalor) jika bereaksi dengan CO2 95 kj/mole dibandingkan serpentin 64 kj/mole, dengan demikian dibutuhkan olivine lebih sedikit dibandingkan serpentin untuk menangkap CO2 dalam jumlah yang sama, perbandingannya sekitar 2 : 3. Goldberg memprediksi dibutuhkan sekitar 2 (dua) ton serpentin atau 1,5 ton olivine untuk menangkap 1 (satu) ton gas CO2. Pada saat ini baik olivine maupun serpentin sudah ditambang untuk keperluan lain, biaya penambangannya sekitar $ 3 5 / ton. OConnor menyatakan bahwa penambangan serpentin memadai untuk proses perangkap CO2, dalam 1 GW pembangkit listrik diperlukan 30 40 kt/hari serpentin dengan taksiran biaya $ 4 5 / ton. Endapan serpentin mempunyai karakteristik lebih baik daripada olivine, dalam jangka pendek
13

mineral serpentin merupakan pilihan yang dapat digunakan dalam proses perangkap gas CO2.

Keuntungan Perangkap mineral : Terbentuknya karbonat secara termodinamik adalah stabil dengan demikian produknya permanen, sehingga tidak ada kemungkinan gas CO2 terlepas ke udara. Sumberdaya batuan ultrabasa cukup memadai Karbonat merupakan bentuk energi paling rendah dari karbon, bukan CO2 Proses perangkap terbentuk secara alamiah namun dalam skala waktu geologi, dengan kajian ini diharap proses tersebut dapat dipercepat Batuan ultrabasa mudah didapat disekitar pusat pembangkit tenaga listrik yang mengeluarkan gas CO2 Berpotensi menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat (magnesit) Proses perangkap secara teknologi memungkinkan dlakukan bersamaan dengan perencanaan pusat tenaga listrik Prediksi biaya masih memungkinkan, sekitar $15 - $20 per ton CO2 atau Rp 135.000 Rp 180.000 per ton CO2 (Rp 9.000,- per $ 1) Pelaksanaan proses tanpa membutuhkan panas karena reaksinya eksotermik Kendala yang mungkin terjadi : Proses perangkap harus terdapat dilokasi tambang ultrabasa karena diperlukan volume material yang besar Diperlukan tempat stock pile yang besar karena dalam proses ini terjadi pemekaran volume Diperlukan sistim penambangan yang ekstensif sehingga berdampak pada lingkungan Berpotensi terdapat mineral asbes yang tidak dikehendaki dalam penambangan batuan ultrabasa Harus dapat menangani mineral pengotor PROSES PERANGKAP GAS CO2 DENGAN BATUAN ULTRABASA Reaksi : Proses reaksi kimia gas CO2 dengan batuan ultrabasa : CaO + CO2 CaCO3 + 179 kJ/mole MgO + CO2 MgCO3 + 118 kJ/mole (Mg, Ca)xSiyOx+2y+zH2z + xCO2 x(Mg, CA)CO3 + ySiO2 + zH2O Forsterite (olivine): Mg2SiO4 + 2CO2 2MgCO3 + SiO2 + 95 kJ/mole Serpentine: Mg3Si2O5(OH)4 + 3CO2 3MgCO3 + 2SiO2 + 2H + 64 kJ/mole

Kecepatan Reaksi : Isu utama dalam proses perangkap mineral adalah kecepatan reaksi, reaksi terjadi
14

secara alamiah dalam waktu geologi. Supaya proses bisa ekonomis kecepatan reaksi maksimal harus terjadi dalam 1 (satu) jam. Goldberg mengusulkan untuk mempercepat reaksi diperlukan langkah langkah sbb. : a. Memanaskan serpentin pada temperature 6000 6500 C untuk melepaskan ikatan dengan air (serpentin mengandung 13 % air) b. Tambahkan natrium bikarbonat (meningkatkan konsentrasi HCO3-) dan larutan NaCl (membantu melepaskan ion magnesium dari silikat) pada reaksi Dengan modifikasi tersebut 78 % konversi berjalan dalam waktu 30 menit pada tekanan 185 bar dan temperatur 1550 C. O'Connor memberikan hasil reaksi karbonasi olivine dan serpentine : Efisiensi 80% , dalam waktu 1 jam, pada PCO2 = 150 atm, T=155C Efisiensi 50% , dalam waktu 1 jam, pada PCO2 = 20 atm, T=155C Efisiensi 40%, dalam waktu 1 jam, pada PCO2 = 20 atm, T=50C

source: Goldberg Gambar - 1. Diagram waktu reaksi dan perkembangan reaksi Kelarutan Batuan Ultrabasa : Untuk melarutkan batuan ultrabasa digunakan HCl dengan perbandingan 1 : 1, dan larutan campuran 3 asam HCl-HNO3-HF, hasil pelarutannya sbb. : HCl panas dapat melarutkan Mg dari batuan ultrabasa lebih baik daripada larutan campuran (35 wt-% versus 15 wt-% Mg). Hasil residu berupa (~45 to 60 wt-%) dari larutan HCl meliputi silica gel, spinel, dan pyroxene serta silikat lainnya seperti talk, amphiboles, khlorit dan serisit. Larutan campuran 3 asam mengendapkan MgF . HCl panas dapat melarutkan Mg dari serpentinit lebih baik daripada dari batuan peridotit, dunit, karena serpentinit kurang mengandung silikat reaktif seperti pyroxen. Sebagian besar Fe dalam serpentinit terdapat sebagai mikrokrystallin magnetit yang relatif mudah larut dalam HCl. HCl panas kurang efektif melarutkan trace metals dari batuan ultrabasa daripada 3 larutan asam. Namun masih bisa melarutkan logam Cr, Mn, Co dan Ni yang umumnya terdapat dalam olivine.
15

Larutan HCl pada temperatur 60C dan tekanan satu atmosfir sama baiknya dengan larutan HCl pada 200C dan 15 bars dalam melarutkan Mg dari serpentinit. Kalkulasi dalam perangkap mineral gas CO2 : Dengan menggunakan mineral serpentin Mg3Si2O5(OH)4, jumlah kebutuhan mineral per ton gas CO2 terperangkap. 1/3Mg3Si2O5(OH)4 + CO2 = MgCO3 + 2/3SiO2 + 2/3H2O (? mol serpentine/ mol CO2) x (mol CO2/44 g CO2) x (277.1 g serpentine/ mol serpentine) = 2.1 g serpentine/ g CO2 = 2.1 ton serpentine per ton CO2 Untuk kandungan MgO dalam batuan sebesar 40%, rekoferi penambangan 90% (ore recovery) dan konversi dalam proses reaksi karbonasi 80%. (1 mol MgO/ mol CO2) x (mol CO2/44 g CO2) x (40.3 g MgO/ mol MgO) x (g mineral/ 0.4 g MgO) x (1/ 0.9) x (1/0 = 3.18 g mineral/ g CO2 = 3,18 ton mineral per ton CO2 terperangkap Bila di konversikan dalam jumlah batubara, dengan asumsi batubara mengandung 70% carbon : (3.18 ton mineral/ ton CO2) x (44 ton CO2/ 12 ton C) x (0.7 ton C/ ton batubara) = 8.2 ton mineral dibutuhkan untuk membakar 1 ton batubara

16

You might also like