You are on page 1of 17

FRAKTUR TIBIA FIBULA A. KONSEP MEDIK 1. Fraktur Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang.

(Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 840). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis. (Brunner and Suddarth 2002, hal. 2357). Fraktur tibia fibula sering disebut fraktur kruris yaitu fraktur tungkai. (Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 886). 2. Klasifikasi Fraktur a. Klasifikasi menurut bentuk patah tulang 1) Fraktur complete: pemisahan komplit dari tulang menjadi 2 bagian 2) Fraktur incomplete: patah sebagian dari tulang tanpa pemisahan 3) Simple/fraktur tertutup: fraktur, tulang patah kulit utuh 4) Fraktur komplikata: tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihat. 5) Fraktur comminuted: tulang patah menjadi beberapa fragmen 6) Fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dengan normal. 7) Fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah posisi pada tempatnya yang normal. 8) Fraktur impacted: salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain. b. Klasifikasi menurut garis patah tulang 1) Greenstick retak pada sebelah sisi dari tulang. 2) Transverse patah menyilang 3) Oblique garis patah miring 4) Spiral patah tulang melingkari tulang c. Jenis fraktur 1) Fraktur tertutup: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar 2) Fraktur terbuka: ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena ada perlukaan dan kulit

54

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat: 1. Derajat I Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda luka remuk. 2. Derajat II Laserasi > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, flap/avulsi 3. Derajat III Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontiminasi derajat tinggi. 3. Anatomi dan Fisiologi Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh dan tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan, ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium. Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus/kortikal. Tulang panjang misal: femur seperti tangkai/batang panjang dengan ujung yang membulat. Batang atau diafisis terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Tulang tersusun atas sel matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mengsekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen 2% substansi dasar (glukosaminoglikan). Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan. Fungsi tulang dan terletak di mosteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinukelar (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran resorbsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti di bagian luarnya oleh periosteum, periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam rongga. Sumsum (batang) tulang panjang dan tulang

55

pipih, tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Tibia atau tulang kering merupakan yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas Melebar secara transversal dan memiliki permukaan sendi superior pada tiap condylus medial dan lateral. Ujung atas fibula melekat pada permukaan sendi pada condylus lateralis. Corpus Bagian segitiga dan batas anteriornya membentuk penonjolan yang dapat diraba. Corpus menyempit pada sekitar pertengahannya kemudian melebar. Ujung bawah Mempunyai 3 bagian: a. Malleolus medialis, penonjolan tajam pada aspek bagian dalam pergelangan kaki. b. Permukaan sendi untuk ujung bawah fibula. c. Permukaan sendi di bawah dan medial dari tulang. Fibula Fibula adalah tulang panjang kurus pada aspek lateral tungkai. Tulang ini memiliki 2 ujung atas dan ujung bawah. Tibia dan fibula bergabung menjadi satu di atas dan di bawah dengan sendi yang tidak dapat bergerak. Membrana interossea melekat pada corpus kedua tulang dan mengisi ruang diantaranya: merupakan tempat perlengketan otot. 4. Etiologi Penyebab terjadinya fraktur antara lain: Benturan/trauma langsung pada tulang misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh. Kelemahan atau kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit primer misalnya osteoporosis, kanker tulang metastase. Olahraga/latihan yang terlalu berlebihan.

5. Patofisiologi

56

Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik trauma karena kecelakaan bermotor maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan patologik tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian tulang dan kedua penyebab di atas dapat mengakibatkan diskontinuitas jaringan tulang yang dapat merobek periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan. Fraktur dibagi 3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan kerusakan kulit, Grade II fraktur terbuka yang disertai dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada jaringan. Grade III kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah. Pada grade I dan II kerusakan pada otot/jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena ada spasme otot. Pada grade III kerusakan jaringan yang luas pada kulit otot periosteum dan sumsum tulang yang menyebabkan keluarnya sumsum kuning yang dapat masuk ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan emboli lemak yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah kecil dan dapat berakibat fatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak jantung dan paruparu, ginjal dan dapat menyebabkan infeksi. Gejala sangat cepat biasanya terjadi 24 sampai 72 jam. Setelah cidera gambaran khas berupa hipoksia, takipnea, takikardi. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan, mengakibatkan kehilangan fungsi permanen, iskemik dan nekrosis otot saraf sehingga menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat, nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi perdarahan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan syok hipovolemik. Tindakan pembedahan penting untuk mengembalikan fragmen yang hilang kembali ke posisi semula dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu bila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau beraturan maka akan lebih cepat terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai letak anatominya dengan gips. 6. Tanda dan Gejala a. Nyeri sedang sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.

57

b. Hilangnya fungsi pada daerah fraktur. c. Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma yang mengikuti fraktur. d. Deformitas/kelainan bentuk. e. Rigiditas tulang. f. Krepitasi saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang akibat gesekan fragmen satu dengan yang lain. g. Syok yang disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah banyak. 7. Proses Penyembuhan Luka Tahap-tahap penyembuhan tulang: a. Tahap pembentukan hematom: pada permukaan akan terjadi perdarahan di sekitar patah tulang dan terjadi hematoma. Terjadi pertumbuhan sel jaringan fibrosis. b. Tahap proliferasi (sekitar 5 hari) Hematom akan mengalami organisasi terbentuk benang-benang fibrin dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. c. Tahap pembentukan kalus Pembentukan kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3 sampai 4 minggu agar tulang bergabung dalam tulang rawan. d. Osifikasi Pembentukan kalus mulai mengalami penularan 2 sampai 3 minggu pada orang dewasa penulangan memerlukan 3 sampai 4 bulan. e. Remodeling Tahap perbaikan tulang. Meliputi pengambilan jaringan, mati dan reorganisasi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemulihan: a. Tipe fraktur b. Tipe tulang yang fraktur c. Umur d. Keadaan gizi

58

e. Adanya komplikasi 8. Pemeriksaan Diagnostik a. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang. b. CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan. c. Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat adanya perdarahan). d. Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler. e. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal. 9. Komplikasi a. Sindroma kompartemen b. Syok. Terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan c. Sindroma emboli lemak d. Infeksi e. Delayed union (proses penyembuhan yang berjalan lambat) f. Non union (suatu kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan) g. Mal union (proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk abnormal. 10. Terapi dan Penatalaksanaan a. Terapi dan penatalaksaan fraktur secara umum 1) Reposisi setiap pergeseran atau angulasi pada ujung patahan harus direposisi dengan hati-hati melalui tindakan manipulasi yang biasanya di bawah anestesi umum. 2) Imobilisasi untuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan. a) Fiksasi eksterna. Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fraktur ini diimobilisasi dengan menggunakan bidai luar atau gips. b) Fiksasi interna. Cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang disatukan dan fiksasi pada operasi misalnya dengan sekrup, plat logam.

59

3)

Fisioterapi dan mobilisasi. Dari semula sudah dilakukan

fisioterapi untuk mempertahankan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipakai. Setelah fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali normal. b. Terapi dan penatalaksanaan fraktur tibia dan fibula. 1) Pada fraktur tibia fibula tertutup a) Imobilisasi dengan gips sepanjang tungkai, gips digunakan 3-4 mg. b) Reduksi tertutup, bila sulit pasang pin perkutaneos dan fiksasi eksterna. c) Kurangi aktivitas untuk mengurangi edema dan meningkatkan peredaran darah. 2) Pada fraktur tibia fibula terbuka a) Fiksasi interna dengan plat, nail b) Fiksasi eksterna c) Dipasang traksi skeletal selama 4-6 minggu. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pre Operasi a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan Kegiatan yang beresiko cidera. Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh. Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan. Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri. Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan

b. Pola nutrisi metabolik -

warna kulit di sekitar luka, edema. c. Pola eliminasi Konstipasi karena imobilisasi Kesemutan, baal Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas Tidak kuat menahan beban berat d. Pola aktivitas dan latihan -

60

Keterbatasan mobilisasi Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah

distal injury, lambatnya kapiler refill tim e. Pola tidur dan istirahat Tidak bisa tidur karena kesakitan Sering terbangun karena kesakitan Nyeri pada daerah fraktur Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas

f. Pola persepsi kognitif -

g. Pola persepsi dan konsep diri seperti keadaan sebelumnya h. Pola peran dan hubungan dengan sesama Post Operasi a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan Kegiatan yang beresiko cidera. Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri. Konstipasi karena imobilisasi Keterbatasan beraktivitas Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot Baal atau kesemutan Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi Perdarahan, perubahan warna Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi Merasa tidak ditolong Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya

b. Pola nutrisi metabolik c. Pola eliminasi d. Pola aktivitas dan latihan cedera e. Pola tidur dan istirahat -

61

Sering terbangun karena kesakitan Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri Nyeri pada luka operasi Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas

f. Pola persepsi kognitif -

g. Pola persepsi dan konsep diri seperti keadaan sebelumnya h. Pola peran dan hubungan dengan sesama Merasa tidak tertolong Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya

2. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema. b. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur. c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak. d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan. e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema, pembentukan trombus. f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka. g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang. Post Operasi a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan. b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan. c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi. d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.

62

e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah. 3. Rencana Keperawatan Pre Operasi a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema. HYD: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan: Intensitas nyeri 2-3 Ekspresi wajah rileks Tidak merintih

Rencana Tindakan: 1) Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri. Rasional: Mengetahui tindakan yang dilakukan selanjutnya. 2) Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakitnya. Rasional: Mengurangi nyeri 3) Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: Mengurangi nyeri pada saat nyeri timbul. 4) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan. Rasional: Mempersiapkan pasien untuk lebih kooperatif. 5) Beri posisi yang tepat secara berhati-hati pada area fraktur. Rasional: Meminimalkan nyeri, mencegah perpindahan tulang. 6) Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri berlangsung. Rasional: Untuk mengurangi nyeri. 7) Kolaborasi dalam pemberian terapi medik: analgetik. Rasional: Mengatasi nyeri. b. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur. HYD: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam waktu bertahap ditandai dengan: higiene perseorangan, nutrisi dan eliminasi terpenuhi dengan bantuan. Rencana Tindakan: 1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien.

63

Rasional: Menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. 2) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dilakukan secara mandiri. Rasional: Mengurangi nyeri dan semakin parahnya fraktur. 3) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien. Rasional: Meningkatkan kemandirian pasien. 4) Perhatian dan bantu personal higiene. Rasional: Mencegah komplikasi dan kerusakan integritas kulit. 5) Ubah posisi secara periodik sejak 2 jam sekali. Rasional: Mencegah komplikasi dekubitus. 6) Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan kepada pasien. Rasional: Memberi motivasi pada pasien. 7) Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional: Mencegah nyeri yang berlebihan. c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak. HYD: Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan: Suhu normal 36-37oC Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.

Rencana Tindakan: 1) Observasi TTV terutama suhu. Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan adanya infeksi. 2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering. Rasional: Luka yang kotor dan basah merupakan media yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak. 3) Tutup daerah yang luka dengan kasa steril/balutan bersih. Rasional: Mencegah kuman/mikroorganisme masuk. 4) Rawat luka dengan teknik aseptik. Rasional: Mencegah mikroorganisme berkembang biak. 5) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik. Rasional: Menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

64

d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan. HYD: Cemas berkurang ditandai dengan: Pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh Pasien kooperatif saat dilakukan perawatan. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas. perawat mengenai pengobatan. -

Rencana Tindakan: 1) Kaji tingkat kecemasan. Rasional: Mengidentifikasi intervensi selanjutnya. 2) Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Mengidentifikasi tingkat kecemasan. 3) Jelaskan pada pasien prosedur pengobatan. Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan pasien. 4) Berikan lingkungan yang nyaman. Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi tingkat kecemasan. 5) Libatkan keluarga dalam memberikan support. Rasional: Memberi dukungan dan mengurangi rasa cemas pasien. e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema, pembentukan trombus. HYD: Mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan: stabil. Rencana Tindakan: 1) Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi. Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit. Rasional: Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi. 2) Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur. Rasional: Warna kulit putih menunjukan gangguan arterial. Terabanya nadi, kulit hangat atau kering, tanda vital

65

3) Lakukan

pengkajian

neuromuskuler,

minta

pasien

untuk

melokalisasi nyeri. Rasional: Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak. 4) Beri motivasi untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang cedera. Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstremitas bawah. 5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit dingin, perubahan mental. Rasional: Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan. f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka. HYD: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi. Rencana Tindakan: 1) Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih. Rasional: Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi. 2) Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Peningkatan terutama suhu merupakan tanda-tanda infeksi. 3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit. 4) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang. Rasional: Meminimalkan tekanan pada area ini. 5) Ubah posisi tidur secara periodik tiap 2 jam. Rasional: Meminimalkan resiko kerusakan kulit.

66

g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang. HYD: Rencana Tindakan: 1) Monitor perubahan gejala status dari mental distress yang disebabkan akut oleh hipoksemia: takikardi. Rasional: Mengidentifikasi keadaan fisik pasien. 2) Jika ada indikasi, kaji O2 saturasi dengan oksimetri. Rasional: Mengidentifikasi intervensi selanjutnya. 3) Pertahankan imobilisasi pada daerah yang fraktur. Rasional: Mengurangi terjadinya emboli lemak. 4) Berikan oksigen bila ada indikasi. Rasional: Memenuhi kebutuhan O2. Post Operasi a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan. HYD: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan: Intensitas nyeri 0-2. Ekspresi wajah rileks. pernafasan seperti:

kegelisahan, konfusi, nyeri dada, takipnea, sianosis, dispnea,

Rencana Tindakan: 1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri. Rasional: Mengetahui intervensi yang dilakukan selanjutnya. 2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit. Rasional: Menghilangkan nyeri. 3) Tinggikan ekstremitas yang fraktur. Rasional: Menurunkan rasa nyeri. 4) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional: Mengurangi nyeri. 5) Observasi TTV tiap 4 jam. Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan adanya rasa nyeri. 6) Kolaborasi dalam memberikan terapi analgetik. Rasional: Mengurangi nyeri.

67

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan. HYD: Kulit kembali utuh ditandai dengan: Luka jahitan dapat tertutup. Rencana Tindakan: 1) Kaji kulit untuk luka terbuka. Rasional: Mengontrol perkembangan mikroorganisme di daerah luka. 2) Bantu ubah posisi. Rasional: Mencegah luka tekan. 3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Rasional: Mencegah luka tekan. 4) Bersihkan kulit dengan sabun dan air bila menggunakan traksi. Rasional: Mengurangi perkembangan mikroorganisme. c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi. HYD: Mempertahankan mobilitas fisik ditandai dengan: Pasien mau beraktivitas secara perlahan. Rencana Tindakan: 1) Kaji derajat mobilitas yang dapat dilakukan. Rasional: Untuk menyusun rencana selanjutnya. 2) Bantu untuk mobilisasi menggunakan kursi roda/tongkat. Rasional: Mempercepat proses penyembuhan. 3) Bantu dalam higiene perorangan. Rasional: Meningkatkan kesehatan diri. 4) Ubah posisi secara periodik. Rasional: Menurunkan komplikasi lesi kulit. d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi. HYD: Infeksi tidak terjadi ditandai dengan: Pasien tidak mengalami infeksi tulang Suhu tubuh normal antara 36-37oC

Rencana Tindakan: 1) Observasi TTV.

68

Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan adanya infeksi. 2) Rawat luka operasi dengan teknik antiseptik. Rasional: Mencegah bakteri. 3) Tutup daerah luka dengan kasa steril. Rasional: Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam tubuh. 4) Jaga daerah luka operasi tetap bersih dan kering. Rasional: Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi berkembang biaknya bakteri. 5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik. Rasional: Antibiotik menghambat berkembang biaknya bakteri. e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah. HYD: Pasien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah. Rencana Tindakan: 1) Kaji tingkat pengetahuan tingkat pasien tentang penatalaksanaan pasien tentang perawatan di rumah. Rasional: Menilai pengetahuan penatalaksanaan di rumah. 2) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan aktif dan pasif secara teratur. Rasional: Dapat mencegah terjadinya kontraktur pada tulang. 3) Beri kesempatan pada pasien untuk dapat bertanya. Rasional: Hal yang kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali. 4) Anjurkan pasien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu. Rasional: Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur. dan menghambat berkembang biaknya

69

4. Perencanaan Pulang a. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan sera laporkan ke tenaga kesehatan bila ada rembesan darah keluar, demam tinggi. b. Anjurkan pasien untuk kontrol secara teratur. c. Minum obat sesuai dengan instruksi dokter. d. Menganjurkan memakan makanan yang bergizi dan tinggi protein. e. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa rehabilitasi membutuhkan waktu yang lama

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing, alih bahasa: Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta :EGC. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php? id=&iddtl=654&idktg=3&idobat=&UI Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem. Fifth Edition Mosby. Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process. Alih bahasa: Peter Anugerah, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 vol. 2. Jakarta :EGC. Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :EGC. Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

70

You might also like