Professional Documents
Culture Documents
10. Perlindungan Upah bagi Tenaga Kerja 11. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 12. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Tiap-Tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
PEKERJA
PENGERTIAN
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan yang sasarannya menyangkut segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, bahkan di udara.
PENGERTIAN
KESEHATAN KERJA
Spesialisasi dalam bidang ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan usahausaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
PENGERTIAN K-3
Ilmu pengetahuan yang penerapannya dalam usaha mencegah atau mengatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
Panitia PengawasK-3:
1. Pegawai Pengawas K-3, yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh menteri Tenaga Kerja. 2. Ahli K-3 yaitu tenaga kerja berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang diberi wewenang oleh menteri tenaga kerja untuk melaksanakan segahagian dari tugas pegawai K-3.
2. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
Setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terdapat 3 golongan Tenaga Kerja yang diatur secara khusus dalam K-3:
1.
2.
Anak (orang laki-laki atau wanita yang berumur di bawah 15 tahun) di larang untuk dipekerjakan kecuali dalam hal dibenarkan UU.
Orang Muda ( laki-laki atau wanita berumur 15 tahun atau lebih dan kurang dari 18 tahun) dilarang dalam kondisi tertentu.
3.
Wanita (yang telah berumur 18 tahun atau lebih) dibatasi ruang kerjanya
Setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terdapat 3 golongan Tenaga Kerja yang diatur secara khusus dalam K-3:
1.
2.
Anak (orang laki-laki atau wanita yang berumur di bawah 15 tahun) di larang untuk dipekerjakan kecuali dalam hal dibenarkan UU.
Orang Muda ( laki-laki atau wanita berumur 15 tahun atau lebih dan kurang dari 18 tahun) dilarang dalam kondisi tertentu.
3.
Wanita (yang telah berumur 18 tahun atau lebih) dibatasi ruang kerjanya
SYARAT KESELAMATAN KERJA 1970 tentang K-3 Pasal 3-4 UU No.1 Tahun
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan; 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran; 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
SYARAT KESELAMATAN KERJA 1970 tentang K-3 Pasal 3-4 UU No.1 Tahun
9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; 11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 12. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; 13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; 16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang; 17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; 18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
1.Perbuatan manusia yang tidak memenuhi syarat K3 2.Keadaan Lingkungan dan Mekanik
PENCEGAHAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA 1. Peraturan Undang-Undang 2. Standarisasi 3. Pengawasan 4. Penelitian bersifat Teknik 5. Riset Medis 6. Penelitian Psikologis 7. Penelitian secara statistik 8. Pendidikan dan Latihan 9. Penggairahan 10. Asuransi/ Insebtif Finansial 11. Usaha Keselamatan di perusahaan
HUBUNGAN KERJA
Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja.
PERJANJIAN KERJA
"Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh), mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain (si majikan) untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah
Pasal 1601 a KUHPerdata
PERJANJIAN KERJA
Undang-undang No.. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 6:
"Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak
SYARAT SAH PERJANJIAN KERJA 1. Kemauan bebas kedua belah pihak; 2. Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak; 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a) nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha b) nama dan alamat pekerja c) jabatan atau jenis pekerjaan d) syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja e) besarnya upah dan cara pembayarannya f). tempat pekerjaan g) mulai berlakunya perjanjian kerja; h) tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat. i) tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
1.Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan. Melakukan pekerjaan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka berdasarkan ketentuan' peraturan perundangundangan jika pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).
2. Buruh/Pekerja wajib menaati aturan dan petunjuk majikan/ pengusahaj dalam melakukan pekerjaannya buruh/pekerja wajib menaati petunjuk yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk tersebut.
3.Kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti-rugi dan denda.
Perjanjian Perburuhan yang sekarang lazim dikenal dengan istilah Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Collective Labour Agreement (CLA), atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Collective Arbeids Overemkomst (CAO) , perjanjian ini dikenal dalam khasanah hukum Indonesia berdasarkan ketentuan dalam KUHPerdata. Dalam KUHPerdata pasal 1601 disebutkan bahwa Perjanjian Perburuhan adalah peraturan yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang perkumpulan majikan yang berbadan hukum dan atau beberapa serikat buruh yang berbadan hukum, mengenai syaratsyarat kerja yang harus diindahkan pada waktu membuat perjanjian kerja.
Dalam Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Majikan disebutkan Perjanjian Perburuhan adalah perjanjian yang diselenggarakan oleh serikat atau serikat-serikat buruh yang terdaftar pada Kementerian Perburuhan dengan majikan, majikanmajikan, perkumpulan majikan yang berbadan hukum, yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat kerja yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerja.
HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan atau jasa ang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
FUNGSI PARA PELAKU HUBUNGAN INDUSTRIAL ( FUNGSI PEMERINTAH) 1. 2. 3. 4. Menetapkan Kebijakan; Memberikan Pelayanan; Melaksanakan Pengawasan; Melakukan penindakan terhadap setiap pelanggaran peraturan perundangundangan ketenagakerjaan.
FUNGSI PARA PELAKUHUBUNGAN INDUSTRIAL (FUNGSI PENGUSAHA) 1. 2. 3. 4. Menciptakan hubungan kemitraan; Mengembangkan Usaha; Memperluas lapangan kerja; Memberikan kesejahteraan kepada pekerja secara terbuka, demokratis dan berkeadilan.
SERIKAT PEKERJA / BURUH Adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/ buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Serikat Pekerja terdiri dari minimal 10 orang pekerja. Federasi terdiri dari minimal 5 serikat pekerja. Konfederasi terdiri dari minimal 3 Federasi
HAK SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Membuat perjanjian kerjasama dengan pengusaha 2. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial 3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan 4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja 5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan UU yang berlaku
KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya 2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya 3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya
PEMBUBARAN SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Dinyatakan oleh anggotanya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangganya. 2. Perusahaan tutup dan menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya yang berdampak pada putusnya hubungan kerja bagi seluruh pekerja di perusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap pekerja telah diselesaikan menurut UU yang berlaku. 3. Dinyatakan bubar dengan putusan pengadilan
Perselisihan Hak
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perselisihan Kepentingan
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perselisihan PHK
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
1. Mediasi Hubungan Industrial 2. Konsiliasi Hubungan Industrial 3. Arbitrase Hubungan Industrial 4. Pengadilan Hubungan Industrial
Pengertian
Ketentuan
PHK dapat dilakukan oieh pengusaha tanpa meminta izin dari P4D atau P4P dalam hal:
Pekerja dalam masa percobaan. Pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri secara tertuIis atau kemauan sendiri tanpa mengajukan syarat.
pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan bersama.
Pekerja yang hubungan kerjanya berdasarkan kesepakatan kerja waktu tertentu dikarenakan masa berlakunya telah berakhir atau karena pekerjaan yang diperjanjikan telah selesai. Pekerja meninggal dunia
Selama pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena sakit menurut keterangan dokter selama waktunya tidak melampaui masa 12 (dua belas) bulan berturut-turut. Selama pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya dan disetujui pemerintah Pekerja wanita melaksanakan kewajiban menyusui bayinya yang telah diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama atau peraturan perundang-undangan. Pekerja mempunyai ikatan pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam suatu perusahaan, kecuali telah diatur dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama. (Pasal2 ayat (4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 150 tahun 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan uang Pesangon, uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian).