You are on page 1of 7

Segalanya Tentang Pekerja Harian Lepas Koleksi : oleh Marhansyah AS - ilalangliar Masa kerja karyawan PKWT hanya akan

dihitung kalau statusnya sudah berubah jadi PKWTT (tetap), jadi kalo hubungan kerjanya hanya sebatas jangka waktu PKWT, maka secara hukum ketenagakerjaan bukanlah masa kerja. 1. Berapa lama perusahaan bisa memperkerjakan karyawan harian? Jawab : Lamanya perjanjian kerja harian / lepas adalah tidak berpola / tidak dibatasi sepanjang memenuhi unsur seperti point a dan b di bawah (U/ pekerjaan tak menentu dan jumlah kerja < 21 hari perbulan). Argumentasinya : Aturan perihal pekerja lepas adalah kepmen 100/2004 pada Bab V (pasal 10 - 12), pasal terkait dgn hal ini adalah : a. Kerja lepas diperbolehkan u/ pekerjaan yg berubah dalam hal waktu, volume pekerjaan dan didasarkan atas kehadiran. (pasal 10 ayat 1) b. Kerja lepas tsb maksimal adalah 21 hari dalam sebulan, bila buruh bekerja lebih dari 21 hari dalam sebulan selama 3 bulan berturut turut maka statusnya menjadi PERMANEN. (Psl 10 ayat 2 dan 3) c. Kerja lepas dikecualikan dari batasan jangka waktu PKWT pada umumnya. (Pasal 11) dan Jangka waktu PKWT umumnya adalah kontrak pertama maksimal 2 tahun, perpanjangan 1 tahun.

tanya : apakah perlu perjanjian kerja? Jawab : Ya, perlu berdasarkan pada kepmen 100/2004 pasal 12 ayat 1 sbb : (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara tertulis dengan para pekerja/buruh. Tapi perjanjian tsb, bisa di buat secara sederhana, berdasar pada pasal 12 ayat 2, sbb : 2) Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat berupa daftar pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sekurang-kurangnya memuat : a. nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja. b. nama/alamat pekerja/buruh. c. jenis pekerjaan yang dilakukan. d. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. 2. tanya : apakah karyawan harian berhak atas cuti sehingga ketika cuti tetap dibayar? Jawab : TIDAK, argumentasinya adalah Dasar aturan cuti adalah UU 13/2003 pasal 79 ayat 2 c sbb : Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; Syarat untuk kontrak kerja harian atau lepas adalah pekerjaan tak menentu dan upahnya didasarkan pada kehadiran. Dan syarat untuk dapat hak cuti adalah bila

bekerja 12 secara terus menerus. Secara logis atau teoritis 2 hal tsb (kerja harian lepas dan cuti) seperti air dan minyak, yang tak bisa menyatu sebab bila pekerja tsb dapat cuti berarti dia bekerja terus menerus, bila dia bekerja terus menerus seharusnya statusnya bukan pekerja harian atau lepas tapi PKWT Umum ataupun PKWTT / permanen. Dan PKWT Umum dan PKWTT berhak mendapat cuti sepanjang telah bekerja terus menerus selama 12 bulan. 3. Bagaimana jika sakit? Apakah perusahaan tetap harus membayar upah hariannya? Jawab : TIDAK, Argumentasinya adalah Aturan perihal upah harus tetap dibayar bila pekerja sakit adalah pada UU 13/2003 pasal 93 ayat 2 a. (Pengcualian No Work No Pay). Jadi sepanjang statusnya masih menjadi karyawan, maka bila sakit wajib dibayar upahnya. Persoalanya adalah 100/2004 pada Bab V (pasal 10 - 12), berjudul PERJANJIAN KERJA HARIAN atau LEPAS. Dan kontrak kerjanya pun hanya memuat nama perusahaan, nama pekerja, jenis pekerjaan dan besaran upah. Jadi ikatan kerja antara perusahaan dan buruh adalah per hari atau lepas. Bila sekarang masih bekerja maka buruh tsb adalah karyawan perusahaan, setelah selesai dan keesokan harinya bila dia tidak masuk (apapun alasanya) berarti sudah bukan menjadi karyawan perusahaan karena IKATAN KERJANYA adalah HARIAN dan bila masuk lagi maka menjadi karyawan lagi. Dan karena bukan karyawan perusahaan otomatis buruh tsb tidak berhak mendapat upah lagi. Contoh kasus : Untuk membangun garasi mobil, saya memperkerjakan 10 orang pekerja dgn perjanjian kerja harian, waktu selesai tidak tentu bisa jadi 3 hari atau 4 hari. Hari pertama buruh bekerja semua, hari kedua, 1 orang buruh sebutlah si A tidak masuk karena sakit, dan di diagnose dokter menderita STROKE, perlu di rawat di rumah sakit selama 1 bulan. Permasalahan atau pertanyaan yg timbul adalah : a. Haruskah saya mebayar upahnya si A selama 1 bulan dia di opname? b. Kapan si A jadi pekerja saya dan kapan si A sudah tidak menjadi pekerja saya? c. UU 13/2003 pasal 153 ayat 1 a menyatakan bahwa pengusaha dilarang mem PHK karyawan dgn alasan sakit sepanjang tidak lebih dari 12 bulan berturut - turut. Berarti sepanjang dia sakit tsb, si A tidak bisa saya PHK? Ketiga persoalan pelik di atas, bisa terjawab bila kita bersepakat bahwa status hubungan kerja adalah timbul perhari (Hari ini bekerja maka ada ikatan kerja, bila besok tidak bekerja maka sudah tidak ada ikatan hubungan kerja). 4. Apakah karyawan harian diwajibkan diikutsertakan dalam jamsostek? Kalau wajib, bagaimana menghitung upah bulanannya sebagai dasar perhitungan iuran jamsostek? JAWAB : YA WAJIB, PERHITUNGAN UPAH SEBULAN sesuai dgn PP 14/1993 pasal 1 ayat 3 a (tercantum di bawah). Argumentasinya YAITU : Aturan perihal jamsostek yg terkait dgn pertanyaan tsb adalah : * UU 3/1992 ttg Jamsostek

* PP 14/1993 ttg penyelenggaran program Jamsostek * Kepmenaker 150/1999 tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA HARIAN LEPAS, BORONGAN DAN PERJANJIAN KERJA TERTENTU. PP 14/1993 : Pasal 1 ayat : 3. Upah sebulan adalah upah yang sebenarnya diterima oleh tenaga kerja selama satu bulan yang terakhir dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika upah dibayarkan secara harian, maka upah sebulan sama dengan upah sehari dikalikan 30 (tiga puluh); Pasal 3 Kepesertaan tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak dalam program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri. Kepmen 150/1999 pasal 2 ayat 1 : Setiap pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jamsostek kepada Penyelenggara. 5. Tanya : Bagaimana dengan karyawan kontrak, karyawan dalam masa percobaan&magang, Apakah diwajibkan diikutsertakan dalam jamsostek? Jawab : Karyawan kontrak jawabnya adalah idem dgn nomor 4 berdasar pada kepmen 150/1999 pasal 2 ayat 1. Karyawan percobaan statusnya tetap sebagai karyawan yg harus dilindungi bila terjadi kecelakaan. Untuk karyawan magang, dapat merujuk pada UU 3/1992 pasal 8, sbb: 1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan Kecelakaan Kerja. 2. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakan Kerja ialah: a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak; 6. Bagaimana menghitung upah lembur untuk karyawan yang harus masuk sebelum jam kerja? Misalnya masuk jam 06.00 untuk stock opname sedangkan jam kerjanya 08.00-16.00. Jawab : UU mengatur jumlah jam kerja regular yaitu 7 jam atau 8 jam perhari, tidak mengatur awal atau pulang nya pekerja, (Peganganya jumlah bukan pada waktu atau pukul), kasus tersebut berarti mulai kerja jam 6.00 pagi pulang jam 16.00 total 10 jam, dikurangi 1 jam istirahat berarti total efektive kerja adalah 9 jam : * 7 jam regular. * 2 jam lembur Lembur Jam I dihitung 1,5jam & jam II dihitung 2 jam,total lembur 3,5jam) 7. Jika jam kerja adalah 08.00-16.00, karyawan pulang jam 16.15 atau 16.31. apakah lebih menitnya dihitung lembur? Jawab : Ya, dgn argumentasi Kepmen 100/2004 ttg jam & upah lembur pasal 11

menagatur bobot jam lembur. Jam I adalah 1, 5 jam, Jam II adalah 2 jam, bila lebih 30 menit pada jam II secara matematis bobotnya adalah 0,5 x 2 jam = 1 jam. Bagaimanapun juga pekerja telah melakukan kerja lembur (walau cuma 0,5 jam), dan karena telah lembur maka mereka berhak mendapat upah lembur tersebut, sepanjang lemburnya tersebut atas perintah perusahaan bukan di buat - buat. Secara umum 15 menit adalah batas "grey area" atau batas toleransi (lain ladang lain belalang). 8. Dalam peraturan disebutkan maksimal lembur 14 jam seminggu. Apakah itu termasuk lembur hari minggu? Kalau tidak, berapa lama batasan kerja hari minggu? Jawab : Ya, Hal tsb bisa merujuk pada UU 13/2003 pasal 78 mengatur batasan maksimal lembur adalah 3 jam dalam sehari dan 14 jam dalam seminggu, bila pada hari senin sd sabtu sudah terpakai jatah lemburnya selama 14 jam, maka hari minggu adalah mutlak libur. Hal tsb diperkuat dgn pasal 79 bahwa pengusaha wajib memberi istirahat mingguan selama 1 hari atau 2 hari (untuk 5 atau 6 hari kerja). 9. Tanya : Jika pada hari kerja misalnya hari rabu ternyata tanggal merah, lalu ada karyawan yang bekerja. Apakah lama mereka bekerja mengurangi " jatah maksimal lembur 14 jam seminggu"? Jawab : Ya, karena UU dgn jelas telah membatasi maksimal akumulasi lembur dalam seminggu adalah 14 jam dan UU tidak mengatur atau menyebutkan adanya pengecualian. Pendapat / jawaban saya di atas adalah dalam konteks legal di pandang dgn bahasa HITAM atau PUTIH. Dalam aplikasinya atau realitas kehidupan , ternyata ada warna lainya yaitu hijau, merah, kelabu, dll. Demikian, pendapat saya mungkin ada rekan lain yang berbeda pendapat? Salam pembelajaran,

Uce Prasetyo SOHC Manager Sangatta Occupational Health Center, PT Jl Yos Sudarso IV, No 1, Sengatta, Kutim 0549 23417 Posted by: "okiwitono" ... okiwitono Thu Aug 9, 2007 2:51 am (PST) Salam kenal hrd forum! Maaf pertanyaan saya banyak sekali, mudah2an ngak capek jawabnya 1. berapa lama perusahaan bisa memperkerjakan karyawan harian ? apakah perlu perjanjian kerja? 2. apakah karyawan harian berhak atas cuti sehingga ketika cuti tetap dibayar? 3. Bagaimana jika sakit? Apakah perusahaan tetap harus membayar

upah hariannya? 4. Apakah karyawan harian diwajibkan diikutsertakan dalam jamsostek? Kalau wajib, bagaimana menghitung upah bulanannya sebagai dasar perhitungan iuran jamsostek? 5. Bagaimana dengan karyawan kontrak, karyawan dalam masa percobaan&magang, Apakah diwajibkan diikutsertakan dalam jamsostek? 6. Bagaimana menghitung upah lembur untuk karyawan yang harus masuk sebelum jam kerja? Misalnya masuk jam 06.00 untuk stock opname sedangkan jam kerjanya 08.00-16.00. 7. Jika jam kerja adalah 08.00-16.00, karyawan pulang jam 16.15 atau 16.31. apakah lebih menitnya dihitung lembur? 8. Dalam peraturan disebutkan maksimal lembur 14 jam seminggu. Apakah itu termasuk lembur hari minggu? Kalau tidak, berapa lama batasan kerja hari minggu? 9. Jika pada hari kerja misalnya hari rabu ternyata tanggal merah, lalu ada karyawan yang bekerja. Apakah lama mereka bekerja mengurangi " jatah maksimal lembur 14 jam seminggu"? Tks-oki Dalam kenyataannya masih banyak hak-hak para pekerja yang dilanggar oleh Pengusaha, baik secara sengaja atau tidak (mungkin dapat dimaklumi pelanggaran tidak sengaja banyak dijumpai khususnya untuk pengusaha Perseorangan bergerak dibidang home industri, karena diperkirakan mereka tidak memahami apalagi para karyawannya yang tingkat pendidikannya pun sangat rendah). Tapi bagi perusahaan berbadan hukum dan tergolong menengah pun banyak juga melakukan hal serupa, tapi bedanya mereka memahami ketentuan karena biasanya ada bagian HRD yang menangani dan ahli dibidangnya. Karena banyaknya terjadi pelanggaran akan hal ini, pemerintah merasa perlu mengeluarkan PERMEN NAKER PER-6/MEN/1985 Perlindungan Pekerja Harian lepas. Apas sih..yang dimaksud Pekerja harian lepas? Apa pula definisi Pengusaha? di PerMenaker tersebut dijelaskan sbb: Pekerja Harian lepas adalah Pekerja yang bekerja pada Pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang didasarkan atas kehadiran Pekerja secara harian demikian definisi Pekerja harian lepas. Pengusaha adalah: Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu perusahaan milik sendiri; Orang persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 yang berkedudukan diluar Indonesia. Selanjutnya silakan disimak kutipan dari Permenaker tersebut dibawah ini:

Pasal 2 (1) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja harian lepas terhadap pekerjaan yang bersifat rutin, tetap dan berlanjut kecuali terhadap pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus menggunakan pekerja harian lepas. (2) Pekerja yang menurut jenis dan sifatnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. Jangka waktu untuk mengerjakan pekerjaan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak melebihi tiga bulan. b. Pekerjaan dilakukan tidak melebihi 20 hari kerja dalam sebulan dan tidak terikat pada jam kerja yang secara umum berlaku di perusahaan. c. Pekerjaan yang dilakukan menurut musim tertentu seperti musim tanam, musim panen, masa giling dan sebagainya. d. Pekerjaan bongkar muat yang dilakukan secara tidak tetap. Pasal 3 Pada azasnya semua peraturan perundang-undangan dalam bidang Ketenagakerjaan berlaku terhadap pekerjaan tanpa membedakan statusnya. Pasal 4 Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja harian Lepas lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut dan dalam setiap bulannya lebih dari 20 (dua puluh) hari pekerja harian lepas tersebut mempunyai hak sama dengan pekerja tetap. Pasal 5 Pengusaha wajib membuat dan memelihara daftar pekerja harian yang dipekerjakan, dengan menggunakan seperti bentuk terlampir dan penyampaian satu eksemplar pada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak mempekerjakan harian lepas termasuk jika terjadi penambahan atau pengurangan pekerja harian. Pasal 6 (1) Perusahaan Kontraktor atau sub kontraktor yang merupakan pekerja harian lepas harus berbadan hukum. (2) Dalam hal pekerja harian lepas yang bekerja pada sub kontraktor yang berbadan hukum, maka sub kontraktor tersebut bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pekerja Harian Lepas yang bekerja di lingkungan kegiatan usahanya baik melalui mandor maupun langsung dibawah sub kontraktor tersebut. (3) Dalam hal pekerja harian lepas yang bekerja pada sub kontraktor yang ternyata tidak berbadan hukum maka kontraktor yang berbadan hukum bertanggung jawab terhadap Pekerja Harian Lepas yang bekerja pada sub kontraktor tersebut. (4) Dalam hal Pekerja Harian Lepas yang bekerja pada sub kontraktor atau kontraktor yang ternyata tidak berbadan hukum maka kontraktor utama bertanggung jawab terhadap pekerja Harian Lepas yang bekerja pada sub kontraktor atau kontraktor tersebut. (5) Bagi perusahaan sub kontraktor atau perusahaan yang kegiatannya sebagai

penyalur tenaga kerja (labour supplier) kepada perusahaan lain, maka perusahaan menerima tenaga kerja bertanggung jawab terhadap hak-hal pekerja tersebut. Pasal 7 Pengupahan bagi pekerja Harian lepas didasarkan atas upah harian yang besarnya tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum yang ditentukan oleh Pemerintah. Pasal 8 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang, Asuransi Sosial Tenaga Kerja, maka setiap perusahaan yang mempekerjakan Pekerja Harian lepas wajib mengikut sertakan Pekerja Harian Lepas dalam program yang diselenggarakan oleh PERUM ASTEK. Pasal 9 Dalam hal perusahaan menyelenggarakan latihan kerja agar mengikut sertakan Pekerja Harian Lepas yang dipekerjakan. Pasal 10 Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 2, 5, 7 dan pasal 8 peraturan ini diancam dengan hukuman sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969. Pasal 11 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 12 September 1985 MENTERI TENAGA KERJA R.I. ttd SUDOMO

You might also like