You are on page 1of 10

MUTAZILAH 1.Definisi Mu'tazilah a.

Secara Etimologi Mu'tazilah atau I'tizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan kesendirian, kelemahan dan keterputusan, b. Secara Terminologi Para Ulama Sedangkan sebagian ulama mendefinisikannya sebagai satu kelompok dari qadiriyah yang menyelisihi pendapat umat Islam dalam permasalahan hukum pelaku dosa besar yang dipimpin oleh Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid pada zaman Al Hasan Al Bashry. Dan kalau kita melihat kepada definisi secara etimologi dan terminologi didapatkan adanya hubungan yang sangat erat dan kuat, karena kelompok ini berjalan menyelisihi jalannya umat Islam khususnya Ahli Sunnah dan bersendiri dengan konsep akalnya yang khusus sehingga Akhirnya membuat mereka menjadi lemah, tersembunyi dan terputus. 2. Sejarah Munculnya Mutazilah Kelompok pemuja akal (Qadariyyah) ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal. Ia lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan wafat pada tahun 131 H. Di dalam menyebarkan bidahnya, ia didukung oleh Amr bin Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota Bashrah) setelah keduanya bersepakat dalam suatu pemikiran bidah, yaitu mengingkari taqdir dan sifat-sifat Allah. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok Mutazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya. Hingga kemudian para dedengkot mereka mendalami bukubuku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah Al-Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar terwarnai oleh manhaj ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah -pen). Oleh karena itu, tidaklah aneh bila kaidah nomor satu mereka berbunyi: Akal lebih didahulukan daripada syariat (Al Quran, As Sunnah dan Ijma, pen) dan akal-lah sebagai kata pemutus dalam segala hal. Bila syariat bertentangan dengan akal -menurut persangkaan mereka- maka sungguh syariat tersebut harus dibuang atau ditakwil.

3.Sebab penamaannya. Para Ulama telah berselisih tentang sebab penamaan kelompok (aliran) ini dengan nama Mu'tazilah menjadi beberapa pendapat: Pertama: Berpendapat bahwa sebab penamaannya adalah karena berpisahnya Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid dari majlis dan halaqohnya Al Hasan Al Bashry. Hal ini didasarkan oleh riwayat yang mengisahkan bahwa ada seseorang yang menemui Al Hasan Al Bashry, lalu berkata:wahai imam agama...telah muncul pada zaman kita ini satu jamaah yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan dosa besar menurut mereka adalah kekafran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, dan mereka adalah Al Wa'iidiyah khowarij dan jamaah yang menangguhkan pelaku dosa besar, dan dosa besar menurut mereka tidak mengganggu (merusak) iman, bahkan amalan menurut mazhab mereka bukan termasuk rukun iman, dan iman tidak rusak oleh kemaksiatan, sebagaiman tidak bermanfaat ketaatan bersama kekufuran, dan mereka adalah murjiah umat ini, maka bagaimana engkau memberikan hukum bagi kami dalam hal itu secara i'tikad? Lalu Al Hasan merenung sebentar tentang hal itu, dan sebelum beliau menjawab, berkata Waashl bin Atho': saya tidak akan mengatakan bahwa pelaku dosa besar itu mu'min dan tidak juga kafir, akan tetapi dia di dalam satu kedudukan diantara dua kedudukan tersebut (manzlah baina manzilatain), tidak mu'min dan tidak kafir. Kemudian dia berdiri dan memisahkan diri ke satu tiang dari tiang-tiang masjid menjelaskan jawabannya kepada para murid Al Hasan, lalu berkata Al Hasan : telah berpisah (i'tizal) dari kita Washil, dan Amr bin Ubaid mengikuti langkah Waashil, maka kedua orang ini beserta pengikutnya dinamakan Mu'tazilah. Berkata A Qodhi Abdul Jabaar Al Mu'tazily dalam menafsirkan sebab penamaan mereka ini:telah terjadi dialog antara Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid dalam permasalahan ini -permasalahan pelaku dosa besar-lalu Amr bin Ubaid kembali ke mazhabnya dan meninggalkan halaqoh Al Hasan Al Bashry dan memisahkan diri, lalu mereka menamainya Mu'tazily, dan ini adalah asal penggelaran Ahlul Adil dengan Mu'tazilah. Kedua: Berpendapat bahwa mereka dinamai demikian karena ucapan imam Qatadah kepada Utsman Ath Thowil: siapa yang menghalangimu dari kami? apakah mereka Mu'tazilah yang telah menghalangimu dari kami? Aku jawab:ya. Berkata Ibnu Abl Izzy : dan mu'tazilah adalah Amr bin Ubaid dan Waashil bin Atho' Al Ghozaal serta para pengikutnya, mereka dinamakan demikian karena mereka memisahkan diri dari Al Jamaah setelah wafatnya Al Hasan Al Bashry di awal-awal abad kedua dan

mereka itu bermajlis sendiri dan terpisah, sehngga berkata Qotadah dan yang lainnya: merekalah Mu'tazilah. 4. Pengaruh Mutazilah di Dunia Islam Mutazilah dalam menyelesaikan berbagai masalah keagamaan selalu menggunakan kekuatan akal pikiran. Bahkan mereka diberi nama kaum rasionalis. Kamum Mutazilah sangat serius membela dan mempertahankan akidah dari mereka yang bermaksud merusaknya. Dalam sejarah, pada masa pemerintahan Abbasiyah, kaum muslimin terancam dari berbagai aliran yang merupakan lawan-lawan kepercayaan Islam. Lawan-lawan itu di antaranya, paham al-Mujassimah, al-Rafidhah, mulhid dan zindik di samping itu juga dapat menumpas paham reinkarnasi. Karena itu dalam sejarah umat Islam tidak mengenal pembahasan yang bercorak filsafat dan lengkap tentang Tuhan, sifat-sifat dan perbuatannya dengan disertai dalil-dalil akal pikiran dan alasan-alasan naql sebelum lahir aliran Mutazilah. Dengan demikian, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa Mutazilah sangat besar pengaruhnya di dunia Islam, di antaranya: 1. Bidang orator dan pujangga. 2. Bidang ilmu balaghah (rethorika) 3. Ilmu perdebatan (jadal) 4. Bidang ilmu Kalam (Theologi Islam).

AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH

Sebagian kecil masyarakat ada yang mengidentikkan pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan masalah khilafiyah sekitar tahlil, talqin, qunut, bacaan ushalli dalam mengawali salat, dan lain sebagainya. Sebenarnya masalah yang terkait dengan Ahlus sunnah wal jamaah jauh lebih mendasar, bukan hanya permasalahan yang sering dipertentangkan sebagai khilafiyah tersebut. Karena itu kiranya generasi muda perlu mendapatkan pemahaman yang wajar tentang masalah ini guna menghindari pertikaian, perselisihan, dan percekcokan yang tidak diketahui permasalahan yang sebenarnya. 1. Asal kata Nabi Muhammad saw dalam salah satu haditsnya bersabda bahwa umat Islam nantinya terpecah dalam berbagai kelompok yang berbeda pendapat sebanyak 73 golongan. Dari seluruh golongan tersebut, yang selamat, tidak di neraka, hanya satu yaitu yang disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah, Ketika ditanya tentang artinya, beliau menjawab singkat:

Segala yang aku berada di atasnya sekarang bersama para sahabatku, atau segala yang aku lakukan bersama sahabat-sahabatku. Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa:

istilah ahlus sunnah wal jamaah sudah pernah dipergunakan oleh Nabi saw sendiri.

secara garis besar sudah diterangkan pula artinya.

2. Pengertian Berdasar hadits tersebut dapat diuraikan pengertian sebagai berikut:


Kata ahlun, ahlu atau ahli, berarti kaum atau golongan. Kata assunnah artinya tingkah laku, kebiasaan, ucapan, perbuatan atau sikap Nabi saw. Sama persis dengan arti hadits, bahkan ada pendapat bahwa assunnah lebih mendalam dari pada hadits, yaitu sikap yang berulang-ulang menjadi kebiasaan atau karakteristik.

Kata wa atau wal adalah kata sambung, berarti "dan". Kata aljamaah, semula berarti kelompok. Dalam hal ini pengertiannya sudah mengkhusus menjadi kelompok sahabat Nabi. Istilah sahabat Nabi artinya sudah mengkhusus pula, yaitu mereka yang beriman kepada Nabi dan hidup sezaman atau pernah berjumpa dengan beliau.

Dengan pengertian inilah kata assunnah dengan aljamaa dirangkaikan. Assunnah diartikan sebagaimana diuraikan di atas, dan aljamaah diartikan penghayatan dan amalan para sahabat terkemuka sebagai petunjuk pembantu untuk mencapai ketepatan memahami dan mengamalkan assunnah. Oleh karena itu disimpulkan pengertian:

assunnah wal jamaah: persis sama dengan yaitu: 1. ajaran yang dibawa, dikembangkan, dan diamalkan oleh Nabi Muhammad saw, dan 2. dihayati, diikuti, dan diamalkan pula oleh para sahabat.

ahlussunnah wal jamaah ialah golongan yang berusaha selalu berada pada garis kebenaran assunnah wal jamaah. Secara popular dan mudah, tetapi berbau reklame dan agitasi dapat dirumuskan bahwa

ahlussunnah wal jamaah adalah golongan yang paling setia kepada Nabi Muhammad saw.

3. Proses perkembangan Sinyalemen Nabi tentang golongan dan perbedaan yang timbul ternyata benar. Maklum, bahwa hal yang disabdakan oleh beliau selalu berdasar wahyu Allah. Setelah beliau wafat mulai timbul orang-orang yang kemudian menjadi kelompok dan golongan, yang berangsur-angsur membedakan diri, memisahkan diri, dan mulai menyimpang dari garis lurus assunnah wal jamaah. Faktor utama yang menyebabkan pembedaan, pemisahan, dan penyimpangan ialah sikap tatharruf atau ekstrimisme, berlebih-lebihan di dalam memegang pendirian atau melakukan sesuatu perbuatan. Sebagaimana adat dunia, tiap ada yang berlebihan ke kanan, biasanya timbul pihak yang berlebihan ke kiri. Hal yang menonjol dalam sejarah ialah kebangkitan golongan Syiah yang berlebihan mencintai famili Nabi, sehingga menyalahkan sahabat Abu Bakar ra dan lain-lain. Sikap berlebihan ini makin lama makin hebat dan menimbulkan tandingan yang berlebihan pula, tetapi berlawanan arah. Kemudian muncul golongan Khawarij yang terlalu kaku, radikal. Semula mereka tergolong Syiah, tetapi ketika ada usaha kompromi antara Syiah dan anti Syiah, maka golongan ini melepaskan diri dan menamakan diri Khawarij. Kalau golongan Syiah dapat disebut terlalu emosional sentimental atau terlalu mengikuti perasaan, maka golongan Khawarij dapat disebut terlalu radikal anarkis yang memusuhi semua pihak, tidak mau diatur.

Pada zaman berikutnya muncul lagi golongan Mu'tazilah yang terlalu memuja akal, sehingga kalau ada dalil nash yaitu al-Quran dan al-Hadits yang tidak atau kurang sesuai dengan selera pikiran, maka dipaksakan penafsiran menurut selera mereka yang terlalu rasionalistis. Semula perbedaan atau penyimpangan kecil, makin lama membesar dan makin parah. Tiap penyimpangan disusul dengan penyimpangan, bercabang-cabang menjadi semrawut. Hal-hal lain yang menambah keparahan perbedaan atau penyimpangan, bahkan penyelewengan dan bentrokan adalah:

Kepentingan famili, politik, dan kekuasaan, Kepentingan politik telah menimbulkan golongan pro dan kontra Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib, berkelanjutan dengan golongan Umawiyah dan Abbasiyah.

Infiltrasi kaum munafik yang berpura-pura Islam. Infiltrasi kaum munafik secara halus telah banyak menimbulkan pertentangan antara lain pernah ada 'anti Aisyah'.

Sisa-sisa kepercayaan lama dan israiliyat yang sedikit banyak masih ada pada pemeluk Islam baru dari berbagai unsur seperti Majusi, Yahudi, Nasrani, dan lain-lain terselundup di kalangan kaum muslimin baik disengaja maupun tidak. Dongengdongeng yang tidak ada dasarnya dalam Islam adakalanya dianggap seperti dari Islam.

Pengaruh filsafat barat, Yunani. Filsafat Yunani yang diungsikan dari barat karena dimusuhi oleh kaum Masehi banyak diterima, diterjemahkan, dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Islam. Disamping kemajuan berpikir yang positif, hal ini berakibatsampingan timbul sikap terlalu akal-akalan sehingga akidah Islam yang mudah dan logis menjadi rumit dan sulit. Disamping penyimpangan dan penyelewengan yang semrawut, masih cukup kuat dan

besar kaum muslim yang tetap berada pada jalan lurus dengan tokoh para ulama shalihin mukhlishin, ahli agama yang beramal saleh dan yang ikhlas. Mereka juga disebut ulama salaf yang berusaha, berjuang, dan bekerja keras memelihara, mempertahankan, menyiarkan, dan mengembangkan assunnah wal jamaah serta membentengi umat Islam dari unsur-unsur penyelewengan. Keberadaan dan karakteristik ahlussunnah wal jamaah Keberadaan ahlussunah wal Jamaah tidak dibatasi oleh tempat dan masa tertentu. Terkadang pada suatu negeri jumlah mereka banyak dibanding pada negeri lain yang jumlahnya sedikit, atau terkadang pada suatu masa mereka jumlahnya banyak dan pada masa

4.

lain jumlahnya sedikit. Hanya saja mereka senantiasa ada, tidak pernah terputus mata rantai keberadaan mereka. Secara umum, keberadaan ahlussunah wal Jamaah tidak terbatas berdasarkan ruang lingkup zaman dan waktu, bahkan mereka tersebar luas di pelosok bumi. Di samping itu, kondisi masyarakat (kaum muslimin) awam yang melaksanakat syi'arsyi'ar agama, terhindar dari bentuk-bentuk kesyirikan dan bid'ah, dan tetap dalam fitrohnya, pada hakekatnya mereka termasuk ahlussunah wal Jamaah, di manapun dan dalam masa apapun mereka berada. Dan jumlah ahlussunah wal Jamaah pada akhir zaman tidaklah banyak Alloh a'lam-, sebagaimana yang disifatkan oleh Nabi sholallohu alaihi wa sallam bahwa mereka adalah: Ath- hoifah ( Al- urobaa ( Al- Ishobah ( irqoh Wahidah ( ): sekelompak umat. ): Golongan yang asing dan terasing. ): Sekawanan orang. ): satu goloongan (dari 73 golongan).

Istilah-istilah di atas menunjukkan jumlah yang sedikit atau minoritas. Karateristik Ahlussunnah Wal Jamaah Sifat dan karateristik ahlussunnah wal jamaah telah dijelaskan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam secara gamlang dan jelas sekali. Di antara karateristik mereka adalah: 1. Mereka adalah orang-orang yang berada di atas Huda (petunjuk) Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam secara konsekwen, baik dalam aqidah, suluk (akhlak) maupun ibadah. Dari generasi ke generasi, hingga zaman kita sekarang ini, mereka senantiasa ada dan dapat diketahui karateristiknya sebagai orang yang kuat dalam mencontoh, mengikuti dan meneladani petunjuk Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. 2. mereka adalah orang-orang yang termasuk (berpegang teguh) dengan aqidah salaf (orang terdahulu) dari generasi shohabat, tabi'in dan imam-imam pemberi petunjuk dari tiga generasi yang mulia. Aqidah salaf adalah aqidah yang di wariskan oleh generasi terbaik yang di yakini dan di bukukan dalam buku-buku karangan para Imam, seperti Imam Ahmad, al Bukhori, Ibnu Abi Ashim, ad Darimi, Ibnu Khuzaimah, Isma'il ash Shobuni, ath Thohawi, Ibnu Taimiyah dan imam-imam lainnya. 3. Mereka adalah orang-orang yang selamat dan terhindar dari talabbus (kesamaran dan pencampuradukan) terhadap bid'ah, kesyirikan dan jalan (sesat) lainnya.

Oleh karena itu, tidak akan ditemui pada diri ahlussunah wal Jamaah bentuk-bentuk talabbus di atas seperti mengeramatkan kuburan, pemimpin, batu ataupun peninggalanpeninggalan kuno lainnya. Tidak berdo'a kepada selain Alloh subhanahu wa ta'ala, meminta pertolongan kepada orang mati, mendirikan monumen-monumen peringatan di atas kuburan, menyelenggarakan perayaan dan peringatan bid'ah dan lainnya yang sering dilakukan orang-orang bodoh, lalai ataupun orang yang ikut-ikutan saja. 4. mereka adalah orang-orang yang memegang erat syi'ar-syi'ar agama, baik yang terangterangan maupun yang tersembunyi sebagaimana yang diperintahkan Alloh subhanahu wa ta'ala dan Rosul-Nya. Mereka senantiasa menegakkan yang fardhu dan sunnah, memerintahkan yang ma'ruf, mencegah yang munkar, meninggalkan dosa, haram, bid'ah dan mencegah semua bentuk kebathilan. 5. Mereka adalah orang-orang yang tampil di tengah-tengah masyarakat dengan menampakkan kejujuran berlandaskan kebenaran, dan memerangi kebohongan serta tidak terpengaruh sedikitpun oleh celaan para pencelanya.

5.Golongan-golongan Ahlussunah wal jamaah Pada perkembangan selanjutnya, Ahlus Sunnah Wal Jamah dikodifikasikan dengan lebih jelas oleh Imam Abdul Qahir bin Thahir al-Baghdadi (wafat 429 H) dalam bukunya Al Farq Bain Al Firaq (perbedaan diantara aliran-aliran), beliau merumuskan ada delapan kelompok yang termasuk golongan Ahlus Sunnah Waljamaah yaitu: 1. Mutakallimin (ulama kalam/theologi) yaitu orang yang memahami secara pas masalahmasalah keesaan Tuhan, kenabian, hukum- hukum, janji dan ancaman, pahala dan ganjaran, syarat ijtihad, Imamah, dan pimpinan ummat, dengan mengikuti metodologi aliran as-Shifatiah (menetapkan sifat-sifat Tuhan) yang tidak terseret ke dalam faham antropomorfis (tasybih) dan tathil (meniaakan sifat2 Allah) serta bidah kaum Syiah, Khawarij dan sederet golongan bidah lainnya. 2. Fuqaha (ulama fiqih) yaitu para Imam Mazhab iqh, baik dari ahlur rayi maupun ahlul Hadits, yang menganut aliran al-Shifatiah (menerima sifat2 Allah) dalam masalah teologi menyangkut Tuhan dan sifat-sifat yang azali, membersihkan diri dari faham Qadariah dan Mutazilah. Menetapkan adanya ruyah (melihat uhan di hari kemudian), kebangkitan, pertanyaan kubur, telaga, jembatan, syafaat dan pengampunan dosa selain syirik serta menetapkan kekekalan nikmat bagi ahli sorga dan kekelan siksa terhadap orang-orang kafir dalam neraka. Disamping itu, ia mengakui kekhalifaan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, dan tetap menghormati Salaf, menetapkan wajibnya shalat Jumat

di belakang para Imam yang tidak terkena bidah dan wajibnya menetapkan hukum dari Quran, hadits dan Ijma. Dan mengatakan sahnya menyapu dua khuf (sejenis sepatu), jatuhnya thalaq tiga, mengharamkan mut=92ah, dan memandang wajib mentaati seorang pemimpin selama bukan maksiat. 3. Muhaditsin (ulama hadis) yaitu mereka yang ahli dalam melacak jalur-jalur Hadits dan Atsar dari Nabi, mampu membedakan antara yang shahih dan tidak, menguasai al-Jahr wat- adil (sebab-sebab kebaikan dan kelemahan seorang perawi Hadits) dan tidak terlibat dalam perilaku bidah yang sesat. 4. Ahlul Lughot (ulama bahasa Arab) yaitu mereka yang ahli di bidang kesusasteraan, Nahwu Sharaf, dan mengikuti jejak pakar bahasa semisal al-Khalil, Abu Amr bin Al Ala, Sibawaihi, al- arra, al-Akhfasy, al-Ashmai, al-Muzany, Abu Ubaid dan sederet tokoh-tokoh lainnya dari Kufah dan Bashrah, yang tidak tercampur ilmunya dengan bidah kaum Qadariah atau Rafidah atau Khawarij. 5. Mufassirin (ulama tafsir) yaitu mereka yang mengetahui aneka ragam qiraat Quran dan orientasi penafsirannya dan penawilannya sesuai dengan aliran Ahlussunnah waljamaah tanpa terpengaruh kepada penawilan para pengikut hawa nafsu yang sesat. 6. Mutasawwifin (ulama tasawuf) yaitu para Zuhad Sufi yang giat beramal dengan tulus ikhlas dan menyadari sepenuhnya bahwasanya baik pendengaran, penglihatan dan hati semuanya dipertanggungjawabkan di depan sang Khaliq yang takkan bisa lalai sebiji atom pun dari pandangannya. Olehnya itu, mereka giat beramal tanpa banyak bicara, konsisten dalam ketauhidan, menafikan tasybih serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. 7. Mujahidin yaitu mereka yang bertempat di pos-pos pertahanan kaum Muslimin untuk menjaga kemanan negara dari serangan musuh, menjaga kehormatan ummat Islam baik materil maupun moril dengan berupaya menumbuhkan di pos-pos pertahanan mereka aliran Ahlussunnah waljamaah. 8. Semua orang di semua negara yang di dalamnya dikuasai oleh syiar Ahlussunnah waljamaah dan yang mengikuti ketujuh kelompok diatas.

Singkatnya, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah mempunyai patron mengikuti dan menerima : 1. Mutakallimin (ulama2 kalam) : Asyariyah, Maturidiyah 2. Fuqaha (ulama2 Fiqih) : Bermazhab dengan mazhab 4 yg muktabar : Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali.

3. Muhaditsin (ulama2 hadis) : Para penulis kitab2 hadis : Sahih Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasai, Ibnu Majah, Muwatta' Malik, Musnad Ahmad, Mustadrak Hakim, Ibnu Khuzaimah, Darimi, Daraquthni. 4. Ahlul Lughot (ulama2 bahasa) : Sibawaih, Al Khalil, Al Ashma'i, Al Muzani, Ibnu Malik, dll. 5. Mufassirin (ulama2 tafsir) : Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu Jarir At Thobari, Qurthubi, Ibn Katsir, Fachrudin Ar Razi, Jalaludin Mahali, Jalaludin As Suyuthi, dll. 6. Mutasawwifin (ulama2 tasawuf) : Al Junaid, Abu Thalib Al Makki, Al Ghazali, Ar Rumi, Al Qusyairi, As Suhrawardi, Ibn Athoilah, dll. 7. Mujahidin : Para Sultan, Amir yang menyerukan Jihad fisabilillah

Apabila ada yang menolak salah satu dari 7 kelompok diatas, maka boleh dibilang telah keluar dari Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, contohnya bila ada yang menolak ulama2 kalam, menolak hadis, menolak Imam Mazhab, menolak tasawuf, menihilkan jihad, dsb.

You might also like