You are on page 1of 43

Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Batu bara Peringkat Rendah sebagai PenyerapPenelitian Proses Pelindian Nickel-Matte

Sistem Kontinu dan Otomatisasi Peralatannya, Jawa Barat Mar31 Penelitian Emisi Gas Buang pada Pembakaran Briket Batubara B. BATUBARA, B.1. Pembakaran Batubara, B.4. Kategori Batubara LainnyaAdd comments Penulis: Selinawati, TD. (dkk), 2003. Penelitian Emisi Gas Buang pada Pembakaran Briket Batu bara untuk Mekanisme proses pembakaran sangatlah komplek, hal ini terjadi karena bahan bakar memiliki komposisi kimia dan fisika yang komplek dan dibakar pada kondisi yang tidak terkontrol. Pembakaran terjadi saat bahan bakar fosil (arang kayu dan briket batu bara) bereaksi dengan oksigen dari udara dan menghasilkan panas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat emisi dari pemakaian briket batu bara pada industri kecil, sehingga diperoleh gambaran mengenai dampak pencemaran udara. Metodologi meliputi: pengumpulan dan analisis data, analisis laboratorium, dan evaluasi data serta penyusunan laporan. Dari analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan air lembap dari bahan bakar yang digunakan cukup rendah (5,46 - 11,81%). Analisis kadar abu pada penelitian ini (1,43 - 22,34%), Nilai terendah ditunjukkan arang kayu (AK) dan tertinggi oleh briket sekam kayu (BS), ini terjadi karena bahan asal kayu umumnya berkadar abu rendah (+ 12%) sedang sekam kayu (+ 20-25%). Hasil analisis ultimat yang meliputi penentuan unsurunsur suatu bahan seperti C,H,O,N dan S, unsur C,H dan O merupakan parameter penentu dalam proses pembakaran, hasil yang diperoleh antara 48,27 - 78,84%; 3,42-5,69% dan 15,35 - 26,90%, sedang unsur S dan N merupakan parameter yang berpengaruh dalam pencemaran lingkungan, karena dalam pembakaran akan terbentuk gas SO2 dan NOx. Hasil analisis tungku, menunjukkan bahwa suhu tertinggi rata-rata tungku dengan briket bagas (BB) mencapi 550oC, Briket Lampung (BL) 380oC, dan tiga bahan lainnya yaitu BS, BT (briket Tanjung Enim) dan AK, suhu tertinggi rata-rata dicapai + 250oC. Hal ini sesuai kondisi suhu air rata-rata pada tungku yang digunakan bahan bakar BB lebih cepat naik dibanding dengan bahan bakar lainnya. Hasil pantauan emisi gas buang pembakaran briket batu bara dan arang kayu pada ketinggian 50cm dan 200cm (tinggi optimum pada percobaan) ,tungku menunjukkan bahwa dari proses pembakaran arang kayu sebagai bahan bakar tidak terdeteksi adanya gas SO2 baik pada ketinggian 50cm maupun 200cm. Semua bahan bakar briket yang digunakan dalam penelitian menghasilkan SO2 dipermulaan pembakaran (0 - 20 menit) dengan suhu tungku antara 150 - 600oC. selanjutnya kadar SO2 berfluktuasi sampai menit ke 65. Namun setelah menit ke 70 semua bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran tidak menunjukkan kandungan SO2, untuk BB dan BS telah melampaui BME, sedang BL dan BT masih berada di bawah BME (300 mg/m3) dan emisi Nox dan CO untuk semua bahan bakar yang diteliti masih berada di bawah BME. Penyusunan Model Penilaian Dampak Lingkungan Sosial Pertambangan di Kabupaten GarutPengembangan Gasifikasi Batubara Apr01 Pengembangan Teknologi Produk Briket Batubara Palimanan

B.3. Pengolahan Batubara, B.4. Kategori Batubara LainnyaAdd comments Pengarang: Endang Yuyu, dkk., 2003. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM pada sektor indusri (termasuk industri kecil/menengah) mulai direalisasi dalam beberapa tahun ini. Dampak kebijakan ini mulai tampak pada beberapa industri pengguna BBM yang berusaha beralih ke bahan bakar lain. Sementara itu, penggunaan kayu bakar pada industri kecil juga semakin sulit. Salah satu bahan bakar alternatif adalah batubara. Penggunaan batubara pada industri kecil yang paling cocok adalah dalam bentuk briket. Penggunaan briket batubara untuk rumah tangga dan industri kecil telah dimulai sejak tahun 1993 dan telah menumbuhkan berbagai kerjasama litbang, baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu hasil kerjasama tersebut adalah berdirinya pilot plant briket biobatubara di Palimanan. Dalam pengoperasian pilot plant briket biobatubara ini masih sering timbul kendala pada bahan baku dan mutu produk. Kegiatan pengembangan produk pilot plant briket biobatubara bertujuan untuk mendapatkan komposisi dan jenis bahan baku yang lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan bahan baku yang berada di sekitar pabrik percontohan sehingga target substitusi BBM oleh briket biobatubara dapat tercapai secepatnya. Metode penelitian meliputi pengambilan dan pengujian bahan baku, evaluasi peralatan, uji coba komposisi bahan baku, uji produksi, serta analisis sifat fisik dan kimia briket yang dihasilkan. Pengubahan komposisi dan jenis bahan baku serta penambahan bahan pengikat yang dilakukan meliputi : pengurangan bagas (bagasse), substitusi bagas, penambahan molase, tanah liat, dan tapioka dengan target utama antara lain meningkatkan kuat tekan briket. Berdasarkan uji coba produksi, diperoleh komposisi bahan baku optimal, yaitu: 80% batubara, 15% serbuk gergaji, 5% kapur, dan molase 6,5% dari campuran batubara, serbuk gergaji dan kapur, tekanan pembriketan 3 ton/cm2. Spesifikasi ini telah cukup memberikan kuat tekan yang baik ( 78 kg/cm2), namun rendemen pembriketan masih relatif rendah (23,4%) dan briket harus didaur ulang ke mesin briket. Penggunaan serbuk gergaji sebagai pengganti bagas tidak menurunkan nilai kalor briket biobatubara. Nilai kalor briket biobatubara yang diperoleh sekitar 4.800 kkal/kg. Hasil analisis positip lainnya adalah briket biobatubara tidak menimbulkan dampak negatip pada makanan yang dibakar langsung (dipanggang) dengan briket biobatubara. Perbandingan Bahan Bakar Gas Elpiji Dan Briket Batubara Sebagai Bahan Bakar Alternatif Mon, 09/06/2008 - 1:13am godam64 Harga minyak mentah dunia yang terus menerus naik dari waktu ke waktu memaksa berbagai pihak di seluruh dunia mulai memikirkan solusi alternatif bahan bakar yang mudah digunakan, ramah lingkungan, murah, terjamin ketersediannya dan dapat diandalkan untuk penggunaan yang kontinyu terus menerus digunakan dalam kehidupan manusia. Beberapa alternatif pengganti BBM (bahan bakar minyak) yaitu diantaranya adalah BBG (bahan bakar gas), briket batubara, methanol, arang, ethanol, alkohol, minyak jelantah, dan lain sebagainya. Saat ini yang paling banyak digunakan di Indonesia diantaranya adalah gas eljipi alias lpg (liquid petroleum gas) dan briket batubara.

Dari sisi daya pemanasan yang dihasilkan dalam pembakaran, gak elpiji jauh lebih baik daripada briket batubara dan minyak tanah. Daya pemanasan gas elpiji sebesar 11255 kcal/kg, briket batubara sebesar 5000 kcal/kg, minah / mitan / minyak tanah sebesar 10479 kcal/kg dan arang sebesar 8000 kcal/kg (sumber poskota 31-05-08). Dari sisi kepraktisannya gas elpiji pun lebih baik daripada briket batu bara di mana untuk membakar briket hingga menyala sempurna di dalam tungku dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit, sedangkan untuk menyalakan dan mematikan kompor gas dibutuhkan waktu beberapa detik saja sehingga lebih cepat, efisien dan praktis. Mematikan tungku batubara juga rumit dan batubara yang sudah mati tidak dapat dipakai lagi sehingga hanya cocok untuk digunakan industri untuk pembakaran yang terus-menerus. Dari sisi emisi bbg elpiji lebih sempurna dibandingkan dengan briket batubara karena gas dan zat buangannya tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak membutuhkan cerobong emisi khusus. Pada briket batubara saat ini produk yang ada masih menghasilkan asap yang mengandung sulfur yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Di samping itu juga diperlukan cerobong khusus dan sirkulasi udara lingkungan yang baik agar emisi buangannya tidak mengganggu masyarakat yang berada di sekitarnya. Oleh itulah kanapa pemerintah lebih memilih gas elpiji dibandingkan dengan briket batubara walaupun negara kita sama-sama memiliki kandungan batubara dan gas alam yang sangat melimpah ruah di dalam perut bumi. Apabila sumber daya alam yang ada di Indonesia kita keloal dengan baik sudah tentu keadannya akan jauh lebih baik dari keadaan sekarang ini. BRIKET BATUBARA: Makin Dikenal, Makin Disayang Batubara Sebagai Sumber Energi Utama Batubara, sebagai bahan bakar yang kaya zat karbon, merupakan komponen yang sangat penting didalam energy mix di banyak negara. Amerika Serikat, sebagai contoh, menggunakan batubara lebih dari 52% untuk menghasilkan tenaga listriknya, dan menjadikan batubara sebagai bahan bakar utama bagi industri besar yang menggunakan panas tinggi dalam jumlah banyak (heat-intesive industries) seperti industri peleburan baja, semen, dan lain-lain. Negara-negara lain seperti China, Australia, Ceko, dan Yunani, lebih dari 70% tenaga listriknya dihasilkan dari pembakaran batu bara. Bahkan Polandia dan Afrika Selatan mencapai 95%. Indonesia sendiri, yang memiliki cadangan batu bara cukup besar (lebih dari 57,8 miliar ton), hanya memanfaatkan batubara sekitar 40% (setara 28 juta ton pertahun) untuk keperluan pembangkit listrik. Sebagai bahan bakar primer,

persentasi penggunaan batubara lebih kecil lagi, yakni sekitar 32 juta ton pertahun, atau 15% dari total energy-mix nasional. Peran batubara yang semakin strategis, pada dasarnya tidak terlepas dari kondisi minyak bumi yang tidak menentu. Ketidakstabilan politik di negara-negara penghasil minyak (baca: Timur Tengah), baik akibat internal maupun intervensi dari luar, serta cadangan yang terus menipis dan permintaan yang terus meningkat, telah mendorong banyak negara untuk mencari energi lain di luar minyak bumi. Dan jadilah batu bara sebagai sumber energi pilihan utama yang diharapkan mampu menggantikan posisi minyak bumi. Tidak terlalu sulit diutak-utik karena, baik minyak bumi maupun batu bara, berasal dari sumber yang sama, yakni karbon (C); minyak bumi berupa karbon cair, sedangkan batu bara merupakan karbon padat. Sudah barang tentu penggunaan batubara sebagai bahan bakar padat membutuhkan sentuhan teknologi sehingga mampu berfungsi sejajar dengan minyak bumi. Terkait dengan hal ini, pemerintah Amerika Serikat telah menyiapkan anggaran sekitar $200 juta terhitung tahun 2002 hingga 10 tahun ke depan, yang akan digunakan bagi keperluan penelitian dan pengembangan (litbang) teknologi batu bara bersih (clean coal technology) agar mampu menciptakan sumber energi yang bersih, aman, terjangkau, dan berkesinambungan. Suatu bukti, dan juga keseriusan negara adidaya, bahwa racun yang ada pada batu bara diyakini dapat dihilangkan, dan menjadikan batu bara sebagai sumber energi yang andal. Bagaimana dengan Indonesia? Briket Batubara Sebagai Bahan Bakar Alternatif Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) melalui Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, telah menata kembali energy-mix nasional dengan menempatkan batu bara sebagai salah satu sumber energi andalan. Jika peran batubara hanya 14% pada tahun 2005, maka akan dinaikkan menjadi 33% pada tahun 2025. Sebaliknya, peran BBM diturunkan dari 54% (2005) menjadi 33% (2025). Peningkatan peran batu bara dalam energy-mix bukan impelementasi dari sikap panik pemerintah akibat harga minyak bumi dunia yang tidak wajar, tetapi justru merupakan langkah antisipasi agar tidak terjadi krisis energi menyusul cadangan minyak bumi kita yang makin menipis. Kenaikan harga minyak bumi dunia, boleh jadi, telah memicu percepatan untuk memperbaiki energy-mix yang dirasakan timpang, namun yang paling penting adalah, bahwa negeri ini memiliki sumber daya batu bara dalam jumlah besar (57,8 miliar ton). Sungguh mubazir jika sumber daya batu bara ini tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi, atau kita cukup puas batu bara hanya dijadikan komoditi ekspor untuk memperoleh devisa?! Sebagai sumber energi, batu bara dapat direkayasa dalam berbagai bentuk atau penggunaan. Ia dapat diubah menjadi cair melalui pencairan (liquefaction), gas melalui gasifikasi, atau sesuai dengan aslinya (padat). Ia juga dapat digunakan secara langsung atau melalui proses pengemasan. Semua rekayasa ini tercipta melalui teknologi yang beraneka ragam, mulai dari yang paling sederhana sampai moderen, serta telah bersifat komersil di hampir seluruh penjuru dunia. Dan salah

satu dari sekian banyak komersialisasi batu bara yang menggunakan teknologi sederhana adalah pengemasan batu bara, atau lebih dikenal dengan sebutan briket batu bara. Briket batu bara telah digunakan sejak awal tahun 80-an di beberapa negara, seperti China dan Korea Selatan. Indonesia sendiri mulai mengenal briket batu bara pada tahun 1993. Namun karena waktu itu harga minyak tanah sebagai kompetitor briket batu bara masih rendah karena disubsidi, maka gaung briket batu bara pun hanya seumur jagung. Kini, seiring dengan harga minyak tanah yang mahal, maka ide penggunaan briket batu bara di tanah air muncul kembali. Bahkan pemerintah telah merencanakan untuk membuat 10 juta tungku (anglo) briket batubara guna membantu masyarakat miskin yang tidak mampu membeli minyak tanah. Suarasuara kontra pun merebak; selain dianggap sebagai buang-buang uang karena mungkin akan bernasib sama seperti di zaman pemerintahan orde baru, polusi udara akibat pembakaran briket batu bara ternyata telah membahayakan kesehatan manusia, bahkan, di China, telah menelan banyak korban jiwa (Kompas, 15 Oktober 2005). Menggeneralisasi bahwa setiap pembakaran briket batu bara berbahaya bahkan membuat nyawa melayang, perlu diklarifikasi karena dapat menyesatkan. Hal ini disebabkan oleh; Pertama, fakta menunjukkan, setiap pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) pasti akan menimbulkan emisi berupa gas seperti CO, CO2, NOx, SOx dan lain-lain. Emisi seperti ini bukan hanya berasal dari pembakaran batu bara, tetapi juga dari gas buang kendaraan bermotor. Untuk mengatasinya atau, paling tidak, menguranginya banyak cara yang bisa dilakukan. Cara yang paling efektif adalah dengan mengatur dan membuat sistem pembakar sedemikian hingga menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna, selain mengurangi emisi secara signifikan, juga akan membuat kinerja dan efesiensi penggunaan energi menjadi optimal. Kita melihat bagaimana kendaraan dengan asap buang yang tebal pasti tidak bertenaga dan boros bahan bakar; demikian pula kompor minyak tanah yang berasap akan lama memasak dan boros jika dibandingkan dengan kompor yang bernyala api biru. Nyala api berwarna biru menunjukan pembakaran yang lebih sempurna. Penggunaan batu bara secara umum, dan briket batu bara, tidak terlepas dari fenomena tersebut. Dengan pembakaran sempurna, selain menghasilkan kinerja yang optimal, emisi gas juga akan berkurang secara signifikan karena sebagian besar dari emisi tersebut ikut terbakar. Kedua, berbahaya-tidaknya pembakaran briket batu bara tergantung pada tiga faktor utama, yaitu bahan baku (berupa batu bara), bahan imbuhan untuk perekat dan penyaring emisi, serta kondisi tempat di mana briket batu bara dibakar. Sejauh ini hasil penelitian yang dilakukan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan, batu bara Indonesia sebagai bahan baku briket batu bara memiliki kadar sulfur dan abu yang rendah, masing-masing di bawah 1% (sulfur) dan 20% (abu). Sementara itu, dengan diperkenalkannya bio-briket batu bara, yang memakai bahan imbuhan berupa biomassa, emisi gas beracun ternyata dapat diminimalkan atau bahkan mendekati nol. Adapun pengaruh kondisi tempat pembakaran briket batu bara

sangat tergantung sampai sejauh mana ventilasi ruangannya; semakin udara dapat bersikulasi dengan baik, semakin aman pembakaran briket batu bara digunakan di ruangan. Pembuatan Briket Batubara Tujuan utama pembriketan batu bara adalah untuk membuat bahan bakar padat serbaguna dari batu bara dengan kemasan dan komposisi yang lebih baik agar mudah dan nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakan batu bara secara langsung. Untuk memperoleh briket batu bara yang baik diperlukan batu bara yang baik, terutama yang memiliki kandungan sulfur dan abu rendah. Bahan imbuhan juga harus dipilih dari kualitas yang baik agar dapat berfungsi optimal sebagai perekat, mempercepat nyala, serta menyerap emisi dan zat-zat berbahaya lainnya. Batu bara dan bahan imbuhan (pencampur) ini dihaluskan secara sendirisendiri sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan memakai pencampur (mixer) mekanis, untuk kemudian dicetak (dibriket) ke dalam bentuk kemasan tertentu. Inilah yang namanya briket batu bara. Dari proses sederhana tersebut, terlihat bahwa makin baik bahan baku yang digunakan, makin baik pula kualitas briket batu bara yang dihasilkan. Batu bara dengan kadar pengotor yang rendah akan menghasilkan emisi yang rendah pula. Sementara bahan imbuhan yang digunakan biasanya berupa kapur (lime) yang dapat mengikat senyawa beracun, biomasa untuk mempercepat/memudahkan proses pembakaran dan menyerap emisi, serta lempung, kanji atau tetes tebu (molase) sebagai zat perekat. Ada tiga jenis briket batubara yang berbeda-beda komposisinya, yaitu : 1. Briket batubara biasa, campuran berupa batu bara mentah dan zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya berkualitas rendah. 2. Briket batubara terkarbonisasi, batu bara yang digunakan dikarbonisasi (carbonised) terlebih dulu dengan cara membakarnya pada suhu tertentu sehingga sebagian besar zat pengotor, terutama zat terbang (volatile matters) hilang. Dengan bahan perekat yang baik, briket batu bara yang dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisinya. 3. Briket bio-batu bara, atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur dan zat perekat, ke dalam campuran ditambahkan bio-masa sebagai substansi untuk mengurangi emisi dan mempercepat pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk gergaji. Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan (kemasan) dibuat sesuai untuk keperluan sektor pengguna. Saat ini telah dikembangkan dua bentuk briket batu bara, yaitu tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dengan ukuran 30 s/d 60 mm, dan tipe sarang tawon (berongga) dengan ukuran lebih besar (mencapai 15 cm). Kedua bentuk dibuat untuk memudahkan pemakaian dan memperoleh efisiensi pembakaran. Tipe bantal berukuran kecil cocok digunakan untuk rumahtangga

(memasak), dan yang berukuran lebih besar baik untuk industri. Tipe sarang tawon juga dirancang untuk industri dan memerlukan kompor atau tungku yang khusus. Tungku briket batubara Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efesiensi pembakaran yang tinggi serta, tak kalah pentingnya, untuk menekan emisi gas yang dihaslkan. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunanya. Tungku untuk industri berukuran lebih besar daripada tungku untuk rumah tangga. Rata-rata tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batu bara 5 10 kg, sedangkan untuk rumah tangga hanya 1 2 kg.

Jenis tungku yang sudah banyak beredar di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar (tanah liat); selain murah, juga mempunyai efisiensi antara 31 33 % dan sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan laju emisi. Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup pengurang emisi (PPE). Untuk memperoleh suhu yang sesuai dengan kebutuhan produksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan blower. Kinerja briket batubara (komposisi dan tungku) Kinerja (performance) adalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh faktor waktu, suhu, dan kualitas udara pembakaran. Karakteristik pembakaran briket batu bara dipengaruhi oleh jumlah briket batu bara yang dibakar dan jenis tungku yang digunakan. Satu kilogram briket batu bara dengan efisiensi tungku 31 33%, mempunyai efektivitas panas 1,5 2 jam dengan kisaran suhu 300 5000 C. Untuk 2 kg briket batu bara, lamanya waktu pembakaran antara 2,5 3 jam dengan kisaran suhu 400 6000 C. Hitung-hitungan ini mengindikasikan, briket batu bara akan efektif dan efisien jika digunakan lebih dari 2 jam. Hal ini selain karena faktor suhu yang akan dicapai lebih baik, juga disebabkan faktor kesulitan tertentu. Faktor kesulitan dimaksud adalah, bahwa sekali briket batu bara dibakar, maka harus digunakan sampai habis karena ia sulit dipadamkan atau dihidupkan kembali.

Jika dibandingkan dengan minyak tanah, penggunaan 1 kg briket batu bara setara dengan 0,6 liter minyak tanah, atau disebut 60% perliter minyak tanah. Bagi industri kecil yang memerlukan panas dalam waktu lama, penggunaan briket batu bara cukup ekonomis. Lain halnya dengan sektor rumah tangga (baca: memasak), penggunaan briket batu bara tidak semudah dan senyaman kompor minyak tanah, apalagi kompor gas. Di samping perlu waktu (5-10 menit, tergantung kualitas briket batu bara) untuk menyulutnya, setelah menyala pun besar api agak sulit diatur. Belum lagi memperhitungkan ketidaknyamanan yang pasti muncul karena berbagai faktor. Inilah konsekuensi yang harus kita terima jika menggunakan bahan bakar padat seperti briket batu bara. Banyak kalangan yang menanyakan, mungkinkah briket batu bara senyaman minyak tanah? Secara teknologi jawabannya mungkin, dan pasti bisa! Namun harga briket batu baranya menjadi lebih mahal daripada harga minyak tanah, sehingga misi penggunaan briket batu bara sebagai alternatif pengganti minyak tanah (baca: harga yang lebih murah) menjadi tidak tercapai. Dampak lingkungan pembakaran briket batubara Nilai startegis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar sering terkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran, yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia. Selain itu, pembakaran batu bara dengan jumlah yang sangat banyak akan mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2 dan lain-lain. Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain patikel halus, belerang dan NOx, trace elements (seperti flourine, selenium, dan arsen), serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna . Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan endapan batu bara sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana, untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan, paling tidak, dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket batubara, yaitu: Pertama, jenis bahan baku (batubara) dan bahan imbuhan yang digunakan harus menggunakan bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan Nox, pada dasarnya ditimbulkan dari batubara dengan kadar pengotor yang tinggi. Bahan perekat yang berasal dari lempung harus dipilih dari jenis lempung yang tidak mengandung zat-zat berbahaya. Penelitian Badan Geologi Amerika Serikat (USGS, United State of Geological Survey) menunjukan bahwa sebagian masyarakat di provinsi Guizhou (China) yang keracunan arsenik karena mengkonsumsi merica yang dimasak oleh batu bara berkadar arsen sangat tinggi. Demikian pula hampir 10 juta masyarakat dari provinsi yang sama terkena penyakit tulang dan gigi (kropos) akibat memakan jagung yang dikeringkan oleh briket batu bara dengan lempung perekat berkadar flourine tinggi. Beruntung, batu bara Indonesia pada umumnya memiliki kadar belerang yang sangat rendah (< 1%). Dengan proses karbonisasi awal, akan membantu pembuatan briket yang ramah lingkungan. Hasil penelitian tekMIRA menunjukkan, briket bio-batubara yang diberi imbuhan kapur mampu menekan emisi sampai 50%. Kedua, tungku atau kompor yang digunakan hendaknya mampu memfasiltasi pembakaran yang sempurna; artinya, dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik. Tungku dengan Penutup Pengurang Emisi (PPE) yang dikembangkan oleh tekMIRA ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan. Ketiga, ruangan (dapur) tempat memasak hendaknya mempunyai ventilasi yang baik; artinya, udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantu menghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak. Dengan memperhatikan ketiga faktor di atas, secara teoritis dapat dihindari berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara. Dari pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batu bara (yang terpilih) secara umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh di bawah ambang batas yang diperkenankan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Pembakaran briket batubara, pada menit-menit pertama diawali pembakaran (biasanya masih berasap) kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm, dan NOx mencapai 100 ppm. Selang 10 menit kemudian (terutama jika terjadi pembakaran sempurna) emisi ini boleh dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik tercapai jika menggunakan tungku dengan PPE dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

OAL & COCONUT BRIQUETTE Advertisements Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah. Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.

Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Briket Batubara Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan briket batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti Briket Batubara. Jenis Briket batubara 1.

Jenis Berkarbonisasi (super), jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau an berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. 2.

Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun

lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan kapasitas terpasang 115.000 ton pertahun. Disamping PT. BA terdapat beberpa perusahaan swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara kontinyu. Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah. Keunggulan Briket Batubara 1. 2. 3. 4. 5. Lebih murah Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama Tidak beresiko meledak/terbakar Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga Sumber Batubara berlimpah

Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket Rumah tangga untuk 3 ltr/hari Minyak tanah Rp. 9000/hari; Briket Rp. 5400/hari; Penghematan Rp. 3600/hari. Warung makan untuk 10 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 30.000/hari; Briket Rp. 18.000/hari; Penghematan Rp. 12.000/hari. Industri kecil untuk 25 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 75.000/hari; Briket 45.000/hari; Penghematan Rp. 30.000/hari Industri kecil untuk 100 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 2.000.000/hari; Briket Rp. 1.502.450/hari; Penghematan Rp. 497.550/hari. Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket Nilai kalori : Minyak Tanah 9.000 kkal/ltr; Briket : 5.400 kkal/kg Ekivalen : Minyak Tanah 1 ltr; Briket 1.50 kg Biaya : Minyak Tanah Rp. 2800,- Briket : Rp. 1.300 Jenis dan Ukuran Briket batubara 1. Bentuk telur : sebesar telu ayam 2. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm 3. Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah

Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah. Kompor/Tungku Briket Batubara Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya Kompor/Tungku terdidri atas 2 jenis : 1. Tungku/Kompor portabel , jenis ini pada umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindahpindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan. 2. Tungku/Kompor Permanen

, biasanya memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah. Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki : 1. Ada ruang bakar untuk briket 2. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan melewati raung bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder 3. Ada rung untuk menampung abu briket yang terleak di bawah ruang bakar briketcoal briquette

ENGERTIAN BRIKET Briket adalah sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan Elpiji dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai.. MANFAAT BRIKET ARANG Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan serbuk gergaji sebagai limbah produksi yang gampang di jumpai. Selain itu penggunaan briket dari sebuk gergaji dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji.Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian. BRIKET SEBAGI BAHAN BAKER ALTERNATIVE Pengamatan yang jeli akan lingkungan sekitar dan sedikit kreatif ternyata bisa menjadi mata pencaharian baru. Setidaknya itu yang dilakukan Kaffi, warga Desa Langkea Raya, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

"Gara-gara istri di rumah marah-marah melulu ketika BBM menghilang seperti minyak tanah dan harganya yang naik turun, saya lalu jalan-jalan di lingkungan sekitar sini. Saya perhatikan ada serbuk gergaji yang menumpuk dan kurang termanfaatkan di kecamatan ini. Sementara saya pernah menonton di televisi pembuatan briket dari ampas tebu. Maka saya coba-coba buat secara manual untuk kebutuhan sendiri membuat briket dari serbuk gergaji dan ternyata bisa," ujar Kaffi, menjelaskan ide awalnya membuat briket dari serbuk gergaji. Sejak memakai briket serbut gergaji, tambah Kaffi, istri menjadi lebih tenang. "Selain tidak pusing lagi dengan BBM, juga tidak perlu abu gosok untuk membersihkan peralatan masak. Karena dengan briket serbuk gergaji, tidak menjadi alat-alat masak menjadi hitam atau terlihat gosong. Selain itu tentu menghemat belanja bulanan," terang Kaffi. Keberhasilan Kaffi membuat briket serbuk gergaji menarik tim community development PT Inco. "Dalam pertemuan dengan Karang Taruna dan tim community development PT Inco, saya sampaikan tentang briket serbuk gergaji yang saya buat, yang saya konsumsi sendiri. Dari Inco, ternyata diusulkan supaya tidak hanya dinikmati sendiri, tapi briket ini bisa juga digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif. Untuk itu, Inco bantu peralatan produksi yang saya butuhkan," ungkap Kaffi. Hasilnya, sementara ini, setiap hari Kaffi bisa memproduksi 100 briket besar dan 50 kg briket kecil. "Saya menjual untuk satu briket besar seharga Rp.500 rupiah, sedang briket kecil harganya 3 ribu rupiah perkilogram. satu briket besar bisa tahan untuk memasak kurang lebih selama satu setengah jam. kalau apinya ingin lebih besar tinggal tambah briket-briket kecil. ini ada kompornya sekalian, harganya lima puluh ribu rupiah per satuan," ujar kaffi.

KEGUNAAN BRIKET BATUBARA Andi Ardan Yusuf 093 270 027 Jurusan Teknik Pertambangan, fakultas teknologi indutri, universitas muslim indonesia SARI

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti untuk : Pengolahan Makanan (memasak), Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan (penghangat). Bahan baku utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat. Indonesia sebetulnya telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik karena minyak tanah masih tetap disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat masih lebih memilih minyak tanah untuk bahan bakar sehari hari. Namun dengan kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 ini mau tidak mau masyarakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang murah. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah kurang dari persyaratan ideal. Jadi salah satu sumberenergi alternatif adalah batubara. Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatifpengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untukdigunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun menengah. Briket juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secarasederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan batubara cukup banyakdi Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan bakar lain. TEORI SINGKAT

Batubara Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisatumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat prosesfisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadibatubara disebut dengan pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk daritumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yangberlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa,batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagaiberikut: 5(C6H10O5) > C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO (2.1)C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur Cakan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut.Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbonmonoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap dicelah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara. Komponen-Komponen dalam Batubara Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara. A. Air Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture),air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan mempunyai tekanan uap normaldimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan pembasahan selamapenambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in airdried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai tekananuap di bawah normal. B. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur, jenis, dan sifatsifatbatubara. C. Nitrogen

Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogendalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada ikatan karbon. D. Sulfur Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit sulfur,sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta sulfur organik. E. Abu Abu tang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineralyang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Mineral mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925C. Abu yang terbentukini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut. F. Kalor Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium terikatsebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%. (Setiawan,2005) Jenis Batubara Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous,bituminous, dan anthrasite. penggunaan 1 2 3 4 5 Nyala (menit) antrasit Semi antrasit Bituminous Sub-bituminus Lignit Nilai kalori (kal/gr) 5-10 9-10 10-15 10-20 15-20 7.222-7.778 5.100-7.237 4.444-6.111 4.444-8.333 3.056-4.611

Tabel 2.1 Jenis Batubara (sumber: Sukandarrumidi, 1995) Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya. a. Sifat batubara jenis antrasit

Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi, kandungankarbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi. b. Sifat batubara jenis semi antrasit Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi. c. Sifat batubara jenis bituminus Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan kandungan sulfur sedikit. d. Sifat batubara jenis lignit Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit,kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur juga tinggi. PEMBAHASAN Briket Batubara Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengansedikit campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket Batubara mampumenggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah seperti untuk pengolahanmakanan, pengeringan, pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama briketbatubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyaicadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalamwaktu singkat. Briket batubara dipilih oleh masyarakat sebagaibahan bakar alternatifkarena dilihat dari segi keunggulannya. Adapun keunggulan briket batubara adalah: a. lebih murah; b. nilai kalor yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yanglama; c. tidak beresiko meledak/terbakar;

d. tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga; e. sumber batubara melimpah. Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakanwaktu 5 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagaipenyalaan awal, briket batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu diatas 2 jam. Proses Pembuatan Briket Batubara Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2, yaitu: jenis berkarbonisasi dan jenis non karbonisasi. A. Karbonisasi (super) Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadiBriket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada batubaratersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untukkeperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. Pembuatan briketbatubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super)

B. Non Karbonisasi (biasa)

Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi briketdan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalambriket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukankompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruhzat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan briket batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)

Produsen terbesar briket batubara di Indonesia saat ini adalah PT. TambangBatubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengankapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat beberpaperusahaan swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauhlebih kecil dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara kontinyu.

Kenaikan BBM khususnya minyak tanah dan solar, tentunya penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan lebihekonomis dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT. BA.masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan partisipasi sertakeikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaanbriket batubara disetiap daerah. (K.D Maison, 2006).

Tabel 2.4 Standart Bahan Baku Briket Batubara Total Kadar Abu no Jenisbahan baku (% berat) Nilai kalor (Kkl/kg) (% Berat) (sumber: Karbonisasi Badan akan Standaris menaiikan nilai kalor dan asi abu Nasional, Penambahan binder akan menaiikan abu dan menurunkan nilai kalor 2006) Tabel 2.5 Standart Kualitas Briket Batubara Jenis No Briket Batubara Air lembab (%) Zat Terbang (%) (Kkal/kg) (%) Nilai Kalori Total Sulfur sulfur keterangan

Terkarbonisasi

<5

> 3500

<1

Tampa Karbonisasi

< 10

> 5100

<1

Beban pecah (kg/cm2)

Briket batubara terkarbonisasi Maks 20 jenis batubara muda Briket batubara terkarbonisasi Maks 7,5 jenis batubara bukan

Maks 15

Min 4500

Maks 1

Min 60

Maks 15

Min 5400

Maks 1

Min 60

batubara muda Briket batubara tanpa Maks 12 karbonisasi type telur Briket batubara tanpa karbonisasi Maks 12 type sarang tawon

(sumber: Badan Sesuai Min 4400 batubara asal Maks 1 Min 65 Standaris asi Nasional, 1998) Sesuai Min 4400 batubara asal Spesifikas Maks 1 Min 10 i briket batubara Sesuai dengan bahan baku asal terkarboni sasi Min 4400 Maks 1 Min 65 mengacu pada SNI 13-4931-

4.

5.

Briket Biobatubara

Maks 15

1998.

Pemilihan Metode Proses

Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di Indonesia adalahperlunya karbonisasi dalam proses pembuatannya. Hal ini terutama karena batubarayang digunakan termasuk dalam peringkat (rank) rendah dengan kadar zat terbangrata-rata diatas 35%, sehingga dalam pembakarannya menimbulkan asap dan bau.

Sedangkan di Korea, Cina, dan Vietnam batubara yang digunakan untuk briketadalah dari jenis antrasit sehingga tidak perlu dilakukan proses karbonisasi karena kadar zat terbangnya rata-rata dibawah 15%.

Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan proses non karbonisasi. Briket batubara non karbonisasi memungkinkan untuk digunakan atau dibakar tanpa menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku batubara semi antrasit dan bahan pembantu seperti jerami, ampas tebu, serta molases.

Komposisi Briket Batubara

Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuranfisik, sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat.

A. Batubara

Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara, tergantungpada jenis batubara yang ada, misalnya:lignite, sub-bituminous, bituminous, semiantrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat dipengaruhi oleh kualitas batubara yang digunakan. Batubara yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi cenderung mengeluarkan asap hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang digunakan pada penelitian ini adalah batubara jenis semi antrasit. B. Jerami

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan limbah ini biasanya padasaat musim kering dimana persediaan hijauan telah berkurang baik kualitas maupunkuantitasnya.

C. Ampas Tebu

Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%) dengan kadar protein kasar rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatn briket.

D. Tetes (Molasses)

Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat menghasilkan gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklatkehitaman yang dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahancampurannya. Pemilihan perekat berdasarkan pada:

a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan semikokas;

b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;

c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006) Bentuk-Bentuk Briket Batubara

Berikut ini gambar yang menunjukkan bentuk dari ketiga briket batubara.

Gambar 2.3 Bentuk Briket Batubara

Keterangan:

a. Bentuk seperti telur : sebesar telur ayam

b. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm

c. Bentuk silinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah

Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan,sedangkan bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industry kecil/menengah. (K.D Maison, 2006)

Tungku Briket Batubara

Penggunaan briket batubara harus dibarengi serta disiapkan kompor atau tungku, jenis dan ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnyatungku terdiri atas 2 jenis.

A. Tungku Portabel, umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah pindahkan.Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan.

B. Tungku Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis

ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.

Persyaratan tungku harus memiliki:

1. ada ruang bakar untuk briket 2. adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas denganmelewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder 3. ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.

Gambar 2.4 Tungku Briket

Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi pembakaranyang tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya. Tungkuuntuk industri ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-rata tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan untuk rumah tangga hanya 1-2 kg.

Jenis tungku yang sudah banyak di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar (tanah liat), selain murah juga sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan laju emisi. Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup untuk memperoleh suhu yang sesuai dengan kebutuhan oroduksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan blower. Kinerja (performance) dalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh faktor waktu, suhu, dan kualitas udara. Pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh jumlah briket batubara yang dibakar dan jenis tungku yang digunakan.(K.D Maison,2006) Dampak Lingkungan Pembakar Briket

Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar seringterkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran,yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia.Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2dan lain-lain.

Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain partikel halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket batubara.

A. Jenis bahan baku (batubara)

Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,

B. Tungku

Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik.Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA

ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.

C. Ruangan (dapur) tempat memasak

Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantumenghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.

Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100 ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpula

Adapun kesimpulannya sebagai berikut:

1. Hubungan komposisi briket terhadap waktu pembakaran yaitu waktu pembakaran optimum berada pada komposisi bahan No.3 dengan komposisi batubara sebanyak (75%), jerami

(3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 226 menit untuk ukuran 40 mesh dan 150 menit untuk ukuran 60 mesh. 2. Hubungan komposisi briket terhadap temperatur pembakaran yaitu temperature pembakaran optimum berada pada komposisi bahan No.3 dengan komposisi batubara sebanyak (75%), jerami (3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 300 0C untuk ukuran 40 mesh dan 230 0C untuk ukuran 60 mesh. 3. Hubungan komposisi briket terhadap waktu nyala yaitu waktu nyala optimum berada pada komposisi bahan No.1 dengan komposisi batubara sebanyak (67%), jerami (5%), ampas tebu (5%), dan molasis (23%) yaitu sebesar 8 menit untuk ukuran 40 mesh dan 10 menit untuk ukuran 60 mesh. 4. Hubungan komposisi briket terhadap kadar air yaitu kadar air optimum berada pada komposisi No.4 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (67%)jerami (3,3%), ampas tebu (5%), dan molasis (24,7%) yaitu sebesar 8,0047 % untuk ukuran 40 mesh dan 9,1701 % untuk ukuran 60 mesh. 5. Hubungan komposisi briket terhadap kadar abu yaitu kadar abu optimum berada pada komposisi No.1 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (67%), jerami (5%), ampas tebu (5%), dan molasis (23%) yaitu sebesar 6,3476 % untuk ukuran 40 mesh dan 7,2612 % untuk ukuran 60 mesh. 6. Hubungan komposisi briket terhadap nilai kalor yaitu nilai kalor optimum berada pada komposisi No.3 dengan perbandingan bahan batubara sebanyak (75%), jerami (3,3%), ampas tebu (6,7%), dan molasis (15%) yaitu sebesar 7908,2 DAFTAR PUSTAKA K.D Maison, 2006, Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah,

Bandung, http://www.Indeni.org, Nn, 2005, Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam, Jakarta,

http://www.Berita@Iptek.com

Nn, 2007, Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta,

http://www.Kompas.com Setiawan Bambang, 2005, Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara, Jakarta,

http://www.google.com. Sipayung Maydin, 2005, Industri Briket Batubara Nasional, Bandung. Sobroto, 2006, Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas Tebu, dan Jerami, Surakarta. KOMPOR BRIKET BATUBARA Batubara dan Briket Batubara Batu bara di Indonesia Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.

Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin berkembangnya industriindustri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix) yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti BBM harus dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif di antaranya batubara. Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energi nasional yang dicanangkan pemerintah, salah satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya, pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik sekunder maupun primer. Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi. Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33% (Gambar 3.1), Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu : 1. Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional. 2. Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. 3. Inpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain..

Di dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh : a. Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton (Pusat Sumber Daya Geologi, 2005). b. Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan cair (pencairan). c. Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain. d. Teknologi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang dikenal sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology). Briket Batubara Briket Batubara Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah Akhir akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah. Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat. Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan briket batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti Briket Batubara. Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan kapasitas terpasang 115.000 ton pertahun.

Disamping PT. BA terdapat beberpa perusahaan swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara kontinyu. Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah. Jenis Briket Batubara 1. Jenis Berkarbonisasi (super), jenis ini mengalami terlebih dahulu proses karbonisasi sebelum menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat zat yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. 2. Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Bahan Baku Briket Batu Bara . 1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi Bahan baku utama briket batubara tanpa karbonisasi adalah batubara yang tidak melalui proses karbonisasi. Komposisi campurannya adalah batubara 80% 95%, bahan pengikat 5% 20%, bahan imbuh 0% -5 %. 2. Briket Batubara Terkarbonisasi Bahan baku utama briket batubara terkarbonisasi adalah batubara dengan persentase antara 80 90%, sisanya 5 15% merupakan bahan pengikat dan bahan imbuh. Bahan imbuh yang biasa digunakan adalah kapur dengan kadar maksimum 5% yang berfungsi sebagai adsorban untuk menangkap SO2. 3. Briket Bio-Batubara Bahan baku briket bio-batubara terdiri dari : batubara, biomas, bahan pengikat dan kapur. Komposisi campurannya adalah batubara 50% 80%, biomas 10% 40%, bahan pengikat 5% l0%, bahan imbuh (kapur) 0% 5%. 4. Light Coal

Light coal tidak digolongkan pada jenis dan tipe briket batubara karena tidak melalui proses pembriketan sehingga tidak punya komposisi campuran. Namun karena dalam prosesnya melalui pemanasan, maka spesifikasinya disamakan dengan bahan baku briket batubara terkarbonisasi Prosedur Pembuatan Briket Batu Bara 1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi Dalam proses pembuatan briket batubara tanpa karbonisasi, bahan baku utamanya adalah batubara mentah (raw coal) dan menggunakan bahan pengikat organik atau pengikat anorganik. 2. Briket Batubara Terkarbonisasi Pada proses pembuatan briket batubara terkarbonisasi, bahan baku utarnanya adalah batubara yang telah dikurangi kadar zat terbangnya menjadi maksimum 15%. 3. Briket Bio-Batubara Mengingat biomas bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses pembriketannya tidak eukup hanya dengan menambahkan bahan pengikat, namun juga memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm2. Pemakaian biomas bertujuan selain untuk menurunkan temperatur penyalaan briket, juga untuk mempercepat proses pembakaran yang sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas buang. 4. Light Coal Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis batubara. Proses pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu minimal 200 C, bahan bakar tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun, karena porositasnya kecil, maka alat pembakarnya harus dilengkapi dengan blower. Contoh Mesin Briket Batubara Mesin briket batubara dengan konveyor Keunggulan Briket Batubara 1. Lebih murah, 2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama, 3. Tidak beresiko meledak/terbakar, 4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga, 5. Sumber Batubara berlimpah. Tipe briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara adalah: 1. Briket Batubara Tipe TelurIBantallKenari 2. Briket Batubara Tipe Sarang Tawon (Kubus dan Silinder) 3. Bahan Bakar Berbentuk Butiran Jenis dan Ukuran Briket Batubara 1. Bentuk telur : sebesar telur ayam

2. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm 3. Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah Adapun standar ukuran briket batubara tipe sarang tawon (Kubus dan Silinder) NO BENTUK PENAMPANG TINGGI 1 kubus Lebar x panjang = 125 x 125 mm 75 I00 mm (3 4 inc.) 2 silinder Diameter = 125 mm 75 I00 mm (3 4 inc.) Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah. Tipe Telur Sarang Tawon Zat Terbang (%) 1215 <30 Nilai Kalori (kal/gr) >5700 >4500 Kuat Tekan (kg/cm2) >25 40150 Air (%) <7,5 <75 Belerang (%) <1,0 <1,0 Keterangan + tak berasap+ tak berbau + tak berasap + tak berbau + teknik penyempurnaan pembakaran zat terbang diperlukan Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dan Briket Batubara BAHAN BAKAR BRIKET MINYAK TANAH KAYU BAKAR Kandungan Panas (Kcal) 5.400/KG 8.800/LITER 3.788/KG Kandungan Perhari 2,65-3,00/KG 1,58-1,78LITER 7,33-8,80KG Effisiensi Tunggu 30-35 40-45 15-18 Biaya Perhari (Rp) 1.855-3.000 4.740-8.010 2.199-5.280 Parameter antara Minyak dan Briket Batubara Nilai kalori : Minyak Tanah 9.000 kkal/ltr; Briket : 5.400 kkal/kg Ekivalen : Minyak Tanah 1 ltr; Briket 1.50 kg Biaya : Minyak Tanah Rp. 2800,- Briket : Rp. 1.300 Kompor/Tungku Briket Batubara Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya Kompor/Tungku terdidri atas 2 jenis : 1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan. 2. Tungku/Kompor Permanen, biasanya memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah. Persyaratan kompor/tungku harus memiliki : 1. Ada ruang bakar untuk briket 2. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan melewati raung bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer

dan sekunder 3. Ada ruang untuk menampung abu briket yang terleak di bawah ruang bakar briket Pengembangan produksi Briket batubara dan kompor/tungku sampai saat ini pihak BPP Teknologi melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) telah lama mengembangkan dan men-disain mesin untuk memproduksi Briket Batubara skala kecil/menengah dengan kapasitas produksi sebesar 2 s/d 8 ton/hari. Dengan demikian industri briket skala kecil/menengah ini diharapkan bisa tersebar di sentra-sentra pengguna Briket Batubara sehingga mudah dalam penyediaan briket secara kontinu. Disamping itu pula BPP Teknologi telah mengembangkan jenis-jenis Kompor/Tungku Briket untuk keperluan rumah tangga, rumah makan serta industri kecil/menengah. Hasil uji Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan, pembakaran 1 kg briket selama 2-3 jam hanya menghasilkan emisi karbonmonoksida (CO) rata-rata 106 ppm (minyak tanah 250-390 ppm). Briket batu bara juga menghasilkan emisi nitrogen monoksida (NO) dengan konsentrasi amat kecil, lantaran tidak dibakar dalam temperatur sangat tinggi. Sementara tingkat emisi sulfur dioksida (SO2) rata-rata dibawah 1%, sangat aman untuk kesehatan. Makanan yang dimasak menggunakan kompor briket batu bara tidak memiliki resiko besar terhadap kanker. BPPT melakukan uji daging yang dibakar dengan briket serta arang, dan membawanya ke Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM). Hasilnya, tren ke arah kanker sama saja dengan menggunakan bahan bakar bukan briket. Jadi tidak ada bedanya dan sangat tergantung dari cara memasaknya. Memasak Menggunakan Briket Batubara Anglo yang dipergunakan dapat sederhana seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah terbakar seperti : tatalan kayu atau meremdam beberapa buah briket di dalam minyak tanah. 1. Briket Tipe Telur Pemakaian briket tipe telur hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah menyala, suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama, sehingga lebih hemat. Susun satu lapisan briket di atas saringan, pada lapisan tersebut bakar bahan penyulut secukupnya. Setelah membara, tambahkan lagi briket, disesuaikan dengan lamanya waktu memasak yang dibutuhkan, lakukan pengisapan secara terusmenerus sampai bara briket yang dihasilkan dirasa suhunya cukup untuk.

dipergunakan. Anglo harus diletakkan di temapat yang agak tinggi dan pintu/jendela udara yang terletak di bawah anglo harus terbuka lebar, agar sirkulasi udara berjalan lancar. 2. Briket Tipe Sarang Lebah Ambil briket sarang tawon dengan penjepit atau jari kelingking yang dimasukkan pada salah satu lubang briket, letakan pada ruangan pembakaran dengan posisi penyulut menghadap ke atas. Nyalakan dengan korek api bagian penyulut tersebut. Secara spontan nyala akan merambah ke seluruh bagian penyulut dan selanjutnya secara perlahan. Nyala akan merambat ke bagian inti briketnya dari atas ke bawah. Anglo dapat digunakan untuk memasak setelah bahan penyulut terbakar sempurna dan sebagian besar inti briketnya terbakar. Untuk briket tipe telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih 10 menit, anglo dapat digunakan untuk memasak. Untuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar untuk pemanasan yang ntuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar untuk pemanasan yang maksimum dan disempitkan untuk pemanasan minimum. Untuk penghematan, gunakan briket sesuai kebutuhan. Pemadaman nyala dapat dilakukan dengan menutup rapat/jendela dan bagian atas anglo (dengan penutupan) atau mengambil satu persatu briket (khususnya yang tipe telur) yang menyala dengan penjepit kemudian dibenamkan ke dalam pasir atau abu briket batubara. Pengguna Kompor Briket Batubara Kesimpulan keunggulan briket batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak diantaranya; harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak khususnya minyak tanah, panas yang dihasilkan lebih tinggi dan kontinyu sehingga lebih baik untuk pembakaran yang lama, tidak beresiko meledak atau terbakar, tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga dan yang terakhir adalah cadangan batubara yang masih banyak khususnya batubara low rank. Tentunya masih banyak kekurangan briket batubara, sehingga masyarakat masih ragu untuk menggunakan energi alternatif tersebut. Oleh karena itu diharapkan dari pemerintah dan lembaga lembaga terkait untuk melakukan penelitian lanjutan guna mereduksi kekurangan dari briket batubara ini serta sosialisasi briket batubara ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih mengetahui tentang briket batubara tersebut. Artinya dengan penelitian yang berkala dan akhirnya dapat mereduksi kekurangan dari briket batubara maka energi alternatif pengganti minyak tanah akan semakin baik, sehingga kedepan masyarakat tidak lagi ragu

untuk memilih batubara sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah. Pemerintah memang menyarankan untuk memakai gas elpiji 3 kg bersubsidi sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. (detik news : senin, 23/08/2010) Hal ini diyakini karena pemakaian gas elpiji lebih irit dibandingkan menggunakan minyak tanah. Kalau dibandingkan sebagai pengganti minyak tanah, antara briket batubara dengan gas elpiji, memang gas elpiji jauh lebih praktis dalam penggunaan dan penyimpanan. Tapi konon kabarnya tabung gas elpiji 3 kg harus naik, disebabkan permintaan export untuk jenis itu cukup tinggi diluar negeri, antar lain untuk kepentingan militer. Hal ini bisa jadi bahan pertimbangan bagi masyarakat yang merasa keberatan dengan naiknya harga gas elpiji 3 kg, belum lagi elpiji ini adalah gas elpiji 3 kg bersubsidi. Yang tentunya dengan subsidi ini berarti pemerintah masih tetap harus menanggung biaya konsumsi masyarakat. Berbeda dengan briket batubara yang memang sudah dijual dengan harga murah walaupun non subsidi. Selain itu bagi masyarakat yang merasa khawatir karena seringnya terjadi ledakan akibat dari penggunaan elpiji 3 kg, briket batubara adalah alternatif lain untuk pengganti minyak tanah sebagai bahan bakar. macam-macam briket macam-macam briket 1. Briket batu bara Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatanny.Manfaat briket batu bara

Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk Rumah Tangga dan Industri Kecil Sumberdaya Energi Yang Mampu Menyuplai Dalam Jangka Panjang Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada daerahdaerah terpencil. Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.

Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja Indonesia baik langsung maupun tidak langsung. Menghasilkan briket batubara yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan UKM dalam kebutuhan energinya yang akan terus meningkat setiap tahunnya prose pembuatan

Terdapat dua cara pembuatan briket batubara : Teknologi tanpa karbonisasi Batubara halus ( -3 mm) dicampur bahan pengikat ( dapat berupa tepung tapioca, serbuk tanah liat, molase atau pengikat lainnya) lalu dicetak pada tekanan pembriket 200 400 kg/cm2, selanjutnya dikeringkan.

Teknologi dengan karbonisasi Batubara dipanaskan pada temperatur 700 C selama 3 - 4 jam, didinginkan, digerus sampai -3 mm. Selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti no. 1 di atas.

Teknologi biobatubara (biocoal) Batubara halus - 3 mm dikeringkan sampai kadar air 10 %, ditambahkan biomasa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak pada tekanan pembriketan 2-3 ton/cm2. Briket Arang Briket Arang merupakan energi alternatif yang terbuat dari limbah batok kelapa dan kayu. Dan ternyata harganya jauh lebih murah dari Minyak Tanah. Anda berminat memproduksinya?

Bahan Baku: Limbah Batok Kelapa Serbuk Gergaji Kulit padi Proses Pembuatan: 1. Limbah Organik dikumpulkan 2. Kemudian dibakar menjadi arang selama 1 jam 3. Setelah 1 jam, dinginkan arang sampai api mati 4. Masukkan arang ke mesin giling atau ditumbuk sampai halus. 5. Hasil Tumbukan diayak. 6. Arang hasil ayakan diaduk (mixer) dengan komposisi air yang tepat

7. Dicetak 8. Dikeringkan dengan cara dijemur atau di oven 9. Packaging 10. Siap Pakai Diberbagai negara maju telah memakai briket arang ini yang ternyata diimpor dari negara kita, seperti Korea, Turki dan Jepang. Jawa Tengah tepatnya Weleri Kendal merupakan kota penghasil briket ini. Anda bisa membeli langsung ke pabriknya kemudian anda packing dengan merk anda lalu menjadi sebuah usaha baru bukan..? Info briket nasional. Briket Tempurung Kelapa Limbah kelapa berupa tempurung dapat diolah menjadi produk yang bernilai tinggi, salah satunya adalah briket tempurung kelapa yang bias dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi. Sebagai pengganti batu bara yang merupakan bahan baker yang tidak dapat diperbaharui dan banyak menimbulkan dampak negative bagi kesehatan dan lingkungan, salah satunya dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Nah buat teman-teman yang mau coba usaha ini, cara membuatnya adalah sebagai berikut :

1. Alat-alat : 1 Unit Pencampuran 1 Unit Mesin Mencetak Briket 1 Unit Pengering 10 Unit tungku besi Mesin-mesin tersbut dapat dibeli di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat atau klik disni 2. Bahan : Tempurung kelapa Tepung tapiocka (kanji) Serbuk Kayu (serbuk Gerhaji)

3. Cara Membuatnya : Tempurung kelapa dan serbuk kayu dimasukan ke dalam tungku penggarangan yang berbeda-beda secara bersamaan.

Masing-masing tungku serbuk kayu dan tempurung kelapa di baker dengan api selama 12 jam hingga menjadi arang. Tempurung kelapa dan serbuk kayu yang telah menjadi arang kemudian didinginkan dan masing-masing bahan tersebut digiling dengan mesin giling lalu diayak dengan menggunakan ayakan, Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan arang serbuk kayu dan tempurung kelapa yang lembut dan halus. Arang serbuk gergaji di ayak dengan saringan ukuran kelolosan 50 msh dan arang tempurung kelapa dengan ukuran 70 mesh. Proses pencampuran bahan dilakukan dengan caram arang serbuk gergaji dan temourung kelapa yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan perbandingan arang serbuk gergaji 90% dan arang tempurung kelapa 10%. Pada saat pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak 2.5% dari jumlah seluruh campuran arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa. Setelah bahan-bahan tersebut di campur secara merata, selanjutnya dimasukan ke dalam cetakan briket dan dikempa. Briket arang tempurung kelapa siap dikemas dan dipasarkan. PEMBUATAN BRIKET ARANGDARI SERBUK GERGAJI Pendahuluan Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya, dan salah satunya adalah pembuatan briket arang. Dalam upaya pemanfaatan limbah serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang. Manfaat Briket Arang Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji.Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian. Cara Pembuatan Briket Arang : 1. Peralatan a.. Ayakan ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh b.. Cetakan briket c.. Oven. 2. Bahan - Serbuk gergaji - Tempurang kelapa

- Lem kanji Proses pembuatan media tumbuh jamur adalah sebagai berikut : - Pengarangan Serbuk gergaji dan tempurung kelapa dibuat arang dengan pengarangan manual (dibakar). - Pengayakan Pengayakan maksud untuk menghasilkan arang serbuk gergajian dan tempurung kelapa yang lembut dan halus. Arang serbuk gergaji diayak dengan saringan ukuran kelolosan 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan ukuran 70 mesh. - Pencampuran media Arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan perbandingan arang serbuk gergaji 90 % dan arang tempurung kelapa 10 %. Pada saat pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak 2,5 % dari seluruh campuran arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa. Pencetakan Briket Arang Setelah bahan-bahan tersebut dicampur secara merata, selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan briket dan dikempa.

You might also like