You are on page 1of 59

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Macam Karya Ilmiah Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya, dalam bentuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. 1. Makalah Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian, yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. Tebalnya antara lima sampai lima belas halaman. 2. Skripsi Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana. Tebal skripsi minimal 40 (empat puluh) halaman jika ditulis dalam bahasa Indonesia, dan minimal 25 (dua puluh lima) halaman jika ditulis dalam bahasa asing (Arab dan Inggris). 3. Tesis Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kritis. Tebal tesis minimal 100 (seratus) halaman. 4. Disertasi Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan. Untuk itu, pembahasannya harus menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah. Tebalnya minimal 150 halaman.

B. Bahasa Karya Ilmiah Karya ilmiah pada dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia, kecuali mahasiswa jurusan Bahasa Arab dan Sastra Arab Fakultas Adab dan jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah, skripsi mereka ditulis dalam bahasa Arab. Demikian halnya, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah, skripsi mereka ditulis dalam bahasa Inggris.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan karya lmiah (makalah, skripsi, tesis, dan disertasi) bertujuan : 1. Melatih mahasiswa mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis. 2. Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengtahuan, terutama setelah penyelesaian studinya. 3. Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapakan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara UIN dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya. 4. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari fakultasnya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

BAB II PENYUSUNAN RENCANA PENELITIAN (DRAFT SKRIPSI DAN SINOPSIS TESIS/DISERTASI)

A. Prosedur Penyusunan Rencana Penelitian 1. Draft Skripsi a. Permasalahan dan judul yang akan diajukan harus sesuai dengan disiplin ilmu (program studi) yang didalami oleh mahasiswa dalam jurusan/fakultas masing-masing. Dalam hal ini, Ketua Jurusan dibantu oleh Sekertaris Jurusan hendaknya sejak awal meneliti unsur relevansi ini, untuk menghindari pemborosan tenaga dan waktu mahasiswa. Untuk itu, sangat penting menekankan agar mahasiswa mengajukan permasalahan pokok dalam rencana penelitian yang diajukan, sedangkan judulnya dapat disesuaikan kemudian. b. Untuk mengajukan rencana penelitian skripsi, mahasiswa yang bersangkutan melakukan konsultasi awal dengan Ketua Jurusan. Dalam hal ini, prosedurnya diatur sebagai berikut : 1) Mahaiswa diminta mengajukan tiga judul yang masing-masing disertai sebuah permasalahan pokok yang dirinci secara logis ke dalam beberapa sub masalah. Sekertaris Jurusan memeriksa apakah judul dan masalah pokok yang diajukan bukan duplikasi dari pembahasan yang pernah dilakukan orang lain. 2) Ketua Jurusan meneliti rancangan tersebut dan jika dipandang perlu, ia dapat berkonsultasi dengan dosen ahli dalam permasalahan yang diangkat. 3) Ketua Jurusan memberikan disposisi setelah mempertimbangkan bahwa judul dan permasalahannya memungkinkan dibahas dalam bentuk skripsi. Selanjutnya Ketua Jurusan mengajukan calon pembimbing bagi

mahasiswa yang bersangkutan untuk kemudian dipertimbangkan oleh Dekan. 4) Berdasarkan usul dari Ketua Jurusan, Dekan mengirimkan surat permintaan kesediaan menjadi dosen pembimbing kepada dosen yang

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

direkomendasi

oleh

Ketua

Jurusan

atau

dosen

lainnya

dengan

melampirkan rencana penelitian mahasiswa. 5) Dosen pembimbing yang bersangkutan dapat melaksanakan seminar guna mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa yang bersangkutan serta kelayakan permasalahan untuk dikaji. 6) Setelah rencana penelitian itu mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan, dengan membubuhkan tanda tangan masing-masing, maka rencana penelitian tersebut diajukan kepada Dekan untuk disahkan. Dengan pengesahan ini, penelitian dan penulisan skripsi secara resmi dapat dimulai. 2. Tesis dan Disertasi a. Judul dan permasalahan yang akan diajukan harus sesuai dengan displin ilmu yang dikaji dalam Program Pascasarjana UIN Alauddin dengan

memperhatikan spesifikasi kajian Program, dan disiplin ilmu yang diminati oleh mahasiswa yang bersangkutan. b. Untuk pengajuan rencana penelitian tesis atau disertasi, mahasiswa yang bersangkutan melakukan konsultasi awal dengan Direktur Program

Pascasarjana atau pejabat yang diserahi tugas. Untuk itu, mahasiswa diminta menyiapkan tiga judul tesis/disertasi yang masing-masing disertai dengan sebuah pokok permasalahan yang dirinci secara logis ke dalam beberapa sub masalah. c. Setelah Direktur atau pejabat yang ditunjuk, menyetujui judul dan permasalahan yang akan dibahas maka mahasiswa yang bersangkutan mempersiapkan sinopsis selengkapnya untuk diseminarkan dalam kelas. d. Direktur kemudian menyampaikan surat permintaan kesediaan memandu seminar sinopsis dan kesediaan menjadi pembimbing penulisan tesis/disertasi kepada dosen yang dipandang memiliki keahlian yang relevan dengan objek pembahasan tersebut. e. Sinopsis yang sudah diseminarkan dan telah dipandang layak untuk ditulis dalam bentuk tesis/disertasi, disahan oleh Direktur.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

f. Setelah tesis/disertasi diperiksa oleh para promotor dan diperbaiki oleh mahasiswa sesuai petunjuk, maka ujian lisan dapat diadakan dengan membentuk tim penguji. 3. Makalah Untuk penulisan makalah, rencana penelitian tidak diperlukan, mengingat sifatnya yang sederhana dibanding dengan karya ilmiah lainnya.

B. Materi Rencana Penelitian Rencana penelitian yang diajukan harus berisikan materi pokok sebagai berikut : 1. Latar Belakang Masalah; 2. Rumusan dan Batasan Masalah; 3. Hipotesis (bila diperlukan); 4. Pengertian Judul; 5. Tinjauan Pustaka; 6. Metode Penelitian; 7. Tujuan dan Kegunaan; 8. Daftar Pustaka; 9. Kerangka Isi Karangan (outline). Materi pokok rencana penelitian di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Latar Belakang Masalah, mengandung uraian tentang hal-hal yang

melatarbelakangi munculnya masalah pokok yang akan dikaji dalam skripsi, tesis dan disertasi. Uraian tersebut berisikan tinjauan teoritis dan faktual mengenai hal-hal yang merupakan telaah atau pengamatan sendiri. Karena bobot tesis yang dituntut melebihi bobot skripsi, maka Latar Belakang Masalah untuk penulisan tesis haruslah lebih luas. Lebih-lebih lagi untuk penulisan disertasi. Dalam hal ini, diperlukan uraian penjelasan yang lebih luas dan mendasar. Latar Belakang Permasalahan juga harus berisi deskripsi mengenai pentingnya tulisan, dan alasan-alasan mengapa masalah pokok itu dipilih untuk diteliti dan dikaji.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

2. Rumusan dan Batasan Masalah dimaksudkan sebagai penegasan atas masalah pokok yang akan dikaji, yang diformulasikan dalam wujud pertanyaan yang memerlukan jawaban. Untuk kedalaman pembahasan, maka permasalahan yang akan dikaji sebaiknya dirumuskan tidak lebih dari satu masalah pokok, tetapi harus dianalisis secara logis ke dalam beberapa sub masalah. Jika ternyata masalah pokok itu mempunyai ruang lingkup yang luas, maka masalah yang akan diteliti harus dibatasi dengan mengidentifikasi dan menjelaskan aspekaspek apa saja dari sekian masalah itu yang akan diteliti dan dibahas. Untuk penulisan tesis dan disertasi diperlukan identifikasi segala permasalahan yang muncul sekitar tema yang diangkat. Hal ini dimaksudkan sebagai demonstrasi keluasan wawasan dan kemampuan calon menghadapi sebuah fenomena keilmuan. Kemudian di antara masalah yang diidentifikasi itu dipilih dan dirumuskanlah sebuah masalah pokok yang akan dikaji. Pemilihan masalah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Metodologi Penelitian. 3. Hipotesis sebagai dugaan dan jawaban sementara terhadap masalah pokok dimaksudkan untuk memusatkan perhatian dalam meneliti benar-tidaknya suatu teori. Hipotesis diperlukan dalam penelitian yang bersifat verifikatif, tetapi tidak diperlukan dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Unsur lain yang perlu ditegaskan dalam pernyataan hipotesis ini adalah alat untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, teknik tersebut adalah : a. tes dengan logika b.tes dengan informasi; dan c. tes dengan percobaan. Penyusunan hipotesis harus dilandasi kerangka teori seperti yang dituntut dalam metodologi penelitian. 4. Pengertian judul yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul. Selain itu, pengertian judul berfungsi menggambarkan ruang lingkup pembahasan. Oleh karena itu, dalam penjelasan judul ini redaksi yang telah dipahami dan disepakati pengertiannya secara umum tidak perlu dijelaskan.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Kata-kata yang perlu dijelaskan adalah kata-kata yang menunjukkan fariabel penelitian dan kata-kata lainnya yang bermakna ganda yang dapat menimbulkan kekeliruan pembaca. Pengertian judul mencakup penjelasan secara harfiah (etimologis dan leksikal) dan istilah (terminologis) kata-kata yang perlu dijelaskan serta mengandung penegasan tentang pengertian yang dipergunakan (definisi operasional) oleh penulis dalam karya ilmiahnya. Akhirnya penulis harus merumuskan pengertian judul secara utuh dan memberikan batasan mengenai ruang lingkup pembahasannya. Perlu ditegaskan bahwa penjelasan terminologis dan leksikal saja, yang dikutip dari kamus, tidaklah memadai. 5. Tinjauan Pustaka Untuk penelitian lapangan, tinjauan pustaka dimaksudkan untuk : a. Menjelaskan bahwa pokok masalah yang akan diteliti mempunyai relevansi (sesuai atau tidak sesuai) dengan sejumlah teori yang ada dalam buku; b. Menjelaskan bahwa pokok masalah yang akan diteliti belum pernah diteliti atau dibahas oleh penulis lain sebelumnya. Sedang untuk penelitian kepustakaan, tinjauan pustaka dimaksudkan untuk : a. Menjelaskan bahwa pokok masalah yang akan diteliti dan dibahas belum pernah dibahas oleh penulis lain sebelumnya; atau mungkin telah disinggung oleh penulis lain, namun tidak berdasar pada hasil penelitian dan belum merupakan pembahasan yang mendalam; b. Menjeleskan bahwa teori-teori yang sudah ada dalam buku tentang masalah yang akan dikaji itu tidak relevan lagi, dan akan dibuktikan kekeliruannya, sehingga tampak jelas pentingnya penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. 6. Metode Penelitian adalah metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Metode ini mencakup metode-metode pelaksanaan penelitian, metode

pendekatan, pengumpulan data dan pengolahan/analisis data. a. Metode pelaksanaan penelitian

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Metode pelaksanaan penelitian relevan dengan bentuk penelitian yang dilakukan, yakni salah satu bentuk berikut : 1). Studi Historis (dirasat tarikhiyyah) yang menelusuri dan merekonstruksi jejak sejarah objek pembahasan dengan jalan menoleh ke masa lampau. Perlu diperhatikan bahwa unsur yang menentukan bentuk studi historis ini bukan uraian pengenalan tentang sejarah sesuatu objek, tetapi ditentukan oleh permasalahan yang dimajukan. 2). Studi Kasus (dirasat muqaranah) yang membandingkan dua objek dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan disertai argumentasi, latar belakang, akibat/dampak, dan hikmah persamaan dan perbedaan yang ada. Identifikasi persamaan dan perbedaan kedua objek belaka, tidaklah memadai. b. Metode pendekatan Metode pendekatan mengungkapkan pola pikir yang digunakan untuk membahas objek penelitian. Pola pikir tersebut relevan dengan Fakultas dan Jurusan. Misalnya pendekatan kebahasaan adalah pendekatan utama penulisan karya ilmiah dalam lingkungan Fakultas Adab; pendekatan komunikasi dan sosiologis bagi Fakultas Dakwah; pendekatan syariy dan yuridis bagi Fakultas Syariah; pendekatan kependidikan dan psikologis bagi Fakultas Tarbiyah; serta pendekatan filosofis, teologis, dan eksegesis bagi Fakultas Ushuluddin. Penggunaan pendekatan sekunder tetap terbuka sesuai dengan pembahasan. Misalnya, judul Kompilasi Hukum Islam Sebagai Fikih Kontemporer dapat dikaji dengan pendekatan kesejarahan atau pendekatan sosiologis. Karena itu, judul tersebut dapat diberi anak judul : Sebuah Kajian Sejarah atau Sebuah Kajian Sosiologis. Untuk Program Pascasarjana, pendekatan yang diperlukan adalah pendekatan multidisipliner atau interdisipliner. c. Metode pengumpulan data Metode ini mencakup teknik-teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Untuk itu perlu ditegaskan : 1). Jenis-jenis data yang dicari (kuantitatif atau kualitatif) dan sumbersumbernya, baik dari kepustakaan (library research) dan atau dari lapangan

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(field research). Dalam hal objek penelitian memiliki populasi, maka perlu ditegaskan ciri-ciri dan batasan populasi serta proses samplingnya. Selain itu, perlu pula ditegaskan judul buku-buku utama atau dokumendokumen yang menjadi sumber data lain yang diperlukan dalam penelitian lapangan seperti instansi dan pribadi-pribadi yang terkait. 2). Teknik-teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data, seperti observasi, interview, angket, atau kartu data. d. Metode pengolahan dan analisis data Di sini dikemukakan jenis metode pengolahan data yang diperlukan, yakni metode kuantitatif atau metode kualitatif, disertai alasan penggunaannya. Penggunaan metode kuantitatif lebih lanjut menghendaki penegasan model penyajian data seperti penyajian dalam bentuk tabel dan grafik, dan penegasan penggunaan analisis statistik. Adapun penggunaan metode kualitatif menghendaki penegasan teknik analisis dan interpretasi data. Dalam hal ini, teknik analisis mencakup reduksi data dan kategorisasinya, dan selanjutnya diinterpretasi dengan berpikir induktif (misalnya : argumentasi, deskripsi, perbandingan, dan kausalitas), atau dengan berpikir deduktif (misalnya analogi). 7. Tujuan dan Kegunaan, yakni apa yang akan dicapai dengan penelitian dan pembahasan terhadap masalah yang sedang dikaji. Tujuan penelitian adalah salah satu dari alternatif berikut : a. menemukan atau merumuskan teori; b. mengembangkan suatu teori; c. menguji kebenaran suatu teori. Penegasan tujuan ini tidak cukup dengan menyalin salah satu kalimat di atas, tetapi harus dibarengi dengan keterangan seperlunya sehingga jelas teori apa yang akan dirumuskan, dikembangkan, atau diuji. Kegunaan penelitian mencakup dua hal, yakni : a. Kegunaan ilmiah yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keislaman pada khususnya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

b. Kegunaan praktis yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Kegunaan penulisan yang bersifat formal, yakni sebagai kelengkapan syarat guna memperoleh gelar akademik, tidak perlu diungkapkan karena telah tercantum pada halaman sampul. 8. Daftar Pustaka, yaitu daftar buku-buku atau karya ilmiah lainnya yang telah ditelaah dan akan dijadikan rujukan dalam penulisan. Daftar Pustaka masih bersifat sementara. Dikatakan demikian, karena tidak tertutup kemungkinan ditemukannya sumber lain yang lebih valid, atau dapat melengkapi kepustakaan yang telah ada. 9. Kerangka Isi (outline), yakni sistematika pembahasan yang dibagi kedalam babbab dan subbab-subbab sesuai dengan topik dan permasalahannya. Kerangka isi ini dapat mengalami perubahan atau penyempurnaan dalam proses penelitian dan pembahasan selanjutnya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

10

BAB III KOMPOSISI KARYA ILMIAH

A. Pengertian Komposisi Karya Ilmiah Komposisi karya ilmiah yang dimaksud di sini ialah struktur penempatan uraian dan pembahasan yang sistematis dan logis. Ini berarti perlunya keterkaitan antara satu bagian karya ilmiah itu dengan bagian-bagiannya yang lain, sehingga karangan itu menjadi karya ilmiah yang utuh.

B. Sistematika Secara umum, komposisi penulisan karya ilmiah terdiri atas tiga bagian utama, yaitu : bagian awal, bagian pokok atau isi, dan bagian akhir. Sesuai dengan sifat dan tujuan masing-masing karya ilmiah, maka sistematika Skripsi, Tesis, dan Disertasi dibedakan dari sistematika makalah. 1. Skripsi, Tesis, dan Disertasi Komposisi penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi disusun secara sistematis sebagai berikut : a. Bagian Awal : 1) Halaman Sampul; 2) Halaman Judul; 3) Abstrak; 4) Halaman Persetujuan Pembimbing; 5) Halaman Pernyataan Penulis; 6) Halaman Pengesahan; 7) Halaman Pengantar; 8) Daftar Isi; 9) Daftar Tabel (kalau ada); 10) Daftar Ilustrasi (kalau ada); 11) Transliterasi

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

11

b. Bagian Pokok atau Isi : 1) Bab Pendahuluan 2) Bab-bab Pembahasan, yang mencakup tiga bagian : a) Bab yang berisi kajian teori; b) Bab yang memuat deskripsi hasil penelitian; c) Bab yang berisi analisis masalah. 3) Bab Penutup, yang berisi kesimpulan dan implikasi atau rekomendasi. c. Bagian Akhir : 1) Daftar Pustaka; 2) Lampiran atau Apendiks (kalau ada); 3) Riwayat Hidup Singkat Penulis. 2. Makalah Sistematika makalah dapat disusun sebagai berikut : a. Pendahuluan, meliputi : 1) Latar belakang dan signifikasi masalah; 2) Rumusan masalah; 3) Sistematika pembahasan. b. Pembahasan sesuai dengan submasalah yang ada. c. Penutup yang mengandung kesimpulan dan implikasi.

C. Uraian Komposisi 1. Bagian Awal : a. Halaman sampul berisikan kalimat-kalimat tentang : 1) Judul Karya Ilmiah (skripsi, tesis, disertasi); 2) Kata Oleh; 3) Nama Penulis, dan dibawahnya tertulis NIM; 4) Kalimat peruntukan skripsi, tesis, dan disertasi; 5) Tahun penyelesaian karya tulis, yakni tahun persetujuan pembimbing. b. Halaman judul berwarna putih (kertas HVS), isinya sama dengan halaman sampul.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

12

c. Abstrak. Abstrak (bukan : abstraksi) adalah inti sari kandungan skripsi yang ditulis dalam bentuk esai pendek. Bila memungkinkan, abstrak juga dibuat dalam bahasa Arab dan Inggris. Abstrak sebaiknya ditulis dalam satu halaman, maksimal dua halaman dengan jarak satu setengah spasi. Abstrak hanya memuat bagian-bagian yang penting, yaitu tema, maksud dan kesimpulan, yang dengan pengungkapannya, kandungan skripsi, tesis, atau disertasi dapat tergambar secara ringkas dan cukup jelas. Abstrak bukanlah kesimpulan-kesimpulan yang ditempatkan pada bagian awal skripsi, tesis, atau disertasi, dan bukan pula miniatur dari bagian pendahuluan skripsi, tesis, atau disertasi, atau ringkasan rumusan masalah. d. Halaman Persetujuan Pembimbing, berisi : 1) Judul halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ditempatkan secara simetris di bagian atas. 2) Teks persetujuan 3) Tanggal persetujuan 4) Tanda tangan, nama, dan NIP pembimbing. Setelah skripsi dipertahankan maka halaman ini tidak perlu ikut terjilid karena fungsinya hanya sebagai nota pengantar ujian. e. Halaman pernyataan penulis skripsi, tesis, atau disertasi bahwa jika skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulisnya itu tenyata merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dan buatan orang lain, baik seluruhnya atau sebagiannya, maka skripsi, tesis, atau disertasi dan gelar yang diperoleh penyusun berdasarkan karya tulis tersebut batal demi hukum. Unsur-unsur halaman ini adalah : 1) Judul halaman : PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Judul ini disesuaikan dengan tesis atau disertasi. 2) Teks pernyataan : Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa Skripsi (Tesis/Disertasi) ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

13

sebagian, maka Skripsi (Tesis/Disertasi) dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum. 3) Tanggal pernyataan, 4) Tanda tangan penyusun, 5) Nama/NIM penyusun. 6) Halaman Pengesahan, yaitu halaman yang berisi : a) Kalimat : PENGESAHAN, sebagai judul. b) Teks Pengesahan. c) Tanggal Pengesahan (sesuai tanggal lulus). d) Nama anggota Tim Penguji disertai jabatannya, dan tandatangan asli. e) Diketahui oleh Dekan Fakultas/Direktur PPS. 7) Kata Pengantar yang berisi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Dan pernyataan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberi dukungan moril dan materil atas selesainya skripsi atau tesis/disertasi, dan yang dinilai telah berjasa kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN. Sebaiknya Kata Pengantar ditulis dalam satu halaman, dan tidak lebih dari dua halaman. Ucapan terima kasih hanya ditujukan kepada : a) Rektor dan Dekan dengan seluruh jajarannya b) Para Pembimbing. c) Instansi yang memberikan fasilitas tempat/rekomendasi bagi pelaksanaan penelitian. d) Kepala Perpustakaan dan seluruh stafnya. e) Piha-pihak yang secara konkrit memberikan bantuannya. f) Orang tua dan keluarga lain yang benar-benar memberikan bantuan kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi. Ucapan terima kasih hendaknya memakai kalimat yang wajar, tidak berlebihan dalam menghargai pihak lain dan tidak terlalu merendahkan diri. Sebaiknya, dihindari pernyataan yang mengungkapkan kekurangankekurangan dalam skripsi, sehingga karya ilmiah tersebut tetap memiliki wibawa ilmiah yang objektif.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

14

8) Daftar Isi memuat keterangan secara rinci dan sistematis tentang keseluruhan kandungan karya tulis ilmiah, meliputi bagian awal, tengah , dan akhir. Didalamnya dicantumkan judul bab dan subbabnya, yang masing-masing diberi nomor urut dan nomor halaman awal pemuatannya. Judul-judul dihubungkan oleh titik-titik ke nomor halaman. Cara penulisan Daftar Isi adalah sebagai berikut : a) Kata DAFTAR ISI ditempatkan sebagai judul halaman di bagian atas tengah dengan huruf kapital tebal (All Caps) tanpa garis bawah dan tanpa titik. b) Unsur-unsur dari bagian awal skripsi yakni Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar isi, Daftar Tabel, dan seterusnya, ditulis dengan huruf kapital. Nomor halaman pemuatan dalam angka Romawi kecil ditempatkan di ujung baris. c) Bab-bab diketik berturut dengan indikator angka Romawi besar, diikuti dengan judul bab yang ditulis secara keseluruhan dengan huruf kapital tanpa garis bawah. Subbab ditulis dengan huruf kapital pada setiap huruf awal kata, kecuali huruf awal kata sandang, kata depan, dan kata penghubung yang ditulis dengan huruf kecil. d) Skripsi yang ditulis dalam bahasa Arab, prinsipnya sama dengan ketentuan di atas, namun disesuaikan dengan ketentuan dalam bahasa Arab. 9) Daftar tabel dan ilustrasi. Kalau dalam skripsi, tesis, atau disertasi terdapat lima buah tabel atau ilustrasi, maka perlu dibuatkan daftar tersendiri dengan teknik seperti pembuatan Daftar Isi dengan judul DAFTAR TABEL atau DAFTAR ILUSTRASI. Demikian pula peta, diagram, grafik, dan sebagainya, jika ada, dibuat seperti teknik pembuatan Daftar Tabel dan Ilustrasi. 2. Bagian Pokok atau Isi Skripsi dan Tesis a. Pendahuluan Pendahuluan mencakup penjelasan-penjelasan yang erat sekali hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab selanjutnya. Jadi pendahuluan dimaksudkan untuk mengantar pembaca memasuki uraian-uraian tentang

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

15

masalah yang diangkat dalam skripsi, tesis, atau disertasi, yang memuat subbab sebagai berikut : 1) Latar Belakang Masalah, 2) Rumusan dan Batasan Masalah, 3) Hipotesis (bila diperlukan), 4) Pengertian Judul, 5) Metode Penelitian, 6) Tinjauan Pustaka, 7) Tujuan dan Kegunaan, 8) Garis-garis Besar Isi. Uraian setiap item tersebut pada bab Pendahuluan harus dikembangkan dari materi yang diuraikan dalam rencana penelitian, terutama karena bab Pendahuluan ini berisi deskripsi pelaksanaan penelitian. Dengan kata lain, meskipun materi keduanya memiliki kesamaan, namun tidak berarti rencana penelitian serta-merta menjadi bab Pendahuluan. b. Bab-bab Penguraian Uraian dalam karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) harus memuat tafsiran-tafsiran dan analitis terhadap data yang telah dikumpulkan, yang merupakan jawaban terinci atas persoalan berhubungan dengan pokok pembahasan dan sub-sub masalahnya. Bab-bab penguraian ini disusun secara logis. Dalam hal ini, diawali dengan pembahasan yang bersifat umum, yakni kajian teoritis yang relefan dan merupakan kerangka teori, kemudian disusul dengan pembahasan masalah yang lebih khusus, yakni deskripsi objek penelitian dan analisis masalah. Karya ilmiah tidak terlepas dari sifatnya sebagai laporan penelitian. Oleh karena itu, bab-bab penguraian dapat pula disusun dengan mengikuti pola laporan penelitian, terutama untuk penulisan yang berdasarkan riset lapangan. Dalam hal ini, bab-bab penguraian mencakup pembahasan landasan teoritis, metodologi penelitian, dan hasil penelitian.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

16

c. Bab Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan implikasi atau saran. Kesimpulan diambil dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya.

Kesimpulan harus merupakan jawaban yang tegas terhadap pokok masalah. Kesimpulan bukanlah ringkasan dari uraian-uraian sebelumnya, melainkan sebagai hasil pemecahan terhadap apa yang dipermasalahkan dalam skripsi, tesis, atau disertasi, yang dirumuskan menurut proses berpikir secara sistematis dan metodologis. Dalam bab Penutup ini, dimuat pula implikasi dari penelitan dan pembahasan yang telah dilakukan, berupa saran-saran yang dirasa perlu. Saran-saran sebaiknya realistik dan argumentatif, sehingga tidak tampak sebagai daftar usul belaka. 3. Bagian Akhir Bagian akhir skripsi, tesis, atau disertasi berisi : a. Daftar Pustaka Daftar Pustaka adalah daftar rujukan, baik berupa buku-buku, majalah, terbitan khusus, artikel, undang-undang, peraturan, dan sebagainya, yang benar-benar menjadi rujukan dalam menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Oleh karena itu, yang dimasukan dalam Daftar Pustaka ini hanyalah yang dijadikan sebagai sumber kutipan. buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain yang telah dikutip, meskipun berguna bagi penyusunan skripsi, tesis, atau disertasi, tidak perlu dimasukkan juga dalam Daftar Pustaka, alternatifnya adalah mengklasifikasikan semua rujukan itu atas Rujukan Utama, yakni literatur yang dijadikan sumber kutipan, dan rujukan pelengkap, yakni literatur-literatur yang berguna bagi penyusunan karya ilmiah, namun tidak dikutip. Daftar Pustaka merupakan salah satu persyaratan bagi setiap karya ilmiah. Dengan Daftar Pustaka, pembaca akan dapat dengan mudah mengetahui keseluruhan sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, sehingga ia dapat pula memperkirakan kualitas atau bobot ilmiah skripsi,

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

17

tesis, atau disertasi itu. Lebih dari itu, pembaca juga dapat menelusuri lebih jauh validitas uraian lewat Daftar Pustaka yang isinya telah dikutip. Cara pembuatan Daftar Pustaka dapat dilihat dalam Bab IV tentang teknik penulisan. b. Lampiran Lampiran berisi hal-hal yang merupakan kelengkapan yang mendukung validitas atau kesahihan suatu uraian. Misalnya gambar-gambar (foto) tentang suatu objek, peraturan-peraturan, surat (keputusan), silsilah, model angket dan model sesuatu yang telah diterangkan dalam bab-bab isi skripsi, tesis, atau disertasi. Penempatan lampiran ini harus diurut sesuai dengan urut-urutan uraian dalam karya ilmiah. c. Daftar Riwayat Hidup Penyusun Daftar ini berisi : 1) Judul halaman, yakni DAFTAR RIWAYAT HIDUP, diketik simetris di tepi margin atas. 2) Data riwayat hidup penyusun : nama penyusun, tempat dan tanggal lahir, jabatan/pangkat (kalau ada), orang tua, istri/anak (kalau ada), riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan (kalau ada), dan karya tulis (kalau ada). d. Transliterasi Transliterasi adalah daftar yang menyatakan peralihan huruf Arab ke huruf Latin. Transliterasi diperlukan untuk kemudahan komunikasi dengan tetap memperhatikan agar unsur makna bahasa asal tidak berubah. Daftar transliterasi huruf Arab ke huruf Latin dilampirkan dalam pedoman ini dan harus digunakan secara konsisten.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

18

BAB IV TEKNIK PENULISAN

Teknik penulisan yang dimaksud adalah cara-cara penulisan unsur-unsur karya ilmiah yang mencakup pengetikan teks atau tubuh tulisan, catatan kaki, dan daftar pustaka. A. Teks (Tubuh Tulisan) 1. Pengaturan Margin a. Margin kiri dan atas untuk penulisan huruf Latin, serta margin kanan dan atas untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 4 cm dari ujung kertas. b. Margin kanan dan bawah untuk penulisan huruf Latin, serta margin kiri dan bawah untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 3 cm dari ujung kertas. c. Baris pertama setiap alinea dimulai setelah tujuh ketukan dari margin kiri untuk penulisan huruf Latin dan margin kanan untuk penulisan huruf Arab. d. Setiap ketikan kembali ke margin, kecuali enumerasi (penomoran) dan baris baru. e. Setiap lembar kertas hanya digunakan untuk satu halaman (tidak timbal balik). 2. Pengaturan posisi judul halaman-halaman berjudul : a. Judul dari Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian karya ilmiah, Halaman Pengesahan, Daftar Isi, dan Abstrak ditempatkan secara simetris ditengah halaman bagian atas, empat sentimeter dari ujung atas kertas (sama dengan posisi baris pertama teks pada setiap halaman). b. Kata Pengantar, Daftar Tabel, Daftar Ilustrasi, Bab, Daftar Pustaka, dan Glossary, ditempatkan secara simetris di tengah halaman bagan atas, enam sentimeter dari ujung atas kertas (dua sentimeter di bawah posisi baris pertama teks pada setiap halaman). c. Semua judul pada halaman judul diketik dengan huruf kapital (All Caps) dan ditebalkan (Bold). 3. Jarak spasi antar baris dan ketukan antar kata :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

19

a. Jarak antar nomor bab dengan judul bab, dan antara baris pertama judul bab dengan baris berikutnya (jika lebih dari satu baris) adalah dua spasi. b. Jarak judul bab dengan subbab (jika langsung diikuti subbab) adalah empat spasi, dan jarak antara judul subbab dengan baris pertama teks adalah tiga spasi. c. Teks diketik dengan jarak dua spasi. Untuk menjaga kerapian ketikan komputer dari teks yang menggunakan campuran font Latin dan font Arab serta memakai tanda-tanda transliterasi, maka jarak dua spasi ini diset di komputer dengan line spacing exactly 24 point. d. Kutipan langsung sepanjang tiga baris atau lebih yang diketik dengan jarak satu spasi dan dalam format terpisah dari teks biasa. Untuk kutipan teks Arab, baik yang ditulis tangan maupun yang diketik dengan komputer, tetap memperhatikan ketentuan ini, tetapi dapat menyesuaikan dengan keadaan huruf/fontnya. e. Terjemahan ayat Al-Quran, Hadis atau terjemahan dari sumber bahasa asing, diketik dengan jarak satu spasi, terpisah dari teks. f. Jarak baris catatan kaki : 1) Jika dalam nomor catatan kaki keterangan mencapai dua baris atau lebih, maka jarak antara setiap baris adalah satu spasi. Untuk menjaga kerapian, bila teks catatan kaki bercampur antara font Latin dan font Arab atau menggunakan tanda-tanda transliterasi, maka jarak itu diset pada line spacing exactly 12 point (untuk teks dengan besaran font 10 point). 2) Jarak antara baris terakhir suatu catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki berikutnya dalam halaman yang sama, adalah dua spasi. 3) Baris pertama setiap nomor catatan kaki dimulai setelah tujuh ketukan dari margin kiri untuk penulisan huruf Latin, dan margin kanan untuk penulisan huruf Arab. Baris kedua dan seterusnya tetap kembali ke margin kiri/kanan. 4) Nomor untuk catatan kaki ditulis setengah spasi di atas baris pertama setiap catatan kaki.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

20

g. Abstrak, riwayat hidup, dan keterangan-keterangan lain yang dilampirkan, diketik dengan jarak satu setengah spasi. h. Daftar Pustaka diketik dengan jarak satu spasi kecuali antara baris terakhir dari sebuah pustaka dan baris pertama pustaka berikutnya yang berjarak dua spasi. i. Antara setiap kata dengan kata berikutnya berjarak satu ketukan, kecuali karena proses justification dengan komputer. 4. Huruf Miring (Italic) Huruf miring (italic character) digunakan (pada komputer dan mesin ketik elektronik) untuk judul buku dalam teks, dalam catatan kaki dan dalam Daftar Pustaka, nama sumber atau referensi lain, judul subbab, kata asing ataupun daerah. Jika karya tulis diproses dengan mesin ketik manual, maka unsur-unsur tersebut diketik dengan bergaris bawah (underlined character). Contoh : a. Penulisan subbab : Islam dan Kenegaraan atau Islam dan Kenegaraan b. Penulisan judul buku : sebagai dikatakan oleh Munasih Jamil dalam bukunya Islam dan Tata Negara atau Islam dan Tata Negara. 5. Pemenggalan Kata a. Pemenggalan kata harus berdasarkan suku kata. Tetapi penggalan suku kata yang terdiri dari satu huruf harus dihindari karena dapat menimbulkan kesamaran. Misalnya : kata mempelai dapat dipenggal menjadi mem- pelai atau mempe- lai, tetapi tidak menjadi mempela- i. Demikan pula kata ikan dan itu tidak boleh dipenggal menjadi i- kan atau i- tu. b. Jika kata itu berawalan atau berakhiran, maka pemotongan dapat dilaksanakan pada awalan atau akhiran. Misalnya, kata menjelaskan menjadi men- jelaskan atau menjelas- kan. c. Nama diri hanya dapat dipotong berdasarkan kata, bukan persuku kata. Karena itu, nama yang terdiri dari satu kata tidak dapat dipotong. Misalnya nama Muhammad Sadiq hanya dapat dipenggal menjadi Muhammad dan Sadiq, dan bukan Muhammad Sadiq atau Muhammad Sa- diq.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

21

d. Kesalahan pemenggalan kata dalam penulisan karena proses justification harus dihindari dan diperbaiki. 6. Pergantian halaman a. Judul subbab atau judul paragraf atau subparagraf hendaknya tidak dipisahkan dari uraiannya. Contoh yang salah :

Pergantian halaman

Sedangkan halaman berikutnya :

28 a. Judul subbab atau judul paragraf atau subparagraf hendaknya ... ...

Seharusnya pernyataan (6. Pergantian halaman) di halaman sebelah dipindahkan ke halaman 28. b. Baris awal atau baris akhir sebuah halaman hendaknya tidak berdiri sendiri. Misalnya baris pertama di halaman ini terletak di bagian akhir halaman sebelumnya, sehingga baris kedua di atas berdiri sendiri. Contoh yang salah :

a. Pemenggalan kata harus berdasarkan suku-kata. Tetapi penggalan suku-kata atau yang terdiri dari satu huruf dihindari karena dapat menimbulkan kesamaran. Misalnya : kata mempelai dapat dipenggal menjadi mem- pelai atau mempelai, tetapi tidak menjadi mempela- i. Demikian pula kata ikan dan itu tidak

27 Dipenggal menjadi i- kan atau i- tu.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

22

b. Jika kata itu berawalan atau berakhiran, maka pemotongan

Seharusnya baris terakhir halaman di sebelah ditarik ke halaman 27 atau baris pertama di halaman ini ditarik ke halaman sebelumnya (26) sehingga ditemukan :

a. Pemenggalan kata harus berdasarkan suku-kata. Tetapi penggalan suku kata yang terdiri dari satu huruf harus dihindari karena dapat menimbulkan kesamaran. Misalnya : kata mempelai dapat dipenggal menjadi mem- pelai dan mempe- lai, tetapi

27 Tidak menjadi mempela- i. Demikian pula kata ikan dan itu tidak boleh dipenggal menjadi i- kan atau i- tu.

b. Sesuai ketentuan statistik, tabel harus ditulis utuh dalam sebuah halaman. Pemotongan tabel karena pergantian halaman sebaiknya dihindari. Agar tabel tidak terpotong, dapat dipindahkan seutuhnya ke halaman berikutnya. Bila pilihan ini yang digunakan, maka kalimat-kalimat dalam teks harus disesuaikan. Misalnya dengan menyatakan : Untuk kejelasan hal ini, maka data dan keterangan dapat dibaca dalam tabel 45 di halaman berikut. Alternatif lain adalah menempatkan semua tabel di bagian akhir karya ilmiyah sebagai lampiran. Kalau terpaksa, tabel dapat dipotong secara hati-hati, yaitu dengan mendesain tabel itu sedemikian rupa, dengan memberi nomor di bawah setiap kolom dalam tabel itu, sehingga jika tabel dipotong, nomor itu disalin ke bagian atas potongan tabel yang dipindahkan, dan inilah yang akan menjadi petunjuk untuk setiap kolom yang ada dalam tabel.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

23

Jika halaman ketikan tidak cukup luas sehingga tidak memuat tabel secara utuh, kertas yang berukuran lebih panjang dari kuarto dapat dipergunakan. Halaman tabel tersebut dapat dilipat untuk menghindari terpotongnya tabel setelah dijilid. Pilihan lainnya dapat dilakukan (khusus untuk tabel) dengan pengetikan (komputer) dalam besaran huruf yang lebih kecil (misalnya 12 point) dan dengan jarak spasi yang menyesuaikan. Unsur-unsur tabel adalah : judul tabel, sajian data dan sumber data. Keterangan mengenai sumber data diketik dengan font yang lebih kecil di bagian bawah kiri tabel. B. Kutipan 1. Kutipan sepanjang dua baris atau kurang dimasukkan ke dalam teks dengan menggunakan tanda kutip (). 2. Kutipan yang terdiri dari tiga baris atau lebih ditulis terpisah dari teks dengan jarak satu spasi, tanpa tanda kutip, diketik dengan jarak empat ketukan dari margin kiri. Bila dalam kutipan terdapat alinea baru maka alinea itu diketik dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri. 3. Kutipan langsung seperti tercantum dalam butir 1 dan 2 di atas sedapat mungkin tidak lebih dari setengah halaman, kecuali bila skripsi adalah studi teks yang harus mengutip teks asli secara lengkap dan membutuhkan tempat kutipan yang lebih banyak. 4. Untuk menunjukkan adanya teks yang dilangkahi dalam kutipan (misalnya karena tidak relevan dengan uraian), maka digunakan tanda elipsis, yaitu tiga titik yang diantarai oleh spasi ( ). Pada program komputer, misalnya program word, elipsis ini dibuat dengan menekan tombol Ctrl dan Alt secara bersamaan , lalu menekan tombol titik (Ctrl + Alt +.). 5. Kalau yang dilangkahi itu satu alinea atau lebih, maka digunakan elipsis sepanjang satu baris penuh. Jika sebelum alinea yang dilangkahi itu masih ada bagian alinea sebelumnya yang ikut dilangkahi, maka bagian yang dilangkahi itu ditandai dengan satu tanda elipsis. Contohnya :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

24

Para pejabat pemerintahan kita sekarang ini dapat disamakan kedudukannya dengan para manager di Amerika Serikat. Mereka harus bisa mengejar target dengan tidak mempedulikan pengembangan kelembagaan yang dewasa ini belum berkembang sebagai organisasi modern . Erat kaitannya dengan proses pelembagaan ini terutama yang berkaitan dengan pelembagan nilai, maka harus diciptakan kondisi objektif yang mendorong terwujudnya kesatuan antara nilai, sikap dan perbuatan.*

6. Jika sebelum kalimat yang dilangkahi itu terdapat tanda baca, maka tanda baca itu diletakkan persis sesudah huruf terakhir sebelum kalimat yang dilangkahi. Demikian juga bila terdapat tanda baca sesudah kalimat yang dilangkahi maka tanda baca itu diletakkan sesudah tanda elipsis. Misalnya : (; ) dan ( ;). 7. Saduran (yang juga dikenal dengan kutipan tak langsung) diketik dua spasi dan marginnya sama dengan margin teks biasa. Di akhir setiap kalimat atau alinea saduran, diberi nomor catatan kaki. Contohnya :

Nurcholish Madjid mengakui bahwa cukup sulit untuk memberikan gambaran tentang pemikiran Islam Indonesia dalam kaitannya dengan Islam secara menyeluruh. Hal itu dsebabkan kurangnya data yang dapat mewakili semua aspek yang akan digambarkan. Karena itulah beliau menyatakan bahwa apa yang akan dilakukannya hanya terbatas pada aspek-aspek yang disepakati sebagai gambaran. Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum. *

Saduran ini dinukil dari teks buku Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta:

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

25

Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 23. Kalau alinea ini dikutip langsung, maka bentuknya sebagai berikut :

Membahas potret pemikiran Islam Indonesia dalam konteks Islam universal memang menyulitkan, karena diperlukan perangkat yang cukup lengkap dan yang mampu mewakili semua segi obyek pemotretan itu. Dalam keadaan metodologis yang sulit itu, kontribusi ini terpaksa membatasi diri pada segi-segi yang akan secara absah dapat disebut sebagai potret, yaitu melihat wujud-wujud nyata dunia pemikiran Islam yang sedapat mungkin khas Indonesia, tapi yang sekaligus dengan jelas menunjukkan konteksnya dengan dunia Islam pada umumnya, atau dengan pemikiran Islam yang telah mendunia (universal).*

8. Sumber yang masih menggunakan ejaan lama, dikutip sesuai aslinya pada kutipan langsung. 9. Kalau ada kesalahan pada teks asli yang dikutip, maka kesalahan itu harus ditunjukkan dengan menyisipkan kata sic dalam kurung siku [sic], yang memberi petunjuk kepada pembaca bahwa demikianlah yang tertulis pda aslinya walaupun mungkin itu tidak benar. Tetapi dapat juga diberikan perbaikannya di antara kurung siku [ ] yang diletakkan persis sesudah teks yang dianggap tidak benar. Contohnya :

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17-81954 [sic].

atau

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17-81954 [1945].

10. Kutipan dari bahasa asing, sebaiknya diterjemahkan kemudian diulas dan dikomentari.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

26

11. Ayat al-Quran (rasm Usmaniy) dikutip dengan cara menyebutkan sumbernya dalam teks (dimulai dengan singkatan QS yang diikuti dengan nama surah, lalu nomor surah dalam kurung, yang diikuti dengan titik dua lalu dituliskan nomor ayatnya) mendahului ayat yang dikutip. Contohnya : Allah berfirman dalam QS Ali Imran (3); 64 Kutipan ayat al-Quran, baik kurang dari satu baris atau lebih dituliskan terpisah dari teks tanpa menggunakan tanda kutip. Di akhir ayat yang dikutip, sedapat mungkin diberi nomor ayatnya yang ditempatkan dalam kurung ( Terjemahan ayat al-Quran, walaupun hanya terdiri dari satu baris saja, ditulis terpisah dari teks dalam satu alinea tersendiri, dengan jarak baris satu spasi. Terjemahan ayat yang dikutip diberi nomor catatan kaki dan dianjurkan mengutip dari Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. 12. Penulisan kutipan dari Hadis (teks Arab) diperlakukan seperti penulisan ayat AlQuran. Hanya saja sumbernya, dalam hal ini mukharrij hadis, dituliskan sesudah teks hadis, kemudian diberi nomor catatan kaki. Sama halnya dengan terjemahan Al-Quran, terjemahan Hadis diberikan secara terpisah dalam satu alinea dengan jarak baris satu spasi. Jika terjemahan dikutip, hendaknya diberi nomor catatan kaki, di mana disebutkan siapa yang menerjemahkannya. 13. Jika dari ayat Al-Quran atau Hadis yang telah dikutip diberi penjelasan sehingga perlu penulisan ulang, maka kata, frasa, atau pun klausa yang diperlukan dapat ditulis ulang, tanpa menulis ulang sumbernya. 14. Ayat-ayat yang dipergunakan tanpa teks asli atau diketik dengan transliterasi harus dihimpun dalam sebuah daftar lampiran. 15. Kutipan dari sumber naskah non-Latin yang penulisannya dari kiri ke kanan (seperti buku-buku yang menggunakan huruf Bugis/Makassar. Diketik kedalam naskah jika terdiri dari satu baris atau kurang, diberi nomor catatan kaki dan diberi terjemahan. Jika bagian yang dikutip lebih dari satu baris maka kutipan tersebut diketik terpisah dari naskah dan diberi nomor catatan kaki. Terjemahnya juga dipisahkan dari teks dan diberi catatan kaki. 16. Kutipan diberi nomor petunjuk (referensi) di akhirnya, yang diketik setengah spasi diatas baris.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

27

C. Referensi (Footnote, Endnote, dan Parenthetical Reference) 1. Footnote (Catatan Kaki) a. Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah Footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan. Catatan kaki berguna untuk : 1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan kaki sumber atau reference footnote). 2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan 3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata : Lihat , Bandingkan , dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam , dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar. b. Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat diletakkan di halaman berikutnya. c. Cara penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut ; 1) Untuk buku, unsur yang diperlukan adalah : Nama pengarang, judul buku yang ditulis dengan huruf italic, jilid, cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, tahun diterbitkan, dan halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman atau beberapa halaman) dari mana referensi itu berasal. Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung. Contohnya :
1

Muhammad ibn Abdillah al-Zarkasyiy, al-Burhan fi Ulum alQuran, Juz IV (Cet. I; Cairo : Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1958 M/1377 H), h. 34-35.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

28

2) Untuk artikel dalam surat kabar dan majalah, unsur yang perlu dicantumkan adalah : nama pengarang (kalau ada), judul artikel (di antara tanda kutip), nama surat kabar (huruf italic), nomor edisi, tanggal, dan halaman. Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya, maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (diantara tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita ulang dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman. Penulisan catatan kaki untuk surat kabar. Contohnya :
2

Sayidiman Suryohadiprojo, Tantangan Mengatasi Kesenjangan, Repblika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.

Berbagai

PWI Berlakukan Aturan Baru [Berita], Republika, No. 346/II, 28 Desember 1994, h. 16. Ekonomi, Panji

Bachrawi Sanusi, Ketimpangan Pertumbuhan masyarakat, No. 808, 1-10 Nopember 1994, h. 30.

3) Sekarang banyak buku yang memuat artikel-artikel dari berbagai pengarang. Buku seperti ini ada yang diedit oleh seseorang atau lebih, ada pula yang tidak diedit. Bila mengutip dari buku seperti ini, maka perlu diperhatikan artikel yang dikutip, dan siapa pengarangnya. Unsur yang perlu disebutkan adalah : nama penulis artikel, judul artikelnya di antara tanda kutip, nama editor buku (kalau ada) atau nama pengarang artikel pertama, diikuti istilah et al. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang menyumbangkan artikel), data penerbitan, dan halaman. Contohnya :
5

M.Dawam Rahadjo, Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenoena Keagamaan, dalam Taufiq Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi Penelitan Agama (Cet. II; Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990), h. 24.
6

Sahiron Syamsuddin, Hamkas Political Thought as Expressed in His Tafsir Al-Azhar, dalam Sri Mulyati dkk., Islam & Development : A Politico-Religious Response (Montreal, Canada : Permika, 1997), h. 244.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

29

4) Untuk artikel atau entri dan ensiklopedia, unsur yang perlu dicantumkan adalah : nama penulis entri (jika ada), judul entri di antara dua tanda kutip, nama editor ensiklopedia (kalau ada), nama ensiklopedia (huruf italic), jilid, data penerbitan, dan halaman. Contohnya :
7

Beatrice Edgel, Conception, dalam James Hastings (ed), Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3 (New York : Charles Schribners Son, 1979), h. 769. 5) Kutipan dari undang-undang dan penerbitan resmi pemerintah, unsur yang perlu dicantumkan adalah : nama instansi yang berwenang, judul naskah (huruf italic). Jika data dikutip dari sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut dicantumkan dengan menambahkan unsur-unsur nama buku (huruf italic), dan data penerbitan. Jika sumber sekunder tersebut mempunyai penyusun, maka nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku dan nama penerbit dimasukkan sebagai data penerbit. Contoh :
8 9

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Bab I, pasal I.

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1969, dalam Undang-Undang Keormasan (Parpol & Golkar) 1985 (Jakarta : Dharma Bakti, t.th.), h. 4. Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dalam S.F.. Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara (Yogyakarta : Liberty, 1988), h. 198. d. Catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait. Penomoran dimulai pada setiap awal bab. Nomor diketik setengah spasi di awal catatan kaki dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri. Contohnya :
11 10

AlI Rida, al-Marja fi al-Lugat al-Arabiyyah (Beirut : Dar alFikr, t.th.), h. 254.
12

Ibid., h.300.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

30

e. Bila catatan kaki lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya diketik di awal margin kiri. f. Antara baris terakhir teks dengan nomor catatan kaki diberi garis sepanjang dua puluh ketukan sebagai pembatas. Antara baris terakhir teks dengan garis pembatas itu berjarak dua spasi, sedang jarak antara garis pembatas itu dengan teks catatan kaki berjarak dua spasi juga. g. Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki berikutnya adalah dua spasi. h. Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam karyanya. Tak ada pembalikan nama seperti dalam Daftar Pustaka. i. Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan menggunakan singkatan h. baik untuk satu halaman atau pun lebih. Contohnya : h. 55-67; bukan : hh. 55-67. j. Pemakaian hasil wawancara yang disebutkan dalam teks hendaknya dibatasi karena sifatnya hanya sebagai pelengkap. Jika penelitian memerlukan wawancara sebagai sumber data utama maka catatan kakinya ditulis dengan menyebutkan nama orang yang diwawancarai dan jabatannya, yang didahului dengan kalimat : Hasil wawancara dengan, kemudian tanggal dan tempat wawancara. Untuk wawancara tidak digunakan op. cit., loc. dan ibid. Sehingga keterangannya harus diulang terus. Contohnya :
13

Hasil wawancara dengan Abdullah Gani, Kepala Desa Maroanging, tanggal 21 Desember 1994, di Desa Maroanging.

k. Istilah ibid. (singkatan dari ibidem) digunakan untuk menunjuk sumber yang sama, yang baru saja disebut tanpa ada yang mengantarai keduanya (sama halaman atau tidak). Jika halaman yang dikutip sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki, huruf awalanya ditulis dengan huruf kapital (Ibid), sedang bila terletak ditengah kalimat, misalnya sesudah kata-kata Disadur dari maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid.)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

31

l. Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato, dan singkatan ini harus diberi spasi di antaranya, op. cit., bukan op.cit.) menunjuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu tetapi diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang. Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato). Contohnya :
14

Muhammad Ali al-Sabuny, al-Tibyan fi Ulum al-Quran (Cet. I; Beirut: Alam al-Kutub, 1985), h. 22. Ronny Ngatijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.
16 17 18 15

Ibid., h. 40. Muhammad Ali al-Sabuny, op. cit., h. 30.

Ronny Ngatijo Smitro, loc. cit.

m. Sering terjadi dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam sebuah bab, dicantumkan sandi untuk masing-masing karya tersebut, tanpa perlu menggunakan singkatan op. cit. atau loc. cit. Sandi diambil dari kata yang terdapat dalam judul karya. Contohnya (lanjutan dari contoh di atas):
19

Muhammad Ali al-Sabuny, RawaI al-Bayan fi Tafsir al-Ahkam min al-Quran, Jilid I (t.t.: Dar al-Fikr, t.th.), h. 57.
20 21

Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit. Muhammad Ali al-Sabuny, RawaI, h. 54.

Dalam catatan kaki no. 21 di atas, kata Rawai adalah sandi untuk membedakan referensi itu dari buku al-Sabuniy lainnya yang juga digunakan dala penulisan skripsi/tesis/disertasi, yaitu al-Tibyan, yang disebutkan dalam catatan kaki no. 14. n. Bila mengutip dari buku yang diterjemahkan, unsur yang perlu adalah nama pengarang asli, judul (huruf italic, kalau diketahui), diikuti dengan kalimat :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

32

diterjemahkan oleh, diikuti nama penerjemah, judul buku terjemahan (huruf italic), data penerbitan, dan halaman. Bila judul asli tidak disebutkan, maka judul terjemahan saja yang dicantumkan. Contohnya :
22

Wahbah al-Zuhayliy, al-Quran al-Karim, Bunyatuh al-Tasyriiyyah wa Khasaisuh al-Hadariyyah, diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul Al-Quran: Paradigma Hukumdan peradaban (Surabaya: Rislah Gusti, 1996), h. 141. Seandainya dalam contoh di atas, judul aslinya tidak diketahui, maka kalimat teks footnote ini adalah sebagai berikut :
22

Wahbah al-Zuhay, Al-Quran: Paradigma Hukum dan Peradaban,

diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri (Surabaya : Risalah Gusti, 1996) h. 141.

2. Endnote Endnote adalah catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya ilmiah, sebelum Daftar Pustaka. Dalam program komputer, cara pembuatan endnote persis sama dengan footnote, hanya letaknya saja yang harus diset di akhir karya ilmiah. Ketentuanketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka. 3. Parenthetical Reference Referensi seperti ini hanya berfungsi untuk menunjukkan referensi suatu pernyataan, baik itu saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di dalam teks, diapit oleh kurung. Informasi yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang yang langsung diikuti tahun terbitnya buku referensi, diikuti oleh koma, kemudian diikuti oleh nomor halaman. Contohnya : Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid 1995, 23).

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

33

Jika misalnya ada dua buku atau lebih dari Nurcholish Madjid yang digunakan, dan semuanya terbit pada tahun yang sama, maka bila karya yang dikutip itu berjilid, maka jilid itu ditulis setelah tahun, diikuti oleh titik dua, lalu nomor halaman. Contohnya : (al-Zuhayliy 1991, 11 : 98). Referensi artikel atau entry ensiklopedia : (Edgel 1979, 3 : 796-797). Untuk parenthetical reference, berlaku ketentuan khusus mengenai Daftar Pustaka, dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jumlah buku yang dikutip dari seorang pengarang, demikian juga dengan referensi yang berjilid sebagaimana yang disebutkan di atas.

D. Daftar Pustaka 1. Daftar Pustaka disusun secara alfabetis, artinya, nama-nama pengarang diurutkan sesuai urut-urutan abjad. 2. Alif lam marifah (al-) dalam nama-nama Arab dianggap bukan awal nama. Karena itu, tidak dijadikan sebagai dasar penyusunan nama. Misalnya nama Muhammad ibn Idris al-Syafiiy diletakkan dalam kelompok huruf S dan ditulis : Al-Syafiiy, Muhammad ibn Idris. 3. Daftar Pustaka skripsi sedapat mungkin tidak kurang dari sepuluh pustaka; paling sedikit dua berbahasa Arab dan dua berbahasa Inggris (bukan terjemahan), dan kesemuanya merupakan sumber utama penulisan skripsi. Untuk tesis, minimal tiga puluh dan disertasi lima puluh. 4. Unsur-unsur yang harus dimuat dalam kepustakaan : a. Nama pengarang, yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog dalam perpustakaan. Dalam hal ini yang ditulis pertama adalah nama famili tau yang dianggap sebagai nama famili. Jika nama famili tidak diketahui dengan pasti, maka yang ditulis pertama adalah nama yang paling dikenal. Nama famili, atau yang dianggap sebagai nama famili, atau nama yang paling dikenal, dan nama pertama ditulis dengan disela oleh koma (,). Setelah nama pertama, dibubuhkan titik.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

34

b. Judul buku (dengan huruf italic) sebagaimana yang tercantum dalam halaman judul, kemudian diikuti dengan jilidnya (kalau ada). c. Data penerbitan, yaitu cetakan atau edisi, tempat penerbit,nama penerbit dan tahun terbitnya. Jika data penerbitan tidak ada atau salah satu datanya tidak ada, maka digunakan singkatan berikut : [t.d.] [t.t.] [t.p.] [t.th.] jika sama sekali tidak ada data yang tercantum; jika tempat penerbitan tidak ada; jika nama penerbitan tidak ada; jika tahun penerbitan tidak ada.

5. Data pustaka diketik dari margin kiri; jika lebih dari satu baris, maka baris kedua dan seterusnya diketik dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri, dengan jarak baris satu spasi. 6. Gelar dari titel akademik tidak harus dicantumkan, baik dalam kepustakaan maupun dalam catatan kaki. 7. Pustaka yang digunakan untuk terjemahan ayat-ayat Al-Quran dianjurkan dari Al-Quran dan Terjemahnya yang disusun oleh Tim yang dibentuk Departemen Agama RI. Terjemahan lain, atau terjemahan sendiri , dapat dipakai jika penulis memandangnya lebih dekat kepada kebenaran, tetapi untuk itu harus disertai keterangan dan argumentasi dalam catatan kaki. 8. Unsur-unsur yang perlu dicantumkan untuk referensi dari surat kabar atau majalah adalah : nama pengarang (kalau ada); untuk artikel yang tidak disertai nama pengarang (anonim) maka dicantumkan judul artikel dalam tanda kutip, yang diikuti dengan keterangan dalam kurung siku ([ ]) tentang jenis tulisan seperti

berita atau tajuk; nama surat kabar/majalah (dengan huruf italic); dan data penerbitan, yakni : nomor, bulan dan tahun, kemudian halaman-halaman di mana artikel itu dimuat. Contohnya :

Suryohadiprojo, Sayidiman. Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan. Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6-8. PWI Berlakukan Aturan Baru. [Berita]. Republika, No. 346/II, 28 Desember 1994, h. 16.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

35

Sanusi, Bachrawi. Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi. Panji Masyarakat, No. 808, 1-10 Nopember 1994, h. 30-31 dan 45. 9. Artikel dari Ensiklopedia Unsur referensi ensiklopedia yang perlu dicantumkan adalah : nama penyusun artikel, judul artikel dalam tanda kutip, nama editor ensiklopedia (kalau ada), judul ensiklopedia (dengan huruf italic), jilid, data penerbitan, dan halaman yamg memuat artikel itu. Contohnya :

Edgel, Beatrice. Conception. Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion and Ethics. Jilid 3. New York : Charles Schribners Son, 1979, h. 796-797. 10. Referensi Perundang-undangan Penerbitan yang dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan adalah naskah resmi yang diterbitkan oleh lembaga pemerintahan himpunan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan secara khusus. Dalam hal ini dicantumkan : nama lembaga pemerintahan yang berwenang mengeluarkan peraturan dan materinya, kemudian data penerbitan. Contohnya :

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945. Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor I Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969. Dalam Undang-undang Keormasan (Parpol & Golkar) 1985. Jakarta: Dharma Bakti, t.th. Referensi seperti tersebut dalam contoh kedua di atas tidak dapat dipakai terutama untuk penulisan tesis/disertasi karena merupakan suber sekunder. 11. Untuk sumber-sumber yang tidak diterbitkan, misalnya tesis magister, atau disertasi doktor, maka unsur-unsur yang perlu dicantumkan adalah : nama penyusun, diikuti judul (dalam tanda petik), kemudian keterangan mengenai disertasi, tempat dipertahankannya, dan tahunnya. Contohnya :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

36

Halim, H. M. Arief. Konsep Metode Dakwah dalam Alquran. Tesis. Ujung Pandang: Program Pascasarjana IAIN Alauddin, 1993. Salim, Abdul Muin. Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Alquran. Disertasi. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1989. 12. Jika pustaka disusun oleh dua atau tiga orang, maka semua nama pengarang disebutkan secara lengkap, kecuali nama penyusun yang pertama disebut sesuai ketentuan di atas. Nama penyusun kedua dan ketiga ditulis seperti biasa. Jika penyusun lebih dari tiga orang, maka hanya nama penyusun pertama saja yang disebutkan sesuai ketentuan di atas, diikuti oleh istilah et al. (kata et bukan singkatan, jadi tidak pakai titik, sedang al. adalah singkatan dari alii). Arti istilah et alii adalah dan kawan-kawan. Contohnya :

al-Sayutiy. Jalal al-Din ibn Abd al-Rahman ibn Abi Bakr, dan Jalal al-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahalliy. Tafsir al-Quran al-Azim.Jus I.Bairut: Dar al-Fikr, 1401 H/1981 M. Benjamin, Roger W., et al. Patterns of Poitical Development: Japan, India, Israel. New York : David McKay, 1972. Sumber kedua di atas (Benjamin, Roger W., et al.) disusun oleh empat orang. Tiga penulis lainnya adalah Allan Adrian, Richard N. Blue, dan Stephen Coleman, yang telah diwakili oleh kata et al. 13. Untuk buku terjemahan, unsur-unsur yang perlu dicantumkan adalah nama pengarang buku asli, judul buku asli (italic), diikuti kata-kata: diterjemahkan oleh, yang langsung diikuti oleh nama penerjemah, kemudian diikuti dengan kalimat: dengan judul, yang langsung diikuti oleh judul terjemahan (italic), dan terakhir data penerbitan. Kalau buku terjemahan itu tidak diketahui judul aslinya, maka setelah nama pengarang, disebutkan judul terjemahannya, diikuti kata-kata : diterjemahkan oleh, lalu nama penerjemah, tanpa menyebutkan lagi judul terjemahannya, karena telah disebut sebelumnya. Contohnya :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

37

Al-Zuhayliy, Wahbah. Al-Quran al-Karim, Bunyatuh al-Tasyriiyyah wa Khasaisuh al-Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul Al-Quran: Paradigma Hukum dan Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1996. Jika tidak diketahui judul aslinya: Al-Zuhayliy, Wahbah. Al-Quran: Paradigma Hukum dan Peradaban. Diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri. Surabaya : Risalah Gusti, 1996. 14. Nama seorang pengarang yang mempunyai dua buku atau lebih yang digunakan dalam penulisan, disebutkan lengkap hanya sekali. Untuk bukunya yang kedua dan seterusnya, namanya diganti dengan garis sepanjang tujuh ketukan diikuti oleh titik, diikuti nama bukunya (italic), jilidnya (kalau ada), kemudian data penerbitnya. Contohnya :

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942. Cet. II; Jakarta: LP3ES, 1982. , Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Rajawali, 1982.

15. Jika pustaka yang dipakai menumpang pada buku lain (sebagai hamisy), maka unsur yang perlu yang perlu dicantumkan adalah : nama pengarang buku yang menumpang, lalu nama bukunya (italic), diikuti dengan kata Dalam lalu nama pengarang buku yang ditumpangi, kemudian nama bukunya (italic), jilid (kalau ada), kemudian data penerbitnya. Contoh :

Al-Sayutiy, Jalal al-Din. Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul. Dalam al-Sayutiy, Jalal al-Din ibn Abd al-Rahman ibn Abu Bakr, dan Jalal al-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahalliy. Tafsir al-Quran al-Azim. Juz I. Bairut: Dar al-Fikr, 1401 H. 16. Dokumen-dokumen resmi (misalnya Undang-undang, Peraturan, dan sebagainya), dituliskan dulu nama lembaga yang mengeluarkannya, baru disebutkan nama dokumennya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

38

17. Nama pengarang dalam kepustakaan ditulis mulai dari awal margin kiri, sedang baris berikutnya dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri. Jarak baris dalam kepustakaan adalah satu spasi. 18. Antara baris terakhir suatu kepustakaan dengan nama pengarang berikutnya berjarak dua spasi. 19. Daftar Pustaka untuk Parenthetical Reference, disebut Reference List. Salah satu cara penyusunannya yang mudah adalah sebagai berikut : Nama Pengarang, Tahun Terbit, Judul Buku Referensi (huruf italic), juz. Tempat penerbit : Nama Penerbit. Contoh pertama :

Al-Zuhayliy, Wahbah. 1991. Al- Tafsir al-Munir fi al-Aqidat wa al-Syariat wa al-Manhaj, juz II. Beirut: Dar al-Fikr al-Muasir. Sanusi, Bachrawi. 1994. Ketimpangan Pertumbuhan Masyarakat, No. 808, h. 30,31, dan 45. Ekonomi. Panji

Edgel, Beatrice. 1979. Conception. Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3. New York: Charles Schribners Son, h. 796-797. Contoh pertama ini berada dari Daftar Pustaka biasa karena tahun penerbitan diletakkan persis setelah nama pengarang. Ini memudahkan pengetikannya. Dalam Daftar Pustaka biasa, tahun diletakkan sesudah nama penerbit. Cara lain adalah menulis nama pengarang dalam satu baris sendiri. Tahun penerbitan ditulis di baris berikutnya, marginnya sejajar dengan awal nama pengarang. Judul karya ditulis lima belas ketukan dari margin kiri, diikuti oleh data penerbitan. Baris kedua dari judul dan data penerbitan, marginnya juga lima belas ketukan dari kiri. Contoh kedua :

Al-Zuhayliy, Wahbah. 1991 Al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidat wa al-Syariat wa al-Manhaj, juz II. Beirut: Dar al-Fikr al-asir.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

39

Sanusi. Bahchrasi. 1994 Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi. Panji Masyarakat, No. 808, h. 30, 31, dan 45. Edgel, Beatrice. 1979. Conception. Dalam James Hastngs (ed.). Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3. New York: Charles Schribners Son, h. 796-797. Penggunaan Reference List seperti yang dicontohkan di atas harus konsisten, apakah mau menggunakan contoh pertama ataukah contoh kedua.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

40

BAB V FORMAT KARYA ILMIAH

A. Jenis Kertas, Huruf, dan Warna Tulisan 1. Kertas yang digunakan untuk segala jenis karya ilmiah adalah kertas HVS 60 atau 70 gram, berwarna putih bersih, ukuran kuarto (21.59 x 27,94 cm atau 8,5 x 11 in). 2. Huruf yang digunakan dalam karya ilmiah harus konsisten, yakni hanya satu tipe dan besaran. Misalnya huruf Courier dengan besaran 10 huruf/inci pada mesin ketik manual. Huruf miring (italic) pun harus dari jenis yang sama. Karya ilmiah yng diproses dengan komputer atau mesin ketik elektronik sangat dianjurkan menggunakan fonr Times New Roman dengan ukuran besar 14 point. 3. Tulisan harus rata berwarna hitam. Ketikan yang tidak rata warnanya (berbelangbelang) tidak dapat diterima untuk disahkan. Karena itu, pita mesin ketik atau pita printer yang digunakan harus selalu baru. 4. Judul halaman, Bab, dan judul bab diketik dengan huruf kapital semuanya (All Caps) dan ditebalkan (bold). 5. Judul Subbab diketik dengan huruf miring (italic) dan ditebalkan (bold).

B. Halaman Sampul Kalimat-kalimat dalam halaman sampul ditulis dengan format berikut : 1. Judul karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) diketik dengan huruf kapital secara utuh dan tidak memakai singkatan. Jika judul lebih dari satu baris, maka judul tersebut diketik dengan bentuk piramida terbalik, demikian juga susunan kalimat lainnya. 2. Kata Oleh ditulis secara horizontal dan simetris di atas nama penulis. 3. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, digarisbawahi, dan dibawahnya diterakan NIM. 4. Kalimat peruntukan skripsi, tesis, dan disertasi, ditulis simetris yang berbunyi :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

41

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Agama Jurusan pada Fakultas UIN Alauddin Makassar

Contoh untuk skripsi yang ditulis dalam bahasa Arab dapat dilihat dalam lampiran. Sedangkan untuk tesis/disertasi sebagai berikut :

Tesis diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeperoleh gelar Magister Agama pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Catatan : Untuk S3, menyesuaikan : Disertasi dan gelar Doktor 5. Nama Jurusan (kecuali tesis dan disertasi), Fakultas dan Institut. 6. Tahun penyelesaian studi/yudisium. 7. Warna sampul karya ilmiah adalah sebagai berikut : a. Fakultas Adab b. Fakultas Dakwah c. Fakultas Syariah d. Fakultas Tarbiyah e. Fakultas Ushuluddin f. Program Pascasarjana - Kuning - Coklat Muda - Hitam - Hijau Muda - Biru muda - Coklat Kemerahan

C. Sistem Penomoran 1. Halaman a. Bagian awal karangan (halaman-halaman untuk judul, abstrak, pernyataan keaslian, pengesahan, atau pengantar, daftar isi, daftar tabel dan ilustrasi, serta transliterasi) diberi halaman dengan angka Romawi kecil (I, ii, iii, dan seterusnya) yang ditempatkan simetris di sebelah bawah margin bawah. Untuk penulisan bahasa Arab dipergunakan huruf hijaiyah Arab.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

42

b. Bagian tubuh dan akhir karangan dari bab pertama sampai dengan terakhir lampiran diberi nomor halaman dengan angka Arab. Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas (dengan jarak tiga cm. dari ujung atas kertas) untuk penulisan dengan huruf Latin dan di sebelah kiri untuk penulisan huruf Arab. Halaman yang ditempati judul bab, diberi nomor secara simetris di bagian bawah halaman dengan jarak dua cm. dari ujung bawah kertas. 2. Bab dan Bagian-bagiannya a. Bab ditulis dengan huruf kapital, rapat dan diberi nomor dengan angka Romawi besar (BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya). Untuk penulisan huruf Arab, dipakai sebutan bilangan bertingkat yang ditulis dengan huruf. Contohnya :

b. Untuk struktur penomoran bab, subbab, pasal, anak pasal, dan seterusnya, diatur dan ditulis sebagai berikut : 1) Nomor bab ditulis dengan angka Romawi : I, II, III, dan seterusnya. 2) Nomor subbab ditulis dengan huruf kapital : A, B. C, dan seterusnya. 3) Nomor pasal ditulis dengan angka Arab : 1, 2, 3, dan seterusnya. 4) Nomor subpasal ditulis dengan huruf kecil : a, b, c, dan seterusnya. 5) Enumerasi ayat dengan 1), 2), 3), dan seterusnya. 6) Enumerasi anak ayat dengan huruf kecil yang diberi tanda kurung sebelah kanan : a), b), c), dan seterusnya. 7) Pecahan selanjutnya jika masih diperlukan, ditandai dengan angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), dan seterusnya; dan selanjutnya jika masih ada, dengan huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), dan seterusnya. 8) Kurung tutup sesudah angka dan huruf pada enumerasi, berfungsi sebagai titk. Oleh karena itu titik tidak dipergunakan lagi. Untuk penulisan karya tulis dalam bahasa Arab, dipakai abjad dan angka-angka Arab yang sesuai dengan struktur di atas. Contoh struktur dan penomoran bab dan bagiannya dapat dilihat pada halaman berikut :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

43

BAB I JUDUL BAB

A. Judul Subbab 1. Judul Pasal a. Judul Subpasal b. Judul Subpasal 1) Judul Ayat 2) Judul Ayat a) Judul anak Ayat b) Judul Anak Ayat (1) Judul Item (2) Judul Item (a) Judul Anak Item (b) Judul Anak B. Judul Subbab 1. dan seterusnya [ bukan (a). ] [ bukan (1). ] [ bukan a). ] [ bukan 1). ]

Tetapi, struktur lain dapat juga digunakan, dengan syarat harus konsisten. Salah satu struktur dimaksud adalah prinsip margin ganda, sabagai yang dicontohkan di bawah ini :

A. Judul Subbab 1.Judul Pasal a. Judul Subpasal b. Judul Subpasal 1) Judul Ayat 2) Judul Ayat

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

44

a) Judul Anak Ayat b) Judul Anak Ayat (1) (2) Judul Item 2) Judul Item (a) Judul Anak Item (b) Judul Anak Item

Untuk Struktur kedua ini, margin baris pertama (dari paragrafnya-kalau isinya berupa paragraf) dimulai tiga ketukan dari awal huruf bagiannya, sedang margin baris berikutnya sejajar dengan awal huruf bagiannya masing-masing (subbab, pasal, subpasal, ayat, anak ayat, item, dan anak item). Untuk penulisan huruf Arab, struktur di atas disesuaikan dari margin kanan.

D. Penggandaan 1. Konsep skripsi disiapkan sebanyak dua eksamplar, diserahkan kepada Pembimbing/Pembantu Pembimbing. 2. Skripsi yang telah disetujui oleh pembimbing, digandakan dengan foto copy atau komputer sebanyak lima naskah. Empat naskah untuk Dewan Penguji, termasuk Pembimbing. Hasil penggandaan tersebut harus rapi, bersih, dan bebas dari kesalahan. Selanjutnya naskah ditandatangani oleh para Pembimbing dan diserahkan kepada Fakultas untuk diproses lebih lanjut (munaqasyah). 3. Panggandaan naskah skripsi dapat dilaksanakan setelah yang bersangkutan mengadakan perbaikan atas skripsinya sesuai dengan catatan para Penguji dan bimbingan para Pembimbing. 4. Naskah skripsi yang telah disetujui oleh Dewan Penguji digandakan sebanyak jumlah eksamplar yang ditetapkan oleh Fakultas (Dewan Penguji), arsip Fakultas, perpustakaan Institut, dan instansi terkait lainnya). 5. Setelah ditandatangani oleh Dewan Penguji/Munaqisy dan disahkan oleh Dekan Fakultas, naskah skripsi diserahkan kepada Fakultas.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

45

6. Pengandaan tesis dan disertasi disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Program Pascasarjana.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

46

BAB VI PEDOMAN LAIN

A. Gambar Pada buku pedoman ini istilah gambar mencakup gambar, ilustrasi, grafik, diagram, denah, peta, bagan, monogram, diagram alir, dan potret. Gambar harus dicetak pada kertas yang dipakai untuk naskah acuan perancangan. Gambar asli dibuat dengan printer atau ploter atau pencetak gambar sejenis yang berkualitas. Huruf, angka dan tanda baca lain yang dipakai pada gambar harus jelas.

B. Gambar Yang Tidak Dapat Diterima Gambar yang tidak dapat diterima sebagai bagian dari naskah acuan perancangan adalah : 1. Gambar yang dibuat pada kertas grafik 2. Gambar yang dibuat pada kertas grafik kemudian kertas grafik tersebut ditempel pada kertas naskah 3. Gambar yang dibuat pada kertas lain yang ditempel pada kertas naskah

C. Cara Meletakkan Gambar Garis batas empat persegi panjang gambar, diagram atau ilustrasi (garis batas tersebut dapat berupa garis semu) diletakkan sedemikian rupa sehingga garis batas tersebut tidak melampaui batas kertas yang boleh dicetak. Gambar diletakkan simetrik (centered) terhadap batas kertas yang boleh dicetak. Sisi terpanjang dari garis batas gambar dapat diletakkan sejajar lebar kertas atau sejajar panjang kertas. Untuk hal yang tersebut terakhir, gambar sebaiknya dibuat pada halaman tersendiri tanpa teks naskah untuk memudahkan pembacaan, seperti pada contoh di bawah ini :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

47

Gambar Jenis Bioskop melingkup 360o Sumber : Ham A.A, 1974:17

Gambar dengan sisi terpanjang sejajar lebar kertas boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-baris kalimat teks. Dalam hal ini garis batas atas gambar harus terletak tiga spasi di bawah garis kalimat sebelumnya. Teks setelah gambar harus terletak tiga spasi di bawah garis kalimat sebelumnya. Teks setelah gambar harus terletak tiga spasi di bawah baris terakhir gambar. Nomor dan judul gambar diletakkan dibawah gambar. Judul gambar harus sama dengan judul gambar yang tercantum pada halaman daftar gambar. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih lebar dari halaman naskah dapat diterima. Gambar yang memerlukan satu lipatan untuk mencapai ukuran halaman naskah dapat dimasukkan ke dalam teks batang tubuh acuan perancangan. Gambar yang lebih besar dari itu sebaiknya dimasukkan dalam lampiran.

D. Penomoran Gambar dan Pemberian Judul Gambar Setiap gambar dalam naskah acuan perancangan diberi nomor. Nomor gambar terdiri atas dua angka yang dipisahkan oleh sebuah titik. Angka pertama yang ditulis dengan angka Romawi menunjukkan nomor bab tempat gambar tersebut dimuat, sedangkan angka kedua yang ditulis dengan angka Arab menunjukkan nomor urut gambar dalam bab. Judul atau nama gambar ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf kapital. Baris-baris judul gambar dipisahkan oleh jarak satu spasi.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

48

E. Potret Potret hitam putih dan potret warna yang dicetak pada kertas mengkilat dapat diterima. Potret ditempel pada kertas naskah dengan lem yang tidak mudah terlepas. Potret dianggap gambar, karena ini diberi nomor dan judul seperti halnya gambar. Potret sebaiknya dipindahkan (di scan).

F. Sumber Gambar Gambar yang dikutip dari sumber lain (buku, majalah, dan internet) dijelaskan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun atau nomor urut pustaka di daftar pustaka belakang atau di bawah judul. Gambar berupa foto dan diagram yang merupakan koleksi maupun analisa pribadi penulis, tidak mencantumkan sumber.

G. Tabel Tabel dibuat pada kertas naskah. Huruf dan angka tabel harus dicetak (tidak ditulis tangan). Kolom-kolom tabel disusun sedemikian rupa sehingga tabel mudah dibaca. Suatu angka dengan angka di bawah atau angka di atasnya berjarak satu spasi dengan huruf (font) 10. Hal penting adalah agar tabel mudah dibaca. Seperti pada gambar, tabel juga mempunyai garis batas yang pada umumnya berupa garis semu. Tabel diletakkan pada halaman naskah sedemikian rupa sehingga garis batas tidak melampaui batas kertas yang boleh dicetak dan tabel terletak simetris (centered) di dalamnya. Kolom tabel dapat diletakkan sejajar dengan lebar kertas atau sejajar dengan panjang kertas. Dalam hal terakhir ini sebaiknya seluruh halaman diisi dengan tabel teks naskah. Seperti pada contoh di bawah ini :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

49

Tabel II.8. Beban Penghunian Ruang No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Penggunaan Ruangan/Lantai 2 Apartment dan flat sebagai tempat tinggal Hotel, flat satu kamar, asrama dan rumah tinggal Pendidikan (sekolah dan sarana penunjangnya) Kebudayaan, seni dan pertunjukan umum Perkantoran dan sarana penunjang kantor Pertokoan dan sarana penunjang toko Tempat pertemuan dan lobby bangunan umum/hotel Restaurant/kantin Pergudangan, garasi dan ruang pamer Perindustrian (pabrik dan bengkel perakitan) Beban Penghunian 3 6 3 1,5 1 10 5 2,5 5 28 3

Sumber : SKBI, 2000:26

Tabel boleh diletakkan di tengah halaman diantara baris-baris kalimat teks tubuh utama acuan perancangan. Dalam hal ini garis batas bawah tabel harus terletak tiga spasi di atas kalimat teratas dibawah tabel. Di atas garis batas atas tabel dituliskan nomor dan judul tabel. Jika judul tabel terdiri atas dua baris atau lebih, baris-baris tersebut dipisahkan dengan satu spasi. Baris pertama judul tabel harus terletak tiga spasi di bawah garis terakhir teks, sedangkan baris terakhir judul terletak dua spasi diatas garis batas atas tabel. Tabel yang memerlukan lebih dari satu halaman, menggunakan nomor urut kolom sehingga pada halaman berikutnya tidak dituliskan kebali sub judul tetapi langsung nomor kolom. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih besar dari halaman naskah dapat diterima. Akan tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat satu kali sudah mencapai ukuran halaman naskah saja yang dimasukkan dalam teks tubuh utama. Tabel yang lebih besar diletakkan pada lampiran.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

50

H. Tabel Data Sekunder Pada data sekunder yang berbentuk tabel dan berasal dari satu sumber dicantumkan penulis dan tahun nomor urut pustaka dalam daftar pustaka di belakang atau di bawah judul tabel. Penulisan sumber sejajar dengan garis batas tepi kiri tabel. Tabel yang memuat data yang dikutip dari beberapa sumber, tiap kumpulan data dari satu sumber diberi cetak atas (superskrip), dan superskrip tersebut dijelaskan pada catatan kaki di bawah tabel. Sumber tersebut dapat pula dituliskan pada satu kolom khusus pada tabel, dalam hal ini tidak diperlukan superskip. Tabel yang merupakan hasil analisa dan perhitungan pribadi penulis, tidak mencantumkan sumber.

I. Penulisan Rumus dan Perhitungan Numerik Sebuah rumus diletakkan simetrik (centered) dalam batas kertas yang boleh dicetak. Rumus yang panjang ditulis dalam dua baris atau lebih. Pemotongan rumus panjang dilakukan pada tanda operasi aritmetik, yaitu tanda tambah, tanda kurung, tanda kali dan tanda bagi (bukan garis miring). Tanda operasi aritmetik tersebut didahului dan diikuti oleh sedikitnya satu rongak (ruang antara dua kata). Pangkat ditulis setengah spasi diatas lambang variabel. Hindarkan pemakaian tanda akar dan pakailah pangkat pecahan. Penulisan bilangan pecahan sebaiknya tidak dilakukan dengan menggunakan garis miring. Pakailah tanda kurung dalam pasanganpasangan secukupnya untuk menunjukkan hirarki operasi dengan jelas. Hirarki dalam buku pedoman ini ditentukan sebagai berikut : [{( )}]

Setiap rumus diberi nomor yang dituliskan diantara dua tanda kurung. Nomor rumus terdiri atas dua angka yang dipisahkan oleh sebuah titik. Angka pertama, yang berupa angka Romawi, menunjukkan bab tempat rumus tersebut terletak. Angka kedua yang berupa angka Arab, menunjukkan nomor urut rumus dalam bab. Substitusi variabel dengan harganya untuk operasi aritmetik dituliskan seperti pada penulisan rumus. Dalam hal ini, hindarkan pemakaian titik sebagai lambang operator kali.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

51

J. Tabel dan Gambar 1. Tabel a) Tabel ditempatkan secara simetris (center) b) Nomor tabel diketik sesuai dengan nomor bab yang memuat tabel tersebut dan dilanjutkan dengan nomor tabel. c) Nama tabel ditempatkan di atas tabel dengan huruf awal kata huruf kapital tanpa diakhiri dengan titik dan tidak terpisah dengan nomor tabel d) Nama tabel lebih dari satu baris harus diketik dengan jarak 1 (satu) spasi e) Tabel tidak boleh melebihi dari ukuran lebar naskah f) Jika tabel terpecah pada dua halaman yang berbeda, maka sambungan dari tabel tersebut judul tabel-nya (header) harus berulang. 2. Gambar a) Gambar ditempatkan secara simetris (center) b) Nomor gambar diketik sesuai dengan nomor bab yang memuat tabel tersebut dan dilanjutkan dengan nomor gambar c) Nama gambar diketik dengan huruf awal kapital, tanpa diakhiri dengan titik dan tidak sebaris dengan nomor gambar d) Jika nama gambar lebih dari satu baris diketik dengan jarak 1 (satu) spasi e) Lebar gambar tidak boleh melebihi dari lebar naskah

K. Formula/Rumus Rumus atau persamaan matematika atau rumus fisika ditulis sejajar dengan paragraf baru dan disebelah kanan dari rumus diberi nomor urut. Untuk jelasnya lihat contoh berikut :

fx = xij
i =1 j =1 N

(1)

x
Rata =
i =1

(2)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

52

BAB VII PE M B I M B I N G

A. Penunjukan Pembimbing 1. Pembimbing/Pembantu Pembimbing untuk penulisan skripsi adalah dosen yang ditugaskan berdasarkan penunjukan dari Dekan untuk membimbing mahasiswa dalam merumuskan judul dan outline skripsinya, menunjukkan sumber-sumber data yang dapat digunakan untuk penulisan skripsinya, menunjukkan metode penelitian yang relevan serta penggunaan teknik penulisan skripsi, serta penggunaan bahasa yang baik dan benar. 2. Pembimbing atau Pembantu Pembimbing seperti yang dimaksudkan dalam butir I di atas, adalah tenaga pengajar yang menduduki jabatan fungsional, dengan ketentuan sebagai berikut ; a. Pembimbing berpangkat Lektor, atau bergelar Doktor, atau dosen yang bergelar Magister yang berpangkat minimal Asisten Ahli. b. Pembantu Pembimbing serendah-rendahnya berpangkat Lektor Muda. 3. Dosen Luar Biasa yang dipandang ahli, tetapi tidak mempunyai jabatan fungsional, dapat menjadi dosen pembimbing skripsi. 4. Untuk setiap penelitian dan penulisan skripsi, dibimbing oleh dua orang pembimbing atau seorang Pembimbing dan seorang Pembantu Pembimbing. 5. Untuk penelitian dan penulisan tesis, dibimbing oleh dua orang pembimbing yang berpangkat Guru Besar, atau bergelar Doktor yang sudah berpangkat Lektor Madya.

B. Tugas Pembimbing dan Pembantu Pembimbing 1. Untuk penulisan skripsi, Pembimbing menjalankan tugasnya sejak menerima draft skripsi bersama surat penugasan dari Dekan; sedang untuk penulisan tesis, Pembimbing menjalankan tugasnya sejak menerima sinopsis tesis bersama surat penugasan/permintaan Pascasarjana. kesediaan menjadi Pembimbing dari Direktur

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

53

2. Pembimbing untuk skripsi, dapat melaksanakan diskusi dengan mahasiswa yang bersangkutan, atau melaksanakan seminar dengan koordinasi Ketua Jurusan. Sedang Pembimbing untuk tesis diharuskan melaksanakan seminar dengan koordinasi Direktur Program Pascasarjana. 3. Dalam melakukan bimbingan, Pembimbing bertugas : a. Memeriksa draft dan naskah skripsi. b. Memeriksa sinopsis dan naskah tesis (untuk tesis). c. Memberi petunjuk-petunjuk perbaikan mengenai materi, metodologi

penelitian dan penulisan, bahasa dan kemampuan menguasai masalah. 4. Pembantu Pembimbing (untuk skripsi) bertugas : a. Memeriksa lebih dahulu rencana penelitian (draft) skripsi dan naskah skripsi sebelum diperiksa oleh Pembimbing. b. Mengkonsultasikan atau memberi catatan perbaikan yang akan disampaikan kepada Pembimbing. c. Membimbing mahasiswa memperbaiki skripsinya sesuai dengan catatan pembimbing. 5. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan penulisan skripsi, para

Pembimbing/Pembantu Pembimbing dapat : a. Membubuhi tandatangan atau paraf pada halaman outline draft skripsi. b. Meminta penyusun skripsi menghadirkan data pendukung pernyataan, baik dalam bentuk naskah asli atau foto copy.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

54

TRANSLITERASI DAN SINGKATAN A. Translitersi 1. Konsonan Huruf-huruf bahasa Arab ditranslitrasi ke dalam huruf sebagai berikut : Hamzah ( ) yang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ). 2. Vokal dan Diftong a. Vokal atau bunyi (a), (i), dan (u) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : vokal fathah Kasrah dammah pendek a i u panjang a

b. Diftong yang sering dijumpai dalam transliterasi ialah (ay) dan (aw), misalnya ( ) dan qawl ( ).

3. Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda. 4. Kata sandang al- (alif lam ma rifah) ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terletak di awal kalimat. Dalam hal ini kata tersebut ditulis dengan huruf capital (Al-). Contohnya : Menurut pendapat al-Bukhariy, hadis ini sahih Al-Bukhariy berpendapat bahwa hadis ini sahih 5. Ta marbutah ( ) ditransliterasi dengan t. Tetapi jika ia terletak di akhir kalimat, maka ia ditransliterasi dengan huruf h. Contohnya : Al-risalat li al-mudarrisah Kata atau kaliat Arab yang ditransliterasi adalah kata atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Adapun kata atau kalimat yang sudah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak ditulis lagi menurut cara transliterasi di atas, misalnya perkataan Alquran (dari Al-Quran), Sunnah, khusus dan umum. Namun bila katakata tersebut menjadi bagian dari teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

55

B. Singkatan Beberapa singkatan yang di bakukan adalah : 1. swt 2. saw 3. a.s. 4. H 5. M 6. SM 7. w. 8. QS ():4 = subhanahu wa taala = salla Allahu alayhi wa sallam = alayhi al-salam = Hijrah = Masehi = Sebelum Masehi = wafat = Quran, Surah , ayat 4

Beberapa singkatan dalam bahasa Arab :

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

56

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesabaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa Skripsi * ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka Skripsi * dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Makassar, . Penyusun,

( NIM :

*) Disesuaikan untuk Tesis/Disertasi

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

57

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Mahmud Muhammad, NIM : 89.11.1335, mahasiswa Jurusan Peradilan Agama pada Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar, setelah dengan saksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, Kewarisan Menurut Kompilasi Hukum Islam, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah. Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, .

( NIP : Pembimbing

( NIP : Pembimbing *

*) Atau Pembantu Pembimbing

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

58

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul, Kewarisan Menurut Kompilasi Hukum Islam, yang disusun oleh Saudara Mahmud Muhammad, NIM : 89.11.1335, mahasiswa Jurusan Peradilan Agama pada Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 26 September 1994 bertepatan dengan 20 Rabiul Akhir 1415 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama dalam Ilmu Syariah Jurusan Peradilan Agama, tanpa (dengan beberapa*) perbaikan.

Makassar, 26 September 1994 M 20 Rabiul Akhir 1415 H

DEWAN PENGUJI :

Ketua Sekertaris Munaqisy I Munaqisy II Pembimbing Pembimbing*)

: : : : : :

() () () () () ()

Diketahui oleh Dekan Fakultas Syariaah UIN Alauddin Makassar,

( NIP : *) Disesuaikan dengan keadaan

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

59

You might also like