You are on page 1of 16

Definisi Kurikulum 1.

Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 2. Kurikulum menurut Prof. S. Nasution setelah melihat kamus Websber tahun 1812, kurikulum diberi arti A course esp a specified fixed course study, asin a schoolor college, as on leading to degree b. the whole body of courses affored in an education institution, or department there of, the usual sense.Di sini kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 3. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba di atas menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi. Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction. Ini berarti bahwa kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran. 4. Marsh (1997), dia mengemukakan bahwa kurikulum merupakan suatu hubungan antara perencanaanperencanaan dengan pengalaman- pengalaman yang seorang siswa lengkapi di bawah bimbingan sekolah. Senada dengan Marsh, Schubert (1986) mengatakan the interpretation that teachers give to subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actually experience. 5. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure). 6. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. 7. PRobert M. Hutchins (1936) yang menyatakan : The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and addition at the secondary level introduce the great books of the western world. 8. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those experience of the child which the school in any way utilizes or attepts to influence.

9. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculumThe total experience with which the school deals in educating young people. 10. Romine (tokoh pendidikan) 1945 Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience which pupils have under direction of school wether in the class room or not. 11. Saylor and Alexander (1956) : The curriculum is the sum total of schools efforts to influence learning, wheter in class room, on the playground, or out of school. 12. Hilda Taba (1962):Kurikulum sebagai rencana atau program belajar. A curriculum is a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of the curriculum. 13. . Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter F. Olivva (1982) kurikulum pada dasarnya adalah sebuah perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah. Judul : Dasar- Dasar Kurikulum Bahasa Pengarang : Prof.Dr. Henry Guntu Tarigan Tahun : 1992 Halaman : 3 14. Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang termasuk paling penting dalam konteks PBM. Judul : Curriculum Development and Instructional Planning Pengarang : Dr. H.Larry Winecoff Tahun : 1988 Halaman : 1 15. Curriculum includes all of the planed activities and events which take place under the auspicies of and educational institution both formal and informal Judul : Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran Pengarang : Drs. Cece Wijaya,dkk Tahun : 1988 Halaman : 24 16. William B. Ragam menyatakan : Kurikulum adalah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah. 17. David Praff menyatakan : Kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan. 18. Donald F.Gay (1960)dalam Asnah Said, menggunakan beberapa perumusan kurikulum sebagai berikut: a. Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis. b. Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk membawa perubahan perilaku anak. c. Kurikulum merupakan desain kelompok social untuk menjadi pengalaman belajar anak di sekolah. d. Kurikulum terdiri atas semua pengalaman anak yang mereka lakukan dan rasakan di bawah bimbingan

belajar. 19. Nengly and Evaras (1976) menyatakan : Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik. 20. Inlow (1966) menyatakan : Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran. 21. . Saylor (1958) menyatakan : Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi proses belajar mengajar baik langsung di kelas tempat bermain, atau di luar sekolah Judul : Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru Pengarang : Kunandar, S. Pd, M. Si, dalam 2007 Penerbit : PT. Raga Grafindo Persada Hal : 122-123 22. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in the class room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra kulikuler. 23. Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai all of the activities that are provided for student by the school. 24. B. Othanel smith, W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a asequence of potential experiences set up in the school for the purpose of displlning children and yoyuth in group ways of thinking and acting. 25. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut : The tendency in recent decades has been to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is usedto include all the experiences of children for which the school accepts responsibility. It denotes the results of efferots on the part of the adults of the children the finest, most whole some influences that exist in the culture. 26. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tanaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan memilih mata pelajaran. 27. Alice Miel, dalam bukunya Changing the curriculum: a social process (1946), Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung,suasanasekolah,keinginan,keyakinanpengetahuan dan sikap orangorang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia. 28. Edward A. Krug dalam The secondary school curriculum (1960) menunjukkan pendirian yang terbatas

tapi realitas tentang kurikulum. Definisinya adalah A curriculum consists of the means used to achieve or carry out given purpose of schooling. 29. Valiga, T & Magel, C.menyatakan : Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak . 30. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. 31. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: a. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. b. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. c. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran. d. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik. 32. Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : 1. kurikulum sebagai ide 2. kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum 3. kurikulum menurut persepsi pengajar 4. kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas 5. kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan 6. kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum. 33. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 34. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 35. Zais,1976:10 menyatakan : Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru.

36. Unruh dan Unruh (1984:96) mewakili pandangan ini dimana mereka menulis curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction. Olivia (1997:8.) mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as methods, the teaching act, implementation, and presentation. 37. Olivia (1997:8) termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the learner encounters under the direction of the school.Lebih lanjut ia mengatakan (Olivia, 1997:9) I feel that the cyclical has much to recommend. 38. Marsh (1997:5) yang menulis curriculum is an interrelated set of plans and experiences which a student completes under the guidance of the school. 39. Jacobs (1999) yang membahas mengenai kurikulum di Afrika, Kurikulum diartikan dari pandangan kependidikan yang menempatkan ilmu atau disiplin ilmu di atas segalanya (perennialism atau pun essentialism).

KURIKULUM KURIKULUM DAN LANDASAN PENGEMBANGAN A. Pengertian dan Komponen Kurikulum Kurikulum didalam pendidikan khususnya diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran dan materi yang harus dikuasai peserta didik untuk memperoleh ijazah tertentu. Dalam pengertian sempit istilah kurikulum tersirat dua hal pokok yakni : 1. Isi kurikulum yaitu mata pelajaran dan materi ( subject matter ) yang disajikan sekolah dalam peserta didik. 2. Tujuan kurikuum yakni agar peserta didik menguasai sejumlah mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk ijazah. Kurikulum ada yang merupakan kurikulum formal dan ada yang tidak formal. Kurikulum formal meliputi : a. Tujuan pelajaran umum dan khusus. b. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis c. Metode / strategi pemnelajaran d. Siatem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai. Kurikulum tidak formal meliputi kegiatan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi tidak langsung berkaitan dengan pelajaran akademik dan kelas tertentu. Komponen-komponen kurikulum a. Tujuan Merupakan titik terminal tempat mengarahnya segala gerak. Yang meliputi

Indicator Pegangan Batasan hasil yang perlu dicapai. b. Isi kurikulum Yaitu apa yang akan diajarkan agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar. Yang mencakup: Ilmu pengetahuan seperti fakta, Ketrampilan ( membaca, menulis, berhitung,dll ) Nilai- nilai tentang konsep baik dan buruk, betul dan salah, indah dan jelek. Yang ketiganya cenderung menekankan pad aide- ide dasar ( struktur ) c. Metode pelajaran Yaitu suatu cara menyanpaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum yang dipengaruhi oleh: Murid/ pelajar Tujuan Situasi Fasilitas Guru/ pengajar d. Evaluasi belajar Yang bertujuan untuk menentukan papakah pendidikan telah tercapai atau belum. Seperti perana evaluasi menurut worthier Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan Mengukur prestasi siswa Mengevaluasi kurikulum Mengakreditasi sekolah Memantau pemanfaatan dana masyarakat Memperbaiki materi dan program pendidikan B. Landasan pengembangan kurikulum Pengembangan kurikulum dlam arti luas mencakup dua kegiatan yaitu: 1. Penyusunan atau perencanaan suatu kurikulum yang produknya adalah seperangkat kurikulum tertulis termasuk GBPP suatu lembaga pendidikan 2. Implementasi atau penjabaran kuikulum kedalam program dan proses belajar mengajar atau kkurikulum actual. Adapun empat factor atau ases yang digunakan sebagai landasan yaitu,asas filosofi, pisikologis, sosiologis dan perkembangan iptek. C. Prinsip- prinsip pengembangan kurikulum Ada sejulah prinsip yang perlu diperhatikan agar menghasilkan kurikulum yang diharapkan yaitu: 1. Prinsip evaluasi Kurikulum dan pengajaran harus relevan dengan lingkunga hidup peserta didik, kemajuan IPTEK, tuntutan

dunia pekerjaan, nilai- nilai social, tingkat perkembangan peserta didik dan tujuan pendidikan nasional 2. Prinsip efisiensi Berkaitan dengan perbandingan antar tenaga, waktu, biaya, saran yang dipakai dengan hasil yang diperoleh 3. Prinsip kontinuitas Upaya pengembangan kurikulum hendaknya dilakukan secara terus menerus, secara berkelanjutan sesuai dengan tuntutan. KONSEP- KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Kurikulum rasional akademik Kurikulum rasional akademik adalah kurikulum yang dalam pengembangannya mendasarkan disiplin ilmu secara sistematis dilakukan oleh para pemikir. Proses pendidikan menekankan materi yang yang telah ada dan bagaimana proses belajar terjadi disesuaikan dengan perkembangan anak. B. Kurikulum berbasis kompetensi 1. Pengertian Kurikulum berbasis kompetensi adalahseperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, system penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumbersumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum. 2. Komponen kurikullum berbasis kompetensi Kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi meliputi: a) Kompetensi lintas kurikulum Merupakan kompetensi antar rumpun pelajaran dari kurikulum berbasis kompetensi dan merupakan persyaratan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat. b) Kompetensi tamatan Merupakan pengetahuan ketrampilan sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfiki dan bertndak setelah siswa menyelesaikamn suatu jenjang pendidikan. c) Kompetensi rumpun pelajaran Merupakan pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai tang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu. d) Kompetensi dasar Merupakan pernyataan minimal dan memadai tentang pengetahuan ketrampilan sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu e) Hasil belajar Merupakan uaian untuk menjawab pertanyaan apa yang harus digali,dipahami, dikerjakan siswa. f) Indicator hasil belajar Indicator menjawab pertanyaan, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa dapat mengetahui bahwa

siswa sudah dapat mencapai hasil pembelajarannya.

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN A. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran Kata kurikulum dan kata pembelajaran dalam penggunaanyya sering dikacaukan orang, sehingga dalam kegiatannya dari kedua istilah tersebut sering menjadi rancau. Hal itu memungkinkan karena kedua istilah tersebut sangat erat. Konsep kurikulum ada dalam proses pendidikan persekolahan. B. Desain Pembelajaran 1. Model PPSI Merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan system kedalam system pendidikan kita, khusus dalam kurikulum sekolah dasar, SMP, SMA dan SMK meliputi: Perumusan tujuan pembelajaran Penyusuna alat evaluasi Menentukan kegiatan belajar mengajar Merencanakan program kegiatan belajar mengajar Melaksanakan program belajar mengajar 2. Model Gerlach dan Ely Model ini digunakan untuk menyusun perencanaan pengajaran dengan menggunakan sepuluh komponen yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar meliputi : Merumuskan tujuan pembelajaran secara spesifik Memilih materi dan isi pelajaran Menilai perilaku awal siswa Menentukan strategi yang dipergunakan oleh guru Pengorganisasian para siswa kedalam kelompok Pengadaan waktu Penyediaan ruang belajar / kelas Penyediaan sumber belajar yang tepat Penilaian penampilan siswa Penganalisisan umpan balik 3. Model Bela H. Banathy Model ini ditunjukkan bagi parra pengembang system pembelajaran urutan dan langkah dalam model ini dapat dilukiskan sebagai berikut: Merumuskan tujuan pembelajaran khusus Mengembanngkan tes berdasarkan tujuan yang dikehendaki Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar setelah rumusan pembelajaran khusus dan mengembangkan alat evaluasi Merancang system pembelajaran Melaksanakan dan mengimpementasikan dan mengontrol kualitas hasil

Mengadakan perbaikan berdasarkan hasil- hasil yang diperoleh dari evaluasi 4. Model Jerold E. Kemp Model ini merupakan system pembelajaran yang disederhanakan yang terdiri dari delapan langkah beikut ini: Merumuskan tujuan pembelajaran umum Menganalisis karakteristik siswa Merumuskan tujuan pmbelajaran khusus Menentukan bahan ajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan Menentukan pretes untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang telah ditentukan untuk mengikuti program Menentukan strategi belajar dan sumber belajar Mengkoordinasi sarana menunjang Mengadakan evaluasi 5. Model IDI ( Instructional Development Institute) Terdiri dari tiga bagian tahap besar yaitu merumuskan, mengembangkan dan menilai.setiap tahapan terdiri dari tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi Sembilan fungsi : Mengidentifikasi masalah Manganalisis keadaan Mengatur prngelolaan berbagai tugas Mengidentifikasi tujuan pembelajaran Menentukan metode pembelajaran Menyususn prototype program pembelajaran Mengadakan uji coba prototype program pembelajaran Menganilisis hasil uji coba Pelaksana atau implementasi

Pengantar KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006: 5). Sehingga kurikulum ini sangat beragam. Bisa berkembang masing-masing sebagaimana bidang studi dan mata pelajaran yang ada, sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan Dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Bagaimanapun juga Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam ini tetap mengacu pada standar nasional pendidikan. Dimana Standar Nasional Pendidikan itu sendiri terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dan dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki beberapa kompetensi yakni: Pertama, kompetensi tamatan yaitu kompetensi tamatan yang harus dicapai ketika siswa tamat dari suatu jenjang pendidikan. Kedua, kompetensi umum mata pelajaran yaitu kompetensi yang harus dicapai siswa ketika menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu. Ketiga, kompetensi dasar yaitu ukuran minimal atau memadai yang ditetapkan dengan kemampuan, ketrampilan, sikap dan perilaku dasar dalam menguasai materi pokok dan pencapaian hasil belajar. Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Waridjan, 1984: 12). Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat penuh tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan, baik dipandang dari sudut pandang ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan. 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 7. Belajar sepanjang hayat (BSNP, 2006: 6). Oleh karena itu apakah pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan KTSP di Madrasah sudah melakukan persiapan? Persiapan apa saja yang telah dilakukan dalam pelaksanaan KTSP? Apa saja problem atau masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP? Bagaimana mengatasi problema pelaksanaan KTSP tersebut? Persiapan yang bagus sangat menentukan suksesnya berbagai upaya yang dilakukan dan mempengaruhi tercapainya tujuan yang diharapkan.Dengan demikian persiapan yang kurang, cenderung akan mendatangkan problem atau masalah yang banyak dan berat, dan tujuan yang menjadi target pencapaian tidak akan maksimal, karena disibukkan dengan berbagai problem dan kekurangan yang muncul. Sedangkan persiapan yang matang lebih cenderung akan mengurangi problem atau masalah berat sejak sedini mungkin. Sehingga sesuatu yang diharapkan akan tercapai maksimal pula.

Pengertian Kurikulum Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya teknologi. Di samping itu, kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga. Oleh karena itu, wajar bila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang terjadi. Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari start sampai finish ini disebut currere

(Subandijah, 1993: 1). Pendapat lain mengatakan pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia atletik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum mempunyai arti "jarak" yang harus ditempuh oleh pelari (Syafruddin Nurdin, 2002: 33). Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya (Al-Syaibany, 1997: 478). Dari istilah-istilah di atas kurikulum mengalami perpindahan arti ke dunia pendidikan. Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan, maka berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka (Al-Syaibany, 1997: 478). Pengertian kurikulum berdasarkan pemahamannya, dapat dipandang sebagai kurikulum tradisional dan kurikulum secara modern.

Fungsi Kurikulum Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut. 2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut. 3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan. Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal: a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. b) Tuntutan dunia kerja. c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d) Dinamika perkembangan global. e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat.

Komponen Kurikulum Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa suatu kurikulum terdiri dari atas komponen-komponen: 1. tujuan, 2. isi, 3. metode atau proses belajar mengajar, dan 4. evaluasi. Setiap komponen kurikulum tersebut, sebenarnya saling berkaitan, bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum tesebut. Itulah mengapa penulis menyebut kurikulum sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, apabila orang ingin membuat atau menilai kurikulum, perhatiannya tentu tertuju pada empat pertanyaan:

1. Apa tujuan pembelajaran? Di sini pembelajaran dimaknakan dalam pengertian yang luas 2. Pengalaman belajar apa yang disiapkan untuk mencapai tujuan 3. Bagaimana pengalaman belajar itu dilaksanakan? 4. Bagaimana menentukan bahwa tujuan itu telah tercapai? (Tafsir, 1992: 54). Berkaitan dengan empat komponen kurikulum di atas, Hasan Langgulung mengedepankan empat permasalahan yang harus dijawab oleh para pakar pendidikan Islam. Pertama, bagaimana pendapat Islam tentang tujuan pendidikan? Sebab, akan menjadi sia-sia kita mengislamkan mata pelajaran kalau tujuan pendidikan Islam itu sendiri bukan Islam. Barangkali pendidikan Islam di Indonesia dan juga di negara-negara Islam lainnya semenjak awal menjadi bukti dari pernyataan di atas. Kedua, Bagaimana pula pendapat Islam tentang pengetahuan (knowledge), yang dikenal mata pelajaran? Adakah pengetahuan menurut falsafah Islam berbeda ataukah sama saja dengan pengetahuan dalam falsafah lainnya? Ketiga, Adakah metodologi pendidikan menurut pandangan Islam berbeda ataukah sama saja dengan metodologi dalam falsafah lainnya? Keempat, Apakah penilaian menurut pandangan Islam berbeda dengan pandangan falsafah-falsafah lain? (Langgulung, 1989: 146-147). Pertanyaan-pertanyaan kritis yang dikedepankan oleh Hasan Langgulung di atas berupaya untuk menggali sejauh manakah khasanah pemikiran pendidikan Islam kaitannya dengan problema-problema mendasar dalam lapangan. Tidak hanya itu, Langgulung mencoba mengajak para pemikir pendidikan Islam kontemporer untuk mengembangkan studi tentang kurikulum. Karena kurikulum, menurut al-Syaibani, adalah termasuk aspek utama dalam proses pendidikan yang mendapat kecaman keras dan ditunjukkan cacat cela dan aspek-aspek kekurangannya, dan ingin dikembangkan, diperhatikan, diperbaiki dan diubah konsepnya (Al-Syaibani, 1997: 481).

Isi Kurikulum Dewasa ini pemikiran tentang isi atau materi kurikulum cenderung lebih menekankan pada ide-ide dasar dari berbagai disiplin ilmu. Ide-ide dasar itu disebut dengan struktur ilmu pengetahuan, yang keberadaannya merupakan hal-hal yang asasi dari berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Yang termasuk dalam struktur adalah konsep dasar, dalil, hukum atau teori. Struktur memuat prinsip-prinsip yang bersifat umum. Apabila hal ini betul-betul dikuasai, akan sulit terlupakan, dan dapat ditransfer pada situasi baru, atau dapat diterapkan pada situasi yang relevan (M. Ali, 1992: 56). Antara materi dan ilmu, sebenarnya menurut Langgulung, terdapat hubungan erat. Sebab isi pendidikan itu kalau bukan ilmu, dengan andaian bahwa setelah anak didik mempelajari ilmu ia akan menjadi manusia yang diinginkan pembuat kurikulum itu (Fathiyah, 1990: xi). Mengenai isi atau materi kurikulum dalam pendidikan modern, meliputi tiga jenis materi, yaitu ilmu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai-nilai (afektif) Ketiga unsur inilah yang membentuk materi pendidikan yang berbentuk disiplin ilmu pengetahuan (Fathiyah, 1990: xii). Dalam kurikulum pendidikan Islam, materi kurikulum yang berupa ilmu pengetahuan, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam menurut sumbernya, yaitu ilmu abadi (perennial) dan ilmu dicari (acquired) dengan akal, dikatakan : Planning of education to be based on the classification of knowledge into two categories:

a. Perennial knowledge derived from Quran and the Sunnah meaning all Sharia--oriented knowledge relevant and relevant to them. b. Acquired knowledge susceptible and cross-cultural borrowings as long as consistency with the Sharia as the sources of value is maintained. (Second World Confrence on Muslim Education, Under the Auspices of King Abdul Aziz University & Quaid-l-Azam University, 15 th-20 th March 1980 Islambad, p. 15-16) Dari kedua jenis pengetahuan di atas hanya pengetahuan bentuk terakhir yang dipelajari melalui falsafah dan model kurikulum Barat. Sedang wahyu hanya diajarkan di sekolah agama, atau sekolah-sekolah non formal, ataupun ditempelkan dalam kurikulum sekolah umum, sebagai mata pelajaran tambahan, bukan dasar. Padahal menurut konsepsi Islam agar kurikulum itu bisa bersifat Islam haruslah konsep Islam berpadu dengan mata pelajaran lain (Langgulung, 1989: 157). Mengapa kandungan atau isi kurikulum dalam pendidikan Islam perlu dipadukan? Hal ini, menurut Langgulung ada beberapa alasan yang perlu dikedepankan. Pertama, diharapkan melalui kurikulum terpadu akan keluar manusia-manusia yang mempunyai pengamatan yang terpadu mengenai realitas, oleh sebab inti pengetahuan itu adalah kebenaran realitas. Kedua, ahli-ahli psikologi berpendapat bahwa pemaduan kurikulum dapat menghasilkan manusia yang memiliki personality yang terpadu (integral personality) Ketiga, dari suatu sudut pandang sosiologi, diharapkan bahwa melalui kandungan kurikulum yang terpadu itu akan timbul perpaduan di kalangan masyarakat baik secara vertikal ataupun horizontal (Langgulung, 1989: 193195). Pemaduan kandungan kurikulum tidak harus berarti menggabungkan semua mata pelajaran dalam satu mata pelajaran saja, tetapi pemaduan tidak dapat tidak harus dilihat dari segi tujuan akhir pendidikan (ultimate goal) (Langgulung, 1989: 198) ilmu pengetahuan keberadaannya harus diupayakan dengan pendekatan ilmiah yaitu melalui penelitian empiris dan eksperimentasi

jenis-jenis kurikulum Part1 Setelah mengetahui komponen-komponen kurikulum, maka akan ditemukan jenis-jenis kurikulum yang meliputi antara lain: 1. Separated subject curriculum (kurikulum mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu). Kurikulum ini dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya, umpamanya mata pelajaran teori listrik tidak ada sangkut pautnya dengan pengetahuan alat perkakas atau yang lainnya. Satu dengan yang lainnya terpisah-pisah secara tegas, demikian pula dalam menyajikannya kepada peserta didik. Kurikulum jenis ini memiliki keunggulan sebagai berikut: a) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan. Hal itu disebabkan tiap bahan telah disusun dan diuraikan secara logis dan sistematis dengan mengikuti urutan yang tepat yaitu dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks. b) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah direncanakan, mudah dilaksanakan dan mudah pula untuk diadakan perubahan jika diperlukan. Adanya kesederhanaan itu sangat diperlukan karena hal itu jelas akan menghemat tenaga sehingga menguntungkan baik dari pihak pengembang kurikulum itu sendiri maupun guru atau satuan pendidikan untuk melaksanakannya. c) Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya. Karena kurikulum ini terutama bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan maka hal itu dapat dengan mudah diketahui hasilnya yaitu dengan melakukan pengukuran yang berupa tes. Jika telah

dirasa terdapat hal-hal yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat baik hal itu menyangkut seluruh komponen maupun sebagian saja hal itupun akan dengan mudah diadakan perubahan penyesuaian seperti yang diharapkan. d) Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum karena disamping bahan pelajaran memang sudah disusun secara terurai dan sistematis, mereka umumnya juga dididik dan dipersiapkan untuk melaksanakan kurikulum yang bersifat demikian. Guru hanya mengajar bahan-bahan pelajaran tertentu sesuai dengan bidang studinya dari waktu ke waktu. Guru yang memegang mata pelajaran yang sama secara terus menerus biasanya akan semakin menguasasi bahan pelajaran itu dan semakin banyak pula pengalamannya. Di samping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada pula kelemahan-kelemahannya, antara lain: a) Kurikulum bentuk ini memberikan mata pelajaran secara terpisah, satu dengan yang lain tidak ada saling hubungan. Hal itu memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman secara lepas-lepas tidak sesuai dengan kenyataan. b) Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak secara faktual dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kurikulum ini hanya sering mengutamakan penyampaian sejumlah pengetahuan yang kadang-kadang tidak ada relevansinya dengan kebutuhan kehidupan. c) Cenderung statis dan ketinggalan zaman. Buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan jika penyusunannya dilakukan beberapa atau bahkan puluhan tahun yang lalu dan jika tidak dilakukan revisi untuk keperluan penyesuaian akan ketinggalan zaman. d) Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya menekankan pada perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti perkembangan emosional dan sosial.

Jenis-jenis Kurikulum Part 2 Correlated curriculum (kurikulum korelatif atau pelajaran saling berhubungan). Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, ditempuh dengan cara-cara korelasi antara lain: a) Korelasi okasional atau insidental, yaitu korelasi yang diadakan sewaktu-waktu bila ada hubungannya. b) Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti. c) Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri. d) Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru B. e) Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh guru atau tim secara bersamasama. f) Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi. Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain: a) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik berhubung mereka menerimanya tidak secara terpisah-pisah. b) Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk menerapkan

pengetahuan dan pengalamannya secara fungsional. Hal itu disebabkan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Adapun kurikulum correlated curriculum memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: a) Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya masih bersifat subject centered dan belum memilih bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta masalah-masalah kehidupan seharihari.Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam. Pembicaraan tentang berbagai pokok masalah bagaimanapun juga tetap tidak padu, karena pada dasarnya masing-masing merupakan subject yang berbeda. Rasanya hampir tak mungkin mempergunakan waktu yang hanya sedikit itu untuk memberikan berbagai pokok masalah yang sebenarnya berasal dari beberapa mata pelajaran yang berbeda

Jenis-jenis Kurikulum Part 3 Integrated curriculum di sini sebenarnya beberapa mata pelajaran dijadikan satu atau dipadukan. Dengan meniadakan batas-batas mata pelajaran dan bahan pelajaran yang disajikan berupa unit atau keseluruhan. Unit merupakan satu kesatuan yang bulat daripada bagian-bagian yang tidak terpisah satu sama lain, melainkan merupakan rangkaian daripada bagian yang bersatu padu dengan serasi. Kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: a) Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum unit bertalian erat satu dengan yang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari fakta-fakta yang lepas-lepas dan kurang fungsional untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. b) Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kematangan dan minat peserta didik. Anak dilibatkan secara aktif untuk berpikir dan berbuat serta bertanggung jawab baik secara individual maupun kelompok. c) Dengan kurikulum ini lebih dimungkinkan adanya hubungan yang erat antara sekolah dan masyarakat, karena masyarakat dapat dijadikan laboratorium tempat peserta didik melakukan kegiatan praktek. Di samping bentuk kurikulum ini memiliki keunggulan tetapi juga mengandung beberapa kelemahan yang antara lain: a) Kurikulum ini tidak mempuyai organisasi yang logis dan sistematis, karena bahan pelajaran tidak ditentukan lebih dulu oleh guru atau lembaga melainkan harus dirancang bersama-sama dengan murid. b) Para guru tidak dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum bentuk unit, maka jika mereka disuruh melaksanakan kurikulum itu kiranya sangat memberatkan. Para guru pada umumnya dihasilkan dan dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum yang bersifat subject matter atau correlated saja. c) Pelaksanaan kurikulum bentuk ini juga amat repot. Hal itu disebabkan karena masih kurangnya berbagai peralatan dan sarana serta prasarana yang dibutuhkan agar berbeda dengan sekolah-sekolah biasa. d) Dengan kurikulum bentuk unit ini tidak dapat dimungkinkan adanya ujian umum karena permasalahan yang dihadapi di tiap sekolah tidak sama dan selalu berubah tiap tahun. Di samping itu sulit mengukur kemampuan peserta didik berhubung standarnya sendiri cukup abstrak dan tidak ajeg (Iskandar Wiryokusumo, tt.: 17-24). Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka membantu peserta didik dalam menguasai materi pengajaran dan mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Nana Syaodih Sukmadinata, 1999: 1). Interaksi pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian, setiap pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan

tertentu, seperti penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan pribadi, komunikasi sosial, dan kemampuan kerja. Pendidikan memiliki makna strategis dan merupakan saluran penting yang dapat mengungkap gagasan dan nilai-nilai baru sekaligus memiliki dampak yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Josept S. Szyliowies menjelaskan, bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah sebagai kekuatan inovatif dan dinamis yang dapat digunakan untuk melakukan interaksi sosial dan proses perubahan di masyarakat (Ahmad Djainuri, 2001: 3). Untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar peserta didik, maka diperlukan kurikulum, metode penyampaian, media dan sumber belajar, serta alat evaluasi yang tepat. Untuk memberikan gambaran komprehensif tentang model kurikulum yang dikembangkan pada sekolah, perlu dideskripsikan makna dan urgensi kurikulum dalam pendidikan, pendekatan dan orientasi kurikulum, serta struktur kurikulum sekolah.

You might also like