You are on page 1of 11

http://www.riwayat.net/2011/07/perbedaan-individu-dalam-belajar-dan.

html

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR DAN MENGINGAT


Diposkan oleh Riwayat Attubani di 11:27

Oleh: Riwayat

A. Pendahuluan Memperhatikan kasus dari dua orang anak yang ditampilkan melalui serangkaian tugas yang memerlukan mereka untuk mempelajari konsep konsep dasar guna mendiskripsikan sejumlah gambar gambar yang nampak sama. Kedua anak-anak ini memiliki usia yang sama. Masing masing anak mempelajari setiap gambar selama beberapa menit sebelum mereka menjawab terkait dengan instruksi membedakan gambar dari dua buah gambar yang mirip tapi tidak serupa dengan gambar lainnya dalam kelompoknya. Sebaliknya, anak kedua menjawab dengan cepat terhadap pertanyaan yang diinstruksikan setelah mengamati gambar yang diberikan secara sepintas. Akhir dari serangkaian tugas ini, anak pertama dapat melakukan dengan baik membedakan masing masing gambar sedangkan anak kedua masih memperoleh hasil yang buruk. Bagai mana anda menyimpulkannya? Apapun jawaban atas pertanyaan ini, contoh contoh ini menggambarkan konsep dasar yang nampak bagi kita yang disebut konsep individu yang berbeda dengan individu lainnya ditandai dengan perbedaan kemampuan mereka yang tergantung pada bagaimana mereka belajar. Contoh lainnya adalah mahasiswa disebuah perguruan tinggi jelas memiliki pandangan yang berbeda dalam hal bagaimana mereka membuat pendekatan terhadap suatu permasalahan materi pembelajaran yang diajarkan. Salah seorang mahasiswa mengambil buku catatannya di kelas dan kemudian menulis materi yang diajarkan. Sedangkan mahasiswa lainnya hanya menulis beberapa catatan saja dan sepertinya sudah memberikan petunjuk bagi dia dari materi yang dibicarakan dalam perkuliahan tersebut. Mahasiswa ketiga melaporkan usaha mereka untuk mengingat fakta atau bukti dari perkuliahan yang dijalaninya dengan memunculkan gambaran gambaran yang merupakan konsep dasar penting yang dipahaminya. Ketiga mahasiswa ini tentunya berorientasi sama untuk mendapatkan pemahaman pembelajaran dalam suatu perkuliahan. Namun bagaimana mereka mempelajari materi perkuliahan antara ketiganya jelas berbeda. Berangkat dari point ini sebagaimana yang telah kita singgung sedikit mengenai perbedaan cara manusia belajar. Secara implisit sebagaimana yang banyak dikemukakan dalam penjelasan bab bab sebelumnya, bahwa terdapat suatu gambaran umum, dimana rata- rata siswa akan bereaksi dengan cara karakteristik mereka sendiri dalam memahami pelajaran dan pemahaman mereka tergantung pada cara pembelajaran mereka. Dan inilah pembuktian fakta yang membenarkan pembahasan yang telah kita kemukakan mengenai prestasi siswa dalam memahami materi yang diberikan didasarkan atas beberapa kondisi. Meskipun demikian, perlu kirannya kita memperhatikan variabilitas di antara anak anak dalam menjalani tugasnya belajar. Terkadang pada tingkat prestasi akhir dan terkadang dengan cara menguasai seluruh tugas yang diberikan. Inilah kasus yang muncul dengan

karakteristik yang berbeda dikalangan masyarakat dalam memahami sesuatu melalui proses pembelajaran yang terkadang lebih bersifat prediktif terhadap kinerja mereka dalam mempelajari dan megingat tugas yang diberikan dibanding kondisi penanganan khusus yang diberikan kepada siswa melalui eksperimen mereka. Di sini terdapat sebuah pertimbangan mengenai sifat dari perbedaan siswa dalam belajar dan dalam memahami materi. Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri pembahasan berikut ini. B. Sifat Perbedaan Individu Dalam kehidupan nyata dan keragaman nilai yang dimiliki manusia, setidaknya ada suatu sistem konsep yang berguna bagi manusia untuk memikirkan mengenai adanya perbedaan karakteristik kemampuan mereka. Barangkali pendekatan yang paling umum adalah menilai dan menyorot seseorang berdasarkan tipe mereka. Di sini, sepertinya terdapat beberapa jenis pengelompokkan yang dibuat secara berulang ulang oleh masyarakat melalui sejarah kehidupannya, berdasarkan pada hal hal yang mereka temukan dalam kehidupan mereka dan dari orang tua mereka. Pengelompokkan ke dalam tipe psikologi juga memiliki sejarah yang panjang. Walaupun pengelompokkan jenis psikologi ini belum memberikan dukungan ilmiah, namun pengelompokkan tertentu didasarkan pada keahian manusia atau posisi bintang ketika seseorang itu dilahirkan yang mana mitos ini telah begitu populer dikalangan masyarakat. Meskipun demikian, banyak ilmuan pada abad ke -20 yang umumnya sangat fokus pada salah satu aspek individualitas pada saat teori ini dikembangkan dan terus direalisasikan pada pengukuran skala relatif terhadap pengukuran pembuktian dari teori sebelumnya, bahkan pengelompokkan kemampuan seseorang ke dalam satu kesatuan secara menyeluruh dimasukkan ke dalam kategori beberapa kelas. Hal ini dicirikan sebagai bentuk disposisi atau pergeseran keseimbangan dan relatif luasnya ciri dan karakteristik manusia itu sendiri terhadap perbedaan kemampuan yang mereka miliki dalam memahami sesuatu melalui proses pembelajaran dan implikasi kemampuan mereka juga berbeda dengan individu lainnya dikarenakan adanya perbedaan karakteristik dan tingkat kemampuan mereka. Fokus penelitian yang mengacu pada karakteristik manusia barangkali menjadi konsep dasar yang tetap digunakan guna mempelajari berbagai situai perilaku manusia dalam belajar dan memahami lingkungan mereka lebih lanjut. Agaknya hal ini peting dibanding pernyataan temporer individu itu sendiri. Contohnya, pernyataan emosi diri yang lebih dominan terwakili dibanding masalah kecemasan yang sering mempengaruhi secara drastis terhadap perilaku mereka dalam hal mempelajari dan memahami sesuatu dari hari ke hari. Tentunya, di sini terdapat banyak sekali keragaman, karakteristik kemampuan manusia itu sendiri yang meliputi nilai, perilaku, dan minat, dengan menghormati perbedaan pendapat orang lain. Masalah utama dalam kajian bab ini yaitu mengangkat bagaimana memanajemeni perbedaan kemampuan siswa dalam mempelajari dan mengingat materi yang diberikan. Untuk itu perlu kita memperhatikan beberapa sejarah yang membentuk latar belakang perkembangan model pembelajaran pemahaman dan peningkatan daya ingat siswa saat ini. C. Sejarah Awal Pada tahun tahun terakhir, banyak sekali perhatian yang difokuskan pada pembelajaran mengenai perbedaan individu dalam belajar dan mengingat. Walaupun pada bidang ini sebagian besar banyak diabaikan hingga tahun tahun terakhir ini mulai

bermunculan pakarpakar teori pembelajaran yang mana dalam perjalanan sejarahnya mengembangkan teori pembelajaran ke dalam beberapa topik pembahasan lainnya mengenai perbedaan karakteristik individu dalam belajar dan mengingat yang juga akan dibahas dalam teks ini. Awal abad 1000 sebelum masehi, masyarakat Cina telah menggunakan uji perilaku atau sikap seseorang dalam bidang kajian aritmatik dan pemanahan untuk melihat kandidat yang ditunjuk untuk menduduki posisi didalam pemerintahan mereka. Walaupun dalam budaya Eropa Kuno tidak menekankan pentingnya karakteristik individu, namun penilaian perbedaan individu setidaknya memberikan andil yang besar yaitu pada tahun 1700-an dengan berkembangnya paham Protestantism yang lebih menekankan pada karakteristik individu dan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih menekankan pada penilaian dan pengukuran. Barangkali, faktor yang teramat penting adalah mengarahkan perluasan minat ilmiah pada pandangan individu yang berbeda yang dikembangkan kedalam teori evolusi dan dikaitkan pada penekanan keanekaragaman konsep dasar yang dipahami. Kenyataannya, pengukuran dari perbedaan perbedaan di antara para individu ditinjau dari karakteristik psikologinya, memberikan penelusuran yang khas terhadap teori Darwin yang dikembangkan lebih lanjut oleh kemenakannya Sir Francis Galton, namun sebagai pelopor penelitian Galton lebih jauh berbeda dari usaha usaha penelitian yang memberikan penjelasan tentang perbedaan kemampuan kognitif manusia yang berkembang pada saat itu. Dalam penelitian Antropometric yang dilakukan Sir Francis Galton di London, ia melihat kemampuan intelektual seseorang dievaluasi dengan mengukur kekuatan tulisan tangan mereka, menguji keahlian motorik mereka dan mengukur ketajaman pendengaran dan penglihatan. Sebuah kesimpulan penting yang bisa ditarik dari penelitian tentang ilmu sejarah mengenai perbedaan karakteristik individu ditinjau dari kajian ilmiah ini maka perbedaan individu sejauh ini erat hubungannya dengan pengujian mental dan teknologi. Misalkan ; uji intelegensi modern pertama yang dikembangkan oleh Alfred Binet tahun 1904, atas permohonan pegawai pendidikan di Prancis. Binet ditunjuk menjadi komisi untuk menghasilkan sebuah instrumen yang memungkinkan dilakukannya pemisahan para siswa berdasarkan karakteristik kemampuan mereka tentunya pemisahan bagi para pelajar yang lambat dalam menangkap pemahaman pelajaran dan kemampuan mengingat terutama dilakukan di sekolah sekolah di Prancis. Pada umumnya, pengujian yang dilakukan Binet ini lebih rumit dibanding pengujian yang dibuat Galton dan keduanya sama -sama belum menekankan pada uji karakteristik sensorik dan keahlian motorik. Karakteristik yang bernilai lainnya dari uji Binet ini adalah kemampuan merespon terhadap praktek yang menuntut pemahaman terstruktur dari siswa dalam memahami test guna memperoleh skor atau nilai yang merupakan pengukuran tingkat intelegensi seseorang secara umum. D. Penelitian mengenai Keragaman Karakteristik Individu dalam dalam keterampilan Penelitian tentang perbedaan individu dalam penanganannya terhadap pengukuran tingkat intelektual mereka erat kaitannya dengan perkembangan ilmu statistik dan teknologi komputer yang telah memudahkan manusia bekerja dengan sejumlah da ta yang banyak. Meskipun demikian, pendekatan yang dilakukan ini juga memungkinkan kita untuk memformulasikan cara cara penting dalam mempelajari perbedaan seseorang secara sederhana dengan membuat teori tentang sifat sifat personalitas atau kepribadian

seseorang, melakukan pendekatan secara lebih sederhana sebagaimana sebelumnya ditolak oleh banyak peneliti dikaitkan dengan penelitian ilmiah dalam mengkaji perbedaan individu. Bahkan dalam penelitian ini, banyak para peneliti yang memilih untuk memproses penelitian ini dengan melakukan sejumlah pengujian untuk tiap tiap kelompok subjek yang besar. Apabila domain penelitian ini ditelusuri lebih dalam mengenai perbedaan individu ditinjau dari tingkat kemampuan belajar mereka, tentu standar pengujian harus dianalisa agar bisa mengukur tingkat prestasi dari sejumlah individu dan membedakannya berdasarkan tugas dan paradigma yang mampu diselesaikan oleh individu sebagaimana yang dijelaskan dalam buku ini sebelumnya. Oleh karena itu, skor kedua yang didapatkan melalui teknik statistik akan diketahui analisis faktor yang digunakan untuk melakukan kajian kajian yang lebih mendasar mengenai faktor faktor yang diukur dari penilaian uji awal. Tentunya dengan menganalisa materi yang diberikan dengan menggunakan sistem komputer. Pada dasarnya analisa faktor adalah bentuk analisa hubungan yang lebih rumit diantara sejumlah test lainnya yang bisa dicapai pada standar faktor yang lebih kecil yang barangkali bisa diinterprestasikan sebagai dimensi dasar dari perbedaan individu dalam domain penelitian yang ditemukan. Melalui penjelasan singkat ini, muncul pertanyaan bagaimana perbedaan individu ini bisa dipelajari ? saat ini kita tentunya menyusun ciri ciri khusus mengenai pendekatan ini. Pertama, kita melihat bahwa seorang psikolog tentunya akan tertarik untuk membahas perbedaan individu dalam beberapa karakteristik yang harus dimulai dengan beberapa jenis pengukuran atau uji mental dari karakteristik tersebut. Mudah mudahan, pengujian yang digunakan adalah salah satu yang dapat menghasilkan bukti yang konsisten, untuk mengukur perbedaan kemampuan antar individu dalam belajar dan mengingat yang tentunya akan memperkuat tingkat kemampuan individu yang dicapai sesuai dengan skor yang mereka peroleh dan tingkat kemampuan yang berbeda ini juga erat kaitannya dengan perbedaan pencapaian indikator yang mereka perlihatkan dalam kehidupan riel mereka . melalui pengujian tingkat kemampuan individu tentu memungkinkan untuk mengukur tingkat intelektual mereka. Dengan memperhatikan contoh-contoh dari seorang psikolog yang tertarik untuk mempelajari kemampuan artistik ini, maka dapat disimpulkan bahwa apabila sebuah pengujian mengukur kemampuan seseorang diformulasikan, maka reliabilitas pengujian ini bisa diperhitungkan dengan memperoleh dua skor dari masing-masing kelompok orang. Skor ini bisa diperoleh dengan melakukan uji sebanyak dua kali atau dengan melakukan sedikitnya dua bentuk pengujian yang berbeda, dengan interval waktu yang singkat antar pengaturan pengujian yang diberikan. Apabila menyusun individu berdasarkan skor ujian terhadap pelaksanaan pertama adalah sama sebagaimana didasarkan pada pelaksanaan kedua, maka pengujian ini dikatakan dapat dipercaya (reliable). Apabila tidak terdapat korelasi antara dua bentuk pengujian ini, maka barangkali ada sesuatu yang salah dan pengujian ini tidak dapat dipercaya (unreliable). Karakteristik ciri-ciri kedua yang banyak dilakukan dalam penelitian adalah mengangkat perbedaan individu yang sudah lama dikemukakan dalam data dan teori-teori yang ada. Sedangkan mereka berhasil menghindari kekeliruan dari dogma psikologi yang berlaku sebelumnya dengan melakukan penelitian yang lebih menekankan pada uji empiris dimana peneliti dalam mengamati perbedaan individu lebih sering diarahkan melalui permasalahan praktis dibanding penggunaan teori dalam penelitian tersebut. Hasil

dalam beberapa kasus telah diperoleh berupa uji mental yang memberikan hubungan tidak jelas terhadap masing-masing individu yang diuji dan terhadap pemikiran-pemikiran teoritis yang ada. Karakteristik akhir dari model ini akan kita telusuri dengan menekankan pada metode kuantitatif. Fokus pada metode kuantitatif ini telah menghasilkan teknologi pengujian mental yang memungkinkan pembenaran statement bisa dibenarkan terkait dengan pengukuran hubungan prestasi individu dengan prestasi individu lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Beberapa kritik pun bermunculan, meskipun metode kuantitatif ini masih prematur dan terlalu luas. E. Beberapa perbedaan individu dalam kemampuan belajar dan mengingat Dari sebagian besar perbedaan karakteristik kemampuan siswa dalam belajar dan mengingat, kami hanya akan membahas empat masalah kognitif penting yang mempengaruhi kemampuan belajar dan mengingat. Pertama, karena pemikiran populer mengenai hubungan IQ dan kemampuan belajar maka kita perlu memperhatikan pemikiran mengenai intelijensi. Selain itu juga dibahas style kognitif, strategi pembelajaran dan kemampuan mengingat. 1. Intelijensi Uji perbedaan individu memungkinkan perhatian publik pada pengukuran kemampuan seseorang yang tentunya menghasilkan skor nilai IQ. Pada tahun 1920 an, pengujian ini sangat berguna sekali dilakukan. Banyak pendukung gerakan ini di Amerika yang kemudian dirasa bahwa seseorang yang memiliki IQ sedang hingga tinggi yang hanya dibolehkan untuk lebih produktif dibanding mereka yang memiliki keterbelakangan mental dan kelompok keterbelakangan mental ini biasanya dihindari. Baru-baru ini pengujian yang sama ini juga dipandang sebagai instrument yang menimbulkan prasangka. Sebagian alasan untuk kedua pengukuran intelijensi ini telah menimbulkan pembingungan tentang permasalahan apa yang harus diukur. Beberapa evaluator telah membuat konsepsasi intelijensi sebagai kemampuan untuk belajar dengan cepat. Pandangan intelijensi lainnya mengindikasikan adanya tingkat kesulitan permasalahan atau soal-soal yang diberikan pada individu sesuai dengan usianya dalam mengukur kemampuan mereka menyelesaikan soal. Terkadang defenisi ini jauh lebih luas dan lebih menekan kapasitas glogal seseorang sebagai contoh kemampuan bertindak, kemampuan berfikir rasional dan kemampuan berfikir efektif dalam menanggapi seseorang. Selain itu banyak para penguji lainnya terus melawan arah pengujian ini secara lebih luas dengan mengangkat permasalahan umum dan pendefenisian operasional intelijensi secara total, seperti kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan baik pada uji intelijensi atau apapun model ujiannya. Bagaimana pun intelijensi, hal yang mungkin paling penting di sini adalah mengindikasikan sesuatu yang belum ada. Misalnya pernyataan yang tidak benar yang dikorelasikan dengan tingkat intelijensi dari kemampuan belajar seseorang. Penelitian mengenai tingkat kemampuan belajar seseorang mengindikasikan bahwa ada beberapa faktor pembelajaran yang diperlukan untuk memprediksikan berbagai tugas pembelajaran yang dihadapi siswa. Sejumlah model khusus dari faktor-faktor yang diperlukan ini tergantung dari jenis-jenis tugas yang diukur meliputi keahlian motorik, kemampuan belajar verbal, kemampuan mengkonsep pembelajaran, kemampuan memahami sebuah konsep dan sebagainya yang digunakan sebagai variabel uji

dalam penelitian khusus. Pendeknya, kita bisa katakan di sini tidak ada pengukuran terhadap kemampuan pembelajaran tunggal yang bisa menyebabkan ketidaktepatan dalam menginterprestasikan score IQ sebagai refleksi dari tingkat kemampuan seseorang. Fakta ini memperlihatkan bahwa orang pertama mempelajari tugas mereka dengan lebih cepat dibanding orang kedua yang bukan berarti bahwa tingkat pembelajaran mereka dapat disamakan ketika kedua orang ini dihadapkan pada tugas yang berbeda. Secara mekanismenya, siswa bisa mempelajari bagaimana mengoperasikan sebuah mesin yang kompleks dengan kecepatan lebih dibanding bagian-bagian yang berorientasi pada pemahaman akademik. Haruslah dicatat bahwa nilai IQ berhubungan dengan ukuran belajar di sekolah. Model Test dalam Tradisi Binet masih efektif mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai berbagai kesulitan menuju keberhasilan di sekolah tradisional. Kita harus catat bahwa fakta ini tidak perlu menyiratkan bahwa tingkat kecerdasan/inteligen adalah faktor penyebab menentukan tingkat pencapaian. Orang bisa membalikkan argumentasi itu dan mengatakan bahwa semakin seorang anak mencapai sekolah yang lebih tinggi IQ nya berperanan. Sesungguhnya, anak-anak yang belajar lebih tinggi di sekolah cenderung untuk meningkatkan tes kecerdasan/inteligen mereka beberapa tahun ini. Hal yang penting untuk tujuan kita bukanlah yang mana, juga bukan tentang variabel-variabel penyebab variabel lain, tidak ada jawaban akhir yang mungkin. Melainkan, adalah penting untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat sedang antara kedua variabel. Ini berarti bahwa mengetahui tingkatan intelijensi perorangan akan membuat kita dapat meramalkan dengan derajat kesaksamaan beberapa tingkatan prestasi akademis, dan sebaliknya. Kebanyakan psikolog mengatakan nilai IQ tunggal itu memerlukan kecakapan dan pembesaran yang pantas dipertimbangkan dalam rangka menyajikan suatu penilaian akurat dari suatu potensi individu. Sebagaimana Leo Kamin dan yang lainnya sudah menekankan, untuk kelompok tertentu dan kelompok rasial minoritas, nilai IQ tidak bisa dipertimbangkan sebagai ukuran valid dari potensi intelektual. Sebagai tambahan, nomor tunggal tidak harus diambil sebagai suatu penyajian yang cukup tentang segala kemampuan intelektual individu. Manusia terlalu kompleks untuk mewakili nilai tunggal, dan diperlukan untuk memusatkan pada tes kemampuan khusus seperti halnya pada kecerdasan/inteligen umum. Psikolog seperti L. L. Thurstone dan J. P. Guilford telah lama meneliti area tes kemampuan khusus. Seperti salah satu dari psikolog yang pertama yang menggunakan teknik analisis faktor, Thurstone pada awalnya mengenali tujuh faktor kemampuan khusus yang mana ia dikenal sebagai Kemampuan Mental Yang utama. Walaupun ini telah dilakukan oleh yang lain, banyaknya kemampuan mental utama belum pernah mendekati seratus duapuluh kemampuan mandiri yang dihipotesakan oleh Guilford di dalam model struktur akalnya. Kemampuan tertentu ini mungkin sebagai keserasian kejuruan. Sebagai contoh, Pemikiran Thurstone mengenai faktor ruang yang ditafsirkan sebagai ukuran keserasian yang mekanis yang diperlukan untuk banyak pekerjaan di dalam masyarakat industri. Suatu komentar akhir yang harus dibuat mengenai kemampuan khusus ini adalah bahwa, walaupun mereka berbeda, mereka cenderung untuk berhubungan dengan kecerdasan/inteligen umum sampai taraf tertentu. 2. Cognitive Styles

Teori yang berhubungan erat kepada permasalahan dalam keserasian untuk belajar adalah tipe kognitif. Keserasian perorangan mungkin dipandang sebagai suatu tingkatan dari capaian intelektual, sedangkan tipe kognitif mengacu pada cara capaian atau bagaimana sesuatu menyelesaikan tugas-tugas intelektual. Sebagai contoh, individu berbeda pilihan atau kemampuan untuk belajar dari suatu cara yang dilakukan berhubungan dengan perasaan spesifik. Sebagian orang merasa paling baik belajar dari material tertulis, sedang sebagian orang yang lain merasa lebih efisien belajar dari pengolahan indera pendengar dengan isi yang sama melalui ceramah / kuliah atau siaran ulang tv dari video. Perbedaan individu sepanjang dimensi ini ditaksir oleh suatu persepsi tugas yang mempertemukan test figur umum yang harus memilih enam pekerjaan yang sangat serupa yang mana persisnya seperti suatu figur target. Hanya satu menit dalam mencari jawaban yang benar dan salah. Ukuran waktu tanggapan untuk masing-masing individu diambil seperti halnya score ketelitian. Orang yang lebih lambat dibanding rata-rata dan siapa yang membuat lebih sedikit kesalahan dibanding rata-rata Walaupun penggolongan ini meliputi kebanyakan pengambil test, tetapi tidak meliputi semua. Beberapa individu membuat banyak kesalahan sungguhpun mereka pelan-pelan, sedang individu lain bisa bekerja dengan cukup cepat tanpa membuat banyak kesalahan. Banyak tipe kognitif lain telah diusulkan dan diselidiki. Sebagai contoh, pembedaan di dalam tipe telah dibuat didasarkan pada tingkat dimana seseorang bereaksi pada suatu stimulus kompleks secara keseluruhan dibanding pada analisa bagian komponen (ketergantungan bidang dan kebebasan bidang) dan tingkat manaperorangan (berhenti untuk mengabaikan perubahan di dalam rangsangan berikutnya dari waktu ke waktu ( pengatur dan mempertajam). Apa yang secara khas ditemukan adalah bahwa tipe kognitif seseorang terkait tidak hanya kepada bagaimana ia belajar, tetapi juga pada keputusan penting seperti pilihan suatu lapangan kerja atau perguruan tinggi utama. 3. Learning Strategies Strategi Belajar sebagai tambahan terhadap perbedaan di dalam karakteristik global yang mempengaruhi pelajaran, suatu faktor penentu penting dari suatu capaian individu pada tugas yang diberikan adalah strategi spesifik yang diambil untuk tugas itu. Strategi berbeda telah secara ekstensif menyelidiki dalam berbagai pelajaran dan memori tugas. Salah satu dari dua metoda secara khas digunakan untuk belajar perbedaan individu di dalam konteks ini: pokok materi di dalam eksperimen manapun hanya disangsikan menyangkut strategi mereka menggunakan suatu perbedaan dan strategi spesifik di dalam kemampuan mereka untuk menerapkan strategi itu. Di dalam prosedur yang terdahulu, strategi mungkin secara khas ditetapkan dengan mengadakan percobaan sebelum mulai eksperimen dan diatur menurut derajat tingkat kompleksitas mereka. Sebagai contoh, di dalam belajar, suatu strategi memerlukan konstruksi yang menghubungkan stimulus dan tanggapan istilah yang diatur seperti strategi yang paling

rumit, sedang pengulangan boleh jadi dipandang memerlukan proses paling sedikit dengan pokok materi dan dengan begitu dapat diatur sedikit kompleks. Studi yang menggunakan prosedur kedua sudah mencoba untuk menentukan efek instruksi untuk menggunakan jenis strategi tertentu tentang pelajaran individu yang berbeda. Yang sering terjadi, perumpamaan dan penyelesaian sengketa dengan strategi lisan telah dibandingkan dengan satu sama lain dan dengan instruksi untuk menggunakan rotasi pengulangan. Kedua perumpamaan atau instruksi penyelesaian sengketa dengan penengahan lisan mengakibatkan pelajaran dengan mantap lebih cepat dibanding instruksi dihafal dan tidak ada instruksi spesifik: Instruksi Perumpamaan juga mempunyai suatu dampak lebih besar dibanding instruksi lisan, walaupun efek nya relatif kecil. Perbedaan Individu dalam strategi daya ingat telah pula diselidiki baru-baru ini. Dari diskusi yang lebih awal dari memori dan pelajaran lisan, kamu dapat mengantisipasi bahwa suatu perbedaan penting antar pokok di dalam tugas jenis ini adalah kemampuan mereka secara subyektif mengorganisir material. Sebagaimana disebutkan pada bab konsep belajar, perbedaan individu antar pelajar mempunyai suatu dampak pada tingkat yang mana pelajaran terjadi: Pemilihan dari strategi yang berbeda menggunakan konteks ini, seperti memusatkan konservatif dan fokus berjudi, dihubungkan dengan kesanggupan ingatan pokok materi dan kecerdasan/inteligen umum. Paradigma Pemilihan untuk konsep pelajaran secara khas dipekerjakan untuk mengamati penggunaan dari strategi yang berbeda ini 4. Memory Ability Perbedaan kesanggupan ingatan individu tidak hanya di dalam kemampuan mereka untuk memperoleh informasi, tetapi juga di dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan informasi apapun yang mereka peroleh. Beberapa tahun terakhir, psikolog berbeda mengukur kecerdasan. Beberapa yang paling menarik untuk pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh suatu regu peneliti dipimpin oleh Earl Hunt, seorang psikolog dan Clifford Lunneborg seorang psychometrician. Pendekatan dasar yang diambil oleh Earl Hunt dan Lunneborg telah menguji para siswa perguruan tinggi berbagai tugas memori. Para mahasiswa terpilih untuk masuk di dalam studi pada dasar score ekstrim mereka pada tes kecerdasan. Mereka membatasi para mahasiswa peringkat puncak yang keempat atau keempat terakhir di kelas mereka di dalam gabungan kedua-duanya yang lisan dan gabungan yang kwantitatif pada suatu pengujian pintu masuk. Penelitian Earl Hunt dan Lunneborg's mengungkapkan dua penemuan basis dasar,: satu mengenai implikasi perbedaan di dalam kemampuan lisan dan lain mengenai implikasi variasi yang berbeda di dalam kemampuan kwantitatif. Pada dasarnya, pembedaan sepertinya di dalam fungsi jenis memori pada kemampuan yang berhubungan. Pertama, kemampuan lisan tinggi secara khas menyiratkan bawah lebih besar efisiensi akan lebih besar memori jangka pendek. Sebagai contoh, mempertimbangkan apa yang terjadi ketika pokok ditampilkan dengan satu set digit dan kemudian menanyakan sesuatu sangat ringkas apakah digit tertentu adalah di dalam memori

menetapkan atau bukan. (Ini adalah dasar Paradigma Sternberg menyebutkan diskusi reaksi waktu sebagai metoda belajar memori di dalam bab 4.) Kemampuan kwantitatif tinggi dan rendah tidak berbeda dalam seberapa cepat mereka menjawab tugas ini. Bagaimanapun, kemampuan lisan tinggi mempunyai waktu untuk bereaksi lebih cepat (atau pencarian / menilai lebih cepat) dibanding kemampuan lisan rendah. Fakta ini, bersama-sama dengan penemuan serupa di dalam sejumlah tugas lain, menyatakan bahwa kemampuan lisan tinggi dihubungkan dengan kecepatan pengolahan informasi lebih besar, terutama sekali di dalam situasi yang menekankan memori jangka pendek. Kedua, kemampuan kwantitatif tinggi yang secara khas menyiratkan pembalasan lebih besar untuk melupakan campur tangan. Sebagai contoh, mempertimbangkan capaian Peterson dan Tugas Peterson, yang mana digunakan untuk menilai efek dari pengacauan tugas pada memori jangka pendek. Sehubungan dengan pokok kwantitatif rendah, pokok kwantitatif tinggi mempertunjukkan daya ingat yang jauh lebih tinggi mengingat kembali informasi yang telah diperkenalkan sebelumnya. Campur tangan juga ditunjukkan pada tugas menuntut ingatan informasi jangka panjang. Sebagai contoh, walaupun kemampuan lisan adalah peramal yang lebih baik tentang berapa lama untuk memperoleh informasi yang lisan secara khas yang digunakan tugas ini, kemampuan kwantitatif yang manakah yang lebih baik dalam memperkirakan berapa banyak informasi dalam lima minggu kemudian. Dengan mengetahui kemampuan lisan seseorang, kamu dapat menaksir bahwa orang belajar tingkat tarip, sedangkan pengetahuan tentang kemampuan kwantitatif mengijinkan suatu perkiraan ingatan. Hasil ini menarik, sebab tes kecerdasan dan tugas teori yang digunakan di sini berbeda dengan pokok materi. Ini terutama sekali terjadi pada kasus kemampuan lisan. Pertanyaan pada pengujian masuk perguruan tinggi yang digunakan untuk menilai kemampuan lisan yang pada dasarnya menyinggung kepada isi dari memori jangka panjang. Sebagai contoh, seperti kebanyakan tes standar, ada mempertanyakan mengenai definisi kata-kata dan isi dari prosa,: Pada dasarnya, tes ini sedang menyelidiki isi dari memori jangka panjang. Di dalam kontras tugas teori, yang mana perbedaan tinggi dan rendahnya verbal pokok, tergantung pada tingkat pengolahan informasi di dalam memori jangka pendek, bukannya pada informasi spesifik yang menyimpan memori jangka panjang. Orang bisa mengadakan hipotesa, meskipun demikian, tidak sama sekali dibuktikan, bahwa pengolahan yang efisien dari informasi berikutnya oleh pokok lisan tinggi mengakibatkan dasar pengetahuan mereka lebih besar di dalam memori jangka panjang. Unusually Good Memory Contohnya antara dua orang yang berinisial VP dan S yang memiliki memori luar biasa, penelitian ini dilakukan oleh psikolog Rusia yaitu A. R. Luria. Kedua orang responden ini berasal dari daerah yang sama di Erofa. VP dan S mampu untuk menghafal 48 angka-angka dalam beberapa menit dan kemudian mengulangnya dengan cepat baik depan maupun mundur, mendatar atau menurun.

Perbedaan yang ada pada kedua orang tersebut adalah dalam kemampuan untuk mengumpulkan informasi. S lebih cenderung kepada hal yang tertulis atau subjek yang nyata, sedangkan VP lebih cenderung kepada imajenasi. Perbedaan ini jelas terlihat ketika mereka mengikuti tes yang telah disediakan oleh peneliti. VP dapat memainkan catur dengan berbagai macam permainan tanpa harus melihat hal-hal yang tertulis. Kemampuan ini menunjukkan bahwa VP lebih unggul dalam melakukan sesuatu melalui imajenasinya. Sedangkan S lebih unggul ketika menjelaskan hal-hal yang tetulis atau subjek yang nyata. F. Attribute by Treatment Interactions Pembelajaran yang baik merupakan hal yang penting diperhatikan oleh seorang guru. Berdasarkan psikologi para siswa mempunyai perbedaan karakteristik satu sama lainnya, maka dalam konteks ini guru perlu memberikan pelayanan yang berbeda pula dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal. Salah satu yang dapat digunakan adalah dengan pola attribute by treatment interactions (ATI). Komponen ATI yang pertama adalah attribute, maksudnya adalah suatu alat pengukur perbedaan individu seorang siswa. Dalam mengukur kemampuan kognitif atau afektif seorang siswa harus dipersiapkan tolak ukur yang serasi bagi masing-masing siswa. Kedua, adalah treatment, maksudnya adalah cara atau metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran. Dalam hal ini guru boleh memilih metode yang paling cocok atau sesuai dengan kondisi siswa. Sedangkan yang ketiga adalah interactions, maksudnya adalah efek atau hasil dari alat ukur (attribute) dan metode (treatment) yang digunakan dalam suatu pembelajaran. Maka akan terlihat perbedaan individu di antara para siswa setelah melakukan pola pembelajaran dengan ATI. Ada dua hal penting diperhatikan dalam ATI, yaitu perbedaan psikologi individu dan eksprimen psikologi. Setelah diadakan tes dengan pole ATI, maka akan didapat data siswa yang memiliki perbedaan secara incidividu berdasarkan kognitifnya. Oleh karena itu, perlu dibuat kelompok untuk para siswa tersebut. Pengelompokkan ini berdasarkan kriteria siswa yang berada di atas rata-rata dan siswa yang berada di bawah rata-rata. Menurut pandangan ATI dalam suatu pembelajaran para siswa harus memilih guru yang sesuai dengan dirinya. Maksudnya adalah siswa memerlukan layanan yang berbeda antara satu dengan lainnya sesuai dengan karakteristiknya. Maka siswa mancari guru yang sesuai dengan keinginannya agar tujuan pembelajaran cepat tercapai. Dengan berbagai keterbatasan maka pola ATI belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Hal ini memerlukan guru yang banyak untuk memenuhi keinginan siswa, belum lagi minimnya fasilitas sarana prasarana yang ada di sekolah. Walaupun ketidaksesuaian guru dan siswa merupakan masalah psikologi yang berakibat kepada kemampuan kognitif siswa dalam menyerap materi pelajaran tetapi harus dilakukan beberapa strategi alternatif.

G. Penutup Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam psikologi belajar ada perbedaan individu siswa dalam hal memory dan belajar. Hal ini sangat terkait dengan kondisi mental dan kognitif siswa ketika menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, perbedaan individu ini harus diperhatikan oleh guru agar tidak ada salah paham dan tidak terjadi kontra informasi antara guru dan siswa.
Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah dengan pola attribute by treatment interactions (ATI), pola ini memiliki pandangan bahwa siswa harus belajar dengan guru yang sesuai dengan dirinya. Karena walau bagaimana pun siswa jelas memiliki perbedaan individu. Maka setelah dilakukan penelitian oleh para pakar berdasarkan ATI untuk memberikan pelayanan yang berbeda kepada setiap siswa harus ada strategi alternatif yang dilakukan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Label: Makalah, PENDIDIKAN

You might also like