You are on page 1of 7

Analisis LRA (Laporan Realisasi APBN) tahun anggaran 2009

(bagian pendapatan dan belanja) A. Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan negara mengalami penurunan, untuk pertama kalinya dalam periode lima tahun terakhir. Penurunan ini terutama terjadi pada PPh Migas dan PNBP sektor migas karena turunnya harga minyak di pasar internasional.

Realisasi pendapatan negara dan hibah TA 2009 adalah sebesar Rp848,76 triliun, berarti mencapai 97,45 % dari APBN-P. Pendapatan Negara dan Hibah terdiri dari Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Penerimaan Hibah.

Realisasi penerimaan perpajakan TA 2009 adalah sebesar Rp619,92 triliun yang berarti mencapai 95,09 % dari APBN-P. Realisasi tersebut lebih kecil 5,89% daripada tahun 2008. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya PPh, bea masuk dan Pajak/pungutan ekspor. Penerimaan perpajakan ini berasal dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

Realisasi pajak dalam negeri adalah sebesar Rp601,25 triliun atau mencapai 95,15 % dari APBN-P. Realisasi ini lebih kecil 3,39 % dibandingkan dengan realisasi tahun 2008. Pajak dalam negeri ini terdiri dari PPh migas, PPh nonmigas, PPh fiskal, PPN dan PPnBM, PBB, BPHTB, Cukai dan pajak lainnya. Dalam realisasi penerimaan perpajakan dalam negeri tersebut termasuk penerimaan atas pajak ditanggung pemerintah (DTP) dalam bentuk subsidi pajak (yaitu untuk PPH, PPN dan BPTHTB). Jumlah yang paling besar berasal dari PPh Nonmigas sebesar sebesar Rp 267, 54 triliun dan yang paling kecil dari pajak lainnya sebesar Rp 3, 12 triliun.

Realisasi penerimaan pajak perdagangan internasional tahun 2009 adalah sebesar Rp 18,67 triliun atau mencapai 93,24% dari APBN-P. Pajak perdagangan internasional ini terdiri atas bea masuk dan pajak/ pungutan ekspor.

Realisasi PNBP tahun 2009 adalah sebesar 227,17 triliun atau mencapai 104,19 % dari APBN-P. Jumlah ini lebih kecil 29,14 % daripada realisasi tahun 2008. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan pendapatan minyak bumi karena turunnya harga

minyak. PNBP berasal dari penerimaan SDA, bagian pemerintah atas laba BUMN, PNBP lainnya, dan pendapatan BLU. Realisasi penerimaan SDA tahun 2009 adalah sebesar 138,96 triliun atau mencapai 100,22% dari APBN-P. Berarti lebih kecil 38,09% dibandingkan tahun 2008. Penurunan ini, terutama pada pendapatan minyak bumi disebabkan karena turunnya harga rata-rata minyak mentah Indonesia. Penerimaan SDA terdiri dari pendapatan minyak bumi (paling besar), pendapatan gas bumi, pendapatan pertambangan umum, pendapatan kehutanan, pendapatan perikanan (paling kecil), dan pendapatan pertambangan panas bumi. Realisasi bagian pemerintah atas laba BUMN adalah sebesar Rp26,05 triliun atau mencapai 91,04% dari APBN-P. Berarti turun 10,45 % dibandingkan pada tahun 2008. Terdiri dari pendapatan laba BUMN perbankan dan non-perbankan. Turunnya pendapatan di sektor ini, antara lain dalam sektor perbankan karena adanya tekanan krisis ekonomi global yang telah mempengaruhi laba BUMN perbankan. Sedangkan untuk sektor nonperbankan, penurunan ini karena penerimaan laba dividen dari PT Pertamina tahun 2009 belum terealisasi sepenuhnya. Dan juga volatilitas nilai tukar rupiah yang berdampak pada berkurangnya perolehan laba BUMN. (Volatilitas adalah kecepatan naik turunnya return sebuah reksadana. Volatilitas tidak hanya terbatas pada reksadana namun juga seluruh instrumen investasi, baik saham, emas, obligasi atau instrumen-instrumen lainnya. Semakin tinggi volatilitasnya, maka kepastian return suatu reksadana semakin rendah. Biasanya yang digunakan untuk mengukur volatilitas adalah standar deviasi. Nilai standar deviasi suatu reksadana dapat dihitung menggunakan Microsoft Excel.

Volatilitas itu bagaikan pedang bermata dua. Semakin tinggi volatilitas, maka potensi return akan semakin tinggi. Volatilitas yang rendah menunjukkan kestabilan nilai return, akan tetapi umumnya returnnya tidak terlalu tinggi.) Realisasi PNBP lainnya tahun 2009 adalah sebesar Rp53,0 triliun atau 119,87% dari APBN-P, berarti turun 15,04% dibandingkan tahun 2008. Terdiri dari pendapatan penjualan dan sewa, pendapatan jasa (paling besar), pendapatan bunga, pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi (paling kecil), pendapatan pendidikan, pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi, pendapatan iuran dan denda, dan pendapatan lain-lain.

Realisasi pendapatan BLU tahun 2009 adalah Rp8,37 triliun atau 142,08% dari APBNP, berarti naik 124,13% dibandingkan tahun 2008. Terdiri dari pendapatan jasa layanan umum, pendapatan hibah BLU, pendapatan hasil kerjasama BLU, dan pendapatan BLU lainnya.

Realisasi penerimaan hibah tahun 2009 sebesar Rp1,67 triliun atau 165,58% dari APBN-P, berarti turun 27,66% dibandingkan tahun 2008.

B. Belanja Negara

Realisasi belanja tahun 2009 adalah sebesar Rp937,382 triliun atau 93,66% dari APBN-P. berarti turun 4,90% dibandingkan tahun 2008. Terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Berdasarkan alokasi peruntukannya, komposisi belanja negara tahun 2009 terdiri dari belanja pada K/L (paling besar), transfer ke daerah, subsidi, bunga utang dan bantuan sosial (paling kecil). Alokasi untuk K/L adalah utnuk belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja lain-lain dalam rangka pelaksanaan kegiatan kepemerintahan.

Realisasi belanja pemerintah pusat adalah Rp628,812 triliun atau 90,93% dari APBNP. berarti turun 9,31% dari tahun 2008.

Belanja pemerintah pusat menurut organisasi/ bagian anggaran terdiri atas BA Bendahara Umum Negara (BA-BUN) sebesar 51,01% dan BA kementerian negara/ lembaga (K/L) sebesar 48,99%. Realisasi pada BA K/L terdiri dari Kemendiknas, kemen.PU, kemenhan, POLRi, kemen.agama (paling kecil) dan K/L lainnya (paling besar).

Belanja pemerintah pusat menurut fungsi terdiri atas 11 fungsi, yaitu pelayanan umum (paling besar), pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasiilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama (paling kecil), pendidikan, serta kependudukan dan perlindungan sosial.

Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Realisasi belanja pegawai tahun 2009 adalah sebesar Rp127, 67 triliun atau 95,48% dari APBN-P. berarti lebih besar 13,15 % daripada tahun 2008. Terdiri atas belanja gaji dan tunjangan PNS (paling besar), belanja gaji dan tunjangan TNI/ polri, belanja gaji dan tunjangan pejabat negara, belanja gaji dokter PTT, belanja gaji dan tunjangan non pns, belanja honorarium, belanj alembur, belanja vakasi, belanja tunjangan khusus dan belanja pegawai transito, belanja pensiun dan uang tunggu, belanja asuransi kesehatan, belanja tunjangan kesehatan veteran, serta belanja kontribusi APBN pembayaran pensiun eks pns Departemen Perhubungan pada PT. KAI

Realisasi belanja barang tahun 2009 adalah sebesar Rp80,67 triliun atau 94,39% dari APBN-P. lebih besar 44,14% dari tahun 2008. Terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non operasional (paling besar), belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan DN, belanja perjalanan LN (paling kecil), serta belanja barang BLU.

Realisasi belanja modal tahun 2009 adalah sebesar Rp75, 87 triliun atau 103,39% dari APBN-P, naik 4,26% dari tahun 2008. Terdiri dari belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan (paling besar), belanja modal fisik lainnya, dan belanja modal BLU (paling kecil).

Realisasi belanja pembayaran bunga utang tahun 2009 adalah sebesar Rp93,78 triliun atau 85,58% dari APBN-P. berarti naik 6,05% dari tahun 2008. Terdiri dari bunga dan biaya SUN dan SBSD DN (paling besar), bunga dan biaya SUN dan SBSN Valas, bunga pinjaman luar negeri, serta pembayaran denda (imbalan bunga).

Realisasi subsidi tahun 2009 adalah sebesar Rp138,08 triliun atau 87,33% dari APBNP. berarti turun 49,84% dari realisasi tahun 2008. Yang paling besar ada pada subsidi

listrik. Dalam realisasi subsidi ini, terdapat pembayaran beberapa jenis subsidi yang dananya belum tersalurkan sampai dengan akhir tahun anggaran 2009, dan ditempatkan pada rekening dana cadangan subsidi/PSO sebesar Rp8,30 triliun. Penempatan dana cadang tersebut dilakukan kerena dokumen penagihan dari pihak penerima subsidi belum selesai diverifikasi. Setelah verifikasi selesai, maka dana cadangan subsidi tersebut akan dibayarkan kepada penerimaa.

Tahun 2009 belum terjadi realisasi belanja hibah.

Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp73,81 triliun atau 94,71% dari APBN-P. naik 27,84% dari tahun 2008. Alokasi untuk belanja bantuan langsung (block grant) sekolah/ lembaga/ guru paling besar, sebesar 43,94 triliun.

Realisasi belanja lain-lain sebesar Rp38,93 triliun atau 73,02% dari APBN-P. naik 28,35% dari tahun 2008.

Realisasi transfer ke daerah sebesar Rp308,59 triliun atau 99,77% dari APBN-P. naik 5,52% dari tahun 2008. Terdiri dari dana perimbangn dan dana otonomi khusus dan penyesuaian.

Raelisasi dana perimbangan tahun 2009 adalah Rp287,25 triliun atau 100,77% dari APBN-P. naik 3,06% dari tahun 2008. Terdiri dari DAU yang menempati porsi paling besar, DBH dan DAK yang paling kecil.

Realisasi DBH tahun 2009 sebesar Rp 76, 13 triliun atau 103,13% dari APBN-P. turun 2,92% dari tahun 2008. Realisasi yang melebihi APBN-P tersebut karena adanya kenaikan DBH perpajakan, terutama DBH PBB .

Realisasi DAU adalah Rp 186, 41 triliun atau 100% dari APBN-P. naik 3,85% dari tahun 2008.

Realisasi DAK adalah Rp 24,71 triliun atau 99,55% dari APBN-P. naik 18,86% dari tahun 2008. Pada tahun 2009, DAK dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan, irigasi, air minum dan sanitasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian, lingkungan hidup, keluarga berencana, kehutanan, saran dan prasarana perdesaan, dan perdagangan.

Realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian tahun 2009 adalah sebesar Rp 21,33 triliun atau 87,96% dari APBN-P. terdiri dari dana otonomi khusus dan dana penyesuaian.

Realisasi dana otonomi khusus tahun 2009 adalah Rp 9,53 triliun atau 100% dari APBN-P. terdiri dari dana otonomi khusus untuk provinsi NAD, Papua, dan Papua Barat.

Realisasi dana penyesuaian tahun 2009 adalah sebesar Rp 11,81 triliun atau 80,17% dari APBN-P. terdiri dari dana penyesuaian dana penguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan, dana untuk guru pegawai negeri sipil daerah, dana penyesuaian selisih perhitungan DAK, dana penyesuaian selisih perhitungan dana penyesuaian infrastruktur jalan dan lainnya (DPIL).

Suspen merupakan perkiraan (akun) yang menampung perbedaan pencatatan realisasi APBN menurut kementerian negara/ lembaga dengan pencatatan penerimaan dan pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh menteri keuangan selaku bendahara umum negara. Angka suspen yang dilaporkan timbul karena perbedaan pencatatan realisasi belanja negara. Sementara bila terdapat selisih/ perbedaan pencatatan realisasi pendapatan negara dan hibah, maka data yang digunakan adalah data bun yang dapat ditelusuri ke kas yang diterima. Jumlah suspen tahun 2009 adalah sebesar minus Rp 15,63 triliun yang berarti realisasi belanja yang dilaporkan K/L lebih besar dari data belanja yang dicatat BUN. Suspen tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun 2008. Suspen tersebut dapat disebabkan

kesalahan pencatatan baik oleh kuasa BUN maupun oleh kuasa pengguna anggaran pada K/L.

Jika membandingkan laporan keuangan pemerintah pusat dengan laporan keuangan sektor privat, maka Laporan Realisasi APBN ini dibandingkan dengan laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas. LRA ini memuat lebih banyak rincian tentang berbagai pendapatan yang diterima dan pengeluaran apa saja yang dilakukan dalam bentuk belanja-belanja. Sedangkan dalam laporan laba rugi ataupun laporan perubahan ekuitas pada sektor privat juga telah diatur sedemikian rupa sehingga bisa menyajikan laporan yang jelas tentang pendanaan yang terjadi dalam arus sektor privat tersebut. Hal ini tentu sudah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemerintah pusat dan sektor privat (misal, perusahaan) dalam menyajikan laporan keuangan mereka. Pendapatan-pendapatan dan belanja-belanja yang dilakukan pemerintah tentu berbeda dengan sektor privat, dimana kegiatan sehari-harinya juga berbeda. Dalam LRA pemerintah, dijelaskan secara terperinci apa saja pendapatan yang masuk dalam kas pemerintah dan juga belanja-belanja apa saja yang dilakukan pemerintah dalam satu tahun anggaran. Hal ini juga untuk transparansi agar masyarakat bisa mengetahui bagaimana kinerja pemerintah dalam melaksanakan kegiatan kepemerintahan, terutama dalam mengelola pendanaan karena uang yang masuk dalam kas negara, terbanyak adalah dari sektor perpajakan, yaitu uang rakyat itu sendiri. Sedangkan dalam laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas pada sektor privat, rincian yang dijelaskan adalah untuk kepentingan orang-orang yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan jalannya entitas privat tersebut, misalnya pemilik perusahaan, pemegang saham, dll.

You might also like

  • Tug As
    Tug As
    Document9 pages
    Tug As
    Dian Meilinda Uchiha
    No ratings yet
  • Resume Pu
    Resume Pu
    Document18 pages
    Resume Pu
    Dian Meilinda Uchiha
    No ratings yet
  • Esai
    Esai
    Document9 pages
    Esai
    Dian Meilinda Uchiha
    No ratings yet
  • Creep
    Creep
    Document2 pages
    Creep
    Dian Meilinda Uchiha
    No ratings yet
  • Creep
    Creep
    Document2 pages
    Creep
    Dian Meilinda Uchiha
    No ratings yet