Professional Documents
Culture Documents
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al-Quran. Jadikanlah ia pimpinan bagiku,
cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al-Quran apa-
apa yang aku terlupa; ajarkan kepadaku melaluinya apa-apa yang aku tidak tahu; berilah
aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia
bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )
http://orido.wordpress.com 1
Doa dan Adab
http://orido.wordpress.com 2
Doa dan Adab
http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm
Assalamualaikum ustaz,
Saya ingin menanyakan apakah yang mendasari kewajiban muslim/at membaca Al-
Quran? Hal ini sehubungan dengan teman dekat saya yang meyakini bahwa kita
cukup membaca terjemahannya saja tanpa perlu membaca Al-Quran (arabic).
Apakah ada dalam surat di Al-Quran itu sendiri atau hadist mengenai kewajiban ini?
Atas jawaban ustaz saya ucapkan terima kasih.
Salam
Dizzie
diy
Jawaban
Adapun perintah untuk membaca Al-Quran, tentu saja begitu banyak kita dapati di
dalam dalil-dalil. Di antaranya adalah firman Allah SWT:
ًيَا َأّيهَا ا ْلمُ ّزمّلُ ُقمِ الّليْلَ ِإلّ قَلِيلً نِصْفَهُ َأوِ انقُصْ ِمنْهُ قَلِيلً َأوْ ِزدْ عََليْهِ َو َرتّلِ ا ْلقُرْآنَ تَ ْرتِيل
حيَ إَِل ْيكَ مِنَ ا ْلكِتَابِ وََأقِمِ الصّلَةَ إِنّ الصّلَةَ َت ْنهَى عَنِ ا ْلفَحْشَاء وَا ْلمُنكَرِ َوَلذِكْرُ الِّ َأ ْكبَرُ وَالُّ َيعْلَمُ مَا
ِ اتْلُ مَا أُو
َص َنعُونْ َت
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 45)
.karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an... (QS Al-Muzzammil: 20)
http://orido.wordpress.com 3
Doa dan Adab
Selain itu di dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita menemukan begitu banyak
dalil yang memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran, bahkan diberi semangat
dengan pahala yang berlipat, meski kita tidak memahami apa yang kita baca itu. Di
antaranya yang paling populer adalah:
من قرأ حرفا من كتاب ال فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها ل أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولم حرف
وميم حرف
Dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca satu
huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan
dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf,
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirimizy dan
Baihaqi)
Seluruh ulama dan umat Islam sepakat bahwa yang disebut dengan Al-Quran adalah
yang berbahasa Arab, bukan terjemahnya. Terjemah dari Al-Quran bukan Al-Quran.
Sehingga bila terjemahan itu dibaca, tidak mendatangkan pahala secara khusus.
Berbeda dengan teks aslinya dalam bahasa Arab yang mendatangkan pahala. Tiap
hurufnya mendatangkan pahala yang dilipat-gandakan dengan 10 kebaikan.
Bukti bahwa terjemahanan itu bukan Al-Quran adalah bahwa terjemahan itu
mungkin saja berbeda-beda antara satu versi dengan versi lainnya. Setiap negeri
bisa saja punya terjemahan Al-Quran yang berbeda-beda.
Padahal yang namanya kitab suci itu tidak boleh berubah-ubah dan berbeda-beda.
Jangan samakan Al-Quran sebagai kitab suci dengan komik Tin-tin yang
diterjemahkan ke sekian puluh bahasa. Sementara tiap bahasa punya rasa yang
berbeda-beda. Perbedaan rasa bahasa ini tentu saja sangat mempengaruhi makna
dan pengertian.
Bila suatu buku diterjemahkan ke dalam bahasa lain, ada sekian banyak rasa
bahasa yang hilang di dalamnya. Otomatis pesan-pesan yang terkandung di
dalamnya akan mengalami korupsi dan degradasi.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204
Artikel Buletin An-Nur :
http://orido.wordpress.com 4
Doa dan Adab
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian” (QS. 17:82)
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. 17:9)
“Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-
bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur’an yang penuh hikmah”. (QS. 3:58)
“Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada anca-man-
Ku”. (QS. 50:45)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10:57)
http://orido.wordpress.com 5
Doa dan Adab
Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an,
Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya,
[ii]“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan
satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah
aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu
huruf dan miim satu huruf.” (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan, “Hasan shahih”)
Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an,
“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an,
ibarat rumah kosong dan rusak.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan Shahih”)
http://orido.wordpress.com 6
Doa dan Adab
Apabila kita mau memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa
masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu
amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya.
Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mau membaca Al-Qur’an
seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja,
ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak
jarang pula di anta-ranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan
memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya.
Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian
ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat
tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman
dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini
adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin.
• Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan
apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepada-nya.
http://orido.wordpress.com 7
Doa dan Adab
Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpe-dulian) tersebut antara satu dengan yang lain
berbeda-beda tingkatannya.
Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka
membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemu-dian
mengamalkannya, amin ya Rabbal ‘alamain.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77
Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi
keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam :
"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya."
(HR. Bukhari).
http://orido.wordpress.com 8
Doa dan Adab
Muslim).
Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan
apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq
terhadapnya. Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan
adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca
Al-Qur'an:
• Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan
dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan
dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis,
diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang
yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan
mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang
utama. (At-Tibyan, hal.58-59).
• Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati
ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti
dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan).
Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-
Qur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah
memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap
satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan
Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka
mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.
http://orido.wordpress.com 9
Doa dan Adab
isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak
usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.
• Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan
tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat
yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara
khusyu'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an,
sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi,
Nasa'i, dan Ahmad).
Dalam hadits lain dijelaskan:
"Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka
janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari
kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-
Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih
dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).
Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita
tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah
membaca Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam,
yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat
malam.
Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan
harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya,
http://orido.wordpress.com 10
Doa dan Adab
Sumber:
Kitab Minhajul Muslim
Fiqih Sunnah
At-Tibyan Fi Adaabi Hamlatil Qur'an
http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0
Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta
Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah membaca Al-Qur’an
itu wajib atau sunnah ? Dan apa hukum meninggalkannya, apakah haram atau
makruh ?.
Jawaban.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.
http://orido.wordpress.com 11
Doa dan Adab
Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seorang telah belajar
membaca Al-Qur’an, akan tetapi sudah lewat satu tahun dia tidak membacanya
lagi. Apa hukum syari’at terhadap meninggalkannya itu.
Jawaban.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan sahabatnya, wa ba’du.
Tidak pantas (tidak patut) hal itu terjadi dan kewajiban ahli ilmu yang berada di
sekitarnya menasihati dia dan menjelaskan keutamaan membacanya, men-
tadabburi-nya dan mengambil pelajaran darinya. Mudah-mudahan dia menerima
nasihat itu dan mau membacanya lagi.
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm
Ustadz mohon maaf apabila pertanyaan ini sudah pernah ada yang menanyakan.
Saya mau menanyakan tentang kebenaran isi dari tabloid Khalifah, penerbit PT
Khalifah Indomedia Pratama. Alamat Redaksi Jl. Raya Ragunan no. 27 Pasar Minggu
Jakarta 12450.
Saya punya edisi 29/Th II/2006. Di rubrik kalam dikatakan bahwa ta'awwudz dan
basmalah tidak perlu dibaca untuk membaca Al-Qur'an. Di tabloid ini juga
merumuskan juz al-Qur'an yang harus dibaca seseorang berdasarkan nama dan
tanggal lahir seseorang.
http://orido.wordpress.com 12
Doa dan Adab
Ibnjarh
ibnjarh
Jawaban
ِشيْطَانِ الرّجِيم
ّ س َت ِعذْ بِالّ مِنَ ال
ْ فَِإذَا قَرَ ْأتَ ا ْلقُرْآنَ فَا
Demikian juga dengan bacaan basmalah, yang memang juga sangat dianjurkan
untuk dibaca pada setiap kesempatan. Salah satunya pada saat hendak membaca
Al-Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka amal itu terputus.
Namun sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing-masing juz itu
terkait dengan tanggal kelahiran seseorang. Rasulallah SAW dan para shahabat
hingga para tabi'in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak
pernah mengaitkan urutan juz dalam Al-Quran dengan tanggal kelahiran seseorang.
Perbuatan ini tidak lebih dari bid'ah yang dibuat-buat oleh para zindiq yang
bertujuan mengacaukan ilmu Al-Quran. Dan hanya orang awam saja yang akan
tertipu dengan pola pembagian juz Al-Quran dengan menggunakan tanggal
kelahiran.
Bahkan ketika diembel-embeli bahwa tiap orang punya juz tersendiri di dalam Al-
Quran, maka kepercayaan itu tidak lebih dari khurafat yang harus diberantas.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319
http://orido.wordpress.com 13
Doa dan Adab
Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau mendalam ilmunya, semoga
Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk golongan orang seperti ini.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang
benar).” (QS. al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197)
Selayaknya bagi orang yang membaca al-Qur'an untuk meresapi setiap ayat sesuai
dengan konteksnya, serta berusaha memahaminya. Jika dia membaca ayat,artinya,
“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi.” (QS.al:An'am:1).
Maka hendaknya dia menyadari betapa agungnya Allah subhanahu wata’ala, dan
terlintas di benaknya kekuasaan Allah subhanahu wata’alaƒndan segala apa yang
Dia kehendaki. Kemudian jika membaca ayat, artinya,
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.” (QS. 56:58)
Maka hendaknya berfikir bagaimana nuthfah (air mani) dapat berubah menjadi
bagian-bagian daging dan tulang. Dan jika membaca ayat tentang keadaan orang-
orang yang diadzab hendaknya merasakan takut tertimpa, jika lalai dari
mengerjakan perintah-perintah Allah.
http://orido.wordpress.com 14
Doa dan Adab
Ibnu Muflih rahimahullah berkata, "Berkata al-Qadhi, "Kriteria minimal tartil adalah
dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Qur’an, dan yang sempurna
adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu, memahaminya, serta
mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih
baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.”
http://orido.wordpress.com 15
Doa dan Adab
Oleh karena itu selayaknya keinginan atau motivasi terbesar orang shalih, baik di
bulan Ramadhan atau selainnya, adalah berapa banyak al-Qur'an memberikan
pengaruh dalam sikap? Bukan sekedar berapa banyak menghatamkan al-Qur'an.
http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-
quran-bolehkah.html
Posted on 22-07-2007
TIDAK TARTIL DALAM MEMBACA AL-QURAN, BOLEHKAH?
Filed Under (Tanya Jawab Aktual) by salam on 22-07-2007
Tanya: Semenjak mendekati bulan Ramadhan ini saya biasakan untuk mengaji
sendiri di rumah. Saya sudah mengenali huruf dan tanda baca al-Qur’an. Tetapi
saya mengajinya kurang fasih. Bagaimana hukumnya bila saya salah melafalkan
ayat-ayat suci al-qur’an tanpa saya sengaja? mohon jawaban.
Jawab: Mas, saya ucapkan selamat atas keberhasilan mas yang sudah mengenali
huruf dan tanda baca al-Qur’an.
Dalam membaca al-Qur’an disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan
membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan-
angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. Allah SWT berfirman.
“Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil:4) dan firman-
Nya “Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya”. (QS. Shad:27)
Adapun apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan
tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa. Namun bukan berarti boleh terus
membaca apa adanya. Anda harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan
membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid. Karena
kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu akan merubah makna
dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling
http://orido.wordpress.com 16
Doa dan Adab
http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa nasehat Syaikh yang mulia
kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya selama sebulan bahkan berbulan-
bulan tetapi tidak pernah menyentuh Kitab Allah sama sekali tanpa udzur. Dan,
salah seorang di antara mereka akan anda dapatkan sibuk mengikuti edisi-edisi
Majalah yang tidak bermanfa'at?
Jawaban
Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak bacaan
terhadap Kitabullah disertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf
ataupun hafalan. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran," [Shad : 29]
Dan firmanNya,
Tilawah yang dimaksud mencakup bacaan dan Ittiba' (pengamalan), bacaan dengan
tadabbur dan pemahaman, sedangkan ikhlash kepada Allah merupakan sarana di
dalam Ittiba ' dan di dalam tilawah tersebut juga terdapat pahala yang besar,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
"Artinya : Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai
penolong bagi orang-orang yang membacanya."[1]
http://orido.wordpress.com 17
Doa dan Adab
"Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur 'an dan
mengajarkannya." [2]
"Artinya : Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan
mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali
lipatnya, aku tidak mengatakan 'Alif Laam Miim ' sebagai satu huruf, akan tetapi
'Alif sebagai satu huruf, 'Laam ' sebagai satu huruf dan 'miim ' sebagai satu
huruf."[3]
Demikian pula telah terdapat hadits yang shahih dari beliau, bahwasanya beliau
bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash,
"Bacalah Al-Qur 'an setiap bulannya. " Dia (Abdullah bin Amr bin Al-Ash) berkata,
"Aku menjawab, 'Aku menyanggupi lebih banyak dari itu lagi.' Lalu beliau bersabda
lagi, 'Bacalah setiap tujuh malam sekali."[4]
Wasiat saya kepada semua para Qari Al-Qur'an agar memperbanyak bacaan Al-
Qur'an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala disertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu. Dan,
hendaknya pula dapat mengkhatamkannya setiap bulan sekali dan bila ada
keluangan, maka lebih sedikit dari itu lagi sebab yang demikian itulah kebaikan
yang banyak. Boleh mengkhatamkannya kurang dari seminggu sekali dan yang
utama agar tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga hari sekali karena hal seperti
itu yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdullah
bin Amr bin Al-Ash dan karena membacanya kurang dari tiga hari akan
menyebabkan keterburu-buruan dan tidak dapat mentadabburinya.
Demikian juga, tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci,
sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa-apa
sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu'.
Sedangkan orang yang sedang junub, maka dia tidak boleh membacanya baik
melalui mushaf ataupun secara hafalan sampai dia mandi bersih dulu. Hal ini
berdasarkan riwayat Imam Ahmad dan para pengarang buku-buku As-Sunan dengan
sanad Hasan dari 'Ali , bahwasanya dia berkata, "Tidak ada sesuatupun yang
menahan (dalam versi riwayat yang lain: menghalangi) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, dari membaca Al-Qur'an selain jinabah."
Wa billahi at-Tawfiq.
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama. Al-Balad Al-
Haram, Edisi Indonesia, Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Musthofa Aini,
Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. HR. Muslim, Shalah al-Musafirin (804).
[2]. HR. Al-Bukhari, Fadha’il al-Qur’an (5027).
[3]. HR. At-Tirmidzi, Fadha'il al-Qur 'an (2910).
http://orido.wordpress.com 18
Doa dan Adab
[4]. HR. Al-Bukhari, Fadha 'il al-Qur'an (5052); Muslim, ash-Shiyam (1159).
http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0
Oleh
Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta
Pertanyaan.
Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Saya asli orang Yaman, sudah
sepuluh tahun menetap di Saudi. Kedua orang tua saya sudah meninggal dunia dan
saya senang sekali membaca Al-Qur'an Al-Karim, saya sering membacanya di
masjid, namun pada ayat-ayat tertentu saya tidak bisa melafalkannya dengan
benar (fasih), dikarenakan saya tidak pernah duduk di bangku sekolah. Apakah
bacaan Al-Qur'an Al-Karim yang saya lakukan dengan seadanya, masih banyak salah
dalam sebagian ayat menimbulkan dosa bagi saya ? Saya mohon penjelasan.
Jawaban
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba'du
"Artinya : Orang yang mahir (membaca) Al-Qur'an, dia bersama para malaikat yang
mulia lagi jujur, dan orang yang membacanya sambil terbata-bata serta mengalami
kesulitan, maka dia mendapatkan dua pahala". [1]
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur'an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur'an, Penyusun
Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Bagian dari hadits riwayat Muslim dan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha No. 244-(898), Kitab
Shalah Al-Musafirin wa Qashruha, bab 38
http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0
http://orido.wordpress.com 19
Doa dan Adab
Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta
Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana hukum orang yang
tidak mampu melafalkan huruf [dhadh] dari makhrajnya. Orang-orang berselisih
dalam masalah ini, di antaranya mereka ada yang mengatakan bahwa orang yang
tidak mampu mengucapkan [dhadh] harus melafalkan [zha’], ada pula yang
berpendapat bahwa dia harus melafalkan [dal], tolonglah beri kami penjelasan
yang benar.
Jawaban
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du
Wajib bagi orang yang tidak mampu melafalkan [dhadh] dari makhrajnya berusaha
semaksimal mungkin dan mengerahkan kemampuannya untuk melatih lidah
melafalkan [dhadh] dari makhrajnya dan mengucapkannya dengan ucapan yang
benar. Bila ia tetap tidak mampu padahal sudah berusaha semampunya, maka dia
itu dimaafkan dan tidak ada kewajiban. Kecuali mengucapkan sesuai
kemampuannya. Dia tidak dibebani mengucapkannya menjadi huruf [zha’] atau
[dal] secara khusus, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan firmanNya.
“Artinya : Dan dia tidak menjadikan sedikit kesulitanpun atas kalian di dalam
agama (ini)” [Al-Hajj : 78]
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm
http://orido.wordpress.com 20
Doa dan Adab
Asslamu'alaikum,
Saya seorang pekerja yang sibuk dan saya sadar saya harus memiliki ilmu agama
makanya saya memiliki MP3 yang berisi tilawah Al-Qur'an dan saya mengikuti
bacaan dari MP3 itu dengan Al-Qur'an yang saya miliki sendiri, bolehkah hal itu saya
lakukan?
Saya harapkan jawaban dari pak Ustadz dan atas perhatiaanya saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamu'alaikum
Taufiq
pengawal_fajar
Jawaban
Belajar membaca Al-Quran memang bisa dibantu lewat fasilitas multimedia, seperti
yang anda sebutkan. Ada beberapa keunggulan yang bisa anda petik dari
mendengarkan bacaan Al-Quran lewat MP3 itu. Misalnya, pendengaran anda akan
lebih terlatih menyimpan memori bacaan Al-Quran yang baik dan benar. Terutama
bila qari'-nya memang seorang yang berkualitas dari segi bacaan. Dan tentunya bila
dilakukan dengan frekuensi yang cukup tinggi.
Suara bacaan Al-Quran yang baik dan standar itu, bila diterus menerus
didengarkan, secara alam bawah sadar akan terekam di dalam memori otak.
Rekaman di otak ini penting, sebagai modal buat kita yang mendengarkan untuk
bisa menirukannya, dengan bacaan yang sama.
Sebenarnya kalau kita telusuri sejarah, akan kita dapati bahwa pengajaran bacaan
Al-Quran lebih awal dengan oral system, ketimbang dengan cara mengeja dari
huruf-hurufnya. Dan memang umumnya bangsa Arab di masa lalu buta huruf,
namun tetap mampu membaca Al-Quran dalam arti mampu membunyikannya
dengan benar. Bukan dengan mengeja huruf-hurufnya. Maka Al-Quran yang terdiri
dari 6.000-an ayat lebih itu pun mereka hafal di luar kepala. Meski mereka tidak
mampu mengeja hurufnya.
Dan memang yang lebih penting dari Al-Quran itu bukan semata-mata kemampuan
kita mengejanya, melainkan mampu membunyikannya dengan benar, sesuai dengan
hak masing-masing huruf. Seseorang mampu membaca Al-Quran tanpa mengeja,
berarti dia hafal Al-Quran. Dan hal itu tentu lebih utama dari sekedar mampu
mengeja hurufnya semata.
Di masa lalu, para ahli Al-Quran itu identik dengan penghafal Al-Quran. Boleh jadi
mereka buta huruf, tetapi yang penting mereka mampu membunyikan tiap ayat Al-
Quran dengan sempurna.
http://orido.wordpress.com 21
Doa dan Adab
Namun di masa lalu, oral system ini berhasil lantara ada guru yang berfungsi selain
memasukkan memori suara bacaan, juga melakukan evaluasi dan perbaikan-
perbaikan secara real time. Seorang murid bukan hanya diminta mendengarkan
bacaan guru, tetapi pada saat yang sama, sang guru langsung mengevaluasi bacaan
muridnya. Murid diminta untuk membacanya, lalu si guru saat itu juga mengoreksi
bila masih ada yang salah. Bahkan dalam hal ini, yang lebih menonjol adalah
aktifitas murid. Sebab merekam lebih mudah daripada memainkan atau
membunyikan.
Maka fungsi sang guru yang tidak mungkin tergantikan oleh MP3 dan beragam
perangkat multi media yang lainnya terletak di sini. Hingga hari ini belum ada
program cerdas (artificial inteligent) yang bisa secara interaktif mampu
mendengarkan dan mengevaluasi bacaan murid, lalu menegurnya dan
membetulkannya saat itu juga.
Jadi memang tidak salah bila anda memanfaatkan MP3 player untuk belajar Al-
Quran, tapi ketahuilah bahwa masih ada satu fungsi mendasar yang belum bisa
dicover olehnya. Yaitu fungsi untuk mengevaluasi atau membetulkan bacaan si
murid. Padahal fungsi ini sangat vital dan tidak mungkin ditinggalkan. apalagi
artinya belajar Al-Quran, kalau tidak mampu mengoreksi bacaan yang salah?
Jadi sampai hari ini, rasanya anda masih membutuhkan guru berupa manusia biasa,
yang mampu dengan cerdas memeriksa dan mengevaluasi bacaan anda, lalu
membetulkan bahkan melakukannya berulang-ulang hingga bacaan anda memenuhi
standar baku pembacaan Al-Quran.
Mungkin suatu ketika, bila para ahli programmer komputer sudah mampu membuat
program belajar baca Al-Quran yang bersifat interaktif, insya Allah anda bisa
memanfaatkannya.
http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an.
http://orido.wordpress.com 22
Doa dan Adab
Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya
hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini.
Semoga Allah membalas kebaikan Anda ?
Jawaban.
Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim
Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-
Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-
Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [1]
Ringkasnya adalah :
[1]. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman.
[3]. Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat
lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan
yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791)
Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33
http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kami pernah mendengar fatwa
Anda yang menyatakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haid adalah
http://orido.wordpress.com 23
Doa dan Adab
tidak membaca Al-Qur'an kecuali untuk suatu kebutuhan, mengapa tidak membaca
Al-Qur'an yang lebih utama, sementara dalil-dalil yang ada menunjukkan hal yang
bertentangan dengan yang Anda katakan ?
Jawaban
Saya tidak tahu yang dimaksud oleh penanya, apakah ia menginginkan dalil-dalil
yang dijadikan alasan oleh yang melarangnya ataukah penanya ini mnginginkan
dalil-dalil yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Qur'an, tapi yang perlu
saya sampaikan di sini adalah bahwa ada beberapa hadits dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.
"Artinya : Wanita haidh tidak boleh membaca suatu apapun dari Al-Qur'an".
Akan tetapi hadits-hadits seperti ini yang menyatakan larangan bagi wanita haidh
untuk membaca Al-Qur'an bukan hadits-hadits shahih, jika hadits-hadits tersebut
bukan hadits-hadits shahih, maka hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah
dan tidak boleh melarang wanita haidh membaca Al-Qur'an hanya berdasarkan
hadits-hadits yang tidak shahih ini, tapi adanya hadits-hadits seperti ini menjadikan
adanya syubhat, maka berdasarkan inilah kami katakan bahwa yang lebih utama
bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali jika hal itu
dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasi-
situasi lain yang serupa dengan guru dan pelajar itu.
[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang
Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, hal. 60-61 terbitan Darul Haq penerjemah Amir Hamzah
Fakhruddin]
http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0
Oleh
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'
Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apa hukumnya membaca Al-qur'an dengan
hafalan atau dengan melihat mushaf bagi orang yang sedang junub?
Jawaban
Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Qur'an sebelum ia
mandi junub, baik dengan cara melihat Al-Qur'an ataupun yang sudah dihafalnya.
Dan tidak boleh baginya membaca Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci yang
http://orido.wordpress.com 24
Doa dan Adab
sempurna , yaitu suci dari hadats yang paling besar sampai hadats yang paling
kecil.
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah diharamkan bagi orang yang
sedang junub, atau haidh untuk menyentuh buku-buku serta majalah-majalah yang
didalamnya terdapat ayat-ayat suci Al-Qur'an ?
Jawaban
Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak
berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayat-
ayat Al-Qur'an , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Qur'an .
[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang
Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan hal.64 terbitan Darul Haq Penerjemah Amir Hamzah
Fakhruddin]
http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0
Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta
Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang
menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan
siksa atau tidak ?
http://orido.wordpress.com 25
Doa dan Adab
Jawaban.
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.
Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling
utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang
meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang
tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata.
“Artinya : Jangalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya,
sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari
ikatannya” [1]
Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam
menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat
menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-
hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal
sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka
dia tidak berdosa.
Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian
lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-
Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33
http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0
Oleh
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta
Pertanyaan.
Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum mengucapkan
“shadaqallahul azhim” setelah selesai membaca Al-Qur’an?
Jawaban
http://orido.wordpress.com 26
Doa dan Adab
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Artinya : Barangsiapa membuat suatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam)
yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak” [Hadits Riwayat Bukhari
dalam Ash Shulh (2697) dan Muslim dalam Al Aqdhiyah(1718)
Hanya Allah-lah yang mampu memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, keluarga
dan para sahabatnya.
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya sering mendengar bahwa
mengucapkan “shadaqallahul azhim ketika selesai membaca Al-Qur’an adalah
perbuatan bid’ah. Namun sebagian orang yang mengatakan bahwa itu boleh,
mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian dari itu, sebagian orang terpelajar mengatakan kepada saya, bahwa
apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menghentikan bacaan Al-Qur’an
seseorang, beliau mengatakan, “cukup” dan beliau tidak mengatakan,
‘shadaqallahul azhim”. Pertanyaan saya : Apakah ucapan “shadaqallahul azhim”
dibolehkan setelah selesai membaca Al-Qur’an Kairm. Sya mohon perkenan Syaikh
menjelaskannya.
Jawaban.
Mayoritas orang terbiasa mengucapkan, “Shadaqallahul ‘azhim” ketika selesai
membaca al Qur’an, padahal ini tidak ada asalnya, maka tidak boleh dibiasakan,
bahkan menurut kaidah syar’iyah hal ini termasuk bid’ah bila yang mengucapkan
berkeyakinan bahwa hal ini sunnah. Maka hendaknya ditinggalkan dan tidak
membiasakannya karena tidak adanya dalil yang menunjukkannya.
http://orido.wordpress.com 27
Doa dan Adab
“Artinya : Katakanlah, ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali Imran : 95].
Bukan mengenai masalah ini, tapi merupakan perintah Allah Ta’ala untuk
menjelaskan kepada manusia bahwa apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa
Ta’ala itu benar yaitu yang disebutkan di dalam kitab – kitab-Nya yang agung yakni
Taurat dan lainnya, dan bahwa Allah Ta’ala itu Maha Benar dalam ucapan-Nya
terhadap para hamba-Nya di dalam kitab-Nya yang agung, al Qur’an.
Ketika Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu membaca awal Surat An-Nisa di hadapan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga sampai pada ayat,
“Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu”
(Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]
Beliau berkata pada Ibnu Mas’ud, “cukup”, Ibnu Mas’ud menceritakan, “Lalu aku
menoleh kepada beliau, ternyata matanya meneteskan air mata” [Hadits Riwayat
Al-Bukhari no. 5050)]
Maksudnya, bahwa beliau menangis saat disebutkannya kedudukan yang agung itu
pada hari Kiamat kelak, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tadi.
“Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu”
(Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]
Yaitu terhadap umat beliau. Dan sejauh yang kami ketahui, tidak ada seorang ahlul
ilmi pun yang menukil dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu bahwa ia mengucapkan
“shadaqallahul azhim” ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“cukup”. Maksudnya, bahwa, mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan ucapan
“shadaqallahu azhim” tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci. Tapi jika seorang
melakukannya sekali-kali karena kebutuhan, maka tidak apa-apa.
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-
Haram, Edisi Indonesia Fatwa – Fatwa Terkini Jilid 2, Penyusun : Syaikh Khalid al Juraisiy, Penerbit
Darul Haq, Jakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1424 H/Februari 2004 M]
http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0
http://orido.wordpress.com 28
Doa dan Adab
Oleh
Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz
Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling
utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunnah para Al-
Khulafa'ur Rasyidun setelahku" [1]
"Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami
maka amalan tersebut tertolak" [3]
Jika yang dimaksud adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara
dengan 'waqaf' dan berhenti yang sama, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak
hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam maupun para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun apabila
bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut
tidak apa-apa.
Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al-
Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah
seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing
membaca sendiri-sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini
disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bahwasanya beliau bersabda.
http://orido.wordpress.com 29
Doa dan Adab
"Artinya : Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil
membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun
ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan
melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada
di sisi-Nya" [Hadits Riwayat Muslim] [5]
Membagi juz-juz Al-Qur'an untuk orang-orang yang hadir dalam perkumpulan, agar
masing-masing membacanya sendiri-sendiri satu hizb atau beberapa hizb dari Al-
Qur'an, tidaklah dianggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al-Qur'an bagi
masing-masing yang membacanya. Adapun tujuan mereka dalam membaca Al-
Qur'an untuk mendapatkan berkahnya saja, tidaklah cukup. Sebab Al-Qur'an itu
dibaca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya, mengambil
pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan
dalam membacanya dan berbagai macam faedah-faedah lainnya [Lihat Fatwa
Lajnah Da'imah no. 3861]
[Disalin dari kitab Bida’u An-Naasi Fii Al-Qur’an, Edisi Indonesia Penyimpangan Terhadap Al-Qur’an
Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerjemah Ahmad Amin Sjihab, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Notes
[1]. Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no
42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh
Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676 dalam Al-Ilmu bab 'Maa Jaa'al Fil Akhdzi bis
Sunnati Wajtinabil Bida', ia mengatakan : 'Hadits ini hasan shahih. Al-Arna'uth berkata : 'Sanadnya
hasan. Lihat Syarhus Sunnah, 1/205 hadits no.102.
[2]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab 'Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash
Shulh Mardud' dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab 'Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu
Muhdatsatil Umur' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[3]. Diriwayatkan oleh Muslim no. 1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil
Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[4]. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5050, dalam Fadhailul Qur'an, bab 'Barangsiapa mendengarkan
Al-Qur'an dari orang selainnya' dari hadits Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, 'Rasulullah berkata kepada
saya, bacakan Al-Qur'an untukku. Saya berkata, Wahai Rasulullah, apakah saya akan membacakannya
sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadamu.? Beliau menjawab, 'Ya' Maka sayapun membacakan
surat An-Nisa hingga pada ayat : "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad)
sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)". [An-Nisa : 41]. Beliau berkata, "Cukup". Saya
menoleh kepada beliau, ternyata kedua matanya sedang berlinang air mata." [Lihat Fatwa Lajnah
Da'imah no. 4394]
[5]. Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 2699 dalam kitab Dzikir dan Do'a, bab
'Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Aladz Dzikir dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.[Lihat
juga Fatawa Lajnah Da'imah no. 3302]
http://zahrotul.wordpress.com/2008/03/01/memuliakan-al-quran-bukan-
dengan-menciumnya/
http://orido.wordpress.com 30
Doa dan Adab
Al-Qur`an yang diturunkan oleh Rabbul ‘Alamin dari atas langit yang ketujuh adalah sebuah
kitab yang diagungkan keberadaannya oleh kaum muslimin. Mereka menghormatinya,
memuliakan, dan menyucikannya. Namun terkadang pengagungan dan penghormatan
tersebut tidaklah sesuai dengan yang semestinya. Artinya, mereka menganggap perbuatan
yang mereka lakukan merupakan bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap
Kalamullah, padahal syariat tidak menyepakatinya.
Satu kebiasaan yang lazim kita lihat di kalangan kaum muslimin adalah mencium/mengecup
mushaf Al-Qur`an. Dengan berbuat seperti itu mereka merasa telah memuliakan Al-Qur`an.
Lalu apa penjelasan syariat tentang hal ini? Kita baca keterangan Al-’Allamah Al-Muhaddits
Al-Imam Al-Albani t berikut ini.
Dalam keyakinan kami, perbuatan mengecup mushaf tersebut hukumnya masuk dalam
keumuman hadits:
ٌللَة
َ َ َوكُلّ بِدْعَةٍ ض،ٌ فَإِنّ كُلّ مُحْ َدثَةٍ بِدْعَة،ِل ُم ْور
ُ ِْإيّاكُمْ َومُحْدَثَاتِ ا
“Hati-hati kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan
merupakan bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”1
Dalam hadits yang lain disebutkan dengan lafadz:
ِللَةٍ فِي النّار
َ ََوكُلّ ض
“Dan setiap kesesatan itu di dalam neraka.”2
Kebanyakan orang memiliki anggapan khusus atas perbuatan semisal ini. Mereka
mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf tersebut tidak lain kecuali untuk
menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim. Bila demikian, kita
katakan kepada mereka, “Kalian benar. Perbuatan itu tujuannya tidak lain kecuali untuk
memuliakan dan mengagungkan Al-Qur`anul Karim! Namun apakah bentuk pemuliaan dan
pengagungan seperti itu dilakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para
shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula para tabi’in dan atba’ut
tabi’in?” Tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu
adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.”
Di sisi lain, kita tanyakan, “Apakah hukum asal mengecup sesuatu dalam rangka taqarrub
kepada Allah k itu dibolehkan atau dilarang?”
Berkaitan dengan masalah ini, kita bawakan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dalam Shahih keduanya, agar menjadi peringatan bagi orang yang mau ingat dan
agar diketahui jauhnya kaum muslimin pada hari ini dari pendahulu mereka yang shalih.
Hadits yang dimaksud adalah dari ’Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku melihat Umar ibnul
Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengecup Hajar Aswad dan berkata:
عَليْ ِه
َ ُصلّى ال َ ل ِ سوْلَ ا
ُ َت ر
ُ ل َأنّي َرَأ ْي
َ ْ َفَلو،ُل َتنْفَع
َ َضرّ و
ُ ل َت
َ ٌجر
َ َعلَ ُم َأ ّنكَ ح
ْ َِإنّي ل
َك مَا َق ّب ْل ُتك
َ سلّمَ يُ َق ّبُل
َ َو
“Sungguh aku tahu engkau adalah sebuah batu, tidak dapat memberikan mudarat dan tidak
dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.”3
Apa makna ucapan ‘Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu, “Seandainya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan
menciummu.”
Dan kenapa ‘Umar mencium/mengecup Hajar Aswad yang dikatakan dalam hadits yang
shahih:
ِجنّة
َ ْن ال
َ ِسوَ ُد م
ْ َج ُر اْل
َ َالْح
“Hajar Aswad (batu) dari surga.”4
Apakah ‘Umar menciumnya dengan falsafah yang muncul darinya sebagaimana ucapan
orang yang berkata, “Ini adalah Kalamullah maka kami menciumnya”? Apakah ‘Umar
mengatakan, “Ini adalah batu yang berasal dari surga yang dijanjikan kepada orang-orang
yang bertakwa maka aku menciumnya. Aku tidak butuh dalil dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang menerangkan pensyariatan menciumnya!”
Ataukah jawabannya karena memurnikan ittiba’ (pengikutan) terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang yang menjalankan Sunnah beliau sampai hari
kiamat? Inilah yang menjadi sikap ‘Umar hingga ia berkata, “Seandainya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan
http://orido.wordpress.com 31
Doa dan Adab
menciummu….”
Dengan demikian, hukum asal mencium seperti ini adalah kita menjalankannya di atas
sunnah yang telah berlangsung, bukannya kita menghukumi dengan perasaan kita, “Ini baik
dan ini bagus.”
Ingat pula sikap Zaid bin Tsabit, bagaimana ia memperhadapkan tawaran Abu Bakar dan
‘Umar radhiyallahu ‘anhum kepadanya untuk mengumpulkan Al-Qur`an guna menjaga Al-
Qur`an jangan sampai hilang. Zaid berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?!”
Sementara kaum muslimin pada hari ini, tidak ada pada mereka pemahaman agama yang
benar.
Bila dihadapkan pertanyaan kepada orang yang mencium mushaf tersebut, “Bagaimana
engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam?”, niscaya ia akan memberikan jawaban yang aneh sekali. Di antaranya, “Wahai
saudaraku, ada apa memangnya dengan perbuatan ini, toh ini dalam rangka mengagungkan
Al-Qur`an!” Maka katakanlah kepadanya, “Wahai saudaraku, apakah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengagungkan Al-Qur`an? Tentunya tidak diragukan bahwa beliau
sangat mengagungkan Al-Qur`an namun beliau tidak pernah mencium Al-Qur`an.”
Atau mereka akan menanggapi dengan pernyataan, “Apakah engkau mengingkari perbuatan
kami mencium Al-Qur`an? Sementara engkau mengendarai mobil, bepergian dengan
pesawat terbang, semua itu perkara bid’ah (maksudnya kalau mencium Al-Qur`an dianggap
bid’ah maka naik mobil atau pesawat juga bid’ah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah naik mobil dan pesawat, –pent.).”
Ucapan ini jelas salahnya karena bid’ah yang dihukumi sesat secara mutlak hanyalah bid’ah
yang diada-adakan dalam perkara agama. Adapun bid’ah (mengada-adakan sesuatu yang
baru yang belum pernah ada di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -pent.) dalam
perkara dunia, bisa jadi perkaranya dibolehkan, namun terkadang pula diharamkan dan
seterusnya. Seseorang yang naik pesawat untuk bepergian ke Baitullah guna menunaikan
ibadah haji misalnya, tidak diragukan kebolehannya. Sedangkan orang yang naik pesawat
untuk safar ke negeri Barat dan berhaji ke barat, tidak diragukan sebagai perbuatan
maksiat. Demikianlah.
Adapun perkara-perkara ta’abbudiyyah (peribadatan) jika ditanyakan, “Kenapa engkau
melakukannya?” Lalu yang ditanya menjawab, “Untuk taqarrub kepada Allah!” Maka aku
katakan, “Tidak ada jalan untuk taqarrub kepada Allah k kecuali dengan perkara yang
disyariatkan-Nya.”
Engkau lihat bila salah seorang dari ahlul ilmi mengambil mushaf untuk dibaca, tak ada di
antara mereka yang menciumnya. Mereka hanyalah mengamalkan apa yang ada di dalam
mushaf Al-Qur`an. Sementara kebanyakan manusia yang perasaan mereka tidak memiliki
kaidah, menyatakan perbuatan itu sebagai pengagungan terhadap Kalamullah namun
mereka tidak mengamalkan kandungan Al-Qur`an.
Sebagian salaf berkata, “Tidaklah diadakan suatu bid’ah melainkan akan mati sebuah
sunnah.”
Ada bid’ah lain yang semisal bid’ah ini. Engkau lihat manusia, sampai pun orang-orang fasik
di kalangan mereka namun di hati-hati mereka masih ada sisa-sisa iman, bila mereka
mendengar muadzin mengumandangkan adzan, mereka bangkit berdiri. Jika engkau
tanyakan kepada mereka, “Apa maksud kalian berdiri seperti ini?” Mereka akan menjawab,
“Dalam rangka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala!” Sementara mereka tidak pergi
ke masjid. Mereka terus asyik bermain dadu, catur, dan semisalnya. Tapi mereka meyakini
bahwa mereka mengagungkan Rabb mereka dengan cara berdiri seperti itu. Dari mana
mereka dapatkan kebiasaan berdiri saat adzan tersebut?! Tentu saja mereka dapatkan dari
hadits palsu:
س ِم ْعتُ ُم اْلَذَانَ فَ ُق ْو ُموْا
َ إِذَا
“Apabila kalian mendengar adzan maka berdirilah.”5
Hadits ini sebenarnya ada asalnya, akan tetapi ditahrif oleh sebagian perawi yang
dhaif/lemah atau para pendusta. Semestinya lafadznya: …( ُق ْولُواucapkanlah), mereka
ganti dengan: …( ُق ْو ُموْاberdirilah), meringkas dari hadits yang shahih:
ّعَلي
َ صّلوْا
َ فَ ُق ْوُلوْا ِمثْلَ مَا يَ ُقوْلُ ثُ ّم،َس ِم ْعتُ ُم اْلَذَان
َ إِذَا
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah semisal yang diucapkan muadzin,
http://orido.wordpress.com 32
Doa dan Adab
http://www.almanhaj.or.id/content/1377/slash/0
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
http://orido.wordpress.com 33
Doa dan Adab
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Sesungguhnya saya sering membaca Al-
Qur’an Al-Karim, namun tidak bagus (menerapkan) hukum-hukum (takwid)-nya,
sering keliru dalam membaca. Apakah saya berdosa dengan melakukan perbuatan
itu ?
Jawaban
Merupakan suatu kewajiban atas setiap orang muslim mempelajaari cara tilawah
Al-Qur’an sampai dia mengusai dan membacanya sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sesuai dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada RasulNya. Dia membacanya
sesuai dengan kemampuan, bila memungkinkan membacanya dengan tenang dan
diulang-ulang sehingga betul-betul benar, maka dia mendapat dua pahala,
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dengan sabdanya.
“Artinya : Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia terbata-bata didalamnya serta
dia mengalami kesulitan, dia itu mendapat dua pahala..” [1]
Maka anda wahai saudaraku, bersabarlah dan tenang, ulang-ulanglah per kata
beberapa kali sampai anda mampu mengucapkannya sesuai dengan apa yang
semestinya, meskipun anda mengalami kesulitan, karena pahalanya sangat besar.
Janganlah anda coba-coba untuk tergesa-gesa dan melantunkan Al-Qur’an dengan
tidak peduli apakah salah atau benar, hal seperti ini termasuk menghina firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita mengetahui bahwa ini adalah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya sebagaimana
kita membacanya dengan huruf-huruf dan harakat-harakat ini dan Jibril Alaihis
salam menerimanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Jibril
menyampaikannya (melalui wahyu) ke dalam hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti apa yang diterima dari Allah.
“Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas” [Asy-Syu’ara : 192-195]
[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an,
Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(896), Kitab Shalah Al-Musafirin wa
Qashruha bab 38
http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/
Bismillahirrahmanirrahim,
http://orido.wordpress.com 34
Doa dan Adab
Alhamdulillahirabbil ‘alamin
Tulisan ini sudah akan saya tulis beberapa waktu lalu namun karena cukup
panjang [karena memuat transkrip dari satu ceramah berdurasi 40 menit]
dan saya belum mulai2 maka sampai sekarang tulisan itu belum jadi juga.
Pagi ini ketika blogwalking saya nemu postingan ini . Maka tergerak
semangat untuk berbagi kebaikan saya segera tulis ini yang merupakan
pokok2 inti ceramah yang saya dengarkan di Masjid Baiturrahman Banda
Aceh beberapa waktu lalu. Ustadznya masih muda sekira 35 tahun hafal Al
Quran dan beliau dari Malaysia. Sayang saya tak sempat tahu nama beliau.
Menurut beliau jika ia tanya kepada 10 orang “Apakah Anda bisa menghafal
seluruh AlQuranulkarim 30 juz?” maka 90% akan menggeleng dan
mengatakan “Sangat sulit saya tidak bisa!” dan yang 10% mungkin akan
menjawab: “Mungkin bisa jika diberitahu cara2nya?
Inilah ‘intinya’ kenapa saya segera tulis postingan ini! 90% atau lebih dari
kita [termasuk saya tentunya] akan mengatakan mustahil untuk bisa hafal 30
juz, boro2 30 juz kan, juz amma [juz 30] gak apal-apal, ya kan?
Langsung saja: menurut beliau menghafal AlQuran itu mudah dan mungkin
dilakukan oleh SIAPA SAJA. Caranya? [siap2 menjublak karena
gampangnya.... ]
2. Al Quran hanya bisa dihafal oleh yang hatinya bersih. Supaya bersih
caranya gampang. Sebelum mulai menghafal baca istighfar banyak2, mohon
ampun dengan sungguh2 kepada Allah. Tidak ada manusia yang TIDAK
BERDOSA, dan Allah sudah sampaikan salah satu cara menghapus dosa
adalah istighfar banyak2. Minta Allah ampuni kita dan bersihkan hati kita
http://orido.wordpress.com 35
Doa dan Adab
3. Alquran itu kita hafal bukan karena kita menghafalnya, tapi Allah yang
letakkan kefahaman itu kedalam hati kita, saya ulangi: Allah yang letakkan
kefahaman itu dalam hati kita. Jadi kita mohon kepada Allah agar Ia tolong
kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita
Pasti anda bertanya wah kalau begitu berapa lama saya akan hafal ?
Secara matematika jika seluruh ayat Al Quran berjumlah 6666 [betul ya?]
berarti akan khatam kira2 18 tahun!!! Wah lama sekali ya. Namun kata
beliau AlQuran saja genap turun kira2 23 tahun, jadi angka 18 tahun itu
wajar dan ‘alamiah’. Satu hal yang beliau sampaikan, karena alQuran itu
mu’jizat, dan Allahlah yang letakkan kefahaman itu di hati kita, sesuatu
yang secara normal nampak TIDAK MUNGKIN bisa MENJADI MUNGKIN. Jika
kita sudah istiqamah mempraktekkannya maka Allah akan BUKA rahasia2Nya,
Allah akan tunjukkan jalan2Nya. [Beliau sendiri mengakui baru belajar baca
Al Quran ketika mulai kuliah di Inggris, kalau saya perkirakan dari usia
beliau sekarang sepertinya beliau hafal jauh lebih cepat dari 18 tahun, dan
menurut beliau pula 4 orang anaknya telah hafizh, 2 lagi menyusul!!!
Subhanallah].
Mungkin setelah beberapa waktu, bisa saja kita mudah menghafal 5 atau
bahkan 10 ayat sehari?
Jadi kuncinya:
• niat ikhlas
• istighfar sungguh
• minta tolong Allah fahamkan
• sedikit demi sedikit
• diulang-ulang
• istiqamah dan shabar.
http://orido.wordpress.com 36
Doa dan Adab
———————-
Karena kemuliaan dan kesucian Al Quran hendaklah kita sangat
memperhatikan dengan benar adab atau tatacara dan sikap perilaku kita
ketika membacanya. Sila rujuk ke posting sahabat ORido di artikel berjudul
Adab Membaca Al-Quran.
Wass wr wb.,
http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/
” Hafizh Qur’an “
April 14, 2008 at 12:52 pm | In Agama, Tulisan lama |
http://orido.wordpress.com 37
Doa dan Adab
Kalau kita cermati ayat di atas, maka kita akan dapati bahwa tidak
ada seorangpun diantara kita yang tidak mampir ke neraka, kecuali orang
orang-orang yang dirahmati Allah Swt atau orang-orang yang mendapat
syafaat Rasulullah. Tapi sekali lagi siapa yang bisa menjamin kita
mendapatkan hal itu ???
Diantara beberapa kemulian ummat Rasulullah saw adalah Allah swt
membolehkan orang-orang tertentu dari ummat Rasulullah saw memberikan
syafaat bagi anggota keluarganya yang dimasukan ke dalam neraka untuk
memasuki syurga , diantara orang-orang yang di perbolehkan memberi
syafaat tersebut yaitu para hafizh Al-qur’an, dimana mereka dapat
mengeluarkan 10 anggota keluarganya didalam neraka.
Para hafiz al-qur’an memiliki kemulian tersendiri dimata Allah Swt,
selain dapat memberikan syafaat bagi ahli keluarganya disebutkan juga
didalam kitab Jami’ul-Fawaid, Imam Thabrani rah.a telah meriwayatkan,
bahwa Anas ra mengatakan Rasululah saw bersabda, “Barangsiapa
mengajarkan anaknya membaca Al-Qur’an, maka dosa-dosanya yang
akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa
mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al-Qur’an, maka pada hari
kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti
cahaya bulan purnama, dan dia akan berkata kepada anaknya,
‘Mulailah membaca Al-Qur’an,’ Ketika anaknya mulai membaca satu
ayat Al-Qur’an, maka bapaknya dinaikkan satu derajat oleh Allah Swt,
sehingga terus bertambah tinggi hingga tamat.”
Berapa beruntungnya apabila kita memiliki ahli keluarga yang
menjadi hafizh Al-Qur’an. Karena berkah membaca Al-Qur’an dan
mengamalkan isinya, maka orang tua dari seorang yang membacanya akan
dipakaikan mahkota pada hari Kiamat nanti, yang sinarnya sangat terang,
sehingga mengalahkan sinar matahari.
Bahkan dalam kitab Syarh Al-Ihya Ma’rifah, Abu Nu’aim menuliskan
bahwa basith ra meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda,
“Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an,
tempat-tempat itu akan menyinari ahli-ahli langit, sebagaimana
bintang-bingtang menyinari ahli bumi.
Alangkah berbahagianya manakala ada diantara anggota keluarga kita
yang menjadi Hafizh Al-Qur’an , karena sesungguhnya Al-qur’an adalah suatu
nikmat yang besar sehingga apabila kita mengabaikannya maka akan
menyebabkan datangnya azab yang pedih bagi diri kita.
Dari Sa’id bin Sulaim ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak
ada penolong yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah pada hari
kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan Nabi, bukan Malaikat dan bukan pula
yang lainnya.”
Dari Abdullah bin Amru ra dia berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi hamba
yang mengerjakannya . Puasa akan berkata, ‘Tuhanku, aku telah
mengahalanginya dari makan dan minum pada siang hari, maka
terimalah syafa’atku untuknya.’ Dan Al-Qur-an berkata , ‘Tuhanku, aku
http://orido.wordpress.com 38
Doa dan Adab
http://orido.wordpress.com 39