You are on page 1of 18

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Mangga

A. Latar Belakang Mangga merupakan salah satu jenis buah yang sudah sangat dikenal dan digemari oleh masyarakat dunia. Pemanfaatan mangga untuk bahan makanan buah buahan sudah seusia dengan peradaban manusia. Buah mangga selain dimanfaatkan untuk bahan pangan, juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Dalam ilmu tumbuhan, tanaman mangga diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas Ordo Famili Genus : dicotyledonae (biji berkeping dua) : Sapindales : Anacardinaceae : Manginefera

Spesies : Manginefera indica. L

B. Diskripsi dan Morfologi Tanaman Mangga Dilihat dari bentuk fisik tanamannya dan buahnya, tanaman mangga sangat mudah dikenali. Namun, untuk mengenali jenis mangga menurut varietasnya sangatlah sulit. Karena masing masing varietas memiliki cirri cirri yang khas (spesifik). Cirri cirri spesifik yang membedakan varietas mangga dapat dilihat dari bentuk buah, bentuk daun, aroma daun, dan warna kulit buah. Tanaman mangga tergolong tanaman tahunan, yaitu hidup menahun yang berumur panjang hingga ratusan tahun. Tanaman berhabitus pohon yang berbatang tegak, pohonnya bercabang banyak, bertajuk rindang dan tinggi
1

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

tanaman yang sudah berumur puluhan tahun mencapai 10 m 40 m. tanaman mangga berbuah satu kali dalam satu tahun (berbunga mengenal musim). Pada umumnya tanaman mangga mangga berbunga pada bulan Juli September dan dapat dipanen pada bulan Oktober Desember. Secara morfologis, organ organ tanaman mangga dijelaskan sebagai berikut : Akar Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang pohon mangga sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m., pemanjangan akar tunggang akan berhenti bila mencapai permukaan air tanah. akar cabang makin kebawah makin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm. Batang

Batang merupakan bagian tengah dari suatu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh lurus keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu, sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras, dan kuat. Bentuk batang mangga tegak, bercabang agak kuat, daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang. Kulitnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam. Berikut ini beberapa perbedaan pohon mangga yang berasal dari biji dengan pohon mangga yang berasal dari sambungan atau tempel.Berasal dari biji Berasal dari sambungan atau temple Batang pada umunya tegak, kuat dan tinggi batang lebih pendek dan cabangnya membentang Umur bisa mencapai lebih dari 100 th Umur hanya mencapai 80 th, bahkan kurang Mulai berbuah sesudah berumur lebih kurang tujuh th Sudah mulai berbunga setelah berumur 1 th
2

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Daun

Daun terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang dan berurat-urat, antara tulang dan urat tertutup daging daun. Daging daun terdiri dari kumpulan sel-sel yang tak terhingga banyaknya. Daun letaknya bergantian, tidak berdaun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran. Macam-macam bentuk daun: Lonjong dan ujungnya seperti mata tombok. Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing. Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombok. Berbentuk segi empat, ujungnya membulat. Tepi daun

biasanya halus, tetapi kadang-kadang, sedikit bergelombang/ melipat atau menggulung. Panjang helaian daun 8-40 cm dan lebarnya 2-12,5 cm, tergantung varietas dan kesuburannya. jumlah tulang daun yang kedua (cabang) 18-30 pasang. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan yang dikemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas berubah menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah bewarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 th atau lebih. Bunga

Bunga mangga dalah bunga majemuk. Dalam keadaan normal bunga majemuk tumbuh dari tunas ujung, sedang tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi ranting daun biasa. rangkaian bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang tidak berbulu. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak
3

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000. Setiap rangkaian bunga ada bunga jantan dan bunga hermaprodit (bunga byang berkelamin dua yakni jantan dan betina). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak dari bunga hermaprodit. dan jumlah bunga hermaprodit inilah yang menentukan terbentuknya buah, dan yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%. Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang dan baunya harum. Prosentase bunga hermaprodit bermacam-macam,

tergantung dari varietasnya\, yaitu dari 1,25%-77,9%. Kelopak Bunga Mahkota Kelopak bunga biasanya ada 5, demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8, warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. warna bagian tepi daun mahkota bewarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi keme. C. Hama dan Penyakit a. Hama : 1. Wereng Mangga ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)

Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation (perpanjangan tunas). Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika
4

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

didukung cuaca panas yang lembab. Hama ini mengeluarkan cairan manis (embun madu) yang dapat mengundang tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold). Disamping itu, embun madu dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga.

Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.

2. Penggerek Pucuk, Tip Borer (Clumetia transversa)

Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti kemudian mati.

Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan insektisida sistemik.

3. Ulat Philotroctis sp.

Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai bunga. Telur Philoctroctis sp. menetas dan dewasa menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah kehitaman. Aktif pada malam hari.

Pengendalian dengan PESTONA.

4. Penggerek Buah, Seed Borer (Noorda albizonalis)

Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit.
5

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot dengan PESTONA.

5. Bubuk buah mangga

Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini.

Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.

6. Bisul daun (Procontarinia matteiana.)

Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.

Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

7. Lalat buah ( Bractocera dorsalis )

Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri.

Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas. Pengendalian: dengan memusnahkan buah yang rusak, pembungkusan buah , pemasangan perangkap lalat buah dengan memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida.

8. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis)


6

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.

9. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)

Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga.

Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin.

10. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )

Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh.

Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning, pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA

11. Codot

Memakan buah mangga di malam hari. Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring.
7

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

b. Penyakit 1. Penyakit Gleosporium

Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.

Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux.

2. Penyakit Diplodia

Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi.

Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafincarbolineum.

3. Cendawan Jelaga

Penyebab: jamur Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis.

Pengendalian: dengan memberantas serangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang.

4. Bercak Karat Merah

Penyebab: ganggang Cephaleuros sp. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan.

Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.

5. Kudis Buah

Penyebab: Elsinoe mangiferae Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun.
8

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Gejala: adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan.

Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.

6. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)

Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok.

Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

7. Penyakit Blendok

Penyebab: jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan blendok (getah) yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam. Pengendalian: memotong bagian yang sakit, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan bubur bordeaux.

Dari data penyakit dan gejala tersebut di atas dapat drepresentasikan sebagai berikut. Representasi pengetahuan ini digunakan untuk menentukan proses pencarian atau menentukan kesimpulan dari Gejala penyakit dan hama. Berdasarkan tabel tersebut dapat menyimpulakan ada 18 aturan atau rule. Berikut adalah pembahasannya : Dua Metode Inferensi: a. Backward Chaining Backward Chaining adalah pendekatan goal-driven yang dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau
9

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

berlawanan) dengan harapan. Sering hal ini memerlukan perumusan dan pengujian hipotesis sementara (subhipotesis).

SUBTUJUAN A = 1 IF A = 1 AND B = 2 B = 2 THEN C = 3 C = 3

ATURAN

TUJUAN

Gambar 2.4 Cara kerja mesin inferensi backward chaining Misal: A dan B adalah gejala dan C adalah hama/penyakit. 1= Buah rusak / busuk 2= Kulit buah terdapat bintik bintik kecil berwarna coklat / hitam 3 = Ulat buah Contoh: Mangga terserang ulat buah IF Buah rusak / busuk AND Kulit buah terdapat bintik bintik kecil berwarna coklat / hitam

b. Forward Chaining Forward Chaining adalah pendekatan data-driven yang dimulai dari informasi yang tersedia atau dari ide dasar, kemudian mencoba menarik kesimpulan.

DATA A = 1 IF A = 1 AND B = 2 B = 2 THEN C = 3 C = 3

ATURAN

KESIMPULAN

Gambar 2.5 Cara kerja mesin inferensi forward chaining Contoh: IF Kulit buah terdapat bintik bintik kecil berwarna coklat / hitam AND Buah rusak / busuk THEN Mangga terserang ulat buah.
10

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Kebutuhan Fungsi Pada subbab ini akan dijelaskan tentang fungsi/proses dari sistem pakar untuk mengidentifikasi hama dan penyakit mangga. 1. Data Contex Diagram Data Context Diagram (DCD) disebut juga DFD level 0, karena merupakan data arus awal. DCD ini memiliki sebuah proses yaitu: identifikasi hama dan penyakit mangga dan dua external entity yaitu user dan admin.

Gambar 3.1 Data Context Diagram

2. DFD Level 1 DFD level 1 merupakan penjabaran dari proses DCD. Pada DFD level 1 ini mempunyai dua proses yaitu proses pada menu user dan proses pada menu admin. Menu user ditujukan untuk pengguna biasa agar dapat melakukan proses konsultasi. Sedangkan menu admin ditujukan untuk seorang admin yang memiliki data nama dan password yang sesuai dengan yang ada di database sehingga dapat mengedit dan menambah pengetahuan pada sistem.

11

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

3. DFD Level 2 proses 1 DFD level 2 proses 1 merupakan penjabaran dari DFD level 1 menu user. Pada DFD level 2 proses 1 ini memiliki dua proses yaitu proses daftar penyakit dan proses konsultasi. 1. Proses daftar penyakit, user dapat mengetahui semua gejala dan solusi berdasarkan hama/penyakitnya. 2. Proses konsultasi, user akan diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang akan diajukan oleh sistem. Berikut adalah gambar DFD Level 2 proses 1:

12

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

D. Kebutuhan Antarmuka Kebutuhan antarmuka dalam sistem pakar untuk mengidentifikasi hama dan penyakit padi meliputi kebutuhan antarmuka pengguna, kebutuhan antarmuka perangkat keras, kebutuhan antarmuka lunak. Kebutuhan antarmuka pengguna Pengguna akan berinteraksi dengan aplikasi sistem pakar ini menggunakan alat bantu seperti berikut: a) Keyboard, digunakan untuk memasukkan perintah ke dalam aplikasi. b) Mouse, digunakan untuk menjalankan perintah terhadap aplikasi. c) Monitor, digunakan untuk melihat tampilan dalam aplkasi. Kebutuhan Perangkat Keras Kebutuhan perangkat keras yang digunakan dalam sistem pakar ini seperangkat komputer atau laptop dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Prosesor AMD Turion64 2,2 GHz.
13

dengan

adalah

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

2. RAM 1,5 GB. 3. VGA 256 MB. Mesin Inferensi Mesin inferensi merupakan komponen yang mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Proses penelusuran yang akan digunakan dalam sistem ini adalah dengan menggunakan metode forward chaining atau penalaran maju dan backward chaining atau penalaran mundur. a) Forward Chaining (Penalaran Maju) Pada forward chaining ini user telah mengetahui gejala-gejala hama/penyakit yang terjadi sebagai bahan untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang akan diberikan oleh sistem, baru kemudian dapat ditarik kesimpulan diagnosa hama/penyakit yang dialami oleh tanaman padi user. Proses forward chaining dapat dilihat pada gambar 3.7, berikut adalah penjelasannya: setelah start, program akan memproses dan menampilkan pertanyaan dari tabel pertanyaan, jika pertanyaan yang tampil dijawab YA maka jawaban akan disimpan dan kemudian akan memproses pertanyaan berikutnya. Tetapi jika TIDAK maka langsung memproses pertanyaan selanjutnya tanpa menyimpanya terlebih dahulu. Jika saat memproses pertanyaan sudah dapat mengidentifikasi jenis hama/penyakit maka tidak perlu mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya dan akan tampil output berupa hasil analisis, selesai. Tapi jika belum maka harus mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya sampai dapat hama/penyakit. b) Backward Chaining (Penalaran Mundur) Pada penalaran mundur ini, user akan diberikan daftar nama-nama hama/penyakit yang dapat dipilih yang berisi informasi tentang gejalagejala hama/penyakit setiap jenis hama/penyakit beserta solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Proses
14

mengidentifikasi

jenis

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

backward chaining dapat dilihat pada gambar 3.8, berikut adalah penjelasannya: setelah start, pilih jenis hama/penyakit yang akan dikonsultasikan, kemudian program akan memproses dan menampilkan pertanyaan dari tabel pertanyaan, jika pertanyaan yang tampil dijawab YA maka jawaban akan disimpan dan kemudian akan memproses pertanyaan selanjutnya. Tetapi jika TIDAK maka jawaban tidak akan disimpan dan langsung memproses pertanyaan selanjutnya. Jika saat memproses pertanyaan sudah dapat mengidentifikasi jenis hama/penyakit dan akan memproses apakah jenis hama/penyakit yang dipilih sama atau tidak dengan hasil identifikasi, jika YA maka akan tampil output berupa hasil dugaan benar tapi jika TIDAK maka akan tampil output berupa hasil dugaan salah, selesai. Jika program belum dapat mengidentifikasi penyakit maka harus mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya sampai dapat hama/penyakit. Rancangan Antarmuka a) Menu Admin Menu admin adalah menu yang dapat dipilih oleh user. Menu admin dalam program sistem pakar untuk mengidentifikasi hama dan penyakit Mangga ini terdiri dari Gejala dan Keluar. mengidentifikasi jenis

15

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Gbr. Menu 1. Submenu Hama Halaman ini akan menampilkan semua daftar hama Mangga yang sudah tersimpan. Setelah user memilih salah satu jenis hama Maka akan menampilkan halaman yang berisi nama-nama hama kemudian ketika di klik salah satu nama hama tersebut maka akan muncul gejala dan cara penanganannya.

16

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

Gbr. Form Penanganan Hama

2. Submenu Penyakit Halaman ini akan menampilkan semua daftar penyakit Mangga yang sudah tersimpan. Setelah user memilih salah satu jenis Penyakit Maka akan menampilkan halaman yang berisi nama-nama Penyakit kemudian ketika di klik salah satu nama Penyakit tersebut maka akan muncul gejala dan cara penanganannya.

Gbr. Form Penanganan Penyakit


17

SISTEM PAKAR

Agus Setiadi Bambang Dimas Ermanto

32011 OKT 2011

Dcc Lampung

Rara Permata Sari

3. Submenu Keluar Submenu keluar digunakan untuk keluar dari menu admin.

4.3 Analisa Sistem Secara umum, hasil dari uji coba sistem pakar untuk user umum telah memenuhi tujuan dari pembuatan sistem pakar. Sistem pakar dapat melakukan proses penalaran suatu data yang berupa gejala ataupun penyakit untuk mencari suatu informasi terhadap suatu penyakit. Proses penalaran data dapat dilakukan dengan menggunakan proses forward dan backward chaining. Sedangkan dari hasil uji coba sistem pakar untuk admin, diketahui bahwa sistem pakar bersifat fleksibel.

18

You might also like