You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan hal yang sering terjadi pada ibu hamil.

Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Setiap kehamilan secermat apapun direncanakan tetap akan memberi kejutan baru bagi calon ibu. Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan untuk pertama kali. Kecemasan sering menyertai proses kehamilan tersebut karena banyak perubahan yang akan dihadapi. Selain menghadapi perubahan baik fisiologis maupun psikologis, wanita yang baru mengalami kehamilan pertama juga harus menghadapi proses kelahiran dan perubahan pola hidup, sehingga dapat memicu terjadinya kecemasan. Bentuk dari kecemasan itu dapat berupa perasaan khawatir, was-was, gelisah, takut, dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinan, serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi yang kadang menimbulkan ketidaknyamanan. Kecemasan umumnya ditandai dengan peningkatan kadar zat kimia otak yang berfungsi mengendalikan emosi (serotonin), ketegangan motorik dan hiperaktivitas saraf otonom. Keadaan ini menimbulkan sejumlah gejala, baik fisik maupun psikis. Kecemasan pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai gangguan diantaranya dapat berupa gangguan fisik seperti pusing, jantung berdebar dan tekanan darah meningkat, mulas, mual, dan diare, otot kaku, tegang, dan terasa nyeri, sering buang air kecil akibat terganggunya sistem saluran kemih, dan juga berupa gejala psikis seperti mudah marah, sensitive, sulit tidur. Hal ini akan lebih parah jika terjadi pad aibu hamil karena selain dapat mengganggu kesehatan ibu hamil, juga keadaan kesejahteraan janin yang dikandungnya. Hal itu dikarenakan hormone norepinefrin dan kortisol yang meninggi ketika ibu cemas dapat ditransfer pada bayi. Selain itu kondisi cemas pada ibu hamil menimbulkan konsentrasi hormon norepinefrin dan kortisol tinggi yang berhubungan dengan terjadinya kesulitan pada persalinan, seperti partus lama (Rinawati, 2008) Besarnya masalah Menurut hasil penelitian Antoinette M. Lee dari Universitas Hong Kong, yang dipublikasikan di The Medical Journal Obstetrics and Gynecology akhir 2007 lalu, lebih dari separuh (57 persen) perempuan hamil terkena gangguan kecemasan. Di Indonesia, jumlah kasus kecemasan pada ibu hamil cenderung meningkat. Untuk pentingnya memperhatikan kondisi kesehatan mental ibu hamil-tidak hanya kesehatan fisiknya.Sayangnya, masalah kesehatan mental pada ibu hamil kurang diperhatikan, bahkan kerap diabaikan. Padahal, untuk melahirkan bayi sehat, kondisi ibu harus sehat, fisik maupun mental, sehingga belum ada data seberapa besar kecemasan atau masalah kejiwaan lain pada ibu hamil menyumbang pada angka kematian bayi. Namun, yang pasti, setiap bulan tak kurang dari 1.500 bayi meninggal di Indonesia( Rinawati,2008) Untuk mengurangi resiko yang timbul akibat kecemasan yang terjadi pada ibu hamil maka kecemasan pada ibu hamil itu sendiri harus dikurangi, untuk itu dapat dilakukan

berbagai kegiatan, seperti mendengarkan musik, relaksasi, menghirup aroma terapi, dan salah satunya melakukan pijat pada badan. Pijat merupakan teknik pengobatan tradisonal dengan menggunakan teknik sentuhan dengan sedikit tekanan pada bagian tubuh. Pijat badan pada wanita hamil menggunakan teknik yang sama walaupun ada beberapa bagian tidak boleh dilakukan pijatan. Meskipun begitu pijat ibu hamil tetap dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya dapat mengurangi kegelisahan, mengurangi gejala-gejala depresi, membebaskan nyeri otot dan nyeri sendi, dan meningkatkan kesehatan bayi baru lahir. Studi penelitian yang dilakukan 10 tahun yang lalu menunjukkan bahwa kadar hormon berhubungan dengan relaksasi dan stress, yang mendorong perbaikan kesehatan cardiovasculer, ketika massage therapy (pijat) diperkenalkan untuk perawatan prenatal. Hormon-hormon seperti norepinefrin dan kortisol (hormon stress) dikurangi dan level dopamine dan serotonin ditingkatkan pada wanita-wanita yang dilakukan pijatan setiap dua minggu selama hanya lima minggu.dengan menurunnya tingkat norepinefrin dan kortisol maka dapat mengurangi tingkat stress dan kecemasan pada ibu hamil TM III. Perubahan level hormon tersebut juga mengurangi kesulitan-kesulitan selama kelahiran dan memperkecil kesulitan-kesulitan bayi yang baru lahir, seperti berat badan kelahiran yang rendah ( hasyim, 2009) Seperti yang sedang digalakkan saat ini yaitu promosi kesehatan, yang lebih menekankan pada aspek promotif dan preventif dari pada hanya sekedar kuratif, termasuk dalam menangani berbagai masalah di bidang kesehatan ibu dan anak. Kematian ibu masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Penurunan AKI sangat lambat, yaitu 450 per 100.000 pada tahun 1986, menjadi 425 per 100.000 pada tahun 1992. Perbedaan tiap Provinsi cukup besar, yaitu berkisar antara 130-750 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut 3-5 kali AKI Negara ASEAN lainnya, atau 50 kali AKI negara maju. Dan kini AKI di indonesia menurut SDKI tahun 2007, yaitu 228 per 100 ribu kelahiran hidup, dan masih tertinggi di wilayah Asia tenggara (Depkes RI,2009) Berbagai penyulit dalam persalinan seperti kala 1 atau kala 2 lama merupakan salah satu penyumbang terjadinya kematian Ibu dan menimbulkan kesakitan pada ibu dan bayi. Dan untuk menangani masalah tersebut kebanyakan masih menggunakan aspek kuratif saja, tanpa mempertimbangkan aspek preventif sebagai solusi untuk mengurangi kejadian tersebut. Kesehatan dan kesejahteraan ibu akan lebih baik jika dapat mencegah terjadinya berbagai penyulit pada persalinan dan kehamilan, selama hal tersebut dapat dicegah. Dengan cara mengurangi faktor-faktor penyebab atau faktor resiko pada ibu hamil.

B. TUJUAN a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB I dibimbing oleh Yuli Syabaniah S.Si.T

b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tanda-tanda ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 3

BAB II ISI A. KEHAMILAN 1. Definisi Menurut KBBI (2002), Kehamilan adalah keadaan mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa. 2. Klasifikasi Umur Kehamilan Ditinjau dari tuanya, kehamilan dibagi menjadi: kehamilan triwulan pertama(antara 012 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu), triwulan ketiga (28-40 minggu). Kehamilan antara 36-42 minggu kehamilan matur, kehamilan lebih dari 42 minggu disebut postmatur, dan kehamilan antara 28-36 minggu disebut prematur (Wiknjosastro, 2005). 3. Perubahan-Perubahan Maternal

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Saifuddin, 2006). a. Perubahan fisik ibu hamil Pada saat kehamilan terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genetelia eksterna dan interna dan pada payudara perubahan yang terdapat pada wanita hamil ialah antara lain: 1) Genetalia eksterna dan interna Uterus membesar pada bulan-bulan pertama. Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gramServiks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Konsistensi serviks menjadi lunak dengan adanya hipervaskularisasi akibat meningkatnya hormon estrogen. Vagina dan vulva juga menagalami perubahan, vagina dan vulva tampak lebih merah kebiru-biruan (livide). 2) Mammae Mammae akan membesar dan tegang akibat hormonsomatomamotropin, estrogen dan progesteron. 3) Sirkulasi darah Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 %, diikuti oleh cardiac output yang meningkat kira-kira menjadi 30 %. 4) Traktusdiges tivus Pada bulan-bulan awal terjadi mual karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot digestivus menurun, makanan lebih lama berada di dalam usus. Salivasi berlebihan daripada biasanya. 5) Sistem respirasi Biasanya ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas, disebabkan karena diafragma tertekan oleh uterus yang membesar. 6) Traktus urinarius Pada bulan-bulan awal kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga timbul sering kencing. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin sudah turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing mulai muncul lagi karena uterus kembali tertekan. 7) Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. 8) Matabolisme dalam kehamilan Wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, sistem endokrin juga meninggi (Wiknjosastro, 2005). b. Perubahan psikologis ibu hamil Kehamilan dianggap sebagai waktu krisis yang diakhiri dengan kelahiran bayi. Selama kehamilan kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis dan emosional. Perubahan psikologis dan emosional ini tampaknya berhubungan dengan perubahan biologis yang dialami ibu selama kehamilan. Emosi ibu hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap kehamilan dapat saja berlebihan dan mudah berubah-ubah. Ibu hamil sangatlah sensitif dan rapuh. Banyak ketakutan yang muncul akan bahaya yang mungkin saja terjadi pada diri ibu maupun janinnya. Ketakutan yang tidak mendasar ini mungkin disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada tubuhnya tampaknya tidak bisa ia kendalikan dan proses hidupnya berubah dan tidak dapat dikembalikan lagi. Inilah saat ibu hamil memerlukan saran, dorongan, pengarahan dan bantuan dari orang-orang sekitarnya. Oleh karena perubahan psikologis secara spesifik dapat diduga berdasarkan perubahan biologis selama kehamilan (Fitri, 2009). Kehamilan trimester III merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi pada realitas untuk orang tua yang menantikan kelahiran anaknya. Ikatan orangtua dan janin berkembang pada Trimester III. Ibu kadang merasa takut akan berpisah dengan bayinya jika lahir nanti, namun saat-saat untuk melahirkan sering dinanti juga. Ibu sudah mulai membayangkan kondisi bayi yang akan dilahirkan nanti, baik tentang fisiknya, jenis kelamin, maupun kemampuan mental dari bayi yang akan dilahirkan. Nama bayi yang akan dilahirkan biasanya sudah direncanakan pada trimester III ini (Bobak, 2004). 4. Ketidaknyamanan Kehamilan Ibu hamil pada Trimester III sering mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilanya. Sistem pencernaan pada ibu hamil sering mengalami rasa tidak nyaman sperti: konstipasi, yang bisa disebabkan karena peningkatan progesteron yang menyebabkan peristaltik usus melambat, mortilitas otot-otot polos menurun, penyerapan air dalam kolon meningkat, suplementasi zat besi, kurang latihan, diet kurang (Pusdiknakes, 2003). Perut kembung juga sering timbul karena beberapa penyebab yaitu motilitas gastrointestinal yang menurun, tekanan uterus yang membesar, dapat juga karena masuk angin. Walaupun jarang terjadi panas perut (heart burn) juga sering dialami ibu hamil trimester III. Hal ini disebabkan antara lain karena aliran balik ke esophagus yang mengandung asam gastrin, relasksasi spinkter esofagus bagian bawah, kemampuan kerja gastro intestinal yang kurang dan pergeseran lambung naik ke diafragma (Pusdiknakes, 2003).

Rasa tidak nyaman pada kulit juga sering dirasakan ibu hamil seperti gatal-gatal yang kemungkinan disebabkan karena hipersensitif terhadap antigen plasenta. Keringat yang bertambah juga sering mengakibatkan keluhan, karena aktifitas kelenjar apokrin meningkat, aktifitas kelenjarecerine meningkat sebagai akibat metabolisme dan berat badan meningkat. Strie gravidarum walaupun tidak berbahaya sering dikeluhkan ibu hamil karena pengaruh dari hormon yang meningkat (Pusdiknakes, 2003). Kram pada kaki juga sering terjadi pada ibu hamil trimester III, hal ini bisa terjadi karena tekanan uterus yang meningkat pada syaraf, keletihan, aliran darah/sirkulasi yang kurang ke tungkai bawah, ketidakseimbangan antara kalsium dan fosfor. Di samping itu ada juga ibu hamil yang mengeluh mati rasa dan perih pada jari-jari tangan dan kaki. Hal ini bisa disebabkan karena pada titik gaya berat akibat uterus yang bertambah besar (Bobak, 2004). Ketidaknyamanan kehamilan juga dirasakan pada daerah punggung atas dan bawah dan daerah ligamentum retundum berupa rasa nyeri. Rasa nyeri daerah punggung atas dan bawah biasanya disebabkan karena kurvatur dari vertebra lumbosakral yang meningkat saat uterus membesar, spasme otot karena ada tekanan pada syaraf, penambahan ukuran payudara, peningkatan hormon yang menyebabkan jaringan kartilago menjadi lembek, keletihan, mekanisme tubuh yang kuarang baik pada saat mengambil barang di lantai. Nyeri ligamentum pada ibu disebabkan karena hipertropi dan peregangan ligamen selama hamil, tekanan dari uterus ke ligamentum (Pusdiknakes, 2003). Keluhan pada kepala bisa berupa pusing/sinkope. Hal ini bisa disebabkan karena hipotensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamik, penggumpalan darah di pembuluh darah tungkai, bisa juga karena hipoglikemia. Sedangkan sakit kepala bisa disebabkan karena kontraksi/ spasme otot, keletihan, mata tegang, kongesti hidung, dinamika cairan syaraf yang berubah (Pusdiknakes, 2003). Ibu hamil Trimester III juga sering mengalami edema, varises pada kaki dan vulva. Hal ini bisa disebabkan karena kongesti pada ekstremitas bawah sehingga permeabilitas meningkat, tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik, kerapuhan jaringan elastis pembuluh darah (Pusdiknakes, 2003). Keluhan sering kencing pada ibu hamil juga banyak terjadi pada usia kehamilan trimester III. Hal ini disebabkan karena desakan uterus yang membesar terhadap kandung kencing dan karena pengaruh hormon (Bobak, 2005; Pusdiknakes, 2003). Keputihan juga sering diderita oleh ibu hamil karena mukusa vagina mengalami hiperplasia, peningkatan lendir pada kelenjar endoservikal karena pengaruh peningkatan estrogen (Pusdiknakes, 2003). Sesak nafas juga sering dialami ibu hamil Trimester III. Hal ini disebabkan karena ekspansi diafragma terbatas karena uterus yang membesar (Bobak, 2004). 5. Kecemasan dalam Kehamilan a). Definisi kecemasan Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang.

Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi (mis. kehamilan), tetapi pada kenyataanya ancaman terhadap diri berkaitan dengan khawatir dan keprihatinan yang terlibat di dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari ancaman itu sendiri (Carpenito, 2001). Menurut Nettina (2001), ansietas adalah perasaan kekhawatiran subjektif dan tegangan yang dimenifestasikan oleh tingkah laku psikofisiologis dan berbagai pola perilaku. Individu yang terkena mengalami tingkat ansietas yang mempengaruhi fungsi kepribadian, okupasi, atau lingkungan sosial, serta kesejahteraan psikofisiologis. b). Sebab-sebab Kecemasan yang dialami Ibu Hamil : 1). Perubahan-perubahan fisik selama tiga trimester Perubahan fisik tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan terhadap perubahan fisik pada trimester 1 yaitu mual-mual, muntah-muntah, pusing, cepat lelah dan capek. Sedangkan perubahan psikologisnya adalah wanita hamil mudah marah, mudah tersinggung, dan sebagainya pada trimester 1 wanita hamil lebih cemas dan takut akan keguguran. Hal ini dikarenakan pada fase ini perkembangan bayi belum terlihat jelas dan lemah. Pada trimester ke-2 ibu hamil biasanya sudah bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada trimester 1. Ibu hamil pada trimester ke-2 mulai merasakan adanya gerakan janin di dalam perutnya. Apabila wanita hamil tidak dapat merasakan gerakan-gerakan bayi dalam kandungannya maka akan muncul kecemasan. Kecemasan ini berasal dari ketakutan ibu hamil akan berkembangnya janin yang ada di dalam perutnya. Apakah bayi yang ada di dalam kandungannya masih hidup atau mengalami suatu gangguan. Pada wajah ibu hamil juga akan muncul bercak kecoklatan pada kulit hidung dan pipi. Wanita hamil yang selalu memperhatikan kecantikan wajahnya akan merasa cemas dengan kecantikannya. Pada trimester ke-3 kecemasan akan kembali muncul ketika akan mendekati proses persalinan. Ibu hamil akan ditakuti oleh kesakitan yang luar biasa ketika akan melahirkan bahkan resiko kematian. Hal ini disebabkan wanita hamil sering mendengarkan cerita-cerita, baik dari tetangga maupun ibu-ibu yang pernah melahirkan. Apakah ia bisa melakukan proses mengejan dengan baik agar proses persalinan berlangsung dengan lancar. Jika wanita hamil lemah, maka akan mempersulit proses melahirkan nanti. Perubahan tubuh ibu hamil berlangsung cepat, akan menimbulkan perubahan citra tubuh. Tingkat perubahan berhubungan dengan fakto-faktor kepribadian, respons sosial dan sikap menghadapi kehamilan. Perubahan citra tubuh adalah normal namun dapat menimbulkan stres. (Salmah, 2006). Pada trimester ketiga terdapat kombinasi antara perasaan bangga dan cemas tentang apa yang akan terjadi pada saat melahirkan. Pada saat ini ibu akan mengalami:
a. Merasa diri diistimewakan di lingkungan umum (ia bisa senang atau menolak)

b. Proses kedekatan dengan fetusnya berlanjut c. Persiapan menjadi orang tua/ ibu

d. Spekulasi mengenai jenis kelamin anak dan nama anak


e. Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinga ke perut ibu dan berbicara dengan

fetusnya. 2) Pengalaman emosional ibu hamil Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman- pengalaman baru. Wanita hamil yang pertama kali hamil akan lebih merasa cemas dibandingkan dengan wanita hamil yang sudah pernah melahirkan. Hal ini didasarkan bahwa Cemas dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru, atau melahirkan bayi (Stuart & Sundeen, 1998). Wanita hamil akan belajar dari pengalaman-pengalaman emosionalnya selama menjalani kehamilan. Apabila wanita hamil merasa terancam maka akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan sebagai suatu emosi yang muncul dari pengalaman subyektif individu. Individu yang mengetahui penyebab sumber kecemasannya akan lebih mudah untuk menghadapi kecemasan terutama pada ibu hamil. 3) Situasi-situasi yang mengancam ibu hamil Situasi yang mengancam ibu hamil meliputi ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan. Individu yang merasa pada suatu kondisi yang tidak jelas akan menimbulkan cemas. Contohnya; khawatir akan kehilangan orang yang kita cintai, perasaan- perasaan bersalah dan berdosa yang bertentangan dengan hati nurani, dan sebagainya. Situasi kecemasan tersebut biasanya dialami oleh wanita yang menjalani kehamilan dan persalinan. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan akan rasa aman sangat diperlukan ketika rasa gelisah dan rasa takut muncul pada ibu hamil. Ibu hamil akan sangat cepat mengenali diri dan bayinya jika ia berada dalam situasi-situasi seperti keguguran atau cemas terhadap dirinya yang mengidap penyakit berbahaya bagi calon bayi (Aisyah, 2009). c). Sumber-Sumber Kecemasan pada Ibu Hamil Sumber-sumber kecemasan pada ibu hamil meliputi kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan realitas merupakan kecemasan atau takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar seperti takut mati, trauma kelahiran, perasaan berdosa dan sebagainya. Kecemasan realitas yang dialami oleh ibu hamil adalah ketakutan akan kesehatan bayi yang dikandungnya, takut bayi yang dilahirkannya bernasib jelek/ buruk, takut tidak diterimanya bayi oleh suami dan keluarga, takut akan ditinggalkan suami sesudah ia menjalani prose persalinan karena karena bentuk tubuh yang telah berubah. Hal ini dapat menyebabkan ibu hamil merasa tidak percaya diri dalam melewati masa kehamilan dan kelahiran. Kecemasan neurotik adalah kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan sesorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman. Kecemasan jenis ini merupakan rasa cemas terhadap penyakit yang dialami dan dirasakan ketika hamil. Kecemasan neurotik ini biasanya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil atau tempat yang tinggi dan orang banyak. Penyakit ini sejenis dengan penyakitfobia.

Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani, rasa berdosa apabila individu melakukan atau berfikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma. Perasaan bersalah dan berdosa yang dialami oleh ibu hamil adalah hamil di luar nikah, pernikahan yang tidak direstui oleh keluarga dan ketiadaan suami/keluarga pada saat hamil dan melahirkan. Hal ini muncul karena individu tersebut melakukan hubungan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Aisyah, 2009). Menurut Salmah (2006) stress ibu hamil dipengaruhi oleh emosi, lingkungan sosial, latar belakang budaya, penerimaan atau penolakan terhadap kehamilanya. d). Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Stuart & Sunden (1998) mengidentifikasikan tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi : a. Kecemasan ringan Pada tingkat kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan. b. Kecemasan sedang Pada ringkat ini individu lebih menfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya. c. Kecemasan berat Pada tingkat ini lahan individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kecemasan, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan. d. Panik Keadaan ini mengancam pengendalian diri, individu tidak mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi keperibadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya respon untuk berhubungan dengan orang lain dan kehilangan pikiran yang rasional. Tingkah laku panik ini tidak mendukung kehidupan individu tersebut. a). Respon Kecemasan Stuart & Sunden (1998) memberikan suatu penilaian respon fisiologis dan respons perilaku, koognitif dan afektif terhadap kecemasan meliputi: 1) Kardiovaskuler a. Palpitasi
b. Jantung berdebar

c. Tekanan darah meninggi d. Rasa mau pingsan e. Pingsan f. Tekanan darah menurun g. Denyut nadi menurun 2) Pernafasan a. Nafas pendek
b. Nafas cepat

c. Tekanan pada dada d. Nafas dangkal e. Pembengkakan pada tenggorokan f. Sensasi tercekik g. Terengah-engah 3) Neuromuskuler a. Refleksi meingkat b. Reaksi kejutan c. Mata berkedip-kedip d. Insomnia e. Tremor f. Rigiditas g. Gelisah h. Wajah tegang i. Kelemahan umum j. Kaki goyahGerakan yang janggal 4) Gastrointestinal a. Kehilangan nafsu makan b. Menolak makan

c. Rasa tidak nyamanpada abdomen d. Mual e. Rasa terbakar pada jantung f. Diare 5) Traktus Urinarius a. Tidak dapat menahan kencing b. Sering berkemih 6) Kulit a. Wajah kemerahan b. Berkeringat setempat(telapak tangan) c. Gatal d. Rasa panas dan dingin pada kulit e. Wajah pucat f. Berkeringat sekuruh tubuh Respon parasimpatis Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas sbb: 1) Perilaku
a. Afektif

b. Gelisah c. Ketegangan fisik d. Tremor e. Gugup f. Bicara cepat g. Kurang koordinasi h. Cendrung mendapat cedera i. Menarik diri dari hubungan intrpersonal j. Menghalangi

k. Melarikan diri dari masalah l. Menghindar 2) Kognitif a. Perhatian terganggu b. Konsentrasi terganggu dan pelupa c. Salah dalam memberikan penilaian d. Preokupasi dan hambatan berfikir e. Kreatifitas dan prodoktifitas menurun f. Bingung g. Sangat Waspada h. Kesadaran diri meningkat i. Kehilangan objektifitas j. Takut kehilangan controlTakut pada gambran visual k. Takut cedera atau kematian

3) Afektif a. Mudah terganggu b. Tidak sabar c. Gelisah dan tegang d. Nervus dan ketakutan e. Alarm f. Teror g. Gugup h. Gelisah Menurut Froggatt (2003) gejala kecemasan yang muncul berupa perasaan tidak nyaman dan ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tiadak menyenangkan, termasuk ketegangan otot (otot yang menegang), denyut jantung yang bertambah cepat, napas

memburu, mulut kering, perut begah, berkeringat dan gemetar. Apabila rasa cemas semakin parah, berbagai ekses yang lebih buruk bisa muncul. Misalnya, munculnya rasa pusing, pingsan, dada sakit, pandangan buram, perasaan tercekik, badan terasa panas, dingin, mual dan sering buang air kecil atau diare. 5. Pengaruh kecemasan terhadap kehamilan Menurut Tiffanny Field, peneliti dari University of Miami School of Medicine, Amerika Serikat, 10% dari wanita yang terkena depresi saat hamil dapat menularkan kesedihannya pada janin didalam kandungannya. Keaadaan stress akan menyebabkan pembuluh darah di rahim mengerut, sehingga aliran darah ke rahim akan berkurang. Ini menyebabkan aliran darah ibu ke rahim dari ibu ke janin akan berkurang, sehingga bayi akan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi (Wardiman, 2004). Kehamilan yang diinginkan dan diharapkan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami dan isteri dan juga keluarga dan lingkungannya. Namun tidak jarang kehamilan membawa 'stres' , atau rasa khawatir, atau cemas, yang dirasakan baik oleh ibu hamil. Ataupun oleh suaminya, ataupun oleh keluarga danlingkungannya. Kekhawatiran atau kecemasan dapat dimulai sejak kehamilan awal,dan dapat dimulai dari derajat yang ringan sampai dengan derajat yang sangat berat. Yang kadang kala dapat membahayakan jiwa si ibu yang hamil tersebut. Kekhawatiran, atau kecemasan pada ibu hamil membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikik baik pada ibunya maupun pada janin yang dikandungnya; dengan ditandai adanya peningkatan beberapa hormon 'stres' seperti yang telah disebutkan sebelumnya : kortikosteroid, vasopresin, dan adrenalin. Yang kesemuanya dapat mengakibatkan suatu kejadian yang disebut : vasokonstriksi, atau spasme (menciutnya) pembuluh-pembuluh darah ibu, dengan ditandai turunnya aliran darah dari rahim (uterus) ke plasenta (ari) (disebut sebagai sirkulasi utero-plasenter), dengan akibat turunnya aliran zat asam, atau oksigen (proses oksigenisasi) dan aliran nutrisi, \ atau gizi dari aliran darah ibu ke aliran darah janin di plasenta. Apabila kejadian ini berat, dan menetap, tidak jarang mengakibatkan keguguran; atau apabila kehamilan lanjut dapat mengakibatkan bayi lahir tidak cukup bulan, atau bayi lahir dengan berat badan yang rendah (meskipun kehamilannya cukup bulan). Tidak jarang pula mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran 'kepandaian' (IQ) serta mental- emosionalnya. Dengan kata lain, kehamilan dan proses persalinan memerlukan ketenangan, 'ketenangan jiwa', lahir dan bathin (Anonim, 2010). 6. Mengatasi kecemasan Selain itu Froggat (2003) dalam bukunya Free from Stress mengungkapkan 12 strategi mengatasi kecemasan: a. Mampu merilekskan tubuh dan pikiran b. Mengetahui cara memecahkan berbagai masalah c. Tidur nyenyak

d. Mempunyai tujuan yang jelas dan masuk akal. Mengetahui segala hal yang

diinginkan sehingga mampu membuat keputusan yang bijak


e. Merawat tubuh(spa,pijat) Menkonsumsi makanan yang seimbang, menghindari

alkohol, kafein, dan obat-obatan berbahaya serta berolahraga secara teratur f. Menjaga sistem pendukung yakni keluarga dan teman g. Mampu bertindak secara asertifdalam mengahdapi orang lain h. Tetap menjaga stimulasi dan variasi di dalam kehidupan i. Mengelola waktu secara efektif j. Mengelola keuangan dengan cara yang meminimalkan stres
k. Mengelola perubahan di dalam kehidupan, dan mampu meminta bantuan bila

membutuhkan B. Pengukuran tingkat Kecemasan Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalahH am ilton Anxiety Rating Scale (HARS). Yaitu mengukur aspek kognitif dan efektif yang meliputi (Hawari, 2001): 1) Perasaan cemas, ditandai dengan : cemasan, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung. 2) Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, gemetar. 3) Ketakutan ditandai oleh : ketakutan umum,sendirian, gelap, pada orang asing. pada keramaian, binatang, tempat

4) Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak. 5) Gangguan konsentrasi ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun. 6) Perasaan depresi di tandai oleh : sedih,helples s nes s, hopelessness, despondency, depresi. 7) Gejala somatik ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil. 8) Gejala sensorik ditandai oleh :tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan di tusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskuler ditandai oleh : takikardia, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap. 10) Gejala pernafasan di tandai oleh : Rasa tertekan atau sempit didada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas panjang. 11) Gejala Gastrointestinal ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi (sukar buang air besar). 12) Gejala Urogenital ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorhea, menorhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas, ejakuasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impoten. 13) Gejala Otonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah kering, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri. 14) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat dan muka memerah. Cara penilaian : a. Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali b. Skor 1 : 1 dari gejala yang ada c. Skor 2 : separuh dari gejala yang ada d. Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada e. Skor 4 : semua gejala ada

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan b. Skor 6 sampai dengan 14 = kecemasan ringan c. Skor 15 sampai dengan 27 = kecemasan sedang d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan Diketahui bahwa periode kehamilan secara umum dibagi atas 3 periode yaitu trimester 1,2 dan 3. Dimana dalam masing-masing periode kehamilan tersebut ibu hamil mengalami berbagai perubahan baik yang akan menimbulkan kenyaman dan ketidaknyaman pada ibu hamil. Hal itu terjadi karena ibu hamil secara anatomi, fisiologis dan psikologis mengalami perubahan yang cukup signifikan. Secara anatomi dan fisiologi perubahan pada materna terjadi dalam seluruh sistem dalam tubuh baik sistem endokrin, kardiovaskular, metabolisme, muskoluskelektal, reproduksi, respirasi,dan lain sebagainya. Perubahan psikologis juga terjadi baik pada trimester 1, 2, dan 3. Dimana kedua perubahan tersebut dapat mengakibatkan ketidaknyaman-ketidaknyamanan pada ibu hamil. Akan tetapi dalam trimester 3 merupakan periode dimana ibu hamil mengalami suatu ketidaknyaman yang cukup berat disamping waktu tersebut dihadapkan akan adanya suatu persalian juga perubahan berat badan yang bertambah sehingga sulit tidur dan beraktifitas. Dengan itu ibu hamil diharapkan untuk lebih menjaga kondisi fisik dan psikologis atau mental sehingga mampu menghadapi persalianan. B. Saran Sebaiknya para ibu hamil lebih bersabar dalam menghadapi ketidaknyaman yang dialami karena hal itu suatu hal yang alami terjadi pada ibu hamil. Akan tetapi jangan terlalu mengangap suatu hal yang biasa karena apabila tidak diwaspadai akan menjadi hal yang serius. Selain itu juga ibu hamil diharapkan lebih menjaga kondisi fisik dan emosi serta kecemasan karena apabila jika tidak terkordinir secara baik akan menyebabkan ganguan pada ibu dan janin baik secara psikologis maupun fisologis.

DAFTAR PUSTAKA

Varney, hellen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Simkin, Penny, dkk.2008. Kehamilan Melahirkan Bayi. Jakarta: Arcan Yeyeh, Al, dkk.2009. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta : CV. Taran Info

You might also like