You are on page 1of 72

TRADISI ILMIAH ISLAM

EBOOK KUMPULAN ARTIKEL DICOPY DARI SITUS DAN BLOG YANG TERSEBAR DI INTERNET

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011

TRADISI ILMIAH ISLAM


EBOOK KUMPULAN ARTIKEL DICOPY DARI SITUS DAN BLOG YANG TERSEBAR DI INTERNET

EBOOK INI DICOPY DAN DISUSUN OLEH ALFATHANI TANPA IZIN DARI PENULISNYA SARAN KRITIK DAN KEBERATAN ATAS EBOOK INI KIRIM KE ISLAMWIKI@GMAIL.COM 1

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


DAFTAR ISI
TRADISI ILMIAH ISLAM .............................3 TRADISI ILMIAH ISLAM - MATEMATIKA ..7 MEMBINCANG 'ILMU' DAN TRANSFORMASINYA DALAM TRADISI ILMIAH ISLAM Pendahuluan......................................................................................................13 A. Konsep Ilmu Sebagai Generator Tradisi Ilmiah Islam..14 B. Fase Formatif Ilmu dalam Kebudayaan Islam.....16 C. Fase Transformasi Positif..............................................................19 D. Fase Transformasi Sempit...25 E. Transformasi Kekinian......28 Kesimpulan.....30 PENDEKATAN BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM RANAH IJTIHADI MUHAMMADIYAH.34 A. B. C. D. Pendekatan Bayani..35 Pendekatan Burhani ..38 Pendekatan rfani.............................................................................43 Penutup......47

BAYANI, IRFANI, DAN BURHANI...............................................................49 PENERAPAN KONSEP LOGIKA SEBAGAI METODE BERPIKIR ANALITIK PADA EPISTEMOLOGI BURHANI..........55

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Tradisi Ilmiah Islam
Tradisi ilmiah dan perkembangan peradaban merambah Eropa. Melalui Spanyol atau Andalusia sebagai pusatnya, tradisi ilmiah merasuk ke bagian Eropa lainnya. Salah satunya melalui Montpellier, sebuah kota yang berada di Prancis bagian selatan. Beragam kajian di sana menggeliat. Pengaruh cukup kuat menjelma di sana. Sebab, Montpellier tak begitu jauh jaraknya dengan wilayah Spanyol yang Muslim. Lalu, mengalirlah pengaruh seni, sastra, ataupun arsitektur ke kota tersebut. Seakan menjadi pintu gerbang, Montpellier kemudian menyebarkan pengaruh itu seluruh wilayah Prancis, bahkan Eropa. Sejumlah pemikir Barat mengungkapkan, Montpellier memainkan peran penting dalam penyebaran tradisi ilmiah dari Andalusia. Terutama, melalui kedekatan Montpellier dengan sekolah-sekolah Muslim di bagian selatan Spanyol. Di Montpellier, juga banyak didirikan sekolah Muslim sebab jumlah penduduk Muslimnya cukup besar. Sekolah tersebut tak hanya untuk Muslim, tapi juga warga Yahudi dan Kristen. Mereka mendapatkan pendidikan dan belajar bahasa Arab. Tak heran jika banyak penduduk di sana menggunakan bahasa Arab saat berinteraksi. Seperti yang dilakukan oleh penduduk di Andalusia.

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Pendidikan berkembang dengan baik di sana. Praktik penciptaan puisi spontan yang biasa terjadi di wilayah Arab, berkembang di Andalusia. Tradisi ini juga berkembang di Montpellier. Di sisi lain, warisan seni Muslim juga diterapkan pada bangunan-bangunan yang ada di Montpellier. Seorang ilmuwan, Charles Horner Hakins, mengungkapkan, pada abad ke-13, Montpellier merupakan pusat bagi studi astronomi dan kedokteran Islam. Sedangkan menurut pemikir Barat, George Sarton, kota tersebut menjadi wilayah subur bagi perkembangan sekolah kedokteran dan hukum. Berdirinya Universitas Montpellier yang terkenal merupakan sebuah manifestasi dari ide-ide intelektual dan semangat ilmiah yang merasuki wilayah Prancis selatan itu. Universitas tersebut juga merupakan bukti monumental dari kemajuan pengetahuan penduduk di sana. Sesuai dengan keterangan Haskins, fakultas yang pertama kali dibuka di universitas itu adalah fakultas kedokteran. Pengajaran ilmu kedokteran dilakukan oleh para dokter Muslim. Dalam waktu yang tak lama, studi kedokteran di Universitas Montpellier mencapai kejayaan dan menarik minat banyak orang. Sederet bukti bahwa universitas ini mengembangkan studi kedokteran dapat dilihat dari berbagai manuskrip dan naskah para ahli kedokteran Muslim yang terdapat di sana. 4

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Di antaranya karya yang ditulis oleh al-Zahrawi pada abad ke-10, Abu Djaafar Ahmad ibnu Ibdahim, Ibnu Sina, dan Ibnu Massawih al-Maradani. Manuskrip lainnya adalah karya yang ditulis oleh Al-Razi, Ibnu Sarabi, Ibnu Ridwan, dan manuskrip ilmuwan Muslim lainnya. Universitas Montpellier tak hanya memainkan peran utama dalam menyebarkan ilmu kedokteran Muslim ke seluruh Eropa. Namun juga,menjelma menjadi sentra studi kedokteran. Mahasiswa Eropa berdatangan ke sana. Tak jauh dari Montpellier, di wilayah selatan Prancis terdapat kota lain yang memiliki peran dalam penyebaran tradisi ilmiah Muslim dan karya-karya mereka, yaitu Marseilles. Ini bisa dilihat dari sejumlah penerjemahan yang dilakukan seorang pemikir bernama Raymond. Di antaranya adalah karya-karya al-Battani dan al-Zarqali. Di Marseilles, orang-orang Yahudi juga banyak yang berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam. Ada Abraham ibnu Ezra yang melakukan banyak penerjemahan karya dari bahasa Arab ke bahasa Ibrani, termasuk karya milik ilmuwan Muslim, al-Khawarizmi. Penyebaran ilmu yang memancar dari Montpellier dan Marseilles, kemudian , memberikan pengaruh baik dalam perkembangan tradisi ilmiah di Eropa. John William Draper, seorang pemikir Barat, pernah menggambarkan jurang perbedaan perkembangan peradaban Muslim dan Barat. 5

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Menurut dia, pada abad pertengahan, kota-kota di Spanyol Islam dalam keadaan aman dan makmur. Wilayah yang dihuni Muslim di Eropa itu menggapai kemajuan pertanian yang sangat bisa diandalkan. Kota-kota Muslim dikelilingi oleh tanaman-tanaman hijau yang sangat lebat. Draper membandingkannya dengan Inggris pada masa itu. Inggris masih dihantui oleh banyaknya penyamun yang berlalu-lalang di jalan-jalan kota. Selain itu, banyak warga yang didera kemiskinan. Hal yang sudah jelas, ujar dia, keadaan Eropa ketika itu masih cukup menyedihkan. Tak hanya itu, wilayah Spanyol di bawah pemerintahan Islam meliputi komunitas kaya dan memiliki tanah subur. Orang-orang menikmati kenyamanan sehari-hari sebagai kemewahan. Bangunan-bangunan sangat indah dan mewah. Terdapat banyak perkebunan luas yang menghasilkan beragam buah. Lembaga pendidikan di Spanyol sering dijadikan sebagai pusat belajar bagi mahasiswa di Eropa. Sebagian kalangan di Eropa dirundung rasa ingin tahu, bagaimana Muslim di Spanyol mampu mengembangkan tradisi ilmiah hingga mencapai sebuah kemajuan mengagumkan. Tak hanya dalam bidang kesehatan, tapi juga bidang lainnya. Sumber: republika online 12 Jul 2010 ed (erry. 6

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Tradisi Ilmiah Islam-Matematika
Tradisi Ilmiah bisa kita temui dihampir semua peradaban sepanjang sejarah umat manusia. Salah satu tradisi ilmiah yang menjadi catatan sejarah adalah tradisi ilmiah Islam. Dalam kesempatan ini kita akan membuka catatan sejarah bagaimana tradisi ilmiah pernah tumbuh subur dikalangan umat Islam, bagaimana ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu mengkaji dan menggali pengetahuan. Salah satu prestasi ilmuwan Islam yang tidak bisa kita lupakan adalah bagaimana mereka menemukan : Angka Nol Angka-Angka Arab Algoritma Aljabar Trigonometri bidang datar, sferis, dan analitis Menghitung persamaan akar kuadrat Tabel Sinus dan Cosinus Persamaan pangkat tiga Karya Banu Musa dalam ilmu geometri

Prestasi ilmuwan muslim dalam bidang matematika ternyata sangat luar biasa. Prestasi yang paling menonjol bisa kita lihat pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mansur, yaitu Kalifah kedua dari Banu Abbasiyah di abad ke-8 Masehi. Selama periode ini, Karya ilmiah dalam bidang 7

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


matematika dikatakan hanya dihasilkan oleh kalangan Muslim. Dikhabarkan jikapun ada non-muslim yang membuat karya ilmiah dibidang matematika, maka mereka menuliskannya dengan bahasa arab. Kaum Muslim biasa menuliskan penjumlahan dalam bentuk angka-angka termasuk angka nol bukan dalam bentuk huruf atau kata-kata seperti lazimnya pada masa itu. Dengan demikian mereka membuat perhitungan aritmatika menjadi sederhana dan mudah diaplikasikan pada berbagai masalah sehari-hari, seperti dalam perdagangan dan bisnis. Angka nol mempunyai peran yang sangat penting dalam aritmetika. Tanpa angka nol tidak mungkin kita bisa menuliskan bilangan seperti sepuluh, seratus, dan sebagainya. Orang Barat belajar menggunakan angka-angka dari Arab, dan kemudian menyebutnya sebagai angka Arab. Penyebaran angka Arab pada masyarakat Kristen Eropa sangat lambat. Para pakar matematika Kristen biasa menggunakan angka Romawi kuno dan sempoa, atau menggunakan angka Arab dengan system bilangan yang mereka miliki. Baru pada abad ke-12, setelah belajar dari kaum Mulim, para ilmuan Barat mampu menghasilkan beberapa tulisan tentang system bilangan tanpa kolom dan mencantumkan angka nol. Sistem bilangan ini disebut algoritma (atau algorisme) yang merupakan istilah latin dari Al-Khuwarijmi yaitu seorang 8

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


pakar matematika, astronomi dan geografi Muslim yang sangat terkenal pada masa Khalifah al-Makmun di abad ke-9 M. Nama lengkap beliau adalah Abu abd Allah Muhammad bin Musa al-Khuwarizmi (meninggal tahun 850 M). Pengaruh beliau dalam bidang matematika jauh lebih besar dari para ilmuwan lain pada masa itu. Beliau menulis ensiklopedi tentang aritmetika, geometri, musik, dan astronomi. Atas upaya kaum Muslim pula aljabar (Algebra) menjadi bagian dari ilmu pasti. Al-khawarizmi menulis buku yang membahas bidang ilmu ini dengan judul Kitab al-Jabr wa almuqabalah (buku tentang pengembalian dan pembandingan ). Kata Jabr artinya adalah pengembalian, maksudnya adalah menambahkan sesuatu pada sebuah penjumlahan atau perkalian sehingga menjadi sebanding dengan nilai tertentu. Kata Muqabalah berarti perbandingan yang di aplikasikan untuk membandingkan dua sisi dari sebuah persamaan semisal A + B = C. Istilah al-Jabr (aljabar) pada awalnya digunakan pada operasi yang sederhana seperti penjumlahan atau perkalian , tetapi selanjutnya digunakan dalam permasalahan yang lebih rumit. Selain aljabar, kaum Muslim juga menemukan geometri analitik serta trigonometri bidang datar dan sferis.

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Alhajjaj ibnu Yusuf, yang sangat terkenal antara tahun 786 M-833 M di Baghdad adalah orang pertama yang menguraikan dasar-dasar teori euclides-pakar ilmu ukur yunani-kedalam bahasa Arab. Karyanya itu diterjemahkan sebanyak dua kali, yaitu pada masa khalifah Harun ar-Rasyid dan pada masa putranya , khalifah al-Makmun. Abu Said al-Darir al-Jurfani (meninggal 845 M), adalah seorang Muslim pakar Astronomi dan matematika. Beliau menulis tentang diskursus mengenai masalah-masalah geometri. Pada akhir abad ke-10 M, ilmu matematika semakin berkembang dengan munculnya Abu Kamil, Yang merupakan salah satu pakar matematika terkemuka dimasa itu. Beliau menyempurnakan teori aljabar karya alKhawarizmi, dengan menghitung dan menyusun persamaan akar kuadrat. Ia melakukan studi khusus tentang pentagon (bidang segi lima) dan decagon (bidang segi sepuluh) dengan menggunakan teori-teori aljabar, menjelaskan teori perkalian dan pembagian persamaan aljabar, menyusun sistem persamaan hingga memuat lima variable yang tidak diketahui. Karyanya itu dipelajari secara intensif dan banyak digunakan oleh al-Karkhi dan Leonardo dari Pisa.

10

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Kontribusi Abul Wafa terhadap perkembangan trigonometri juga luar biasa. Beliau adalah ilmuwan yang pertamakali menunjukkan generalitas teorema sinus dalam bangun segitiga. Beliau mengajukan suatu metode baru untuk membuat table sinus dan menghitung nilai sinus dan menghtung nilal sinus 30 derajat hingga delapan angka decimal. Umar ibn Ibrahim al-Khayyam, merupakan salah satu pakar matematika dan astronomi Muslim terbesar abad pertengahan. Bila al-Khawarizmi hanya membahas persamaan kuadrat, maka al-Khayyam banyak mendiskusikan persamaan pangkat tiga. Beliau membuat klasifikasi yang sangat menarik tentang berbagai persamaan berdasarkan kompleksitasnya, yaitu jumlah faktor berbeda yang terkandung dalam persamaan. Sementara itu, Banu Musa atau keluarga Musa menulis serangkaian studi yang sangat penting. Salah satu topik yang disusun oleh Muhammad ibn Musa membahas tentang ukuran ruang, pembagian sudut dan perhitungan proporsional untuk membentuk suatu pembagian tunggal antara dua nilai tertentu. Minat beliau tidak terbatas hanya pad geometri. Beliau juga menulis tentang mekanika ruang angkasa, atom, asal usul bumi,dan sebuah esai tentang teori Ptolomeus tentang alam semesta. 11

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Al-Hasan melakukan studi mengenai sifat-sifat geometris dari elips. Al-Hasan barangkali merupakan pakar geometri yang paling berbakat pada masa itu. Ia menerjemahkan enam buku pertama tentang dasar-dasar teori Euclides, namun tidak menyelesaikan buku-buku berikutnya karena sudah mampu menyusun karya ilmiah berdasarkan teoriteori sendiri. Pakar matematika dan geometri lainnya adalah al-Hasan alMarakashi, yang terkenal hingga tahun 1262 M. Ia menulis berbagai karya ilmiah tentang astronomi, yang kemudian diwujudkan secara praktis dalam berbagai instrument astronomi dan metodenya. Ada pula Abdul Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Utsman al-Azdi, seorang ilmuwan Muslim yang sanat popular, yang menullis 74 karya ilmiah tentang matematka dan astronomi. Salah satu bukunyayang berjudul Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan Operasi Aritmetika) telah dipelajari paling tidak selama 2 abad. Buku itu sangat dikagumi oleh Ibnu Khaldun, dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis diterbitkan pada tahun 1864 M. (sumber: Google.com Matematika) keyword: Tradisi Ilmiah Islam

12

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


MEMBINCANG ILMU DAN TRANSFORMASINYA DALAM TRADISI ILMIAH ISLAM
Pendahuluan Tradisi ilmiah Islam secara intrinsik terkait dengan konsep Al Quran tentang ilm (ilmu). Bahkan kata ini menempati urutan ketiga terbanyak, kata yang disebut dalam al Quran, yaitu setelah Allah dan Rabb.1 Sebagai sebuah konsep yang menentukan dalam pandangan dunia Islam, pengaruhnya melingkupi_atau dalam situasi kekinian, mesti melingkupi seluruh aspek prilaku individu dan sosial umat Islam. Itulah mengapa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi semua orang Islam. (Tholabul ilmi faridzotun ala kulli muslimin). Bagi umat Islam klasik, Islam sering dimakanai dengan ilm (ilmu), dan mungkin tanpanya peradaban Islam tidak akan terbayangkan. Dan hal ini, sudah terungkap dalam sejarah tradisi ilmiah Islam yang begitu maju dan mampu menunjukkan eksistensinya di berbagai bidang. Untuk itu tradisi ilmiah Islam, tidak salah jika dikatakan berada di garda depan dalam menciptakan suasana ilmiah yang lebih universal. Kemudian bagi sebuah peradaban muslim masa depan, peran itu bahkan lebih besar lagi.

13

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Akan tetapi peran ilmakan tetap menjadi peran dan tak bermakna apapun tanpa adanya pemeran (pelaku) yang mampu memainkan peran tersebut. Siapa mereka? mereka adalah umat Islam yang peduli akan ilmu dan tentunya cinta akan tradisi ilmiah Islam.. Ilmu sebagai sebuah konsep, atau mungkin lebih dari itu, harus diperankan oleh umat muslim sekarang juga. Bagaimana memerankannya? Untuk itu haruslah kita melihat seperti apa sebenarnya konsep ilmu tersebut? Dan bagaimana pola transformasi ilmu itu sendiri? Serta bagaimana kita harus merealisasikannya dalam sebuah tradisi keislaman yang tentunya ilmiah? Atau mungkin, masih banyak lagi sederetan pertanyaan yang mengusik kita untuk segera merealisasikan sebuah tradisi ilmiah Islam yang kita harapkan. Untuk itulah dalam makalah ini, penulis ingin mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga kita benar-benar mampu menjadi aktor yang tangguh dalam memainkan peran ilmu dalam tradisi ilmiah Islam.. Akan tetapi dalam sejarah, konsep ilmu mempunyai wajah paradoks yang tertransformasi oleh beberapa pelaku sejarah. Dalam beberapa uraian-uraian historis menunjukkan sisi betapa giatnya tradisi ilmiah Islam, tetapi juga adanya pereduksian konsep ilmu yang justru melemahkan semangat memajukan tradisi Ilmiah Islam. Dan akhirnya, saya ingin mengajukan beberapa tesis

14

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dalam konteks kekinian yang diharapkan mampu menjadi penggiat tradisi ilmiah Islam. A. Konsep Ilmu Sebagai Generator Tradisi Ilmiah Islam Ilmu adalah sebuah konsep yang begitu luas dan komplek, yang tidak bisa digambarkan hanya dengan satu kata. Ilmu berarti lebih dari sekedar pengetahuan. Di dalamnya terkandung gagasan tentang komunikasi: ilmu tidak bisa menjadi monopoli kelas, kelompok, atau jenis kelamin tertentu. Ia harus diakses oleh seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian, ilmu merupakan pengetahuan dan juga segala bentuk gagasan, informasi dan komunikasi pengetahuan itu sendiri terhadap segala aktivitas manusia. Ia merupakan upaya mencari pengetahuan dan menyebarkan serta mentransmisikannya. Ia juga merupakan data, inforamasi, pengetahuan dan kebijakasanaan yang bergabung menjadi satu. Dengan kata lain ilmu merupakan tenaga penggerak utama budaya Islam.2 Sejarah pengetahuan dalam Islam, juga sejarah budaya Islam itu sendiri, adalah sejarah pemahaman umat Islam terhadap konsep ilmu dan aktualisasinya dalam kehidupan masyarakat. Jika kita amati dari perespektif ini, sejarah peradaban umat Islam mengungkap beberapa tahap transformasi ilmu dalam tradisi ilmiah Islam. Transformasi ini memiliki beberapa wajah paradoks Untuk itu disini saya membaginya kedalam dua bagian besar, yaitu transformasi 15

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


positif dan transformasi sempit. Transformasi positif, ketika konsep ilmu akan yang mendukung kemajuan Islam. Dan transformasi sempit pada sisi lain dengan konsep ilmu yang tereduksi justru menghambatnya. Kemudian juga adanya transformasi kekinian, yaitu merupakan bentuk sintesis yang sedang dicari, dan diajukan untuk masa depan. Kemudian diharapkan hubungan antara budaya Islam dan transformasi ilmu menyibak banyak hal tentang sejarah umat Islam dan langkah menuju peradaban muslim masa depan yang lebih maju. Sebuah tradisi ilmiah Islam yang membahana dan universal. B. Fase Formatif Ilmu dalam Kebudayaan Islam. Pada fase ini, Islam dengan kemurnian ajarannya mempunyai konsep ilmu yang begitu dinamis dan terbuka. Dimana masa awal Islam, menjadi sebuah prototipe dalam perkembangan ilmu yang mungkin tak tertandingi. Atau bisa dikatakan, fase ini merupakan cikal bakal pembentukan tradisi ilmiah dalam Islam, di masa selanjutnya. Hal ini jelas terlihat dalam 5 ayat pertama Al Quran yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar kepada manusia dengan perantara pena. Dia 16

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya (QS. alAlaq ayat 1-5)3 Dalam ayat ini terdapat tiga kata kunci, yang menyibak akan pentingnya ilmu yaitu bacalah, pena dan apa yang tidak diketahui (manusia). Al Quran mengatakan bahwa baik tindakan membaca ataupun menggunakan pena terkait dengan apa yang tidak diketahui manusia. Ungkapan ini mengandung gagasan tentang pengetahuan yang belum diketahui oleh seseorang. Itulah ilmu. Jadi ayat-ayat di atas mengungkapkan pesan tentang gagasan seputar penelitian dan pengetahuan. Ayat-ayat pertama Al Quran telah meletakkan fondasi bagi sebuah budaya membaca dan menulis, penelitian dan seni tulis, serta penyampian dan penyebaran pengetahuan dan informasi. Komunitas muslim pertama yang hidup di Madinah telah mencatat al Quran di atas bahan apapun yang dapat mereka temukan, seperti papirus, pelapah kurama, tulang, kulit binatang batu putih dan perkamen. Nabi Muhammad sendiri memerintahkan sahabatnya untuk mencatat keputusankeputusan beliau. Pusat komunikasi selama paruh kedua abad ke 7 adalah masjid Nabawi di Madinah. Di tempat ini, masjid tidak hanya berfungsi untuk beribadah sholat saja, akan tetapi untuk menerima dan meyampaikan berbagai berita, pengetahuan, dan segala tradisi ilmiah Islam, bahkan keputusan-keputusan politik. Sebelum wafat, Nabi memastikan bahwa Al Quran telas ditulis seluruhnya dalam 17

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


sejumlah media yang tersedia, termasuk di dada manusia. Dan akhirnya, pada masa Usman Al Quran sudah terkumpul dan dibukukan dalam sebuah kitab yang ditulis pada kulit, kemudian kita sebut dengan mushaf Al Quran. Akan tetapi komunitas muslim yang masih muda setelah kepergian Rasul, menghadapi persoalan yang lebih serius dalam menyampaikan sejumlah besar perkataan, perbuatan dan persetujuan Nabi Muhammad yang ditulis dalam berbagai media dan dihafal oleh para sahabatnya, kepada generasi muslim berikutnya. Akan tetapi, hal ini justru mendorong umat muslim kedalam tradisi komunikasi yang lebih kritis; yaitu metodologi ilmu menyampaikan, mengesahkan dan menguji autentitas hadist. Metodologi ini tidak hanya melibatkan analisis tekstual, tapi juga analisis biografi, akurasi kronologis, parameter, lingustik, dan geografis. Misalnya metode penelitian kualitas perawi dikenal dengan Ilm al-rijal. metode pelacakan perawi disebut dengan ilm isnad. Misalnya Imam Bukhari, diriwayatkan mengumpulkan sekitar enam juta hadis. namun setelah dikaji ia hanya mendapatkan 7.725 hadis yang dinilai autentik, yang kemudian disusun dalam kitabnya yang dikenal dengan Shahih Bukhori. Dan juga Imam Muslim yang menghimpun tiga juta hadis, tapi menolak sebagian besarnya dan hanya memasukkan 9.200 hadis dalam kitabnya; Shahih Muslim. 4

18

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Metodologi pengumpulan dan kritik hadis dengan segala kecermatan dan ketepatannya, digabungkan dengan penekanan Al Quran tentang Ilmu telah menjadi fondasi bagi sebuah disiplin baru dalam kesarjanaan dan literatur. Kemudian pada nantinya segala bentuk pencarian dan penyampian pengetahuan dalam masyarakat muslim, penyerapan dan sistesis pengetahuan dari peradaban lain, termasuk Mesir, Babilonia, Yunani, India, Persia dan Cina menjadi ciri khas Tradisi ilmiah Iislam. Dan inilah sebenarnya dasar kuat yang seharusnya mampu menjadi motifasi dalam menyemarakkan tradisi ilmiah Islam pada fase selanjutnya. C. Fase Transformasi Positif Desakan untuk mengetahui dan memeperoleh ilmu inilah yang telah mentrasnformasikan Islam dari tempat kelahirannya di gurun pasir menjadi sebuah peradaban dunia. Definisi, uraian dan penjelasan tentang konsep ilmu telah menjadi perhatian utama peradaban muslim. Salah satu upaya paling awal untuk mengelompokkan pengetahuan dilakukan oleh filsuf al-Kindi (w. 807) dengan Fi Aqsam al Ulum, tentang tipe-tipe ilmu. namun al-Farabi_ lah, penulis Madinah al fadilah, orang pertama yang menciptakan kerangka klasifikasi pengetahuan yang paling berpengaruh dan digunakan secara luas dengan kita nya Ihsa al Ulum. Ini kemudian diikiuti oleh sederetan penulis 19

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


terkenal lainnya, termasuk al-Razi (w. 925), Ibn Sina (1037) dengan kitab as-Syifa yang fenomenal, al-Ghazali(w.1111) dengan kitab Ihya Ulumuddin dan Ibn Khaldun (w. 1406) dengan Muqaddimahnya 5. Perkembangan pesat sistem komunikasi tertulis di dunia Islam, termasuk munculnya sistem pendidikan yang rumit pada pertengahan abad ke-9 dan kemapanan ilmu sebagai konsep operatif dalam kebudayan Islam, dimungkinkan oleh salah satu kejadian paling revolusioner dalam sejarah Islam dan tonggak dalam sejarah manusia yaitu pembuatan kertas. Ketika itu, kulit dan papirus sulit digunakan dan susah didapat, dan ditemukanlah kertas. Kemudahan memperoleh kertas bukan saja memberikan rangsangan luar biasa untuk menuntut ilmu, tapi juga telah menjadikan buku mudah di dapat dan harganya relatif murah. Hasil akhirnya adalah revolusi budaya yang didasarkan pada produksi buku dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Konsep ilmu telah tertransformasi menjadi sebuah praktek yang benarbenar distributif. Kertas pertama kali diperkenalkan ke dunia Islam pada pertengahan abad ke-8 di Samarkand. pada 751 setelah peperangan Talas, orang-orang muslim menawann orang Cina yang ulung membuat kertas. Kemudian mereka segera diberi fasilitas untuk memperlihatkan ketrampilan mereka. 20

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Cina adalah negara pertama yang menemukan kertas, sekitar tahun 150 dengan bahan dari kulit pohon Murbei. Akan tetapi karena di negeri-negeri Islam susah ditemukan pohon tersebut maka Umat muslim memperkenalkan penemuan baru dan beberapa inovasi penting lainnya yang mengubah ketrampilan membuat kertas menjadi sebuah industri. Mengganti pohon Murbei dengan pohon Linen, kapas dan serat dan bahkan menambahkan campuran kimiawi dalam meningkatkan kualitas kertas. Industri kertas menyebar dengan cepat di Samarkand. Percetakan kertas peretama di Baghdad didirikan pada 793 selama pemerintahan Khalifah Harun al Rasyid (w.809) Tak lama kemudian pabrik-pabrik kertas segera didirikan di Damaskus, Tiberia, Tripoli, Kairo, Fez dan Sicilia Islam, dan di berbagai belahan dunia lainnya. Dalam beberapa dekade Seorang Wazir dinasti Abasiyah, Jafar ibn Yahya mengganti perkamen dengan kertas di kantor-kantor pemerintahan. Bahkan, pada akhir abad ke 10 teradapat pabrik-pabrik kertas yang mengapung di Tigris, dan kertas menjadi sedemikian populer hingga serang petualang Persia mengatakan.. bahwa di Kairo para pedagang sayuran dan rempah-rempah membungkus semua daganganya dengan kertas6. Dan setelah beberapa ratus tahun kemudian kertas baru ditemukan di Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa di bangun tahun 1276 di Fabrino italia. Dan Pabrik berikutnya 21

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dibangun di Nuremberg, Jerman, tahun 1390. Ini membenarkan ungkapan sarjana abad ke-9 al Jahiz bahwa papirus Mesir adalah milik orang barat sebagaimana kertas Samarkand adalah milik orang timur.7 Pembuatan kertas melahirkan profesi baru, yaitu warraq. Warraqin adalah para penjual kertas dan juga berperan sebagai agen. Mereka bekerja sebagai penulis yang menyalin berbagai manuskrip yang dipesan para pelanggannya. Mereka menjual buku dan membuka toko buku. Mereka mencetak dan menerbitkan buku, bahklan mereka juga pemikir dan intelektual. Sebagai penjual buku, warraqin mengatur segalanya, mulai dari mendirikan kios di pinggirpinggir jalan hingga toko buku besar di pusat kota. Kendati begitu banyak kios yang dengan mudah dapat ditemukan, namun biasanya terletak di pusat-pusat kota. Al Yaqubi saja, mencatat lebih dari seratus toko buku di Waddah, pinggiran kota Baghdad. Toko-toko buku besar ini menjadi daya tarik para pemikir, penulis dan kalangan akademisi didalam mencari ilmu. Sudah pasti toko buku terkenal dalam sejarah Islam adalah toko buku milik al Nadim (w.990). Tokonya di Baghdad dipenuhi dengan ribuan mansukrip dan dikenal sebagai tempat pertemuan para penulis, pemikir, penyair terkenal pada masanya. Katalog buku buku di tokonya, yaitu al Fihrist al Nadim, yang dilengkapi dengasn catatan kritis dikenal sebagai ensiklopedia kebudayaan Islam abad pertengahan.8 22

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Sebagai penyalin manusikrip, waraqin juga berperan sebagai mesin fotokopi; sebuah manuskrip setebal seratus halaman dapat disalin dalam sehari-dua hari! namun sebagai seorang intelektual waraqin sering kali menuliskan komentar dan kritik mereka di pinggir halaman buku. Bahkan lambat laun, tradisi ini berkembang menjadi industri penerbitan, dengan kerjasama antara para penulis, warraqin dan tentunya penerbit. Dalam tradisi penerbitan awal ini sangat menarik dan begitu menjunjung tinggi tradisi ilmiah Islam. Ketika seorang penulis ingin menerbitkan buku di sebuah masjid atau tempat penerbitan. mereka meminta warraqin yang sudah ditunjuk dan beberapa kalangan pemikir dan sarjana untuk mendiskusikan, apakah buku itu layak diterbitkan dan dibaca oleh kalangan luas. Akan tetapi kemampuan seorang warraqin dalam menerbitkan buku, tergantung pada ijazah sang penulis, jadi tidak sembarangan buku diperbanyak sebelum diketahui kualitasnya. Tak terhitung banyaknya buku di seluruh dunia Islam yang diterbitkan dengan metode penerbitan semacam ini. Industri penerbitan yang mendominasi kerajaaan Islam sejak abad ke-8 hingga abad ke-15 merupakan industri yang sungguh menakjubkan. Namun ia bukanlah sekedar Industri. Buku yang telah susah payah disalin dan diterbitkan, layak untuk dilestarikan. Pada awalnya para pecinta buku mewariskan koleksinya ke Masjid, tempattempat suci dan

23

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


sekolah. Dengan berjalannya waktu Perpustakaan Masjid segera tumbuh bak cendawan di musim hujan. Bahkan tradisi ini berkembangng lagi karena tingginya apresiasi masyarakat pada ilmu pengetahuan, dan yang tidak kalah penting adalah, adanya petronase penguasa dalam mendirikan perpustakaan yang lebih besar. Tidak diragukan lagi, perpustakaan terbesar dan terkenal di dunia Islam adalah Bayt al Hikmah (Rumah Kebijaksanan). Sebuah kombinasi dari lembaga penelitian, perpustakaan dan biro penerjemahan yang didirikan oleh khalifah Harun Al Rasyid, tahun 830. Selama berabad-abad ia dikunjungi oleh para sarjana terkemuka, seperti al Kindi, al Khawarizmi (w.850), kemudian Ishaq bin hunain(w. 910), seorang dokter terkenal dengan menulis risalah kedokteran.9 Selama lebih dari 800 tahun, peradaban Muslim sepenuhnya menjadi peradaban buku. Ia dibangun oleh sebuah buku (Al Quran), digerakkan oleh konsep ilmu untuk memperoleh dan menyampoiakan berbagai pengetahuan, dengan perhatian utama berupa penerbitan dan penyebaran buku. Jadi tidak mengherankan jika sains, filsafat, kedokteran, arsitektur, kesenian sastra dan kritisisme tumbuh subur. Namun, penerbitan dan pembacaan buku yang tak tertandingi ini telah menjadi sumber utama perhatian masyarakat muslim tertentu, yaitu ulama. fenomena ini menunjukkan bahwa reaksi umat Islam terhadap produk

24

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


percetakan sangat berbeda dengan reaksi awal mereka menemukan kertas. D. Fase Transformasi Sempit Sejak kedatangan Islam, konsep ilmu menjadi perintah umum untuk mencari segala sesuatu bentuk pengetahuan dan menemukan serta menggunakan berbagai sarana untuk menyebarkan dan menyampaikannya. Namun, menjelang abad 14 ketika Ibn Khaldun, bapak sosiologi, menulis Muqaddimah, gagasan tentang ilmu mengalami transformasi revolusioner. Para ulama mulai memandang tulisan mulai terpisah dari kehidupan; sebagai dunia representasi dan kebenaran yang independen. Para ulama berusaha mengubah dan mereduksi konsep ilmu dalam Islam. Karena pendapat awal mereka bahwa teks akan terbuka bagi beragam penafsiran atau interpretasi, tanpa memperhatikan kenyataan dan kebenaran yang sesungguhnya. Dari sini ulama memiliki dua keprihatinan utama. Pertama adalah teks suci Al Quran terbuka bagi semua jenis penafsiran liar, bukan hanya dari kalangan pembaca, tapi juga dari para penulis yang tidak terlatih. Dan keprihatinan kedua adalah bahwa pertambahan jumlah teks mulai mengurangi otoritas dan kendali yang telah dinikmati oleh para ulama atas para penguasa dan masyarakat muslim Respon awal para ulama, yang muncul selama lebih dari seratus tahun adalah meruntuhkan konsep ilmu itu sendiri. 25

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Sikap ini telah mereduksi konsep ilmu yang semula berarti semua pengetahuan menjadi pengetahuan agama semata. Bahkan ketika Nabi menasihati orang-orang beriman agar mencari ilmu di Negeri Cina pencarian ilmu itu ditafsirkan tak lebih dari pencarian dogma. Para ulama kembali meredulsi konsep ilmu dengan membangun seperangkat krieria yang sangat ketat dalam menyampaikan ilmu. Misalnya, penguasaaan akan ilmu Al Quran, hapal Al Quran, kemudian menghapal sedikitnya 3.000 hadis lengkap dengan perawinya, serta pengetahuan tentang hasil dari Ijtihad ulama terdahulu.10 Semua ini berdampak merugikan terhadap kebudayaan dan tradisi ilmiah Islam. Dari konsepnya yang bersifat umum dan distributif, ilmu menjadi sebuah gagasan yang ekslusif dan akumulatif. Dari gagasan yang memberdayakan seluruh lapisan masyarakat menjadi gagasan yang mengakumulasi otoritas dan kekuasaan di tangan sekelompok terpilih. Dan dengan kata lain Pintu Iijtihad pun tertutup. Bahkan hal ini terus berlanjut selama beberapa abad, bahkan pada akhir abad ke 17 kebudayaan Islam sepenuhnya berubah dari kebudayaan yang didasasarkan pada pencarian dan penyampaian semua pengetahuan menjadi kebudayaan yang didasasarkan hanya pada penyampian fikih, keputusankeputusan hukum yang dirumuskan oleh segelintir orang. Dengan membatasi konsep ilmu hanya pada pengetahuan dan dogma, dan dengan melarang percetakan, para ulama 26

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


telah meruntuhkan kebudayaan Islam yang didasarkan pada pengetahuan hanya dalam satu abad. Kerusakan yang dialami oleh kebudayaan Islam akibat kerugian internal ini jauh lebih mendalam, bahkan lebih lama daripada semua bencana eksternal yang menimpa masyarakat muslim, termasuk penghancuran Baghdad oleh pasukan Mongol, kejatuhan Granada dan berakhirnya Sepanyol-Islam. Dan inilah sebuah transformasi ilmu yang menurut hemat saya adalah kekeliruan yang sangat besar. Ilmu dengan interpretasi semacam itu justru membawa Islam kedalam berbagai kemunduran. Islam dengan segala potensinya, yang terlihat jelas dalam abad abad sebelumnya atau pada transformasi positif sekonyong-konyong dihalangi bahkan dihilangkan. Pada fase ini transformasi ilmu justru menghancurkan tradisi ilmiah Islam. Inilah sisi lain dari transformasi ilmu yang tereduksi oleh pemahaman sempit kalangan komunitas tertentu. Dan setelah masa ini berlangsung selama lebih dari 5 abad, maka muncul kembali seorang pembaharu, Muhammad Abduh yang mampu membakar semangat umat Islam dan mengembalikan konsep ilmu yang lebih luas dan distributif. Dan akhirnya datanglah masa dimana kita seharusnya dapat menikmati segala potensi keilmuan Islam. Dan tentunya mengembalikan Tradisi Ilmiah Islam yang begitu maju dan berada dibarisan depan dalam perkembangan ilmu dan kebudayaan dunia. 27

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


E. Transformasi Kekinian Walaupun terjadi pereduksian konsep Ilmu dalam umat Islam yang secara langsung melemahkan semangat tradisi ilmiah Islam, Akan tetapi tradisi ilmiah Islam tidak berhenti sampai disitu, karena umat muslim mulai sadar untuk mengembalikan konsepnya tentang ilmu yang lebih luas dan terbuaka lagi. Konsep ilmu yang lebih distributif dan mendunia. Manifestasi Islam kontemporer memiliki banyak dimensi yang seharusnya mampu dimaksimalkan segala potensinya. Walaupun begitu dalam upaya pemulihan dan pengembangan tradisi ilmiah Islam, kita tidak boleh melupakan keberhasilan pendahulu kita yang mengangkat tradisi Islam. Dan untuk itu perlu kembali kita menengok dan belajar dari semangat dan kearifan para pendahulu kita tersebut. Yaitu salah satu yang terpenting adalah mengembalikan konsep ilmu yang sebenarnya. Hal ini sebenarnya sudah terealisasi dalam zaman modern ini, misalnya kembalinya tradisi penerbitan, penulisan dan pendistribuan buku yang dilakukan secara massal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya Penerbit besar di Lebanon, yaitu Dar al Fikr dan Dar al Kutub Ilmiyah, kemudian di Mesir Terdapat puluhan penerbit besar, salah satunya adalah Dar al Hadis, Kemudian juga Dar al Salam yang menjadi penerbit dan sekaligus distributor terbesar di 28

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Mesir. Dan masih banyak lagi penerbit di belahan dunia lainnya. Bahkan di negara kita juga terdapat beberapa penerbit dan distributor yang masih konsisten dalam melestarikan tradisi ilmiah Islam, yang eksis menjual berbagai macam kitab Islam klasik maupun kontemporer. Misalnya Dar al Kutub al Islamiyah di daerah Jakarta, kemudian Distributor al Rasyid di Ciputat, Dar al Arabiyah, Dar as Syuruq dll. Kemudian tinggal kita sebagai muslim yang tentunya peduli akan kemajuan tradisi ilmiah Islam, harus mengoptimalkan segala potensi yang telah tersedia di zaman modern ini. Dengan kemudahan dalam mengakses berbagai sumber bacaan, buku serta berbagai fasilitas lainnya, diharapkan tradisi ilmiah Islam lebih maju dan berkembang lagi, bahkan melampaui keberhasilan para pendahulu kita. Akan tetapi, untuk sekarang ini kita harus sadar bahwa kita hidup di tradisi kontemporer. Berbagai fasilitas dan kemudahan dapat kita temukan. Salah satu dimensinya adalah teknologi informasi yang sedang bergerak maju dan mebahana. Melalui jaringan yang distributif dan tidak sentralistis, teknologi baru itu memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dan kebudayaan muslim. Misalnya komputer dengan segala perangkatnya, mampu kita jadikan sebagai sarana alternatif selain tradisi buku. Sumber-sumber utama Islam_Al Quran, Hadist-hadist, Kitab Tafsir, Kitab Fiqh dll_ mudah didapat dalam bentuk disket, 29

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


maupun bank data komputer. Kemudian, masih banyak lagi teknologi informasi yang seharusnya mampu kita optimalkan. Adanya teknologi satelit, internet, dll yang dapat kita gunakan di dalam menyebarkan berbagai pengetahuan. Dan tentunya, adanya kemudahan sarana tidak selalu disertai dengan kesadaran ilmiah yang tinggi. Tidak dinafikkan bahwa berbagai kekeliruan, bahkan penyesatan menjadi sebuah bahaya laten yang sewaktu-waktu muncul, dan justru merusak tradisi ilmiah Islam. Dan untuk itu kita harus selalu pada jalur yang benar dan tentunya mempunyai konsep ilmu yang diharapkan oleh Islam. Sebuah konsep Ilmu yang terbuka, ditributif, menyeluruh dan mendunia dalam rangka mencari jejak Ilahi. Sebagaimana perkataan SH. Nasr bahwa tidak ada seorang ilmuan Musllim yang mengkaji dan meneliti alam hanya demi melunaskan rasa ingin tahu saja. tapi mereka semua melakukan itu dalam rangka mencari jejak Ilahi. Kesimpulan. Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Sebuah agama yang mengapresiasi adanya tradisi ilmiah. Segala macam konsep dalam ilmu telah membawa Islam kedalam sebuah peradaban yang lebih maju. Islam dengan konsep ilmunya yang distributif dan universal, mampu mentrasnformasikan dirinya dari tempat 30

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


kelahirannya di gurun pasir menjadi sebuah peradaban dunia. Munculnya tradisi ilmiah dalam Islam tidak lepas dari para aktor, pelaku maupun pendukung dalam menciptakan suasana ilmiah. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor penting yang senantiasa menciptaka tradisi ilmiah islam, Prof.Dr Mulyadi Kartanegara menyebutkan tiga faktor pendorong tradisi ilmiah Islam, yaitu Faktor agama dan ramifikasinya, apresiasi masyarakat terhasdap ilmu dan petronase penguasa yang sangat mencintai tradisi ilmiah Islam.11 Dan dalam perjalanannya, Islam mempunyai wajah paradoks, dimana disatu sisi mendukung tradisi ilmiah Islam dan disisi lain justru menyurutkan semangat keilmiahan. Hal ini terlihat, ketika abad ke-8 sampai dengan abad ke-14 tradisi ilmiah Islam bergerak maju dan berkembang dengan pesat. Bahkan Islam dapat dikatakan mempunyai sains yang paling maju di dunia, yang jauh melampaui Barat dan Cina.12 Akan tetapi setelah abad 14, umat Islam mengalami berbegai kemunduran dalam tradisi ilmiah Islam, sampai munculnya kesadaran akan pentingnya pengetahuan ilmiah dalam Islam abad ke 19 dan di zaman kontemporer sekarang ini. Zaman dimana berbagai kemudahan dan sarana-prasarana tersedia, tinggal kita sebagai umat Islam haruslah mampu mengoptimalkan segala potensi tersebut. Misalnya Komputer dan segala perangkatnya hendaklah kita 31

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


optimalkan dalam penyebaran dan pendistribusian ilmu pengetahuan. Serta kita optimalkan dalam menggerakkan kembali tradisi ilmiah Islam yang begitu maju dan perkasa. Akan tetapi kemudahan ini tak selamanya menjadi sebuah keharusan, karena meski bagaimanapun buku tetap menjadi sumber paling relevan dan signifikan dalam memberi inspirasi dan berbagai pengetahuan. Buku bagi penulis masih mempunyai sebuah kekuatan, keunggulan, bahkan bagaikan sumber yang mampu berbicara pada setiap pembacanya. Seorang pembaca kadang mempunyai pemahaman (penafsiran) yang berbeda dengan pembaca lainnya. Untuk itu marilah kita bersama-sama dalam menyemarakkan tradisi ilmiah Islam, dengan menggunakan segala potensi kita. Kita ciptakan tradisi ilmiah yang lebih kompleks dan universal, yang tentunya dalam rangka mencari jejak Ilahi. Serpong, 3 Desember 2007

Muhammad Abduh Ali Saputra

32

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Daftar Pustaka Al Quran Al Karim Terjemahan

Fakhry, Majid, Sejarah Filsafat Islam , Sebuah Peta Kronologis. Bandung: Mizan, 2002 Kartanegara,Mulayadi, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Insan, 2006 Kartanegara, Mulyadi, Gerbang Kearifan. Jakarta: Lentera Hati, 2006 Sardar, Ziauddin. Kembali Ke Masa Depan. Terjemahan. Jakarta: Serambi, 2005

33

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


PENDEKATAN BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM RANAH IJTIHADI MUHAMMADIYAH
Oleh: Muhammad Kurdi Pada dasarnya metodologi adalah alat untuk memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari kebenaran itulah diperlukan pendekatan (logic of explanation dan logic of discovery), berikut teknis-teknis operasionalnya. Sejalan dengan epistemologi yang dikembangkan Muhammadiyah, pemikiran keislaman membutuhkan pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani, sesuai dengan obyek kajiannya --apakah teks, ilham atau realitas-- berikut seluruh masalah yang menyangkut aspek tranhistoris, transkultural dan transreligius. Pemikiran Islam Muhammadiyah merespon problem-problem kontemporer yang sangat kompleks, berikut rumusannya untuk aplikasi dalam praksis sosial, mempergunakan ketiga pendekatan di atas secara spiraltriadik. Nama M Amin Abdullah patut diberi kredit karena cukup sukses dalam menggugah pemikiran kritis di Muhammadiyah. Sewaktu menjadi Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI), M Amin Abdullah selalu mengambil prakarsa melakukan kajian secara mendalam dan sistematis terhadap tema-tema krusial yang 34

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dihadapi umat Islam, katakanlah, seperti pengembangan manhaj atau metodologi pemikiran Islam dan pluralisme. Berkat prakarsa M Amin Abdullah pemikiran Islam, setidaknya di lingkungan Muhammadiyah, memperoleh sentuhan epistemologi baru seperti diadopsinya epistemologi bayani, burhani, dan irfani dalam manhaj tarjih Muhammadiyah. Arifin Sepakat bahwa Muhammadiyah dalam Ijtihad dan Istinbath mengenai problem umat, sudah harus menggunakan metodologi sistematis yang secara ilmiah kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga metode tersebut dengan segala aturannya akan mampu mendekatkan produk Ijtihad Muhammdiyah ke arah tersebut. Berikut penulis mengulas ketiga pendekatan yang sampai sekarang masih dipedomani oleh Muhammadiyah.

PENDEKATAN BAYANI Pendekatan bayani sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha', mutakallimun dan ushulliyun. Bayani adalah pendekatan untuk : a) Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau diendaki) lafadz, dengan kata lain pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahir dari lafz dan 'ibarah yang zahir pula; dan b) Istinbat 35

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


hukum-hukum dari al-nusus al-diniyah dan al-Qur'an khususnya. Dalam bahasa filsaat yang disederhanakan, pendekatan bayani dapat diartikan sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah khitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya. Makna yang dikandung dalam, dikehendaki oleh, dan diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafadl. Hubungan antara makna dan lafadz dapat dilihat dari segi : a) Makna wad'i, untuk apa makna teks itu dirumuskan, meliputi makna khas, 'am dan mustarak; b) Makna isti'mali, makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi makna haqiqah (sarihah dan mukniyah) dan makna majaz (sarih dan kinayah); c) Darajat al-wudhuh, sifat dan kualitas lafz, meliputi muhkam, mufassar, nas, zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutasabih; dan d) Turuqu al-dalalah, penunjukan lafz terhadap makna, meliputi dalalah al-ibarah, dalalah al-isyarah, dalalah al-nass dan dalalah al-iqtida' (menurut khanafiyah), atau dalalah al-manzum dan dalalah al-mafhum baik mafhum al-muwafaqah maupun mafhum almukhalafah (menurut syafi'iyyah).

36

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Untuk itu pendekatan bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslubuslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya. Sementara itu, kata-kata kuncu (keywords) yang sering dijumpai dalam pendekatan ini meliputi asl - far' - lafz ma'na (mantuq al-fughah dan mushkilah al-dalalah; dan nizam al-kitab dan nizal al-aql), khabar qiyas, dan otoritas salaf (sultah al-salaf). Dalam alqiyas al-bayani, kita dapat membedakannya menjadi tiga macam : 1)al-qiyas berdasarkan ukuran kepantasan antara asl dan far' bagi hukum tertentu; yang meliputi al-qiyas aljali; b) al-qiyas fi ma'na al-nass; dan c) al-qiyas al-khafi; 2)alqiyas berdasarkan 'illat terbagi menajdi : a)qiyas al-'illat dan b) qiyas al-dalalah; dan 3) al-qiyas al-jama'i terhadap asl dan far'. Dalam pendekatan bayani dikenal ada 4 macam bayan : 1) Bayan al-i'tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan, keadaan segala sesuatu, yang meliputi : a) al-qiyas al-bayani baik al-fiqgy, al-nahwy dan al-kalamy; dan b) al-khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq; 2) Bayan al-i'tiqad, yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi makna haq, makna muasyabbih fih, dan makna bathil; 3) Bayan alibarah yang terdiri dari : a) al-bayan al-zahir yang tidak membutuhkan tafsir; dan b) al-bayan al-batin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar; dan 4) bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat37

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


pendapat dan pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib 'aqd, katib hukm, dan katib tadbir. Dalam pendekatan bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya lilmu fikih dan ushul fikih, lebih-lebih qawaidul lughahnya. Namun, hal itu berarti bukan tanpa kelemahan. Kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teks-teks yang berbeda, milik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasio hanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima oleh golongan lain, maka ketika berhadapan, Nalar Bayani menghasilkan sikap mental yang dogmatis, defensif dan apologetik, dengan semboyan kurang lebih "right or wrong is my country" (dalam konteks ini tentu diterjemahkan : salah apa bener, yang penting agama gue bo!).

PENDEKATAN BURHANI Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum - hukum logika. Van Peursen 38

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


mengatakan bahwa akal budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat memikirkan sesuatu. Namun, bila keduanya bergabung timbullah pengetahuan, sebab menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah). Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber kajian. Lepasnya pemahaman atas teks dari realita (konteks) yang mengitarinya, menurut Nasr Abu Zayd, akan menimbulkan pembacaan yang ideologis dan tendensius (qiraah talwiniyah mughridlah). Pembacaan yang ideologis dan tendensius ini, pada akhirnya akan mengarah pada apa yang oleh Khalid Abu Fadl disebut sebagai Hermaneutika Otoriter (Authoritharian Hermeneutic). Hermeneutika Otoriter terjadi ketika pembacaan atas teks ditundukkan oleh pembacaan yang subjektif dan selektif serta dipaksakan dengan mengabaikan realitas konteks. Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri 39

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Didalamnya ada maqulat (kategori-kategori) meliputi kully-juz'iy, jauhar-'arad, ma'qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis. Karena burhani menjadikan realitas dan teks sebagai sumber kajian, maka dalam pendekatan ini ada dua ilmu penting, yaitu ilmu al-lisan dan ilmu al-mantiq. Yang pertama membicarakan lafz-lafz, kaifiyyah, susunan, dan rangkaiannya dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makna, serta cara merangkainya dalam diri manusia. Tujuannya adalah untuk menjaga lafz aldalalah yang dipahami dan menetapkan aturan-aturan mengenai lafz tersebut. Sedangkan yang terakhir membahas masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat menyampaikan segala sesuatu yang bersifat inserawi dan hubungan yang tetap diantara segala sesuatu tersebut, atau apa yang mungkin untuk mengeluarkan gambarangambaran dan hukum-hukum darinya. Tujuannya adalah untuk menetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk menentukan cara kerja akal, atau cara mencapai kebenaran yang mungkin diperoleh darinya. 'Ilmu al-mantiq juga merupakan alat (manahij al-adillah) yang menyamaikan kita pada pengetahuan tentang maujud baik yang wajib atau mumkin, dan maujud fi al-adhhan (rasionalisme) atau maujud fi al-a'yan (empirisme). Ilmu ini 40

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


terbagi menjadi tiga; mantiq mafhum (mabhath altasawwur), mantiq al-hukm (mabhath al-qadaya), dan mantiq al-istidlal (mabhath al-qiyas). Dalam perkembangan modern, ilmu mantiq biasanya hanya terbagi dua, yaitu nazariyah al-hukm dan azariyah al-istidlal. Dalam tradisi burhani juga kita mengenal ada sebutan falsafat al-ula (metafisika) dan falsafat al-thani. Falsafat alula membahas hal-hal yang berkaitan dengan wujud al'arady, wujud al-jawahir (jawahir ula atau ashkhas dan jawahir thaniyah atau al-naw'), maddah dan surah, dan asbab yang terjadi pada a) maddah, surah, fa'il dan ghayah; dan b) ittifaq (sebab-sebab yang berlaku pada allam semesta) dan hazz (sebab-sebab yang berlaku pada manusia). Sedangkan falsafat al-thaniyah atau disebut juga ilmu al-tabi'ah, mengakaji masalah : 1) hukum-hukum yang berlaku secara alami baik pada lam semesta (al-sunnah alalamiyah) maupun manusia (al-sunnah al-insaniyah); dan 2) taghayyur, yaitu gerak baik azali (harakah qadimah) maupun gerak maujud (harakahhadithah yang bersifat plural (mutanawwi'ah). Gerak itu dapat terjadi pada jauhar (substansi: kawn dan fasad), jumlah )berkembang atau berkurang), perubahan (istihalah), dan tempat (sebelum dan sesudah). Dalam perkembangan keilmuan modern, falsafat al-ula (metafisika) dimaknai sebagai pemikiran atau penalaran yang bersifat abstrak dan mendalam (abstract and profound 41

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


reasoning). Sementara itu, pembahasan mengenai hukumhukum yang berlaku pad manusia berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social science, al-'ulum al-ijtima'iyyah) dan humaniora (humanities, al-'ulum al-insaniyyah). Dua ilmu terakhir ini mengkaji interaksi pemikiran, kebudayaan, peradaban, nilai-nilai, keiwaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memahami realitas kehidupan sosialkeagamaan dan sosial-keislaman, menjadi lebih memadai apabila dipergunakan pendekatan-pendekatan sosiologi (sosiulujiyyah), antropologi (antrufulujiyyah), kebudayaan (thaqafiyyah) dan sejarah (tarikhiyyah), seperti yang menjadi ketetapan Munas Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam XXIV di Malang. Pendekatan sosiologis digunakan dalam pemikiran Islam untuk memahami realitas sosial-keagamaan dari sudut pandang interaksi antara anggota masyarakat. Dengan metode ini, konteks sosial suatu prilaku keberagaan dapat didekati secara lebih tepat, dan dengan metode ini pula kita bisa melakukan reka cipta masyarakat utama. Pendekatan antropologi bermanfaat untuk mendekati maslah-masalah kemanusiaan dalam rangka melakukan reka cipta budaya Islam. Tentu saja untuk melakukan reka cipta budaya Islam juga dibutuhkan pendekatan kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat kaitannya dengan dimensi pemikiran, ajaran-ajarn, dan konsep-konsep, nilai-nilai dan pandangan dunia Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim. Agar 42

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


upaya reka cipta masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat utama dalam Muhammadiyah, strategi ini pula menghendaki kesinambungan historis. Untuk itu, dibutuhkan juga pendekatan sejarah (tarikhiyyah). Hal ini agar konteks sejarah masa lalu, kini dan kan datang berada dalam satu kaitan yang kuat dan kesatuan yang utuh (kontinuitas dan perubahan). Ini bermanfaat agar pembahuruan pemikiran Islam Muhammadiyah tidak kehilangan jejak historis. Ada kesinambungan historis antara bangunan pemikiran lama yang baik dengan lahirnya pemikiran keislaman baru yang lebih memadai dan up to date. Kendala yang sering dihadapi dalam penerapan pendekatan ini adalah sering tidak sinkronnya teks dan realitas. Produk ijtihadnya akan berbeda jika dalam pengarusutamaan teks atau konteks. Masyarakat lebih banyak memenangkan teks daripada konteks, meskipun yang lebih cenderung kepada kontekspun juga tidak sedikit.

PENDEKATAN 'IRFANI 'Irfan mengandung beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham dan kashf yang telah dikenal jauh sebelum Islam; dan al-ghanus atau gnosis. Ketika irfan diadopsi ke dalam Islam, para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya mengenai; 1) 43

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


al-naql dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas 'ibarahnya untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irgani adalah suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan istinbat alma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an. Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga almumathilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8, dst; b) tamthil yang meliputi silogisme dan induksi; dan c) surah dan ashkal. Dengan demikian, al-mumathilah adalah manhaj iktishafi dan bukan manhaj kashfi. Pendekatan 'irfani juga menolak atau menghindari mitologi. Kaum 'irfaniyyun tidak berurusan dengan mitologi, bahkan justru membersihkannya dari persoalan-persoalan agama dan dengan irfani pula mereka lebih mengupayakan menangkap haqiqah yang terletak di balik shari'ah, dan yang batin (al44

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dalalah al-isharah wa al-ramziyah) di balik yang zahir (aldalalah al-lughawiyyah). Dengan memperhatikan dua metode di atas, kita mengetahui bahwa sumber pengetahuan dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari makna batinnya melalui ta'wil). Kata-kata kunci yang terdapat dalam pendekatan 'irfani meliputi tanzil-ta'wil, haqiqi-majazi, mumathilah dan zahirbatin. Hubungan zahir-batin terbagi menjadi 3 segi : 1)siyasi mubashar, yaitu memalingkan makna-makna ibarat pada sebagian ayat dan lafz kepada pribadi tertentu; 2) ideologi mazhab, yaitu memalingkan makna-makna yang disandarkan pada mazhab atau ideologi tertentu; dan 3) metafisika, yakni memalingkan makna-makna kepada gambaran metafisik yang berkaitan dengan al-ilah almut'aliyah dan aql kully dan nafs al-kulliyah. Pendekatan 'irfani banyak dimanfaatkan dalam ta'wil. Ta'wil 'irfani terhadap Al-Qur'an bukan merupakan istinbat, bukan ilham, bukan pula kashf. tetapi ia merupakan upaya mendekati lafz-lafz Al-qur'an lewat pemikiran yang berasal dari dan berkaitan dengan warisan 'irfani yang sudah ada sebelum Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna batinnya. Contoh konkrit dari pendekatan 'irfani lainnya adalah falsafah ishraqi yang memandang pengetahuan diskursif (alhikmah al-batiniyyah) harus dipadu secara kreatif harmonis 45

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dengan pengetahuan intuitif (al-hikmah al-dhawqiyah). Dengan pemaduan tersebut pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang mencerahkan, bahkan akan mencapai al-hikmah al-haqiqah. Pengalaman batin Rasulullah saw. dalam menerima wahyu al-Qur'an merupakan contoh konkret dari pengetahuan 'irfani. Namun dengan keyakinan yang kita pegangi salama ini, mungkin pengetahuan 'irfani yang akan dikembangkan dalam kerangka ittiba' al-Rasul. Dapat dikatakan, meski pengetahuan 'irfani bersifat subyekyif, namun semua orang dapat merasakan kebenarannya. Artinya, setiap orang dapat melakukan dengan tingkatan dan kadarnya sendiri-sendiri, maka validitas kebenarannya bersifat intersubyektif dan peran akal bersifat partisipatif. Sifat intersubyektif tersebut dapat diformulasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut. Pertamatama, tahapan persiapan diri untuk memperoleh pengetahuan melalui jalan hidup tertentu yang harus ia ikuti untuk sampai kepada kesiapan menerima "pengalaman". Selanjutnya tahapan pencerahan dan terakhir tahap konstruksi. tahap terakhir ini merupakan upaya pemaparan secara simbolik di mana perlu, dalam bentuk uraian, tulisan dan struktur yang dibangun, sehingga kebenaran yang diperolehnya dapat diakses oleh orang lain.

46

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Implikasi dari pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman, adalah mengahmpiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lain (the otherness) yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural, dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fitrah ilahiyah

PENUTUP Dari pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya terdapat benang merah antara ketiganya. Bahwa epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nas) ijma' dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu; sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi (kashshf) yang banyak menekankan aspek kewalian (al-wilayah) yang inheren dengan ajaran monisme atau kesatuan dengan Tuhan dan epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara 47

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


naluriyah, inderawi, eksperimentasi, dan konspetualisasi (alhiss, al tajribah wa muhakamah 'aqliyah). Wa Allahu alamu bi al shawab.

48

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Bayani, Irfani, dan Burhani

oleh Nirwan Syafrin Salah satu pemikir Arab yang banyak dijadikan rujukan dalam pembaruan dalam Islam adalah Muhammad Abid alJabiri. Pemikir asal Maroko ini baru saja meninggal 3 Mei 2010 lalu, pada usia 75 tahun. Di Indonesia, ide-idenya banyak dikaji. Sebagian kalangan tanpa mengkaji dengan cermat bahkan ada yang menelan mentah-mentah gagasan Jabiri tentang kategorisasi episteme, yaitu metode Bayani, Irfani, dan Burhani. Mulanya, Jabiri tidak ikut-ikutan mengkritik al-Quran, sebagaimana pemikir liberal lainnya. Tapi, pada 2006, terbit bukunya, Madkhal ila al-Quran al-Karim, yang mengisyaratkan ada yang tercicir dari al-Quran yang ada di tangan kaum Muslim sekarang ini. Dalam analisis dan usulannya, Jabiri banyak mengadopsi perangkat dan teori yang dikembangkan oleh Michel Foucault, Jacques Derrida, Karl Marx, Anthony Gramsci, Gaston Bachelard, dan beberapa ahli filsafat Barat lain. Dari Foucault dia meminjam konsep episteme Foucault untuk mengembangkan teori episteme Arab yang kemudian dikenal dengan Bayani, Irfani, dan Burhani. 49

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Inti kajian Jabiri sebenarnya tidak banyak berbeda dengan banyak pemikir liberal lain, seperti Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Adonis, Fatima Mernisi, dan lain-lain. Ia menolak metode Bayani yang dikembangkan oleh para Fuqaha dan ulama Ushul Fiqh karena dianggap lebih mengedepankan teks dari pada substansi teks. Jabiri pun menyerang Imam Syafii, kerena dianggap orang bertanggung jawab meletakkan dasar berpikir tersebut melalui karya monumentalnya, al-Risalah. Al-nizam al-marifi al-bayani dikembangkan oleh para fuqaha. Sistem berpikir ini sangat bergantung pada teks; teks berada diatas akal (filsafat). Ilmu fiqh, Tafsir, Filologi, merupakan produk episteme ini yang disebutnya sebgai almaqul al-dini (rasionalitas keagamaan). Karakteristik utama episteme ini adalah ketergantungannya pada teks, bukan pada akal. Yang dimaksudkannya dengan teks disini adalah al-Quran dan Sunnah. Episteme ini menurut Jabiri sangat kuat sekali mendominasi pemikiran Arab Islam sehinggakan sejak dari awal kelahirannya sampai sekarang ia tidak menglami perkembangan. Jabiri juga mengkritisi metode Irfani yang dia asosiasikan dengan Syiah dan kaum Sufi. Disini, dia mengkritisi habishabisan Ibn Sina dan al-Ghazali, dua tokoh yang selama ini dianggap antagonis. Menurutnya kedua pemikir inilah yang bertanggung jawab memasukkan sistem berpikir irfani ini

50

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


kedalam ranah pemikiran Islam yang sekaligus menjadikan akal Arab-Islam itu mandek. Adapun episteme burhani adalah episteme yang dibangun oleh filsafat Arab yang berekembang si Afrika Utara dan Spanyol. Ibn Rushd dianggap sebagai sosok yang paling sempurna merepresentasikan tipe burhani ini. Tipologi sistem ini tidak berpegang pada nash semata, juga tidak pada intuisi, tapi pada akalnya Ibn Rushd dan eksperimennya Ibn Khaldun. Sesungguhnya, katanya lagi, inilah yang membuat Barat maju seperti sekarang ini. Para saintis Barat dengan jitu mengaplikasikan semangat rasionalisme Ibn Rushd dan empirisismenya dalam sistem peradaban mereka. Oleh sebab itu, lanjutnya, kalau kita ingin maju bersaing dengan realitas yang ada kita harus dapat mengembangkan semangat rasioanlisme dan juga empirisisme. Dengan mengagungkan Ibn Rusyd, sebenarnya Jabiri ingin mengatakan bahwa kemajuan itu hanya bisa ditempuh dengan rasionalisme. Baginya, akallah yang bisa mengantar peradaban manusia ke puncak kegemilangannya. Sayangnya,akal yang disebut Jabiri itu adalah akal yang dikonsepsikan oleh Barat, yaitu akal positivis yang hanya berpaut pada data-data eksperimental. Disamping itu Jabiri sepertinya sengaja melupakan bahwa rasionalisme abad Pencerahan itu sendiri saat ini sedang mendapat kritikan tajam, bukan hanya dari kalangan ilmuwan Muslim tapi juga dari kalangan intelektual Barat sendiri. 51

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Jabiri juga lupa, bahwa revolusi sains (sceintific revolution) terjadi di Barat karena orang-orang seperti Bacon, Descartes, dan Newton melakukan terhadap teori-teori fisika Aristotle. Artinya Barat maju bukan karena mereka mengadopsi padangan-pandangan Ibn Rusyd yang Aristotelian, tapi sebaliknya, sains mereka berkembang justru karena mereka meninggalkan teori-teori fisika Aristotle. Meskipun sempat menarik banyak perhatian, gagasan pembaruan Jabiri pun menuai banyak kritik mendasar. Misalnya, untuk mempertahanakan rasionalitas mazhab ala Arab Maghribi, dimana dia menjadi bagian daripadanya, Jabiri sering melakukan pemilahan atas turats-turats yang hanya mendukung pendapatnya saja. Lebih fatal lagi, menurut George Tarabisi, Jabiri telah melakukan praktik plagiat, karena tidak menyebutkan sumber rujukan ideidenya, meskipun secara jelas ide itu berasal dari orang lain. Jabiri, kata Tarabisi, sering memplintir tulisan orang lain -secara sadar atau tidak -- sesuai dengan keinginannya. Kajiannya tidak orisinil. Oleh sebab inilah, banyak penulis seperti Ali Harb yang menilai bahwa kajian turats Jabiri penuh dengan muatan ideologis, Arab centrism. (Ali Harb, Naqd al-Nass (Bayrut: Al-Markaz al-Thaqafi al-Arabi, 1993)). Toha Abdurrahman, dalam Kitabnya, Tajdid, misalnya, adalah salah seorang yang paling kritis menilai bangunan 52

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


epistemologi dan metodologi Jabiri dalam mengkritisi turats. Bahkan, ia berkesimpulan, Jabiri sendiri inkosisten. Jabiri mengajak untuk membaca turats secara komprehensif. Tapi, ia sendiri membaca turats dengan parsial. Kata dia, epistemologi Bayani, misalnya, telah menghasilkan fiqh, usul fiqh, tafsir, dan kalam. Sementara metode Irfani melahirkan tasawwuf, dan Burhani menelurkan filsafat. Itu artinya, dia bersikap parsial (tajziiyyah). Padahal dia menyatakan, bahwa Fiqh, Usul Fiqh, Tafsir, Nahwu, Balaghah adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Artinya, seorang ahli fiqh bisa berpikir dalam kerangka Bayani, Irfani, dan Burhani. Seorang al-Ghazali adalah pemikir yang menggunakan epistemologi Bayani, Irfani dan Burhani sekaligus. Kenyataan ini berlawanan dengan pernyataannya yang mengkategorikan pemikiran Ghazali kepada bentuk Bayani dan Irfani, dan tidak Burhani sama sekali. Masih banyak lagi kelemahan-kelemahan model yang ditawarkan Jabiri untuk mengkaji Turats yang telah dibahas oleh para intelektual lain. Sehingga Prof. Nuruddin al-Ghadir berkesimpulan bahwa sesungguhnya buku-buku Jabiri itu tidak layak terbit, karena pada prinsipnya kajian-kajiannya dalam turats bukan untuk merekonstruksi turats, tapi malah menghancurkannya. Ghadir menuliskan berdasarkan fakta ini, proyek Jabiri pada akhirnya hanya akan mencabik-cabik turats, bahkan mencabik ekistensi budaya ummat Islam. 53

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


(wa bihadha fainna al-Jabiri fi nihayah mahsruihi yasilu ila tajazzui al-turats fi abad mustawiyatihi, bal wa tajazzui kiyan al-ummah al-islamiyyah al-thaqafi). Jadi, memang patut disayangkan, orang seperti Jabiri akhirnya bukan berhasil melakukan tajdid, tetapi ia pun tenggalam dalam taghrib (pem-Barat-an) Islam.

54

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Penerapan Konsep Logika Sebagai Metode Berpikir Analitik Pada Epistemologi Burhani
oleh Eka Mukti Arifah 1 Abstract Makalah ini membahas tentang penerapan konsep logika sebagai metode berpikir analitik padaepistemologi burhani. Penerapan konsep logika disini melibatkan silogisme sabagai salah satu elemenpenting untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yangmembahas tentang asal-usul pengetahuan, metodologiuntuk memperoleh pengetahuan tersebut, danvaliditasnya. Selain di dunia Barat, ternyata di dalam Islam juga memiliki aliran epistemologi. Tiga di antaranya adalah epistemologi bayani, irfani, dan burhani. Epistemologi burhani menggunakan prinsip logika,termasuk silogisme, sebagai metode berpikir. Hal inisering dianggap sebagai sesuatu yang lebih padaepistemologi burhani karena dapat dijadikan sebagaimodel yang representatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan di tengah lemahnya pengembangan ilmu pengetahuan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim. Kata Kunci: logika, silogisme, epistemologi, epistemologi Islam, epistemologi burhani

Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung Email : if17100@students.if.itb.ac.id

55

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


1. PENDAHULUAN Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning).[1] Dengan logika, bisa diperoleh hubungan antarpernyataan. Namun, tidak semua pernyataan berhubungan dengan logika. Hanya pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa dihubungkan dengan logika. Pernyataan seperti ini disebut proposisi. Salah satu poin penting dalam logika adalah metode penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi (inferensi). Terdapat beberapa kaidah inferensi, diantaranya modus ponen, modus tollen, dan silogisme. Silogisme dapat digunakan sebagai salah satu aturan dalam memperoleh suatu pengetahuan. Misalnyadalam epistemologi burhani. Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang membahas tentang asal-usul pengetahuan, metodologi untuk memperoleh pengetahuan tersebut, dan validitasnya. Suatu pengetahuan baru bisa dikatakan sebagai ilmu jika landasan epistemologinya jelas. [2] Epistemologi sering juga disebut sebagai filsafat ilmu. Dalam perspektif Barat, dikenal adanya tiga aliranyaitu empirisme, rasionalisme, dan positivisme. Sedangkan dalam perspektif Islam, ada tiga model yang sering digunakan, yaitu bayani, irfani, dan burhani.

56

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Secara singkat, epistemologi bayani didasarkan atas teks, baik secara langsung maupun tidak langsung. Epistemologi irfani didasarkan pada ilham atau intuisi. Sedangkan epistemologi burhani didasarkan pada rasio dan akal. Epistemologi burhani yang dipengaruhi dasar logika Aristoteles ini sering disebut-sebut sebagai metode berpikir yang memberikan peluang untuk perkembangan sains. 2. INFERENSI Kaidah metode-metode inferensi pada dasarnya adalah sebuah tautologi. Kaidah inferensi bermacam, macam, antara lain modus ponen, modus tollen, silogisme, simplifikasi, penjumlahan, dan konjungsi. Agar lebih jelas, berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa metode inferensi, yaitu modus ponen, modus tollen,dan silogisme. [1] 2.1. Modus Ponen Dasar modus ponen adalah tautologi( ) . Hipotesisnya adalah pernyataan p dan pq , sedangkan q adalah konklusinya.Modus ponen dapat ditulis sebagai berikut : 57

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Modus ponen menyatakan bahwa jika hipotesis p dan implikasi benar, maka konklusi q benar. Contoh : Jika a bilangan genap, maka 2 genap a bilangan genap 2 genap yang dapat dibaca Jika a bilangan genap, maka 2 genap. a bilangan genap. Karena itu, 2 genap. 2.2. Modus Tollen Dasar modus tollen adalah tautologi( ) . Hipotesisnya adalah pernyataan q dan , sedangkan p adalah konklusinya. Modus tollen dapat ditulis sebagai berikut : Contoh : Jika a bilangan genap, maka 2 genap 2 ganjil bilangan ganjil 58

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


yang dapat dibaca Jika a bilangan genap, maka 2 genap. 2 ganjil. Karena itu, a bilangan ganjil. 2.3. Silogisme Ada dua jenis silogisme, yaitu : a. Silogisme Hipotetis Dasar silogisme hipotetis adalah tautologi ). Silogisme hipotetis ini dapat ditulis sebagai berikut : Contoh : Jika a bilangan genap, maka 2 genap jika 2 genap, maka 2 habis dibagi 2 jika a bilangan genap, maka 2 habis dibagi 2

59

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


a. Silogisme Disjungtif Dasar silogisme hipotetis adalah tautologi (( ) ) . Silogisme disjungtif ini dapat ditulis sebagai berikut : p Contoh : a bilangan genap atau 2 genap a bilangan ganjil 2 genap

3. EPISTEMOLOGI Secara etimologi, kata epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. [2] Istilah epistemologi terkait dengan : [3] a. Filsafat, yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan. 60

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


b. Metode, yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh pengetahuan. c. Sistem, yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan. Dalam perspektif Barat dikenal adanya tiga aliran epistemologi, yaitu empirisme, rasionalisme, dan positivisme. Aliran empirisme berdasarkan pada alam, sesuai dengan penyelidikan ilmiah secara empiris. Aliran rasionalisme menganggap empirisme memiliki kelemahan karena alat indera mempunyai kemampuan yang terbatas, sehingga alat indera diposisikan sebagai alat yang menyebabkan akal bekerja. Sedangkan metode positivisme yang dikemukakan August Comte menyatakan bahwa hasil penginderaan menurut rasionalisme adalah sesuatu yang tidak jelas dan tidak sistematis. Aliran positivisme menganggap bahwa penginderaan itu harus dipertimbangkan oleh akal, kemudian disistemisasi sehingga terbentuk pengetahuan. Epistemologi-epistemologi dalam dunia Barat tersebut memperlihatkan bahwa pengetahuan berpusat pada dua hal, indera dan rasio. Ini menunjukkan bahwa pusat dari epistemologi adalah manusia sendiri. Di dalam Islam, epistemologi tidak berpusat kepada manusia.

61

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Manusia bukanlah makhluk mandiri yang dapat menentukan kebenaran seenaknya. Semuanya berpusat kepada Allah. Di satu pihak, epistemologi Islam berpusat pada Allah, dalam arti Allah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Namun, bukan berarti manusia tidak penting. Di pihak lain, epistemologi Islam berpusat pula pada manusia, dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan. Seperti telah disebutkan pada pendahuluan, dalam epistemologi Islam setidaknya ada tiga model yang digunakan, yaitu bayani, irfani dan burhani. [4] 3.1. Epistemologi Bayani Epistemologi bayani menitikberatkan pada teks (nash) baik secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya memahami teks sebagai pengetahuan yang sudah jadi dan langsung diterapkan tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. Secara tidak langsung maksudnya memahami teks sebagai pengetahuan mentah yang masih perlu ditafsirkan dan dinalar. Sesuai dasarnya, masalah yang muncul dengan epistemologi bayani adalah pemaknaan teks. Apakah teks dimaknai sesuai konteksnya atau makna aslinya. Maka, pemaknaan teks oleh epistemologi bayani menggunakan dua cara. Pertama, dengan berpegang pada redaksi teks sesuai kaidah bahasa Arab. Kedua, berpegang pada makna teks dengan 62

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


menggunakan logika, penalaran atau rasio sebagai sarana analisa. Meskipun perlu dinalar atau dianalisa, akal tidak bebas menentukan makna karena dasar utamanya tetap berupa teks. Ini berarti sumber pengetahuan utama epistemologi bayani adalah Al-Quran dan hadits. 3.2. Epistemologi Irfani Epistemologi irfani didasarkan pada kasyf, yaitu tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Pengetahuan dengan metode berpikir irfani diperoleh dengan olah ruhani. Tahapan untuk memperoleh pengetahuan irfani ada tiga, yaitu persiapan, penerimaan, dan pengungkapan. Pada tahap persiapan, ada tujuh tahapan yang harus dijalani, yaitu taubat, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang syubhat (wara), tidak tamak dan tidak mengutamakan kehidupan dunia (zuhud), mengosongkan seluruh fikiran dan harapan masa depan dan tidak menghendaki apapun kecuali Allah SWT (faqir), sabar, tawakkal, dan ridla. Pada tahap penerimaan, jika telah mencapai tingkat tertentu, seseorang akan mendapat limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan. Sedangkan pada tahap pengungkapan, pengalaman mistik disampaikan kepada orang lain, baik lewat ucapan maupun tulisan. Masalahnya, karena pengetahuan yang didapat adalah sebuah pengalaman 63

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


dimensi batin, terkadang sulit untuk menyampaikan pengetahuan itu. Epistemologi irfani yang lebih menekankan pada pengalaman langsung ini membuat otoritas akal tertepis karena lebih bersifat partisipatif. 3.3. Epistemologi Burhani Epistemologi burhani didasarkan pada kekuatan rasio, akal, dan dalil-dalil logika, bukannya teks atau intuisi. Rasio akan memberikan penilaian dan keputusan terhadap informasi yang masuk lewat indra. Untuk mendapatkan pengetahuan dengan metode burhani, digunakan penarikan kesimpulan dengan aturan silogisme. Silogisme ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1. Mengetahui latar belakang penyusunan premis 2. Adanya alas an logis antara alas an dan kesimpulan 3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan benar, tidak menimbulkan kebenaran atau kepastian lain. Al Farabi mempersyaratkan bahwa premis-premis burhani haruslah premis yang benar, primer, dan diperlukan. Otoritas referensi epistemologi burhani adalah Al-Quran, hadits, dan pengalaman salaf.

64

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Epistemologi bayani mulai berkembang saat kemapanan pemerintahan Islam pada masa pemerintahan Abbasiyah. Masuknya pemikiran filsafat Yunani dan logika Aristoteles ke dalam komunitas Muslim menumbuhkan proses berpikir yang analitik. Hal yang saat itu sangat kurang di dalam epistemologi Arab. [5] Berikut ini adalah tabel perbandingan antara ketiga epistemologi Islam yang telah dijelaskan sebelumnya, epistemologi bayani, irfani, dan burhani : [4]

Tabel 1. Perbandingan Epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani sumber Metode Pendekatan Tema Sentral Bayani Teks Keagamaan? Nash Istinbath/Istidl al Linguitik Ashl-furu Kata-makna Irfani Ilham/Intuisi Kasyf PsikhoGnostik Zahir-Batin WilyahNubuwab Burhani Rasio Tahlili (Analitik), Diskursus Logika EssensiAksistensi BahasaLogika

65

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Validitas Kebenaran Pendukun Korespondensi Kaum Teolog Ahli fikih Ahli bahasa Intersubjektif Koherensi Konsistensi Kaum sufi Para Filosof

4. LOGIKA DALAM EPISTEMOLOGI BURHANI Menurut sejarah munculnya metode pemikiran burhani, dasar logika yang paling berpengaruh di dalamnya adalah logika Aristoteles. Istilah logika ini sebenarnya muncul belakangan dan tidak pernah disebut oleh Aristoteles. Aristoteles sendiri memperkenalkan metode berpikirnya ini sebagai metode berpikir analitik. Logika Aristoteles sering disebut sebagai logika tradisionalis, logika formal, atau logika deduktif. Salah satu ajaran penting dalam logika Aristoteles adalah silogisme. Aristoteles menjelaskan silogisme dengan cara yang berbeda dengan metode silogisme yang telah disebutkan sebelumnya. Model silogisme yang disebutkan pada penjelasan metode-metode inferensi sebelumnya adalah silogisme yang dikenalkan oleh logika Stoik. Model silogisme Aristoteles sering disebut sebagai silogisme katagorik karena semua proposisinya katagorik. Silogisme terdiri dari beberapa komponen, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Di dalam istilah yang 66

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


digunakan oleh Skolastik, terdapat beberapa bentuk silogisme : [6] a. Bentuk pertama, term tengah (middle term) menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat pada premis minor. Contoh : 1. Semua manusia fana. (premis mayor). Sokrates adalah seorang manusia. (premis minor) Sokrates fana. (kesimpulan) - Model ini disebut Barbara. 2. Tak ada ikan yang rasional. Semua hiu adalah ikan. Tak ada hiu yang rasional. - Model ini disebut Calerent. 3. Semua manusia rasional. Sebagian makhluk hidup adalah manusia. Sebagian makhluk hidup rasional. Model ini disebut Darii. 4. Tak ada orang Yunani berkulit hitam. Sebagian manusia adalah orang Yunani. Sebagian manusia tak berkulit hitam. - Model ini disebut Ferio. b. Bentuk kedua, term tengah (middle term) menjadi predikat pada premis mayor dan premis minor. Contoh :

67

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Semua tumbuhan membutuhkan air. Tidak satupun benda mati membutuhkan air. Tidak satupun benda mati adalah tumbuhan. c. Bentuk ketiga, term tengah (middle term) menjadi subyek pada premis mayor dan premis minor. Contoh : Setiap manusia mempunyai rasa takut. Tetapi setiap manusia adalah makhluk hidup. Sebagian makhluk hidup mempunyai rasa takut. Dengan landasan logika Aristoteles, beberapa metode yang dipakai dalam epistemologi burhani adalah metode deduksi (istintaj, qiyas jami), induksi (istiqra), konsep universalisme (al-kulli), universalitasuniversalitas induktif, prinsip kausalitas dan historitas, serta tujuan syariah (al-maqashid). Perbedaan mendasar antara penalaran dengan epistemologi bayani dan burhani adalah inferensi pada bayani didasarkan atas lafal, sedangkan pada epistemologi burhani didasarkan pada makna.[5] 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut dasar-dasar teori yang disampaikan di atas, diketahui bahwa epistemologi burhani menggunakan konsep berpikir dengan logika Aristoteles yang menimbulkan pemikiran yang analitik. Cara berpikir analitik 68

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


ini tentunya sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di dalam pengembangan ilmu pengetahuan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim. Apalagi di tengah terpuruknya pengembangan pengetahuan di antara ilmuwan-ilmuwan muslim. Salah satu penyebab lemahnya pengembangan pengetahuan oleh ilmuwan muslim saat ini terjadi karena adanya sudut pandang yang menyebutkan bahwa ilmu agama dan ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang terpisah. Padahal sebenarnya dalam Islam, ilmu agama adalah sesuatu yang utuh, mulai dari ilmu pengetahuan, petunjuk, hukum, dan lain lain. Epistemologi yang saat ini lebih berkembang adalah epistemologi bayani. Epistemologi ini kurang bisa merespon dan mengimbangi perkembangan dunia. Epistemologi burhani unggul di bidang ini. Namun begitu, tidak berarti epistemologi burhani tidak memiliki kekurangan. Tiap-tiap epistemologi yang telah dijelaskan sebelumnya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelemahan epistemologi burhani adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan eksistensi di luar pikiran, misalnya warna, bau, rasa, atau bayangan. Meskipun memiliki dasar yang berbeda-beda, ketig epistemologi Islam ini saling berhubungan.

69

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


Epistemologi bayani mampu menjadi pembuka pintu bagi irfani dan burhani. 6. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Logika dapat diaplikasikan sebagai metode berpikir analitik, misalnya dalam epistemologi burhani. 2. Premis-premis yang akan diinferensi dengan silogisme dalam epistemologi burhani harus memenuhi syarat : 1. Mengetahui latar belakang penyusunan premis 2. Adanya alasan logis antara alas an dan kesimpulan 3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan benar, tidak menimbulkan kebenaran atau kepastian lain. 3. Otoritas referensi epistemologi burhani adalah tetap pada Al-Quran dan hadits. 4. Walaupun memiliki dasar yang sangat berbeda, ketiga epistemologi Islam, yaitu epistemologi bayani, irfani, dan burhani, memiliki hubungan yang bisa saling melengkapi. 5. Epistemologi burhani sangat representatif digunakan sebagai model berpikir dalam pengembangan ilmu penegtahuan. 70

TRADISI ILMIAH ISLAM 2011


DAFTAR REFERENSI [1] Rinaldi Munir, Diktat Kuliah IF 2153, Matematika Diskrit, Edisi Keempat , Program Studi Teknik Informatika, STEI, ITB, 2006. [2]http://agustianto.niriah.com/2008/03/11/ epistemologi-ekonomi-islam/ waktu akses : 1 Januari 2009, 12:33 [3] Nasrah, Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam, Universitas SumateraUtara [4] http://khudorisoleh.blogspot.com/2008/07/modelmodelepistemologi-islam.html waktu akses : 1 Januari 2009, 12:38 [5] Wahib Wahab, Rekonstruksi Epistemologi Burhani, -[6] Juandi, Struktur Logika Dalam Hukum Islam,--

71

You might also like