Professional Documents
Culture Documents
dan
TASMIYA
H
Aysha_Khumaira@yahoo.co.id
Dengan menyebut nama ALLAH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Segala puji bagi ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi Maha Agung, penguasa
alam semesta.
Salam dan selawat semoga senantiasa kepada Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa sallam, beserta para isteri beliau, dan keturunan serta keluarga
beliau.
File ini adalah Bab II, bagian ke-2 dari serial Membina Rumah Tangga Islami.
Pada kesempatan ini kita hanya membahas tentang Aqiqah dan Tasmiyah
sebagai salah satu syariat Islam dalam kehidupan berumah tangga.
AQIQAH TASMIYAH
Cinta-Rasul-Owner@yahoogroups.com
AQIQAH
1. Pengertian aqiqah
2. Hukum aqiqah
3. Wajib jika mampu
4. Sunat jika tidak mampu
5. Hewan aqiqah adalah kambing
6. Syarat hewan aqiqah
7. Umur kambing aqiqah
8. Waktu pelaksanaan aqiqah
9. Mengusap kepala bayi dengan
minyak wangi
10.Jika aqiqah lewat dari hari ke-7
11.Daging aqiqah untuk fakir
miskin
1. PENGERTIAN AQIQAH
Dari Ali [bin Abi Thalib], dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memerintahkan kami agar memeriksa mata dan telinga
hewan, dan janganlah berqurban dengan hewan yang [1] matanya
buta sebelah, [2] telinganya terbelah pada bagian muka dan
belakang atau [3] yang kedua telinganya dilobangi, dan [4] yang
sudah hilang giginya”.
[HR. Ahmad, sanad shahih menurut Turmuzi, Ibnu Hibban dan Al-
Hakim]
Jadi syarat hewan kambing aqiqah adalah kambing yang gemuk dan
sehat serta tidak boleh ada cacat sedikitpun.
7. UMUR KAMBING AQIQAH
Penjelasan:
Hadis ini menerangkan bahwa pada saat melakukan pencukuran
rambut kepala si bayi, kita disunatkan untuk mengolesi kepala bayi
dengan minyak harum.
10. JIKA AQIQAH LEWAT DARI HARI KE-7
Aqiqah yang lewat dari hari ke-7 adalah aqiqah yang apabila orang
tua sibayi tidak mampu melaksanakan aqiqah pada hari ke-7 setelah
kelahiran bayinya, melainkan ia mampu sesudahnya. Hal ini mungkin
dikarenakan orang tua bayi itu banyak mengeluarkan biaya selama
proses persalinan ibu si bayi (misalnya melahirkan di rumah sakit),
sehingga ia tidak mempunyai uang untuk membeli kambing aqiqah.
Sebagaimana daging qurban pada hari raya Haji (Idul Adha), maka
daging aqiqah pun disamakan statusnya dengan daqing qurban,
yaitu diberikan kepada fakir miskin sebagai tanda bersyukur kita
kepada ALLAH atas anugerah kelahiran bayi kita.
Inilah hadis yang dipakai oleh nenek moyang Melayu kita ketika
memberi nama kepada anak-anaknya, yaitu nama diri dan nama
bapak. Sehingga sampai hari ini kita masih mendengar seseorang
diberi nama semisal: Abdullah bin Abdurrahman atau Fatimah binti
Muhammad. Atau mereka memberi nama Abu Abdullah atau Ummu
Fatimah, dan lain sebagainya.
4. NAMA-NAMA YANG PALING DISUKAI ALLAH
Penjelasan:
Hadis ini dengan jelas menerangkan agar kita jangan sampai
memberi nama anak kita dengan nama MALIK, karena ini adalah
nama ALLAH.
6. MEMBERI NAMA MENYAMAI RASULULLAH
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Seseorang melahirkan anak laki-
laki, kemudian diberinya nama Muhammad. Maka berkatalah salah
seorang anggota keluarganya: “Kami tidak memperbolehkan kamu
menamainya dengan nama Rasulullah SAW!” Maka digendongnya
anaknya menemui Nabi SAW, seraya berkata: “Wahai Rasulullah, saya
melahirkan seorang anak laki-laki, lalu saya memberinya nama
Muhammad. Famili saya mengatakan tidak boleh memberi nama
Rasulullah SAW. Bagaimanakah itu?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berilah dia nama
dengan namaku, tetapi jangan menggelari dengan gelarku. Saya
bergelar QASIM (tukang bagi), karena saya membagi-bagikan rahmat
ALLAH di antara kamu sekalian”.
7. MEMBERI NAMA YANG INDAH
Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Anak perempuan Umar diberi nama
Ashiyah (si durhaka). Maka diganti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan nama JAMILAH (si cantik).”
[HR. Muslim]
Penjelasan:
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita memberi nama yang indah
bagi anak-anak kita. Karena nama akan membawa pengaruh sosial
bagi jiwa anak. Nama yang indah membuat anak lebih percaya diri,
dan sebaliknya nama yang buruk juga membuat anak menjadi
minder.
8. HATI-HATI KETIKA MEMBERI NAMA
Dari Muhammad bin Amar bin Atha, dia berkata: “Saya memberi
nama anak perempuan saya BARRAH (si baik atau si suci).
Maka Zainab binti Abi Salamah berkata kepada saya: “Rasulullah
SAW telah melarang memberi nama anak dengan nama [Barrah] ini .
Dahulu namaku juga Barrah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci.
ALLAH Ta’ala yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang
yang baik atau yang suci di antara kamu”. Tanya para sahabat
[kepada Nabi SAW]: “Apakah nama yang kami berikan kepadanya?”
Jawab beliau SAW: “Berilah ia nama ZAINAB”.
[HR. Muslim, Kitab Adab]
Penjelasan:
Hadis ini menjelaskan kepada kita agar hati-hati dalam memberikan
nama kepada anak kita. Nama yang salah dan memiliki arti yang
berlebihan juga dapat membawa keburukan bagi si anak.
Wallahu a’lam.
Hanya ALLAH Yang Maha Mengetahui.
Cinta Rasul adalah milis wadah bertukar informasi tentang Islam dan pembelajaran serta evaluasi ulang ilmu fiqih Islam yang sudah sejak lama difatwakan oleh ulama-ulama
baik dari Mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maupun fatwa yang berasal dari ijtihad para ulama lokal Nusantara.
Cinta-Rasul@yahoogroups = Moderator Only, Cinta_Rasul@yahoogroups = Public, dan Cinta_Rasul@googlegroups = Archive File.
Owner, Tim Penulis dan Moderator CR bukanlah anggota dari suatu organisasi massa Islam manapun, dan sama sekali bukan bagian dari kelompok Khawarij
Salafy/Salafyoon. Apabila terdapat kesamaan pembahasan fiqih maka itu hanyalah karena persamaan pengambilan terhadap dalil hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Jika terdapat materi Fiqih yang berbeda dengan masyarakat umum dan dipertahankan oleh Owner/Penulis, maka itu hak Owner/Penulis dan jangan diikuti secara taklid
buta oleh pembaca. Tradisi dan masyarakat yang diketengahkan oleh Owner/Penulis tentu saja tidak sama dengan masyarakat Indonesia seluruhnya.
CR hanyalah sekedar menyampaikan sunnah Rasulullah dengan memilih hadis berdasar tingkat validitas (keabsahannya) yang terbagi pada Shahih, Hasan Shahih, dan
Hasan. Selain daripada itu tidak kita sampaikan, kecuali sekedar informasi.