You are on page 1of 25

Jelaskan manfaat mempelajari filsafat dan filsafat ilmu ?

Jawab: Manfaat dari mempelajari filsafat adalah kita akan tahu tujuan dari setiap kegiatan, tujuan/maksud sesuatu diciptakan/dibuat sedangkan manfaat mempelajari filsafat ilmu adalah kita akan tahu tujuan/maksud ilmu itu diciptakan/dibuat. Jelaskan makna filsafat ilmu jawab: Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan. Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistomologis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti : * Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) * Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis) * Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982) Filsafat dapat memberikan pencerahan dalam berfikir, benarkah pernyataan tersebut, jelaskan ? jawab: Iya , Karena dengan filsafat seseorang akan menggunakan akal fikirannya untuk mencari tahu apa yang sedang dicarinya oleh akalnya sehingga apa yang ia fikirkan akan mendapat sesuatu

sesuai yang diharapkan oleh akan fikirnya sehingga ia akan mendapatkan kepuasan yang dirasakannya jika apa yang fikirkan berhasil ia pecahkan. llmu mempunyai tiga aspek yaitu : ontologis, epitemologis, dan aksiologis. Coba anda jelaskan dan beri contoh masing-masing aspek ! jawab: Ontologi. Objek yang menjadi kajian dalam ontologi tersebut adalah realitas yang ada. Dan dalam ontologi adalah studi tentang yang ada yang universal, dengan mencari pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap keyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya.dalam ontologi merupakan studi yang terdalam dari setiap hakekat kenyataan, seperti dapatkah manusia sunguh-sungguh memilih, apakah ada Tuhan, apakah nyata dalam hakekat material ataukah spiritual, apak jiwa sungguh dapat dibedakan dengan badan Epistemologi. Epistemologi studi tentang asal usul hakekat dan jangkauan pengetahuan. Apakah pengalaman merupakan satu-satunya sumber pengetahuan. Apakah yang menyebabkan suatu keyakinan benar dan yang lain salah. Adakah soal-soal penting yang tidak dapat dijawab dengan sains dan dapatkah kita mengetahui pikiran dan perasaan orang lain. Pengkajian dari epistemologi adalah hakekat pengetahuan yang terdiri empat pokok persoalan pengetahuan seperti keabsahan, struktur, batas dan sumber Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang teori pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial Ilmu berkembang atas perpaduan antara pemikiran rasional (deduktif) dan pengamatan empiris (induktif). Jelaskan maksudnya dan beri contoh! jawab: Pemikiran rasional (deduktif) adalah berfikir dari umum kekhusus atau dari aturan yang kita terapkan kediri kita sendiri. Contoh :

Kalau mau buang air kecil kita ke WC, dan ada tulisan untuk laki-laki juga ada yang untuk wanita. Seandainya ada seorang laki-laki mau buang air kecil dan dia masuk ke WC wanita berarti dia tidak berpikir deduktif. Ada seorang anak naik bis tertera tulisan jauh dekat Rp. 3000,;- Artinya anak tersebut harus menyediakan uang Rp. 3000,-. Kalau dia masih bertanya, berapa ? berarti anak itu tidak berfikir deduktif.

Pengamatan empiris (induktif) adalah membuat suatu kesimpulan dari khusus ke umum. Membuat suatu kesimpulan umum berdasarkan pengamatan termasuk pengalaman kita. Contoh:

Kita naik bis kota, ada yang turun di cinde bayar ongkos Rp.3000,- ada yang turun di Simpang Sekip bayar Rp. 3000,- ada yang turun di Mesji Agung juga bayar Rp. 3000,Kesimpulannnya jauh atau dekat onkosnya Rp. 3000-

Ilmu bersifat relatif dan tentatif. Maksudnya? Jelaskan dan beri contoh! jawab: Ilmu bersifat relatif maksudnya tidak mutlak atau bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu contoh : Atom berdasarkan teori Dalton, Atom adalah partikel yang paling kecil tetapi kenyataannya ada yang lebih kecil dari atom yaitu neutron atau proton, maka gugurlah teori Dalton. Dulu pusat alam semesta adalah bumi, matahari mengelilingi bumi (geosentris). Setelah ditemukannya teropong (tekhnologi) ternyata sebaliknya (Heliosentris) maka gugurlah teori geosentris Ilmu bersifat tentatif maksudnya tetap dipertahankan sampai ada yang membantahnya atau ditemukannya ilmu yang baru. Contoh : Berdasarkan teori heliosentris bumi mengelilingi matahari. Sampai sekarang belum ada teori yang membantah teori tersebut. Apakah ilmu itu bersifat netral atau tidak ! Jawab: Ilmu bersifat netral pada ontologi dan epistemologi. Sedangkan ilmu bersifat tidak netral pada aksiologi. Karena pada saat ilmu itu diciptakan dengan tujuan yang baik bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya tetapi penggunaannya tidak sesuai dengan norma-norma yang ada (Estetika dan etika). Contoh

Senjata nuklir diciptakan dengan tujuan yang baik, kenyataannya ada yang menyalahgunakan nuklir itu sehingga merugikan manusia. Penemuan bom atom yang merupakan kemajuan ilmu pengetahuan malahan merugikan manusia. Formalin biasanya digunakan untuk mengawetkan mayat, pada kenyataannya Formalin digunakan dalam pembuatan tahu dan bakso yang jelas merugikan kesehatan manusia. Apakah ada perbedaan berfikir biasa, berfikir ilmiah, dan berfikir filsafat, jelaskan? Jawab: a. Berfikir Biasa adalah berfikir dengan menggunakan akalnya secara sederhana untuk memperoleh pengetahuan terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya. b. Berfikir Filsafat adalah berfikir dengan cara bertanya dan seperti simbu tanda Tanya . juga harus mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam sehingga setiap masalah/subtansi mendapat pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai manifestasi kencintaan pada kebenaran.
SOAL: 1. 2. 3. Bagaimana anda mampu menguraikan Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi melalui pendekatan filsafat sebagai salah satu landasan ilmiah Ilmu Komunikasi Apabila Filsafat Ilmu mampu dibedakan dengan Filsafat, maka bagaimana halnya dengan Filsafat Komunikasi. Uraikan secara sistematis dan teoritik! Filsafat Komunikasi sangat erat kaitannya dengan metodologi penelitian. Coba saudara uraikan melalui faham-faham: Positive, Post-Positive, Kritis

a. b. c.

4. a. Bagaimana penerapan komponen-komponen Filsafat Ilmu, seperti ontologis, epistemologis, aksiologis, dan perspektif ke dalam Ilmu Komunikasi; b. Berikan contoh melalui fenomena-fenomena yang aktual di masing-masing komponen di atas! 4. Perkembangan teori komunikasi sekarang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sehingga mampu menggeser teori-teori Komunikasi Antar Persona dan Teori-teori Komunikasi Massa menjadi baur. Bagaimana pendapat Anda? Uraikan secara sistematis dan melalui pendekatan komunikasi dengan media. Bagaimana anda mampu mengaitkan antara tugas-tugas "book reading" dengan materi Filsafat Komunikasi.

5.

JAWABAN DAN PEJELASANNYA [Bagaimana anda mampu menguraikan Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi melalui pendekatan filsafat sebagai salah satu landasan ilmiah Ilmu Komunikasi?]

Filsafat Komunikasi tidak bisa dilepaskan dari tiga kompenen filsafat ilmu sebagai salah satu cabang filsafat. Tiga komponen itu adalah Ontologi, epistemologi, dan axiologi. Pada soal berikutnya, akan diulas lebih lengkap mengenai pengertian dan fungsi-fungsi tiga komponen filsafat ilmu tersebut. Untuk kesempan ini, kita hanya mencuplik sekilas pengertian tiga komonen itu: ontologi menyangkut hakikat obyek kajian ilmu dan teori-teorinya; epistemologi menyangkut prosedur dan metode mendapatkan pengetahuan; dan axiologi menyangkut nilai kegunaan suatu ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Ketiga komponen ini merupakan pijakan ilmu komunikasi sejak disiplin ini menjadi pengetahuan ilmiah. Menelusuri sejarah perkembangan teori-teori komunikasi berarti kita melakukan pengkajian jejak ontologis ilmu komunikasi. Demikian pula halnya dengan perkembangan metodologi dan dimensi-dimensi moral dan etika ilmu komunikasi, berarti kita melakukan pengkajian mengenai jejak-jejak epistemologi dan axiologi ilmu komunikasi. Ilmuan-ilmuan yang sejak awal melibatkan diri dalam pemikiran ontologis ilmu komunikasi antara lain: Wilbur Schramm, Kurt Lewin, Paul Lazarsfeld, dan Carl I. Hovland. Mereka inilah melahirkan berbagai teori dan penegasan tentang komunikasi sebagai pengetahuan ilmiah. Metode-metode dan model yang dikembangkan dalam ilmu komunikasi sebenarnya berasal dari sejumlah perspektif dan teori di luar khazanah disiplin komunikasi itu sendiri. Kita bisa melihat pendekatan struktural-fungsional dari sosiologi, teori sistem dan informasi dari matematika, perspektif mekanistis dari fisika, perspektif psikologis dari psikologi sosial, dan lain-lain. Itulah hasil-hasil dari pengembangan ilmu komunikasi dari komponen filsafat ilmu, yakni epistemologi. [back to top] [Apabila Filsafat Ilmu mampu dibedakan dengan Filsafat, maka bagaimana halnya dengan Filsafat Komunikasi. Uraikan secara sistematis dan teoritik!] Untuk membedakan Filsafat Ilmu dan Filsafat (Filsafat Umum), maka mengulas, paling tidak secara singkat, pengertian kedua bidang ini adalah hal yang niscaya. Salah satu dari kedua bidang ini adalah asal usul dan yang satunya adalah ekspansi (pengembangan). Penjelasan singkat berikut ini, disertai dengan ulasan pengertian yang singkat pula, pada akhirnya juga dapat memetakan posis Filsafat Komunikasi, baik pada segi pengertian masingmasing maupun pada perbedaannya. FILSAFAT, secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani, Philosophia. Philos berarti suka, cinta, atau kecenderungan akan sesuatu. Sophia berarti kebijaksanaan (sebagaian besar ilmuan memahami kebijaksanaan disepadankan dengan "kebenaran sejati"). Dengan demikian, secara sederhana, filsafat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan (Nina Winangsih Syam, 2002: 19) Ada definisi tentang filsafat yang lebih ofensif, yakni yang dibuat oleh G.E. Moore, "Filsafat adalah tentang semua." Baggini menganggap cara ofensif ini sukar dan karena itu ia menawarkan bantuan untuk mendefinisikan filsafat dengan cara membedakan filsafat dengan metodenya (Julian Baggini, 2003: xv xvi). Dalam bukunya "Filsafat Ilmu, sebuah pengantar populer", Jujun S. Suriasumantri tidak dengan tegas mendefinisikan apakah itu filsafat. Namun ia tetap memberikan tiga karakteristik berpikir filsafat: menyeluruh, mendasar, dan spekulatif (Jujun S. Suriasumantri, 1984: 20). Tetapi pada kata pengantar yang ia tulis untuk buku "Ilmu Dalam Perspektif", Jujun mengartikan filsafat sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya (Jujun, 1997: 4). Hal penting yang dapat dicatat dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa filsafat adalah suatu kegiatan mental (berpikir dengan kesadaran) untuk mencapai kebenaran hakiki. Filsafat dalam hal ini bertugas mengungkap hakikat (eksistensi dan esensi) suatu fenomena. Bagaimana fenomena itu secara detail atau kaitannya dengan kehidupan manusia yang bermanfaat, adalah hal-hal yang berada di luar jangkuan filsafat.

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi: benar-salah (logika), baik-buruk (etika/filsafat moral), dan indah-jelek (estetika/filsafat seni). Secara keseluruhan, bidang-bidang yang dikaji oleh filsafat adalah sebagai berikut (Jujun, 1984: 32-33): Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) Etika (Filsafat Moral) Estetika (Filsafat Seni) Metafisika (teori tentang ada atau hakikat) Politik (Fisafat pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah, dan Filsafat Matematika. Dengan pengembangan bidang pokok kajian ini, maka jumlah keseluruhan bidang kajian filsafat (filsafat umum) menjadi 11 bidang. FILSAFAT ILMU merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sementara ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang selanjutnya menjadi tiga landasan filsafat ilmu. Tiga landasan itu adalah ontologis, epistemologis, dan axiologis. Ontologi membahas mengenai obyek apa yang ditelaah oleh suatu ilmu, bagaimana wujud hakekatnya, hubungan dengan daya tangkap manusia (berpikir, merasa dan mengindera). Epistemologi membahas tentang proses pengetahuan didapatkan menjadi suatu ilmu, prosedurnya, apakah pengetahuan itu benar, apakah "benar" itu, apa kriterianya, dan seterusnya. Axiologi menjawab pertanyaan tentang untuk apa ilmu itu dipergunakan, kaitan penggunaan itu dengan kaidah-kaidah moral, obyek yang ditelaah menurut pilihan secara moral, bagaimana kaitan metode operasional ilmu dengan norma-norma moral, dan sebagainya (Jujun, 1984: 34 35). Demikianlah filsafat ilmu yang mengkaji tiga aspek hakikat ilmu itu sebagai pengetahuan ilmiah. Jadi, bukan hanya hakekat keilmuan itu yang dibahas oleh filsafat ilmu, melainkan juga nilai-nilai kepatutan dalam kaitan dengan ranah moral dan agama. FILSAFAT KOMUNIKASI dapat juga disebut sebagai penjabaran dari filsafat ilmu melalui tiga hakikatnya sebagai landasan filosofisnya. Aspek-apsek komunikasi sebagai ilmu pengetahuan, seperti fenomena komunikasi manusia (sebagai suatu obyek), bagaimana mendapatkan pengetahuan tentang komunikasi manusia sebagai ilmu secara benar atau berdasarkan cara-cara tertentu, dan untuk apa komunikasi manusia sebagai ilmu pengetahuan digunakan, dan berbagai ragam pertanyaan filsafat ilmu lainnya tentang komunikasi manusia sebagai sebuah obyek adalah merupakan ruang lingkup dan lokus filsafat komunikasi. Uraian sebagai penjabaran dapat dilihat dengan memulai pertanyaan: apa yang menjadi obyek telaah ilmu komunikasi? Pertanyaan ontologis ini tentu harus menjawab sejumlah pertanyaan yang merupakan pertanyaanpertanyaan ontologis seperti wujud dari obyek itu. Katakanlah pesan antar manusia sebagai obyek telaah ilmu komunikasi, apa hakikat pesan-pesan itu, bagaimana wujud pesan-pesan itu. Secara epistemologis, dalam cara tertentu yang memenuhi unsur-unsur ilmiah, pesan-pesan antar menusia ini disusun hingga menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Lalu terakhir, apa-apa saja manfaat dan kegunaan ilmu komunikasi itu bagi kehidupan manusia. Jadi, filsafat komunikasi memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana pengetahuan tentang pesan-pesan antar manusia itu dapat diwujudkan sebagai pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah batas kewenangan filsafat komunikasi. Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu berkembang dan perkembangannya mengarah ke mana, itu menjadi tugas ilmu pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu sendiri.

Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia. [back to top] [Filsafat Komunikasi sangat erat kaitannya dengan metodologi penelitian. Coba saudara uraikan melalui faham-faham: a. Positive, b. Post-Positive, c. Kritis Kesemuanya harus jelas sumber dan asumsi-asumsinya.] Metode (metodologi) ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Epistemologi membahas mengenai: Apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sejauh mana manusia mampu menangkap pengetahuan? (Jujun S. Suriasumantri, 1984: 119) Melalui filsafat komunikasi, dari komponen epistemologi, kita telah mengenal sejumlah metode dan model penelitian komunikasi selain teori-teori yang dilahirkan secara ontologis. Metode-metode tersebut dapat dipahami dengan menyimak tiga kelompok paham yang mengembangkan komunikasi secara falsafati. Positive(isme) Asumsi dasar positivisme tentang realitas adalah tunggal, dalam artian bahwa fenomena alam dan tingkah laku manusia itu terikat oleh tertib hukum. Fokus kajian-kajian positivis adalah peristiwa sebab-akibat (Deddy Mulyana, 2001: 25). Dalam hal ini, positivisme menyebutkan, hanya ada dua jalan untuk mengetahui: pertama, verifikasi langsung melalui data pengindera (empirikal); dan kedua, penemuan lewat logika (rasional). Pendekatan metodologi yang positivis antara lain: empirisme, rasionalisme, behavioristik, behavioral, struktural, fungsionalisme, mekanistik, deterministik, reduksionis, sistemik, dan lain-lain. Para penggagas dan pengasuh metode positive ini antara lain Paul F. Lazarsfeld, Bernard Berelson, Robert K. Merton, Wilbur Schramm, Shannon dan Weaver, dan lain-lain. Mereka-mereka itulah yang komunitasnya dikenal dengan nama Mazhab Chicago. Metode peneltian komunikasi yang tercakup dalam paham antara lain: model mekanistis, model komunikasi Shannon dan Weaver, pendekatan behaviorisme, analisis isi klasik-kuantitatif, dan lain-lain. Komponen-komponen pokok teori dan metodologi positivis adalah sebagai berikut: Metode penelitian: kuantitatif Sifat metode positivisme adalah obyektif. Penalaran: deduktif. Hipotetik Post-Positive(isme) [humanistik]

Asumsi dasar post-positivie tentang realitas adalah jamak individual. Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tindak tunggal melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit tindakan yang bersangkutan. Fokus kajian post-positivis adalah tindakan-tindakan (actions) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan. Pendekatan metodologi penelitian kualitatif: interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dramaturgi, hermeneutika, semiotika, teori feminisme, marxisme sartrian, teori kritis, pasca-strukturalisme, dekonstruktivisme, teori paska-kolonialis, dan sebagainya (Deddy Mulyana dalam Eriyanto, 2002: IV). Aliran pemahanan ini berasal dari sejumlah ilmuan, antara lain: Max Weber, Charles Horton Cooley, George Hebert Mead, William I. Thomas, Ervin Goffman, dan lain-lain. Metode penelitian komunikasi yang tercakup dalam paham antara lain interaksionisme simbolik, analisis framing, analisis wacana, analisis semiotika, dan lain-lain. Komponen-komponen pokok teori dan metodologi post-positivis adalah sebagai berikut: Metode penelitian: kualitatif Sifat metode post-positive: Subyektif Penalaran: Induktif. Interpretatif Kritis Asumsi dasar paham kritisme adalah realitas didominasi oleh status quo. Maksdunya adalah, tidak ada aspek kehidupan yang bebas dari kepentingan, termasuk ilmu pengetahuan. Kesemuanya berada dalam dominasi status quo. Aliran pemahaman kritis diinspirasi oleh pemikiran Karl Marx. Namun paham kritisme ini hanya sedikit berbicara tentang Marxisme (Sasa Djuarsa S., 1994: 392-396). Faham kritisme merupakan merupakan pilar utama mazhab frankfurt. Selanjutnya ditindaklanjuti oleh Juergen Habermas (John B. Thompson, 2004: 487). Fokus kajian mazhab Frankfurt ini adalah sistem tindakan komunikasi manusia (teori tindakan komunikasi). Tokoh aliran ini antara lain: Max Horkheimer, Theodore Adorno, Hebert Markuz, Juergen Habermas, dan lain-lain. Metode penelitian dalam paham ini belum populer penggunaannya dalam penelitian komunikasi. Seperti dikemukakan oleh Habermas sendiri, diskusi tentang metode dan teori tindakan komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan sama sekali belum sampai pada suatu konsensus (Juergen Habermas, 2004: vii). Metode Penelitian : Analisis Sejarah Sosial (Social History Analysis) - Sifat metodologi: kritis - Penalaran: Dialektika - Meta-theoritical Discourse [back to top] [Bagaimana penerapan komponen-komponen Filsafat Ilmu, seperti ontologis, epistemologis, aksiologis, dan perspektif ke dalam Ilmu Komunikasi; Berikan contoh melalui fenomena-fenomena yang aktual di masing-masing komponen di atas!] ONTOLOGI atau metafisika umum adalah cabang filsafat ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu (obyek) yang dipelajari ilmu tertentu. Cabang ini dijalankan untuk menghasilkan definisi, ruang lingkup, dan teori-teori tentang

ilmu yang bersangkutan. Ontologi mempelajari hal-hal yang abstrak yang berkaitan dengan realitas (materi) yang ditelaah oleh ilmu pengetahuan sebagai obyek. Komunikasi (komunikasi manusia) merupakan realitas abstrak, yang dapat ditelaah dengan metode-metode postivistis tertentu. Dengan demikian, maka komunikasi dapat merupakan obyek dari pengalaman inderawi manusia. Hal ini berarti bahwa komunikasi adalah suatu pengetahuan yang dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Halhal yang tercakup dalam komunikasi sebagai ilmu pengetahuan antara lain pesan-pesan (messages) antar manusia yang bersifat transmisional, transaksional, behavioris, dan interaksional. Dalam konteks ontologis inilah kemudian ilmuan-ilmuan komunikasi membangun definisi kerja tentang ilmu komunikasi. Dari definisi ini pula yang sekaligus mempertegas batas-batas pembeda ilmu komunikasi dengan ilmuilmu lainnya. Misalnya, secara etimologi, peristiwa di mana satu mesin saling berhubungan pesan dengan mesinmesin lainnya melaui media kabel atau frekuensi dianggap bukan termasuk dalam lingkup kajian ilmu komunikasi karena tidak ada unsur manusia di dalamnya. Peristiwa ini dimasukkan ke dalam wilayah ilmu tentang gejala alam (fisika). Ada juga yang namanya komunikasi dengan tuhan dalam bentuk doa atau kegiatan ritual (sembahyang), tetapi hal ini tidak dicakup dalam obyek kajian komunikasi sebagai ilmu pengetahuan karena tiadanya instrumen penginderaan untuk membuktikan peristiwa itu. Kejadian ini lebih sebagai kejadian ilahiyah ketimbang sebagai kejadian ilmu pengatahuan. Pesan-pesan manusia sebagai realitas dapat dikenali menurut sifat-sifatnya. Salah satu sifat yang utama adalah realitas itu dapat dicerap oleh panca indera manusia (Onong 1993: 323). Dalam realitas ini, komunikasi akhirnya dapat menjeneralisasi realitas komunikasi sehingga realitas itu dapat dikonsepsi menjadi suatu teori tentang komunikasi manusia yang dapat menjelaskan berbagai fenomena (Nina Winangsih Syam, 2002). Di luar konteks realitas komunikasi manusia, realitas lain pun akan diperlakukan sama oleh cabang filsafat ini. Misalnya, kecenderungan perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menurut cara-cara tertentu adalah sebuah realitas (realitas sosial). Realitas ini dapat dijangkau oleh pengalaman manusia sehingga dapat dibuktikan keberadaannya (being). Ketika kegiatan berpikir manusia menemukan hukum-hukum yang membingkai realitas itu bagaimana ia berkerja, maka itulah yang disebut pengetahuan Ekonomi. Materi dari realitas inilah yang kemudian mendasari pembuatan teori-teori dalam ilmu ekonomi, definisi tentang ilmu ekonomi itu sendiri sehingga dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Hal yang dapat dicatat dalam penjelasan tentan ontologi adalah bahwa cabang filsafat ini memungkinkan kegiatan mental manusia berpikir dapat menghasilkan pengetahuan, pengetahuan tentang sesuatu (being). EPISTEMOLOGI adalah cabang filsafat ilmu yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan gagasan pengetahuan manusia. Singkatnya, cabang filsafat ilmu ini menjawab pertanyaan mengenai cara mendapatkan atau mencapai suatu pengetahuan tentang realitas sebagai sebuah ilmu. Secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki manusia, seperti disebutkan sebelumnya, belumlah serta-merta menjadi ilmu (ilmiah). Sebab untuk menjadi ilmu, pengetahuan itu harus disusun secara benar, tidak serampangan atau spekulatif saja. Ketika kita bertanya bagaimana menyusun pengetahuan itu secara benar, maka kita telah mencoba bergerak di wilayah cabang filsafat ilmu yang disebut epistemologi. Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah (Suriasumantri, 1984: 105). Komunikasi manusia sebagai realitas adalah merupakan pengetahuan. Disebut pengetahuan karena diperoleh dari kegiatan mental manusia (kesadaran) berpikir dan berkontemplasi tentang realitas itu. Agar dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan), maka realitas ini sebagai pengetahuan harus disusun secara benar menurut metode tertentu. Dalam ilmu komunikasi, terdapat dua jenis metode **, yaitu postivistik dan post-positivistik. Metode yang menganut paradigma positivistik merupakan metode kuantitatif. Metode ini tertata secara linear. Perspektif behaviorisme dalam psikologi komunikasi sangat kental dengan pendekatan linear ini, dikenal dengan nama "S-R" (Sources and Receive). Paradigma postivistik inilah yang mendominasi metode riset ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, termasuk secara institusional masih mayoritas dalam penyusunan skripsi, tesis dan disertasi

mahasiswa dan dosen ilmu komunikasi di tanah air (Deddy Mulyana, 2002). Inilah metode penelitian obyektif, atau dalam ilmu komunikasi disebut Perspektif Hukum Peliput (covering-law perspective). Banyak model dalam komunikasi yang dihasilkan oleh perspektif ini seperti teori informasi, teori jarum hipodermik, teori belajar sosial Albert Bandura, teori kultivasi, dan sebagainya. Metode yang menganut paradigma post-positivistik merupakan metode ilmiah yang melihat realitas tidak tunggal. Metode ini disebut metode penelitian kualitatif dengan pendekatan subyektif (intepretif). Contoh metode ini dalam ilmu komunikasi adalah interaksionisme simbolik, analisis wacana, analisis framing, dan sebagainya. Hingga belakangan ini, pengembangan ilmu komunikasi masih didominasi oleh metode postivistik-obyektif. Oleh karena itu, realitas komunikasi manusia tetap ditelaah secara kuantitatif dengan pendekatan linear-obyektif. Pada intinya, cabang kedua filsafat ilmu ini memungkinkan pengetahuan manusia menyangkut realitas komunikasi manusia dapat dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Pada kenyataannya, memang ilmu komunikasi sendiri telah mengembangkan berbagai model dan metode, sekalipun diakui belum ada teori umum (grand teori) yang dapat menjadi payung terhadap semua model dan motode dalam pendekatan komunikasi (Nina Winangsih Syam, 2002: 6). AKSIOLOGI adalah cabang filsafat ilmu yang mempelajari nilai-nilai. Nilai-nilai yang dipelajari oleh axiologi sebagai cabang filsafat ilmu adalah yang berkaitan dengan pengembangan dan kegunaan dari ilmu-ilmu itu. Materi pokok dalam axiologi adalah Apakah ilmu (ilmu pengetahuan) itu bebas nilai? Tesis umumnya adalah ilmu itu bebas nilai, bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap. Menurut Jujun S. Suriasumantri, pemanfaatan kekuasaan terbesar itu terletak pada sistem nilai si pemilik pengetahuan. Atau dengan perkataan lain, netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologisnya saja: alias, jika hitam maka hitam, dan jika putih maka putih; tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan axiologis, ilmuan harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan mereka menentukan sikap (Jujun S. Suriasumantri, 1992: 35). Pada situasi inilah, filsafat ilmu dengan aspek axiologisnya lalu mengembangkan kajian tentang nilai-nilai moral (agama dan kemanusiaan) dan etika (etika dan estetika) terhadap maksud dan tujuan serta suatu ilmu bagi kelangsungan hidup manusia. Tak dapat dipungkiri bahwa sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology) bagi kehidupan umat manusia sangat besar. Contoh adalah pemanfaatan teknologi atom untuk menghasilkan energi listrik. Namun, selain manfaat untuk perdamaian itu, juga ilmuan dihadapkan pada realitas terbalik: bahwa tenaga atom itu juga dapat digunakan untuk membuat teknologi perang dengan daya penghacur yang massal (destruktif). Konteks penggunaan energi atom yang bermanfaat ganda tadi adalah pilihan-pilihan yang bernuansa moral bagi kalangan ilmuan. Dalam perkembangan ilmu komunikasi, kenyataan seperti itu pun juga dapat disaksikan dalam beberapa peristiwa dunia. Dalam Perang Dunia II, kajian komunikasi massa dan psikologi komunikasi sangat besar kontribusinya dalam program propaganda perang yang dijalankan oleh Nazi Jerman dan AS selaku pimpinan pasukan sekutu. Kedua pihak melakukan kontrol dan sensor terhadap berita-berita aktual tentang kenyataan obyektif di medan perang di Perancis (Normandia). Demikian juga, teknik retorika dan opini umum dimanfaatkan oleh penguasa sekutu untuk memanipulasi dukungan dari publik (rakyatnya) untuk meneruskan perang yang akan terus menambah jumlah korban manusia dan peradaban dalam Perang Dunia II (Walter Lippman, 1991: 236-237). PERSPEKTIF adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Konfigurasi suatu teori bergantung pada perspektif seorang teoritikus. Perspektif ini memandu seorang teoritkus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang diamati. Walaupun perspektif teoritikal dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara, Littlejohn menyajikan empat jenis cara yang dinilainya memadai dalam pembahasan masalah kita ini (Dikutip dari Onong Uchjana Effendy, 1993: 333). Perspektif Behaviorisme

Perspektif ini yang timbul dari psikologi mazhab perilaku atau mazhab behavioral, menakankan pada rangsangan dan tanggapan (stimulus dan response). Teori komunikasi yang menggunakan perspektif ini cenderung untuk menakankan pada cara bahwa seseorang dipengaruhi oleh pesan. Teori seperti ini cenderung untuk menyesuaikan diri kepada asumsi-asumsi Pandangan Dunia I tadi, dan biasanya bersifat non aksional. Perspektif Transmisional Teori transmisional memandang komunikasi sebagai pengimiriman informasi dari sumber kepada penerima. Mereka menggunakan gerakan model linear dari suatu lokasi ke lokasi lain. Perspektif ini menekankan pada media komunikasi, waktu, dan unsur-unsur konsekuensional. Umumnya ini berdasarkan Pandangan Dunia I dengan asumsi non aksional. Perspektif Interaksional Perspektif ini mengakui bahwa para pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Apabila perspektif transmisional bersifat linear, perspektif interaksional bersifat sirkular. Umpan balik dan efek bersama merupakan kunci konsep. Teori seperti itu berdasarkan Pandangan dunia II yang mungkin aksional atau non aksional, bergantung pada derajat pikiran para pelaku komunikasi dalam peranannya sebagai pemilih aktif. Perspektif Transaksional Perspektif ini menekankan kegiatan saling beri. Ia memandang komunikasi sesuatu di mana pesertanya terlibat secara aktif. Teori perspektif transsaksional menakankan konteks. Dengan lain perkataan komunikasi dipandang situasional dan sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsifungsi individual dan sosial. Perspektif ini menakankan holisme, yang membayangkan komunikasi sebagai proses saling menyampaikan makna. Teori transaksional cenderung menampilkan pandangan dunia II, dan menggunakan eksplanasi aksional. [back to top] [Perkembangan teori komunikasi sekarang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sehingga mampu menggeser teori-teori Komunikasi Antar Persona dan Teori-teori Komunikasi Massa menjadi baur. Bagaimana pendapat Anda? Uraikan secara sistematis dan melalui pendekatan komunikasi dengan media.] Teori-teori komunikasi dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis menurut tujuan terntentu. Dalam ilmu-ilmu sosial, tujuan teori sosial adalah memprediksikan dan mengontrol fenomena sehingga dapat diukur kecenderungannya. Jenis-jenis teori yang diulas berikut ini sebelum berbicara tentang perkembangan teori komunikasi (massa), maka akan dikemukakan terlebih dahulu jenis-jenis teori komunikasi menurut tujuannya (Nurudin, 2003: 155 190), yakni: Teori Hypodermic Needle Theory Audiens (Receiver/R) dalam teori ini dipandang bersikap pasif dan segala informasi yang diterima, dengan sendirinya juga audiens terpengaruhi sikapnya. Makanya teori ini disebut teori jaum hipodermik, karena daya serap audiens yang efektif seperti sedang menerima suntikan. Cultivation Theory Teori ini melihat masyarakat mempelajari budaya dan dunia kehidupan melalui layar televisi. Dari televisilah masyarakat mengembangkan norma-normanya.

Cultural Imperialism Theory Asumsi dasarnya adalah bahwa dunia barat mendominasi peradaban dunia. Berarti pula, media barat mendominasi media di seluruh dunia. Dengan alasan tambahan bahwa media barat memilik potensi efek yang sangat besar. Media Equation Theory Asumsi teori ini menyamakan manusia dengan media. Media merupakan mitra komunikasi manusia, demikian juga sebaliknya. Spiral of Silence Theory Teori memandang adanya kecenderungan minoritas mengambil sikap diam di tengah situasi yang didominasi mayoritas. Diam dapat berarti, menyesuaikan pendapat dengan mayoritas atau menyembunyikan pendapat agar tidak terisolasi dalam kepungan mayoritas. Technological Determinism Theory Cara-cara manusia berkomunikasi akan mempengaruhi kehidupannya. Teknologi cukup berkembang mempengaruhi cara-cara manusia berkomunikasi. Tingkat kehidupan manusia menentukan teknologi yang dapat dicapainya. Diffusion of Innovation Theory Teori ini menempatkan orang yang memiliki informasi atau penemuan sebagai orang yang memiliki potensi mempengaruhi secara massal. Uses and Gratifications Theory Teori kegunaan dan kepuasan memandang pengguna media mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan media sumber beritanya. Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam kegiatan komunikasi untuk memenuhi kepuasannya. Agenda Setting Theory Teori ini menetapkan titik temu antara asumsi media tentang kebutuhan publik akan informasi dan harapan publik terhadap informasi yang disajikan oleh media. Tetapi ini tidak selalu berhasil, dan yang kerap teradi adalah media mensetting pikiran khalayak. Media Critical Theory Teori ini seperti sejatinya teori kritis tetap konsisten dalam melihat media massa sebagai instrumen sosial. Media massa dianggap ikut melindungi status quo yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Praktisi media membuat dirinya sengaja terbatas untuk melawan status quo. Itulah jenis-jenis media yang dirangkum oleh Nurudin (2003) dari sejumlah sumber. Merujuk pada materi soal di atas, kemungkinan yang dimaksukan oleh soal tersebut mengenai pengaruh perkembangan teknologi terhadap perkembangan teori komunikasi adalah kontek Technological Determinism Theory atau teori determinisme teknologi.

Teori determinisme teknologi mempunyai ide dasar, yakni bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat. Dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Teori ini digagas oleh Marshall McLuhan pertama kali tahun 1962 dalam bukunya: "The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man". McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak untuk hal ini. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya; kedua, perubahan dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia; dan ketiga, sebagaimana dikatakan McLuhan bahwa kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri" (Nurudin: 2003: 174). KOMUNIKASI MASSA adalah komunikasi antara komunikator dengan publik dengan empat tanda pokok: 1) bersifat tidak langsung, alias melalui media/channel, 2) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara komunikator dan komunikan, 3) Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim, dan 4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Elizabeth-Noelle Neuman, 1973: 92). Menurut Jalaluddin Rakhmat (1984), karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpesonal. Ini tampak pada pengendalian arus informasi, umpan balik, simulasi alat indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Tanda-tanda pokok dan karakter psikologis komunikasi massa akan ditinjau menurut perkembangan teknologi mutakhir dengan implikasi teoritis terhadap teori komunikasi antar persona dan komunikasi massa menjadi baur. Tanda pokok pertama adalah komunikasi bersifat tidak langsung atau dengan kata lain bermedia. Artinya proses komunikasi harus melalui mekanisme teknis, yakni media atau channel. Teknologi informasi sekarang memperkaya variasi media secara teknis dan kian menciptakan ketergantungan dalam proses komunikasi massa. Secara tegas, ruang pertemuan, lapangan, alat pengeras suara (microfon dan speaker) tidak dimaksudkan sebagai media atau channel dalam hal ini. Tentang varian media terhadap pilihan-pilihan pengunderaan akan dibahas secara terpisah. Perkembangan teknologi ini sekaligus berdampak pula pada tanda pokok kedua komunikasi massa, yaitu bersifat satu arah. Komunikasi massa yang berbasis cybernet (internet) memungkinkan terjalinnya komunikasi berlangsung dua arah antara komunikan dan komunikator. Pengaruh teknologi dalam hal ini sangat signifikan. Media komunikasi massa seperti ensiklopedia telah tersedia dalam format web browser dengan fasilitas akses langsung oleh pembaca sehingga dapat mengedit atau menambahkan salah satu naskah dalam eksiklopedia tersebut (misalnya http://www.wikipedia.org). Bandingkan dengan ensiklopedia yang kemas dalam bentuk cetak seperti yang ada selama ini. Proses sejenis ini dapat pula kita lihat pada fasilitas linking (hyperlink) dialog pada web browser internet yang telah dimiliki hampir semua media massa cetak (majalah dan surat kabar). Tanda pokok komunikasi massa yang ketiga dan keempatseperti juga tanda pokok pertamatidak mengalami pergeseran paradigma secara subtansial oleh kemajuan teknologi informasi. Justru information technology memperkuat dua tanda pokok komunikasi yang terakhir ini. Media massa yang berbasis media internet mempunyai komunikan yang jauh lebih anonim ketimbang publikasi yang berbasis cetak. Dalam konteks karakteristik psikologis, perkembangan teknologi tidak mengakibatkan pergeseran paradigmatikteoritik dalam komunikasi massa itu sendiri. Misalnya, pengendalian arus informasi Audiens (komunikan) tidak dapat mengintervensi komunikan dalam menata informasi yang dikirimkan. Alasan keterbatasan untuk intervensi adalah karena komunikasi ini berlangsung melalui media, di mana media itu sendiri terikat oleh ruang dan waktu untuk mengikutkan komunikan berpartisipasi dalam proses produksi pesan bersama komunikator. Dengan adanya teknologi informasi seperti komputer yang berjaringan internet atau program interaktif televisi, maka audiens (komunikan) dapat terlibat secara langsung berkomunikasi dengan komunikator yang memproduksi pesan-pesan. Pembukaan akses telepon bagi pemirsa ke studio, memungkinkan komunikan dapat menentukan

frekuensi isi suatu pemberitaan media televisi. Bahkan lebih dari itu; pemirsas (komunikan) pun dapat menyertakan liputannya sendiri misalnya dengan mengirimkan video cassette untuk disiarkan oleh stasiun. Hal ini pula menandai tradisi baru dalam feed-back antara komunitor dan komunikan dalam komunikasi massa akibat perkembangan teknologi yang berlangsung terus menerus. Pada awal hadirnya media cetak, komunikasi massa hanya memungkinkan komunikan menggunakan alat indera penglihatan saja, yakni membaca (komunikasi tertulis) dan melihat foto-foto yang disisipkan di tengah naskah. Perkembangan teknologi selanjutnya menghadirkan teknologi audio record, di mana komunikan dimungkinkan memfungsikan indera pendengaran untuk memperoleh informasi dari radio. Pertengahan abad ke-20, teknologi mencapai tingkatan di mana diciptakannya media komunikasi massa Televisi yang memungkinkan komunikan menggunakan indera pendengaran sekaligus indera penglihatan (menyimak gambar bergerak). Pencapaian teknologi informasi yang terakhir memungkinkan penghilatan tidak hanya untuk baca naskah belaka atau hanya untuk menyimak gambar bergerak, tetapi kedua-duanya sekaligus indera pendengaran. Perangkat komputer dengan berbagai macam software telah memfasilitasi pengideraan yang sudah hampir menyamai penginderaan dalam komunikasi interpersonal. Karakteristik psikologis yang khas dari komunikasi massa adalah proporsi unsur isi dengan hubungan. Sistem komunikasi massa mementingkan struktur unsur isi ketimbang unsur hubungan, berbeda terbalik dengan sistem komunikasi interpersonal. Pengaruh perkembangan teknologi hanya meningkatkan kapasitas storage isi komunikasi massa. KOMUNIKASI INTERPERSONAL dapat ditunjukkan dalam tujuh ciri (Alo Liliweri: 1991: 58): 1) Melibatkan perilaku melalui pesan verbal dan nonverbal; 2) Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, sripted, dan contrived, 3) bersifat dinamis, bukan statis, 4) Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan pesan yang harus berkaitan), 5) dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik, 6) Meliputi kegiatan dan tindakan, dan 7) Komunikasi antar pribadi melibatkan persuasi. Komunikasi interpersonal berlangsung dalam dua bentuk: komunikasi bermedia dan tidak bermedia, alias tatap muka. Komunikasi interpersonal bermedia antara lain melalui telepon, e-mail, surat pos, dan lain-lain. Komunikasi interpersonal yang tidak bermedia melibatkan seluruh instrumen penginderaan: mata untuk melihat, telinga untuk mendengar; hidung untuk membaui, tangan (kulit) untuk meraba, dan lida untuk merasa. Komunikasi antara pribadi yang berlangsung tanpa media jauh lebih komplit ketimbang yang berlangsung dengan media. Kaitan antara komunikasi interpesonal dengan kemajuan teknologi (khususnya teknologi informasi seperti komputer, internet, multimedia electronic device, dan sebagainya) dapat ditelusuri pada tujuh ciri komunikasi interpersonal itu sendiri. Sebagian besar dari tujuh ciri itu tidak mengalami pergeseran teoritis dan paradigmatik. Kecuali pada ciri keempat, melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaktif, dan koheren (pernyataan pesan berkait dan berkesinambungan). Komunikasi antarpribadi yang bermedia dapat menjelaskan ciri keempat ini, di mana media itu sendiri semi-inheren dengan perkembangan teknologi. Fasilitas yang ditawarkan oleh teknologi informasi misalnya, kerap menggiring tanggap (umpan balik) komunikasi interpersonal tidak lagi bersifat pribadi akibat begitu kompleksnya teknologi informasi. Kecenderungan menunjukkan bahwa karena teknologi informasi telah memangkas jarak dan waktu, akhirnya komunikasi interpersonal pun cerderung lebih berlangsung melalui media. Akibatnya pada umpan balik, sangat tergantung pada sifat media yang digunakan. Dari pemaparan tentang pengaruh signifikan perkembangan teknologi terhadap komunikasi interpersonal, hal yang penting dicatat dari kedua jenis komunikasi ini adalah aspek umpan balik dalam proses yang berlangsung pada dua jenis komunikasi tersebut. Pertama: media massa yang perkembangannya didukung oleh teknologi canggih menyebabkan sifatnya yang satu arah berubah menjadi interaktif dengan komunikan (khalayak). Kedua, sebaliknya pada komunikasi interpersonal yang bermedia, umpan balik yang sifatnya pribadi bergeser menjadi lebih terbuka dan umpan balik dan efektivitasnya sangat tergantung jenis teknologi media yang digunakan. [back to top]

[Bagaimana anda mampu mengaitkan antara tugas-tugas "book reading" dengan materi Filsafat Komunikasi? Seperti telah dikemukakan sebelumnyadengan salah satu definisi filsafat oleh G.E. Moore bahwa filsafat adalah tentang segala hal, maka untuk kebutuhan menjawab pertanyaan yang terakhir ini, fokus pada kajian filsafat ilmu menjadi latar belakang. Maksudnya adalah bahwa berlajar tentang Filsafat Komunikasi berarti kita belajar tentang segala hal yang menyangkut seluruh ruang lingkup komunikasi manusia secara menyeluruh, mendalam (vestehen), dan spekulatif. "Book reading" merupakan lapangan yang sangat luas untuk mengembangkan khazanan keilmuan dalam mengembangkan ilmu komunikasi. Pertimbangannya adalah fenomena komunikasi merupakan sentra bagi ilmuilmu tentang perilaku manusia (Nina Winangsih Syam, 2002: 23). Willbur Schramm mengibaratkan komunikasi dengan kampung Bab elh-Dhra pada lebih kurang 5000 tahun silam. Tempat itu dikunjungi oleh setiap musafir karena kandungan air tawar yang dimiliki kampung itu. Demikian pula halnya komunikasi yang telah ditelaah dari berbagai ilmu (Jalaluddin Rakhmat, 1985: 6 7). Secara falsafati, ilmu komunikasi dapat ditelusuri awal muawal atau asalnya dari sejumlah akar ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu yang ikut memberi kontribusi atau yang telah mengkaji fenomena komunikasi antara lain: antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, engineering, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya (Jalaluddin Rakhmat, 1985: 7). Nina Winangsih Syam menambahkan akar ilmu komunikasi tersebut melalui perspektif pohon komunikasi: Fisika dan Psikologi Sosial (Nina Winangsih Syam, 2002: 18). Mempelajari ilmu komunikasi secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif, berarti mempelajari filsafat komunikasi. Karena sifatnya yang luas itulah, maka kajian filsafat komunikasi sebagai langkah penelusuran akar ilmu komunikasi membutuhkan referensi dalam berbagai varian dan jenisnya menurut ruang lingkup akar komunikasi itu sendiri. Ketersediaan buku-buku referensi tentang akar-akar ilmu komunikasi adalah hal yang mesti. Secara filosofis dan teoritis, misalnya, untuk mendalami psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, maka penelaahan tentang perspektif-perspektif psikologi dan psikologi sosial misalnya, harus didukung oleh sejumlah hasil penelitian lapangan dan uji teoritis secara keilmuan. "Book reading" menyiapkan hampir semua tentang bahan-bahan itu. KOSMOLOGI = Kosmologi atau filsafat alam berbicara tentang dunia. Cabang filsafat ini sangat tua. Ribuan tahun yang lalu, di Mesir dan Mesopotamia manusia sudah bertanya tentang asal alam semesta. Kosmologi berkembang sangat baik di Yunani dan memberi hidup kepada ilmu alam. Ilmu alam sudah lama berkembang dan dipilih sebagai model untuk banyak ilmu lain. Pertanyaan-pertanyaan dari filsafat alam itu misalnya soal evolusi, kebebasan dan determinisme, definisi materi, definisi energi, definisi hidup, dan soal-soal yang berhubungan dengan konsekuensikonsekuensi etis dari kemajuan teknik. Bersama dengan spesialisasi ilmu alam yang sangat maju, dirasa keperluan akan suatu refleksi yang mendalam yang memperhatikan keseluruhan. Nah refleksi ini merupakan bidang kosmologi. Kosmologi merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat dipasang. Teori-teori umum tentang alam sebagai kesatuan yang berfungsi sebagai rangka umum itu sekarang dikemukakan oleh antara lain E.Mach (1838-1916), H.Hertz (18591894), M.Planck (1858-1947), dan A.Einstein (1879-1955). Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu proses. Kosmos itu bukan sistem tetap dan tak terhingga melainkan suatu proses perkembangan. ETIKA =Katae tika berasal dari Yunani (ethos) yang berarti adat, cara bertindak, kebiasaan. Kata moral berasal dari Latin (mos) yang mempunyai arti yang sama. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempermasalahkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma (Latin: norma= siku). Norma-norma dapat dibagi atas norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. Norma yang paling penting untuk tindakan manusia, norma moral, datang dari "suara batin". Norma-norma ini merupakan bidang etika. Plato dan Aristoteles sudah menyusun suatu etika. Filsuf-filsuf moral kenamaan lainnya antara lain Thomas Aquino, Hobbes, Hume, Kant, Dewey, Scheler, dan von Hildebrand. Beberapa yang termasuk etika seperti filsafat Cina, Hinduisme, dan Buddhisme terus menerus mementingkan jalan untuk mencapai kebahagiaan. Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif memberi gambaran dari gejala kesadaran moral (suara batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis.

Etika normatif tidak berbicara tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan. ESTETIKA = Estetika dalam bahasa Yunani (aisthesis) yang artinya pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Dalam pengalaman atas dunia sekeliling kita ditemukan suatu bidang yang disebut indah. Nah pengalaman akan keindahan merupakan objek dari estetika. Mengapa justru objek-objek tertentu sangatmenarik untuk menarik? Dalam estetika dicari hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan seterusnya. Seperti dalam etika, estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif dan suatu bagian normatif. Bagian deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan bagian normatif mencari dasar pengalaman itu. Banyak filsuf telah menyusun suatu estetika dan dicoba untuk menyusun suatu hierarki bentuk-bentuk seni. Seperti Hegel (1770-1831) membedakan suatu rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Makin kecil unsur materi dalam suatu bentuk seni, makin tinggi tempatnya atas tangga hierarki. Sedangkan Schopenhauer (1788-1850) melihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan memuncak dalam musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika. Musik digambarkan sebagai suatu bentuk "wahyu" yang masih berbicara tentang transendensi, kalau pengertian manusia sudah tidak kuat lagi. Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata.
SEJARAH FILSAFAT Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu zaman atau di suatu bagian dunia tertentu. Ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali disegala zaman dan di semua sudut dunia, oleh karena itu sejarah filsafat sesuatu yang sangat penting. Dalam sejarah filsafat bisanya dibedakan tiga tradisi besar yaitu filsafat India, filsafat Cina dan filsafat Barat. Dalam ketiga tradisi ini ada banyak kesamaan, terutama antara filsafat India dan filsafat Barat. Sesuatu yang menonjol adalah bahwa baik di India dan Cina maupun dalam dunia Barat, Hidup Intelektual menjadi "dewasa" (melepaskan diri dari cara berpikir mistis) dalam periode antara 800 200 SM. Dalam periode ini hidup Konfusius dan Lao Tzu di Cina; Gautama Buddha dan penyusun-penyusun Upanisad di India; Parmenides, Herakleitos, Sokrates, Plato, dan Aristoteles di Yunani; Zoroaster di Persia; nabi-nabi besar di Israel. Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat, dan iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin bagi manusia. Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali disini dalam suatu perspektif yang sangat luas, yang mengatasi batas-batas agama,bahasa, zaman dan kebudayaan. KRITIKILMU-ILMU : Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil. Pada zaman Yunani kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti, ilmu pesawat dan kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih dipandang sebagai seni atau keahlian. Mulai zaman renaisans (sekitar 1800 dan sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang kebanyakan sekarang. Seperti sosiologi, psikologi dan psikoanalisis yang masih muda. Dan ada yang lebih muda lagi seperti ilmu ekologi (ilmu keseimbangan lingkungan hidup). Ilmu dibagi menjadi tiga kelompok : 1. 2. 3. Ilmu-ilmu formal Ilmu-ilmu empiris formal Ilmu-ilmu hermeneutis :Matematika, logika, dll :Ilmu alam, ilmu hayati, dll :Sejarah, ekonomi, dll

Beberapa orang mengatakan bahwa ilmu hermeneutis tidak ilmiah karena disini tidak dicapai kepastian. Misalkan sejarah, disini tidak diterangkan sesuatu melainkan hanya dimengerti sesuatu, hanya diberikan fakta-fakta dan tidak pernah dicapai suatu kepastian bahwa fakta ini benar. Orang lain mengatakan bahwa ilmu-ilmu empiris formal memang selalu bersifat hipotesis sehingga antara

ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu hermeneutis tidak begitu penting. Nah, pertanyaanpertanyaan seperti inilah yang termasuk kritik ilmu-ilmu. Teori-teori tentang pembagian ilmuilmu,tentang metode ilmu-ilmu, tentang dasar kepastian dan tentang jenis-jenis keterangan yang diberikan, tidak lagi termasuk bidang ilmu pengetahuan sendiri, melainkan merupakan suatu cabang dari filsafat. METAFISIKA UMUM : Dalam logika diajarkan suatu prinsip yang mengajarkan: "makin besar ekstensi suatu istilah atau pernyataan, makin kecil komprehensi istilah atau pernyataan itu". Artinya, isi (komprehensi) suatu kata atau kalimat menjadi sangat kecil kalau luasnya (ekstensi) kata atau kalimat itu sangat besar, dan sebaliknya. Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. Lalu itu hanya mungkin kalau komprehensi perkataan-perkataannya kecil sekali. Metafisika umum hanya berbicara tentang segala sesuatu sejauh itu "ada". "Adanya" segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk-makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu. Semua benda, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan orang merupakan suatu "pengada". Kata Yunani untuk "pengada" adalah on (genetif: ontos). Oleh karena itu. Pengetahuan tentang pengada-pengada, sejauh mereka ada, disebut ontologi. Jenis ontologi ini, dari satu pihak,menarik karena disini ditemukan kemungkinan untuk menterjemahkan istilah-istilah pokok dari agama-agama dalam istilah-istilah falsafi. Dari lain pihak, jenis ontologi ini juga dikritik karena Allah sebagai "Mengada" manusia tidak dapat berlutut, dan kepada Letting-be ia tidak dapat berdoa. Jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaanpertanyaan yang dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan. Jenis kepercayaan ontologi ada empat: Ateisme (Yunani: a- 'bukan', theos 'Allah') mengajarkan bahwa Allah itu tidak ada dan manusia sendirian dalam kosmos . Agnostisisme (Yunani: a- 'bukan', gnosis 'pengetahuan') mengajarkan bahwa tidak dapat diketahui apakah Allah itu ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang Allah selalu terbuka .Panteisme (Yunani: pan 'segala sesuatu', theos 'Allah') mengajarkan bahwa seluruh kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara Pencipta dan ciptaannya .Teisme mengajarkan bahwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan ciptaannya Metafisika umum merupakan cabang yang sangat problematis pada saat sekarang. Banyak filsuf yang mengatakan bahwa cabang ini tidak mungkin karena manusia sudah melewati batas-batas kemungkinan akal budinya. TEOLOGI METAFISIK : Metafisika khusus terdiri dari teologimetafisik, antropologi, dan kosmologi. Teologi metafisik berhubungan erat dengan ontologi. Dalam teologi metafisik diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu. Yang dapat dikatakan tentang Allah, lepas dari agama, tentu saja tidak banyak. Teologi metafisik hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang sangat sederhana dan abstrak. Namun, yang sedikit ini sangatlah berguna dalam dialog dengan agama, agnostisisme, panteisme, dan ateisme. Orang lain yang berpendapat berbeda tentang Allah tidak akan menerima argumen-argumen yang berasal dari teologi yang terikat pada "wahyu" khusus, tetapi mereka akan menerima argumen-argumen yang berdasarkan akal budi, karena akal budi adalah milik umum. Teologi metafisik sekarang ini masih tetap merupakan usaha untuk menciptakan ruang dialog antara iman dan akal budi. Sekarang, dialog ini lebih bersifat dialog dengan ateisme. ANTROPOLOGI : Setiap filsafat mengandung secara eksplisit atau implisit suatu pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia, dengan sesama. Menurut Immanuel Kant, pertanyaan "Siapakah manusia?" merupakan pertanyaan satu-satunya dari filsafat. Semua pertanyaan lain dapat dikembalikan kepada pertanyaan ini. Manusia hidup dalam banyak dimensi sekaligus. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa, manusia mempunyai kehendak dan pengertian. Manusia merupakan seorang individu, tetapi tidak dapat hidup lepas dari orang lain. Semua dimensi ini, semua pikiran dan kegiatan manusiawi, berkumpul dalam satu kata, yaitu "aku". Kata "aku" dipakai sebagai titik simpul dari banyak hal sekaligus. Akan tetapi kata ini yang begitu mudah digunakan dan terlihat sederhana untuk dipahami. Dibelakang kata "aku" terdapat suatu pribadi dan penuh relasi-relasi sejarah, kegembiraan dan penderitaan, harapan dan keputusasaan, suatu pandangan tentang dunia, sesama dan tujuan hidup. Sekitar tahun 1500

manusia betul-betul menjadi titik pusat dari filsafat. Sejak zaman renaisans manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak,kebebasan, dan dunia. Terlihat dalam seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir sejak zaman renaisans.

--Demikianlah cabang-cabang filsafat yang paling umum dipakai di seluruh dunia. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan referensi.

Kelengkapan berkas sbb: surat usulan dr institusi, protokol penel, daftar tim peneliti, CV penelitiutama, surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari scientific board, IC Permohonan ethical clearance diberikan sblm penelitian dimulai tdk bs untuk penel yg sdhdimulai/sdh selesai 27. Pendapat ttg antipsikiatri pd filsafat kedokteran! sumber jwban lain ada di cth soal2 th lalu Anti-psikiatri adalah suatu gerakan/klmpk yg mempertanyakan ilmu2 yg digunakan oleh parapsikiater, klpmk ini dimulai sekitar tahun 1960an. Keprihatinan dasar mrk adalah thd bervariasinyadefinisi diagnosis pd lahan psikiatri, yg membuka peluang untuk menciptakan opiini dan interpretasi ygberbeda2, mrk jg prihatin mengenai obat2an ppsikiatri yg justru malah lbh bnyk merusak daripadamembantu pasien. Jd antipsikiatri itu gerakan yg menentang psikiatri, antipsikiatri mengklaim bahwa penyakit mentalbukan penyakit di dalam pengertian medis biasa. Sehingga mereka menganggap psikiatri bukan sebagaibidang ilmu kedokteran spt bagian2 lain,melainkan hanya sebagai mitos,dengan makna politisdibaliknya.jd mnrt antipsikiatri,psikiater tidak berurusan dgn penyakit mental dlm pengobatanmereka,melainkan berurusan dgn masalah2 pribadi,sosial,dan etis di dlm kehidupan.psikiater merupakanalat yg sempurna utk pennindasan org2 'pembangkang' dalam komunitas,dengan cara : merekadinyatakan sakit,kemudian dibuat tidak berbahaya dgn diberi obat dan terapielektrokonvulsif.antipsikiatri tidak mengakui adanya kondisi 'skizofrenia' tetapi label itu hanya faktasosial yang pd dasarnya merupakan peristiwa politis. Bbrp anggota gerakan ini : Laing, Szasz, danFoudraine. 28. Jelaskan pro & kontra ttg xenotransplantasi! ada di kumpulan bahan presentasi mhsw kul.filsafat prof moeloek okt 201029. Jelaskan mengenai anarkis berkedok demokrasi! Demokrasi berasal dr kata demos=masy/common people dan kratos=kekuatan/kekuasaan. Dptdisampaikan mell penyampaian pendapat (cth.demonstrasi) atau menyatakan pilihan (cth.pemilu).Tujuan: pencapaian kesejahteraan dan keadilan untuk slrh individu scr merata.

Anarkis mrpk reaksi thd merebaknya nilai2 kapitalisme yg berupaya menihilkan identitas sosial sbgprinsip kebersamaan dlm hidup dan kehidupan. Bs didefinisikan pula sbg keadaan sosial dimana tdk adapemerintah/goverment authority. Ketiadaan aturan, hukum, dan moral. Penguatan tanggung jawab(moral) individual tanpa paksaan dan tekanan otoritas eksternal yg cenderung distortif & represif olehZeno, seorang filsuf Yunani Cth anarki berkedok demokrasi: klmpk anarki di spanyol yg melakukan tindk anarkis sambilmeneriakkan slogan terkadang cinta hanya dpt berbicara mell selongsong senapan, peristiwa demoMei98 yg berujung pd kerusuhan, kematian ketua DPRD Sumut akibat unjuk rasa anarkis yg berkaitan dgpemekaran propinsi Tapanuli Adapun etika demokrasi adlh sbb: etika berpendapat dg azas praduga tak bersalah,menyampaikan pendapat dg santun, menerima perbedaan pendapat dg pikiran yg terbuka demikebaikan bersama, menghargai hak asazi setiap manusia, dalam menyampaikan pendapat, harusmemperhatikan waktu dan tempat, yg tdk mengganggu hak asasi org lain. Kesimpulan: dlm demokrasi hrs memiliki etika dimana dlm kebebasan berpendapat tdk disertaipemaksaan kehendak dan pelanggaran hak asasi org lain disertasi asas praduga tak bersalah.30. Jelaskan mengenai aspek etik tumbuhan transgenik! Tumbh.transgenik adalah tumbuhan yg mengandung transgen mell proses bioteknologi (transgen= gen asing yg ditambahkan pd suatu spesies). Pd tumb.transgenik, gen yg dipindahkan berasal drspesies yg berbeda dan pemindahan genetika dilakukan mell rek.genetika tanaman. Bedanya dgpemuliaan tanaman adlh, di pemuliaan tanaman, gen berasal dr spesies yg sama dan mell prosesperkawinan interspesies. Pro: membunuh ulat ttt, tdk berbahay thd manusia, penggunaan pestisidamenurun ramah lingk. Kontra: evolusi hama resisten racun yg akan mengganggu tatanan ekosistem,gen asing bisa berpindah ke tanaman liar mis pd penyerbukan silang oleh angin/serangga, memiskinkanpetani31. Jelaskan mengenai etika kloning thd hewan! Kloning berasal dari kata klon dari bahasa Yunani yang berarti tunas muda. Kloning dapatdiartikan sebagai upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik. Proseskloning merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual atau tanpa kawin. Kloning merupakan salah satubentuk keberhasilan para ilmuwan dalam perolehan keturunan yang banyak mengundang pro dankontra. Diawali dengan lahirnya Dolly di Skotlandia sampai isu lahirnya bayi perempuan hasil kloningbernama Eve. Kloning banyak mendapat kontra dari masyarakat, terutama dalam kloning manusia Kloning pada hewan ternak digunakan untuk meningkatkan jumlah makanan bagi manusia Menurut Greger "Hewan hasil kloning selain dapat menghasilkan susu ataupun daging dengan kualitasyang lebih baik juga akan mengkloning penyakit atau kondisi penyakit lainnya yang ada kaitan denganproduktivitas. Kloning terapeutik dipandang dr segi 4 basic moral principle: Autonomy: Para penderita penyakitkronis, seperti gagal ginjal, memiliki harapan baru untuk sembuh dari penyakitnya dengan melakukankloning theurapeutik. Duplikasi organ tubuh yang diperoleh dengan kloning theurapeutik menjadi solusiatas donor organ yang sering menimbulkan penolakan oleh sistem imun.

Pihak lain tidak dapatmencegah tindakan ini karena para penderita penyakit kronis berhak untuk mendapatkan kualitas hidupyang lebih baik. Justice: Kloning theurapeutik memerlukan biaya yang sangat besar sehinggapemanfaatannya hanya bisa dilakukan oleh orang dengan kemampuan finansial yang cukup.Pengembangan Kt dapat menjadi solusi atas jual beli organ tubuh ilegal, seperti penjualan ginjal secarailegal yang marak terjadi. Beneficence: Organ yang dihasilkan dari kloning theurapeutik tidak akanmenimbulkan penolakan sistem imun jika diberikan pada pelaku kloning. Kloning theurapeutik dinilailebih aman daripada donor organ meskipun dari keluarga sendiri. Nonmalficence: Timbul isu bahwakloning theurapeutik akan dikembangkan sebagaimana kloning reproduksi yakni dengan membentukindividu baru. Individu hasil kloning tersebut diambil organnya untuk mengganti organ yang rusak padapelaku kloning. Tindakan ini dinilai tidak manusiawi karena hidup seseorang sengaja dikorbankan demikehidupan orang lain. Kesimpulan: Kloning boleh dilakukan pada hewan selama tidak menyiksa hewan danmemperlakukan hewan dengan baik 32. Aspek etik penggunaan senjata nuklir: Penggunaan yg menyimpang adlh untuk memusnahkan makhlum hidup yg jelas2 tdk etis. Pdhlsesungguhnya bila dimanfaatkan dg benar, nuklir dpt dimanfaatkan dlm kehidupan kedokteran, energi,dan industri (asalkan limbah diolah, dikelola, & diawasi dg ketat). Keuntungan: menggantikan kekurangan sumber energi dunia yg slm ini menggunakan minyak danbatu bara, limbah nuklir yg dikelola dg baik tdk mencemari udara dan lingkungan sekitar, penggunaanenergi nuklir menggunakan bahan mentah lbh sedikit drpd penggunaan bahan mentah yg digunakan pdenergi yg berasal dr minyak tanah Kerugian: penggunaan energi nuklir menghasilkan radiasi yg membahayakan umat manusia,munculnya efek meltdown-dmn proses pendinginan tongkat uranium (yg mrpk bahan mentah dari reaksinuklir) terganggu/tdk berhasil, sehingga tongkat uranium akan mengalami peningkatan suhu yg dptmencapai 2800 o C. Tongkat uranium ini akan meleleh dan dg mudah akan menyebar menembus segalasesuatu yg ia lalui, yg otomatis akan menyebarkan radiasi dan suhu panas yg membahayakan umatmanusia, msh terbatasnya jmllh tempat pembuangan limbah nuklirDR.Dr.Purwantyastuti, MSc, SpFK 33. Apa yg dimaksud dg kompetensi, dan apa hubungannya dg profesionalisme dokter? Yg dimaksud dg kompetensi (lihat penjelasan no26). Sedangkan profesionalisme dpt dijelaskan sbgsuatu karakter/ semangat/ metode yg mengikuti kaidah/norma2 profesi yg berlaku. Profesionalisme hrsditunjukkan oleh para profesional, untuk membedakan mrk dr para amatir. Dlm dunia kedokteran, kompetensi merupakan salah 1 ciri dr seorang dokter yg profesional. Dmnkemampuan komunikasi, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, emosi dan nilai2 yg dianut harusmengutamakan kepentingan pasien dan komunitas yg dilayani. Kompetensi dibangun

berdasarkanketerampilan klinis dasar, ilmu pengetahuan, dan moral, yg sebaiknya dikembangkan terusmenerus.34. Jelaskan karakteristik dokter yg profesional! Berkompeten melakukan profesinya sesuai dg latar blkg pengetahuan (knowledge), keahlian(skill), dan perilakunya (attitudes). Berkompeten (competence) berbeda dg mampu (capable). Pd capable,dokter mampu melakukan semua pekerjaan dg baik & benar (personal capability). Sedangkan pdcompetence, dokter mampu melakukan pekerjaan dan berperan sesuai dg yg diharapkan pasien. Accountability dpt dipercaya bahwa yg dilakukan dpt dilihat bahwa sesuai dg standart yg berlaku Ethics segala tindakan yg diambil memiliki nilai moral bagi dirinya, bgmn memperlakukan masysesuai dg aturan yg ditentukan oleh profesi Altruism rasa pengabdian diri pada pasien, dimana kepentingan pasien dan masy diutamakan Collegiality adalah sopan santun antara teman seprofesi. Diharapkan bahwa antar temanseprofesi dpt saling bekerjasama & saling menghargai demi kepentingan pasien.35. Apa persamaan dan perbedaan dari Ponari dan dokter? (Jawab max 3 kalimat) Ponari adlh nama seorang anak kecil di jawa timur, yg diakui masy punya kemampuan untukmenyembuhkan segala bentuk penyakit. Kemampuan ini ddpt stlh Ponari tersambar petir, lalu mendapatsebuah batu di atas kepalanya. Batu inilah yg diyakini memiliki kemampuan untuk menyembuhkan/ Persamaan: sama2 diakui masyarakat sbg penyembuh (capable) Perbedaan: ponari dianggap capable, sedangkan dokter dianggap competence 36. Beri contoh collegiality dlm profesionalisme yg tdk mengganggu altruizm! Seorang SpJP merujuk pasien CHF dg sirosis hati ke SpPD untuk mengobati sirosisnya Kerjasama para dokter dalam tim untuk mengobati seorang pasien dg multiple disesaseProf.DR.Dr.Daldyono, SpPD37. Buatlah ilustrasi yg menunjukkan bhw ilmu kedokteran sarat dg nilai Ilmu kedokteran sarat dg nilai yg tdd dr: nilai etika (baik dan buruk), nilai spiritual (nilai ketuhanan,nilai yg sesuai dg ajaran agama), nilai logika (benar/salah), aksiologi (berguna/tdk berguna). Contoh: pdkasus ibu yg ingin menggugurkan kandungannya, kasus2 malpraktek (mis.ninggalin kasa di dalam perutpost-sc) telaah dari 4 sisi nilai tsb...ngemengnya nanti aja wkt ujian yaaa...Dr.Yuli dkk38. Apa yg dimaksud dg medikolegal, berikut dg ruang lingkupnya? Medikolegal adlh aspek2 medis yg berkaitan dg hukum. Ruang lingkupnya adlh: (1)Etik berkaitandg penalaran, pembenaran, dan konflik moral diri pribadi dalam membuat keputusan etis. Norma2 etikadlh: kaidah pribadi, dibuat masy, sifat ideal, tentang baik/buruk, dlm btk kode, sanksi moral (2)Disiplin berkaitan dg konflik antara individu dg klmpknya (3)Hukum berkaitan dg konflik antara individu dgmasyarakat atau dg peraturan atau dg individu lain. Norma2 hukum adlh: kaidah antar-pribadi, dibuatpenguasa, sifat aktual, ttg benar/salah, peraturan per-UU-an, sanksi dpt dipaksakan39. Apa yg dimaksud dg IP?

Sesungguhnya sulit untuk merumuskan definisi dr IP krn sifatnya yg dinamis, tergantung pdlingkungan dimana manusia berada, dan tergantung dari sejarah kehidupan manusia sendiri ygberbeda2. Pengetahuan tidak sama dengan ilmu. Pengetahuan mrpk kumpulan pengalaman, sedangkan

ilmu tdd objek material (mis.anatomi adalah objek material kedokteran) dan objek formal (metode untukmempelajari anatomi). Pengetahuan mrpk segalanya yg kita ketahui ttg objek ttt, tmsk ilmu ddlmnya, jdilmu mrpk bag dr pengetahuan. Adapun arti dr IP itu sendiri mnrt Sutrisno Hadi adlh kumpulanpengalaman dan pengetahuan dr sjmlh org yg dipadukan scr harmonis & teratur. Rumusan ini blmmemuaskan. Perumusan IP diusulkan agar lebih didasarkan pd pdkt lngs, yi dg mjelaskan fungsi dantujuan IP. Adapun fungsi dr IP adalah meningkatkan kehidupan manusia & tujuan IP adlh memperbaikiderajat hidup manusia. Kerlinger (1973) melihat fungsi IP dari segi lain, terutama dr sudut fenomena alam sbg sumber IP,shg tujuan dasar IP yaitu: mengamati (observation), menjelaskan (explaining), mengendalikan fenomenaalam (controlling), & meramal (predicting). Cth dlm bid kedokteran adalah: pengamatan-bdsrkan hasil PF,lab, dll, diagnosis-mjelaskan perihal penyakitnya, terapi-usaha mengendalikan penyakit, dan prognosismeramal perkembangan pasien pasca pengobatan. IP bukanlah segalanya. IP tidak selalu berhasil mengendalikan fenomena alam sesuai dg kemauanmanusia (mis.mengatur musim hujan, mengendalikan cuaca, mengendalikan bbg macam penyakit). Dptdisimpulkan bahwa sifat IP yg dinamis dan sulit didefinisikan sebenarnya mengandung fungsi & tjuanuntuk memberikan manfaat, kenikmatan, serta kesejahteraan bagi umat manusia. 40. Bgmn konsep patient for patient safety (PFPS)? PFPS menitikberatkan pada peran sentral pasien dan konsumen untuk meningkatkan kualitas dankeamanan di bidang kesehatan. Ini mrpk program dari WHO yang bertujuan untuk meningkatkankeselamatan pasien di seluruh dunia, dg melibatkan pasien scr aktif sbg partner kerja.41. Bgmn cara menganalisa keuntungan dan kerugian suatu penelitian? Penelitian mrpk cara yg ditempuh untuk dapat membuktikan landasan suatu hipotesa yg dibuat.Hipotesa sendiri mrpk suatu pernyataan yg dibentuk berdasarkan landasan teori2, fakta, dan pemikiran.Penelitian sendiri memiliki 2 sisi yg berbeda. Di satu sisi penelitian dpt memberi dampak positif,sementara di sisi lain dpt memberi dampak negatif. Karena itu perlu diciptakan rancangan penelitian ygmatang, agar dpt meminimalisasi kerugian yg ditimbulkan. Untuk dpt menganalisa suatu penelitia(keuntungan, kerugian, dan aspek2 lain(, diperlukan adanya suatu komite independen penelitian ygdimiliki oleh semua bid IP, yg membawahi ilmu pengetahuannya masing2. Komite ini memiliki hak-hakistimewa untuk emngontrol suatu penelitian, mencegahnya dari menciptakan kerugian2 yg tdkdiinginkan, dan menjaganya pd alur dan arah yg diinginkan, pd setiap fase penelitian.42. Seorang laki2 berumur 54 th dibawa ke UGD RS kab X oleh istrinya dg nyeri dada sejak 30 mnt yl.Bla3..intinya si istri repot urus admin, dokter jaga sibuk konsul, perawat sibuk mempersiapkan alat EKG di r.lain.Si pasien yg udah ditaruh di atas bed dg selang oksigen, ingin mencari istrinya, namun terjatuh dr bed. Jika tnyt pasien itu tdk cedera serius dan msh hidup, dilaporkan sbg apa? KTD (kejadian tdkdiharapkan/adverse event) Apkh kejadian tsb bs dinyatakan sbg medical error? Tidak, krn cidera yg dialami pasien tdkberhubungan dg asuhan medik

Bgmn mencegah kejadian spt itu? Pemasangan tali bed pd tmpt tidur, menambah jmlh perawat shgpasien tdk dibiarkan sendirian Selain jatuh, hal apa lagi yg berpotensi membahayakan keselamatan pasien? Keterlambatanpenanganan pasien shg kondisi memburuk, pasien meninggal tnp ada yg tahu

KRITIKILMU-ILMU
Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil. Pada zaman Yunani kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti, ilmu pesawat dan kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih dipandang sebagai seni atau keahlian. Mulai zaman renaisans (sekitar 1800 dan sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang kebanyakan sekarang. Seperti sosiologi, psikologi dan psikoanalisis yang masih muda. Dan ada yang lebih muda lagi seperti ilmu ekologi (ilmu keseimbangan lingkungan hidup). Ilmu dibagi menjadi tiga kelompok : 1. Ilmu-ilmu formal 2. Ilmu-ilmu empiris formal 3. Ilmu-ilmu hermeneutis :Matematika, logika, dll :Ilmu alam, ilmu hayati, dll :Sejarah, ekonomi, dll

Beberapa orang mengatakan bahwa ilmu hermeneutis tidak ilmiah karena disini tidak dicapai kepastian. Misalkan sejarah, disini tidak diterangkan sesuatu melainkan hanya dimengerti sesuatu, hanya diberikan fakta-fakta dan tidak pernah dicapai suatu kepastian bahwa fakta ini benar. Orang lain mengatakan bahwa ilmu-ilmu empiris formal memang selalu bersifat hipotesis sehingga antara ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu hermeneutis tidak begitu penting. Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang termasuk kritik ilmu-ilmu. Teori-teori tentang pembagian ilmu-ilmu,tentang metode ilmu-ilmu, tentang dasar kepastian dan tentang jenis-jenis keterangan yang diberikan, tidak lagi termasuk bidang ilmu pengetahuan sendiri, melainkan merupakan suatu cabang dari filsafat.

METAFISIKA UMUM Dalam logika diajarkan suatu prinsip yang mengajarkan: "makin besar ekstensi suatu istilah atau pernyataan, makin kecil komprehensi istilah atau pernyataan itu". Artinya, isi (komprehensi) suatu kata atau kalimat menjadi sangat kecil kalau luasnya (ekstensi) kata atau kalimat itu sangat besar, dan sebaliknya. Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. Lalu itu hanya mungkin kalau komprehensi perkataan-perkataannya kecil sekali. Metafisika umum hanya berbicara tentang segala sesuatu sejauh itu "ada". "Adanya" segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan

makhluk-makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu. Semua benda, tumbuhtumbuhan, binatang, dan orang merupakan suatu "pengada". Kata Yunani untuk "pengada" adalah on (genetif: ontos). Oleh karena itu. Pengetahuan tentang pengada-pengada, sejauh mereka ada, disebut ontologi. Jenis ontologi ini, dari satu pihak,menarik karena disini ditemukan kemungkinan untuk menterjemahkan istilah-istilah pokok dari agama-agama dalam istilah-istilah falsafi. Dari lain pihak, jenis ontologi ini juga dikritik karena Allah sebagai "Mengada" manusia tidak dapat berlutut, dan kepada Letting-be ia tidak dapat berdoa. Jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan. Jenis kepercayaan ontologi ada empat: Ateisme (Yunani: a- 'bukan', theos 'Allah') mengajarkan bahwa Allah itu tidak ada dan manusia sendirian dalam kosmos Agnostisisme (Yunani: a- 'bukan', gnosis 'pengetahuan') mengajarkan bahwa tidak dapat diketahui apakah Allah itu ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang Allah selalu terbuka Panteisme (Yunani: pan 'segala sesuatu', theos 'Allah') mengajarkan bahwa seluruh kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara Pencipta dan ciptaannya Teisme mengajarkan bahwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan ciptaannya Metafisika umum merupakan cabang yang sangat problematis pada saat sekarang. Banyak filsuf yang mengatakan bahwa cabang ini tidak mungkin karena manusia sudah melewati batas-batas kemungkinan akal budinya.

TEOLOGI METAFISIK Metafisika khusus terdiri dari teologimetafisik, antropologi, dan kosmologi. Teologi metafisik berhubungan erat dengan ontologi. Dalam teologi metafisik diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu. Yang dapat dikatakan tentang Allah, lepas dari agama, tentu saja tidak banyak. Teologi metafisik hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang sangat sederhana dan abstrak. Namun, yang sedikit ini sangatlah berguna dalam dialog dengan agama, agnostisisme, panteisme, dan ateisme. Orang lain yang berpendapat berbeda tentang Allah tidak akan menerima argumenargumen yang berasal dari teologi yang terikat pada "wahyu" khusus, tetapi mereka akan menerima argumen-argumen yang berdasarkan akal budi, karena akal budi adalah milik umum. Teologi metafisik sekarang ini masih tetap merupakan usaha untuk menciptakan ruang dialog antara iman dan akal budi. Sekarang, dialog ini lebih bersifat dialog dengan ateisme.

ANTROPOLOGI

Setiap filsafat mengandung secara eksplisit atau implisit suatu pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia, dengan sesama. Menurut Immanuel Kant, pertanyaan "Siapakah manusia?" merupakan pertanyaan satusatunya dari filsafat. Semua pertanyaan lain dapat dikembalikan kepada pertanyaan ini. Manusia hidup dalam banyak dimensi sekaligus. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa, manusia mempunyai kehendak dan pengertian. Manusia merupakan seorang individu, tetapi tidak dapat hidup lepas dari orang lain. Semua dimensi ini, semua pikiran dan kegiatan manusiawi, berkumpul dalam satu kata, yaitu "aku". Kata "aku" dipakai sebagai titik simpul dari banyak hal sekaligus. Akan tetapi kata ini yang begitu mudah digunakan dan terlihat sederhana untuk dipahami. Dibelakang kata "aku" terdapat suatu pribadi dan penuh relasi-relasi sejarah, kegembiraan dan penderitaan, harapan dan keputusasaan, suatu pandangan tentang dunia, sesama dan tujuan hidup. Sekitar tahun 1500 manusia betul-betul menjadi titik pusat dari filsafat. Sejak zaman renaisans manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak,kebebasan, dan dunia. Terlihat dalam seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir sejak zaman renaisans.

You might also like