You are on page 1of 39

Doa dan Adab

Doa dan Adab membaca Quran

Setelah membaca Quran , bacalah doa berikut:


‫ اللهم ذكرن منه ما‬.‫اللهم ارحن بالقرأن واجعله ل إماما و نـورا و هدى ورحـمة‬
‫نسـيت وعلمن منه ما جهلت وارزقن تلوته أناء الليل و أطراف النهار واجعله ل‬
‫حجة يا رب العالـي‬
Allahumma rahmana bil qurana wa …. imaamaa wanuuraa wa hadii wa rahmah. Allahumma
….. wa ‘alimnii minhuu maa …. wa razaqna ……… rabbul’alamiin.

“Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al-Quran. Jadikanlah ia pimpinan bagiku,
cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al-Quran apa-
apa yang aku terlupa; ajarkan kepadaku melaluinya apa-apa yang aku tidak tahu; berilah
aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia
bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )

Adab Membaca Quran


1. Disunnahkan berwudhu
2. Menghadap kiblat
3. Ada sikap penghormatan hati untuk :
a. Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran,
b. Membenarkan dan meyakini
c. dan berniat mengamalkan Al-Quran
d. berniat untuk menyampaikan/mengajarkan lagi kepada orang lain
4. Memilih tempat yang bersih
5. Disunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan.
Firman Allah :
ِ‫ت الْ ُقرْءَا َن فَاسَْت ِعذْ بِال ّلهِ ِم َن الشّيْطَا ِن الرّجِيم‬
َ ْ‫َفِإذَا َق َرأ‬
Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl : 98)
6. Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain,
maka memulai membaca Al-Quran pun dengan membaca Basmallah.
7. Sabda Nabi SAW :

‫كل أمر ل يبدأ فيه ببسم ال الرحـن الرحـيم فهو أجذم‬


“Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca
Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota
badan yang terkena kusta) (H.R. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Mardawaih)
8. Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar
9. Berusaha untuk menangis atau pura-pura menangis
10. Membaca dengan suara merdu
11. Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh
sendiri)
12. Memenuhi hak-hak Al-Quran
13. Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain
14. Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi
15. Tidak menjadikan Al-Quran untuk bantal

http://orido.wordpress.com 1
Doa dan Adab

Postingan artikel terkait:


[DKMB] scReensaveR back tO Al-Qur’an
[DKMB] al-quR’an scReen saveR
Links:
[kewajiban membaca al-quRan]
http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm
[al-quR’an beRbicaRa tentang al-quR’an]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204
[adab teRhadap al-quRan]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77
[disunnahkan mempeRbanyak membaca al-quR'an]
http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0
[ta'awudz dan basmalah tidak peRlu untuk membaca al-quR'an?]
http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm
[meRenungkan isi al-quR'an]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319
[tidak taRtil dalam membaca al-quRan, bOlehkah?]
http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-
quran-bolehkah.html
[hukum tidak membaca al-quR'an]
http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0
[beRusahalah untuk mempeRbaiki bacaan al-quR'an]
http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0
[wajib sungguh-sungguh dalam mengeluaRkan semua huRuf dari makhRajnya]
http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0
[bisakah mengaji lewat mp3 playeR?]
http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm
[peRbaikilah niat anda dan peRbanyaklah membaca al-quR'an]
http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0
[membaca al-quR'an bagi wanita haid]
http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0
[hukum membaca al-quR'an bagi yang sedang junub]
http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0
[seyOgyanya menjaga hafalan al-quR'an sehingga tidak lupa]
http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0
[ORang yang mahiR membaca al-quR'an beRsama paRa malaikat yang mulia]
http://www.almanhaj.or.id/content/610/slash/0
[hukum mengucapkan shadaqallahul azhim ketika selesai membaca al-quR'an]
http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0
[hukum membaca al-quR'an beRsama-sama, membagi bacaan al-quR'an untuk
orang-orang yang hadiR]
http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0
[caRa mudah hafal al quRan]
http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/
[hafizh qur’an]
http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/

http://orido.wordpress.com 2
Doa dan Adab

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm

Kewajiban Membaca Al-Quran


Kamis, 6 Jul 06 17:48 WIB

Assalamualaikum ustaz,
Saya ingin menanyakan apakah yang mendasari kewajiban muslim/at membaca Al-
Quran? Hal ini sehubungan dengan teman dekat saya yang meyakini bahwa kita
cukup membaca terjemahannya saja tanpa perlu membaca Al-Quran (arabic).
Apakah ada dalam surat di Al-Quran itu sendiri atau hadist mengenai kewajiban ini?
Atas jawaban ustaz saya ucapkan terima kasih.

Salam

Dizzie
diy

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Membaca Al-Quran Al-Kariem merupakan kewajiban tiap muslim, paling tidak di


dalam shalat. Yaitu surat Al-Fatihah yang wajib dibaca saat melaksanakan ibadah
shalat 5 waktu.

Adapun perintah untuk membaca Al-Quran, tentu saja begitu banyak kita dapati di
dalam dalil-dalil. Di antaranya adalah firman Allah SWT:

ً‫يَا َأّيهَا ا ْلمُ ّزمّلُ ُقمِ الّليْلَ ِإلّ قَلِيلً نِصْفَهُ َأوِ انقُصْ ِمنْهُ قَلِيلً َأوْ ِزدْ عََليْهِ َو َرتّلِ ا ْلقُرْآنَ تَ ْرتِيل‬

Hai orang yang berselimut (Muhammad),bangunlah (untuk sembahyang) di malam


hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit,atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu
dengan perlahan-lahan. (QS Al-Muzzammil: 1-4)

‫حيَ إَِل ْيكَ مِنَ ا ْلكِتَابِ وََأقِمِ الصّلَةَ إِنّ الصّلَةَ َت ْنهَى عَنِ ا ْلفَحْشَاء وَا ْلمُنكَرِ َوَلذِكْرُ الِّ َأ ْكبَرُ وَالُّ َيعْلَمُ مَا‬
ِ ‫اتْلُ مَا أُو‬
َ‫ص َنعُون‬ْ َ‫ت‬

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 45)

.karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an... (QS Al-Muzzammil: 20)

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya.


Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-
Qiyamah:17-18)

http://orido.wordpress.com 3
Doa dan Adab

Selain itu di dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita menemukan begitu banyak
dalil yang memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran, bahkan diberi semangat
dengan pahala yang berlipat, meski kita tidak memahami apa yang kita baca itu. Di
antaranya yang paling populer adalah:

‫من قرأ حرفا من كتاب ال فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها ل أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولم حرف‬
‫وميم حرف‬

Dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca satu
huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan
dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf,
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirimizy dan
Baihaqi)

Al-Quran yang Berbahasa Arab

Seluruh ulama dan umat Islam sepakat bahwa yang disebut dengan Al-Quran adalah
yang berbahasa Arab, bukan terjemahnya. Terjemah dari Al-Quran bukan Al-Quran.
Sehingga bila terjemahan itu dibaca, tidak mendatangkan pahala secara khusus.

Berbeda dengan teks aslinya dalam bahasa Arab yang mendatangkan pahala. Tiap
hurufnya mendatangkan pahala yang dilipat-gandakan dengan 10 kebaikan.

Bukti bahwa terjemahanan itu bukan Al-Quran adalah bahwa terjemahan itu
mungkin saja berbeda-beda antara satu versi dengan versi lainnya. Setiap negeri
bisa saja punya terjemahan Al-Quran yang berbeda-beda.

Padahal yang namanya kitab suci itu tidak boleh berubah-ubah dan berbeda-beda.
Jangan samakan Al-Quran sebagai kitab suci dengan komik Tin-tin yang
diterjemahkan ke sekian puluh bahasa. Sementara tiap bahasa punya rasa yang
berbeda-beda. Perbedaan rasa bahasa ini tentu saja sangat mempengaruhi makna
dan pengertian.

Bila suatu buku diterjemahkan ke dalam bahasa lain, ada sekian banyak rasa
bahasa yang hilang di dalamnya. Otomatis pesan-pesan yang terkandung di
dalamnya akan mengalami korupsi dan degradasi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204
Artikel Buletin An-Nur :

Kita Dan Al Qur'an


Rabu, 07 April 04

http://orido.wordpress.com 4
Doa dan Adab

AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN


1. Al-Qur’an Merupakan Obat dan Rahmat

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian” (QS. 17:82)

2. Al-Qur’an adalah Petunjuk dan Cahaya.

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya


ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang
itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS. 5:16)

3. Al-Qur’an Merupakan Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman, bahwa


Mereka Memperoleh Pahala yang Besar.

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. 17:9)

4. Al-Qur’an Merupakan Hikmah yang Amat Agung.

“Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-
bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur’an yang penuh hikmah”. (QS. 3:58)

5. Al-Qur’an Merupakan Peringatan dan Pelajaran.

“Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada anca-man-
Ku”. (QS. 50:45)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10:57)

6. Al-Qur’an adalah Ruh dan Kehidupan

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al-Qur’an) dengan


perintah Kami”.

7. Al-Qur’an Merupakan Samudra Ilmu Pengetahuan dan Penjelasan

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang


terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Rabblah mereka dihimpunkan”. (QS. 6:38)

"Dan sesungguhnya Kami telah meng-ulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an


ini bermacam-macam perumpa-maan. Dan manusia adalah makhluk yang paling
banyak membantah.” (QS. 18:54)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.
16:89)

http://orido.wordpress.com 5
Doa dan Adab

8. Allah Telah Bersumpah dengan Al-Qur’an dan Menyifatinya dengan


Kemuliaan.

“Qaaf Demi Al-Qur’an yang sangat mulia”. (QS. 50:1)


Selanjutnya Allah memerintahkan hambaNya untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Dia
menyifati orang yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an sebagai orang yang gelap
hatinya dan buta nuraninya.
“Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci” (QS. 47:24)
Apa yang telah disebutkan di atas merupakan penjelasan tentang betapa agung dan
mulianya keberadaan Al-Qur’an, serta besarnya keutamaan orang yang menaruh
perhatian terha-dapnya, baik itu dengan membaca, menghafal, mempelajari,
memahami serta mengamalkan serta mengajar-kannya.

Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,


“Berkatalah orang-orang kafir, “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”.
Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang
yang mempunyai ilmu Al-Kitab”. (QS. 13:43)
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda,
“Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.”(HR. Al-Bukhari)

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan


shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi," (QS. 35:29)
Nabi telah bersabda,
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesung-guhnya ia akan datang pada Hari Kiamat
sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim)
Dan sabdanya yang lain,
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka dia bersama para malaikat yang
mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata serta
ia mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an,
Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya,
[ii]“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan
satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah
aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu
huruf dan miim satu huruf.” (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan, “Hasan shahih”)

Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an,
“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an,
ibarat rumah kosong dan rusak.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan Shahih”)

Adab-Adab Membaca Al-Qur’an

• Mengikhlaskan niat dalam membaca Al-Qur’an semata-mata karena Allah,


sebagaimana juga yang dituntut dalam ibadah-ibadah yang lain.

http://orido.wordpress.com 6
Doa dan Adab

• Bersuci dan bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an.

• Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti kamar


mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub.

• Berlindung kepada Allah dari syetan ketika memulai membaca-nya yaitu


mengucap ta’awudz atau isti’adzah.

• Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali surat At-Taubah.

• Membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai kemampuan, juga hendak-nya


membaca dengan memelas, khusyu’ dan disertai tangisan.

• Bersujud ketika melewati ayat-ayat Sajadah.

• Menghentikan bacaan ketika ke luar angin, menguap dan merasa ngantuk.

• Membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum


dalam ilmu tajwid.

• Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya dan meng-


gambarkan seolah-olah Allah sedang berfirman dengan bacaan tersebut.

• Disunnahkan bagi yang membaca Al-Qur’an, ketika melewati ayat-ayat


tentang rahmat supaya memohonnya kepada Allah, dan berlindung kepada-
Nya tatkala melewati ayat-ayat adzab.

Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an

Apabila kita mau memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa
masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu
amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya.

Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mau membaca Al-Qur’an
seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja,
ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak
jarang pula di anta-ranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan
memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya.

Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian
ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat
tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman
dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini
adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin.

Ada beberapa bentuk sikap menjauhi Al-Qur’an, di antaranya sebagaimana


dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayim adalah sebagai berikut:

• Tidak mau mendengarkan, meng-imani dan perhatian terhadapnya.

• Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan
apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepada-nya.

http://orido.wordpress.com 7
Doa dan Adab

• Tidak mau berhukum dan memu-tuskan perkara dengannya, baik dalam


masalah ushul (pokok) agama maupun cabang-cabangnya.

• Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari apa yang dike-


hendaki oleh Allah dalam firman tersebut.

• Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagi


penyakit hati.
Keseluruhan yang telah tersebut di atas, masuk pada kategori firman Allah,
“Berkatalah Rasul, “Ya Rabbku, sesung-guhnya kaumku telah menjadikan
Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuh-kan”. (QS. 25:30)

Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpe-dulian) tersebut antara satu dengan yang lain
berbeda-beda tingkatannya.

Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka
membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemu-dian
mengamalkannya, amin ya Rabbal ‘alamain.

Sumber : Buletin, “Haluna Ma’al Qur’an, Al-Qism, Al-Ilmi Darul Wathan.


Abu Abdillah Tata)

Netter Muslim yang dimuliakan Allah.


Setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya.
Kesempatan kita saat ini untuk turut berdakwah adalah menyampaikan Buletin ini
kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77

Artikel Buletin An-Nur :

Adab Terhadap Al-Quran


Rabu, 03 Maret 04

Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan


keutamaannya di atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah
yang di dalamnya tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus
dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan
hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan
orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala.

Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi
keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam :
"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya."
(HR. Bukhari).

Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-Qur'an


itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)." (HR.

http://orido.wordpress.com 8
Doa dan Adab

Muslim).

Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan
apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq
terhadapnya. Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan
adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca
Al-Qur'an:

• Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan
dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan
dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis,
diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang
yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan
mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang
utama. (At-Tibyan, hal.58-59).

• Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati
ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti
dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan).
Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-
Qur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah
memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap
satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan
Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka
mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.

• Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita atau


menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa
dan perasaan. Rasulullah n bersabda:
"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka
usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR. Al-
Bazzar).
Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-
sifat hambaNya yang shalih:
" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).

• Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Di dalam hadits lain dijelaskan:
"Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur'an" (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Maksud hadits di atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang
jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak
sampai keluar dari ketentuan kaidah Tajwid.

• Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan bila kamu akan membaca Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan
kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98).
Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus
membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca

http://orido.wordpress.com 9
Doa dan Adab

isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak
usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.

• Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti


dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di
dalamnya. Firman Allah Ta'ala:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, ataukah hati mereka
terkunci? (Muhammad: 24).

• Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan
tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat
yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara
khusyu'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an,
sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi,
Nasa'i, dan Ahmad).
Dalam hadits lain dijelaskan:
"Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka
janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari
kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-
Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih
dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).
Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita
tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah
membaca Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam,
yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat
malam.

• Dengarkan bacaan Al-Qur'an


Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka dengarkanlah bacaannya itu
dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga
kamu diberi rahmat" (Al-A'raaf: 204).

• Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian.


Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu
secara bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan
tenang. Rasulullah n bersabda:
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka
membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas
mereka ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat
menyertai mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan
(malaikat) yang ada di sisiNya." (HR. Abu Dawud).

• Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan,


bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka
berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas
selesainya membaca Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan
dari Anas bin Malik radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam
membaca Al-Qur'an, ia mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu
Dawud).

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan
harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya,

http://orido.wordpress.com 10
Doa dan Adab

dipahami dan dilaksanakan sebagai konsekuensi kita beriman ke-pada Al-Qur'an.


(Abu Habiburrahman)

Sumber:
Kitab Minhajul Muslim
Fiqih Sunnah
At-Tibyan Fi Adaabi Hamlatil Qur'an

http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0

Disunnahkan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an


Rabu, 31 Maret 2004 11:46:25 WIB

DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah membaca Al-Qur’an
itu wajib atau sunnah ? Dan apa hukum meninggalkannya, apakah haram atau
makruh ?.

Jawaban.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi,


diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat
dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah
kehendaki dari penurunannya. Manusia terkadang suka meninggalkan Al-Qur’an, dia
tidak beriman, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikannya. Terkadang dia
mengimaninya, namun tidak mempelajarinya. Terkadang dia mempelajarinya,
namun tidak membacanya. Terkadang dia membacanya, namun tidak men-
tadabburinya. Terkadang tadabbur sering ia lakukan, namun ia tidak
mengamalkannya. Ia tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya dan tidak
mengharamkan apa yang diharamkannya. Dia tidak menjadikannya sebagai
sandaran dan rujukan hukum. Dia juga tidak berobat dengannya dari penyakit-
penyakit hati dan jasmani. Maka hajrul Qur’an (meninggalkan Al-Qur’an) terjadi
dari seseorang sesuai dengan kadar keberpalingan dia darinya, sebagaimana yang
telah dijelaskan.

Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah dalam (rangka menyelamatkan)


dirinya dan hendaknya dia berkemauan keras untuk mengambil manfaat dari Al-
Qur’an dalam segala hal yang memungkinkan serta hendaklah dia mengetahui
bahwa dia akan kehilangan dari mendapatkan kebaikan sesuai kadar hujran yang
dia lakukan.

http://orido.wordpress.com 11
Doa dan Adab

Adapun membacanya, maka itu disyari’atkan dan disunnahkan memperbanyak


membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi


wa sallam.

TIDAK PATUT MENINGGALKAN MEMBACA AL-QUR’AN

Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seorang telah belajar
membaca Al-Qur’an, akan tetapi sudah lewat satu tahun dia tidak membacanya
lagi. Apa hukum syari’at terhadap meninggalkannya itu.

Jawaban.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan sahabatnya, wa ba’du.

Tidak pantas (tidak patut) hal itu terjadi dan kewajiban ahli ilmu yang berada di
sekitarnya menasihati dia dan menjelaskan keutamaan membacanya, men-
tadabburi-nya dan mengambil pelajaran darinya. Mudah-mudahan dia menerima
nasihat itu dan mau membacanya lagi.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi


wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm

Ta'awudz dan Basmalah tidak Perlu untuk Membaca Al-Qur'an?


Rabu, 14 Jun 06 10:32 WIB

Ass. wr. wb.,

Ustadz mohon maaf apabila pertanyaan ini sudah pernah ada yang menanyakan.
Saya mau menanyakan tentang kebenaran isi dari tabloid Khalifah, penerbit PT
Khalifah Indomedia Pratama. Alamat Redaksi Jl. Raya Ragunan no. 27 Pasar Minggu
Jakarta 12450.

Saya punya edisi 29/Th II/2006. Di rubrik kalam dikatakan bahwa ta'awwudz dan
basmalah tidak perlu dibaca untuk membaca Al-Qur'an. Di tabloid ini juga
merumuskan juz al-Qur'an yang harus dibaca seseorang berdasarkan nama dan
tanggal lahir seseorang.

Mohon penjelasan ilmiah dari ustadz. Jazakallah khair.

http://orido.wordpress.com 12
Doa dan Adab

Ibnjarh
ibnjarh

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Membaca ta'awwudz yaitu lafadz a'udzu billahi minasysyaithanirrajib adalah


sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca Al-
Quran. Dalilnya adalah firman Allah SWT berikut ini:

ِ‫شيْطَانِ الرّجِيم‬
ّ ‫س َت ِعذْ بِالّ مِنَ ال‬
ْ ‫فَِإذَا قَرَ ْأتَ ا ْلقُرْآنَ فَا‬

Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada


Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS An-Nahl: 98)

Demikian juga dengan bacaan basmalah, yang memang juga sangat dianjurkan
untuk dibaca pada setiap kesempatan. Salah satunya pada saat hendak membaca
Al-Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫كل أمر ذي بال ل يبدأ فيه ببسم ال الرحمن الرحيم أقطع‬

Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka amal itu terputus.

Juz Al-Quran Berdasarkan Tanggal Lahir

Sejarah pengumpulan dan penyusunan Al-Quran secara tegas telah menceritakan


kepada kita bahwa jumlah juz dalam Al-Quran adalah 30 buah. Masing-masing
disusun dengan berdasarkan bagian-bagian yang memudahkan untuk memilahnya.

Namun sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing-masing juz itu
terkait dengan tanggal kelahiran seseorang. Rasulallah SAW dan para shahabat
hingga para tabi'in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak
pernah mengaitkan urutan juz dalam Al-Quran dengan tanggal kelahiran seseorang.

Perbuatan ini tidak lebih dari bid'ah yang dibuat-buat oleh para zindiq yang
bertujuan mengacaukan ilmu Al-Quran. Dan hanya orang awam saja yang akan
tertipu dengan pola pembagian juz Al-Quran dengan menggunakan tanggal
kelahiran.

Bahkan ketika diembel-embeli bahwa tiap orang punya juz tersendiri di dalam Al-
Quran, maka kepercayaan itu tidak lebih dari khurafat yang harus diberantas.

Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319

http://orido.wordpress.com 13
Doa dan Adab

Artikel Buletin An-Nur :

Merenungkan Isi Al-Qur’an


Jumat, 18 Maret 05

Merenungkan makna al-Qur'an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi


dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah
melunak dengan kalam Rabbnya, konsentrasi dalam mendengarkan dan
menghadirkan segenap hati terhadap makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara
kepadanya, memperhatikan kekuasaan Nya, meninggalkan ketergantungan
terhadap pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa keberdayaan dan kekuatan
diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan
kemampuan pemahaman nya. Dengan kondisi yang istiqamah dan hati yang bersih,
dengan kekuatan ilmu, kesungguhan pendengaran untuk memahami firman-Nya,
seakan-akan menyaksikan jawaban yang Ghaib. Juga dengan doa orang yang
merendah diri, merasa banyak kekurangan dan merasa miskin, serta dengan
menanti pertolongan dari Dzat yang Maha Menolong dan Maha Tahu, dan dengan
memohon pertolongan kepada-Nya agar bacaannya membawa dirinya kepada
pemahaman makna. Dia menghadirkan sifat dari Dzat yang berbicara , berupa
janji-Nya dengan penuh kerinduan, ancaman-Nya dengan perasaan takut dan
peringatan-Nya dengan kesungguhan.

Allah subhanahu wata’alaberfirman,


”Orang-orang yang telah kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya
dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.” (QS.al-
Baqarah:121)

Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau mendalam ilmunya, semoga
Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk golongan orang seperti ini.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang
benar).” (QS. al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197)

Selayaknya bagi orang yang membaca al-Qur'an untuk meresapi setiap ayat sesuai
dengan konteksnya, serta berusaha memahaminya. Jika dia membaca ayat,artinya,
“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi.” (QS.al:An'am:1).
Maka hendaknya dia menyadari betapa agungnya Allah subhanahu wata’ala, dan
terlintas di benaknya kekuasaan Allah subhanahu wata’alaƒndan segala apa yang
Dia kehendaki. Kemudian jika membaca ayat, artinya,
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.” (QS. 56:58)

Maka hendaknya berfikir bagaimana nuthfah (air mani) dapat berubah menjadi
bagian-bagian daging dan tulang. Dan jika membaca ayat tentang keadaan orang-
orang yang diadzab hendaknya merasakan takut tertimpa, jika lalai dari
mengerjakan perintah-perintah Allah.

Dan selayaknya seseorang yang membaca al-Qur'an mengetahui bahwa dirinya


adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Qur'an itu, dan
dirinyalah yang mendapat ancaman. Dan kisah-kisah yang ada bukan sekedar
membawakan cerita belaka, namun ia memberikan pelajaran. Maka ketika itu dia
membaca al-Qur'an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang
menjadi sasaran dari tulisan tuannya. Maka hendaklah dia merenungkan al-Kitab

http://orido.wordpress.com 14
Doa dan Adab

dan mengamal kan apa yang menjadi tuntutannya. (MukhtasharMinhaj al-Qasidin,


halaman 68)

Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Merupakan kewajiban bagi siapa saja


-yang dikhususkan oleh Allah dengan menghafal al-Qur'an- agar membaca dengan
bacaan yang sebenarnya (haqqa tilawatih), mentadabburi dengan hakikat ibrah dan
pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang asing
baginya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/ 2)

Al-Hakim at-Tirmidzi rahimahullah berkata tentang kemuliaan al-Qur'an,


"Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan dan tartil, dan merupakan
kemuliaan al-Qur'an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan
dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang difirmankan itu.
Termasuk memuliakan al-Qur'an juga hendaknya berhenti pada ayat-ayat janji
(wa’d) dan berharap kepada Allah subhanahu wata’ala serta memohon keutamaan
dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (wa'id) dan memohon perlindungan kepada
Allah darinya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/27, dan dinisbatkan ke kitab Nawadir
al-Ushul)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Apabila membaca al-Qur'an dengan


tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat
itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu
meskipun seratus kali, bahkan meskipun semalam suntuk. Karena membaca satu
ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada menghatamkan bacaan
dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih bermanfaat bagi hati,
lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa
manisnya al-Qur'an.” (Miftah Dar as-Sa'adah, hal 402)

Ibnu Muflih rahimahullah berkata, "Berkata al-Qadhi, "Kriteria minimal tartil adalah
dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Qur’an, dan yang sempurna
adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu, memahaminya, serta
mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih
baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.”

Sementara Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Seseorang yang


membaca al-Qur'an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan
rasa takut dan dengan tadabbur, dan ini merupakan makna dari sabda Nabi, "Tidak
pernah Allah menyeru dengan sesuatu seperti menyerunya kepada Nabi agar
membaguskan suara dan memperindah dalam membaca al-Qur'an dengan
mengeraskannya." (HR. al-Bukhari no.5024, Muslim no. 297,233, an- Nasai, 2/180,
Abu Dawud no.1473 dari hadits Abu Hurairah). (al-Adab asy- Syar'iyyah).

Imam as-Suyuthim rahimahullah menyifati wukuf (merenungi) makna-makna al-


Qur'an dengan perkataannya, "Hendaknya hati sibuk memikirkan makna-makna ayat
yang dilafazhkan, sehingga mengetahui masing masing ayat, lalu merenungkan
perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima
itu semua. Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap
masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat rahmat
maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut
dan meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih
kepada Allah subhanahu wata’ala,ƒnmaka hendak nya menyucikan dan
mengagungkan-Nya, atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah
diri dan memintanya. (al-Itqan fi Ulum al-Qur'an 1/ 140)

http://orido.wordpress.com 15
Doa dan Adab

Berkata al-’Allamah as-Sa'di rahimahullah, "Dan selayaknya dalam masalah itu


(membaca al-Qur'an) hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan
lafazh adalah sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat
kepada siyaqul kalam (arah pembicaraan) serta kepada siapa pembicaraan itu
ditujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca itu dengan pendapatnya
dalam tempat (ayat) yang lainnya. Dan hedaknya dia mengetahui bahwa al-Qur'an
ditujukan untuk memberi petunjuk kepada manusia baik yang 'alim maupun yang
bodoh, yang ada di kota maupun yang ada di pelosok. Barang siapa yang
mendapatkan taufik untuk itu maka tidak ada yang tersisa pada dirinya kecuali
akan memberikan perhatian untuk mentadabburi dan memahaminya, akan banyak
memikirkan lafazh dan maknanya, kewajiban-kewajiban dan kandungan nya, serta
petunjuknya baik yang diucapkan atau yang difahami. Jika seorang memang telah
mencurahkan seluruh perhatian dalam masalah ini maka Allah subhanahu wata’ala
akan memuliakan sebagian di antara hamba-Nya, dan Allahƒnsubhanahu wata’ala
tentu akan membukakan ilmu-Nya berupa hal-hal yang tadinya tidak mampu dia
usahakan. (Taisir al-Karim ar-Rahman, 12)

Oleh karena itu selayaknya keinginan atau motivasi terbesar orang shalih, baik di
bulan Ramadhan atau selainnya, adalah berapa banyak al-Qur'an memberikan
pengaruh dalam sikap? Bukan sekedar berapa banyak menghatamkan al-Qur'an.

Sumber: kitab, “Tadabbur al-Qur’an” karya Salman bin Umar al-Sunaidy

http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-
quran-bolehkah.html
Posted on 22-07-2007
TIDAK TARTIL DALAM MEMBACA AL-QURAN, BOLEHKAH?
Filed Under (Tanya Jawab Aktual) by salam on 22-07-2007

Tanya: Semenjak mendekati bulan Ramadhan ini saya biasakan untuk mengaji
sendiri di rumah. Saya sudah mengenali huruf dan tanda baca al-Qur’an. Tetapi
saya mengajinya kurang fasih. Bagaimana hukumnya bila saya salah melafalkan
ayat-ayat suci al-qur’an tanpa saya sengaja? mohon jawaban.

Jawab: Mas, saya ucapkan selamat atas keberhasilan mas yang sudah mengenali
huruf dan tanda baca al-Qur’an.

Dalam membaca al-Qur’an disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan
membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan-
angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. Allah SWT berfirman.
“Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil:4) dan firman-
Nya “Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya”. (QS. Shad:27)

Adapun apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan
tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa. Namun bukan berarti boleh terus
membaca apa adanya. Anda harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan
membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid. Karena
kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu akan merubah makna
dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling

http://orido.wordpress.com 16
Doa dan Adab

urgen dalam membaca al-Qur’an yaitu bertadabbur (mengangan-angan) akan


makna dan maksud setiap ayat. (Mutamakkin Billa)

http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0

Hukum Tidak Membaca Al-Qur'an


Selasa, 19 Juni 2007 14:23:38 WIB

HUKUM TIDAK MEMBACA AL-QUR'AN

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa nasehat Syaikh yang mulia
kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya selama sebulan bahkan berbulan-
bulan tetapi tidak pernah menyentuh Kitab Allah sama sekali tanpa udzur. Dan,
salah seorang di antara mereka akan anda dapatkan sibuk mengikuti edisi-edisi
Majalah yang tidak bermanfa'at?

Jawaban
Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak bacaan
terhadap Kitabullah disertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf
ataupun hafalan. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran," [Shad : 29]

Dan firmanNya,

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan


mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." [Fathir :29-30]

Tilawah yang dimaksud mencakup bacaan dan Ittiba' (pengamalan), bacaan dengan
tadabbur dan pemahaman, sedangkan ikhlash kepada Allah merupakan sarana di
dalam Ittiba ' dan di dalam tilawah tersebut juga terdapat pahala yang besar,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

"Artinya : Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai
penolong bagi orang-orang yang membacanya."[1]

http://orido.wordpress.com 17
Doa dan Adab

Dan dalam sabda beliau yang lain,

"Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur 'an dan
mengajarkannya." [2]

Dan dalam sabda beliau yang lain,

"Artinya : Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan
mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali
lipatnya, aku tidak mengatakan 'Alif Laam Miim ' sebagai satu huruf, akan tetapi
'Alif sebagai satu huruf, 'Laam ' sebagai satu huruf dan 'miim ' sebagai satu
huruf."[3]

Demikian pula telah terdapat hadits yang shahih dari beliau, bahwasanya beliau
bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash,

"Bacalah Al-Qur 'an setiap bulannya. " Dia (Abdullah bin Amr bin Al-Ash) berkata,
"Aku menjawab, 'Aku menyanggupi lebih banyak dari itu lagi.' Lalu beliau bersabda
lagi, 'Bacalah setiap tujuh malam sekali."[4]

Para sahabat Nabi mengkhatamkannya pada setiap seminggu sekali.

Wasiat saya kepada semua para Qari Al-Qur'an agar memperbanyak bacaan Al-
Qur'an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala disertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu. Dan,
hendaknya pula dapat mengkhatamkannya setiap bulan sekali dan bila ada
keluangan, maka lebih sedikit dari itu lagi sebab yang demikian itulah kebaikan
yang banyak. Boleh mengkhatamkannya kurang dari seminggu sekali dan yang
utama agar tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga hari sekali karena hal seperti
itu yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdullah
bin Amr bin Al-Ash dan karena membacanya kurang dari tiga hari akan
menyebabkan keterburu-buruan dan tidak dapat mentadabburinya.

Demikian juga, tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci,
sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa-apa
sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu'.

Sedangkan orang yang sedang junub, maka dia tidak boleh membacanya baik
melalui mushaf ataupun secara hafalan sampai dia mandi bersih dulu. Hal ini
berdasarkan riwayat Imam Ahmad dan para pengarang buku-buku As-Sunan dengan
sanad Hasan dari 'Ali , bahwasanya dia berkata, "Tidak ada sesuatupun yang
menahan (dalam versi riwayat yang lain: menghalangi) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, dari membaca Al-Qur'an selain jinabah."

Wa billahi at-Tawfiq.

[Fatawa al-Mar'ah, h.96-97, Dari fatwa Syaikh ibn Baz]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama. Al-Balad Al-
Haram, Edisi Indonesia, Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Musthofa Aini,
Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. HR. Muslim, Shalah al-Musafirin (804).
[2]. HR. Al-Bukhari, Fadha’il al-Qur’an (5027).
[3]. HR. At-Tirmidzi, Fadha'il al-Qur 'an (2910).

http://orido.wordpress.com 18
Doa dan Adab

[4]. HR. Al-Bukhari, Fadha 'il al-Qur'an (5052); Muslim, ash-Shiyam (1159).

http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0

Berusahalah Untuk Memperbaiki Bacaan Al-Qur'an


Kamis, 21 April 2005 08:04:57 WIB

BERUSAHALAH UNTUK MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR'AN

Oleh
Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.
Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Saya asli orang Yaman, sudah
sepuluh tahun menetap di Saudi. Kedua orang tua saya sudah meninggal dunia dan
saya senang sekali membaca Al-Qur'an Al-Karim, saya sering membacanya di
masjid, namun pada ayat-ayat tertentu saya tidak bisa melafalkannya dengan
benar (fasih), dikarenakan saya tidak pernah duduk di bangku sekolah. Apakah
bacaan Al-Qur'an Al-Karim yang saya lakukan dengan seadanya, masih banyak salah
dalam sebagian ayat menimbulkan dosa bagi saya ? Saya mohon penjelasan.

Jawaban
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba'du

Berusahalah untuk memperbaiki bacaanmu dengan cara belajar kepada salah


seorang ahli Al-Qur'an (Al-Qura) yang sudah mu'tabar (dianggap keberadaannya) dan
perbanyaklah membaca apa-apa yang telah engkau kuasai di masjid dan di tempat
lain. Bila engkau berusaha untuk itu, maka pasti Allah memudahkan urusanmu.
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Orang yang mahir (membaca) Al-Qur'an, dia bersama para malaikat yang
mulia lagi jujur, dan orang yang membacanya sambil terbata-bata serta mengalami
kesulitan, maka dia mendapatkan dua pahala". [1]

Wabillah at-taufiq wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi


wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur'an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur'an, Penyusun
Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Bagian dari hadits riwayat Muslim dan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha No. 244-(898), Kitab
Shalah Al-Musafirin wa Qashruha, bab 38

http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0

http://orido.wordpress.com 19
Doa dan Adab

Wajib Sungguh-Sungguh Dalam Mengeluarkan Semua Huruf Dari


Makhrajnya
Rabu, 13 April 2005 13:01:51 WIB

WAJIB BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENGELUARKAN SEMUA HURUF DARI


MAKHRAJNYA

Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana hukum orang yang
tidak mampu melafalkan huruf [dhadh] dari makhrajnya. Orang-orang berselisih
dalam masalah ini, di antaranya mereka ada yang mengatakan bahwa orang yang
tidak mampu mengucapkan [dhadh] harus melafalkan [zha’], ada pula yang
berpendapat bahwa dia harus melafalkan [dal], tolonglah beri kami penjelasan
yang benar.

Jawaban
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du

Wajib bagi orang yang tidak mampu melafalkan [dhadh] dari makhrajnya berusaha
semaksimal mungkin dan mengerahkan kemampuannya untuk melatih lidah
melafalkan [dhadh] dari makhrajnya dan mengucapkannya dengan ucapan yang
benar. Bila ia tetap tidak mampu padahal sudah berusaha semampunya, maka dia
itu dimaafkan dan tidak ada kewajiban. Kecuali mengucapkan sesuai
kemampuannya. Dia tidak dibebani mengucapkannya menjadi huruf [zha’] atau
[dal] secara khusus, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai kemampuannya” [Al-Baqarah


: 286]

Dan firmanNya.

“Artinya : Dan dia tidak menjadikan sedikit kesulitanpun atas kalian di dalam
agama (ini)” [Al-Hajj : 78]

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi


wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm

Bisakah Mengaji Lewat MP3 Player?

http://orido.wordpress.com 20
Doa dan Adab

Kamis, 4 Mei 06 12:37 WIB

Asslamu'alaikum,

Pak Ustadz yang saya hormati, saya ada beberapa pertanyaan.

Saya seorang pekerja yang sibuk dan saya sadar saya harus memiliki ilmu agama
makanya saya memiliki MP3 yang berisi tilawah Al-Qur'an dan saya mengikuti
bacaan dari MP3 itu dengan Al-Qur'an yang saya miliki sendiri, bolehkah hal itu saya
lakukan?

Saya harapkan jawaban dari pak Ustadz dan atas perhatiaanya saya ucapkan terima
kasih.

Wassalamu'alaikum

Taufiq
pengawal_fajar

Jawaban

Assalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh,

Belajar membaca Al-Quran memang bisa dibantu lewat fasilitas multimedia, seperti
yang anda sebutkan. Ada beberapa keunggulan yang bisa anda petik dari
mendengarkan bacaan Al-Quran lewat MP3 itu. Misalnya, pendengaran anda akan
lebih terlatih menyimpan memori bacaan Al-Quran yang baik dan benar. Terutama
bila qari'-nya memang seorang yang berkualitas dari segi bacaan. Dan tentunya bila
dilakukan dengan frekuensi yang cukup tinggi.

Suara bacaan Al-Quran yang baik dan standar itu, bila diterus menerus
didengarkan, secara alam bawah sadar akan terekam di dalam memori otak.
Rekaman di otak ini penting, sebagai modal buat kita yang mendengarkan untuk
bisa menirukannya, dengan bacaan yang sama.

Sebenarnya kalau kita telusuri sejarah, akan kita dapati bahwa pengajaran bacaan
Al-Quran lebih awal dengan oral system, ketimbang dengan cara mengeja dari
huruf-hurufnya. Dan memang umumnya bangsa Arab di masa lalu buta huruf,
namun tetap mampu membaca Al-Quran dalam arti mampu membunyikannya
dengan benar. Bukan dengan mengeja huruf-hurufnya. Maka Al-Quran yang terdiri
dari 6.000-an ayat lebih itu pun mereka hafal di luar kepala. Meski mereka tidak
mampu mengeja hurufnya.

Dan memang yang lebih penting dari Al-Quran itu bukan semata-mata kemampuan
kita mengejanya, melainkan mampu membunyikannya dengan benar, sesuai dengan
hak masing-masing huruf. Seseorang mampu membaca Al-Quran tanpa mengeja,
berarti dia hafal Al-Quran. Dan hal itu tentu lebih utama dari sekedar mampu
mengeja hurufnya semata.

Di masa lalu, para ahli Al-Quran itu identik dengan penghafal Al-Quran. Boleh jadi
mereka buta huruf, tetapi yang penting mereka mampu membunyikan tiap ayat Al-
Quran dengan sempurna.

http://orido.wordpress.com 21
Doa dan Adab

Namun di masa lalu, oral system ini berhasil lantara ada guru yang berfungsi selain
memasukkan memori suara bacaan, juga melakukan evaluasi dan perbaikan-
perbaikan secara real time. Seorang murid bukan hanya diminta mendengarkan
bacaan guru, tetapi pada saat yang sama, sang guru langsung mengevaluasi bacaan
muridnya. Murid diminta untuk membacanya, lalu si guru saat itu juga mengoreksi
bila masih ada yang salah. Bahkan dalam hal ini, yang lebih menonjol adalah
aktifitas murid. Sebab merekam lebih mudah daripada memainkan atau
membunyikan.

Maka fungsi sang guru yang tidak mungkin tergantikan oleh MP3 dan beragam
perangkat multi media yang lainnya terletak di sini. Hingga hari ini belum ada
program cerdas (artificial inteligent) yang bisa secara interaktif mampu
mendengarkan dan mengevaluasi bacaan murid, lalu menegurnya dan
membetulkannya saat itu juga.

Jadi memang tidak salah bila anda memanfaatkan MP3 player untuk belajar Al-
Quran, tapi ketahuilah bahwa masih ada satu fungsi mendasar yang belum bisa
dicover olehnya. Yaitu fungsi untuk mengevaluasi atau membetulkan bacaan si
murid. Padahal fungsi ini sangat vital dan tidak mungkin ditinggalkan. apalagi
artinya belajar Al-Quran, kalau tidak mampu mengoreksi bacaan yang salah?

Jadi sampai hari ini, rasanya anda masih membutuhkan guru berupa manusia biasa,
yang mampu dengan cerdas memeriksa dan mengevaluasi bacaan anda, lalu
membetulkan bahkan melakukannya berulang-ulang hingga bacaan anda memenuhi
standar baku pembacaan Al-Quran.

Mungkin suatu ketika, bila para ahli programmer komputer sudah mampu membuat
program belajar baca Al-Quran yang bersifat interaktif, insya Allah anda bisa
memanfaatkannya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0

Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an


Rabu, 22 September 2004 22:45:17 WIB

PERBAIKILAH NIAT ANDA DAN PERBANYAKLAH MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an.

http://orido.wordpress.com 22
Doa dan Adab

Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya
hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini.
Semoga Allah membalas kebaikan Anda ?

Jawaban.
Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim
Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-
Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-
Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [1]

Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca.


Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-
ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila
engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap).

Ringkasnya adalah :

[1]. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman.

“Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282]

[2]. Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an).

[3]. Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat
lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan
yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791)
Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0

Membaca Al-Qur'an Bagi Wanita Haid


Senin, 12 Juli 2004 22:18:15 WIB

MEMBACA AL-QUR'AN BAGI WANITA HAID

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kami pernah mendengar fatwa
Anda yang menyatakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haid adalah

http://orido.wordpress.com 23
Doa dan Adab

tidak membaca Al-Qur'an kecuali untuk suatu kebutuhan, mengapa tidak membaca
Al-Qur'an yang lebih utama, sementara dalil-dalil yang ada menunjukkan hal yang
bertentangan dengan yang Anda katakan ?

Jawaban
Saya tidak tahu yang dimaksud oleh penanya, apakah ia menginginkan dalil-dalil
yang dijadikan alasan oleh yang melarangnya ataukah penanya ini mnginginkan
dalil-dalil yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Qur'an, tapi yang perlu
saya sampaikan di sini adalah bahwa ada beberapa hadits dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

"Artinya : Wanita haidh tidak boleh membaca suatu apapun dari Al-Qur'an".

Akan tetapi hadits-hadits seperti ini yang menyatakan larangan bagi wanita haidh
untuk membaca Al-Qur'an bukan hadits-hadits shahih, jika hadits-hadits tersebut
bukan hadits-hadits shahih, maka hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah
dan tidak boleh melarang wanita haidh membaca Al-Qur'an hanya berdasarkan
hadits-hadits yang tidak shahih ini, tapi adanya hadits-hadits seperti ini menjadikan
adanya syubhat, maka berdasarkan inilah kami katakan bahwa yang lebih utama
bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali jika hal itu
dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasi-
situasi lain yang serupa dengan guru dan pelajar itu.

[Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Makki, Ibnu Utsaimin, 2/278]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang
Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, hal. 60-61 terbitan Darul Haq penerjemah Amir Hamzah
Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0

Hukum Membaca Al-Qur'an Bagi Yang Sedang Junub


Kamis, 22 Juli 2004 21:20:23 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BAGI YANG SEDANG JUNUB

Oleh
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'

Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apa hukumnya membaca Al-qur'an dengan
hafalan atau dengan melihat mushaf bagi orang yang sedang junub?

Jawaban
Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Qur'an sebelum ia
mandi junub, baik dengan cara melihat Al-Qur'an ataupun yang sudah dihafalnya.
Dan tidak boleh baginya membaca Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci yang

http://orido.wordpress.com 24
Doa dan Adab

sempurna , yaitu suci dari hadats yang paling besar sampai hadats yang paling
kecil.

[Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta',5/328]

HUKUM MENYENTUH BUKU ATAU MAJALAH YANG DIDALAMNYA TERDAPAT AYAT-AYAT


SUCI AL-QUR'AN BAGI WANITA HAIDH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah diharamkan bagi orang yang
sedang junub, atau haidh untuk menyentuh buku-buku serta majalah-majalah yang
didalamnya terdapat ayat-ayat suci Al-Qur'an ?

Jawaban
Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak
berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayat-
ayat Al-Qur'an , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Qur'an .

[Majmu' Fatawa wa Rasai'il Asy-syaikh Ibnu Utsaimin]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang
Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan hal.64 terbitan Darul Haq Penerjemah Amir Hamzah
Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

Seyogyanya Menjaga Hafalan Al-Qur'an Sehingga Tidak Lupa


Sabtu, 5 Juni 2004 08:41:58 WIB

SEYOGYANYA MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN SEHINGGA TIDAK TERLUPAKAN.

Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang
menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan
siksa atau tidak ?

http://orido.wordpress.com 25
Doa dan Adab

Jawaban.
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling
utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang
meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang
tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata.

“Artinya : Jangalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya,
sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari
ikatannya” [1]

Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam
menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat
menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-
hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal
sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka
dia tidak berdosa.

Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian
lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi


wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-
Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

Hukum Mengucapkan Shadaqallahul Azhim Ketika Selesai


Membaca Al-Qur'an
Rabu, 21 Juni 2006 01:29:32 WIB

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM

Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum mengucapkan
“shadaqallahul azhim” setelah selesai membaca Al-Qur’an?

Jawaban

http://orido.wordpress.com 26
Doa dan Adab

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du.

Ucapan, “Shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al Qur’an adalah bid’ah, karena


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya, demikian juga para
khulafa’ur rasyidin, seluruh sahabat radhiyallaHu ‘anHum dan imam para salafus
shalih, padahal mereka banyak membaca Al Qur’an, sangat memelihara dan
mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan mendawamkan
pengucapannya setiap kali selesai membaca Al Qur’an adalah perbuatan bid’ah
yang diada – adakan.

Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

“Artinya : Barangsiapa membuat suatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam)
yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak” [Hadits Riwayat Bukhari
dalam Ash Shulh (2697) dan Muslim dalam Al Aqdhiyah(1718)

Hanya Allah-lah yang mampu memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, keluarga
dan para sahabatnya.

[Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah, fatwa no. 3303]

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM KETIKA SESELSAI MEMBACA AL-


QUR’AN

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya sering mendengar bahwa
mengucapkan “shadaqallahul azhim ketika selesai membaca Al-Qur’an adalah
perbuatan bid’ah. Namun sebagian orang yang mengatakan bahwa itu boleh,
mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Katakanlah : ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali-Imran : 95]

Kemudian dari itu, sebagian orang terpelajar mengatakan kepada saya, bahwa
apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menghentikan bacaan Al-Qur’an
seseorang, beliau mengatakan, “cukup” dan beliau tidak mengatakan,
‘shadaqallahul azhim”. Pertanyaan saya : Apakah ucapan “shadaqallahul azhim”
dibolehkan setelah selesai membaca Al-Qur’an Kairm. Sya mohon perkenan Syaikh
menjelaskannya.

Jawaban.
Mayoritas orang terbiasa mengucapkan, “Shadaqallahul ‘azhim” ketika selesai
membaca al Qur’an, padahal ini tidak ada asalnya, maka tidak boleh dibiasakan,
bahkan menurut kaidah syar’iyah hal ini termasuk bid’ah bila yang mengucapkan
berkeyakinan bahwa hal ini sunnah. Maka hendaknya ditinggalkan dan tidak
membiasakannya karena tidak adanya dalil yang menunjukkannya.

Adapun firman Allah Ta’ala.

http://orido.wordpress.com 27
Doa dan Adab

“Artinya : Katakanlah, ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali Imran : 95].

Bukan mengenai masalah ini, tapi merupakan perintah Allah Ta’ala untuk
menjelaskan kepada manusia bahwa apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa
Ta’ala itu benar yaitu yang disebutkan di dalam kitab – kitab-Nya yang agung yakni
Taurat dan lainnya, dan bahwa Allah Ta’ala itu Maha Benar dalam ucapan-Nya
terhadap para hamba-Nya di dalam kitab-Nya yang agung, al Qur’an.

Tetapi ayat ini bukan dalil yang menunjukkan sunnahnya mengucapkan,


“ShadaqallaH” setelah selesai membaca al Qur’an atau membaca beberapa ayatnya
atau membaca salah satu suratnya, karena hal ini tidak pernah ditetapkan dan
tidak pernah dikenal dari Nabi ShallallHu ‘alaiHi wa sallam dan tidak pula dari para
sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum.

Ketika Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu membaca awal Surat An-Nisa di hadapan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga sampai pada ayat,

“Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu”
(Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]

Beliau berkata pada Ibnu Mas’ud, “cukup”, Ibnu Mas’ud menceritakan, “Lalu aku
menoleh kepada beliau, ternyata matanya meneteskan air mata” [Hadits Riwayat
Al-Bukhari no. 5050)]

Maksudnya, bahwa beliau menangis saat disebutkannya kedudukan yang agung itu
pada hari Kiamat kelak, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tadi.

“Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu”
(Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]

Yaitu terhadap umat beliau. Dan sejauh yang kami ketahui, tidak ada seorang ahlul
ilmi pun yang menukil dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu bahwa ia mengucapkan
“shadaqallahul azhim” ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“cukup”. Maksudnya, bahwa, mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan ucapan
“shadaqallahu azhim” tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci. Tapi jika seorang
melakukannya sekali-kali karena kebutuhan, maka tidak apa-apa.

[Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Ibnu Baz (7/329-331]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-
Haram, Edisi Indonesia Fatwa – Fatwa Terkini Jilid 2, Penyusun : Syaikh Khalid al Juraisiy, Penerbit
Darul Haq, Jakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1424 H/Februari 2004 M]

http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0

Hukum Membaca Al-Qur'an Bersama-Sama, Membagi Bacaan Al-


Qur'an Untuk Orang-Orang Yang Hadir

http://orido.wordpress.com 28
Doa dan Adab

Sabtu, 30 September 2006 00:42:25 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA

Oleh
Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz

Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling
utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada dasarnya membaca Al-Qur'an haruslah dengan tatacara sebagaimana Rasullah


Shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkannya bersama para shahabat beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para
shabatnya bahwa mereka membacanya dengan cara bersama-sama dengan satu
suara. Akan tetapi mereka membacanya sendiri-sendiri atau salah seorang
membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya.

Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunnah para Al-
Khulafa'ur Rasyidun setelahku" [1]

Sabda beliau lainnya.

"Artinya : Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara kami ini (perkara agama)


yang tidak berasal darinya, maka dia itu tertolak" [2]

Dalam riwayat lain disebutkan.

"Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami
maka amalan tersebut tertolak" [3]

Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau


memerintahkan kepada Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan
kepadanya Al-Qur'an. Ia berkata kepada beliau. "Wahai Rasulullah, apakah aku akan
membacakan Al-Qur'an di hadapanmu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan
kepadamu?" Beliau menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain" [4]

BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA.

Jika yang dimaksud adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara
dengan 'waqaf' dan berhenti yang sama, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak
hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam maupun para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun apabila
bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut
tidak apa-apa.

Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al-
Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah
seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing
membaca sendiri-sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini
disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bahwasanya beliau bersabda.

http://orido.wordpress.com 29
Doa dan Adab

"Artinya : Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil
membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun
ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan
melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada
di sisi-Nya" [Hadits Riwayat Muslim] [5]

MEMBAGI BACAAN AL-QUR'AN UNTUK ORANG-ORANG YANG HADIR

Membagi juz-juz Al-Qur'an untuk orang-orang yang hadir dalam perkumpulan, agar
masing-masing membacanya sendiri-sendiri satu hizb atau beberapa hizb dari Al-
Qur'an, tidaklah dianggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al-Qur'an bagi
masing-masing yang membacanya. Adapun tujuan mereka dalam membaca Al-
Qur'an untuk mendapatkan berkahnya saja, tidaklah cukup. Sebab Al-Qur'an itu
dibaca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya, mengambil
pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan
dalam membacanya dan berbagai macam faedah-faedah lainnya [Lihat Fatwa
Lajnah Da'imah no. 3861]

[Disalin dari kitab Bida’u An-Naasi Fii Al-Qur’an, Edisi Indonesia Penyimpangan Terhadap Al-Qur’an
Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerjemah Ahmad Amin Sjihab, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Notes
[1]. Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no
42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh
Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676 dalam Al-Ilmu bab 'Maa Jaa'al Fil Akhdzi bis
Sunnati Wajtinabil Bida', ia mengatakan : 'Hadits ini hasan shahih. Al-Arna'uth berkata : 'Sanadnya
hasan. Lihat Syarhus Sunnah, 1/205 hadits no.102.
[2]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab 'Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash
Shulh Mardud' dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab 'Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu
Muhdatsatil Umur' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[3]. Diriwayatkan oleh Muslim no. 1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil
Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[4]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5050, dalam Fadhailul Qur'an, bab 'Barangsiapa mendengarkan
Al-Qur'an dari orang selainnya' dari hadits Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, 'Rasulullah berkata kepada
saya, bacakan Al-Qur'an untukku. Saya berkata, Wahai Rasulullah, apakah saya akan membacakannya
sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadamu.? Beliau menjawab, 'Ya' Maka sayapun membacakan
surat An-Nisa hingga pada ayat : "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad)
sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)". [An-Nisa : 41]. Beliau berkata, "Cukup". Saya
menoleh kepada beliau, ternyata kedua matanya sedang berlinang air mata." [Lihat Fatwa Lajnah
Da'imah no. 4394]
[5]. Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 2699 dalam kitab Dzikir dan Do'a, bab
'Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Aladz Dzikir dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.[Lihat
juga Fatawa Lajnah Da'imah no. 3302]

http://zahrotul.wordpress.com/2008/03/01/memuliakan-al-quran-bukan-
dengan-menciumnya/

Memuliakan Al-Qur`an Bukan Dengan Menciumnya


Ditulis pada Maret 1, 2008 oleh zahrotul
Kategori : Mutiara Kata
Memuliakan Al-Qur`an Bukan Dengan Menciumnya

http://orido.wordpress.com 30
Doa dan Adab

Petikan Nasihat dari Al-‘Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Al-Albani rahimahullahu

Al-Qur`an yang diturunkan oleh Rabbul ‘Alamin dari atas langit yang ketujuh adalah sebuah
kitab yang diagungkan keberadaannya oleh kaum muslimin. Mereka menghormatinya,
memuliakan, dan menyucikannya. Namun terkadang pengagungan dan penghormatan
tersebut tidaklah sesuai dengan yang semestinya. Artinya, mereka menganggap perbuatan
yang mereka lakukan merupakan bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap
Kalamullah, padahal syariat tidak menyepakatinya.
Satu kebiasaan yang lazim kita lihat di kalangan kaum muslimin adalah mencium/mengecup
mushaf Al-Qur`an. Dengan berbuat seperti itu mereka merasa telah memuliakan Al-Qur`an.
Lalu apa penjelasan syariat tentang hal ini? Kita baca keterangan Al-’Allamah Al-Muhaddits
Al-Imam Al-Albani t berikut ini.
Dalam keyakinan kami, perbuatan mengecup mushaf tersebut hukumnya masuk dalam
keumuman hadits:
ٌ‫للَة‬
َ َ‫ َوكُلّ بِدْعَةٍ ض‬،ٌ‫ فَإِنّ كُلّ مُحْ َدثَةٍ بِدْعَة‬،ِ‫ل ُم ْور‬
ُ ْ‫ِإيّاكُمْ َومُحْدَثَاتِ ا‬
“Hati-hati kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan
merupakan bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”1
Dalam hadits yang lain disebutkan dengan lafadz:
ِ‫للَةٍ فِي النّار‬
َ َ‫َوكُلّ ض‬
“Dan setiap kesesatan itu di dalam neraka.”2
Kebanyakan orang memiliki anggapan khusus atas perbuatan semisal ini. Mereka
mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf tersebut tidak lain kecuali untuk
menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim. Bila demikian, kita
katakan kepada mereka, “Kalian benar. Perbuatan itu tujuannya tidak lain kecuali untuk
memuliakan dan mengagungkan Al-Qur`anul Karim! Namun apakah bentuk pemuliaan dan
pengagungan seperti itu dilakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para
shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula para tabi’in dan atba’ut
tabi’in?” Tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu
adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.”
Di sisi lain, kita tanyakan, “Apakah hukum asal mengecup sesuatu dalam rangka taqarrub
kepada Allah k itu dibolehkan atau dilarang?”
Berkaitan dengan masalah ini, kita bawakan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dalam Shahih keduanya, agar menjadi peringatan bagi orang yang mau ingat dan
agar diketahui jauhnya kaum muslimin pada hari ini dari pendahulu mereka yang shalih.
Hadits yang dimaksud adalah dari ’Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku melihat Umar ibnul
Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengecup Hajar Aswad dan berkata:
‫عَليْ ِه‬
َ ُ‫صلّى ال‬ َ ‫ل‬ ِ ‫سوْلَ ا‬
ُ َ‫ت ر‬
ُ ‫ل َأنّي َرَأ ْي‬
َ ْ‫ َفَلو‬،ُ‫ل َتنْفَع‬
َ َ‫ضرّ و‬
ُ ‫ل َت‬
َ ٌ‫جر‬
َ َ‫علَ ُم َأ ّنكَ ح‬
ْ َ‫ِإنّي ل‬
َ‫ك مَا َق ّب ْل ُتك‬
َ ‫سلّمَ يُ َق ّبُل‬
َ َ‫و‬
“Sungguh aku tahu engkau adalah sebuah batu, tidak dapat memberikan mudarat dan tidak
dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.”3
Apa makna ucapan ‘Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu, “Seandainya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan
menciummu.”
Dan kenapa ‘Umar mencium/mengecup Hajar Aswad yang dikatakan dalam hadits yang
shahih:
ِ‫جنّة‬
َ ْ‫ن ال‬
َ ِ‫سوَ ُد م‬
ْ َ‫ج ُر اْل‬
َ َ‫الْح‬
“Hajar Aswad (batu) dari surga.”4
Apakah ‘Umar menciumnya dengan falsafah yang muncul darinya sebagaimana ucapan
orang yang berkata, “Ini adalah Kalamullah maka kami menciumnya”? Apakah ‘Umar
mengatakan, “Ini adalah batu yang berasal dari surga yang dijanjikan kepada orang-orang
yang bertakwa maka aku menciumnya. Aku tidak butuh dalil dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang menerangkan pensyariatan menciumnya!”
Ataukah jawabannya karena memurnikan ittiba’ (pengikutan) terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang yang menjalankan Sunnah beliau sampai hari
kiamat? Inilah yang menjadi sikap ‘Umar hingga ia berkata, “Seandainya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan

http://orido.wordpress.com 31
Doa dan Adab

menciummu….”
Dengan demikian, hukum asal mencium seperti ini adalah kita menjalankannya di atas
sunnah yang telah berlangsung, bukannya kita menghukumi dengan perasaan kita, “Ini baik
dan ini bagus.”
Ingat pula sikap Zaid bin Tsabit, bagaimana ia memperhadapkan tawaran Abu Bakar dan
‘Umar radhiyallahu ‘anhum kepadanya untuk mengumpulkan Al-Qur`an guna menjaga Al-
Qur`an jangan sampai hilang. Zaid berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?!”
Sementara kaum muslimin pada hari ini, tidak ada pada mereka pemahaman agama yang
benar.
Bila dihadapkan pertanyaan kepada orang yang mencium mushaf tersebut, “Bagaimana
engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam?”, niscaya ia akan memberikan jawaban yang aneh sekali. Di antaranya, “Wahai
saudaraku, ada apa memangnya dengan perbuatan ini, toh ini dalam rangka mengagungkan
Al-Qur`an!” Maka katakanlah kepadanya, “Wahai saudaraku, apakah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengagungkan Al-Qur`an? Tentunya tidak diragukan bahwa beliau
sangat mengagungkan Al-Qur`an namun beliau tidak pernah mencium Al-Qur`an.”
Atau mereka akan menanggapi dengan pernyataan, “Apakah engkau mengingkari perbuatan
kami mencium Al-Qur`an? Sementara engkau mengendarai mobil, bepergian dengan
pesawat terbang, semua itu perkara bid’ah (maksudnya kalau mencium Al-Qur`an dianggap
bid’ah maka naik mobil atau pesawat juga bid’ah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah naik mobil dan pesawat, –pent.).”
Ucapan ini jelas salahnya karena bid’ah yang dihukumi sesat secara mutlak hanyalah bid’ah
yang diada-adakan dalam perkara agama. Adapun bid’ah (mengada-adakan sesuatu yang
baru yang belum pernah ada di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -pent.) dalam
perkara dunia, bisa jadi perkaranya dibolehkan, namun terkadang pula diharamkan dan
seterusnya. Seseorang yang naik pesawat untuk bepergian ke Baitullah guna menunaikan
ibadah haji misalnya, tidak diragukan kebolehannya. Sedangkan orang yang naik pesawat
untuk safar ke negeri Barat dan berhaji ke barat, tidak diragukan sebagai perbuatan
maksiat. Demikianlah.
Adapun perkara-perkara ta’abbudiyyah (peribadatan) jika ditanyakan, “Kenapa engkau
melakukannya?” Lalu yang ditanya menjawab, “Untuk taqarrub kepada Allah!” Maka aku
katakan, “Tidak ada jalan untuk taqarrub kepada Allah k kecuali dengan perkara yang
disyariatkan-Nya.”
Engkau lihat bila salah seorang dari ahlul ilmi mengambil mushaf untuk dibaca, tak ada di
antara mereka yang menciumnya. Mereka hanyalah mengamalkan apa yang ada di dalam
mushaf Al-Qur`an. Sementara kebanyakan manusia yang perasaan mereka tidak memiliki
kaidah, menyatakan perbuatan itu sebagai pengagungan terhadap Kalamullah namun
mereka tidak mengamalkan kandungan Al-Qur`an.
Sebagian salaf berkata, “Tidaklah diadakan suatu bid’ah melainkan akan mati sebuah
sunnah.”
Ada bid’ah lain yang semisal bid’ah ini. Engkau lihat manusia, sampai pun orang-orang fasik
di kalangan mereka namun di hati-hati mereka masih ada sisa-sisa iman, bila mereka
mendengar muadzin mengumandangkan adzan, mereka bangkit berdiri. Jika engkau
tanyakan kepada mereka, “Apa maksud kalian berdiri seperti ini?” Mereka akan menjawab,
“Dalam rangka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala!” Sementara mereka tidak pergi
ke masjid. Mereka terus asyik bermain dadu, catur, dan semisalnya. Tapi mereka meyakini
bahwa mereka mengagungkan Rabb mereka dengan cara berdiri seperti itu. Dari mana
mereka dapatkan kebiasaan berdiri saat adzan tersebut?! Tentu saja mereka dapatkan dari
hadits palsu:
‫س ِم ْعتُ ُم اْلَذَانَ فَ ُق ْو ُموْا‬
َ ‫إِذَا‬
“Apabila kalian mendengar adzan maka berdirilah.”5
Hadits ini sebenarnya ada asalnya, akan tetapi ditahrif oleh sebagian perawi yang
dhaif/lemah atau para pendusta. Semestinya lafadznya: ‫…( ُق ْولُوا‬ucapkanlah), mereka
ganti dengan: ‫…( ُق ْو ُموْا‬berdirilah), meringkas dari hadits yang shahih:
ّ‫عَلي‬
َ ‫صّلوْا‬
َ ‫ فَ ُق ْوُلوْا ِمثْلَ مَا يَ ُقوْلُ ثُ ّم‬،َ‫س ِم ْعتُ ُم اْلَذَان‬
َ ‫إِذَا‬
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah semisal yang diucapkan muadzin,

http://orido.wordpress.com 32
Doa dan Adab

kemudian bershalawatlah untukku….”6


Lihatlah bagaimana setan menghias-hiasi bid’ah kepada manusia dan meyakinkannya bahwa
ia seorang mukmin yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Buktinya
bila mengambil Al-Qur`an, ia menciumnya dan bila mendengar adzan ia berdiri karenanya.
Akan tetapi apakah ia mengamalkan Al-Qur`an? Tidak! Misalnya pun ia telah mengerjakan
shalat, tapi apakah ia tidak memakan makanan yang diharamkan? Apakah ia tidak makan
riba? Apakah ia tidak menyebarkan di kalangan manusia sarana-sarana yang menambah
kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apakah dan apakah…? Pertanyaan yang
tidak ada akhirnya. Karena itulah, kita berhenti dalam apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
syariatkan kepada kita berupa amalan ketaatan dan peribadatan. Tidak kita tambahkan
walau satu huruf, karena perkaranya sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
ِ‫ل وَقَ ْد َأ َم ْرتُكُ ْم بِه‬
ّ ِ‫ل بِ ِه إ‬
ُ ‫ش ْيئًا ِممّا َأ َم َركُمُ ا‬
َ ُ‫مَا َت َر ْكت‬
“Tidaklah aku meninggalkan sesuatu dari apa yang Allah perintahkan kepada kalian kecuali
pasti telah aku perintahkan kepada kalian.”7
Maka apakah amalan yang engkau lakukan itu dapat mendekatkanmu kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala? Bila jawabannya, “Iya.” Maka datangkanlah nash dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membenarkan perbuatan tersebut.
Bila dijawab, “Tidak ada nashnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Berarti
perbuatan itu bid’ah, seluruh bid’ah itu sesat dan seluruh kesesatan itu dalam neraka.
Mungkin ada yang merasa heran, kenapa masalah yang kecil seperti ini dianggap sesat dan
pelakunya kelak berada di dalam neraka? Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullahu memberikan
jawabannya dengan pernyataan beliau, “Setiap bid’ah bagaimana pun kecilnya adalah
sesat.”
Maka jangan melihat kepada kecilnya bid’ah, tapi lihatlah di tempat mana bid’ah itu
dilakukan. Bid’ah dilakukan di tempat syariat Islam yang telah sempurna, sehingga tidak
ada celah bagi seorang pun untuk menyisipkan ke dalamnya satu bid’ah pun, kecil ataupun
besar. Dari sini tampak jelas sisi kesesatan bid’ah di mana perbuatan ini maknanya
memberikan ralat, koreksi, dan susulan (dari apa yang luput/tidak disertakan) kepada Rabb
kita Subhanahu wa Ta’ala dan juga kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seolah
yang membuat dan melakukan bid’ah merasa lebih pintar daripada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rasul-Nya. Na’udzu billah min dzalik. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
(Dinukil dan disarikan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari kitab Kaifa Yajibu ‘Alaina an
Nufassir Al-Qur`an Al-Karim, hal. 28-34)

1 Shahih At-Targhib wat Tarhib, 1/92/34


2 Shalatut Tarawih, hal. 75
3 Shahih At-Targhib wat Tarhib, 1/94/41
4 Shahihul Jami’, no. 2174
5 Adh-Dha’ifah, no. 711
6 Hadits riwayat Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 384
7 Ash Shahihah, no. 1803

http://www.almanhaj.or.id/content/1377/slash/0

Kewajiban Bagimu Adalah Belajar Membaca Al-Qur'an


Jumat, 18 Maret 2005 17:58:31 WIB

KEWAJIBAN BAGIMU ADALAH BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

http://orido.wordpress.com 33
Doa dan Adab

Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Sesungguhnya saya sering membaca Al-
Qur’an Al-Karim, namun tidak bagus (menerapkan) hukum-hukum (takwid)-nya,
sering keliru dalam membaca. Apakah saya berdosa dengan melakukan perbuatan
itu ?

Jawaban
Merupakan suatu kewajiban atas setiap orang muslim mempelajaari cara tilawah
Al-Qur’an sampai dia mengusai dan membacanya sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sesuai dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya. Dia membacanya
sesuai dengan kemampuan, bila memungkinkan membacanya dengan tenang dan
diulang-ulang sehingga betul-betul benar, maka dia mendapat dua pahala,
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dengan sabdanya.

“Artinya : Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia terbata-bata didalamnya serta
dia mengalami kesulitan, dia itu mendapat dua pahala..” [1]

Maka anda wahai saudaraku, bersabarlah dan tenang, ulang-ulanglah per kata
beberapa kali sampai anda mampu mengucapkannya sesuai dengan apa yang
semestinya, meskipun anda mengalami kesulitan, karena pahalanya sangat besar.
Janganlah anda coba-coba untuk tergesa-gesa dan melantunkan Al-Qur’an dengan
tidak peduli apakah salah atau benar, hal seperti ini termasuk menghina firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita mengetahui bahwa ini adalah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya sebagaimana
kita membacanya dengan huruf-huruf dan harakat-harakat ini dan Jibril Alaihis
salam menerimanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Jibril
menyampaikannya (melalui wahyu) ke dalam hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti apa yang diterima dari Allah.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas” [Asy-Syu’ara : 192-195]

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(896), Kitab Shalah Al-Musafirin wa
Qashruha bab 38

http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/

Cara Mudah Hafal Al Quran (edited 19 April 08)

Bismillahirrahmanirrahim,

http://orido.wordpress.com 34
Doa dan Adab

Alhamdulillahirabbil ‘alamin

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim.

Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah, assalamu’alaikum wr wb.

Tulisan ini sudah akan saya tulis beberapa waktu lalu namun karena cukup
panjang [karena memuat transkrip dari satu ceramah berdurasi 40 menit]
dan saya belum mulai2 maka sampai sekarang tulisan itu belum jadi juga.

Pagi ini ketika blogwalking saya nemu postingan ini . Maka tergerak
semangat untuk berbagi kebaikan saya segera tulis ini yang merupakan
pokok2 inti ceramah yang saya dengarkan di Masjid Baiturrahman Banda
Aceh beberapa waktu lalu. Ustadznya masih muda sekira 35 tahun hafal Al
Quran dan beliau dari Malaysia. Sayang saya tak sempat tahu nama beliau.

Menurut beliau jika ia tanya kepada 10 orang “Apakah Anda bisa menghafal
seluruh AlQuranulkarim 30 juz?” maka 90% akan menggeleng dan
mengatakan “Sangat sulit saya tidak bisa!” dan yang 10% mungkin akan
menjawab: “Mungkin bisa jika diberitahu cara2nya?

Inilah ‘intinya’ kenapa saya segera tulis postingan ini! 90% atau lebih dari
kita [termasuk saya tentunya] akan mengatakan mustahil untuk bisa hafal 30
juz, boro2 30 juz kan, juz amma [juz 30] gak apal-apal, ya kan?

Beliau melanjutkan: “Semua jawaban itu SALAH!” “Harusnya kita katakan,


insya Allah bisa!” Kenapa karena Al Quran itu mu’jizat, dan satu2 nya
mu’jizat yang wujudnya bisa kita lihat sampai sekarang.

Langsung saja: menurut beliau menghafal AlQuran itu mudah dan mungkin
dilakukan oleh SIAPA SAJA. Caranya? [siap2 menjublak karena
gampangnya.... ]

1. Niat ikhlas menghafal AlQuran semata2 mengharap ridha Allah, kudu


ikhlas benar2. “Ya Allah aku niat menghafal AlQuran 30 Juz karena memohon
ridhaMu semata. Bismillahirrahmanirrahim.”

2. Al Quran hanya bisa dihafal oleh yang hatinya bersih. Supaya bersih
caranya gampang. Sebelum mulai menghafal baca istighfar banyak2, mohon
ampun dengan sungguh2 kepada Allah. Tidak ada manusia yang TIDAK
BERDOSA, dan Allah sudah sampaikan salah satu cara menghapus dosa
adalah istighfar banyak2. Minta Allah ampuni kita dan bersihkan hati kita

http://orido.wordpress.com 35
Doa dan Adab

3. Alquran itu kita hafal bukan karena kita menghafalnya, tapi Allah yang
letakkan kefahaman itu kedalam hati kita, saya ulangi: Allah yang letakkan
kefahaman itu dalam hati kita. Jadi kita mohon kepada Allah agar Ia tolong
kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita

4. Hafalkan sedikit demi sedikit, karena inilah fitrah cara diturunkannya


AlQuranul karim, bukan langsung sekaligus tapi ayat demi ayat sesuai
kebutuhan. Maka hafalkan CUKUP 1 ayat sehari. Baca berulang2 minimal
100x dalam sekali baca, misal habis subuh. Lalu tiap ada kesempatan baca
lagi dan lagi. Kata beliau dengan cara ini nanti ayat itu akan meluncur
seperti air yang mengalir.

5. Setelah beberapa hari gabung ayat2 yang sudah dihafalkan.

6. Demikian seterusnya sampai khatam seluruh AlQuran.

Pasti anda bertanya wah kalau begitu berapa lama saya akan hafal ?

Secara matematika jika seluruh ayat Al Quran berjumlah 6666 [betul ya?]
berarti akan khatam kira2 18 tahun!!! Wah lama sekali ya. Namun kata
beliau AlQuran saja genap turun kira2 23 tahun, jadi angka 18 tahun itu
wajar dan ‘alamiah’. Satu hal yang beliau sampaikan, karena alQuran itu
mu’jizat, dan Allahlah yang letakkan kefahaman itu di hati kita, sesuatu
yang secara normal nampak TIDAK MUNGKIN bisa MENJADI MUNGKIN. Jika
kita sudah istiqamah mempraktekkannya maka Allah akan BUKA rahasia2Nya,
Allah akan tunjukkan jalan2Nya. [Beliau sendiri mengakui baru belajar baca
Al Quran ketika mulai kuliah di Inggris, kalau saya perkirakan dari usia
beliau sekarang sepertinya beliau hafal jauh lebih cepat dari 18 tahun, dan
menurut beliau pula 4 orang anaknya telah hafizh, 2 lagi menyusul!!!
Subhanallah].

Mungkin setelah beberapa waktu, bisa saja kita mudah menghafal 5 atau
bahkan 10 ayat sehari?

Jadi kuncinya:

• niat ikhlas
• istighfar sungguh
• minta tolong Allah fahamkan
• sedikit demi sedikit
• diulang-ulang
• istiqamah dan shabar.

Demikian, sahabat2 yang dirahmati Allah, semoga manfaat. Bagilah


informasi ini ke sebanyak mungkin teman. Link ke post ini [he he biar
blognya dibaca banyak orang]

http://orido.wordpress.com 36
Doa dan Adab

Selamat mempraktekkan. Semoga Allah mudahkan jalan kita untuk dapat


menghafal Al Quran, memahaminya, mencintainya dan menjalankannya
dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.

———————-
Karena kemuliaan dan kesucian Al Quran hendaklah kita sangat
memperhatikan dengan benar adab atau tatacara dan sikap perilaku kita
ketika membacanya. Sila rujuk ke posting sahabat ORido di artikel berjudul
Adab Membaca Al-Quran.

Wass wr wb.,

http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/

” Hafizh Qur’an “
April 14, 2008 at 12:52 pm | In Agama, Tulisan lama |

Abdullah bin Rawahah seorang penyair yang pernah saya ceritakan


pada postingan saya yang lalu , suatu akan beangkat ke Mu’tat setelah
bepamitan dengan pemimpin perang lainnya ia menangis.
“Kenapa Anda menangis ?” tanya seorang temannya.
“Yang jelas bukan karena persoalan dunia” jawabnya. “ Tetapi, aku
pernah mendengar Rasulullah saw membacakan ayat ini :
“Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi
neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan.” ( Maryam:71 )
Bayangkan bagaimana seorang sahabat Nabi yang mengabiskan hampir
seluruh umur dan fikirannya untuk menegakkan agama Allah , masih begitu
merisaukan tentang keadaan dirinya diakhirat kelak, sedangkan kita yang
tidak pernah sama sekali berkorban untuk agama-Nya sebagaimana para
sahabat Nabi , masih tenang-tenang, seakan-akan sudah mendapatkan tiket
emas untuk menuju surga, Padahal siapa yang berani menjamin akan hal itu.

http://orido.wordpress.com 37
Doa dan Adab

Kalau kita cermati ayat di atas, maka kita akan dapati bahwa tidak
ada seorangpun diantara kita yang tidak mampir ke neraka, kecuali orang
orang-orang yang dirahmati Allah Swt atau orang-orang yang mendapat
syafaat Rasulullah. Tapi sekali lagi siapa yang bisa menjamin kita
mendapatkan hal itu ???
Diantara beberapa kemulian ummat Rasulullah saw adalah Allah swt
membolehkan orang-orang tertentu dari ummat Rasulullah saw memberikan
syafaat bagi anggota keluarganya yang dimasukan ke dalam neraka untuk
memasuki syurga , diantara orang-orang yang di perbolehkan memberi
syafaat tersebut yaitu para hafizh Al-qur’an, dimana mereka dapat
mengeluarkan 10 anggota keluarganya didalam neraka.
Para hafiz al-qur’an memiliki kemulian tersendiri dimata Allah Swt,
selain dapat memberikan syafaat bagi ahli keluarganya disebutkan juga
didalam kitab Jami’ul-Fawaid, Imam Thabrani rah.a telah meriwayatkan,
bahwa Anas ra mengatakan Rasululah saw bersabda, “Barangsiapa
mengajarkan anaknya membaca Al-Qur’an, maka dosa-dosanya yang
akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa
mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al-Qur’an, maka pada hari
kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti
cahaya bulan purnama, dan dia akan berkata kepada anaknya,
‘Mulailah membaca Al-Qur’an,’ Ketika anaknya mulai membaca satu
ayat Al-Qur’an, maka bapaknya dinaikkan satu derajat oleh Allah Swt,
sehingga terus bertambah tinggi hingga tamat.”
Berapa beruntungnya apabila kita memiliki ahli keluarga yang
menjadi hafizh Al-Qur’an. Karena berkah membaca Al-Qur’an dan
mengamalkan isinya, maka orang tua dari seorang yang membacanya akan
dipakaikan mahkota pada hari Kiamat nanti, yang sinarnya sangat terang,
sehingga mengalahkan sinar matahari.
Bahkan dalam kitab Syarh Al-Ihya Ma’rifah, Abu Nu’aim menuliskan
bahwa basith ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda,
“Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an,
tempat-tempat itu akan menyinari ahli-ahli langit, sebagaimana
bintang-bingtang menyinari ahli bumi.
Alangkah berbahagianya manakala ada diantara anggota keluarga kita
yang menjadi Hafizh Al-Qur’an , karena sesungguhnya Al-qur’an adalah suatu
nikmat yang besar sehingga apabila kita mengabaikannya maka akan
menyebabkan datangnya azab yang pedih bagi diri kita.
Dari Sa’id bin Sulaim ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak
ada penolong yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah pada hari
kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan Nabi, bukan Malaikat dan bukan pula
yang lainnya.”
Dari Abdullah bin Amru ra dia berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi hamba
yang mengerjakannya . Puasa akan berkata, ‘Tuhanku, aku telah
mengahalanginya dari makan dan minum pada siang hari, maka
terimalah syafa’atku untuknya.’ Dan Al-Qur-an berkata , ‘Tuhanku, aku

http://orido.wordpress.com 38
Doa dan Adab

telah menghalanginya dari tidur pada malam hari, maka terimalah


syafa’atku untuknya. ‘Maka kedua syafaat tersebut diterima.”
Allah Swt adalah pemilik kecantikan dan keindahan yang sebenarnya.
Pada hakikatnya, di dunia ini tidak ada kecantikan dan keindahan kecuali
milik-Nya. Dan yang pertama dari tanda Kecantikan-Nya adalah kalam-Nya.
Perlukah kepada kecantikan lainnya apabila hal itu sudah didapati pada
kekasih kita? Bagi orang-orang yang benar-benar mencintai, Al-Qur’an tidak
dapat dibandingkan dengan sesuatu apapun.
Semoga Allah Swt dengan kelembutan-Nya memberikan kecintaan
kepada kita terhadap Al-Qur’an dan menjadikan kita dan anak keturunan
kita sebagai hafizh-hafizh Al-Qur’an… amien.

http://orido.wordpress.com 39

You might also like