You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak, saat ini morbilitas ( angka kematian diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi diantara Negara Negara di Asean ( Kalbe.co.id ) Diare juga merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam tetapi angka morbilitas masih cukup tinggi penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare daAlam 20 tahun menurun tajam walaupun angka kematian sudah menurun, tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi lama diare serta frekwensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan (Lisa Ira. 2002) Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret mencret tinjanya encer dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah muntah, sehingga diare dapat menyebabkan cairan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak anak usia dibawah 5 tahun. (Ummuduliya. 2008) Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak, penyakit diare di masyarakat (Indonesia)

lebih dikenal dengan Muntaber penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat ( 48 jam) penderita akan meninggal. (Triatmodjo. 2008). Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik, selain itu bahan bahan pemanis buatan seperti sarbitol dan monitol yang ada dalam permen karet serta produk produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita masih menyusui dengan Asi eksklusif umumnya jarang jarang terkena diare karena tidak terkontaminasi dari luar, namun susu formula dan makanan pendamping Asi dapat terkontaminasi bakteri dan virus (Medicastor 2006). Kematian bayi diIndonesia sangat tinggi bahkan seluruh dunia, Indonesia menduduki peringkat ke enam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang meninggal pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia di sebabkan oleh penyakit diare, untuk mendiagnosis diare maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70 90%) tetapi biaya pemeriksaan semakinmahal.

Di daerah Papua khususnya Kabupaten Manokwari data yang diperoleh pada tahun 2004 sebanyak 4786 penderita diare dan pada tahun 2005 sebanyak 5057 penderita diare sedangkan data yang di peroleh di ruang anak RSUD Manokwari dari bulan Januari s/d Juni 2008 terdapat 513 anak yang menderita penyakit diare, latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui gambaran kejadian penyakit diare pada anak di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 Juli 2009.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kejadian penyakit diare pada anak di RSUD Manokwari tahun 2009.

C. TUJUAN PENELITIAN TujuanUmum Untuk mendapatkan gambaran kejadian penyakit diare pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari periode Juli 2008 Juli 2009

TujuanKhusus 1. Untuk mengetahui berapa besar angka kejadian penyakit diare berdasarkan umur anak di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari pada bulan Juli 2008 - Juli 2009. 2. Untuk mengetahui berapa besar angka kejadian penyakit diare berdasarkan jenis kelamin anak di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari pada bulan Juli 2008 - Juli 2009.

3. Untuk mengetahui berapa besar angka kejadian penyakit diare berdasarkan tempat tinggal anak di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari pada bulan Juli 2008 - Juli 2009.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit diare yang terjadi pada anak.

2. Sebagai bahan masukan bagi perawat rumah sakit khususnya di ruang anak dengan penyakit diare. 3. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan bacaan bagi Mahasiswa /i program study D-III Keperaatan Manokwari .

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori dan Konsep Terkait

Pengertian Diare

a. Diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan tanpa darah atau lendir dalam tinja (Manjoer 2000). b. Diare adalah penyakit berak berak disertai mules kadang kadang sampai muntah muntah bahaya dari diare yaitu kehilangan cairan badan terlalu banyak sehingga penderita menjadi lemas (Oswari 1985). c. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan (ngastiyah 2003). d. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasannya ditandai dengan peningkatan volume keenceran serta frekwensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir, darah (Aziz 2006) . e. Diare juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari (Ramaiah 2002).

f. Diare adalah suatu keadaan yang umum terjadi pada anak berumur 6 bulah sampai 3 tahun atau lebih, mungkin dapat disamakan dengan keadaan pada orang dewasa yang dikenal dengan sindrom usus iritabel (Jhon Rendle

2000). Etiologi Tidak jelas tetapi ada beberapa bukti bahwa :

1. Kelainan primer pergerakan usus : ketidak mampuan untuk mensupresi migrasi Kompleks motor (dan hasilnya adalah terjadi gelombang peristaltik) selama makan, sehingga waktu transisi makanan di usus halus memendek, dan kolon tidak dapat mengkonpensasinya .2. Kronis, infeksi ringan usus halus. 3. Peningkatan sekresi prostaglandin oleh usus halus . Faktor faktor predisposisi : 1. Faktor lingkungan Pasokan air tidak memadai Air terkontaminasi tinja Fasilitas kesehatan kurang Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air Kebersihan rumah buruk, misalnya tidak membuang tinja anak di wc Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienis, misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah di masak

2. Praktik Penyampaian yang Buruk Pemberian susu ekslusif dihentikan sebelum bayi berusia 4 6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol

. Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun

3. Faktor Individu

Kurang gizi buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh misalnya diare lebih lazim terjadi pada anak anak baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak . 4. Produksi asam lambung berkurang

Gerakan pada usus berkurang yang mempengaruhi aliran makanan yang normal. Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1. Gangguan Osmotik

Akibatnya terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air elektronik ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitis Usus

Hiper peristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.

Patofisiologi Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asi dosis metabolik, hipokalernia). 2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,pengeluaran bertambah). 3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah.

Tanda dan Gejala (Gambaran Klinis) Mula mula pasien cengeng, gelisa, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau hijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan darah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare. Gejala Gejala Dehidrasi

1. Dehidrasi Ringan Meningkatnya rasa haus Kegelisahan atau rewel Menurunnya elastisitas kulit Mulut dan lida yang kering Mata yang kering karena tidak adanya air mata Mata yang cekung

2. Dehidrasi Berat Tanga dan kaki yang dinging dan lembab Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas Ketidak mampuan untuk minum Hilangnya elastisitas kulit secara sepenuhnya Tidak ada air mata

Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya air seni. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2 tahun Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah Ringan Sedang Berat 50

75 125 100

100 100 25

25 25 175 200 250 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2 5 tahun Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan Sedang Berat 30

50 80 80

80 80 25

25 25 135

155 185

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur.

Berat Badan Umur PWL NWL CWL Jumlah 0 3 Kg 3 10 Kg 10 15 Kg 15 25 Kg 0-1 Bulan

1 Bln-2 Tahun

2-5 Tahun

5-10 Tahun 150

125 100 80 125

100 80 65 25

25 25 25 300

250 205 170

Keterangan PWL : Cairan yang hilang karena muntah

NWL : Cairan yang hilang melalui urine, kulit, pernapasan

CWL : Cairan yang hilang karena muntah hebat

Komplikasi Diare

Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :

1. Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh, elektrolit adalah zat zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air atau cairan lainnya memecah menjadi partikel partikel (ion) dan mampu membawa aliran listrik 2. Kelumpuhan ileus (paralytic ileus)

Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagain tubuh, kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada dinding perut, sakit ginjal yang parah, penyakit parah lainnya.

3. Septi Semia

Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian tubuh, kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi di salah satu bagian tubuh yang di sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh ini melalui darah.

4. Komplikasi

Darah seperti koagulasi intravaskuler ter diseminasi jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung membentuk suatu masa semi padat atau gumpalan darah di dalam pebulu darah . Faktor Penyebab Diare

a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi internal sebagai berikut : - Infeksi Bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, shgella, campylobacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya.

Inveksi

virus

entrovirus

(virus

echo,

coxsackie,

poliomielitis)

- Infeksi parasit : cacing, (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides) b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan, makanan seperti : Otitis media akut (OMA), tonsillitis / tonsilofaringis bronkopneumonia, ensenfalitis dan sebagainy . Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakurida Faktor makanan makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan Faktor psikologis rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

Pencegahan Diare Beri asi eksklusif sampai 4 6 bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun. Hindari pemberian susu botol, setelah usia 4 6 bulan berikan makanan yang bergizi bersih dan aman untuk mulai menyapih.

Gunakan makanan matang yang baru di masak untuk memberi makan anak anak. Bersihkan wadah yang di gunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari. Jika anda tidak yakin tentang kualitas air bersih rebuslah selama 10 menit dan tutuplah dalam wadah yang sama. Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya. Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi makan anak, memasak setelah pergi pergi ke wc atau membersihkan anak. Buanglah tinja dikeluarkan anak ke dalam wc segera mungkin . Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat. Berikan imunisasi campak kepada anak usia 9 bulan karena resiko diare para dan malnutrisi yang mengikutinya lebih tinggi, setelah infeksi campak. Pastikan dibawah daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih, cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.

Cara pemberian cairan dlam terapi dehidrasi

a. Belum ada dehidrasi

Peroral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi b. Dehidrasi Ringan

1 jam pertama 25 50 ml/kg BB Peroral (intragastrik) selanjutnya 125 ml/kg BB / hari ad libitum

c. Dehidrasi Berat Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes /kg BB/menit (set infus berkurang 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes) 7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB /jam = 3 tetes / kg /BB menit (set infus berkurang 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes /kg/BB/menit (set infus 1 ml= 20 tetes)

16 jam berikutnya :

125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik bila anak tidak mau dapat diteruskan dengan DG II intravena 2 tetes /kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes /kg/BB/menit (1 ml = 20 tetes) . Pengobatan Untuk Diare

a. Obat Anti Sekresi

Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimal 30 mg klorpromazim, dosis 0.5-1 mg/kg BB/hari

b. Obat Spasmolitik

Umumnya obat spasmolitik seperti pepuerim ekstak beladora, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.

c. Anti Biotik

Umumnya anti biotik tidak diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg/BB/hari. Anti biotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronchitis, atau bronkopnemunia.

B. PENELITIAN TERKAIT KERANGKA KONSEP

1) Variabel Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka manfaat dan tujuan penelitian maka dapat ditemukan gambaran kejadian penyakit diare pada anak antara lain, umur anak, jenis kelamin, dan tempat tinggal, adapun variable yang di teliti adalah sebagai berikut :

1. Umur Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempunyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, mengingat proses

perkembangan itu dimulai dari usia bayi sampai usia lanjut yang memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan seseorang. Apabila seseorang merespon dengan baik terhadap perubahan kesehatannya, maka akan memiliki kesehatan yang baik sehingga mencapai kesehatan yang optimal,

demikian sebaliknya apabila seseorang yang merespon dengan tidak baik terhadap perubahan status kesehatan bagi dirinya, maka dapat menimbulkan perubahan status kesehatan yang kurang. Sebagai contoh, perubahan status kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan kematangan, maka status kesehatannya sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Bayi dan anak-anak mudah sekali terkena penyakit apabila dibandingkan dengan orang dewasa yang sudah memiliki perkembangan yang matang. Demikian juga pada usia lanjut dimana semua daya imunitas akan menurun, maka akan mempengaruhi status kesehatan sehingga orang lanjut usia akan rentan sekali terhadap penyakit dan mudah terjadi perubahan status kesehatan. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2002). Anak kecil (yang berusia kurang dari 1 tahun) sangat rentan mengalami dehidrasi karena 4 faktor : a). mereka sering terinfeksi oleh berbagai patogen khusus yang menimbulkan diare. b). mereka memiliki luas permukaan tubuh yang relatif besar : perbandingan berat badan, menyebabkan kehilangan cairan melalui evaporasi yang relatif besar. c). urine tidak dipekatkan sebaik pada anak yang lebih tua dan orang dewasa ketika disertai dengan badan solut tertentu, yang relatif besar (yaitu, kira-kira 20 miliosmol/Kg/Hari pada bayi yang minum susu botol). Volume urin yang dibutuhkan untuk menghindari retensi solut sering lebih besar daripada yang dibutuhkan pada anak yang berusia lebih tua. d). persentase cadangan cairan dan elektrolit jauh lebih sedikit dari pada pasien yang berusia lebih tua, jika diperhitungkan terhadap berat tubu total. Oleh karena itu, seseoran anak berusia 1 tahun dengan berat badan 10 kg akan menimbulkan gejala saat mengalami diare (misal air 90 % + elektrolit). Dengan penurunan berat badan 1 kg sedangkan anak berusia 4 tahun dengan berat badan 20 kg tidak akan menimbulkan gejala saat mengalami penyakit yang sama hingga anak tersebut kehilangan cairan atau elektrolit dengan jumlah dua kali lebih banyak. (M. William Schwartz, 2002).

Selain itu umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 1995).

2. Jenis Kelamin

Macam, sesuatu yang mempunyai kesamaan sifat atau bentuk kualitas, mutu dan sebagainya tentang ciri khas betina atau jantan laki laki atau perempuan (www.geogle.com). penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin sesuai gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengan bertambahnya umur dan ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari pada wanita, hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor perilaku, karakteristik, sosial ekonomi (Widoyono, 2005). Selain itu dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian

(Soetjiningsih, 1995).

3. Tempat Tinggal

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala aktivitasnya, karena itu apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, maka manusia akan menunai berbagai kesulitan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan yang pada akhirnya akan

merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan oleh sekolompok manusia untuk kepentingan sesaat telah mengurangi daya dukung lingkungan yang pada akhirnya akan melanda manusia dalam jumlah besar. Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia, telah lama disadari bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang besar. Sebagaimana dikemukakan Belum (1974) dalam plyning for balth, development aplication of social chage theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi kesehatan yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit menular adil faktor lingkungan sangat besar. Faktor perilaku, pelayanan kesehatan, keturunan, memiliki konstribusi yang lebih kecil dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Anies, 2006).

Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peran penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak sering sakit, misalnya diare, cacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, deman berdara, dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Kalau anak sering menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti terganggu

(Soetjiningsih, 1995).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif tipikal, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kejadian penyakit diare pada anak di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 Juli 2009 . B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh penderita di ruang anak RSUD Manokwari bulan Juli 2008 Juli 2009 yang berjumlah 1.485 anak. 2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling yaitu sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili populasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah anak yang menderita sakit diare di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 Juli 2009 dengan jumlah 552 penderita penyakit diare. C. Tempat Penelitian

1. Lokasi

Penelitian akan dilakukan diwilayah RSUD Manokwari bulan Juli 2008 Juli 2009.

2. Waktu Penelitian\ Penelitian ini akan dilaksanakan dibulan September tanggal, 10 26 September tahun 2009.

D. Instrumen Dan Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan data sekunder berdasarkan cacatan reka medik pada RSUD Manokwari di Ruang Anak.

2. Instrumen

Instrumen yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah data dokumentasi atau rekam medik pada RSUD Manokwari di Ruang Anak . E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Umur Usia atau masa perjala-nan hidup dari lahir hing-ga ulang tahun terakhir

Study, Dokumentasi dan Format Ordinal 0 1 th 1 3 th 3 5 th

Jenis Kelamin Macam, sesuatu yang me-mpunyai kesamaan sifat atau bentuk kualitas, mutu dan sebagainya tentang ciri has betina atau jantan, laki-laki atau perempuan Study, Dokumentasi dan Format Nominal Laki laki Perempuan Tempat tinggal (lingkungan) Tempat pemukiman kelu-arga atau penduduk. Sanitasi lingkungan memi-liki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan, yang mendukung kesehatan anak dan tum-buh kembangnya Study, Dokumentasi dan Format Ordinal Lingkungan yang bersih dan lingkungan yang tidak bersi

F. Analisa Data

Data dianalisis secara univariat yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi menurut Notoatmojo, metode univariat adalah suatu data atau tabel yang menggambarkan data untuk variable . Untuk melakukan persentase data dapat dihitung dengan rumus :

Ket : X = jumlah yang didapat

N = jumlah keseluruhan

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada munggu ke II bulan September 2009. Adapun jadwal terlampir .

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Geografis

a. Identitas wilayah

Provinsi : Papua Barat

Kabupaten : Manokwari

Kota : Manokwari

b. Identitas Rumah Sakit

Tipe Rumah Sakit : Tipe C

Nama Rumah Sakit : RSUD Manokwari

Alamat Rumah Sakit

Desa/ Kelurahan : Manokwari Barat

Jalan : Jl. Bayangkara No.2

No. Telepon : (0986) 212333

c. Luas wilayah kerja Rumah Sakit :

d. Letak Rumah Sakit

Letak administratif : Ibukota Provinsi dan Kabupaten

Letak geografis : Pegunungan dan Pantai

e. Batas wilayah

Utara : Kampung Ambon

Selatan : Rodi

Barat : Kantor Gubernur (IJB)

Timur : Kwawi

2. Demografi

Karakteristik Wilayah kerja : Seluruh wilayah yang berada di Kabupaten Manokwari 3. Gambaran Rumah Sakit

a. Jumlah ruangan (Bangsal) : 18 Ruangan

Terdiri dari :Ruang obstetri dan ginekologi, ruang anak, ruang penyakit dalam, ruang bedah, ruang UGD, ruang kelas, ruang VIP, laboratorium, apotik, OK (kamar operasi), polik anak, polik dewasa, polik gigi, ruang fisioterapi, ruang UTD, ruang radiologi , b. Ruang Anak Jumlah rungan atau bansal : Anak 1 Jumlah Petugas Ruang Anak Rumah sakit Umum Daerah manokwari (tempat dilakukannya Penelitian) dengan jumlah petugas sebanyak 16 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Dr. Spesialis Anak : 3 Dokter

S1 Keperawatan : 1 orang D3 Keperawatan : 4 orang SPK : 8 orang

B. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik ruang anak (gardinea) . Adapun data yang diambil disesuaikan dengan variabel yang akan diteliti dan dilakukan rekapitulasi pada format yang dibuat sendiri oleh peneliti. Berdasarkan analisa data univariat maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi angka kejadian penyakit diare pada anak di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009 No. Anak Frekuensi

Jumlah % 1. Diare 552 37,17 2. Tidak Diare 933 62,83 Total 1.485 100 % Data sekunder ruang anak di RSUD Manokwari Juli 2008 Juli 2009

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 1.485 penderita diare terdapat

552 (37,17 %) kasus anak penyakit diare dan 933 (62,83 %) kasus anak tidak diare di RSUD Manokwari pada periode Juli 2008 s/d Juli 2009. Tabel 4.2

Distribusi angka kejadian penyakit diare pada anak berdasarkan umur di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009 No. Umur Penyakit Diare Pada Anak Jumlah % 58,16 37,86 3,98 % 1. 0 1 321 2. 1 3 209 3. 3 5 22 Total 552 100

Data sekunder ruang anak di RSUD Manokwari Juli 2008 Juli 2009

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 552 kasus diare pada anak terdapat 321 (58,16 %) dengan umur 0 1, sedangakan pada umur 1 3 terdapat 209 (37,86 %) kasus diare pada anak, dan yang terkecil pada umur 3 5 sebanyak 22 (3,98 %) kasus diare pada anak.

Tabel 4.3 Distribusi angka kejadian penyakit diare pada anak berdasarkan jenis kelamin di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009

No. Jenis Kelamin Penyakit Diare Pada Jumlah % 1. Laki Laki 323 58,51

Anak

2. Perempuan 229 41,49 Total 552 100 % Data sekunder ruang anak di RSUD Manokwari Juli 2008 Juli 2009

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 552 kasus diare pada anak terdapat 323 (58,51 %) dengan jenis kelamin laki-laki, sedangakan pada jenis kelamin perempuan terdapat 229 (41,49 %) kasus diare pada anak. Tabel 4.4 Distribusi angka kejadian penyakit diare pada anak berdasarkan tempat tinggal di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009

No. Tempat Tinggal Penyakit Diare Pada Anak Jumlah %

1. Lingkungan Tidak Bersih 362 65,58 2. Lingkungan Bersih 190 34,42 Total 552 100 % Data sekunder ruang anak di RSUD Manokwari Juli 2008 Juli 2009

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 552 kasus diare pada anak terdapat 362 (65,58 %) dengan lingakungan tidak bersih, sedangakan pada lingkuangan bersih terdapat 190 (34,42 %) kasus diare pada anak.

C.pembahasan

1. Angka Kejadian Diare Dari penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari

periode Juli 2008 s/d Juli 2009 didapatkan 552 (37,17 %) kasus diare. Angka ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian diare pada tahun 2007 yaitu 513 kasus diare.

Tingginya angka kejadian diare di RSUD Manokwari disebabkan karena RSUD Manokwari adalah rumah sakit rujukan dan satu-satunya RSU yang ada di Manokwari. Dan kemungkinan penyebab lainnya yaitu tingkat sosial ekonominya yang masih rendah sehingga kurangnya asupan gizi selama tumbuh kembang anak, karena anak paling rentan bila terkena diare. 2. Umur Anak Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kejadian penyakit diare pada anak umur 0 1 tahun sebanyak 321 (58,16 %). Dari data yang telah didapatkan menurut kelompok umur yang tertinggi di RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009, yaitu umur 0 -1 tahun sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (M. William Scwartz, 2002), hal ini dikarekan anak kecil (yang berusia kurang dari 1 tahun) sangat rentan mengalami dehidrasi karena berbagai faktor-faktor yaitu mereka sering terinfeksi oleh berbagai fatogen khusus yang menimbulkan diare, mereka memiliki luas permukaan tubuh yang relatif besar, perbandiangan berat badan menyebabkan kehilangan cairan melalui evaporasi. Selain itu umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang

gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 1995). 3. Jenis Kelamin Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kejadian penyakit diare pada anak sebagaimana disebutkan pada hasil penelitian yang terlihat bahwa jumlah lakilaki lebih besar yaitu 323 (58,51 %).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih besar jumlahnya dibandingkan perempuan yaitu 323 (58,51 %), hal ini sesuai dengan teori yaitu penyakit ini lebih sering menyerang pada anak laki-laki, untuk kejadian tertinggi pada jenis kelamin laki-laki belum ada teori secara pasti mengapa demikian, hal ini seperti ditegaskan oleh (Soetjiningsih, 1995), bahwa anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan. Demikian juga dipertegas oleh (Widoyono, 2005), bahwa peyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin sesuai gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengan bertambahnya umur dan ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari pada wanita, hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor perilaku, karakteristik, sosial ekonomi.

4. Tempat Tinggal

Pada tebel 4.4 dapat diketahui bahwa kejadian penyakit diare pada anak banyak terjadi disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih yaitu 362 (65,57 %).

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa data yang di dapatkan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Soetjiningsih, 1995), yaitu sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peran penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kirang, maka anak sering sakit, misalnya diare, cacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, deman berdara, dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok dapat berpengaruh terhadap tingginya

angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Kalau anak sering menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti terganggu.

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

B. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruangan anak (gardenia) RSUD Manokwari yaitu sebanyak 552 penderita diare yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyakit diare pada anak di ruang anak RSUD Manokwari bulan Juli 2008 s/d Juli 2009 didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Mayoritas penyakit diare pada anak sering terjadi pada anak yang berumur 0 1 tahun, yaitu sebanyak 321 (58,16 %). 2. Mayoritas penyakit diare pada anak sering terjadi pada anak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 323 (58,51 %). 3. Mayoritas penyakit diare pada anak sering terjadi pada anak yang bertempat tinggal di lingkungan tidak bersih yaitu sebanyak 362 (65,57 %).

B.

Saran 1. Kepada ibu yang memiliki anak balita usia 0 5 tahun, agar lebih

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balitanya serta memberikan perlindungan, pelayanan kesehatan dan makanan yang sehat dan layak diterima oleh anak balita agar anak balita tumbuh kembang menjadi anak yang sehat dan terbebas dari semua penyakit

2. Bagi tenaga kesehatan agar dapat menyampaikan informasi atau penyuluhan terhadap ibu mengenai bagaimana makanan yang sehat dan lingkungan yang sehat itu perlu untuk kita semua dan sangat berpengaruh bagi anak-anaknya apabila hal tersebut tidak kita jalankan dengan baik. 3. Diharapkan agar mahasiswa/i lebih spesifik dalam melakukan penelitian pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2002. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta. Anies. 2006. Buku Manajemen Berbasis Lingkungan. PT. Aleks MZ Komputindo. Jakarta.

Betz. L. Cecily. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi. 3 EGC : Jakarta. Hasan. Resepto. Dkk. 1985. Buku Kuliah I. Ilmu Kesehatan Anak. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak : FKUI M. William Schwartz. 2002. Pedoman Klinis Pediatri. EGC. Jakarta.

Manjoer. Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Asculapius Edisi ke Tiga. Jilid 2 : Jakarta Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Monica Ester Edisi 2 : Jakarta Oswari. 2000 . Penyakit dan Penanggulangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta Ovedoff. David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi I : Jakarta Rendle. Jhon. 2000. Ikhtisar Penyakit Anak. Edisi ke Enam. Jilid Satu : Jakarta. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

You might also like