Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 4 :
LINDA KARTINI PUTRI NADIA PUTRI YURIANTO RAHAJENG TRI HANDAYANI RISDIAN HARSANTA PUTRA M.RIVALDY
Objek politik umum atau sistem politik secara keseluruhan Meliputi : sejarah bangasa, simbol Negara, wilayah Negara, konstitusi Negara, lembaga Negara, dll yang sifatnya umum. Objek politik input adalah lembaga atau pranata politik yang termasuk proses input dalam sistem politik. Meliputi : Parpol, kelompok kepentingan, Ormas, pers, dukungan dan tuntutan. Objek politik output adalah lembaga atau pranata yang termasuk proses output dalam sistem politk. Meliputi : birokrasi, lembaga peradilan, kebijakan, keputusan, undangundang, dan peraturan.
Aplikasi
a. Orientasi kognitif WN terhadap objek politik umum Berapa lama masa jabatan presiden di lndonesia?
b. Orientasi kognitif WN terhadap objek Politik lnput Ada berapa parpol yang ikut pemilu 2004 yang lalu? c. Orientasi kognitif WN terhadap objek Politik output Percayakah andai bahwa kenaikan BBM akan meringankan beban Negara?
Orientasi Kognitif
Orientasi Afektif
Orientasi Evaluatif
Kognitif
Kita dapat menilai tingkat pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijakan yang mereka ambil, atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politiknya.
Yang ditentukan oleh evaluasi moral yang memang telah dipunyai seseorang.
individu mengetahui hak dan kewajiban warga negara di dalam konstitusi Bagaimana individu mengetahui tata cara pemilihan umum Bagaimana individu mengetahui partai politik dan aktivitas partai tersebut Bagaimana individu mengetahui perilaku pemimpin-pemimpin mereka lewat pemberitaan massa
bangsa Indonesia ketika lambang garuda negara Indonesia dijadikan logo sebuah merek baju terkenal di dunia, Armani Exchange. Ada masyarakat yang merasa bangga, karena itu mengindikasikan bahwa lambang negara Indonesia berarti sudah diakui. Ada juga yang merasa tersinggung karena bisa-bisanya lambang negara Indonesia digunakan dengan merek pakaian asing.
Pendapat masyarakat terhadap anggota DPR seperti dilansir Koran Media Indonesia pada tanggal 31 Juli 2006 : .....Anggota DPR tidak mewakili siapa pun, kecuali kepentingan dirinya sendiri. Mereka mewakili kerakusan, ketamakan diri sendiri, serta hipokrisi yang dibalut dengan kehormatan sebagai wakil rakyat. Mereka juga sejatinya bukan pembuat UU karena UU juga dibikin dengan menerima uang amplop. Bahkan, ada UU disahkan dalam ruang sidang pleno yang nyaris kosong melompong. Tidak terlalu berlebih-lebihan jika muncul kesan bahwa para anggota DPR lebih suka mengutamakan kepentingan diri mereka sendiri.
Terima Kasih