You are on page 1of 86

MODUL

MATA KULIAH BIOLOGI DASAR

FOTOSINTESIS

Oleh : Dra. Rini Pramesti, MSi

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2007

A. PENDAHULUAN
Organisme hidup (tumbuhan) dapat dikelompokkan berdasarkan sumber energi dan sumber karbonnya. Karbon ini merupakan bahan yang sangat penting yang diperlukan oleh organisme. Kita ketahui bahwa energi yang ada di alam terdapat dalam beberapa bentuk energi, namun hanya ada dua bentuk energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi organisme hidup. Energi tersebut yaitu energi cahaya dan energi kimia. Organisme yang dapat menggunakan energi cahaya untuk mensintesis keperluan organiknya disebut fototrof atau fototrofik, sedangkan organisme yang dapat mensintesis keperluan organiknya dari energi kimia disebut kemotrof atau kemotrofik. Ciri karakteristik dari fototrof yaitu adanya pigmen hijau daun atau klorofil. Adapun fungsi dari klorofil ini sebagai penyerap energi cahaya menjadi energi kimia. Istilah lain untuk fototrofisme yaitu fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis terjadi di daun walaupun klorofil dapat ditemukan di buah, daun, akar bahkan di batang. Pada organisme yang dikelompokkan berdasarkan sumber karbon anorganik, yaitu karbondioksida (CO2) organismenya disebut autotrof atau autotrofik dan sumber karbonnya anorganik disebut heterotrof atau heterotrofik. Berbeda dengan heterotrof, autotrof mensintesis keperluan organiknya dari bahan anorganik sederhana.

B. FOTOSINTESIS Secara langsung maupun secara tidak langsung, semua kehidupan di bumi ini sangat tergantung dengan adanya fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan cahaya dan klorofil. Reaksi secara umum dari fotosintesis ini adalah :

Energi cahaya n CO2 + n H2O -------------------------------------------- (CH2O)n + n O2 klorofil

C. STRUKTUR KLOROPLAS
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap, yang sifat dari membrane tersebut diferensial permeabel. Didalam cairan kloroplas (yang disebut matriks) terdapat lembaran lembaran rangkap yang dikenal dengan tilakoid. Tilakoid ini membentuk semacam cakram yang membatasi lumen tilakoid. Cakram bertumpuk-tumpuk membentuk granum. Membran tilakoid yang menghubungkan grana dinamakan lamela stroma (lihat gambar 1). Reaksi cahaya (penangkapan energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia) berlangsung di grana dan fiksasi CO2 berlangsung di stroma. Didalam kloroplas terdapat pigmen-pigmen yang diperlukan pada fotosintesis dan enzimenzim yang diperlukan pada reaksi fotosintesis.

Kloroplas terbentuk dari proplastida atau dari pembelahan kloroplas yang telah dewasa. Proplastida adalah organela yang tidak berwarna, lebih kecil dari kloroplas dan tidak mempunyai grana. Pembelahan proplastida menjadi kloroplas bersamaan dengan pembelahan sel-sel mesofil. Proses pembentukan membran stroma dan grana ini diawali dengan terbentuknya badan prolamelar. Apabila badan prolamelar ini terkena cahaya akan hilang, sintesis klorofil dimulai dan grana akan terbentuk. Pigmen yang paling banyak dalam kloroplas adalah klorofil. Struktur molekul klorofil, tediri atas porfirin yang sama strukturnya dengan porfirin heme yang membentuk gugus prostetik pada hemoglobin, mioglobin dan enzim sitokrom. Perbedaaan utama antara klorofil dan heme adalah adanya : atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah-tengah cincin porfirin dan rantai samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (lihat gambar 2) Ada bermacam-macam klorofil dan jenis klorofil tergantung pada rantai simpang yang mengikat inti porfirinnya (klorofil a, b, c, d dan e). Tetapi yang berperan

dalam fotosintesis yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil antara kedua

klorofil itu tampak pada (Gambar 2). Pada sel tumbuhan keduanya terikat pada protein.

Klorofil adalah pigmen karena menyerap cahaya, yaitu radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible) (Gambar 3). Cahaya putih / tampak merupakan sebagian kecil dari cahaya yang sampai ke bumi.

Molekul yang mengabsorpsi cahaya tampak adalah pigmen berwarna atau hitam. Elektron yang tereksitasi umumnya adalah elektron yang mobil yang berasosiasi dengan ikatan rangkap yang tidak jenuh, misalnya adalah klorofil. Molekul ini mempunyai tingkat ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya dengan efisien, terutama cahaya biru dan cahaya merah. Cahaya mempunyai dua sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat partikel cahaya umumya dinyatakan dalam foton atau kuanta, yaitu suatu paket energi yang mempunyai ciri tersendiri, yang masing-masing foton mempunyai panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang

gelombang. Jadi panjang gelombang ungu dan biru mempunyai energi foton yang lebih tinggi daripada cahaya jingga (orange) dan merah. Prinsip mendasar dari absorpsi cahaya adalah setiap molekul hanya dapat menyerap satu foton, dan foton ini meyebabkan tereksitasinya hanya satu electron. Elektron yang dalam keadaan dasar (ground state) stabil pada suatu orbit biasanya tereksitasi, dipindahkan menjauhi keadaan dasarnya (orbit tersebut) dengan jarak (ke orbit lain) sesuai dengan energi foton yang diabsorpsinya. Jika yang menyerap energi foton itu adalah molekul klorofil atau pigmen yang lain, maka molekul itu akan berada dalam keadaan tereksitasi, dan energi eksitasi inilah yang digunakan dalam proses fotosintesis. Klorofil atau pigmen yang lain itu akan tetap dalam keadaan eksitasi dalam waktu yang singkat, biasanya 10-9 detik atau malahan kurang dari itu. Energi eksitasi akan hilang pada waktu elektron kembali ke orbitnya semula. Energi eksitasi yang diinduksi dalam suatu molekul atau atom oleh satu foton dapat hilang dengan tiga cara yaitu :

energi dapat hilang sebagai panas / kalor energi hilang sebagai panas dan sisanya sebagai cahaya tampak dengan panjang gelombang lebih panjang dari panjang gelombang yang diabsorpsi, dan ini dikenal sebagai fluoresensi. Fluoresensi klorofil dapat dilihat sebagai cahaya merah jika suatu larutan pigmen yang pekat disinari dengan cahaya biru atau ultraviolet. Fuoresensi klorofil dalam daun tidak mudah terlihat, karena sebagian besar energi eksitasi digunakan untuk proses fotosintesis.

Energi dapat digunakan untuk melakukan suatu reaksi kimia. Fotosintesis adalah hasil dari proses yang ketiga. Senyawa kimia yang penting dalam mengubah energi cahaya menjadi energi

kimia pada tumbuhan adalah pigmen-pigmen yang terdapat didalam kloroplas. .Melalui pigmen inilah cahaya memulai proses fotosintsis. Pada sel tumbuhan selain terdapat klorofil a dan b juga diketemukan karotenoid. Karotenoid yang paling banyak dijumpai adalah santofil dan karoten. Adapun fungsi karotenoid ini adalah : melindungi klorofil dari fotooksidasi pada penyinaran yang terlalu kuat membantu klorofil dalam menangkap dan mentransfer energi cahaya.

Sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah terutama pada beberapa jenis makroalga bentik (seaweed) selain klorofil juga diketemukan pigmen assesoris atau pigmen tambahan yaitu fukosianin pada algae coklat dan fikoeritrin yang terdapat pada algae merah. Fotosintesis memerlukan energi eksitasi dari berbagai pigmen dipindahkan ke pigmen pengumpul energi, yaitu ke satu pusat reaksi yang mana dalam proses fotosintesis ini terdapat 2 (dua) macam pusat reaksi dalam tilakoid yang keduanya terdiri dari molekul klorofil a. Energi dalam pigmen yang tereksitasi dapat dipindahkan ke pigmen

disebelahnya dan dari sana ke pigmen yang lain lagi dan seterusnya secara resonansi induktif sehingga akhirnya energi mencapai pusat reaksi.

D. PENGARUH PENINGKATAN EMERSON ( EMERSON ENHANCEMENT EFFECT )


Pada tahun 1950, Emerson meneliti sebab tidak efektifnya cahaya merah dengan gelombang yang lebih panjang dari 680 nm dalam melaksanakan fotosintesis, walaupun sebagian besar panjang gelombang tersebut diabsorpsi oleh klorofil in vitro. Emerson dan kawan-kawan menemukan bahwa jika cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek ditambahkan pada saat yang sama dengan panjang gelombang merah yang lebih panjang, fotosintesis akan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan, yaitu lebih besar dari hasil penjumlahan laju fotosintesis yang diperoleh jika masing-masing warna digunakan secara terpisah. Sinergisme atau peningkatan ini disebut pengaruh peningkatan Emerson. Didalam kloroplas, pigmen berkelompok membentuk satuan-satuan yang dinamakan fotosistem. Tiap kloroplas selalu mempunyai dua macam fotosistem yang bekerjasama dalam penangkapan energi cahaya. Susunan Fotosistem I yaitu klorofil a, sedikit klorofil b dan karotenoid dengan pusat penangkapan P 700 (yaitu molekul klorofil a yang mempunyai penyerapan maksimum 703 nm). Sedangkan Fotosistem II mengandung klorofil b lebih banyak dengan pusat penangkap P 680 nm. Elektron yang terlepas dari molekul klorofil pusat penangkap energi (P 700 atau P 680) akan menyebabkan terjadinya transport elektron. Dalam perjalanannya ke keadaan semula (ground state) elektron ini melalui sejumlah

senyawa dan pada waktu itu dibebaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP atau NADPH + H+. Proses ini dinamakan fosforilasi fotosintetik, sedangkan ATP dan NADPH + H+ dinamakan tenaga asimilasi. Proses fosforilasi fotosintetik atau fotofosforilasi dibagi menjadi 2 jenis, tergantung dari sumber elektron untuk mengembalikan klorofil ke keadaan semula (ground state), yaitu : 1. Fotofosforilasi non siklik Dinamakan juga transport elektron non siklik karena terjadi arus elektron bersamaan di dalam tilakoid yaitu pada fotosistem II, fotosistem I dan fotolisis air sehingga dihasilkan ATP dan NADPH2 (lihat gambar 4). Lebih jelasnya pada fotofosforilasi non-siklik aliran electron dari H2O ke feridoksin melalui pembawa elektron memerlukan keikutsertaan kedua sistem piogmen dan menghasilkan ATP. Artinya kelebihan energi electron hasil absorpsi foton digunakan untuk sintesis ikatan fosfat bernergi tinggi. Kemungkinan sintesis ATP adalah antara sitokrom B6 dan sitokrom f. Elektron dari H2O diangkut satu arah ke feridoksin dan akhirnya digunakan untuk mereduksi NADP. Elektron tidak didaurkan tetapi digunakan oleh reaksi fiksasi CO2. Jadi sintesis ATP yang terjadi menurut cara aliran elektron ini disebut

fotofosforilasi non-siklik.

2. Fotofosforilasi siklik

Jika kloroplas menerima cahaya dengan panjang gelombang diatas 680 nm, maka yang diaktifkan hanya fotosistem I. Elektron tidak terbentuk dari penguraian H2O sehingga pada reaksi ini tidak terjadi O2. NADP juga tidak mampu menyerap elektron sehingga elektron itu diteruskan ke sitokrom b6 dan selanjutnya lewat plastoquinon (PQ), sitokrom f dan plastosianin dan kembali ke P 700 (dari fotosistem I). Pada transport elektron ini hanya dihasilkan ATP. Untuk mendapatkan gambaran yang tlebih jelas tentang transport ini dapat dilihat pada skema Z (lihat gambar 4).

3. Fotofosforilasi pseudosiklik

Umumnya dianggap bahwa Oksigen direduksi oleh Fotosistem II menjadi hydrogen peroksida, tetapi electron dapat juga melalui Feridoxin yang dalam hal ini tidak terbentuk NADPH dan Oksigen diserap. Penyerapan ini terjadi karena pada reaksi fotolisis air (reaksi Hill) hanya dihasilkan O2, padahal untuk membentuk hydrogen peroksida diperlukan O2 H2O ----------------------------------------------- O2 + 2e + 2H+ O2 + 2e + 2H+ --------------------------------- H2O + 1/ 2 O2 --------------------------------- H2O2 H2O2

E. KARBOKSILASI FOTOSINTETIK Setelah tenaga asimilasi (ATP dan NADPH) diperoleh dari reaksi cahaya, tenaga ini digunakan untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat. Untuk mengetahui tahap tahap reaksi kimia ini digunakan cara autoradiografi dan kromatografi 2 dimensi. Dengan menggunakan isotop C 14 dan dengan mengubah-ubah waktu antara awal pemberian cahaya dan pematian, kemudian senyawa yang diperoleh dianalisis dengan kromatografi dapat diketahui senyawa-senyawa yang dapat dihasilkan. Reaksi yang terjadi secara sederhana adalah : 6CO2 + 18 ATP + 12 NADPH ---------- F 6 P + 18 ADP + 17 Pi Dari data percobaan pada berbagai jenis tumbuhan diketahui fotosintesis melalui beberapa jalur reaksi :

1. Jalur Calvin Benson (Jalur C-3)

Reaksi dari jalur ini beserta enzim- enzimnya dapat dilihat pada gambar 5. Dari reaksi ini terlihat bahwa satu molekul triosa (fosfogliseraldehida, PGAL) dibentuk dari fiksasi tiga molekul CO2. Karena senyawa pertama yang dihasilkan adalah senyawa berkarbon tiga (asam fosfogliserat, APG) maka daur reaksi disebut daur C-3, dan tumbuhan yang melaksanakan daur ini dinamakan tumbuhan C-3. Pada jalur ini dapat dilihat bahwa reaksi pertamanya merupakan reaksi antara CO2 dengan RuBP (Ribolase 1, 5 bi phosphate) menghasilkan 2 APG (Asam fosfogliserat) dan selanjutnya sebagian APG diubah menjadi karbohidrat. Pada saat yang sama mungkin RuBP tidak bereaksi dengan CO2 tetapi dengan O2. Karena berlangsung secara bersamaan dengan fotosintesis (dalam cahaya) dinamakan fotorespirasi.

2. Jalur Hatch Slack ( jalur C 4) Pada beberapa jenis tumbuhan diketahui bahwa senyawa pertama yang dihasilkan bukan PGA tetapi asam dikarboksilat dengan rantai C - 4. Diketemukan bahwa CO2 diikat oleh fosfo enol piruvat (PEP) menjadi asam oksaloasetat. Tumbuhan yang melakukan karboksilasi jalur C 4 ini mempunyai struktur anatomi daun yang khusus disebut tipe Kranz, yaitu berkas pengangkut pada daun dibungkus oleh selubung berkas pengangkut yang terdiri dari sel sel parenkhim besar yang berisi kloroplas. Reaksi karboksilasi berlangsung di dua bagian yaitu di kloroplas mesofil dan di kloroplas sel selubung berkas pengangkut. Bagan reaksinya dapat dilihat pada gambar 5.

3. Jalur Crassulacean Acid Metabolism Tumbuhan sukulenta menunjukkan penimbunan asam organik dan penurunan pH cairan selnya pada malam hari. Tumbuhan kelompok ini stomatanya membuka pada waktu gelap dan menutup waktu terang, sehingga penambatan CO2 berlangsung pada waktu gelap. Untuk mengadaptasi terhadap keadaan ini tumbuhan melakukan karboksilasi fotosintetik dengan cara Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Nama ini diberikan karena sebagian besar metabolisme ini dilakukan oleh tumbuhan anggota familia Crassulaceae. Tanda-tanda tumbuhan kelompok ini adalah : Stomata membuka dalam gelap, sehingga transpirasi berlangsung selama periode gelap.

Penyerapan CO2 dalam gelap, pH turun dalam gelap. Kandungan amilum turun dalam gelap.

Pada dasarnya jalur CAM serupa dengan C - 4. Bagan berikut menunjukkan jalur penangkapan CO2 dan penggunaannya pada waktu terang.

F. KEMOSINTESIS Organisme kemosintetik (kemoautotrof) adalah bakteri yang menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon tetapi memperoleh energi dari reaksi kimia dan bukan dari cahaya. Energi diperoleh dari hasil oksidasi metabolit anorganik yang diserap dari lingkungan seperti hidrogen, hidrogen sulfide, sulfur (belerang), besi, ammonia dan nitrit. Metabolit anorganik tersebut bergabung dengan oksigen di dalam sel dan dihasilkan energi dan berbagai bahan anorganik sebagai hasil sampingan. Energi yang dihasilkan digunakan untuk pembentukkan makanan dan sebagai bahan baku anorganik adalah air dan CO2. Pola umum reaksinya adalah :

oksigen Metabolit anorganik ---------------------------- E H2O -------------------H2 CO2 ------------------karbohidrat O2 hasil samping anorganik

Sejumlah spesies bakteri tidak berwarna dan aerob mampu mensintesis karbohidrat dengan menggunakan energi yang berasal dari reaksi oksidasi. Diantara

bakteri itu adalah bakteri sulfur tidak berpigmen yang mengoksidasi sulfida menjadi sulfat; bakteri besi yang mengoksidasi ferrohidroksida menjadi ferrihidroksida; bakteri nitrofikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis


Seperti halnya proses metabolisme yang lain, maka fotosintesis juga dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor dalam maupun dari faktor luar yang sulit dipisahkan dengan tegas. Pada umumnya faktor tersebut yaitu : - Faktor dalam 1. Kandungan klorofil, karena pigmen ini langsung berperan pada penangkapan energi, sehingga jumlah klorofil dapat menentukan kecepatan reaksi fotosintesis. 2. Morfologi daun, termasuk kerapatan tulang daun, permukaan daun (mengkilat atau tidak) 3. Anatomi daun, struktur anatomi mempengaruhi fotosintesis secara tidak langsung, karena dapat mempengaruhi kecepatan difusi CO2 dan lewatnya cahaya pada mesofil daun. 4. Faktor protoplasma, suatu tumbuhan jika dipindahkan dari gelap ke terang tidak segera mampu mengadakan fotosintesis. Hal ini disebabkan perlu waktu untuk persiapan. Faktor ini tidak jelas, mungkin untuk sintesis enzim-enzim yang diperlukan pada fotosintesis.

5. Akumulasi fotosintat, jika translokasi fotosintesis dari daun terhambat (misalnya defisiensi vitamin B) maka akan terjadi penimbunan glukose dalam kloroplas. Kandungan glukose yang tinggi akan menghambat reaksi fotosintesis.

- Faktor luar 1. Cahaya, pengaruhnya lewat intensitasnya, kualitasnya, lama penyinaran, besarnya pantulan dan lain - lain. Secara tidak langsung mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata, sehingga mempengaruhi difusi CO2 untuk fotosintesis. 2. Temperatur, temperature optimum 35o dan pada tumbuhan C - 4 lebih tinggi sehingga cocok untuk daerah tropika. 3. Air, walaupun air merupakan bahan dasar untuk fotosintesis tetapi pengaruhnya tidak langsung yaitu membuka dan menutupnya stomata. 4. Oksigen, oksigen merupakan hasil tambahan fotosintesis dan jika berada dalam jumlah besar akan menghambat fotosintesis terutama lewat fotorespirasi. 5. Zat hara mineral, berbagai unsur hara diperlukan untuk sintesis klorofil, koenzim dan berbagai enzim yang diperlukan untuk fotosintesis. 6. Karbondioksida, merupakan bahan dasar fotosintesis, tetapi jika diberikan dalam jumlah besar akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 yang tinggi akan menurunkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 tinggi akan menurunkan pH cairan sel, stomata akan menutup.

Bahan Soal :
1. Apa yang saudara ketahui tentang : a. klorofil b. fotofosforilasi non siklik c. fotofosforilasi siklik 2. Sebutkan perbedaan antara fotosintesis dan kemosintesis ? 3. Jelaskan mengapa dengan kenaikkan intensitas cahaya tidak selalu menaikkan kecepatan fotosintesis

Jawab : 1.a. Klorofil adalah pigmen hijau daun yang berfungsi sebagai penyerap cahaya b. Fotofosforilase non siklik yaitu pada fotosistem II akan dihasilkan ATP dan NADPH sedangkan pada fotosistem I hanya dihasilkan ATP saja yang mana energi yang dihasilkan akan lebih besar pada fotosistem II tetapi kedua fotosistem ini harus bekerjasama untuk dapat menghasilkan energi yang besar. c. Fotofosforilase siklik atau fotosistem I hanya akan dihasilkan ATP saja, yang mana energi ini tidak dapat mengikat CO2, sehingga energi akan dibalikkan ke Quinon, Plastoquinon, Citokrom f dan kembali lagi ke P700.

2. Fotosintesis, yaitu proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik yang berupa CO2 dan H2O dengan menggunakan sinar matahari. Kemosintesis, yaitu proses pembentukan bahan organic dari bahan anorganik dengan menggunakan reaksi kimia sebagai sumber energinya bukan dari sinar matahari.

3. Karena pada suatu saat fotosintensis tidak menggunakan sinar matahari sebagai sumber energinya yaitu pada reaksi gelap yang mana pada saat ini sinar matahari tetap ada tetapi tidak digunakan untuk proses fotosintesis. Selain itu dengan kenaikkan intensitas matahari kemungkinan akan merusak klorofil karena klorofil adalah berupa protein / enzim yang mudah rusak dengan temperatur yang tinggi.

RESPIRASI SEL DAN FERMENTASI

Pada proses fotosintesis, energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia dan disimpan dalam ikatan-ikatan molekul organik kompleks, seperti pati dan glukose. Pelemahan atau pemutusan ikatan karbon dari senyawa tersebut akan melepaskan sejumlah energi yang digunakan oleh tumbuhan. Jumlah total energi yang terkandung dalam senyawa tidak dibebaskan sekaligus tetapi dalam serangkaian reaksi yang bertahap yang dikendalikan oleh enzim. Serangkaian reaksi dalam sel yang mengarah ke pembentukan atau penguraian senyawa organik dikenal dengan jalur metabolisme. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa ber energi tinggi lainnya. Oksidasi adalah proses pengambilan elektron dari suatu senyawa, yang didalam sel biasanya diikuti dengan pengambilan hidrogen. Sebaliknya reduksi suatu senyawa adalah proses penambahan elektron kepada suatu senyawa yang didalam sel diikuti dengan penambahan hidrogen. Didalam sel hidup berlangsung baik reaksi penghasil energi maupun pengguna energi. Energi yang tersimpan (potensial) dari suatu senyawa (misalnya glukosa (dibebaskan dan digunakan menurut cara yang sangat efisien, untuk menggerakkan siontesis senyawa-senyawa lain seperti protein). Energi tersebut dapat tersimpan dalam senyawa yang baru disintesis yang selanjutnya tersedia bagi reaksireaksi lain.

Pada berbagai keadaan, di dalam sel reaksi penghasil energi berlangsung tanpa adanya reaksi pengguna energi. Energi yang dibebaskan dalam keadaan seperti itu akan hilang sebagai panas / kalor. Tetapi sel mempunyai cara untuk menyimpan energi yang sementara itu dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat). Energi yang dibebaskan pada oksidasi suatu senyawa seperti karbohidrat, lipida, protein dan lainlain segera digunakan dalam sintesis ATP dari ADP (Adenosin Di Phosphat). Dan iP (fosfat anorganik). Energi kimia yang dipindahkan / disimpan ke ATP dapat digunakan untuk menggerakkan reaksi sintesis dan didalam proses tersebut dilepaskan ADP dan iP. Ikatan yang menghubungkan gugus fosfat terakhir ke ATP disebut ikatan berenergi tinggi. Jadi ATP sebagai senyawa perantara mampu

menerima energi dari suatu reaksi dan memindahkan energi itu untuk menggerakkan reaksi lain. Hal ini sangat menguntungkan sistem hidup, karena ATP dapat dibentuk pada oksidasi sejumlah senyawa dan dapat digunakan untuk menggerakkan sintesis sejumlah senyawa. Di dalam mesin buatan manusia, bahan bakar yang dibakar melepaskan sejumlah energi yang akan hilang dalam bentuk panas / kalor; sedangkan pada proses oksidasi bahan-bahan dalam sel, hilangnya energi relatif kecil. Hal ini disebabkan karena sistem pemindahan energi dengan perantara ATP sangatlah efisien. Energi yang terdapat di dalam senyawa biologi dapat dipindahkan berulangulang. Jadi dalam suatu sistem yang dinamis seperti sel hidup, energi tersimpan dalam glukosa pada suatu waktu terdapat dalam bentuk ATP dan pada waktu yang lain terdapat di dalam ikatan-ikatan suatu molekul protein. Adapun proses utama dari respirasi adalah mobilisasi senyawa organik dan oksidasi senyawa tersebut secara terkendali untuk membebaskan energi bagi

pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan. Adapun reaksi keseluruhan dari oksidasi satu molekul heksose adalah sebagai berikut :

C6H12O6

+ 6 O2

6 CO2

+ 6 H2O +

energi

Proses respirasi selain dapat menghasilkan ATP dan senyawa berenergi tinggi lain juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain. Hasil akhir dari respirasi adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan karbon di alam. Proses respirasi dapat berlangsung siang malam karena cahaya bukan sebagai syarat. Berdasarkan kebutuhan terhadap O2, respirasi terbagi dua bagian yaitu : 1. Respirasi anaerob : tidak memerlukan O2 tetapi penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi semacam ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus. Substrat respirasi adalah glukose dan reaksinya yaitu :

C6H12O6 ----------------- 2 C2H5OH + 2 CO2 + ATP

2. Respirasi aerob, memerlukan O2 dan penguraian lengkap sampai dihasilkan CO2 dan H2O, reaksinya yaitu :

C6H12O6 ----------------- 6 H2O + 6 CO2 + ATP

Perbedaan antara respirasi aerob dan respirasi anaerob : Aerob : - umum terjadi - berlangsung seumur hidup - energi yang dihasilkan besar - tidak merugikan tumbuhan Anaerob : - hanya dalam keadaan khusus - sementara, hanya fase tertentu - energinya kecil - menghasilkan senyawa yang bersifat meracun - memerlukan oksigen - hasil akhir berupa CO2 & H2O - tanpa oksigen - berupa alkohol & CO2

Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa berlangsung dalam empat tahap, yaitu : 1. Glikolisis Reaksi ini disebut juga jalur EMBDEN MYERHOF PARNAS. Reaksi ini merupakan rangkaian reaksi perubahan satu molekul glukose menjadi dua molekul asam piruvat. Jalur ini merupakan dasar dari respirasi anaerobik atau fermentasi (Lihat gambar 1).

2. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat Asam piruvat yaitu suatu senyawa 3C diubah menjadi senyawa 2C (asetil CoA) dengan melepaskan CO2..

3. Daur Asam Sitrat

Senyawa 2 C yang dihasilkan tahap (2) diuraikan menjadi CO2. Daur ini dinamakan Daur Asam Sitrat karena senyawa C6 yang pertama kali dibentuk dalam daur ini adalah asam sitrat,. Daur ini juga dikenal dengan Daur Krebs, menurut Sir Hana Krebs bersama teman-temannya menguraikan jalur ini. Nama lain dari daur ini adalah Daur Asam Trikarboksilat, karena dalam daur ini ikut serta asam-asam dengan tiga gugus karboksil. 4. Oksidasi Terminal Dalam Rantai Respirasi Hidrogen yang dihasilkan oleh substrat pada tahap (1) sampai (3) akhirnya bersatu dengan oksigen membentuk air. Agar hal tersebut tetap berlangsung, terjadi suatu angkutan hidrogen sepanjang suatu rantai sistem redoks, yaitu melalui sistem angkutan / transport elektron. Energi yang dibebaskan dalam sistem elektron ini digunakan untuk pembentukkan ATP. Selain jalur Glikolisis yaitu penguraian glukosa penguraian lain yang dinamakan jalur PPP (Penthose Phosphat Pathway). ada proses

Glikolisis menyangkut tiga tahap, yaitu : 1. Fosforilasi glukose dan konversinya menjadi fruktose 1,6 difosfat, disini diperlukan 2 ATP 2. Pemecahan fruktose 1,6 difosfat menjadi 2 molekul C - 3 menjadi gliseraldehid 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat 3. pemecahan 2 molekul C - 3 menjadi asam piruvat (C 2) dan terbentuknya 4 ATP. Hasil bersih glikolisis untuk tiap 1 molekul glukose adalah 2 ATP. Asam piruvat yang terjadi dari proses ini mengalami beberapa proses yang sangat penting dan salah satunya yaitu mengalami dekarboksilase menghasilkan asetil

CoA. Hasil asetil CoA ini akan bereaksi dengan asam oksaloasetat dan masuk dalam siklus Krebs

2. DAUR KREBS Daur ini juga disebut dengan Daur Asam Trikarboksilat yaitu pengubahan asetil CoA menjadi CO2, H2O dan energi. Urutan reaksinya adalah sebagai berikut :

Transport elektron dan fosforilasi oksidatif di dalam Daur Krebs

Proses glikolisis maupun daur Krebs menghasilkan energi yang tersimpan dalam bentuk NADH ataupun FADH. Untuk mnghasilkan ATP diperlukan sistem transport elektron. Transport ini berlangsung di membran mitokondria sebelah dalam. Bagan tranport elektron berikut dapat diamati : Dari bagan ini terlihat bahwa 1 molekul NADH dapat menghasilkan 3 ATP dan 1 molekul FADH menghasilkan 2 ATP lewat transport elektron. Bila dijumlahkan, energi yang dihasilkan 1 molekul glukose dalam respirasi adalah : Tahap 1. Glikolisis 2. Asam piruvat As Co A 3. Daur Krebs NADH 2 2 6 Total FADH 0 0 2 ATP 2 0 2 Jumlah ATP 8 6 24 38

Mekanisme Fosforilasi Oksidatif


Proses terbentuknya ATP akibat transport elektron dalam membran mitokondria dapat diterangkan dengan teori chemiosmotik, hipotesis kimia dan hipotesis konformasional.

3. Jalur Pentose Fosfat atau Hexose Monophosphate Shunt Perubahan glukose menjadi asam piruvat dapat pula terjadi lewat jalur lain, seperti gambar berikut :

Kosien respirasi = RQ Adalah perbandingan antara produksi CO2 dengan O2 yang diperlukan dinamakan kosien respirasi. Besarnya kosien respirasi tergantung pada substrat, misalnya :

glukose, RQ nya 1 lemak misalnya tripalmitat, RQ nya 0,7 protein, RQnya 0,79 asam tartrat, RQ nya 1,6 asam oksalat, RQ nya 1,6

Faktor - faktor yang mempengaruhi respirasi a. Substrat Respirasi sangat tergantung pada tersedianya substrat, dan tumbuhan dengan persediaan pati, fruktan dan gula yang rendah, laju respirasi juga rendah. Tumbuhan yang kekurangan gula jika diberi gula sering dengan nyata menunjukkan kenaikan laju respirasi. Daun yang terlindung dan terdapat pada bagian bawah, umumnya respirasi juga rendah daripada daun bagian atas yang terpapar cahaya matahari. b. Temperatur Karena respirasi merupakan deretan reaksi kimia, sehingga sangat peka terhadap suhu. Pada suhu 0oC kecepatan reaksi sangat rendah. Kenaikkan temperatur sampai 350C 400C akan mencapai maksimum, kemudian turun lagi pada temperatur yang lebih tinggi. Perlakuan temperatur ini berkaitan dengan lamanya perlakuan, artinya pada suhu 25oC 30oC mula-mula kecepatan reaksi naik tetapi kalau berlangsung lama akan menurun. Umumnya semakin tinggi temperatur, penurunan kecepatan reaksi semakin cepat. c. Oksigen (O2)

Karena oksigen berfungsi sebagai terminal penerima elektron pada daur Krebs, maka apabila konsentrasinya rendah maka respirasi aerob dan anaerob dapat berlangsung bersamaan. Jika kadar oksigen dinaikkan maka respirasi aerob akan berjalan lebih cepat dan respirasi anaerob terhambat. Peristiwa ini disebut Efek Pasteur. d. Karbondioksida (CO2) Kadar CO2 yang tinggi akan menghambat respirasi, selain langsung berpengaruh terhadap reaksinya, kemungkinan lain yang tidak langsung misalnya pada daun dengan kadar CO2 tinggi akan menyebabkan stomata tertutup, sehingga difusi CO2 keluar terhambat dan kadar CO2 dalam jaringan naik. e. Umur dan tipe jaringan Respirasi jaringan muda lebih kuat daripada jaringan tua, jaringan yang berkembang melakukan respirasi lebih tinggi dari jaringan yang matang. Ini merupakan kenyataan bahwa respirasi adalah proses yang melepaskan energi untuk semua aktivitas lain sel. Substrat respirasi berubah jika jaringan matang, dan proses keseluruhan serta efisiensi respirasi berubah sesuai dengan perkembangan jaringan. Misal, laju respirasi kecambah meningkat cepat selama perkecambahan berlangsung kemudian menurun setelah jaringan matang. Perubahan respirasi juga terjadi pada perkembangan buah. Pada semua buah, pada waktu masih muda laju respirasi tinggi, saat sel cepat membelah dan tumbuh. Kemudian berangsur-angsur menurun, juga apabila buah tersebut dipetik. Tetapi dalam beberapa spesies, misalnya apel menurunnya secara perlahan-lahan laju

repirasi diikuti dengan meningkatnya respirasi yang disebut klimakterik. Klimakterik biasanya bertepatan dengan masaknya dan timbulnya flavor. Penyimpanan lebih lanjut mengarah ke senecens / penuaan dan menurunnya respirasi. f. Luka Terjadinya luka di suatu bagian menyebabkan respirasi di tempat tersebut juga naik. Umumnya pelukaan menyebabkan terbentuknya meristem luka yang menghasilkan kalus. Mungkin kenaikan respirasi pada luka disebabkan oleh bertambahnya substrat atau lebih besarnya difusi O2 yang masuk jaringan luka.

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Rumput laut atau seeweed sangat popular dalam dunia perdagangan karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tumbuhan ini sudah lama dimanfaatkan orang sejak kekaisaran Shen Nung sekitar 2700 SM sebagai obat-obatan dan bahan makanan (Soegiarto dkk, 1978). Literatur China (Tseng & Chang, 1984) mencacat sekitar 32 jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Cina dan digunakan sebagai obat. Heyne (Soegiarto dkk, 1978) melaporkan bahwa jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia ada 22 jenis dan telah dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan makanan. Hasil penelitian ini kemudian diperluas oleh Zaneveld (Soegiarto dkk., 1978) mencatat 56 jenis yang sebagian diantaranya digunakan sebagai obat tradisional khususnya oleh masyarakat wilayah pesisir. Sedangkan Anggadiredja dkk. ( 1996) memperoleh 61 jenis. Jumlah tersebut didominasi oleh 38 jenis dari kelas Rhodophyceae, kelas Chlorophyceae berjumlah 15 jenis dan kelas Phaeophyceae berjumlah 8 jenis. Meskipun keragaman jenis yang tumbuh di perairan Indonesia cukup tinggi, namun perdagangannya sampai saat ini umumnya didominasi oleh sejumlah marga tertentu sebagai penghasil agar (agarophytes) yaitu Gracilaria sp., Gelidium sp., Gelidiella sp. dan Gelidiopsis sp. serta penghasil karagen (carraginophytes) yaitu Eucheuma sp. dan Hypnea sp. Hal ini disebabkan karena rumput laut rentan terhadap perubahan atau tekanan ekologi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan seperti substrat dan kualitas air di tempat pertumbuhannya perlu dijaga dan dipelihara jangan sampai mengalami degradasi (penyusutan dan penurunan kulitas) yang akan menimbulkan kerusakan dan bahkan kepunahan jenis. Diduga informasi mengenai jenis jenis rumput laut dan struktur komunitas rumput laut yang ada di Perairan Pulau Panjang belum ada sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Mengetahui jenis-jenis rumput laut yang ada di Perairan Pulau Panjang Jepara Mengetahui kelimpahan, indeks keanekaragaman (H) indeks keseragaman (E) dan indeks dominasi rumput laut yang ada di perairan Pulau Panjang Jepara.

3. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai jenisjenis rumput laut dan lokasi yang dapat dimungkinkan untuk budidaya rumput laut.

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Morfologi

Morfologi dari rumput laut ini tidak mempunyai perbedaan antara akar, batang dan daun. Keseluruhan dari tumbuhan ini dikenal dengan thallus. Bentuk thalus bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, seperti rambut dan lain lain. Susunan thallus ada yang terusun dari satu sel (uniseluler) dan ada yang tersusun dari banyak sel (multiseluler). Bentuk percabangan thalus bermacam-macam ada yang dichotomous (dua-dua terus menerus), pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang thalus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi thalus utama), verticillate (berpusat melingkari aksis atau batang utama) dan ada juga yang tidak bercabang (lihat gambar 1). Sifat substansi thallus beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak bagaikan tulang rawan (cartilaginous) dan berserabut (spongious). Pigmen yang terkandung dapat digunakan untuk menentukan rumput laut masuk ke dalam masing-masing divisinya. Rhodophyta atau algae merah mempunyai pigmen assesoris / pigmen yang dominan berupa fikoerithrin dan fikosianin, Chlorophyta atau algae hijau mempunyai pigmen klorofil b dan Phaeophyta mempunyai pigmen fukosantin. Tetapi secara penampakan sulit untuk untuk membedakan rumput laut dalam masing-masing divisinya, hal ini disebabkan karena algae merah kadang-kadang berwarna coklat kekuningan atau bahkan coklat kehitaman. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang berubah dan kejadian ini merupakan proses modifikasi yaitu perubahan bentuk dan sifat luar (fenotif) yang tidak kekal sebagai akibat dari pengaruh lingkungan antara lain iklim, dan oseanografi yang cukup besar (Soegiarto dkk, 1978). Untuk mengetahui bahwa algae itu merah indikasinya adalah kalau algae tersebut

mengalami kekeringan maka warnanya akan berubah menjadi merah atau keunguunguan.

2. Taksonomi
Rumput laut atau seaweed dalam klasifikasinya termasuk dalam divisi tersendiri yaitu Thallophyta (tumbuhan berthalus) yaitu suatu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak berbatang atau keseluruhan tubuhnya berbentuk thalus. Dengan perkembangan dan kemajuan alat, maka rumput laut dibagi berdasarkan komposisi pigmen yang dominan, komposisi dinding sel, siklus hidup, ada tidaknya flagella dan persediaan karbohidratnya atau cadangan makanan.

3. Tempat tumbuh
Rumput laut dapat tumbuh hampir disebagian besar hidrosfir sampai batas kedalaman kurang lebih 200m, yang mana batas-batas untuk syarat hidupnya masih memungkinkan. Rumput laut sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, pecahan karang mati, kulit kerang, batu ataupun kayu.

4. Faktor lingkungan yang berpengaruh


Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik lingkungan abiotik seperti cahaya, salinitas, temperatur, gerakan air dan ketersediaan zat hara. Sedangkan faktor biotik berupa organisme laut. Pertumbuhan rumput laut yang terkait dengan faktor tersebut penting artinya dalam budidaya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut diantaranya adalah :

- Cahaya. Cahaya merupakan syarat mutlak bagi kehidupan rumput laut (Adey & Lovellankd, 1991; Lalli & Parson, 1993). Cahaya yang berfungsi untuk pertumbuhan dalam bentuk intensitas cahaya, panjang gelombang dan lama penyinaran (Lobban & Harrison, 1997). - Salinitas. Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut. Salinitas adalah jumlah garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter larutan (Lalli & Parson, 1993). Sifat osmotik air laut berasal dari seluruh garam yang terlarut di dalamnya. Semakin besar garam yang terlarut di dalam air, tingkat salinitas akan semakin tinggi (Adey & Lovelland, 1991). Dinyatakan juga bahwa ion yang dominan akan menentukan posensial osmotik air laut adalah Natrium (Na+) dan Chlorida (Cl-) masing-masing sebesar 30,61% dan 55,04 % dari seluruh ion terlarut. - Peran zat hara bagi kehidupan rumput laut. Zat hara terutama nitrat dan fosfat merupakan faktor penting bagi pertumbuhan rumput laut. Nitrogen diserap dalam bentuk NO3- (Zottoli & Mc. Connaughey, 1983). Pada algae merah kekurangan unsur nitrat akan menghambat pertumbuhan. Hal ini karena nitrogen merupakan unsur utama penyusun asam amino, asam nukleat, protein dan hormon (Braga & Yoneshigue Valentine, 1994). Sousa Pinto et al. (1996) menyatakan bahwa nitrogen berperan pada kandungan agar algae merah. Apabila nitrat yang tersedia sedikit akan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan agar. Unsur fosfor diserap dalam bentuk H2PO4 (Zottoli & Mc. Connaughey, 1983). Fosfor yang diserap alga, berfungsi sebagai penyusun membran plasma, asam nukleat

dan senyawa berenergi tinggi (Adenosin Tri Fosfat ATP). Pada alga merah pertumbuhan akan lebih baik jika dipupuk dengan fosfat (Colina, 1976). Sedangkan Chopin et al. (Sousa Pinto et al., 1996) menyatakan bahwa fosfat berperan pada kualitas agar pada Agardiella subulata. Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan dalam jumlah kecil (Boney, 1976). Dinyatakan juga bahwa tumbuhan akan tumbuh lebih cepat dan memberi hasil lebih banyak jika diberi tambahan vitamin, khususnya vitamin B yang berfungsi sebagai biokatalisator / koenzim.

III. MATERI DAN METODE

Waktu dan tempat Pengambilan sample dilakukan pada bulan Oktober desember 2002 dan mengambil sample dari empat stasiun yaitu : Stasiun A (0603436 LS dan 11003752 BT), stasiun B (06o3440 LS dan 110o3749 BT), stasiun C 110o3731 BT) dan stasiun D (06o3422LS dan 110o3748 BT). Materi Materi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis rumput laut yang diperoleh di Perairan Pulau Panjang Jepara dan diidentifikasi dengan duku identifikasi (Naoki, 1988; Mitsuo, 1990; Atmadja et al, 1996; Sedangkan parameter pendukung yang diamati yaitu : salinitas, kecerahan, temperatur, kedalaman dan pH perairan. Alat & bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Alat Kantong plastic Kertas Label Pisau Kamera & film Transek 1 x 1m Secchidisk Refraktometer Thermometer Tongkat duga Masker & snorkel Kertas pH GPS Formalin Kegunaan Tempat sample Menandai sampel Memotong sampel Dokumentasi Sampling Mengukur kecerahan Mengukur salinitas Mengukur suhu Mengukur kedalaman Alat selam Mengukur pH perairan Mengetahui lokasi Pengawet (0603429LS dan

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Arikunto (1993) menyatakan bahwea penelitian ini bewrtujuan untuk menggambarkan keadaan sesuatu. 4. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel untuk pelaksanaan penelitian ini adalah proporsional sample yaitu jika populasinya tidak homogen dan tiap-tiap sub populasi akan diwakili dalam penelitian (Hadi, 1986). 5. Metode Penentuan Lokasi Penentuan lokasi dilakukan pada 4 stasiun yang berada di Perairan Pulau Panjang Jepara yang terbagi atas bagian utara, selatan, barat dan timur. Setiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun yang mana tiap-tiap sub stasiun terbagi menjadi 3 titik berdasarkan kedalamannya yaitu 50cm, 100cm dan 150 cm. Pelaksanaan sampling dilakukan setiap 3 minggu sekali. 6. Metode Analisa Data Data yang diperlukan untuk mengetahui struktur komunitas rumput laut adalah kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi dengan rumus sebagai berikut :

- Kelimpahan relatif (KR)

Kerapatan relatif merupakan prosentase kerapatan masing-masing spesies dalam transek. Nilai kerapatan relatif didapatkan dengan menggunakan rumus (English et al, 1997) : KR Dimana = 100 % (ni / N) KR = kerapatan relatif N = jumlah total individu ni = jumlah individu tiap spesies ke i

- Indeks keanekaragaman (H) Indeks keanekaragaman merupakan karakteristik dari suatu komunitas yang menggambarkan tingkat keanekaragaman spesies dari organisme yang terdapat dalam komunitas tersebut (Odum, 1971). Dalam penelitian ini digunakan indeks

keanekaragaman Shannon Wienner (Brower & Zar, 1977) dengan rumus : H Dimana = Log N 1/N ni log ni : H N ni = Indeks Shannon Wienner = Jumlah total spesies = Jumlah individu tiap spesies ke i

Jika H < 2,303 artinya rendah, 2,303 6,906 artinya sedang dan jika H > 6,908 berarti tinggi (Wilhm & Dorris, 1986).

- Indeks Keseragaman (J)

Indeks keseragaman jenis merupakan perbandingan antara nilai keanekaragaman dengan Ln dari jumlah spesies. Adapun rumusnya : J

H = ------LnS = Indeks keseragaman = Indeks keanekaragaman Shannon Wienner = Jumlah spesies

Dimana : J H S

Menurut (Krebs, 1985) menyatakan bahwa indeks keseragaman berkisar antara 0 1, dimana : 0,6 1 0,4 < J< 0,6 0 - 0,4 = keseragaman spesies tinggi = keseragaman spesies sedang = keseragaman spesies rendah

- Indeks Dominansi (C) Indeks ini menunjukkan jika C mendekati 0, dalam komunitas tersebut tidak ada yang dominant artinya komunitas dalam keadaan stabil dan jika nilai C mendekati 1, maka ada dominasi dari spesioes tertentu dan komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan dalam komunitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis rumput yang diketemukan di Perairan Pulau Panjang Jepara adalah sebagai berikut : Tabel 1. Jenis jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau Panjang Jepara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jenis Chlorophyceae Halimeda macroloba Halimeda macrophysa Caulerpa serrulata Caulerpa racemosa Codium decorticatum Rhodophyceae Jania sp Callophylis adhaerens Phaeophyceae Hydrochlatrus clatratus Padina crassa Padina minor Turbinaria ornate Sargassum cinereum Sargassum polycystum Sargassum gigantifolium Sts. A + + + + + + + + + + + + Sts. B + + + + + + Sts. C + + + + + + + + Sts. D + + + -

Keterangan : + : diketemukan : tidak diketemukan Pada tabel 1 terlihat bahwa jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau Panjang ada 14 jenis. Dari ke 14 jenis ini dari kelas Phaeophyceae diketemukan paling banyak yaitu 7 jenis kemudian dususul kelas Chlorophyceae dengan jumlah 5 jenis dan paling sedikit yaitu dari kelas Rhodophyceae hanya diketemukan 2 jenis.

Tabel 2. kelimpahan relative (KR) Rumput Laut di perairan Pulau Panjang Jepara No Nama jenis Sts A Sts B Sts C Sts D

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Chlorophyceae Caulerpa racemosa Caulerpa serrulata Codium decorticatum Halimeda macroloba Halimeda macrophysa Rhodophyceae Callophylis adhaerens Jania Phaeophyta Hydroclathrus clatratus Padina crassa Padina minor Sargassum cinereum Sargassum gigantifolium Sargassum polycystum Turbinaria ornate

3,699 3,470 0 5.342 8,274 0 3,017 0,763 2,113 2,309 0,825 1,252 1,330 1,030

0 0 0 6,555 4,997 14,633 0 0 0,436 0,218 1,672 2,017 2,805 0

0 0 1,098 0 0 0 0 0,808 1,414 0,808 6,808 71,142 10,953 4,303

0 0 0 8,813 10,665 0 0 0 13,222 10,907 0 0 0 1,069

Tabel 2. Nilai parameter lingkungan yang terukur di Perairan Pulau Panjang Jepara No 1 2 3 4 Parameter Suhu (oC) Salinitas () pH Jenis substrat Sts A 27- 28 34 35 78 Pasir, batu karang, pecahan karang Sts B 27 - 29 34 35 7,5 8 Pasir, pecahan batu karang Sts C 27 - 28 34 35 7,5 - 8 Pasir, pecahan karang Sts C 27 29 34,5 35 7,5 8 Pasir, pecahan karang

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum nilai suhu, salinitas dan temperatur menunjukkan nilai yang hampir sama / tidak menyolok. Hanya ada sedikit perbedaan tentang jenis substrat di tiap tiap stasiunnya.

PEMBAHASAN Pada tabel 1 memperlihatkan bahwa kelas Chlorophyceae mendapatkan 5 jenis dari seluruh jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau Panjang Jepara. Tetapi pada lampiran 3 yaitu kelimpahan rata-rata jenis rumput lautnya, walaupun didapatkan 5 jenis tetapi nilai dari kelimpahan menunjukkan bahwa kelas Chlorophyceae mempunyai nilai yang paling besar dibanding dengan kelas lainnya. Hal ini juga disebabkan karena walaupun jumlah spesies Chlorophyta ada 5500 jenis spesies yang ada tetapi dari jenis ini tidak semuanya hidup di laut, sebagian besar hidup di air tawar. Hanya 10% dari jumlah tersebut, yang hidupnya di laut (Dawes, 1981). Selain itu pada lampiran ini juga memperlihatkan bahwa dengan kedalaman 50 cm akan didapatkan jumlah yang semakin besar. Semakin dalam suatu perairan kelas Chlorophyceae didapatkan jumlah yang semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Lobban & Harrison (1997) yang menyatakan bahwa pada suatu perairan dengan kedalaman rendah akan didapatkan jumlah dan jenis Chlorophyceae semakin banyak, semakin kedalam atau dalamnya suatu perairan jumlahnya semakin berkurang. Pada kedalaman sedang akan diketemukan jenis dari kelas Phaeophyceae dan semakin kedalam perairan, banyak diketemukan jenis algae merah atau Rhodophyceae. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa Chlorophyceae ini didapatkan dua spesies Halimeda yaitu Halimeda macroloba dan Halimeda macrophysa. Dua jenis Caulerpa yaitu Caulerpa racemosa dan Caulerpa serrulata. Pada Rhodophyceae hanya

diketemukan Jania sp.

sedangkan pada Phaeophyceae diketemukan Hydrochlatrus

clatratus, Padina crassa, Padina minor, Turbinaria ornata, Sargassum cinereum,

Sargassum polycystum dan Sargassum gigantifolium. Jenis jenis yang diketemukan ini memang banyak dijumpai pada perairan dengan substrat pasir atau batu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Atmadja, 1997). Demikian juga dengan stasiun stasiun lain akan didapatkan jenis jenis yang tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat juga pada jenis substrat pada tiap tiap stasiun hampir sama yaitu pasir, batu dan pecahan karang. Kelas Phaeophyceae diketemukan 7 jenis dari 14 jenis yaitu masing masing Hydrochlatrus clatratus, Padina crassa, Padina minor, Turbinaria ornate, Sargassum cinereum, Sargassum polycystum dan Sargassum gigantifolium. Walaupun dari kelas Phaeophyceae ini lebih banyak diketemukan dibandingkan dengan kelas Chlorophyceae yang hanya didapatkan 5 jenis dari 14 jenis tetapi jika dilihat pada lampiran 2 tentang kelimpahan rata-ratanya yaitu pada stasiun A dengan kedalaman 50 cm, nilai Chlorophyceae masih menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Phaeophyceae. Kelas Rhodophyceae hanya diketemukan 2 jenis yaitu Jania sp. dan Callophylis adhaerens (lihat tabel 1) yaitu pada stasiun A dan stasiun B di semua kedalaman. Diduga dengan hanya diketemukan 2 jenis ini kedalaman dari tiap tiap stasiun yang digunakan dalam penelitian ini masih rendah. Karena pada Rhodophyceae umumnya diketemukan pada kedalaman paling dalam asalkan sinar matahari masih dapat ditangkapnya. Data parameter lingkungan (tabel 2) menunjukkan bahwa nilai salinitas di semua stasiun berkisar antara 34 - 35, suhu 27 29 OC , pH 7 8. Nilai ini masih memungkinkan untuk tumbuhnya beberapa jenis rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilalqisny & Widyartini (2000) yaitu pada salinitas 34, suhu 20 30 OC dan pH 7,5 8,5. Selain itu disemua stasiun menunjukkan kecerahan sampai dasar perairan,

sehingga intensitas masih dapat diterima oleh rumput laut untuk melakukan proses fotosintesisnya. Kelimpahan rata - rata pada tiap tiap stasiun menunjukkan bahwa yang tertinggi terdapat pada stasiun A kedalaman 50 cm dan total 36,67 serta jenis Halimeda

macrophysa. Hal ini sesuai dengan Atmadja dkk (1996) yang menyatakan bahwa genus Halimeda dapat tumbuh dengan baik pada substrat batu karang, pasir atau pecahan karang. Selain itu pada stasiun A, mempunyai kecepatan arus yang tidak besar seperti pada stasiun lainnya B, C dan D sehingga masih dimungkinkannya holdfast rumput laut dapat melekat pada substratnya. Pada stasiun B, C dan D pada semua stasiun sedikit dijumpai rumput laut kelas Chlorophyceae. Hal ini diduga dengan adanya kecepatan arus yang cukup tinggi di stasiun tersebut sehingga holdfast rumput laut dapat terlepas dari substratnya. Tetapi sayangnya data parameter lingkungan mengenai kecepatan arus tidak didapatkan. Nilai indeks keanekaragaman (H) pada stasiun A yaitu 2,9 3,16. stasiun B yaitu 0,54 1,51, C yaitu 2,34 2,63 dan D yaitu 0,98 1,14. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun A paling tinggi dibanding dengan stasiun lainnya. Menurut Wilhm & Dorris (1986) masuk dalam katagori sedang yaitu 2,303 6,906. Nilai indeks keseragaman (E) pada stasiun A yaitu 0,85 0,89 ; stasiun B yaitu 0,49 0,54; stasiun C yaitu 0,83 0,87 dan stasiun D yaitu 0,72 0,99. Sehingga dapat dikatakan bahwa peraiaran Pulau Panjang masih mempunyai nilai keseragaman rumput laut yang masih tinggi. Karena menurut (Krebs, 1985) keseragaman tinggi mempunyai nilai berkisar 0,6 1.

Nilai indeks dominasi (C) pada stasiun A yaitu 0,13 0,15; stasiun B yaitu 0,43 0,78; stasiun C yaitu 0,19 0,22 dan stasiun D yaitu 0,47 0,51. Hal ini menunjukkan didalam komunitas tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0. Hal ini berarti komunitas tersebut dalam keadaan stabil.

V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Spesies rumput laut yang didapatkan di perairan Pulau Panjang Jepara ada 14 spesies, yaitu dari kelas Chlorophyceae ada 5 spesies yaitu : Halimeda macroloba, Halimeda macrophysa, Caulerpa serrulata, Caulerpa racemosa dan Codium decorticatum. Dari kelas Phaeophyceae ada 7 jenis yaitu : Hydrochlatrus clatratus, Padina crassa,Padina minor, Turbinaria ornate, Sargassum cinereum, Sargassum polycystum, Sargassum gigantifolium. Sedangkan dari kelas

Rhodophyceae ada 2 spesies yaitu : Jania sp dan Callophylis adhaerens 2. Parameter lingkungan di semua stasiun menunjukkan nilai salinitas 34 - 35, suhu 27 29oC, pH 7 8. Nilai indeks keanekaragaman termasuk dalam katagori

sedang, Nilai keseragaman masuk dalam katagori tinggi dan didalam komunitas tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0, sehingga komunitas terebut dalam keadaan stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, W.S. ; Sulistijo; Kadi A; Satari R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput Laut di Indonesia. P3O LIPI, Jakarta. Adey, WH ; Lovelland, K. 1991. Dynamic Aquaria Building Living Ecosystems. Academic Press Inc. California. Braga, AC; Yonesnigue Valentine Y. 1994. Growth of Laminaria abyssalis (Phaeophyta) at Different Nitrate Concentrations. Phycologia 33 : 271 274 Hadi S. 1983. Pengantar Metodologi research. UGM Press. Yogyakarta. Ilalqisny A I D ; Widyartini D S. 2000. Makroalgae. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Lalli C; Parson T R. 1993. Biological Oseanography an Introduction. Pergamon Press. London

Lobban C S ; Harrison P J. 1997. Seaweed Ecology and Physiology. Cambridge University Press. Soegiarto, A; Sulistijo; Atmadja W.S; Mubarak H. 1978. Rumput Laut (Algae) : Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. LON - LIPI. Jakarta Wilhm J T ; Dorris. 1986. Fundamental of Ecology. Drenker Inc.123 125

STRUKTUR KOMUNITAS JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PULAU PANJANG - JEPARA

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas jenis-jenis rumput laut yang ada di perairan Pulau Panjang Jepara. Metode pengambilan sample yang digunakan yaitu proposional sample. Sedangkan penentuan lokasi dilakukan dengan membagi Perairan menjadi 4 stasiun yaitu barat, timur, utara dan selatan. Masing masing stasiun terbagi menjadi 3 sub stasiun yang mana tiap tiap sub stasiun tersebut masih terbagi menjadi 3 titik berdasarkan kedalamannya yaitu 50 cm, 100 cm dan 150 cm. Pelasksanaan sampling dilakukan setiap 3 minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan ada 14 jenis rumput laut yang didapatkan yaitu kelas Chlorophyceae ada 5 spesies yaitu : Halimeda macroloba, H. macrophysa, Caulerpa serrulata, C. racemosa dan Codium decorticatum. Kelas Phaeophyceae yaitu Hydrochlatrus clatratus, Padina crassa, P. minor, Turbinaria ornate, Sargassum cinereum, S. polycystum dan S. gigantifolium. Sedangkan kelas Rhodophyceae yaitu : Jania sp dan Callophylis adhaerens. Parameter lingkungan di tiap tiap stasiun yaitu salinitas 34 - 35, suhu 27 29oC, pH 7 8 . Nilai indeks keanekagaman termasuk dalam katagori sedang. Nilai keseragaman termasuk dalam katagori tinggi dan didalam komunitas tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0, sehingga komunitas tersebut dalam keadaan stabil.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama lengkap dan gelar akademik 2. Tempat dan tanggal lahir

: Dra.Nirwani S, MSi : Jakarta, 29 November 1961

3. Jenis kelamin 4. Fakultas/Jurusan/Program Studi/Pusat 5. Pangkat/Gol/NIP 6. Bidang Keahlian 7. Kedudukan dalam tim 8. Alamat kantor Telp/fax Alamat rumah Telp/fax 9. Pengalaman dalam bidang pengabdian

: Perempuan : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Semarang. : Penata/IIIC/131 918 669 : Biologi Laut : Anggota Pelaksana : Kampus FPIK UNDIP Tembalang Semarang : 024 7474698 : Jl. Tunjungsari 10 Tembalang - Semarang : 024 7473495 : Tahun 1994 1996 1998 Sumber dana DPP SPP DPP SPP Dik Rutin

Tahun perolehan gelar akademik terakhir : 1999

No Judul Kegiatan 1 Intensifikasi tambak semi tradisional di Kabupaten Pati 2 Usaha peningkatan pengelolaan dan pelestarian hutan 3 mangrove di Kabupaten Rembang Pemanfaatan air cucian beras sebagai bahan dasar fermentasi minuman segar dalam upaya pencegahan kehilangan Vitamin 3 B1 pada masyarakat wilayah pantai Jepara. Teknik Pembibitan Mangrove di Kabupaten Rembang

2002

IPTEKS

M. ORGANISASI PELAKSANA : 1. Ketua Pelaksana : a. N a m a b. Pangkat/Gol/NIP c. Jabatan fungsional d. Bidang Keahlian e. Fak./Prog.Studi/Pusat f. Waktu tersedia : Dra. Rini Pramesti MSi : Penata / IIIc / 131 885 301 : Staf Pengajar Jur. Ilmu Kelautan UNDIP : Botani Laut : Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan : 15 jam/ minggu

2. Anggota Pelaksana I : a. N a m a b. Pangkat/Gol/NIP c. Jabatan fungsional d. Bidang Keahlian e. Fak. / Prog. Studi/ Pusat f. Waktu tersedia 3. Anggota Pelaksana II : a. N a m a b. Pangkat/Gol/NIP c. Jabatan fungsional d. Bidang Keahlian e. Fak./Prog Studi/Pusat f. Waktu tersedia : Dra. Wilis Ari Setyati, M.Si : Penata Muda Tingkat I/ IIIb / 132 046 690 ; Staf Pengajar Jur. Ilmu Kelautan UNDIP : Mikrobiologi Laut : Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan : 15 jam / minggu : Dra. Nirwani Soenardjo, MSi : Penata / IIIc / 131 918 669 : Staf Pengajar Jur. Ilmu Kelautan UNDIP : Ekologi Laut : Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan : 15 jam / minggu

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap dan gelar akademik Tempat dan tanggal lahir Jenis kelamin Fakultas / Jurusan Pangkat/ Gol/ NIP Alamat kantor Semarang

: Dra. Wilis Ari Setyati, MSi : Klaten, 10 November 1965 : Perempuan : FPIK / Ilmu Kelautan : Penata Muda Tingkat I / IIIb / 132 046 690 : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Tembalang, 024 7474698

Pengalaman dalam bidang pengabdian : No Judul Pengabdian 1 Persiapan Lahan dan Pengolahan Kualitas Air Pada 2 Tambak Tradisional di Kec. Batangan, Kabupaten Pati Pemanfaatan Air Cucian Beras Sebagai Bahan Tahun 1994 1996 Sumber Dana DPP SPP Dik Rutin

Fermentasi Minuman Segar Dalam Upaya Pencegahan 3 Vitamin B1Pada Masyarakat Wilayah Pantai Jepara Peningkatan Produktivitas Tambak Bero Dengan Penerapan Sistem Polikultur : Kepiting Bakau (Scilla serrata), Kerang Darah (Anadara granosa) dan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) 1998 IPTEKS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap dan gelar akademik Tempat dan tanggal lahir Jenis kelamin Fakultas / Jurusan Pangkat/ Gol/ NIP Alamat kantor Semarang

: Dra. Rini Pramesti, MSi : Malang, 23 Desember 1964 : Perempuan : FPIK / Ilmu Kelautan : Penata / IIIc / 131 885 301 : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Tembalang, 024 7474698

Alamat rumah

: Gombel Permai XII/240 Semarang 024 7471146

Pengalaman dalam bidang pengabdian : No Judul Pengabdian 1 Persiapan Lahan dan Pengolahan Kualitas Air Pada Tahun 1994 Sumber Dana DPP SPP

2 3

Tambak Tradisional di Kec. Batangan, Kabupaten Pati Usaha peningkatan pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Rembang Peningkatan Produktivitas Tambak Bero Dengan Penerapan Sistem Polikultur : Kepiting Bakau (Scilla serrata), Kerang Darah (Anadara granosa) dan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Teknik pembibitan mangrove di Kabupaten Rembang

1996 1998

DPP SPP IPTEKS

2002

IPTEKS

Kepada Yth : Bpk. Kepala Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kota Semarang Di Semarang

Kami selaku orang tua dan yang bertandatangan dibawah ini, Nama : RM Ari Sabarianto (suami) dan Rini Pramesti (istri), memohon untuk

menghilangkan gelar yang ada pada : 1. Raden Ayu Tatyana Putri Ariningrum (anak), berubah menjadi Tatyana Putri Ariningrum 2. RA Ardhanari Pramdeasari (anak), berubah menjadi Ardhanari Pramdeasari 3. RA Maritza Septiarini (anak), berubah menjadi Maritza Septiarini

4. Raden Mas Ari Sabarianto (suami), disingkat menjadi RM Ari Sabarianto 5. Doctoranda Rini Pramesti (istri), berubah menjadi Rini Pramesti Mohon kiranya agar permohonan kami ini dapat dikabulkan dan atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Semarang, 11 Mei 2004 Orang tua,

Rini Pramesti (Istri)

RM Ari Sabarianto (Suami)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATA KULIAH KODE MATA KULIAH SEMESTER DESKRIPSI SINGKAT benar organisasi TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM membedakan mahluk hidup darat, air dan

: BIOLOGI I (GASAL TH 2002 / 2003) : PKD 115 P / 3 SKS : I (SATU) : Mempelajari mata kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan secara tentang ciri-ciri kehidupan dan kehidupan : Mahasiswa semester I diakhir kuliah akan dapat menjelaskan serta organisasi kehidupan pada (hewan darat, air, tumbuhan manusia).

No Tujuan Instruksional Khusus

Materi Kuliah

1. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan arti dan ciri kehidupan

Arti kehidupan dan metoda dasar - Alasan mempelajari kehidupan - Ciri-ciri kehidupan - Ilmu dasar X Ilmu terapan Organisasi kehidupan - Sel sebagai dasar kehidupan - Penyusun sel / isi sel - Prokariota X eukariota - Hubungan sel dengan sel - Diferensiasi Kehidupan Sel - Metabolisme sel - Pelepasan energi oleh sel - Fotosintesis Jaringan Mahluk Hidup - Jaringan hewan darat dan laut - Jaringan tumbuhan darat dan laut Pembelahan sel (tumbuhan,hewan) - Sistem reproduksi pada tumbuhan - Sistem reproduksi pada hewan Sistem Peredaran Darah - Sistem peredaran darah hewan dara - Sitem peredaran darah hewan laut Sistem Pengangkutan Tumbuhan - Arti penting xylem dan floem - Batang monocotyl dan dicotyl - Organisasi akar - Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi Perkembangan mahluk hidup - Perkembangan dini - Perkembangan lebih lanjut

2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelakan organisasi kehidupan

3. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kehidupan

4. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan sistem jaringan pada mahluk hidup 5. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pembelahan sel dan reproduksi pada mahluk hidup 6. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan membedakan sistem peredaran darah hewan darat dan laut 7. Mahasiswa dapat menjelaskan serta mem bedakan sistem pengangkutan pada tumbuh han

8. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan perkembangan mahluk hidup

Penutup : Mahasiswa diberikan beberapa tugas selama mengikuti perkuliahan 1. Praktikum dan membuat laporan praktikum mingguan 2. Pre test praktikum dan response praktikum 3. Membuat kertas kerja atau tes kecil sesuai dengan materi yang diberikan

4. Tes obyektif, mid semester dan ujian semester Daftar Pustaka : Bold,H.C and M.J.Wynne. 1985. Introduction to the Algae Structure and Reproduction 2ed, Prentice Hall,Inc,Englewood Cliffs Kimball,J.W. 1994. Biologi I (Siti Soetarmi T dan Nawangsari S. alih bahasa) PT. Erlangga, Jakarta. 333 hal Margaret, N.C and Robert J.K. 1990. Biology of Marine Plants. Longmans Cheshire Pty. Ltd. Melbourne

JADWAL KULIAH BIOLOGI I


Ming Gu I II III Tgl 28-8-02 4-9-02 11-9-02 Pokok Bahasan Arti kehidupan Metode Dasar - Alasan mempelajari Biologi Ciri-ciri kehidupan - Ilmu dasar X ilmu terapan Organisasi kehidupan - Sel sebagai dasar kehidupan - Penyusun sel / isi sel Prokariota X Eukariota - Hubungan sel dengan sel - Diferensiasi Kehidupan sel - Metabolisme sel Pelepasan energi oleh sel Fotosintesis MID SEMESTER Dosen pengampu DR. Ita Widowati, DEA DR. Ita Widowati, DEA DR. Ita Widowati, DEA

IV

18-9-02

DR. Ita Widowati, DEA

V VI VII

25-9-02 2-10-02 9-10-02 16-10-

Dra.Rini Pramesti, MSi Dra.Rini Pramesti, MSi Dra.Rini Pramesti, MSi DR. Ita Widowati, DEA

VIII IX X XI XII XIII XIV

02 23-1002 30-1002 6-11-02 13-1102 20-1102 27-1102 4-11-02

Jaringan mahluk hidup - Jaringan hewan darat dan laut Jaringan tumbuhan darat dan laut Pembelahan sel - Hewan Pembelahan sel - Tumbuhan Sistem reproduksi mahluk hidup - Hewan Sistem reproduksi mahluk hidup - Tumbuhan Jaringan Pengangkut - Xilem - Floem Sistem peredaran darah - Hewan darat - Hewan laut Perkembangan mahluk hidup - Perkembangan Dini - Perkembangan lebih lanjut

Dra.Rini Pramesti, MSi Dra. Nirwani, MSi Dra. Nirwani, MSi Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Nirwani, MSi

XV

11-1102 18-1102

Dra. Nirwani, MSi

XVI

Dra.Rini Pramesti, MSi

Mengetahui : KPS. Ilmu Kelautan

Koordinator MK. Biologi I

Ir. Irwani, MPhil

Dra.Rini Pramesti, MSi

NB :

Bagi Dosen Pengampu yang berhalangan hadir pada jadual tersebut di atas dimohon dapat memberitahukan sebelumnya kepada Koordinator dan mahasiswa ybs serta mengganti pada hari yang lain bukan pada hari yang telah terjadual.

TERM OF REFERENCE
Judul Pelatihan Penyelenggara Alamat Waktu Pelatihan Nama Peserta NIP Institusi Alamat : Identifikasi Botani Laut (Rumput Laut, Lamun dan Mangrove) : Pusat Penelitian Oseanografi LIPI : Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur Jakarta 11048 : 17 20 April 2005 : Dra. Rini Pramesti, MSi : 131 885 301 : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro : Kampus Ilmu Kelautan, UNDIP Tembalang, Semarang 50275 Telp / fax. 024 7474698

Latar belakang
Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai batas kedalaman sinar matahari dapat mencapainya. Beberapa jenis rumput laut hidup secara kosmopolitan. Rumput laut hidup sebagai fitobentos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, batu, kayu dan benda keras lainnya. Adapula yang menempel pada tumbuhan lain secara epifitik.

Rumput laut mengandung beberapa zat penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah (Rodhophyta) menghasilkan floridean starch, mannoglyserate dan floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar dan karagenan. Gracilaria sp merupakan salah satu jenis penghasil agar dan Eucheuma sp. sebagai penghasil karagenan. Sedangkan pada jenis yang coklat menghasilkan alginat dengan contoh Sargassum sp. Selain rumput laut, ada jenis tumbuhan lain yang hidupnya di dalam laut yaitu lamun. Adapun salah satu fungsi dari padang lamun ini yaitu sebagai : akar dan rizome lamun mengikat dan menstabilkan permukaan sedimen sehingga melindungi garis pantai terhadap erosi atau menghalangi penimbunan sedimen terhadap terumbu karang saat badai. Dan yang terpenting sebagai daerah asuhan berbagai invertebrate dan ikan dengan menyediakan makanan dan tempat perlindungan. Mangrove merupakan kelompok tumbuhan yang berbeda tetapi mempunyai persamaan terhadap adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi pasang surut. Dilihat dari segi potensinya mangrove mempunyai 2 peranan yaitu : ekologi dan ekonomi. Dari segi ekonomi yaitu mampu menyediakan produk dari hutan mangrove yang ekonomi potensial dapat langsung diambil yaitu hasil hutan dan produksi perikanan. Sedangkan dari aspek ekologi yaitu berperan sebagai penahan ombak, penahan angin, pengendali banjir, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin.

Tujuan
Tujuan dari pelatihan ini yaitu meningkatkan kemampuan keahlian, menambah khasanah keilmuan pada mata kuliah yang diampu, memberikan tambahan skill terhadap cara-cara penanganan specimen dan menciptakan jaringan kerjasama antar laboratorium/institusi

Tempat dan Jadwal Pelatihan


Pelatihan dilaksanakan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Jadwal pelatihan mulai tanggal 17 s/d 20 April 2005.

Materi Pelatihan
Materi pelatihan mencakup :

penanganan dan pengelolaan rumput laut, lamun dan mangrove cara koleksi dan penyimpanan mengenal koleksi rumput laut, lamun dan mangrove

Pembiayaan
Biaya pelatihan terdiri atas penjelasan tentang botani laut (rumput laut, lamun dan mangrove) yang disampaikan dalam bentuk ceramah dan diskusi, bahan-bahan (buku), transportasi dan akomodasi selama penelitian sebesar Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah).

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Kelautan FPK UNDIP

Semarang, 11 April 2005 Peserta,

Ir. Irwani, MPhil NIP. 131 964 516

Dra. Rini Pramesti, MSi NIP. 131 918 669

Mengetahui, Dekan FPK UNDIP

Prof.Dr.Ir.Johannes Hutabarat, MSc NIP. 130 529 700

RINCIAN BIAYA PELATIHAN

1. Fotocopy makalah 2. Pembelian 4 buku @ Rp 75.000,3. Pembelian tinta 4. Pembelian kertas 5. Biaya penjilidan laporan 6. Disket 7. Penginapan 4 hr @ Rp 100.000,8. Makan 4 hr x 2 x Rp 20.000,9. Biaya taksi 4 hr x Rp 75.000,10. Pembelian poster mangrove, lamun Rp 50.000,- x 4 lb 11.Biaya pelatihan 12.Transport Semarang Jakarta pp Total

: Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp : Rp

75.000,300.000,215.000,40.000,80.000,30.000,400.000,160.000,300.000,200.000,3.600.000,600.000,6.000.000,-

-----------------------(Enam juta rupiah)

Kepada Yth : Bpk Kartam (BPKB Custodian) PT ACC Jl. MH Thamrin no. 150

Semarang Yang bertanda tangan dibawah ini kami, Nama : RM. Ari Sabarianto Alamat : Gombel Permai XII / 240 Semarang Pekerjaan : Kontraktor PT TOTAL Balikpapan Selaku debitur di PT ACC Semarang, Jl. MH. Thamrin no. 150 Semarang ingin agar untuk mobil kami dengan keterangan sebagai berikut : BPKB Nomor : 0987171 No polisi : B 8015 ZS Merk / Type : KIA Carnival Jenis / model : Micro / Mini bus Tahun : 2001 Nomor Chasis : KNAUP7523Y6145411 Nomor Mesin : K5021287 a/n Pemilik lama (BPKB) : Janti Berhubung keinginan untuk mutasi atas nama saya karena program pemerintah tentang pemutihan maka kami mohon agar bisa dibantu BALIKNAMA atas nama saya. Surat ini kami buat karena posisi saya saat ini sedang bekerja di Balikpapan sehingga kami wakilkan ke istri, Nama : Dra. Rini Pramesti, MSi Alamat : Gombel Permai XII/ 240 Semarang Demikian, dan atas perhatian dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.

Semarang, 22 Juni 2005 Diwakilkan,

Dra. Rini Pramesti, MSi

RM Ari Sabarianto

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATA KULIAH BIOLOGI LAUT (BOTANI)


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2004/2005 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FPK KAMPUS ILMU KELAUTAN UNDIP TEMBALANG - SEMARANG KAMIS 10.20 12.00 KELAS A (TB 301) & KELAS B (TB 302)

Deskripsi : Mengetahui tentang jenis-jenis tanaman pantai dan laut, klasifikasi, terminology, biologi dan ekologinya Memahami fungsi tanaman pantai dan laut sebagai produser dan sumberdaya perairan Menunjukkan pendekatan biologi dan metode analisis

No 1 2 3

Tanggal Minggu ke I Minggu ke II Minggu ke III

Materi Terminology Botani Laut & Produktivitas Primer Klasifikasi & Ciri Rumput Laut Biologi & Ekologi Rumput

Pengampu Kelas A Dra.Rini Pramesti,MSi Dra. Rini Pramesti, MSi Dra. Rini Pramesti, MSi

Pengampu Kelas B DR. AB Susanto, MSc DR. AB. Susanto, MSc DR. AB. Susanto, MSc

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Minggu ke IV Minggu ke V Minggu ke VI Minggu ke VII Minggu ke VIII Minggu ke IX Minggu ke X Minggu ke XI Minggu ke XII Minggu ke XIII Minggu ke XIV Minggu ke XV Minggu ke XVI

Laut Reproduksi, Metode Pengam bilan sample & Analisis Klasifikasi & Ciri Lamun Biologi, Ekologi & Manfaat Lamun Biologi, Ekologi & Manfaat Lamun Metode Pengambilan Sampel & Analisis Klasifikasi & Ciri Mangrove Biologi, Ekologi dan Produktivitas Mangrove Biologi, Ekologi dan Produktivitas Mangrove Metode Pengambilan Mangrove & Analisis Pemanfaatan & bioindikator Rumput Laut Pemanfaatan & Bioindikator Mangrove Pemanfaatan & Bioindikator Mangrove Pemanfaatan & Bioindikator Lamun

Dra. Rini Pramesti, MSi

DR. AB. Susanto, MSc

Ir.Hadi Endrawati, DESU Ir. Ita Riniatsih, MSi Ir. Hadi Endrawati,DESU Ir. Ita Riniatsih, MSi Ir.Hadi Endrawati,DESU Ir.Ita Riniatsih, MSi

Ir. Hadi Endrawati,DESU Ir.Ita Riniatsih, MSi DR. Rudi Pribadi DR. Rudi Pribadi DR, Rudi Pribadi DR. Rudi Pribadi Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Ken Suwartimah Dra. Nirwani S, MSi Dra. Nirwani S, MSi Dra. Nirwani S, MSi Dra. Nirwani S, MSi Ir.Gunawan Widi ,MSc Ir.Gunawan Widi,MSc Ir.Gunawan Widi,MSc Ir.Gunawan Widi,MSc

Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Kelautan

Koordinator Mata Kuliah

Ir. Irwani, MPhill. NIP. 131 964 516

Dra. Rini Pramesti, MSi NIP. 131 885 301

Dra. Nirwani S, MSi NIP.131 918 669

STUDI PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii var Sacol (Doty) Doty DENGAN METODE BUDIDAYA LEPAS DASAR BERTINGKAT DI PANTAI GEGER, NUSA DUA BALI R. Pramesti, A.B Susanto, A.K. Saputra Abstrak Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis alga merah penghasil karagenan yang mempunyai nilai ekonomi penting, sedangkan Pantai Geger, merupakan salah satu lokasi budidaya rumput laut di Bali. Akan tetapi pada saat ini muncul kendala yang dihadapi para petani karena penggusuran lokasi budidaya oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan K alvarezii var Sacol dan efektivitas metode lepas dasar bertingkat di pantai ini. Pelaksanaan dilakukan bulan September s/d November 2004. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan atas dan bawah pada metode lepas dasar bertingkat dan kontrol pada metode lepas dasar tunggal. Parameter yang diamati yaitu pertambahan berat dan laju pertumbuhan mutlak yang diamati setiap minggu dan dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian atas metode lepas dasar bertingkat mempunyai laju pertumbuhan mutlak dengan rerata 3,90 0,72 % / hr. Bagian bawah mempunyai rerata 2,95 0,57 % / hari. Sedangkan pada kontrol dengan rerata 3,79 0,62 % / hari. Untuk efektifitas metode, dengan pertambahan biaya sebesar % dari

metode lepas dasar tunggal dihasilkan peningkatan pendapatan sebesara menggunakan metode dasar lepas bertingkat.

% dengan

Kata kunci : Kappaphycus alvarezii var Sakol, karagenan, metode lepas dasar bertingkat. Abstract Kappaphycus alvarezii ia a genus of red algae which has economic potential because of its carragenan contain. Pantai geger its one of good location for seaweed in Bali. Unfortunally

Pendahuluan Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang mempunyai nilai ekonomi penting. Dari kelompok tanaman ini jenis algae merah banyak dikembangkan karena sebagai penghasil agar dari Gracilaria dan karagenan dari Kappaphycus. Agar dan karagenan ini banyak digunakan dalam berbagai bidang industri. Kappaphycus alvarezii (Doty) merupakan nama yang telah diperbaharui dari Eucheuma alvarezii (Doty). Nama Kappaphycus diberikan karena kandungan kimianya adalah kappa karagenan, sedangkan Kappaphycus alvarezii merupakan nama komersil dalam dunia perdagangan (Sulistijo, 2002). Atmadja dkk (1996) menjelaskan ciri umum dari K. alvarezii adalah thallus berbentuk silindris, permukaan licin, berwarna hijau, hijau kekuningan, keabu-abuan hingga merah dan memiliki duri yang tumbuh pada thallus dengan interval yang bervariasi. Percabangan keberbagai arah dengan batang utama keluar saling berdekatan di daerah pangkal. Cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah kearah datangnya sinar matahari. Cabang tersebut memanjang atau melengkung seperti tanduk K. alvarezii var Sacol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Pulau Sacol, Zamboanga, Philiphina dan mempunyai ciri morfologi yang hampir sama dengan K alvarezii, tetapi mempunyai perbedaan antara lain : percabangan thalus lebih pendek, duri yang tumbuh pada thallus lebih banyak, diameter lebih besar dan menggerombol bundar seperti bola. Daya tahan terhadap penyakit dan hama / predator lebih tinggi, tidak mudah patah karena talus besar dan kaku (Anonim, 2003) dan yang paling menguntungkan bagi petani adalah hasil panen lebih banyak karena beratnya. Ditambahkan oleh Aguilan et al (2003) menambahkan bahwa varietas ini mempunyai kelebihan yaitu mempunyai tingkat ketahanan terhadap penyakit yang biasa menyerang jenis K alvarezii yaitu ice-ice dan laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Ciri khusus lainnnya adalah predator yang umum

menyerang seperti ikan beronang (Siganus sp.) tidak menyukai jenis rumput laut ini (komunikasi pribadi dengan Simbik, 2004). Hasil ekstraksinya berupa 3--Dgalaktopiranosil-4-sulfat berselang-seling berikatan dengan 3-6-anhidro- - D galaktopiranosil (kappa karagenan) yang merupakan kandungan terbanyak. Varietas ini juga mengandung anhidrogalaktopiranosil 2- sulfat (iota karagenan) dan 6-Ometilgalaktopiranosil-4-sulfat dalam jumlah sedikit. Pulau Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi, selain itu merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. Kegiatan budidaya di pulau ini terutama didaerah Badung saat ini menimbulkan persoalan dengan kegiatan pariwisata yang banyak berorientasi di daerah pantai. Pemerintah Daerah Bali semakin membatasi luas lahan pantai yang digunakan untuk kegiatan budidaya, hal ini dilakukan oleh kelompok petani rumput laut yang dipandang cenderung mengotori wilayah pantai. Kondisi semakin sempitnya lahan telah dirasakan oleh petani yang biasanya dapat menghasilkan panen sekitar 1,2 ton / bulan sekarang menjadi 500 kg / bln dan kemungkinan besar pada tahun mendatang akan semakin berkurang. Hal ini sebagai akibat dari pembagian lahan dengan petani lain. Kondisi semakin sempitnya lahan mengharuskan pencarian metode alternatif, sehingga dengan lahan yang tidak begitu luas dapat menghasilkan produksi yang besar. Dari keterangan tersebut diatas, penelitian ini mencoba memberikan alternative metode budidaya dengan lahan yang terbatas yaitu dengan metode lepas dasar bertingkat. Pada prinsipnya yaitu menambah satu unit metode yang diletakkan pada bagian atas dari metode lepas dasar tunggal yang umum digunakan petani. Materi dan Metoda Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s/d November 2004 di Pantai Geger, Nusa Dua Bali. Pantai ini terletak di sebelah selatan Pulau Bali (08 o4906,7 LS dan 115o1330,3BT). Analisi nitrat, fosfat dan oksigen terlarut dilakukan di Laboratorium Analitik, Universitas Udayana Bali. ` Materi yang dipergunakan adalah bibit K. alvarezii var Sacol yang diperoleh dari petani Pantai Geger yang berumur 5 minggu.Ciri dari rumput laut ini yaitu thallus besar, ujung talus pendek dan tumpul. Bentuknya menggerombol seperti bola. Metode yang dipergunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu metode lepas dasar bertingkat pada bagian atas, bawah dan kontrol pada metode lepas dasar tunggal. Pada metode bertingkat bagian atas mempunyai ketinggian 60 cm dan bagian bawah 30 cm dari dasar laut. Sedangkan pada metode lepas dasar tunggal mempunyai satu unit perlakuan dengan ketinggian 30 cm dari dasar laut. Tiap unit perlakuan dengan 45 ulangan yang terbagi dalam 3 line dengan masing-masing jarak 25 cm, yang terdiri dari 15 titik ikatan untuk tiap risnya dan jarak tiap rumpun adalah 20 cm. Berat masing-masing bibit 100 gr. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini harus bibit yang baik dengan kriteria yaitu kondisi masih segar, berwarna cerah, thalus kenyal dan tidak adanya epifit yang menempel di permukaan talus. Penanaman dilakukan setelah bibit yang dipotong

sepanjang 5 10 cm pada bagian ujung talus dan ditimbang 100 gr diikat pada tali nilon. Penanaman dilakuan pada saat surut terendah atau menjelang sore hari. Pemeliharaan dilakukan setiap hari dan penimbangan setiap minggu selama enam minggu dan kegiatan ini dilakukan pada surut terendah. Parameter lingkungan seperti pH, suhu, dan salinitas diukur setiap hari sedangkan analisa sampel air yang berupa fosfat, amoniak, nitrat dan oksigen terlarut dilakukan setiap minggu. Pemanenan dilakukan setelah penelitian berlangsung selama 6 minggu. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengeringan. Pengeringan dilakukan setelah melepas ikatan dan disebar diatas tanah yang telah dialasi dengan tikar atau terpal. Kegiatan ini dilakukan selama beberapa hari sampai berat keringnya menjadi seperdelapan atau sepersepuluh dari berat basah. Pertambahan berat basah dan laju pertumbuhan diperoleh dengan menimbang berat rumput laut setiap minggu selama enam minggu dan data ini digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan rumput laut dengan menggunakan rumus Mubarak dkk. (1996) SGR = ln Wt - ln Wo ----------------- 100% t

dimana : SGR Wt Wo T = laju pertumbuhan harian (% / hari) = berat setelah t hari (gr) = berat awal (gr) = waktu penanaman (hari)

Hasil dan Pembahasan Pantai ini terlindung dari ombak karena terdapat karang penghalang dan karang tepi yang cukup jauh dari bibir pantai. Selain itu kecerahan juga baik karena saat pasang tertinggi, dasar laut masih terlihat jelas. Substrat berupa pecahan karang dan pasir serta adanya lamun yang miring kesatu arah. Hal ini menunjukkan pantai tersebut mempunyai arus yang baik. Tabel 1. Berat Rerata K. alvarezii var Sacol dengan Metode Lepas Dasar Bertingkat (Atas & Bawah) serta Metode Tunggal (Kontrol) di Pantai Geger, Nusa Dua - Bali Perlakuan Atas Rerata SD Bawah Rerata SD Berat Basah (gr) pada Minggu ke 0 1 2 3 4 100 143,33 252,78 286,67 348,89 0 1 49,49 93,48 117,98 18,00 100 136,11 201,67 205,00 249,44 0 17,32 38,21 78,26 90,22 5 447,78 159,71 309,44 113,60 6 511,78 183,60 330,56 119,76

Kontrol Rerata SD

100 0

129,44 16,24

227,78 51,74

237,78 91,80

321,11 119,42

408,33 162,63

472,22 175,18

Table 1 terlihat bahwa pada minggu ke 6 semua perlakuan (atas, bawah dan kontrol) menunjukkan nilai rerata yang tertinggi. Tabel 2. Nilai Rerata Pertambahan berat (gr) K. alvarezii var Sacol dengan Metode Lepas Dasar Bertingkat (Atas & Bawah) serta Metode Tunggal (Kontrol) di Pantai Geger, Nusa Dua Bali Perlakuan Atas Rerata SD Bawah Rerata SD Kontrol Rerata SD Pertambahan berat Basah (gr) Pada Minggu ke 1 2 3 4 5 43,33 109,44 33,89 62,22 98,89 18,00 48,64 86,79 76,80 81,35 36,11 65,56 3,33 44,44 60,00 17,32 35,07 72,22 36,50 42,44 29,44 98,33 10,00 83,33 87,22 16,24 46,28 90,04 41,63 102,06 6 64,00 70,32 21,11 41,61 63,89 66,90

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada bagian atas nilai rerata tertinggi terjadi pada minggu ke 2 sebesar 109,44 gr dan terendah pada minggu ke tiga yaitu 33,89 gr. Pada bagian bawah rerata tertinggi terjadi pada minggu ke 5 sebesar 60,00 gr dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 3,33 gr. Sedangkan pada kontrol, nilai tertinggi terjadi pada minggu ke 5 sebesar 87,22 gr dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 10,00 gr. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Harian (SGR) K.alvarezii var Sacol dengan Metode dasar Bertingkat dan metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua Bali Perlakuan Atas Rerata SD Bawah Rerata SD Kontrol Rerata SD SGR Pada minggu ke (% per hari) 1 2 3 4 5,03 7,95 1,96 2,89 0,70 1,89 1,80 0,61 4,28 5,44 0,91 3,03 0,54 1,64 1,37 1,11 3,57 7,54 1,70 4,40 0,95 0,64 0,01 0,63 5 3,44 0,90 3,09 0,25 3,13 1,61 6 2,02 0,99 0,97 0,20 2,39 0,97

Pada table 3 terlihat bahwa pada bagian atas nilai SGR tertinggi terjadi pada minggu ke 2 dengan rerata 7,95 %/hr dan terendah pada minggu 3 sebesar 1,96 %/hr. Pada bagian bawah tertinggi terjadi pada minggu ke 2 sebesar 5,44 %/hr dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 0,91 %/hr. sedangkan pada kontrol, nilai tertinggi pada minggu ke 2 sebesar 7,54 dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 1,7 % / hari. Tabel 4. Laju Pertumbuhan Mutlak K. alvarezii var Sacol Dengan Metode Dasar Bertingkat dan Metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua - Bali

Perlakuan Atas Bawah Kontrol

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

Wo 100 0 100 0 100 0

Ln Wo 4,61 0 4,61 0 4,61 0

Wt 511,78 183,60 330,56 119,76 472,22 175,18

Ln Wt 6,24 0.30 5,84 0,24 6,20 0,25

SGR 3,90 0,72 2,95 0,57 3,179 0,62

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai SGR tertinggi dicapai pada metode atas sebesara 3,90 bagian bawah 2,95 dan kontrol 3,179. Tabel 5. Parameter Fisika Kimia Lingkungan Budidaya K. alvarezii var Sacol dengan Metode Dasar Bertingkat dan Metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua Bali No 1 2 3 4 5 Parameter Suhu air Salinitas pH Nitrat (NO3) Oksigen terlarut Satuan C o /oo
o

ppm ppm

Nilai 22-30 29,38 7 10 31,18 7,55 12,56

Rerata SD 25,61 0,93 33,37 0,10 8,06 0,36 3,99 0,57 8,88 2,05

Pembahasan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil akhir berat rerata, laju pertumbuhan, laju pertumbuhan mutlak pada perlakuan atas memberikan nilai yang tertinggi dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini karena perlakuan Atas (A) lebih dekat dengan permukaan , maka cahaya yang diterima akan lebih banyak juga. Karena cahaya merupakan syarat mutlak bagi kehidupan rumput laut (Adey & Loveland, 1991; Lalli & Parson, 1993) Cahaya yang berfungsi untuk pertumbuhan dalam bentuk intensitas cahaya, panjang gelombang dan lama penyinaran (Lobban & Harrison, 1997). Fungsi cahaya dalam proses fotosintesis adalah mengangkut elektron dari H2O untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH. Fungsi lainnya yaitu menyediakan energi untuk membentuk ATP dari ADP dan Pi (Zse, 1993; Lobban & Harrison, 1997). Disamping itu cahaya berfungsi dalam membran. Pada peristiwa ini pigmen yang berfungsi sebagai penerima yaitu kriptokrom dan fitokrom (van den Hoek et al., 1995). Kedua pigmen ini terdapat di membran sehingga pengaruh yang jelas pada membran yaitu adanya pacuan transport ion yang melewati membran. Dengan adanya transport ini terjadi transport hara, penyerapan hara, sintesis hormon, sintesis enzim dan sintesis lain yang mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan (Santosa, 1990). Sehingga perlakuan atas hasilnya lebih baik dibanding perlakuan lain. Kemungkinan lain yaitu adanya transport ion berlangsung secara cepat dengan jumlah yang tepat dapat segera digunakan untuk mensintesis senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kemungkinan lain diduga terjadinya hambatan metabolisme sehingga pertumbuhan juga akan rendah. Hal ini terjadi di perlakuan bawah dan kontrol. Pertumbuhan yang dimiliki semua perlakuan pada tiap minggunya bervariasi. Pada tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa pada minggu ke dua mengalami peningkatan dibandingkan minggu sebelum dan sesudahnya. Hal ini diduga adanya ketersediaan nutrien

yaitu nitrat pada minggu ke dua ini lebih tinggi dibanding minggu sebelum (lihat tabel 6). Ditegaskan oleh (Braga & Yoneshigue Valentine, 1994) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur utama penyusun asam amino, asam nukleat, protein dan hormon. Dan pada algae merah kekurangan unsur nitrat akan menghambat pertumbuhan yang pada proses selanjutnya jika tersedia dalam jumlah sedikit akan menyebabkan terjadinya penurunan agar pada Gracilaria sp. Pada minggu ke tiga, baik pada laju pertumbuhan maupun pertambahan berat terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena kecepatan arus yang tinggi sehingga menyebabkan kerontokan talus, terlihat pada kontrol dari 45 ikatan bibit, sebanyak 3 ikat hilang. Bagian atas dua ikat hilang dan bagian bawah hilang 3 ikat. Selain terjadi kehilangan bibit, juga terjadi pelukaan talus karena terkena substrat dasar. Ketinggian air yang terukur pada minggu ini paling rendah 85 cm dan tertinggi 308 cm dengan rerata 162,4 cm. Pada minggu ke tiga ini selain kecepatan arus, salinitas juga lebih tinggi yaitu 35 %o. Dengan salinitas yang tinggi dan sifat tanaman ini yang eurihaline (hidup pada kisaran yang sempit) akan terjadi perubahan tekanan osmotik yang cukup besar. Pada salinitas diatas normal (30 %o) untuk hidup tumbuhan ini terjadi potensial air di luar rendah sehingga air akan berdifusi ke luar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan air di dalam sel dan sebaliknya terjadi pengambilan ion. Jika air terlalu banyak yang keluar, konsentrasi garam di dalam sel akan meningkat. Pada peristiwa ini akan terjadi kerusakan membran, organella, enzim, kenaikan turgor dan pengaturan osmotik. Sebaliknya pada salinitas rendah, air akan berdifusi ke dalam sehingga volume dan tekanan turgor meningkat. Peningkatan ini juga akan menyebabkan respon yang sama seperti halnya pada salinitas yang tinggi (Russel dalam Lobban & Harrison, 1997). Sehingga dalam budidaya rumput laut diperlukan kondisi salinitas yang optimum, dengan kondisi seperti ini maka energi / tenaga akan digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan. Pada minggu ke empat dan ke lima mengalami peningkatan pertambahan berat. Parameter lingkungan pada minggu ini berubah seperti minggu ke dua, kecepatan arusjg demikian. Selain itu kandungan nutrien juga optimal sehingga pertumbuhan rumput laut di minggu ini terjadi peningkatan. Pada minggu ke enam, terjadi penurunan pertambahan berat. Unsur nitrat menurun sampai 3,89 ppm. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan menurun, karena peran pentingnya nitrat sebagai penyusun asam amino, protein dan enzim.Adapun peran senyawa protein ini salah satunya mampu mempengaruhi berbagai proses metabolisme yang selanjutnya nampak dalam pertumbuhan (Fosket, 1994). Pencapaian berat akhir total metode lepas dasar bertingkat masing masing 45 ikan bagian atas dan 45 ikat bagian bawah, menghasilakan berat total 37,905 gr. Sedangkan pada metode tunggal mencapai berat total 21,25 gr. Jika dibandingkan dengan, hasil pencapaian berat basah dengan metode bertingkat adalah 1,78 kali dibandingkan metode tunggal. Sedangkan untuk perhitungan biaya produksi menunjukkan pada metode dasar lepas bertingkat terjadi peningkatan 72,7 % dari biaya metode lepas dasar tunggal. Untuk hasil keuntungan sebesar 112,3%. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Selama 6 minggu masa penanaman dengan metode lepas dasar bertingkat (atas dan bawah) dapat menghasilkan berat akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lepas dasar tunggal (kontrol). 2. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada perlakuan metode lepas dasar bertingkat (atas) dan terendah pada perlakuan metode lepas dasar bertingkat (bawah). Daftar Pustaka Atmadja, W.S; Sulistijo; Kadi. A; Satari. R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput Indonesia. P3O LIPI, Jakarta. Adey, WH ; Lovelland, K. 1991. Dynamic Aquaria Building Living Ecosystems. Academic Press Inc. California. Fosket, D. E. 1994. Plant Growth and Development. A Molecular Approach. Academic Press. California. Lobban C S ; Harrison P J. 1997. Seaweed Ecology and Physiology. Cambridge University Press. Mubarak, H; Ilyas, S; Ismail, W; Wahjuni, I. S; Hartati, S. T; Pratiwi, E; Jangkaru, Z; Arifudin, R. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Puslitbang Perikanan. PHP/KAN/PT/13/1990. Jakarta Sze, P. 1993. A Biology Of The Algae. 2 nd. Wm. C. Brown Publ. Melbourne. Trono Jr, G. C ; Azanza Corrales, R. 1982. The Genus Gracilaria (Gigartinales, Rhodophyta) in the Philippines. Kalikasan, Philip. J. Biol. 12 (1 2) : 15 41 Tseng, C. K; Chang, C. F. 1984. Chinese Seaweeds in Herbal Medicine. Hydrobiologia 116 : 255 260 van den Hoek, C; Mann, D. G; Jahns, H. .M. 1995. Algae. An Introduction to Phycology. Cambridge Univ Press, Cambridge. UK Womersley, H. B. S. 1996. The Marine Benthic Flora of Southern Australia. Part III B Flora of Australia. Suppley Series. No. 5. Aust. Biol. Resources Study, Canberra. Laut di

PERAN PENTING LAUT : - SUMBER PANGAN Meningkatnya jumlah penduduk disertai peningkatan permintaan pangan. Potensi sumber dayahayati laut di Indonesia masih rendah - SUMBER MINERAL Hanya NaCL (garam dapur) yang diekstraksi dari air laut Dasar laut terdapat kandungan Ni, Co, Cu, penambangan timah, minyak Pemanfaatan air tawar dari air laut - ENERGI DALAM LAUT Deposit minyak bumi & gas alam Pasut, dikendalikan ke bentuk energi lain, misaldi AS tinggi air pasang berperiode dpt mencapai 13 m setara 0,003 tenaga kuda/m2 digunakan pembangkit tenaga listrik

- PERHUBUNGAN LAUT Biaya lebih murah - LAUT SEBAGAI LINGKUNGAN UNTUK HIDUP Adanya proses hayati dasar karena proses ini dasar aktifitas hayati lain Proses fotosintesis (air, CO2 ckp banyak), hara, cahaya (pemudaran krn diabsorpsi/jg dipantulkan/diberaikan ke berbagai arah, shg proses ini berlangsung pd lap tipis KEUNTUNGAN : tidak adanya ancaman menjadi kering akibat evaporasi - Suhu cenderung konstan, krn salah satu sifat fisik air yg menguntungkan yaitu tingginya panas jenis air - Sifat tembus cahaya (transparansi) yi fotosintesis jg penting bagi penglihatan hewan laut - Cairan tubuh isotonik terhadap air laut berbalik dg air tawar yg harus memompa untuk mengeluarkan air - Telur hewan air tawar dipertahankan dlm tubuh induknya sedangkan hewan laut kehidupan embrional dapat dipijahkan begitu saja untuk kemudian dibuahi. - pH air laut relatif konstan krn tdpt as karbonat & as borat serta garam shg berfungsi sbg penyangga.
-

PERWILAYAHAN LINGKUNGAN HIDUP PENGGOLONGAN HEWAN & TUMBUHAN BAHARI


Lingkungan hidup bahari : - lingkungan hidup dasar laut / benthik

- lingkungan hidup perairan/ pelajik PERWILAYAHAN LINGKUNGAN HIDUP BENTHIK Meliputi seluruh dasar laut, mulai daratan yang masih terkena percikan ombak ketika air pasang tertinggi sampai dasar laut paling dalam. Terdiri : 1. Mintakat Supralitoral Yaitu bagian daratan yang masih terkena percikan ombak pada waktu air pasang 2 .Mintakat Litoral / Mintakat pasang surut Yaitu dasar laut antara lokasi permukaan air pada waktu air pasang & pada waktu air surut 3. Mintakat Sublitoral Yaitu dasar laut antara lokasi permukaan air laut pada waktu air surut sampai dasar laut terdapat pada kedalaman 200m 4. Mintakat Bathial Yaitu dasar laut antara lokasi dimana dasar laut terletak 200m dan 4000m di bawah permukaan laut 5. Mintakat Abisal Yaitu dasar laut antara lokasi dimana dasar laut terletak 4000 m dan 6000 m di bawah permukaan laut 6. Mintakat Hadal Yaitu dasar laut yang terletak lebih dari 6000 m di bawah permukaan laut PERWILAYAHAN LINGKUNGAN HIDUP PELAJIK Dilakukan dua arah yaitu horizontal & vertikal PERWILAYAHAN KE ARAH HORIZONTAL

1. Perwilayahan neritik, yaitu perairan dari pantai ke arah laut terbuka sampai

lokasi kedalaman 200m. Dpkl perairan diatas paparan benua Perairan neritik diatas mintakat litoral dinamakan perairan litoral, sedangkan perairan diatas mintakat sublitoral dinamakan perairan sublitoral 2. Perairan samudra/ perairan oceanic, yaitu perairan dari lokasi kedalaman 200 m ke arah laut terbuka PERWILAYAHAN KEARAH VERTIKAL 1. perairan epipelajik, yaitu selapis perairan bahari dari permukaan air sampai kedalaman 200 m 2. perairan mesopelajik, yaitu selapis perairan bahari antara kedalaman 200 m dan 1000 m 3. perairan bathipelajik, yaitu selapis perairan bahari antara kedalaman 1000 m dan 4000 m 4. perairan abisopelajik, yaitu selapis perairan bahari antara kedalaman 4000 m dan dasar laut PENGGOLONGAN ORGANISME BAHARI 1. Produser, terbagi - renik, mengapung di permukaan air atau hanyut melayang ke dalam air, terbawa arus (plankton) Phyton = tumbuhan Zoion = hewan - benthos (bathys = dalam) Epifauna = zoobenthos yg hdp di perm perairan Infauna = zoobenthos yg hdp di dasar perairan
2. Konsumer (invertebrate, ikan herbivore, omnivore, karnivore)

Jika bergerak aktif (nekton, nektos = berenang), jika pasif terbawa arus & gelombang (zooplankton). Nekton yg hdp melekat & mencari makan di dasar laut tmsk gol demersal. Organisme yang masih dpt melewati planktonet (nanoplankton) yi 5 - 60 & < 5 (ultraplankton)
3. Pereduksi, hampir semua td organisme renik spt bakteri & jamur.

Organisme ini mengekskresi enzim yang mampu memecah molekul organik komplek menjadi molekul sederhana yg dpt diserap.Pd proses

perombakan dihslkan ion sederhana & gas yg dpt digunakan oleh tumbuhan. Perombakan ini dikenal mineralisasi bahan organik (fermentasi, pembusukan).

SUHU Kenaikan suhu 10OC menaikkan kecepatan reaksi 2 x lipat Pengaruh : - proses hayati dalam tubuh organisme proses kimia - distribusi organisme keuntungan : - tingginya panas jenis air - Eurythermal (kisaran suhu besar) - Stenothermal (kisaran suhu sempit) - Homoithermal (mentoleransi suhu intern sangat sempit)

Sebagian besar air samudra, kurang dr 10% vol suhu > 10OC Dan > 75% suhu dibawah 4OC. Alasan :
-

Sinar hanya mampu menembus beberapa meter terdapat lap air hangat & lap transisi air dingin. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu cepat ke bawah (THERMOKLIN) gejala laut

Pengaruhnya : - sirkulasi air - sebaran biota - daur kimia CAHAYA


Pengaruhnya : - sumber energi untuk fotosintesis - perpindahan populasi hewan terutama plankton

SALINITAS
Merupakan ukuran dari berbagai macam zat padat yang larut dalam satuan volume air , dinyatakan dalam promil (%o). Jumlah seluruh zat yang larut dalam 1kg air laut dengan anggapan bahwa seluruh karbonat telah dirubah menjadi okside, semua bromide,dan iodide diganti dengan kloride & semua organic telah mengalami oksidasi sempurna Arti terbatas kr mengabaikan komposisisi relative garam & mengabaikan trace element

Eurihaline (hidup pada kisaran salinitas lebar) Stenohaline (hidup pada kisaran salinitas sempit) Tipe perairan berdasarkan salinitas Salinitas (%o) 0 0,5 3,0 10 17 30 34 > 38 - 0,5 -3 - 10 - 17 - 30 - 34 - 38 Tipe perairan Tawar Payau oligohaline Payau mesohaline Payau polihaline laut oligohaline Laut mesohaline Laut polihaline Hipersaline

SALINITAS & FAAL ORGANISME


Variasi salinitas dpt mpgh organisme lewat : - perubahan BJ air laut - perubahan tekanan osmotic - di perairan samudra keduanya tdk begitu pengaruh kr fluktuasi salinitas kecil Ekstrim: - hewan / tumbuhan bermodifikasi agar dpt hidup terapung kr memiliki - kandungan gas(air bladder) spt Physalia Sargassum sp & sifonofor pada

- ikan teleostei mempunyai kandung renang berisi gas - organisme mempunyai rangka / cangkang , organ khusus kandung gas

- plankton / organisme berrenang lemah terdapat butir2 minyak - alga berkapur dpt mengakumulasi ion-ion ringan dalam cairan sel Umumnya kadar garam dalam sel bahari cenderung sama dengan air laut (ISOTONIK), Jika berbeda terdapat mekanisme pengatur osmose. Cara mencegah masuknya air : (hipotonik, air masuk ) - biota memp pelindung ekstern yang tidak permeable terhadap air - dinding (membran) sel dilindungi agar air tidak dapat masuk - mekanisme mengekresi kelebihan air Mencegah keluarnya air pd ikan kelas Osteichthyes (mamalia & burung laut) (hipotonik terhadap air laut) :
-

dipertahankannya air didlm tubuhnya & diekskresikan garam (air & garam diminum) lewat insang

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Seminar

: Pertumbuhan Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfuss Dengan Metode Jaring Kantong Di Tambak Udang, Desa Hurip Jaya, Babelan- Bekasi

Nama Mahasiswa NIM Jurusan/Program

: Rendi Syah : K2D 099 318 : Ilmu Kelautan / Ilmu Kelautan

Mengesahkan

Pembimbing Seminar

Dra. Rini Pramesti, MSi NIP. 131 885 301

Pembagian mintakat pantai berdasarkan jenis substrat 1. Mintakat Lumpur - Terjadi adanya aliran air mengandung lumpur dari darat - khas di perairan teluk & estuarine - masalah, krn partikel Lumpur dapat menembus system pernafasan & penyumbatan - O2 rendah, partikel ini padat & tdk meninggalkan rongga O2 - jenis bakteri 2. Mintakat Pasir - air mengalir diantara pasir,ada pertukaran O2 lapisan atas & bawah - Besarnya partikel mempercepat pengeringan & gelombang memindahkan pasir saat menuju pantai. Perpindahan pasir bertindak sebagai penggerus. OKI hewan hrs dilengkapi cangkang, mampu bergerak bersama butiran pasir atau memendam dalam dibawah permukaan untuk menghindari penggerusan. 3. Mintakat cadas / batu
-

Biota mudah beradaptasi krn banyak macam lingk mikro seperti lingk pd celah padas, lubang, permukaan cadas, kubangan pasut dll O2 bagus , banyak makanan, tempat berlindung

Jenis hewan melekat, melubangi dasar cadas, melekat dg kaki hisap (keong), bersembunyi di sele- sela alat pelekat (cacing), merekatkan diri dg semacam semen pada batu (teritip)

4. Mintakat Timbunan - berupa tumpukan kayu dermaga, galangan kapal, bangunan buatan - lingkungan terpisah, krn menunjang kehidupan yg tidak terdapat di lingkungan lain (tiram pengebor, teredo) - menegak susunannya, memudahkan penentuan pemintakatan pasut

LINGKUNGAN BENTIK Terbagi 2 : 1. Mintakat Litoral / Mintakat pasut antara paras air tertinggi dari pasut MINTAKAT ABISAL : bentangan pantai yang terletak

SAP. MATA KULIAH KULTUR JARINGAN PS. ILMU KELAUTAN SEMESTER GASAL 2006/2007
Hari : Senin, Jam : 08.40 10.20 (TB 301) Dosen Pengampu : 1. DR. Ita Widowati, DEA 2. Dra. Nirwani S, MSi 3. Dra. Rini Pramesti, MSi 4. Ir. Gunawan Widi Santosa (IW) (NS) (RP) (GW) (Koordinator)

Isi perkuliahan : Memberikan pengetahuan, pengertian, dan kemampuan menganalisa kepada mahasiswa mengenal cara dan untuk mempelajari (sel hewan dan tumbuhan) dengan cara mengkultur atau membiakkan secara invitro dari suatu jaringan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 MINGGU I II III IV V VI VII VIII VIX X XI XII XIII XIV XV XVI MATERI Pendahuluan Kultur Jaringan Hewan Teknik yang digunakan Desain Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan (dasar teori) Teknik-teknik yang digunakan Teknik-teknik yang digunakan MID SEMESTER Kultur meristem Kultur jaringan & sel Contoh beberapa kultur meristem Contoh beberapa Kultur jaringan & sel Teknik-teknik khusus : Cell cloning Kultur Organ / sel Aplikasi kultur jaringan Aplikasi kultur jaringan PENGAMPU IW IW IW IW NS NS NS IW / NS RP RP RP RP GW GW GW GW

Mengetahui, Ketua Jurusan IK

Semarang, 5 Maret 2007 Koordinator MK,

Ir.Irwani, MPhill

Dr.Ir.Ita Widowati, DEA

Bagi dosen yang berhalangan hadir pada jadwal tersebut diatas dimohon dapat memberitahu sebelumnya kepada coordinator dan mahasiswa yang bersangkutan serta mengganti pada hari yang lain bukan pada hari yang terjadwal.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MK. BIOLOGI SEMESTER GASAL 2007 / 2008 PS.ILMU KELAUTAN, JURUSAN ILMU KELAUTAN DESKRIPSI :
Mata kuliah ini berisikan prinsip dasar dari ciri-ciri organisme hidup, struktur organisasi dan materi kehidupan, sel, struktur,fungsi dan metabolisme tumbuhan, struktur, fungsi dan metabolisme hewan, Perkembangan dan pertumbuhan serta klasifikasi Dosen Pengampu 1. Dra. Rini Pramesti, MSi 2. Dra. Ken Suwartimah 3. Dra. Nirwani, MSi Dilaksanakan hari Senin, pk. 08.00- 09.40; Ruang TB 301 Jadwal Perkuliahan : T. Tanggal Pokok Bahasan

Pengampu

Muka 1-5

3 24 Sept 07 1 Okt 07

6-10

8-29 Okt 07 5 Nov 07

11 12-14 15-16

19-26 Nov 07 3 Des 07 10-17 Des 07

PENDAHULUAN STRUKTUR ORGANISSASI KEHIDUPAN MATERI KEHIDUPAN SEL STRUKTUR & FUNGSI TUMBUHAN METABOLISME SEL ANABOLISME KATABOLISME TATANAMA TUMBUHAN MID SEMESTER STRUKTUR & FUNGSI HEWAN TATANAMA HEWAN PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN Semarang,

Dra.Nirwani,MSi

Dra. Rini P, MSi

Dra. Ken S Dra. Nirwani September

2007 Mengetahui : KPS. Ilmu Kelautan Ir. Ibnu Pratikto, MSi NIP. 131 675 255

Koordinator Mata Kuliah Dra. Rini Pramesti, MSi NIP. 131 885 301 Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Kelautan Ir. Irwani, MPhill NIP. 131 964 516

You might also like