You are on page 1of 6

1. PENGERTIAN WACANA a.

Wacana Sebagai satuan bahasa Pada mulanya kata wacana dalam bahasa indonesia selalu mengacu pada bahan bacaan, percakapan, tuturan, (purwadarminta,1986). Pada pembahasan ini, wacana digunakan sebagai istilah yang merupakan padanan dari istilah discourse. Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Para ahli telah menyepakati bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar, yang digunakan dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan.

b. Wacana sebagai hasil Dan Prosas Dalam komunukasi tulis, proses komunikasi penyapa dan pesapa tidak berhadapan langsung. Peyapa menuangkan ide dalam kode-kode kebahasaan yang berupa rangkaian kiliamat. Rangkaian kalimat tersebut yang nantinya ditafsirkan maknanya oleh pembaca atau pesapa. Dalam kondisi seperti itu, wujud wacana adalah teks yang berupa rangkaian proposisi sebagai hasil pengungkapan ide. Dengan kata lain, wacana dalam komunikasi tulis berupa teks yang dihasilkan oleh seorang penilis. Dalam komunikasi secara lisan seperti percakapan, wacana merupakan proses (brown dan yule) komunikasi secara lisan yang berupa rangkaian ujaran. Ujaran adalah kalimat yang diucapkan secara lisan. Dalam komunikasi lisan, para peserta tutur dengan bergantian berbicara dengan atau tanpa topik yang jelas. Percakapan itu terjadi pada 2 orang atau sekelompok orang yang sebagian bertindak sebagai pesapa dan yang lain sebagai penyapa.

c. Wacana Sebagi Penggunaan Bahasa Wacana merupakan suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara tulisan maupun tulisan, (Cook,1989:6-7). Wacana merupakan satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem,kata, klausa, atau kalimat), tetapi kesatuan arti (Halliday dan Hassan, 1979: 1-2). Teks pada dasarnya adalah satuan makna. Oleh karna itu, teks harus dipandang dari dua sudut secara bersamaan, baik sebaagai produk maupun sebagai proses. Teks merupakan produk, karena teks merupakan keluaran, sesuatu yang dapat direkam dan di palajari karena mempunyai susnan tertentu dan dapat diungkapkan

dengan peristilahan yang sistematik. Teks merupakan proses, dalam arti bahwa teks merupakan proses pemilihan makna yang terus-menerus.

2. PENGERTIAN ANALISIS WACANA Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan, (Stubbs,1983:1). Penggunaan bahasa secara alamiah tersebut berarti penggunaan bahasa seperti dalam kehidupan sehari-hari. Analisis wacana menekankan pada kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur. Analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, (Cook, 1986:6-7). Analisi wacana pada umumnya bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Keteraturan itu berkaitan dengan keberterimaan di masyarakat. Analisis wacana cenderung tidak merumuskan kaidah secara ketat seperti dalam tata bahasa.

3. SEJARAH ANALISIS WACANA DI INDONESIA Kajian wacana di indonesia sudah di mulai oleh linguis Indonesia pada pertengahan tahun 70-an. Karya mereka berupa artikel, laporan penelitian, dan buku panduan sudah di publikasikan. Publikasi kajian wacana tersebut, antara lain, Kridalaksana (1978), Dardjowidjojo (1986), Samsuri (1987), Moeliono et al. (1988), dan Talei (1988). Salah satu kajian wacana yaitu, Pada tahun 1978, Kridalaksana memuplikasikan artikel yang berjudul keutuhan wacanadalam jurnal bahasa dan sastra tahun IV, No.1 ( pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Jakarta ).

4. MANFAAT ANALISIS WACANA Analisis wacana merupakan suatu usaha memehami bahasa. Analisis wacana tidak hanya penting untuk memahami hakikat bahasa, melainkan juga untuk memehami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa (Hatch dan long,1980:1). Mengkaji wacana secara sungguh-sungguh dapat mengungkap tingkat pemerolehan kompetensi komunikatif.

Analisis wacana, misalnya analisis percakapan, dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan bercakap, (Keenan, 1983; Foster,1990). Misalnya analisis wacana pada percakapan anak-anak dapat digunakan untuk menerangkan pemerolehan kemampuan komunikasi. Dalam percakapan anak-anak misalnya, akan ditunjukkan pola perilaku dan kompetensi anak-anak dalam melakukan percakapan itu. Percakapan anak itu akan menghasilkan deskripsi unsur percakan yang penting. Dengan analisis wacana dapat diperoleh deskripsi tentang struktur pertukaran, ahli tutur, topik, dan kohesi serta koherensi wacana percakapan anak-anak.

5. FUNGSI BAHASA DALAM KOMUNIKASI Penggunaan bahasa dalam komunikasi itu dapat diidentifikasikan fungsifungsinya. Fungsi bahasa dalam komunikasi jika dilihat berdasarkan tanggapan atau respon mitra tutur, ada 2 macam. Pertama, fungsi transaksional apabila dalam komunikasi itu yang dipentingkan isi komunikasi. Dengan fungsi bahasa tersebut bahasa dapat digunakan sebagai penyalur informasi. Contoh wacana lisan transaksional adalah pidato, deklamasi, ceramah, dan iklan radio. Wacana tulis yang transaksional berupa cerita pendek, makalah, tesis, dan surat undangan. Fungsi Intraksional apabila yang dipentingkan dalam penggunaan bahasa adalah hubungan timbal balik antara penyapa dan pesapa. Contoh wacana Interaksional lisan adalah debat, wawancara, dan diskusi. Sedangkan wacana tulis yang bersifat interaksional berupa surat menyurat antar teman dan polemik.

Menurut Vestergaard dan Schroder (dalam Martutik, 1996), fungsi bahasa: a. Fungsi Ekspresif Fungsi ekspresif bahasa mengarah pada penyampaian pesan. Artinya, bahasa dipergunakan untuk menyampaikan ekspresi penyampai pesan (komunikator). Fungsi ekspresif misalnya berupa bentuk bahasa yang digunakan untuk meminta maaf, memohon, dan mengungkapkan rasa gembira dan sejenisnya. Contoh: Aduh...kepalaku sakit!

b. Fungsi Direktif Fungsi direktif berorientasi pada penerima pasan. Dalam hal ini, bahasa dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain, baik emosinya, perasaannya, maupun tingkah lakunya. Selain itu, bahasa juga dapat digunakan untuk memberi keterangan, mengundang, memerintah, memesan, mengingatkan,mengancam, dll. Contoh: Minum, silahkan! c. Fungsi Informasional Fungsi informasional bahasa berfokus pada makna. Fungsi bahasa tersebut digunakan untuk menginformasikan sesuatu misalnya melaporkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan. Contoh: Kata atau kosa kata merupakan unsur bahasa yang sangat penting dalam sebuah naskah atau tulisan. Dalam kosa kata itulah terkandung makna dan gagasan yang diungkapkan penulis. d. Fungsi Metalingual Fungsi metalingual bahasa berfokus pada kode. Dalam fungsi tersebut, bahasa digunakan untuk menyatakan sesuatu tentang bahasa. Contoh: Bahan bakar fosil (misalnya minyak bimi, gas alam batu bara) bila dibakar akan menghasilkan SO2 dan Nox sebagai penyebab utama keasaman air hujan. Penghasil SO2 dan Nox adalah pembangkit listrik dan industri yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. SO2 dan NOx itu juga dilepaskan oleh kendaraan di jalan. e. Fungsi Intraksional Fungsi intraksional bahasa terfokus pada saluran. Fungsi inraksional bahasa digunakan untuk mengungkapkan, mempertahankan, dan mengahiri suatu kontak komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Misalnya percakapan dalam telepon. f. Fungsi Kontekstual Fungsi ini berfokus pada konteks pemakaian bahasa. Fungsi tersebut berpedoman bahwa suatu ujaran harus dipahami dengan mempertimbangkan konteksnya. Contoh: Ini apa? g. Fungsi Puitik Fungsi puitik bahasa berorientasi pada kode dan makna secara simultan. Maksudnya kode kebahasaan dipilih secara khusus agar dapat mewadahi makna yang

hendak disampaikan oleh sumber pesan. Unsur-unsur seni, misalnya ritme, rima, dan metafora. Contoh: Tua-tua keladi, makin tua makin jadi.

ANALISIS WACANA

DI SUSUN OLEH :

SALMON AHMAD AFFANDI AL IKRAM

A 111 09 032 A 111 09 001 A 111 09 005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS TADULAKO 2011

You might also like