You are on page 1of 81

Hukum Perburuhan / Hukum Ketenagakerjaan

Aspek Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)


Dahsan Hasan,SH. MH.

Pokok Bahasan K-3


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dasar Hukum K-3 Organisasi K-3 Pengawasan dan Pembinaan K-3 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Ruang Lingkup Berlakunya K-3 Kecelakaan Akibat Kerja Hubungan Kerja Hubungan Industrial ( HI )

10. Perlindungan Upah bagi Tenaga Kerja 11. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 12. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Landasan Hukum K-3


UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Pasal 27 Ayat 2

Tiap-Tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

Pengantar Pentingnya K-3


UUD 1945
Hak tiap Warga Negara atas Pekerjaan dan Penghidupan yang layak bagi Kemanusiaan

PEKERJA

Memenuhi Kelayakan bagi kemanusiaan

Sebagai akibat dari bekerja

Cacat, Kematian, Kecelakaan Kerja, Sakit, dll

JIKA K-3 NYA TIDAK TERJAMIN

Bertentangan dengan Kemanusiaan

Perlu Penerapan Prinsip & Kaidah K-3

PENGERTIAN

KESELAMATAN KERJA
Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan yang sasarannya menyangkut segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, bahkan di udara.

PENGERTIAN

KESEHATAN KERJA
Spesialisasi dalam bidang ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan usahausaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

PENGERTIAN K-3
Ilmu pengetahuan yang penerapannya dalam usaha mencegah atau mengatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja

PENGERTIAN ASPEK HUKUM K-3


Kaidah / aturan yang bertujuan untuk mencegah atau mengatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja

MAKSUD DAN TUJUAN K-3


Maksud K-3 adalah untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa diskriminasi guna mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dalam rangka hubungan industrial yang berkeadilan atau untuk melindungi tenaga kerja dari kejadian atau keadaan yang dapat merugikan keselamatan dan kesehatannya dalam melakukan pekerjaannya dengan berusaha menghilangkan, mengurangi/ menekan sekecil-kecilnya hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan akibat kerja di tempat kerja.

MAKSUD DAN TUJUAN K-3


Tujuan K-3 (Keselamatan Kerja) adalah untuk: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitasnya. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja 3. Menjaga supaya sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna.

MAKSUD DAN TUJUAN K-3


Tujuan K-3 (Kesehatan Kerja) adalah untuk: 1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi tingginya baik fisik maupun mentalnya dan aspek sosialnya. 2. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaannya (aspek ergonominya) 3. Meningkatkan produktifitas kerja.

DASAR HUKUM K-3


o o o o o o o o
UUD 1945 Pasal 27 ayat 2

UU no.25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.


UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja UU Uap Tahun 1930 tentang Mesin Uap UU Petasan Tahun 1932 ttg Pembuatan, import, menyalakan serta perdagangannya. UU No. 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek Kepmen 02/ 1970 ttg Pembentukan Panitia Pembina K-3 Kepmen 01/ 1978 ttg K-3 dalam Pembangunan dan Pengangkutan kayu

DASAR HUKUM K-3


o
o o o o o o
Kepmen 03/ 1978 ttg Syarat, penunjukan dan wewenang serta kewajiban pegawai pengawas dan ahli K-3 Kepmen 04/ 1978 ttg Peraturan umum instalasi listrik di tempat kerja. Kepmen 01/ 1979 ttg Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan. Kepmen 01/ 1980 ttg K-3 pada industri bangunan Kepmen 02/ 1980 ttg Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam K-3 Kepmen 03/ 1984 ttg Pengawasan terpau ketenagakerjaan Kepmen 01/ 1987 ttg Perlindungn bagi anak yang terpaksa bekerja

ORGANISASI K-3 PADA PEMERINTAH


Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja. Fungsinya: Melaksanakan Pembinaan, Pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan Norma K-3 di bidang mekanik, Listrik, Uap, dan Pencegahan Kebakaran. Pada tingkat daerah di Kanwil Dirjen Perlindungan Perawatan Tenaga Kerja terdapat pengawas keselamatan kerja yang memeriksa setiap perusahaan tentang dipatuhinya ketentuan K-3 Juga diadakan PERUM ASTEK yang menjamin kecelakaan yang terjadi bagi tenaga kerja di tempat kerja.

ORGANISASI K-3 PADA PERUSAHAAN


1. Organisasi sebagai bagian dari Struktur Organisasi di Perusahaan. Tugasnya kontinyu, pelaksanaannya menetap dan anggarannya tersendiri. Kedudukannya di perusahaan berbeda-beda. 2. Panitia Keselamatan Kerja yang terdiri dari wakil pimpinan perusahaan , Wakil Buruh/ pekerja, Teknisi K3, dan Dokter perusahaan. Pembentukannya atas Dasar Undang-Undang.

ORGANISASI K-3 YANG INDEPENDEN


Salah satunya adalah Ikatan Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang didirikan pada tgl 27 Juli 1971 di Jakarta yang bertujuan: 1. Menunjang terlaksananya tugas pemerintah di bidang peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri, dll

2. Menuju tercapainya keseragaman tindakan dalam menanggulangi masalah K-3


Fungsinya antara lain: Menghimpun dan meningkatkan kerjasama antara dokter di perusahaan, ahli higiene dan kesehatan kerja serta ahli keselamatan kerja di Indonesia. Juga melakukan riset, pendidikan dan latihan serta penerangan ttg keselamatan kerja di perusahaan. Dll.

PENGAWASAN & PEMBINAAN K-3


Salah satu unsur yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah unsur PENGAWASAN & PEMBINAAN Ketenagakerjaan. Tugasnya mendeteksi secara dini di lapangan sehingga masalah yang ada dapat segera diatasi.

Panitia PengawasK-3:
1. Pegawai Pengawas K-3, yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh menteri Tenaga Kerja. 2. Ahli K-3 yaitu tenaga kerja berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang diberi wewenang oleh menteri tenaga kerja untuk melaksanakan segahagian dari tugas pegawai K-3.

PENGAWASAN & PEMBINAAN K-3


Panitia Pembina K-3:
Adalah suatu badan yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha K-3 yang keanggotaannya terdiri atas:

1. Unsur Perusahaan (Pimpinan Perusahaan)


2. Unsur Tenaga Kerja Kedua unsur tersebutharus bekerjasama dalam melaksanakan kewajiban bersama, khususnya dalam merealisasikan K-3 serta dalam melancarkan proses produksi pada umumnya.

PENGAWASAN & PEMBINAAN K-3


Kewajiban Pengawas K-3:
1. Mengawasi berlakunya ketentuan K-3 2. Mengumpulkan bahan tentang soal-soal K-3 yang diperlukan 3. Memberikan penerangan teknis dan nasihat kepada pengusaha dan tenaga kerja ttg hal-hal yang dapat menjamin efektifnya ketentuan K-3. 4. Merahasiakan rahasia perusahaan terkait dengan jabatannya. 5. Dan lain-lain yang diserahkan kepadanya oleh UU dan peraturan lainnya.

PENGAWASAN & PEMBINAAN K-3


Kewajiban Panitia Pembina K-3:
1. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja dan semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang wajib digunakan oleh tenaga kerja

2. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

PENGAWASAN & PEMBINAAN K-3


Kewajiban Tenaga Kerja:
(terkait dengan tugas pengawas) 1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli Keselamatan Kerja 2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

3. Memenuhi dan mentaati semua syarat K-3 yang diwajibkan


4. Meminta kepada pengurus agar diaksanakan semua syarat K-3 yang diwajibkan. 5. Menyatakan keberatan bekerja pada pekerjaan yang syarat K-3 serta alat perlindungan dirinya tidak memenuhi syarat.

PRINSIP PENGAWASAN K-3


Menyangkut tentang sikap dan tidakan pengawas dalam menjalankan fungsinya terhadap K-3: 1. Pengawasan diarahkan pada usaha preventif dan edukatif, namun tindakan represif baik yustial maupun non yustisial akan dilaksanakan secara tegas terhadap perusahaan yang sengaja melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. 2. Lebih peka dan cepat bertindak terhadap masalah yang timbul dan mungkin timbul di lapangan, sehingga dapat lebih cepat penanganannya. 3. Harus terjun langsung ke lapangan untuk melihat permasalahannya sehingga dapat dijamin objektifitasnya.

HAK & KEWAJIBAN TENAGA KERJA


HAK TENAGA KERJA
1. Hak atas upah 2. Hak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 3. Hak memiliki atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. 4. Hak atas pembinaan keahlian untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan kerja. 5. Hak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja. 6. Hak atas kesejahteraan ( Jamsostek)

HAK & KEWAJIBAN TENAGA KERJA


KEWAJIBAN TENAGA KERJA 1.Melakukan pekerjaannya dengan baik 2.Mentaati setiap peraturan terkait melakukan pekerjaan di tempat kerjanya 3.Kewajiban membayar ganti rugi dan denda.

RUANG LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN K-3


1. TEMPAT KERJA Tiap-tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan terdapat sumber bahaya kerja. Yang meliputi Darat, di dalam tanah, dipermukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah Negara Hukum Republik Indonesia.

2. TENAGA KERJA YANG BEKERJA DITEMPAT ITU

RUANG LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN K-3

Setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terdapat 3 golongan Tenaga Kerja yang diatur secara khusus dalam K-3:

1.
2.

Anak (orang laki-laki atau wanita yang berumur di bawah 15 tahun) di larang untuk dipekerjakan kecuali dalam hal dibenarkan UU.
Orang Muda ( laki-laki atau wanita berumur 15 tahun atau lebih dan kurang dari 18 tahun) dilarang dalam kondisi tertentu.

3.

Wanita (yang telah berumur 18 tahun atau lebih) dibatasi ruang kerjanya

3. TEMPAT SUMBER BAHAYA KERJA

2. TENAGA KERJA YANG BEKERJA DITEMPAT ITU

RUANG LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN K-3

Setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terdapat 3 golongan Tenaga Kerja yang diatur secara khusus dalam K-3:

1.
2.

Anak (orang laki-laki atau wanita yang berumur di bawah 15 tahun) di larang untuk dipekerjakan kecuali dalam hal dibenarkan UU.
Orang Muda ( laki-laki atau wanita berumur 15 tahun atau lebih dan kurang dari 18 tahun) dilarang dalam kondisi tertentu.

3.

Wanita (yang telah berumur 18 tahun atau lebih) dibatasi ruang kerjanya

3. TEMPAT SUMBER BAHAYA KERJA

SYARAT KESELAMATAN KERJA 1970 tentang K-3 Pasal 3-4 UU No.1 Tahun
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan; 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran; 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

SYARAT KESELAMATAN KERJA 1970 tentang K-3 Pasal 3-4 UU No.1 Tahun
9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; 11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 12. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; 13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; 16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang; 17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; 18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

KLASIFIKASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Menurut Jenis Kecelakaannya: 1. Kecelakaan karena terjatuh 2. Kecelakaan tertimpa benda yang jatuh 3. Kecelakaan karena benturan benda keras 4. Kecelakaan karena terhimpit benda 5. Gerakan melebihi kemampuan 6. Pengaruh suhu tinggi (panas atau dingin) 7. Kecelakaan karena arus listrik 8. Kontak dengan bahan kimia berbahaya 9. Dan kecelakaan lainnya.

KLASIFIKASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Menurut Penyebab Kecelakaannya 1. Mesin ( Pembangkit tenaga, Penyalur, Pengolah kayu, Pertanian, Pertambangan,dll ) 2. Alat Angkut dan alat angkat ( Mesin angkat, Alat angkut diatas rel, Angkutan udara, darat, air, dll ) 3. Peralatan lain ( Bejana bertekanan, Dapur pembakar, Instalasi pendingin, Instalasi listrik, alat alat listrik, Tangga, dll) 4. Bahan , Zat dan Radiasi (Bahan peledak, Debu, gas, cairan dan zat kimia, benda melayang, Radiasi, dll) 5. Human Error

KLASIFIKASI KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Menurut Sifat Luka atau Kelainan: 1. Patah Tulang 13. Pengaruh Radiasi 2. Dislokasi/ Keseleo 14. Akibat suhu/ cuaca 3. Regang otot/ urat 15. Luka dipermukaan, dll 4. Memar/ Luka dalam 5. Amputasi 6. Luka Terpotong 7. Luka tersayat 8. Geger otak/ remuk 9. Luka bakar 10. Keracunan mendadak 11. Mati lemas 12. Pengaruh Listrik

PENYEBAB KECELAKAAN AKIBAT KERJA

1.Perbuatan manusia yang tidak memenuhi syarat K3 2.Keadaan Lingkungan dan Mekanik

PENCEGAHAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA 1. Peraturan Undang-Undang 2. Standarisasi 3. Pengawasan 4. Penelitian bersifat Teknik 5. Riset Medis 6. Penelitian Psikologis 7. Penelitian secara statistik 8. Pendidikan dan Latihan 9. Penggairahan 10. Asuransi/ Insebtif Finansial 11. Usaha Keselamatan di perusahaan

HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja.

PERJANJIAN KERJA

"Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh), mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain (si majikan) untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah
Pasal 1601 a KUHPerdata

PERJANJIAN KERJA
Undang-undang No.. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 6:

"Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak

UNSUR PERJANJIAN KERJA


1. UNSUR PEKERJAAN
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata pasal1603a yang berbunyi: "Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanyalah dengan izin majikan ia dapat menyuruh seorang ketiga menggantikannya". Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, karena itu menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.

UNSUR PERJANJIAN KERJA


2. UNSUR PERINTAH
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja karena dokter, pengacara tidak tunduk pada perintah pasien atau klien.

UNSUR PERJANJIAN KERJA


3. UNSUR WAKTU Adanya waktu yang dimaksudkan adalah dalam melakukan pekerjaan harus disepakati jangka waktunya. Unsur jangka waktu dalam perjanjian kerja dapat dibuat secara tegas dalam perjanjian kerja yang dibuat misalnya untuk pekerja kontrak, sedangkan untuk pekerja tetap hal ini tidak diperlukan

UNSUR PERJANJIAN KERJA


4. UNSUR UPAH
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja. Seperti seorang narapidana yang diharuskan untuk melakukan pekerjaan tertentu, seorang mahasiswa perhotelan yang sedang melakukan praktik lapangan di hotel.

SYARAT SAH PERJANJIAN KERJA 1. Kemauan bebas kedua belah pihak; 2. Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak; 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BENTUK & JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA


Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis. Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu proses pembuktian. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak perusahaanperusahaan yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis disebabkan karena ketidak mampuan sumber daya manusia maupun karena kelaziman, sehingga atas dasar kepercayaan membuat perjanjian kerja secara lisan.

BENTUK & JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA


Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi hubungan kerja yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak tertentu bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya pekerjaan tertentu. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut dengan perjanjian kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian kerja tetap dan status pekerjanya adalah pekerja tetap. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis (vide pasal17 Undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan). Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan

PERJANJIAN KERJA SECARA TERTULIS MINIMAL MEMUAT:

a) nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha b) nama dan alamat pekerja c) jabatan atau jenis pekerjaan d) syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja e) besarnya upah dan cara pembayarannya f). tempat pekerjaan g) mulai berlakunya perjanjian kerja; h) tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat. i) tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


1. KEWAJIBAN PENGUSAHA/ MAJIKAN
1.Kewajiban memberikan istirahat/cutij pihak majikan/pengusaha diwajibkan untuk memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas istirahat ini penting artinya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Dengan demikian diharapkan gairah kerja akan tetap stabil. Cuti tahunan yang lamanya 12 hari kerja untuk 6 hari kerja dalam seminggu atau 10 hari untuk waktu kerja 5 hari kerja dalam seminggu. Selain itu pekerja juga berhak atas cuti panjang selama 3 bulan setelah bekerja terus-menerus suatu perusahaan (pasaI102, 103 Undangundang No. 25 tahun 1997). 2. Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatanj majikan/ pengusaha wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan (pasal1602x KUHPerdata). Dalam perkembangan hukum ketenagakerjaan saat ini kewajiban ini tidak hanya terbatas bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan, tetapi juga bagi pekerja yang tidak bertempat tinggal di rumah majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.3 tahun 1992.

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


1. KEWAJIBAN PENGUSAHA/ MAJIKAN 3. Kewajiban memberikan surat keterangan;
Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan pasal 1602a KUHPerdata yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan, Iamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan itu juga diberikan meskipun inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja. Surat keterangan tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperIakukan sesuai dengan pengalaman kerjanya.

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


1. KEWAJIBAN PENGUSAHA/ MAJIKAN

4. Kewajiban membayar upah


Dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi seorang pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat waktu. Ketentuan ten tang upah ini juga telah mengalami perubahan pengaturan ke arah hukum publik. Hal ini terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah yang harus dibayar oleh pengusaha yang dikenal dengan nama upah minimum regional (UMR) , maupun pengaturan upah dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang perlindungan Upah. Campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah ini penting guna menjaga agar jangan sampai besarnya upah yang diterima oleh pekerja terlampau rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja meskipun secara minimum sekalipun. .

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


KEWAJIBAN PEKERJA/ BURUH

1.Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan. Melakukan pekerjaan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka berdasarkan ketentuan' peraturan perundangundangan jika pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


KEWAJIBAN PEKERJA/ BURUH

2. Buruh/Pekerja wajib menaati aturan dan petunjuk majikan/ pengusahaj dalam melakukan pekerjaannya buruh/pekerja wajib menaati petunjuk yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk tersebut.

KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA


KEWAJIBAN PEKERJA/ BURUH

3.Kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti-rugi dan denda.

BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA


1. Pekerja Meninggal Dunia 2. Berakhirnya jangka waktu Perjanjian kerja 3. Adanya putusan pengadilan atau penetapan lembaga P2HI yang telah mempunyai kakuetan hukum tetap. 4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, aturan perusahaan, perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja
Pasal 61 ayat1 UU No.13/2003

PERJANJIAN PERBURUHAN / KESEPAKATAN KERJA BERSAMA


.
Perjanjian perburuhan diatur dalam Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undang-undang ini merupakan salah satu dari undangundang yang dinyatakan dicabut dengan Undangundang No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang No. 21 tahun 1954 lahir pada saat bangsa kita menganut demokrasi liberal, sehingga semangat undang-undang ini juga tidak lepas dari filosofi tersebut. Sesuai dengan semangat itu masing-masing pihak yang membuat perjanjian perburuhan cenderung berupaya membela kepentingannya sehingga tidak jarang pihak yang satu melakukan tekanan kepada pihak yang lain jika kepentingannya tidak terpenuhi. Konsep tersebut tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, dan sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam hukum perburuhan khususnya dengan lahirnya konsepsi Hubungan Industrial Pancasila (HIP), maka istilah perjanjian perburuhan diganti dengan istilah Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang dalam pembuatannya mengutamakan musyawarah & mufakat sesuai dengan nilainilai Pancasila.

PENGERTIAN PERJANJIAN PERBURUHAN


.

Perjanjian Perburuhan yang sekarang lazim dikenal dengan istilah Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Collective Labour Agreement (CLA), atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Collective Arbeids Overemkomst (CAO) , perjanjian ini dikenal dalam khasanah hukum Indonesia berdasarkan ketentuan dalam KUHPerdata. Dalam KUHPerdata pasal 1601 disebutkan bahwa Perjanjian Perburuhan adalah peraturan yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang perkumpulan majikan yang berbadan hukum dan atau beberapa serikat buruh yang berbadan hukum, mengenai syaratsyarat kerja yang harus diindahkan pada waktu membuat perjanjian kerja.

PENGERTIAN PERJANJIAN PERBURUHAN


.

Dalam Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Majikan disebutkan Perjanjian Perburuhan adalah perjanjian yang diselenggarakan oleh serikat atau serikat-serikat buruh yang terdaftar pada Kementerian Perburuhan dengan majikan, majikanmajikan, perkumpulan majikan yang berbadan hukum, yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat kerja yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerja.

HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan atau jasa ang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

FUNGSI PARA PELAKU HUBUNGAN INDUSTRIAL ( FUNGSI PEMERINTAH) 1. 2. 3. 4. Menetapkan Kebijakan; Memberikan Pelayanan; Melaksanakan Pengawasan; Melakukan penindakan terhadap setiap pelanggaran peraturan perundangundangan ketenagakerjaan.

FUNGSI PARA PELAKUHUBUNGAN INDUSTRIAL (FUNGSI PENGUSAHA) 1. 2. 3. 4. Menciptakan hubungan kemitraan; Mengembangkan Usaha; Memperluas lapangan kerja; Memberikan kesejahteraan kepada pekerja secara terbuka, demokratis dan berkeadilan.

FUNGSI PARA PELAKU HUBUNGAN INDUSTRIAL (FUNGSI PEKERJA )


1. Bekerja sesuai kewajibannya 2. Menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi; 3. Menyalurkan aspirasi secara demokratis dan positif; 4. Mengembangkan ketrampilan dan keahliannya; 5. Memajukan perusahaan; 6. Memperjuangkan kesejahteraan anggota serta keluarganya.

HUBUNGAN INDUSTRIAL dijalankan melalui sarana:


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Serikat Pekerja/ Buruh Organisasi Pengusaha/ Asosiasi Lembaga Kerjasama Bipatrit Lembaga Kerjasama Tripartit Peraturan Perusahaan Perjanjian Kerja Bersama UU Ketenagakerjaan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

LEMBAGA BIPATRIT & TRIPATRIT


Bipatrit adalah Forum komunikasi dan konsultasi tentang hal yang
berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/ buruh yang sudah tercatat sebagai instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh Lembaga kerjasama bipatrit wajib dibentuk setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 orang pekerja atau lebih

Tripatrit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah


tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi, Serikat pekerja/buruh dan Pemerintah, lembaga ini memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan

SERIKAT PEKERJA / BURUH Adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/ buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

SERIKAT PEKERJA, FEDERASI & KONFEDERASI

Serikat Pekerja terdiri dari minimal 10 orang pekerja. Federasi terdiri dari minimal 5 serikat pekerja. Konfederasi terdiri dari minimal 3 Federasi

FUNGSI SERIKAT PEKERJA / BURUH


1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial. 2. Sebagai wakil pekerja dalam lembaga kerjasama dibidang ketenagakerjaan 3. Sarana menciptakan hubungan idustrial yang harmonis,dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Sarana penyaluran aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya. 5. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. 6. Sebagai wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

PROSEDURE PENDIRIAN SERIKAT PEKERJA/ BURUH


1. Dengan membuat AD/ART 2. Menyampaikan secara tertulis kepada pihak pemerintah yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan dengan melampirkan Daftar nama pendiri, AD/ART dan susunan Pengurus. 3. Dalam waktu selambat-lambatnya 21 hari kerja, pemerintah wajib mencatat dan memberikan nomor bukti setelah memenuhi syarat. Pencatatan dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum 4. Jika tidak memenuhi syarat maka dapat ditangguhkan pencatatannya dengan pemberitahuan selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak pemberitahuannya. 5. Bagi yang telah memiliki nomor bukti pencatatannya harus memberitahukan secara tertulis keberadaannyakepada mitra kerjanya sesuai tingkatannya

HAK SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Membuat perjanjian kerjasama dengan pengusaha 2. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial 3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan 4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja 5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan UU yang berlaku

KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya 2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya 3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya

PEMBUBARAN SERIKAT PEKERJA/ BURUH 1. Dinyatakan oleh anggotanya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangganya. 2. Perusahaan tutup dan menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya yang berdampak pada putusnya hubungan kerja bagi seluruh pekerja di perusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap pekerja telah diselesaikan menurut UU yang berlaku. 3. Dinyatakan bubar dengan putusan pengadilan

Perselisihan Hubungan Industrial


Adalah perbedaan pendapat tang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/ serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan, PHK dan perselisihan antara serikat pekerja dalam satu perusahaan.

Perselisihan Hubungan Industrial Meliputi:


1. 2. 3. 4. Perselisihan Hak Perselisihan Kepentingan Perselisihan PHK Perselisihan Antar Serikat Pekerja atau serkat buruh hanya dalam satu perusahaan

Perselisihan Hak
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Perselisihan Kepentingan
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Perselisihan PHK
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

Perselisihan Antara Serikat Pekerja


Adalah perselisihan yang timbul antara serikat pekerja yang ada dalan satu perusahaan karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Perselisihan Antara Serikat Pekerja


Penyelesaiannya dapat dilakukan melalui:

1. Mediasi Hubungan Industrial 2. Konsiliasi Hubungan Industrial 3. Arbitrase Hubungan Industrial 4. Pengadilan Hubungan Industrial

Mediasi Hubungan Industrial


Adalah penyelesaian perselisihan hak, kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditangani oleh seorang atau lebih mediator yang netral

Konsiliasi Hubungan Industrial


Adalah penyelesaian perselisihan hak, kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditangani oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral

Arbitrase Hubungan Industrial


Adalah penyelesaian perselisihan hak, kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditangani oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral

Pengertian

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)


Pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha
dengan pekerja yang terjadi karena berbagai sebab. Setiap PHK yang terjadi harus mendapatkan izin dari P4D untuk PHK perorangan dan P4P untuk PHK massal. Yang dimaksud dengan PHK massal yaitu PHK terhadap 10 (sepuluh) orang pekerja atau lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan PHK yang dapat menggambarkan itikad pengusaha untuk mengadakan PHK secara besarbesaran.

Ketentuan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

PHK dapat dilakukan oieh pengusaha tanpa meminta izin dari P4D atau P4P dalam hal:

Pekerja dalam masa percobaan. Pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri secara tertuIis atau kemauan sendiri tanpa mengajukan syarat.

pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan bersama.
Pekerja yang hubungan kerjanya berdasarkan kesepakatan kerja waktu tertentu dikarenakan masa berlakunya telah berakhir atau karena pekerjaan yang diperjanjikan telah selesai. Pekerja meninggal dunia

PHK Dilarang apabila :


Selama pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena sakit menurut keterangan dokter selama waktunya tidak melampaui masa 12 (dua belas) bulan berturut-turut. Selama pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya dan disetujui pemerintah Pekerja wanita melaksanakan kewajiban menyusui bayinya yang telah diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama atau peraturan perundang-undangan. Pekerja mempunyai ikatan pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam suatu perusahaan, kecuali telah diatur dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama. (Pasal2 ayat (4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 150 tahun 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan uang Pesangon, uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian).

You might also like