You are on page 1of 20

Perbandingan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dengan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 mengenai Penanaman Modal serta

pasal-pasal di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang menjadi sorotan bagi publik (Legal Opinion) Disusun oleh: M. Farizki Tohier (Roby) Claudia Samantha (Odhie)

A.

Pengantar Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan Undang-Undang hasil revisi dari dua Undang-Undang Penanaman Modal yang sudah lama berlaku di Indonesia, bahkan hampir 40 tahun lamanhya, yaitu UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang tentang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.

Undang-Undang Penanaman Modal itu memang sengaja membuka dan memberi kesempatan berusaha dengan kepastian hukum yang lebih kuat. Justru di sinilah letak filosofi dasar dari undang-undang ini yang diharapkan bersifat instrumental bagi penanaman modal, bukan sebaliknya justru menjadi penghambat dunia usaha. UndangUndang ini mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi antarinstansi Pemerintah, antarinstansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antarinstansi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan semangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Namun semua cita-cita dan tujuan yang terdapat di dalam Undang-Undang tersebut bukan berarti tidak memiliki bantahan. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam bantahan seputar Undang-Undang Penanaman Modal yang berawal pada saat pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Bantahan-bantahan tersebut dilakukan karena menurut sebagian orang terdapat pasalpasal yang ada di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 bersifat kontroversial dan menjadi sorotan. Berikut ini akan diuraikan mengenai perbedaan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta beberapa pasal yang termuat di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang menjadi sorotan bagi publik.

B.

Perbandingan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dengan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengenai Penanaman Modal Salah satu latar belakang pembuatan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu untuk mempercepat proses recovery pembangunan ekonomi nasional setelah terjadinya krisis pada tahun 1998 karena sejauh ini proses pemulihan tersebut belum menunjukkan suatu perubahan sebagaimana yang diharapkan. Berbagai macam persoalan yang hingga saat ini nampak belum terlihat adanya solusi yang komprehensif diantaranya adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Dengan adanya permasalahan tersebut diharapkan hadirnya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan disegala bidang sehingga dapat menekan permasalahanpermasalahan ekonomi yang nantinya dapat dihilangkan secara bertahap. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan penanaman modal di segala sektor strategis untuk menjadi katalis bagi pembangunan ekonomi negara ini. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal setidaknya merupakan suatu produk hukum yang dapat memberikan kepastian hukum bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Undang-Undang tersebut hadir sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967. Namun demikian hal-hal yang harus dicermati adalah terkait dengan Implementasi dari Undang-Undang Penanaman Modal itu sendiri. Apabila tidak diawasi dengan seksama dan tidak dikawal secara tegas, maka kemungkinan peraturan-peraturan dibawahnya akan bertentangan dengan maksud dan tujuan yang terkandung dalam jiwa Undang-Undang Penanaman Modal yang sebenarnya. Berikut ini akan diutarakan mengenai perbedaan-perbedaan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu sebagai berikut:

1.

Dalam UU no 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang

diatur secara umum adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Pengertian PMA Bentuk hukum, kedudukan dan daerah berusaha Bidang usaha modal asing Tenaga Kerja Pemakaian tanah Kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan lain. Jangka waktu PMA, Hak transfer dan repatriasi Nasionalisasi dan kompensasi Kerjasama modal asing dan modal nasional Kewajiban-kewajiban lain PMA

Dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal cakupan pembahasannya lebih luas, yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. Ketentuan umum Asas dan tujuan Kebijakan dasar penanaman modal Bentuk badan usaha dan kedudukan Perlakuan terhadap Penanam modal Ketenagakerjaan Bidang Usaha Pengembangan Penanam Modak bagi usaha mikro, kecil, menengah

dan koperasi i. Fasilitas Penanaman Modal

j. k. l. m. n. o.

Pengesahan dan Perizinan Perusahaan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanaman Modal Penyelenggaraan Urusan Penanaman Modal Kawasan Ekonomi Khusus Penyelesaian Sengketa Sanksi

2.

Di dalam uu PMA No. 1 tahun 1967 pengertian PMA meliputi

penanaman modal asing secara langsung berdasarkan undang-undang, dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa Pemilik Modal secara langsung menanggung resiko dari Penanaman Modal tersebut. Penanaman modal asing dalam uu No. 25 tahun 2007 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
3.

Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini ialah: alat pembajaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari

a.

kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan Perusahaan di Indonesia. b. alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilajah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

c.

bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini

diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Dalam uu no. 25 tahun 2007 modal asing lebih luas daripada undang-undang terdahulu, yaitu modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
4.

Dalam UU no. 1 tahun 1967 tentang PMA bentuk badan hukum

haruslah perusahaan yang dijalankan seluruhnya atau begian terbesar di Indonesia. Sedangkan dalam UU No. 25 tahun 2007 bentuk usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum, namun apabila penanaman modal asing wajib berbentuk perseroan terbatas dan berkedudukan di Indonesia. serta dalam undang-undang ini dijelaskan lebih rinci mengenai cara penanaman modal baik dalam negeri maupun asing, asalkan berbentuk perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara : a. b. c. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; membeli saham; dan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5.

Dalam UU No. 25 tahun 2007 ditegaskan bahwa, Pemerintah

memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana didalam pernyataan ini tersirat mengenai kesetaraan antara penanam modal baik asing maupun dalam negeri. Hal ini tidak diatur dalam UU No. 1 tahun 1967.

6.

Mengenai nasionalisasi dan kompensasi dalam UU No. 25 tahun

2007 dan UU No. 1 tahun 1967 sama-sama menyatakan bahwa Pemerintah tidak akan nasionalisasi menengenai pengambilalihan atau pencabutan hak kepemilikan penanaman modal kecuali di tentukan dalam undang-undang. Namun, apabila hal itu terjadi maka Pemerintah akan memberi kompensasi yang pada UU No. 25 tahun 2007 besarannya sesuai dengan harga pasar. Sedangkan, dalam UU No. 1 tahun 1967 besaran kompensasi dilakukan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak yang tetap menggunakan asas-asas hukum internasional.

7.

Mengenai bidang usaha dalam UU No. 25 tahun 2007 Semua bidang

usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Mengenai bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan untuk lebih lanjutnya diatur dalam Perpres No. 36 tahun 2010 beserta lampirannya. Di dalam UU No. 1 tahun 1967 bidang usaha terbagi atas bidang usaha terbuka, bidang usaha tertutup untuk kepemilikan penuh dan bidang usaha tertutup yang diatur dalam UU tersebut, dan memberi kebebasan bagi Pemerintah untuk membentuk peraturan menengenai hal diatas.
8.

Mengenai tenaga kerja UU No. 1 tahun 1967 mengatur Perusahaan-

perusahaan modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenagatenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatanjabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia. Dalam UU No. 25 tahun 2007 mengatur hal yang sama dengan mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia dan membolehkan penggunaan tenaga asing untuk tenaga ahli, namun mewajibkan meyelenggarakan pelatihan dan alih teknologi kepada warga negara Indonesia.

9.

Pengaturan hak transfer dan repatriasi dalam valuta asing bagi modal; keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain; dana yang diperlukan untuk: pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang

Penanam Modal dalam UU No. 25 tahun 2007, meliputi : a. b. c. i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. ix. x.

jadi; atau penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal; tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal; dana untuk pembayaran kembali pinjaman; royalti atau biaya yang harus dibayar; pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman modal; hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; kompensasi atas kerugian; kompensasi atas pengambilalihan; pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual; dan xi. hasil penjualan aset

Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk:
a.

keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang dipekerjakan biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut; penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap; kompensasi dalam hal nasionalisasi.

kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia; b. c. d. e. di Indonesia;

Sedangkan mengenai repatiasi, pengaturannya yaitu apabila Transper yang bersifat repatriasi modal tidak dapat diizinkan selama kelonggaran-

kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain yang ada dalam UU No. 1 tahun 1967 masih ada atau berlaku.
10.

Kebijakan mengenai perpajakan pada UU No. 1 tahun 1967

memberikan penanam modal asing kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan lainnya, yang terdiri atas pembebasan dan keringanan, yaitu : a. Pembebasan dari: Pajak perseroan atas keuntungan untuk jangka waktu tertentu yang tidak melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari saat usaha tersebut mulai berproduksi; Pajak deviden atas bagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham, sejauh laba tersebut diperoleh dalam jangka waktu yang tidak melebihi waktu 5 (lima) tahun dari saat usaha tersebut dimulai berproduksi.; Pajak perseroan atas keuntungan yang ditanam kembali dalam perusahaan bersangkutan di Indonesia, untuk jangka waktu tertentu yang tidak melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari saat penanaman kembali; Bea masuk pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap ke dalam wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat-alat kerja atau pesawatpesawat yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu; Bea Meterai Modal atas penempatan modal yang berasal dari penanaman modal asing.

b.

Keringanan: Atas pengenaan pajak perseroan dengan suatu tarif yang proporsionil

setinggi-tingginya lima puluh per seratus untuk djangka waktu jang tidak melebihi 5 (lima) tahun sesudah jangka waktu pembebasan Dengan tjara memperhitungkan kerugian jang diderita selama djangka waktu pembebasan, dengan keuntungan yang harus dikenakan pajak setelah jangka waktu tersebut di atas; Dengan mengizinkan penyusutan yang dipercepat atas alat-alat perlengkapan tetap.

Jika dibandingkan dengan kebijakan di bidang perpajakan yang terdapat dalam UU No. 25 tahun 2007, kebijakan perpajakan termasuk dalam bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanam modal, yang dapat berupa : a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri; c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu; d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu; e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Selain fasilitas diatas, terdapat pula fasilitas yang diberikan Pemerintah yang memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh: a. hak atas tanah;

yaitu pemberian hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai tergantung dengan usaha yan dijalankan dan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku. b. fasilitas pelayanan keimigrasian, yaitu: i. pemberian izin tinggal terbatas. ii. Pemberian alih status izin tinggal terbatas iii. Pemberian izin masuk kembali Pemberian izin diatas memiliki ketentuan lebih lanjut dalam UU No. 25 tahun 2007.

c. i. ii. iii. iv.

fasilitas perizinan impor, dengan pengecualian yaitu : barang yang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur perdagangan barang; barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa; barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia; dan barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri. Di dalam UU No. 1 tahun 1967, diatur mengenai hak atas tanah yang pengaturannya sama dengan UU No. 25 tahun 2007, yaitu hanya sebatas hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.

Terdapat beberapa peraturan tambahan yang merupakan atribusi dari UU No. 25 tahun 2007, yaitu :
1.

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Perpres No. 36 tahun 2010 tentang daftar bidang usaha yang tertutup

Khusus. 2. 3. Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal, beserta lampirannya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007:

Pengertian Penanaman Modal Asing

UU No. 1 Tahun 1967 penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-undang ini

UU No. 25 Tahun 2007 kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal Pengertian Modal Asing tersebut. d. alat pembajaran luar

maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, persetujuan yang dengan Pemerintah

digunakan untuk pembiayaan Perusahaan di Indonesia. e. perusahaan, penemuan-penemuan alat-alat untuk termasuk baru

milik orang asing dan bahanbahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam selama wilajah alat-alat Indonesia,

tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. f. bagian dari hasil ini perusahaan yang berdasarkan Undang-undang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Bentuk Badan Hukum haruslah perusahaan yang dijalankan seluruhnya atau begian terbesar di Indonesia. bentuk usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan penanaman berbentuk hukum, modal perseroan namun asing terbatas apabila wajib dan

berkedudukan di Indonesia. serta dalam

undang-undang ini dijelaskan lebih rinci mengenai cara penanaman modal baik dalam negeri maupun asing, asalkan berbentuk perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara : d. mengambil bagian saham pada

saat pendirian perseroan terbatas; e. f. membeli saham; dan melakukan cara lain sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Perlakuan Pemerintah RI terhadap Penanam Modal

Hal ini tidak diatur dalam UU No. 1 tahun 1967.

Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dimana didalam pernyataan ini tersirat mengenai kesetaraan antara penanam modal baik asing maupun dalam negeri. Nasionalisasi: menyatakan bahwa Pemerintah tidak akan nasionalisasi menengenai pengambilalihan atau pencabutan hak kepemilikan penanaman modal kecuali di tentukan dalam undang-undang. Kompensasi: besarannya sesuai dengan harga pasar.

Mengenai Nasionalisasi dan Kompensasi

Nasionalisasi: menyatakan bahwa Pemerintah tidak akan nasionalisasi menengenai pengambilalihan atau pencabutan hak kepemilikan penanaman modal kecuali di tentukan dalam undangundang. Kompensasi: kompensasi besaran dilakukan

berdasarkan persetujuan kedua belah pihak yang

tetap menggunakan asasasas internasional. hukum

Mengenai Bidang Usaha

bidang usaha terbagi atas bidang usaha terbuka, bidang usaha tertutup untuk kepemilikan penuh dan bidang usaha tertutup yang diatur dalam UU tersebut, dan memberi kebebasan bagi Pemerintah untuk membentuk peraturan menengenai hal diatas.

Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Mengenai tertutup bidang dan usaha yang dengan

terbuka

persyaratan untuk lebih lanjutnya diatur dalam Perpres No. 36 tahun 2010 beserta lampirannya.

Mengenai Tenaga Kerja

Perusahaan-perusahaan modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia. Dapat diberikan tanah sesuai dengan UU Pokok Agraria (UU No.5 Tahun 1960), yaitu: Hak Pakai: dapat diberikan jangka waktu menurut keperluannya. Hak Guna Usaha: jangka waktu paling lama 25 tahun, dengan dapat diperpanjang selama 25 tahun

mengutamakan negara ahli, teknologi Indonesia.

tenaga dan

kerja

warga

Indonesia namun

membolehkan mewajibkan dan alih

penggunaan tenaga asing untuk tenaga meyelenggarakan pelatihan warga

kepada

negara

Mengenai Penggunaan Tanah

Hak Pakai: dapat diberikan dengan jumlah 70 tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 tahun dan dapat diperbarui selama 25 tahun. Hak Guna Usaha: dapat diberikan dengan jumlah 95 tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 tahun dan dapat diperbarui selama 35 tahun. Hak Guna Bangunan: dapat diberikan

Hak Guna Bangunan: jangka waktu paling lama 30 tahun, dengan dapat diperpanjang selama 20 Pengaturan Hak Transfer dan Repatriasi dalam Valuta Asing tahun. Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk: f. keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajiban-kewajiban pembayaran Indonesia; g. biaya-biaya asing yang dengan yang berhubungan tenaga h. i. j. lain di

dengan jumlah 80 tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 tahun dan dapat diperbarui selama 30 tahun. meliputi : g. modal; h. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain; i. dana yang diperlukan untuk: xii. pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi; atau xiii. penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal; xiv. tambahan dana yang diperlukan bagi modal; xv. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; xvi. royalti atau biaya yang harus dibayar; xvii. pendapatan dalam dari perseorangan penanaman likuidasi warga negara asing yang bekerja perusahaan penjualan modal; xviii. hasil atau penanaman modal; xix.kompensasi atas kerugian; xx. kompensasi atas pengambilalihan; xxi. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah pembiayaan penanaman

dipekerjakan di Indonesia; biaya-biaya lain yang penyusutan atas alatkompensasi dalam hal mengenai pengaturannya Transper repatriasi dapat selama ditentukan lebih lanjut; alat perlengkapan tetap; nasionalisasi. Sedangkan repatiasi, yaitu yang modal diizinkan apabila bersifat tidak

kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutanpungutan lain yang ada dalam UU No. 1 tahun 1967 masih ada atau

kontrak

proyek, dan pembayaran hak

berlaku.

atas kekayaan intelektual; dan xxii. hasil penjualan aset

Fasilitas, kelonggaran, maupun keringanan bagi penanam modal


Pembebasan dari: pajak perseroan atas pajak deviden atas pajak perseroan atas keuntungan; bagian laba; keuntungan yang ditanam kembali; bea masuk barang; dan bea materai modal. Keringanan atas: pengenaan pajak perseroan dengan suatu tarif proporsionil; memperhitungkan kerugian yang diderita selama jangka waktu pembebasan; mengizinkan penyusutan yang dipercepat.

Fasilitas: (PPN); import. penusutan/amortisasi keringanan Pajak Bumi mengenai pemberian Fasilitas pelayanan Fasilitas perizinan yang dipercepat; dan Bangunan (PBB); Hak Atas Tanah; keimigrasian; terhadap pajak pembebasan/keringana pembebasan/penanggu penghasilan; n bea masuk; han Pajak Pertambahan Nilai

C.

Pasal-pasal di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang

kontroversial dan menjadi sorotan bagi public

Proses pembahasan Rancangan Undang-Undang Nomor 25 Tahu 2007 yang hampir memakan waktu 4 tahun ternyata tidak menjamin bahwa setelah disahkan tidak terdapat kontroversi di tengah-tengah masyarakat baik dari kalangan politisi, akademisi, maupun pelaku usaha domestik. Sikap kritis yang ditunjukkan oleh masyarakat tidak lain didasari pada kekhawatiran bahwa Undang-Undang Penanaman Modal sangat liberal yang bisa memberikan ruang gerak sangat luas bagi pemodal asing untuk menancapkan dominasinya di Indonesia. Salah satunya dapat dilihat di pasal-pasal yang tidak membatasi pengalihan aset (kecuali untuk kawasan hutan dan kawasan konversi), kebebasan transfer/repatriasi modal, keuntungan dan dana. Di dalam Undang-Undang Penanaman Modal tersebut masih ada beberapa pasal yang masih dinilai oleh masyarakat sebagai pasal-pasal yang kontroversial. Berikut ini akan dibahas pasal-pasal yang menurut masyarakat kontroversial, yaitu sebagai berikut:
1. UU PMA yang baru memiliki perhatian khusus terhadap lingkungan serta

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Tujuan UU ini adalah selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun juga meningkatkan usaha untuk membangun pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dampak dari aturan yang baru yang diterapkan dalam UU ini adalah bahwa dalam setiap aturannya harus melakukan pendekatan-pendekatan seperti di atas. Terkait dengan kelestarian lingkungan hidup, UU juga mengatur aspek pengawasan serta pemberian insentif. Kedua aspek tersebut bisa kita lihat di dalam:
Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

berbunyi: penanaman modal diselanggarakan berdasarkan asas (h.) berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Hal tersebut diantisipasi dengan pemberian kewajiban

terhadap penanam modal yang disebutkan di dalam Pasal 16 huruf d UU No. 25 Tahun 2007 yang berbunyi: Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup. Lalu di dalam Pasal 17 UU No. 25 Tahun 2007 yang berbunyi: penanaman modal yang mengusahakan Sumber Daya Alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaanya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini memiliki keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Lingkungan Hidup (UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Pasal 3 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi: Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk: (c.) meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

2. UU PMA yang baru ada beberapa pasal yang menunjukkan sedikit

kontroversi, yaitu pengaturan mengenai perlakuan yang sama terhadap semua investor. Yang dimaksudkan dengan kata investor disini memiliki arti semua investor, baik investor asing maupun investor dalam negeri. Kalimat perlakuan yang sama disini berarti setiap investor akan diberikan pelayanan dan perlakuan yang sama dengan tidak ada diskriminasi, seperti misalnya perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan perizinan. Apabila investor asing dalam mengurus proses perizinan membutuhkan waktu 1 bulan, begitu juga dengan investor dalam negeri akan diperlakukan hal yang sama. Dengan demikan fasilitas harus diberikan sama untuk semua investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi: Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas (d.) perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara. Pasal 4 ayat (2) huruf a UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi: dalam menetapkan kebijakan dasar, pemerintah memberi

perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Pasal 6 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

berbunyi: Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam


modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Untuk isu yang ketiga dalam UU No. 25 Tahun 2007 adalah berbagai kriteria aktivitas dalam penanaman modal menurut kriteria kegiatan, yaitu terbuka, diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu, dan tertutup. Melalui peraturan dibawahnya yaitu Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, pemerintah akan secara tegas mengatur bidang-bidang dan sektorsektor usaha mana yang termasuk dalam salah satu kriteria tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya pemerintah tetap mempunyai kontrol dan tidak secara bebas membuka semua bidang usaha.
Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

berbunyi: Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

4. Ketentuan yang menuai kontroversi yang keempat adalah mengenai

fasilitas hak atas tanah. Pada dasarnya, UU No. 25 Tahun 2007 tetap mengacu kepada UU No. 5 Tahun 1960 mengenai Pokok Agraria. Hak yang tercantum dalam pasal tersebut adalah untuk memberikan kemudahan, namun demikian hak pengelolaan atas tanah tersebut tidak selamanya diberikan seperti yang tercantum dalam UU. Pemberian hak atas tanah juga didasari dengan syarat-syarat tertentu yang telah diatur UU.
Pasal 21 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

berbunyi: Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pemerintah


memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan

penanaman modal untuk memperoleh: (a.) hak atas tanah; (b.) fasilitas pelayanan keimigrasian; (c.) fasilitas perizinan impor.

Pasal 22 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi: Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa: Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun; Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun. 5. Yang kelima adalah mengenai Perizinan dan Kemudahan masuknya Tenaga Kerja Asing. Apabila kita menyoroti pasal 10 UU No. 25 Tahun 2007 ini, khususnya pada ayat ke-(2), bagi perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli Warga Negara Asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. pasal 8 soal pemberian hak kepada investor untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap modal, keuntungan bunga bank, dividen, royalti. Pemerintah menjamin hak untuk repatriasi dan transfer akan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Meski memuat berbagai fasilitas, mulai dari fasilitas fiskal, kemudahan pelayanan hak atas tanah, kemudahan pelayanan keimigrasian, dan kemudahan pelayanan perizinan impor, pemerintah tetap menjamin untuk menjaga kepentingan nasional. "Tetapi dalam semua pasal ada rambu-rambu dan pagar untuk menjaga kepentingan nasional," ujar Menteri Perdagangan Mari E Pangestu. UU ini memang sudah ditunggu baik kalangan usaha. Kadin terlihat paling getol meminta UU ini segera disahkan. Investor asing pun tak kalah agresifnya. Mereka menyambut baik pengesahan UU Penanaman Modal ini. UU ini juga akan menjadi senjata pamungkas untuk segera ditandatanganinya Economic Partnerships Agreement (EPA) antara Indonesia dan Jepang.

You might also like