You are on page 1of 9

KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN

Pada tahun pertama dari khilafah Utsman, yaitu tahun 24 H, negeri Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya negeri ini pernah ditaklukkan, namun kemudian dibatalkan. Utsman mengangkat Saad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syubah. Di tahun 25 H, Utsman memecat Saad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan digantikan oleh Walid bin Uqbah bin Abu Mu`ith, seorang shahabat dan saudara seibu dengan Utsman. Pada tahun 26 H, Utsman memperluas Masjidil Haram. Pada tahun 27 H, Mu`awiyah melancarkan serangan Qubrus (Syprus) dengan membawa pasukannya menyebrangi lautan. Utsman menurunkan Amr bin Ash dari jabatan gubernur Mesir dan diganti dengan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh. Kemudian dia menyerbu Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula Andalusia berhasil ditaklukkan. Pada tahun 29 H, negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan. Utsman memperluas Masjid Nabawi. Pada tahun 30 H, negeri-negeri Khurasan ditaklukkan sehingga banyak terkumpul khazraj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru. Pada 32 H, Abbas bin Abdul Muthalib, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Masud dan Abu Darda wafat. Orang-orang yang pernah menjabat sebagai hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Muawiyah, Abu Dzarr Al-Ghifari, dan Zaid bin Abdullah ra. Pada tahun 33 H, Abdullah bin Masud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah. Seperti diketahui Utsman banyak mengangkat kerabatnya dari bani Umayyah untuk menduduki berbagai jabatan. Hal ini menimbulkan ketidak-senangan orang banyak terhadap Utsman. Hal inilah yang dimanfaatkan pihak Yahudi, yaitu Abdullah bin Saba` dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah. Orang-orang menggugat Utsman atas kebijakankebijakannya mengangkat para kerabatnya. Utsman mengumpulkan para gubernur dan bermusyawarah. Akhirnya Utsman memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan. Abdullah bin Saba` berhasil menyebarkan pemikiran menyimpang di Mesir, menghasut masyarakat untuk menentang Utsman, dan juga pengkultusan terhadap Ali. Maka bergeraklah sekitar 600 orang ke Madinah dengan kedok akan berumrah. Padahal mereka ingin menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Utsman mengutus Ali untuk menemui mereka. Sayyidina Ali menemui mereka dan membantah segala pemikiran mereka yang menyimpang, termasuk tentang pengkultusan atas dirinya. Mereka menyesali diri seraya berkata, Orang inikah yang kalian jadikan alasan untuk memerangi dan memprotes Khalifah? Kemudian mereka kembali dengan membawa kegagalan. Atas usulan Ali, maka Utsman berpidato di hadapan orang banyak pada hari Jumat untuk meminta maaf kepada masyarakat atas kebijakannya selama ini. Kemudian Utsman menegaskan kembali bahwa ia akan memecat Marwan dan kerabatnya. Setelah peristiwa itu, Marwan bin Hakam menemui Utsman. Dia menghamburkan kecaman dan protes. Kemudian Marwan memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada

segerombolan orang. Utsman menunjuk Marwan untuk berbicara kepada mereka sesukanya. Marwan berbicara kepada mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Utsman. Ali segera menemui Utsman dan berkata, Kenapa engkau meridhai Marwan sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu? Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguranku kepadamu. Setelah Ali keluar, masuklah Na`ilah dan memberikan pendapatnya, dia berkata, Bertaqwalah kepada Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah sunnah kedua shahabatmu yang terdahulu, sebab jika engkau mentaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan adalah orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemui Ali guna meminta ishlahnya, karena dia memiliki kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang. Kemudian Utsman mengirim seseorang untuk menemui Ali, akan tetapi Ali menolak datang. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang kepada tukang fitnah untuk memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan. Awal Fitnah dan Pembunuhan Utsman Penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abu Sarh. Utsman mengirimkan surat berisi nasehat dan peringatan, tetapi Ibnu Abu Sarh tidak mau menerima nasihat dan peringatan tersebut dan bahkan bertindak keras terhadap orang yang mengadukannya. Maka atas usul para tokoh shahabat, digantilah Ibnu Abu Sarh dengan Muhammad bin Abu Bakar. Surat keputusan ini kemudian dibawa oleh sejumlah shahabat ke Mesir. Tetapi baru 3 hari perjalanan dari Madinah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang pemuda hitam yang mencurigakan, maka para shahabat itu menghentikan pemuda tadi. Ketika diperiksa terkadang dia mengaku sebagai pembantu Amirul Mu`minin yang diutus untuk menemui gubernur Mesir terkadang dia mengaku sebagai pembantu Marwan. Kemudian mereka mengeluarkan sebuah surat dari barang bawaannya. Surat itu berbunyi, Jika Muhammad beserta fulan dan fulan datang kepadamu, maka bunuhlah mereka dan batalkanlah surat keputusan yang mereka bawa. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku. Aku akan menahan orang yang akan datang kepadaku mengadukan dirimu. Akhirnya para shahabat tersebut kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut dan memberitahukan hal ini kepada para tokoh shahabat. Persitiwa ini membuat Madinah gempar dan membenci Utsman. Ali segera mengumpulkan Thalhah, Zubair, Saad, dan Ammar. Bersama mereka, Ali menemui Utsman dengan membawa surat, pembantu dan onta tersebut. Utsman mengakui bahwa stempel yang digunakan adalah stempel miliknya, dan onta itu adalah miliknya, dan pembantu itu adalah pembantunya. Akan tetapi surat itu bukan ia yang menulis, bukan ia yang memerintahkan untuk menulis, dia sama sekali tidak mengetahui tentang surat tersebut. Kemudian setelah diperiksa ternyata surat itu adalah tulisan Marwan. Lalu mereka meminta Utsman agar menyerahkan Marwan kepada mereka. Tetapi Utsman tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan ada di dalam rumahnya. Akhirnya orang-orang di Madinah marah dan mengepung rumah Utsman dan tidak memberikan air kepadanya. Setelah Utsman dan keluarganya merasa kepayahan, ia menemui mereka seraya berkata, Adakah seseorang yang sudi memberitahu Ali agar memberi air kepada kami? Setelah mengetahui hal ini, Ali segera mengirim tiga qirbah air. Kemudian Ali mendengar desas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Utsman, lalu Ali berkata, Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan kematian

Utsman. Kemudian Ali menyuruh hasan dan Husain untuk menjaga pintu rumah Utsman. Sejumlah shahabat juga melakukan hal yang sama untuk menjaga Utsman. Ketika para pengacau menyerbu pintu rumah Utsman untuk membunuhnya, Hasan dan Husain serta para shahabat berusaha menghentikan mereka. Maka para pengacau itu akhirnya melakukan aksi kembali dengan lebih hebat dan berhasil masuk secara sembunyi-sembunyi melalui atap rumah. Mereka berhasil membunuh Khalifah Utsman bin Affan ra. Ketika mendengar ini Ali datang dengan wajah marah dan memarahi kedua anaknya. Pembaiatan Ali dan Mencari Pembunuh Utsman Ali keluar dari rumah Utsman dengan penuh kemarahan. Sementara itu orang-orang berlarian mendatangi Ali seraya berkata, Ulurkan tanganmu untuk kami baiat. Ali menjawab, Urusan ini bukan hak kalian, tetapi hak para pejuang Badr. Siapa yang disetujui oleh Ahli Badr, maka dialah yang berhak menjadi khalifah. Maka semua Ahli Badr keluar dan mendatangi Ali seraya berkata, Kami tidak melihat adanya seorang yang lebih berhak menjabat sebagai khalifah selain dirimu. Ulurkanlah tanganmu untuk kami baiat. Lalu mereka membaiat Ali ra. Hal ini terjadi pada pertengahan bulan Dzul Hijjah 33 H. Setelah diselidiki ternyata pembunuhnya adalah dua orang yang masuk bersama Muhammad bin Abu Bakar. Akan tetapi Muhammad bin Abu Bakar tidak jadi membunuh Utsman ra disebabkan teringat akan bapaknya, dan ia pun bertaubat. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah, mantan budak Shafiah, dan juga dari lainnya, mereka berkata, Utsman dibunuh oleh seorang lelaki dari Mesir. Beberapa Ibrah 1. Utsman telah berhasil juga menaklukkan beberapa negeri, beliau juga berhasil menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan Al-Qur`an yang terpercaya setelah berkembangnya bacaan yang dikhawatirkan dapat membingungkan orang. Beliau juga telah memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. 2. Betapapun kritik yang dilontarkan kepada Utsman atas kebijakannya dalam memilih para gubernur dan pembantunya, kita harus menyadari bahwa kebijakan itu merupakan ijtihad pribadinya. Jadi bukan berdasarkan nafsunya, melainkan berdasarkan ijtihad. Dan para shahabat yang mengkritiknya pun dalam rangka menasihati dengan berdasar pada ijtihad pula, yang mana hal ini adalah positif dan bermanfaat. 3. Benih-benih fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Utsman telah dimanfaatkan Abdullah bin Saba`. Abdullah bin Saba` adalah seorang agen Yahudi yang menyebarkan khurafat mengenai Ali ra. Dari sini kita mengetahui bahwa perpecahan ummat Islam menjadi dua kubu, yaitu Sunni dan Syii adalah merupakan buah tangan Abdullah bin Saba`. 4. Ali termasuk orang yang pertama kali membaiat Utsman. Ali juga yang telah menggagalkan rencana pemberontak dari Mesir. Ali juga yang telah memberi nasihat kepada Utsman dengan penuh keikhlashan dan kecintaan. Ali juga yang telah mengirim air ke rumah Utsman. Ali juga yang telah menyuruh Hasan dan Husain untuk menjaga rumah Utsman dari para pemberontak. Ali juga yang telah begitu marah atas pembunuhan Utsman. Dengan demikian Ali adalah pendukung Utsman yang terbaik selama khilafahnya.

Khalifah Utsman bin Affan (33-45 Hijriah/644-656 Masehi) Menjelang wafat, Umar bin Khattab berpesan. Selama tiga hari, imam masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib Al-Rumi. Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin penggantinya. Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auff dan Thalhah anak Ubaidillah. Keenam orang itu berkumpul. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa dia antara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah. Imar anak Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula Mikdad. Sedangkan Abdullah anak Abu Sarah berkampanye keras buat Utsman. Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali sehingga dijatuhi hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman tersebut tidak dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah saudara susu. Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Saat itu, kehidupan ekonomi Madinah sangat baik. Perilaku masyarakat pun bergeser. Mereka mulai enggan pada tokoh yang kesehariannya sangat sederhana dan tegas seperti Abu Bakar atau Umar. Ali mempunyai kepribadian yang serupa itu. Sedangkan Ustman adalah seorang yang sangat kaya dan pemurah. Abdurrahman -yang juga sangat kaya pun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu. Maka jadilah Ustman khalifah tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Ia lahir di Thalif pada 576 Masehi atau enam tahun lebih muda ketimbang Muhammad. Atas ajakan Abu Bakar, Ustman masuk Islam. Rasulullah sangat menyayangi Ustman sehingga ia dinikahkan dengan Ruqaya, putri Muhammad. Setelah Ruqayah meninggal, Muhammad menikahkan kembali Ustman dengan putri lainnya, Ummu Khulthum. Masyarakat mengenal Ustman sebagai dermawan. Dalam ekspedisi Tabuk yang dipimpin oleh Rasul, Ustman menyerahkan 950 ekor unta, 50 kuda dan uang tunai 1000 dinar. Artinya, sepertiga dari biaya ekspedisi itu ia tanggung seorang diri. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Ustman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering itu. Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakainya untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopel pun sempat dikepung. Namun, Ustman mempunyai kekurangan yang serius. Ia terlalu banyak mengangkat keluarganya menjadi pejabat pemerintah. Posisi-posisi penting diserahkannya pada keluarga Umayah. Yang paling kontroversial adalah pengangkatan Marwan bin Hakam sebagai sekretaris negara. Banyak yang curiga, Marwan-lah yang sebenarnya memegang kendali kekuasaan di masa Ustman. Di masa itu, posisi Muawiyah anak Abu Sofyan mulai menjulang menyingkirkan nama besar seperti Khalid bin Walid. Amr bin Ash yang sukses menjadi Gubernur Mesir, diberhentikan diganti dengan Abdullah bin Abu Sarah -keluarga yang paling aktif berkampanye untuk Ustman dulu. Usman minta bantuan Amr kembali begitu Abdullah menghadapi kesulitan.

Setelah itu, ia mencopot lagi Amr dan memberikan kembali kursi pada Abdullah. Sebagai Gubernur Irak, Azerbaijan dan Armenia, Ustman mengangkat saudaranya seibu, Walid bin Ukbah menggantikan tokoh besar Saad bin Abi Waqas. Namun Walid tak mampu menjalankan pemerintahan secara baik. Ketidakpuasan menjalar ke seluruh masyarakat. Bersamaan dengan itu, muncul pula tokoh Abdullah bin Sabak. Dulu ia seorang Yahudi, dan kini menjadi seorang muslim yang santun dan saleh. Ia memperoleh simpati dari banyak orang. Abdullah berpendapat bahwa yang paling berhak menjadi pengganti Muhammd adalah Ali. Ia juga menyebut bakal adanya Imam Mahdi yang akan muncul menyelamatkan umat di masa mendatang -sebuah konsep mirip kebangkitan Nabi Isa yang dianut orang-orang Nasrani. Segera konsep itu diterima masyarakat di wilayah bekas kekuasaan Persia, di Iran dan Irak. Pengaruh Abdullah bin Sabak meluas. Ustman gagal mengatasi masalah ini secara bijak. Abdullah bin Sabak diusir ke Mesir. Abu Dzar Al-Ghiffari, tokoh yang sangat saleh dan dekat dengan Abdullah, diasingkan di luar kota Madinah sampai meninggal. Beberapa tokoh mendesak Ustman untuk mundur. Namun Ustman menolak. Ali mengingatkan Ustman untuk kembali ke garis Abu Bakar dan Umar. Ustman merasa tidak ada yang keliru dalam langkahnya. Malah Marwan berdiri dan berseru siap mempertahankan kekhalifahan itu dengan pedang. Situasai tambah panas. Pada bulan Zulkaedah 35 Hijriah atau 656 Masehi, 500 pasukan dari Mesir, 500 pasukan dari Basrah dan 500 pasukan dari Kufah bergerak. Mereka berdalih hendak menunaikan ibadah haji, namun ternyata mengepung Madinah. Ketiganya bersatu mendesak Ustman yang ketika itu telah berusia 82 tahun untuk mundur. Dari Mesir mencalonkan Ali, dari Basrah mendukung Thalhah dan dari Kufah memilih Zubair untuk menjadi khalifah pengganti. Ketiganya menolak, dan malah melindungi Ustman dan membujuk para prajurit tersebut untuk pulang. Namun mereka menolak dan malah mengepung Madinah selama 40 hari. Suatu malam mereka malah masuk untuk menguasai Madinah. Ustman yang berkhutbah mengecam tindakan mereka, dilempari hingga pingsan. Ustman membujuk Ali agar meyakinkan para pemberontak. Ali melakukannya asal Ustman tak lagi menuruti kata-kata Marwan. Ustman bersedia. Atas saran Ali, para pemberontak itu pulang. Namun tiba-tiba Ustman, atas saran Marwan, menjabut janjinya itu. Massa marah.Pemberontak balik ke Madinah. M Muhammad anak Abu Bakar siap mengayunkan pedang. Namun tak jadi melakukannya setelah ditegur Ustman. Al Ghafiki menghantamkan besi ke kepala Ustman, sebelum Sudan anak Hamran menusukkan pedang. Pada tanggal 8 Zulhijah 35 Hijriah, Ustman menghembuskan nafas terakhirnya sambil memeluk Quran yang dibacanya. Sejak itu, kekuasaan Islam semakin sering diwarnai oleh tetesan darah. Ustman juga membuat langkah penting bagi umat. Ia memperlebar bangunan Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Haram di Mekah. Ia juga menyelesaikan pengumpulan naskah Quran yang telah dirintis oleh kedua pendahulunya. Ia menunjuk empat pencatat Quran, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, untuk memimpin sekelompok juru tulis. Kertas didatangkan dari Mesir dan Syria. Tujuh Quran ditulisnya, Masing-masing dikirim ke Mekah, Damaskus, Sana, Bahrain, Basrah, Kufah dan Madinah. Di masa Ustman, ekspedisi damai ke Tiongkok dilakukan. Saad bin Abi Waqqas bertemu dengan Kaisar Chiu Tang Su dan sempat bermukim di Kanton.

Belajar Dari Utsman Bin Affan


Sedikit Tentang Utsman Bin Affan Dialah sahabat yang mulia Utsman bin Affan -semoga Allah meridloinya-, Rasulullah memberikan kabar gembira dengan surga, dan menjanjkannya dengan syahid, beliau adalah orang yang memberikan perlengkapan kepada pasukan perang saat dalam kesusahan, dan Rasulullah saw menikahkan dia dengan dua putrinya, dan beliau menjabat sebagai khalifah ketiga, dan beliau syahid saat membaca Al-Quran. Utsman lahir pada 6 tahun setelah kelahiran Nabi saw di rumah yang mulia, bapaknya bernama Affan bin Al-Ash sebagai seorang yang mulia dan terhormat diantara kaumnya. Beliau termasuk pendahulu masuk Islam saat Abu Bakar mengajaknya beriman kepada Allah semata dia langsung memenuhinya, dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Utsman bin Affan ra berasal dari keluarga kaya raya dari silsilah Bani Umayyah. Sejak kecil Utsman telah mendapat pendidikan membaca dan menulis dari keluarganya. Selain berpendidikan Utsman bin Affan dikenal pula sebagai seorang yang memiliki akhlakul karimah. Tak hanya ketika ia berada dalam naungan Islam namun juga sebelumnya. Rasulullah SAW sendiri menggambarkan Utsman bin Affan ra sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Dalam perjalanan hidupnya Utsman bin Affan berhasil menjadi seorang saudagar kaya raya. Namun kesederhanaan tetap melingkupi hati beliau. Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa Utsman senang menjamu orang banyak dengan hidangan mewah bagaikan hidangan kaum bangsawan. Namun di rumahnya beliau hanya memakan roti dengan minyak atau cuka. Dikisahkan pula bahwa Utsman ra pernah berpidato di atas mimbar memakai sehelai kain kasar dan kopiah seharga lima dirham. Utsman bin Affan memiliki julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah SAW yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Pernikahan Utsman dengan Ruqayah terjadi ketika Ruqayah diceraikan oleh suaminya terdahulu yang bernama Utbah. Utbah merupakan putra Abdul Uzza bin Abdul Muthallib atau yang lebih dikenal dengan Abu Lahab. Perceraian ini dilakukan atas desakan Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, untuk menghina dan merendahkan keluarga Rasulullah SAW. Untuk meringankan beban Rasulullah dan keluarganya Utsman kemudian melamar Ruqayah. Dengan Ruqayah, Utsman menjadi suami-istri pertama dari kalangan kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah. Lama tak terdengar kabar dari mereka berdua. Sampai seorang Quraisy memberikan kabar kepada Rasulullah bahwa ia telah melihat Utsman bin Affan ra dengan Ruqayah. "Bagaimana keadaan mereka berdua?" tanya Nabi. "Menantumu sedang menuntun keledai yang ditunggangi oleh istrinya yang sedang hamil," jawab si Quraisy. Setelah mendapatkan kabar bahwa keadaan di Mekah telah aman bagi kaum muslimin, muhajirin yang berada di Habasyah pun kembali ke Mekah. Termasuk Utsman bin Affan dan Ruqayah. Pasangan ini tak lama menetap di Mekah karena kembali berhijrah ke Madinah. Saat berada di Madinah Ruqayah menderita penyakit campak. Keadaannya diperparah dengan kesedihan yang mendalam atas kepergian ibundanya, Khadijah ra dan anaknya Abdullah yang baru berusia 6 tahun. Selama Ruqayah terbaring sakit, Utsman selalu berada di sisi istrinya dan mengurusnya dengan lemah lembut dan penuh kesabaran. Bersamaan dengan itu kaum muslimin diseru untuk bergabung menghadapi perang Badar. Hati Utsman bimbang. Tak tega rasanya ia meninggalkan istrinya yang tengah terbaring sakit. Akhirnya Rasulullah mengizinkan Utsman tetap di rumah untuk mengurus istrinya. Utsman mendampingi istrinya sampai Ruqayah wafat. Tak lama ia menikah lagi dengan Ummu Kaltsum. Utsman bin Affan ra menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khatab ra tepatnya pada tahun 23 H. Selama masa pemerintahan Utsman bin Affan kekhalifahan Islam berhasil diperluas mulai dari wilayah Armenia, Kaukasia, Khurasan, Kirman, Sijistan, Cyprus sampai Afrika Utara. Utsman juga telah berjasa memperbanyak salinan Al-Qur'an dan menyebarkannya ke berbagai wilayah kekuasaan Islam. Di bawah pemerintahan Utsman bin Affan pulalah kaum muslimin memiliki gedung pengadilan tersendiri serta armada laut yang digunakan dalam perang Dzatu Sawari. Utsman juga memerintahkan perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Ketika masa pemerintahan Utsman berjalan 6 tahun terjadilah pemberontakan untuk menjatuhkan Utsman dari kursi kekhalifahan. Namun Utsman tak pernah memberantas para pemberontak tersebut. Kelemahlembutan hatinya menyebabkan ia mencoba menyelesaikan semuanya dengan komunikasi yang baik.

Utsman wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman. Belajar dari Utsman bin Affan Hampir semua sahabat Nabi memiliki keunikan sendiri-sendiri. Bersinergi dan berpadunya kompetensi yang unik tersebut menjadikan barisan Rasululah dan sahabat menjadi barisan yang kuat, kokoh dan maju. 1. Softness (Kelembutan) Keunikan Utsman bin Affan terletak pada kelembutan dan sifat pemalunya. Beliau adalah sahabat yang sangat lembut dan pemalu. Meskipun, tentu saja dapat bersikap garang. Karena beliau juga mengikuti hampir seluruh peperangan bersama Nabi. Kecuali perang Badar, karena ia sedang merawat istrinya, Ruqayyah yang sedang sakit. Utsman binAffan, si pemalu berakhlak mulia. Malu tak hanya pada manusia, tetapi lebih dari itu, pada Allah. Mandinya Utsman tidak hanya dilakukan dalam rumah terkunci rapat, tertutup semua lubangnya, di kamar yang paling terlindung dan terkunci, dalam sebuah bilik rapat di kamar itu, dan dipasang selubung kain yang tinggi. Itupun, Utsman masih tak bisa menegakkan punggung karena rasa malu. Ia selalu malu pada Allah. Ia malu, jika nikmat-nikmat Allah tak ia nafkahkan di jalan-Nya. Maka ribuan unta menyertai perang Tabuk. Ia malu, jika ia kenyang sementara penduduk Madinah ditimpa paceklik. Maka 1000 unta penuh muatan ia bagikan gratis. Ia malu, jika ia minum air sejuk sementara penduduk Madinah meminum air bacin. Maka dibelinya sumur Raumah, lalu ia wakafkan. Tidak akan membahayakan Utsman, sabda Nabi,, Apapun yang dia lakukan setelah hari ini. Dan Utsman semakin merasa malu.... Aisyah bercerita, Suatu hari Rasulullah tidur terlentang, sedang kedua betisnya terbuka. Abu Bakar dan Umar meminta masuk dan beliau tetap membiarkan betisnya terbuka. Tatkala Utsman meminta izin masuk, beliau langsung menutup betisnya dan berkata, Bagaimana aku tidak merasa malu dengan orang yang malaikat saja malu kepadanya (HR Muslim[2402] dan Ahmad[VI:62]). Rasulullah bersabda, Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar, yang paling keras menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman (HR Ahmad & HR Tirmidzi) Syaikh Khalid Muhammad Khalid berkata, Ustman memiliki banyak watak yang penuh dengan kebaikan dan harga diri. Dari pribadinya memancar bau semerbak kasih sayang dimanapun anda menjumpainya. Kasih sayang yang tersebar dalam kehidupannya seperti air mengalir dalam batang yang hijau. .kita dapati kasih sayangnya menjadi pelita seluruh hidupnya. Kasih sayang telah meresap dalam hdup dan tingkah lakunya. .kesetiannya terhadap kasih sayang jauh lebih kuat dibanding hidup tanpa mendapatkan tempat di barisan terdepan dari orangorang yang penyayang dan shalih. Ia seorang yang taat kepada Allah dan penyayang. Ia suka berpuasa di siang hari, sholat di malam hari, dan hatinya memancarkan kasih sayang. Utsman berkata terhadap dirinya, Aku tidak pernah berzina maupun mencuri, baik di masa jahiliyah maupun di masa Islam. Adakah diantara kita yang memiliki sejarah yang begitu bersih dan jernih sebagaimana Utsman? ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az Zumar ayat 9) Siapakah yang dimaksud dengan ayat tersebut. Abdullah bin Umar berkata, Ia adalah Utsman. Sikap lembutnya juga ditunjukkan oleh beliau dalam membantu kesulitan kaum muslimin. 2. Charitbale (Dermawan) Utsman adalah sosok yang sangat dermawan. Ia pernah menanggung semua perlengkapan separuh dari pasukan kaum muslimin dalam perang asrah. Saat itu, ia mendermakan 300 ekor onta dan 50 ekor kuda lengkap dengan segala peralatannya. Kemudian ia datang membawa seribu dinar dan memberikannya di hadapan Rasulullah. (HR Tirmidzi).

Diantara kemurahan hati dan sedekah yang diberikannya di jalan Allah SWT yaitu ketika Rasulullah menyiapkan tentara dalam perang Tabuk. Imam Ahmad meriwayatkan, Bahwa Utsman datang dengan membawa 1000 dinar dibajunya lalu menuangkannya di kamar Rasulullah SAW. Lalu Nabi bersabda, Utsman tidak akan miskin karena melakukan hal ini. Ibnu Syihab Zuhri meriwayatkan bahwa pada perang Tabuk Utsman membawa lebih dari 940 onta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi seribu. Kini berarti setara dengan 1000 mobil. Ia juga pernah membeli sumur Raumah dari seorang Yahudi. Setelah itu ia mewakafkannya. Kemudian kaum muslimin memanfaatkannya sebagai sumber air minum. Menurut riwayat Al Baghawi ia membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham. Ibnu Abbas berkata, Ketika orang-orang mengalami paceklik di masa pemerintahan Abu Bakar. Abu Bakar berkata kepada mereka insya Allah besok sore kalian dibebaskan Allah dari kesulitan. Besok paginya datang kafilah Utsman. Para pedagang datang kepada utsman dan meminta kepadanya supaya menjual barang-barang tersebut kepada mereka. Utsman bertanya kepada mereka, Berapa keuntungan yang akan kalian berikan kepadaku? Mereka menjawab, Sepuluh dengan dua belas. Utsman berkata, Saya telah mendapat lebih dari itu. Pedagang-pedagang tersebut bertanya, Siapa yang menambahimu sedangkan kami adalah pedagang-pedagang Madinah. Utsman menjawab, Ia adalah Allah, Dia menambahiku setiap dirham dengan sepuluh dirham, maka apakah kalian bisa menambahiku? Pedagang-pedagang tersebut berlalu dan Utsman berkata, Yaa Allah kuberikan barang-barang ini kepada orang-orang miskin di Madinah tanpa bayar dan tanpa perhitungan. 3. Kesabaran (Patient) Utsman RA adalah sahabat yang sangat-sangat sabar. Beliau menghadapi berbagai cobaan dan ujian dengan tabah. Ketika beliau masuk Islam, pamannya Al Hakam bin Al Ash bin Umayyah menangkapnya dan mengikatnya dengan tali. Lalu Hakam berkata, Apakah kamu membenci agama nenek moyangmu dan kamu berganti dengan agama yang baru? Demi Tuhan saya tidak akan melepaskanmu dari ikatan ini hingga kamu meninggalkan agama yang kamu anut sekarang juga. Utsman berkata, Demi Allah! Saya tidak akan meninggalkan agama ini untuk selamanya, dan saya tidak akan memisahkan diri darinya! Melihat keteguhan dan kesabaran Utsman, akhirnya Al hakam meninggalkan Utsan RA. Kesabaran dan ketabahan lainnya adalah tatkala terjadi huru hara dalam pemerintahannya yang dipicu dan diprovokasi oleh orang-orang khawarij. Beliau juga tetap dalam kesabaran. Padahal jika mau, pada saat itu beliau dapat minta bantuan sahabat Anshar dan Muhajirin untuk mengawalnya. Atau dengan mengasingkan diri ke luar daerah. Atau dengan melepaskan kekhalifahan. Namun demi menjaga persatuan umat Utsman rela dirinya dijadikan sasaran pembunuhan oleh kaum durjana. Maka benar sabda Rasulullah SAW, Dia (Utsman) akan dibunuh dengan cara yang zhalim pada suatu peristiwa. (HR Tirmidzi dari Ibnu Umar). Dalam riwayat Ibnu Asakir dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah bersabda, Utsman datang kepadaku, dan pada saat itu ada seorang malaikat bersamaku, dia berkata, Dia akan mati syahid dan akan dibunuh oleh kaumnya Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi dia berkata, Dua sifat yang dimiliki oleh Utsman dan tidak dimiliki Abu Bakar maupun Umar, yaitu kesabarannya saat dikepung hingga ia terbunuh serta penghimpunan mushaf Alquran dalam bentuknya sekarang. 4. Leadership Meskipun tidak seperti Abu Bakar dan Umar, namun Utsman juga memiliki watak kepemimpinan yang tidak diragukan lagi. Buktinya hampir seluruh sahabat sepakat membaiat Ustman sebagai khalifah pengganti Umar. Pasca terbunuhnya khalifah Umar, Abdurrahman bin Auf bertanya kepada kaum muhajirin dan anshar, Menurut anda siapa yang patut menjadi khalifah setelah Umar? Semua orang yang ditanya dan diminta pendapatnya selalu mengatakan, Utsman.. Maka segera ia membaiatnya dan diikuti baiat oleh masyarakat secara masal. Ibnu Masud berkata, Kami membaiat orang terbaik diantara kami. Dalam riwayat lain dinyatakan, Kami mengangkat orang terbaik (sebagai pemimpin) dan kami sungguh-sungguh. Bukti lainnya adalah dimasa Utsman banyak wilayah dan daerah baru yang ditaklukkannya. Sehingga wilayah Islam membentang jauh dari Timur hingga ke Barat. Terbentang dari Sind di sebeah Timur, Kaukasus di sebelah utara, Afrika dan pulau-pulau Mediteranian di sebelah Barat dan Habasyah (Ethiopia) di sebelah selatan. Ibnu Katsier berkata, Semua itu benar-benar terbukti dan terjadi

pada masa Utsman RA. Yang termasuk negeri-negeri tersebut adalah Hamazan, Rayy, Safur, Arjan, Asfahan, Astakhar, Jurjan, Kabul, Sijistan, Tabristan, Azarbaijan, Armenia, Afrika, Ethiopia, Siprus, Malta dll. Utsman pula yang membentuk armada angkatan laut Islam untuk pertama kalinya. Sebelumnya Umar menolak hal itu karena khawatir terhadap tentara muslim yang belum berpengalaman perang di laut. Utsman mebentuk armada laut dan memperoleh kemenangan besar dalam perang di atas kapal laut. Dan menyerang armada-armada yang sombong (armada laut Byzantium) dan kemudian menaklukkan pulau-pulau di Mediterania. Mengingat Kematian Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma'ili dari Utsman bin Affan ra. : Ketika neraka itu disifati di hadapan Utsman bin Affan beliau tidak menangis. Demikian juga ketika hari kiamat disifati beliau juga tidak menangis. Sedangkan ketika kubur disifati beliau menangis. Maka ditanyakan kepadanya : "Ya Amirul Mu'minin, mengapa ketika neraka dan hari kiamat disifati engkau tidak menangis sedangkan ketika kubur disifati engkau menangis?. Beliau menjawab: "Sesungguhnya ketika aku berada di neraka aku bersama para manusia, dan ketika hari kiamat akupun bersama para manusia." Tetapi ketika aku di dalam kubur aku sendirian, tidak ada salah seorang yang menyertaiku di dalam kubur dari para manusia, sedangkan kunci kubur itu pada malaikat Israfil as., dan dialah yang akan membukanya pada hari kiamat. Utsman bin Affan ra. kemudian berkata : "Siapa yang dunia merupakan penjaranya maka kubur adalah sebagai syurganya! dan siapa yang dunia ini merupakan syurganya maka kubur merupakan penjaranya." Siapa yang kehidupan dunia merupakan tali ikatannya maka mati itu yang akan melepaskannya. Dan siapa meninggalkan bagiannya di dunia! maka akan diberikan bagian di akhirat. Beliau juga mengatakan : "Sebaik-baik manusia adalah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya dan ridla terhadap Tuhannya sebelum ia berjumpa kepada-Nya serta mau meramaikan kuburnya sebelum ia memasukinya."

You might also like