You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini sangat pesat. Lintasberita.com (24/10/2009) mencantumkan data terakhir 2008 lalu, jumlah lembaga ini melayani 14,5 juta anak. Bahkan, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) telah membentuk Ditjen PAUD, Nonformal, dan Informal. Lalu, yang menjadi pertanyaan apakah gurunya berkompetensi? Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdauaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar. Biasa (P4TK TK dan PLB). Drs. E. Nurzaman, M.M, M.Si. melalui Harian Pikiran Rakyat Online (26/08/2011) "Tugas kami berat karena guru TK saja berjumlah 250.000 orang. Belum termasuk guru PAUD non formal yang jumlahnya jauh lebih besar." Kalau pelatihan setiap tahun hanya 1.000 guru, maka P4TK TK dan PLB membutuhkan waktu 250 tahun. "Akhirnya kami membuat jejaring dengan lembaga-lembaga lain agar lebih banyak guru PAUD yang mendapatkan pelatihan". Pernyataan yang dilontarkan oleh P4TK tentang pembuatan jejaring pelatihan guru PAUD cukup diterima karena ketikmampuan P4TK sendiri dalam memberikan pelatihan. Tetapi demi terjaganya kualitas PAUD menurut hemat penulis perlu disusun terlebih dahulu definisi, hakikat dan esensi PAUD itu sendiri, agar arah pengembangan PAUD dan guru-gurunya sesuai tujuan pendidikan dan perkembangan anak. Jenjang pendidikan setelah PAUD adalah Pendidikan Dasar. Menurut UU No. 20 tahun 2003 menerangkan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Kemudian pada pasal berikutnya bahwa pendidikan dasar adalah sembilan tahun terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Melihat definisi tersebut dirasakan pendidikan dasar tidak memiliki definisi yang sebenarnya. Kajian dalam naskah akademik pun jarang sekali ditemukan definisi pendidikan dasar. Ditambah lagi

salah satu LPTK yang selama ini dikatakan Leading and Out Standing program pascasarjana mengkaji Sekolah Dasar dan PAUD dalam lingkup Pendidikan Dasar. Hal ini menimbulkan kerancuan dalam definisi Pendidikan Dasar, Padahal definisi tentang pendidikan dasar sangat dibutuhkan untuk acuan pengembangan teori maupun praktik. Oleh karena itu, diperlukan pembahasan tentang definisi, hakikat, dan esensi pendidikan dasar demi tearahnya kajian pengembangan teori maupun praktik pendidikan dasar.

B. Masalah 1. Apa Hakikat Pendidikan Dasar? 2. Apa Esensi Pendidikan Dasar?

C. Prosedur Pemecahan Masalah dan Sistematika Uraian 1. Prosedur pemecahan masalah dilakukan melalui kajian literatur beberapa sumber seperti buku dan media elektronik. Langkah yang dilakukan berupa mengumpulkan data dari dokumen, menganalisis dalam rangka mengklasifisikasi, dan mengkreasi untuk menjawab masalah. 2. Sistematika dalam penulisan makalah ini berupa: pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, masalah, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian; kajian teori yang menguraikan beberapa kajian literatur dari berbagai sumber; pembahasan yang menguraikan pembahasan masalah yang diajukan; penutup yang menguraikan proses menuju simpulan dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi Hakikat dan Esensi Pendidikan Dasar Bahasan ini dalam rangka membatasi kajian. Adapun hal yang dibahas adalah: 1. Definisi Hakikat Untuk mendefinisakan kata hakikat penulis mengkaji definisi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI hakikat berarti intisari atau dasar; kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya). 2. Definisi Esensi Definisi Esensi menurut KBBI adalah hakikat; inti; hal yg pokok. 3. Definisi Pendidikan Definisi pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Selain berdasarkan KBBI definisi pendidikan banyak ditemukan pada berbagai literatur seperti Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 dikemukakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Kemudian Redja Mudyahardjo (2001) mengemukakan pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia. 4. Definisi Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (UU No. 20 Tahun 2003). Sedangkan UU No. 2 Tahun 1989 Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta

mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Mengamati uraian di atas penulis bermaksud membentuk definisi operasional hakikat dan esensi pendidikan dasar. Hakikat pendidikan dasar merupakan gabungan dari kata hakikat yang berarti kenyataan yang sebenarnya dan pendidikan dasar. Jadi, hakikat pendidikan dasar merupakan pengungkapan kenyataan yang sebenarnya dari pendidikan dasar. Sedangkan esensi pendidikan dasar terdiri dari kata esensi yang berarti inti tau hal yang pokok dan pendidikan dasar. Jadi, esensi pendidikan dasar merupakan pengungkapan hal yang pokok dari pendidikan dasar.

B. Perkembangan Definisi, Tujuan, dan Kurikulum Pendidikan Dasar Bahasan ini dalam rangka mengkaji perkembangan berdasarkan sejarah dan inovasi pendidikan dasar baik PAUD maupun SD secara komprehensif dari sisi definisi, tujuan dan kurikulum. Adapun hal yang dibahas berupa: 1. PAUD Definisi Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Definisi PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 12 berbunyi: Selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi), dapat

diselenggarakan pendidikan prasekolah. Jadi, PAUD diposisikan sebagai pendidikan prasekolah. Berbeda lagi dalam UU 1950 jo 1954 pasal 5 dan 7 bahwa Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak sebelum ia masuk ke sekolah rendah (Hasan, tanpa tahun: 30).

Tujuan Untuk menemukan tujuan PAUD penulis mengkaji naskah akademik berupa Konsep Pengembangan Standar dan Bahan Ajar PAUD Nonformal yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas (2007). Dalam naskah tersebut tercantum kalimat yang menurut penulis adalah tujuan PAUD berupa pendidikan bukan semata-mata menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja, melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik (Depdiknas, 2007). Selain itu, Tujuan PAUD pun Tercantum dalam PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 61 dimana pendidikan anak usia dini bertujuan: (1) membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan (2) mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Kurikulum Kurikulum yang berlaku saat ini berdasarkan standar nasional pendidikan. jadi pada PAUD pun ditetapkan standar isi PAUD. Pada naskah akademik berupa Konsep Pengembangan Standar dan Bahan Ajar PAUD Nonformal yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas (2007) diarahkan pada: a. Aspek Fisik Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga stamina, gizi dan kesehatan. b. Aspek Emosi Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan

tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki empati. c. Aspek Sosial

Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku. d. Aspek Kreativitas Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan produktif seperti dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya. e. Aspek Spritual Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten. f. Aspek Akademik Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi dengan cermat. Lalu pada perkembangannya PAUD mempunyai standar tersendiri yang dimuat dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 berupa: Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) social emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik.

2. Sekolah Dasar Definisi Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sedangkan UU No. 2 Tahun 1989 Pendidikan dasar diselenggarakan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Berbeda dalam UU 1950 jo 1954 pasal 5 dan 7 bahwa Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar-dasar pengetahuannya, kecakapannya,

ketangkasannya baik lahir maupun batin (Hasan, tanpa tahun: 30-31). Tujuan Tujuan merupakan hal penting dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai arah pada berbagai jenjang pendidikan termasuk SD. Tujuan SD pada kurikulum tahun 1975 berupa: (1) memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani; (2) memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk melanjutka pelajaran, mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. Sedangkan pada tahun 1984 tujuan SD adalah: (1) mendidik siswa agar menjadi manusia indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberikan bekal kemampuan ang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi; (3) member kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan dirinya sendiri sesuai bakat, minat dan lingkungan (Redja Mudyahardjo, 2001: 448-450). Pada perkembangannya PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 61 menyebutkan bahwa Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Sementara itu Pemerintah pun mengeluarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang tercantum dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006. SKL SD/MI berupa: a. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak b. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri c. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya d. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya e. Menggunakan informasi tentang lingkungan kritis, dan kreatif f. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik g. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya h. dst. Kurikulum Isi pendidikan yang dilalui Indonesia dari tahun ke tahun kami fikir cukup penting untuk diketahui. Dimulai dari kurikulum SD 1964 yang dikemukakan Redja Mudyahardjo (2001: 416-417)sebagai berikut: a. Perkembangan Moral b. Perkembangan Kecerdasan c. Perkembangan Emosional/Artistik d. Perkembangan Keprigelan e. Perkembangan Jasmani Sedangkan kurikulum SD 1968 terdiri dari tiga kelompok garis-garis besar kurikulum SD yaitu: (1) pembinaan jiwa pancasila; (2) pembinaan pengetahuan dasar; dan (3) Mudyahardjo, 2001: 427). Kemudian Kurikulum 1975 meliputi sembilan mata pelajaran yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, IPS, pembinaan kecakapan khusus (Redja sekitar secara logis,

Matematika, IPA, Olahraga dan Kesehatan, Kesenian, dan Keterampilan Khusus. Disusul kurikulum 1984 yang meliputi 11 pelajaran yaitu sembilan mata pelajaran yang sama dengan 1975 dan tambahan Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa (PSPB) dan Bahasa Daerah (Redja Mudyahardjo, 2001: 449-450). Pada Tahun 1994 perubahan kurikulum terjadi lagi. Kali ini perubahan dirasakan tidak prinsipil hanya ada penghapusan mata pelajaran PSPB (Hasan, tanpa tahun: 36). Perubahan kurikulum terjadi lagi pada tahun 2004 yang terkenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini mengalami nasib yang buruk karena sebelum disahkan sudah diganti dengan kurikulum 2006. Penyebabnya adalah ketidak sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 yang beraroma otonomi pendidikan. Kurikulum selanjutnya yang dianggap sesua denga UU No. 20 Tahun 2003 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang intinya tercantum pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi berupa: a. Pembelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. b. Pembelajaran kelompok mata kepribadian. c. Pembelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika, serta e. Pembelajaran kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. pelajaran kewarganegaraan dan

BAB III PEMBAHASAN

A. Posisi Pendidikan Dasar Seperti yang dikemukakan pada latar belakang terjadi kerancuan terhadap definisi pendidikan dasar. Pada awalnya pendidikan dasar di Indonesia mengarah kepada sekolah dasar seperti yang tercantum dalam beberapa undang-undang dan kebijakan lain. Seperti pada tabel berikut: Tabel 1 Tahun 1950 1954 Kebijakan (definisi) Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar-dasar pengetahuannya, kecakapannya, ketangkasannya baik lahir maupun batin (di bagian lain menyebutkan bentuk pendidikan dasar adalah SD) Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (di bagian lain menyebutkan bentuk pendidikan dasar adalah SD) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (di bagian lain disebutkan bahwa pendidikan dasar terdiri dari SD dan SMP)

1989

2003

Melihat kebijakan tahun 2003 pemerintah mengubah definisi tentang pendidikan dasar terdiri dari SD dan SMP. Ternyata hal ini terpacu oleh program wajib belajar 9 tahun yang disebut wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun). Hal ini didukung analisis Puskur (2007) melalui Naskah Akademik Kajian Kurikulum SD berupa Upaya perluasan dan
pemerataan kesempatan pendidikan dasar di Indonesia telah dilaksanakan secara formal sejak tahun 1984 untuk tingkat SD, dilanjutkan pada tahun 1994 untuk

pendidikan dasar 9 tahun. Hasil yang telah dicapai cukup memuaskan,ditunjukkan dengan meningkatnya APK (Angka Partisipasi Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni) SD/MI dan SMP/MTs. Dengan dukungan ini, penulis menyimpulkan pendidikan dasar tetap berupa SD tidak ditambah SMP.

Permasalahan yang kedua terdapat salah satu LPTK yang selama ini dikatakan Leading and Out Standing program pascasarjana mengkaji Sekolah Dasar dan PAUD dalam lingkup Pendidikan Dasar. Menanggapi hal ini, penulis sebenarnya belum menemukan literatur yang tepat. Tapi, naskah akademik yang menjadi acuan yaitu Konsep Pengembangan Standar dan Bahan Ajar PAUD Nonformal yang dikeluarkan Puskur Depdiknas pada Tahun 2007. Pada kajian landasan pengembangan terdapat landasan yuridis berupa Pasal 37
ayat (1) : Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu Pengetahuan social g. Seni dan budaya; h. Pendidikan jasmani dan olah raga; i. Keterampilan; j. Muatan local. Melihat landasan ini, membuat PAUD lebih dekat pada pendidikan dasar dan tidak mungkin dekat ke

menengah. Kemudian Encyclopedia of Primary Education (Hayes, 2009) mengemukakan bahwa: The name primary school is derived from the French cole primaire and describes an educational institution where children receive the first stage of compulsory education. In England and Wales it refers to a school for children between the ages of 5 and 11 years of age, also referred to as key stages 1 and 2. In Scotland, Australia and New Zealand primary school is the name given to a school for children between the ages of 5 and 12 years of age. In the USA and Canada primary is a school equivalent to the first three or four grades of elementary school for children aged 48 years (Collins Dictionary). Dari arti primary school yang dianut USA dan Canada bahwa umur anak antara 4-8 tahun, maka tidak salah juga jika sampai saat ini Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengkaji SD dan PAUD dalam Pendidikan Dasar. Jadi, kami menyimpulkan bahwa Pendidikan Dasar terdiri dari SD dan PAUD.

B. Hakikat Pendidikan Dasar Bahasan ini akan menganalisis pola perkembangan definisi dan tujuan Sekolah Dasar dan PAUD kemudian dibandingkan dengan pandangan ahli sehingga diperoleh hakikatnya. Penulis akan memulai dengan membanding

perkembangan definisi dan tujuan Sekolah Dasar pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Definisi Tahun 1950 -1954 Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar-dasar pengetahuannya, kecakapannya, ketangkasannya baik lahir maupun batin (di bagian lain menyebutkan bentuk pendidikan dasar adalah SD) Tahun 1989 Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (di bagian lain menyebutkan bentuk pendidikan dasar adalah SD) Tujuan Tahun 1975 (1) memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani; (2) memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk melanjutka pelajaran, mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup

Tahun 2003 Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (di bagian lain disebutkan bahwa pendidikan dasar terdiri dari SD dan SMP)

Tahun 1984 (1) mendidik siswa agar menjadi manusia indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberikan bekal kemampuan ang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi; (3) memberi kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan dirinya sendiri sesuai bakat, minat dan lingkungan Tahun 2006 (1) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak (2) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri (3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam

lingkungannya (4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya (5) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif (6) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik (7) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya (8) dst.

Dari tabel 2 penulis memilih bahwa definisi sekolah dasar adalah kegiatan mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Tapi penulis hemat penulis kata memberi itu terkesan transfer of knowledge, sehingga penulis menyimpukan bahwa hakikat sekolah dasar adalah mengembangkan sikap dan kemampuan serta pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Seperti proses menemukan hakikat sekolah dasar, maka penulis membanding perkembangan definisi dan tujuan PAUD pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Definisi Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani kanakkanak sebelum ia masuk ke sekolah rendah Selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (jenjang pendidikan yang termasuk Tujuan -

pendidikan bukan semata-mata menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi

jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi), dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

kehidupan saja, melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik (1) membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan (2) mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

Dari definisi dan tujuan PAUD pada tabel 3, maka penulis menyimpulkan bahwa hakikat PAUD adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Seperti yang dikemukakan oleh Yamin & Sanan (2010: 3) bahwa hakekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi dan menyenangkan.

C. Esensi Pendidikan Dasar Bahasan ini akan menganalisis pola perkembangan kurikulum Sekolah Dasar dan PAUD kemudian dibandingkan dengan pandangan ahli sehingga diperoleh esensinya. Perkembangan kurikulum SD dan PAUD bisa dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Kurikulum SD 1964 a. Perkembangan Moral b. Perkembangan Kecerdasan c. Perkembangan Emosional/Artistik d. Perkembangan Keprigelan e. Perkembangan Jasmani 1968 a. pembinaan jiwa pancasila; b. pembinaan pengetahuan dasar; dan c. pembinaan kecakapan khusus 1975 a. Pendidikan Agama, b. Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, c. IPS, d. Matematika, e. IPA, f. Olahraga dan Kesehatan, g. Kesenian,dan h. Keterampilan Khusus 2006 a. Pembelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. b. Pembelajaran kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. c. Pembelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika, serta e. Pembelajaran kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kurikulum PAUD 2007 a. Aspek Fisik Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga stamina, gizi dan kesehatan. b. Aspek Emosi Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki empati. c. Aspek Sosial Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku. d. Aspek Kreativitas Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan produktif seperti dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya. e. Aspek Spritual Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten. f. Aspek Akademik Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi dengan cermat. 2009 (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) social emosional. (Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik)

Perkembangan kurikulum sekolah dasar penulis menyimpulkan bahwa esensi sekolah dasar adalah taat agama dan berakhlak mulia, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyukai keindahan, menjaga kesehatan jasmani, dan menjadi warga negara yang baik. Penulis yakin sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, Dinamika, Keberbudayaan, Kesatuan Badani-rohani, Sosialitas dan Moralitas. Penulis setuju dengan esensi PAUD adalah mengembangkan (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain menggunakan pendekatan tematik. Pendekatani ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Puskur (2007) Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah
paradigmanya dari yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan pendidikan dalam sebuah konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach).

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan 1. Hakikat Pendidikan Dasar Hakikat PAUD adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan, sedangkan hakikat sekolah dasar adalah mengembangkan sikap dan kemampuan serta pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah 2. Esensi Pendidikan Dasar Esensi PAUD adalah mengembangkan (1) nilai-nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional dilakukan secara terpadu, sedangkan esensi sekolah dasar adalah taat agama dan berakhlak mulia, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyukai keindahan, menjaga kesehatan jasmani, dan menjadi warga negara yang baik.

B. Saran Analisis ini sangat sederhana karena menitikberatkan pada landasan yuridis yang telah ada dan dalam waktu yang singkat sehingga diperlukan analisis yang lebih komprehensif demi hasil yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

__________. (2009). Perjalanan Undang-undang Sisdiknas. [online]. Tersedia: http://media.vivanews.com/documents/2009/01/06/311_Perjalanan%20UU %20Sisdiknas.pdf. [2 Oktober 2011]. __________. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SD. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemdiknas.

__________. (2009). Peningkatan Jumlah PAUD Tak Terbendung. [online]. Tersedia: http://www.lintasberita.com/Nasional/Politik/peningkatan-jumlahpaud-tak-terbendung [2 Oktober 2011]. Gumono. (2010). Undang-undang Sisdiknas dari Masa ke Masa. [online]. Tertsedia: http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/23/undang-undangsisdiknas-dari-masa-ke-masa/ [2 Oktober 2011]. Hasan, Said Hamid. (____). Sejarah Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah (Naskah dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah). [online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1944 03101967101SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Sejarah_Perkembangan_Pe ndidikan_Dasar_dan_Menengah.pdf [2 Oktober 2011]. Hayes, Denis. (2009). Encyclopedia of Primary Education. New York: Routledge. Indrati, Yuke. (2010). Sejarah Perkembangan Kurikulum Taman Kanak-Kanak di Indonesia dari Masa ke Masa. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemdiknas. Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Syaripudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan: Manusia dan Pendidikan. Bandung: MKDP Landasan Pendidikan UPI. Yamin & Sanan. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press.

You might also like