You are on page 1of 8

HUKUM MENGUCAP DAN MENJAWAB SALAM

( disusun untuk memenuhi tugas : ORDIPA)

Oleh :

ERNIWATI

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN

PRENDUAN SUMENEP MADURA

TAHUN AKADEMIK 2011-2012

HUKUM MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB SALAM

A. PENGERTIAN SALAM Ulama berbeda pendapat akan makna salam dalam kaliamat Assalaamualaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Berkata sebagian ulama bahwasanya salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat Assalaamu alaik berarti Allah bersamamu atau dengan kata lain engkau dalam penjagaan Allah. Sebagian lagi berpendapat bahwa makna salam adalah keselamatan sehingga maknanya Keselamatan selalu menyertaimu. Yang benar, keduanya adalah benar sehingga maknanya semoga Allah bersamamu sehingga keselamatan selalu menyertaimu. B. MENJAWAB SALAM Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Apabila salah seorang kalian sampai di suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah memberikan salam. Dan tidaklah (salam) yang pertama lebih berhak daripada (salam) yang kedua. (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi serta yang lainnya dan Syaikh Al-Albani mengatakan: Hasan shahih). Maknanya, kedua-duanya adalah benar dan sunnah. Dari Abu Hurairah radliyallaahu anhu berkata, aku mendengar Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda, : Hak muslim atas muslim lainnya ada enam: apabila engkau bertemu dengannya maka ucapkan salam, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, . . . . (HR. Muslim) 1.jika ada yang mengucapkan salam kepada kita sedang kita dalam kondisi sendiri, maka kita WAJIB menjawabnya karena menjawab salam dalam kondisi tersebut hukumnya adalah FARDU `AIN 2.jika salam diucapkan pada suatu rombongan atau kelompok, maka hukum menjawabnya adalah FARDU KIFAYAH Jika salah satu dari kelompok tersebut telah menjawab salam yang diucapkan kepada mereka, maka sudah cukup.

jadi tak usah rame rame jawab..cukup diantaranya mewakili.. 3. jika hukum memulai salam adalah sunnah (dianjurkan) namun untuk kelompok hukumnya sunnah kifayah, 4.jika sudah ada yang mengucapkan maka sudah cukup.Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam. (HR. Ahmad dan Baihaqi) C. SALAM DENGAN LAWAN JENIS Nah untuk yang ini.kebanyakan..org tak paham bagimana sebenarnya etika salam dgn lawan jenis.ketika ia menyampaikan salam..dan ketika ada yg tak jawab..malah sewot.. 1. Tidak benar bila salam kepada kepada lawan jenis hukumnya haram secara mutlak bahkan hal itu disyariatkan apabila aman dari fitnah berdasarkan hadits-hadits berikut yang akan kami bagi menjadi dua: a. Salam wanita kepada laki-laki. Dalil pertama: : : ) . : :

Dari Ummu Hani berkata: Saya pernah datang kepada Nabi pada tahun fathu Mekkah) sedang beliau ketika itu sedang mandi. Dan putrinya, Fathimah menutupinya dengan pakaian lalu saya ucapkan salam padanya. Rasulullah bertanya: Siapa ya? Jawabku: Saya Ummu Hani binti Abi (HR. Thalib. Nabi bersabda: no. Selamat 6158 dan datang wahai Muslim Ummu no. Hani. 336).

Bukhari

DISINI RASULULLAH TIDAK MENJAWAB SALAM UMMU HANI Dalam hadits ini Ummu Hani mengucapkan salam kepada Nabi padahal dia tidak termasuk mahramnya. Dalil kedua: : Dari Hasan Al-Bashri berkata: Dahulu para wanita (sahabat) mengucapkan salam kepada kaum laki-laki. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 1046 dengan sanad hasan).

b. Salam laki-laki kepada wanita. Dalil pertama: : : . . Dari Abu Hazim dari Sahl berkata: Kami sangat gembira bila tiba hari Jumat. Saya bertanya kepada Sahl: Mengapa demikian? Jawabnya: Ada seorang nenek tua yang pergi ke budhaah -sebuah kebun di Madinah- untuk mengambil ubi dan memasaknya di sebuah periuk dan juga membuat adonan dari biji gandum. Apabila kami selesai shalat Jumat, kami pergi dan mengucapkan salam padanya lalu dia akan menyuguhkan (makanan tersebut) untuk kami. Itulah sebabnya kami sangat gembira. Tidaklah kami tidur siang dan makan siang kecuali setelah jumat. (HR. Bukhari no. 6248 dan Muslim no. 859). Dalil kedua: : . . Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: Wahai Aisyah, Tadi Jibril mengirimkan salam kepadamu. Aku Aisyah) menjawab: Dan baginya salam dan kerahmatan Allah, engkau (Rasulullah) dapat melihat apa yang tak dapat kami lihat. HR. Bukhari no. 6249 dan Muslim no. 47). Dalil ketiga: : Dari Asma binti Yazid Al-Anshariyyah berkata: Rasulullah pernah melewati kami -para wanita- dan beliau mengucapkan salam kepada kami. (Shahih. Diriwayatkan Abu Daud (5204), Ibnu Majah (3701), Darimi (2/277) dan Ahmad (6/452). Lihat pula As-Shahihah no. 823 oleh Al-Albani). Dalil keempat: : : : . : -

Dari Kuraib, maula Ibnu Abbas bercerita bahwa Abdullah bin Abbas, Abdur Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhramah pernah mengutusnya kepada Aisyah, istri Nabi. Mereka mengatakan: Sampaikan salam kami semua kepadanya dan tanyakan padanya tentang shalat dua rakaat setelah Ashar HR. Muslim no. 834). Dalil-dalil di atas secara jelas menunjukkan bolehnya salam kepada lawan jenis. Imam Bukhari membuat bab dalam Shahihnya Bab salam kaum laki-laki kepada wanita dan salamnya kaum wanita kepada laki-laki. Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari juz 11 hal.33-34: Imam Bukhari mengisyaratkan dengan bab ini untuk membantah riwayat Abdur Razaq dari Mamar dari Yahya bin Abi Katsir, beliau berkata: Telah sampai khabar kepadaku bahwasanya dibenci kaum laki-laki salam kepada wanita dan wanita salam kepada pria. Tetapi atsar ini sanadnya maqthu atau mudhal jenis hadits lemah). Maksud bolehnya di sini apabila aman dari fitnah. Al-Hulaimi berkata: Barangsiapa yang yakin terhadap dirinya selamat dari fitnah, hendaknya dia mengucapkan salam dan bila tidak maka diam lebih utama. Al-Muhallab juga berkata: Salamnya kaum laki-laki kepada wanita atau sebaliknya hukumnya boleh apabila aman dari fitnah. Lihat pula Syuabul Iman 6/461) oleh Imam Baihaqi). Kesimpulannya: boleh salam kepada wanita berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan penyebaran salam dengan selalu menjaga kaidah:

Membendung kerusakan lebih utama daripada mendapatkan kemaslahatan. (Lihat Shahih Adab Mufrad hal.398-399 karya Al-Albani). ETIKA MENGUCAPKAN SALAM 1. Mengucapkannya Dengan Sempurna sangat dianjurkan bagi kita untuk mengucapkan salam dengan sempurna, yaitu dengan mengucapkan, Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.Hal ini berdasarkan hadits dari Imran bin Hushain radiallau anhu, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengucapkan , Assalaamualaikum. Maka dijawab oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam kemudian ia duduk, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sepuluh. Kemudian datang lagi orang yang kedua, memberi salam, Assalaamualaikum wa

Rahmatullaah. Setelah dijawab oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ia pun duduk, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Dua puluh. Kemudian datang orang ketiga dan mengucapkan salam: Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh. Maka dijawab oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian ia pun duduk dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tiga puluh. (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 986, Abu Dawud no. 5195, dan AtTirmidzi no. 2689 dan beliau meng-hasankannya). 2. Memulai Salam Terlebih Dahulu memulai mengucapkan salam kepada orang lain adalah sangat dianjurkan. Hendaknya yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang lewat memberi salam kepada yang sedang duduk, dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak, serta yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan. Hal tersebut sejalan dengan hadist dari Abu Hurairah. Pengucapan salam yang berkendaraan kepada yang berjalan adalah sebagai bentuk syukur dan salah satu keutamaannya adalah agar menghilangkan kesombongan.Dalam hadits tersebut, bukan berarti bahwa apabila orang-orang yang diutamakan untuk memulai salam tidak melakukannya, kemudian gugurlah ucapan salam atas orang yang lebih kecil, atau yang tidak berkendaraan, dan semisalnya. Akan tetapi Islam tetap menganjurkan kaum muslimin mengucapkan salam kepada yang lainnya walaupun orang yang lebih dewasa kepada yang lebih muda atau pejalan kaki kepada orang yang berkendaraan, sebagaiman sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam. HR. Bukhori: 6065, Muslim: 2559) Salah satu upaya menyebarkan salam diantar kaum muslimin adalah mengucapkan salam kepada setiap muslim, walaupun kita tidak mengenalnya.Hal ini didasari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Dari Abdullah bin Amr bin Ash radiallahu anhuma, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Islam bagaimana yang bagus? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Engkau memberi makan kepada orang yang membutuhkan), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal. HR. Bukhori: 2636, Muslim: 39) 3. Mengulangi Salam Tatkala Berjumpa Lagi Walaupun Berselang Sesaat Bagi seseorang yang telah mengucapkan salam kepada saudaranya, kemudian berpisah, lalu bertemu lagi walaupun perpisahan itu hanya sesaat, maka dianjurkan mengulang salamnya. Bahkan seandainya terpisah oleh suatu pohon lalu berjumpa lagi, maka dianjurkan mengucapkan salam, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:Apabila di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Apabila terhalang oleh

pohon, dinding, atau batu (besar), kemudian dia berjumpa lagi, maka hendaklah dia mengucapkan salam lagi). HR. Abu Dawud: 4200, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Misykat al-Mashobih: 4650, dan lihat Silsilah Shohihah: 186) 4. Tidak Mengganggu Orang yang Tidur Dengan Salamnya Dari Miqdad bin Aswad radiallahu anhu, beliau berkata: Kami mengangkat jatah minuman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam karena beliau belum datang), kemudian beliau shalallahu alaihi wa sallam datang di malam hari, maka beliau mengucapkan salam dengan ucapan yang tidak sampai mengganggu/ membangunkan orang tidur dan dapat didengar orang yang tidak tidur, kemudian beliau masuk masjid dan sholat lalu datang (kepada kami) lalu beliau minum (minuman kami). HR. Timidzi: 2719 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Adab AzZifaf ) 5. Tidak Memulai Ucapan Salam Kepada Orang Yahudi dan Nasrani Dari Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengucapkan salam lebih dahulu kepada Yahudi dan Nashrani, dan bila kalian bertemu mereka pada suatu jalan maka desaklah mereka ke sisi jalan yang sempit.Hadits ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan unggul dari yang lainnya. Jika mereka mengucapkan salam kepada kita, maka balaslah salamnya dengan ucapan Wa alaikum. Jika orang non muslim tsb memulai salamnya dengan tepat atau benar dan tampilan lahiriahnya tidak mengejek maka kita wajib membalas salamnya. Hal ini berdasarkan fatwanya Ibnu Abbas (seorang sahabat Rosululloh). Kemudian Alloh juga berfirman: Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa) [An-Nisa : 86].

DAFTAR PUSTAKA http://muhammadiyah.com /2011/09/27/ tebarkan salam http://shofiyullah. Wodpress/2011/09/27/ hukum-menjawab-salam http://addullah. Com/2011/09/27/ salam- penuh-rahmah

You might also like