Professional Documents
Culture Documents
Judul makalah untuk ujian dinas tk. II, ujian penyesuaian Ijazah S-1 dan S-2 adalah sesuai dengan Bagian / Bidang / Subbidang dimana anda bertugas. Penentuan judul dilihat dari Renstra SKPD yang kinerjanya perlu ditingkatkan pada bagian/bidang/subbidang dimana anda bertugas. Peningkatan Kinerja Management, Alat Bagian/Bidang/Subbidang Prop/Kab/Kota Melalui . ( fungsi Management) Pada ....... Pemerintah
Contoh : 1. Peningkatan Kinerja Melalui Optimalisasi Disiplin Pada Bagian Umum Pemerintahan Kabupaten Bintan di Kijang. 2. Peningkatan Kinerja Melalaui Penyempurnaan Pedoman Analisis Jabatan Pada Sub Direktorat Analisis Jabatan Badan Kepegawaian Negara Di Jakarta. 3. Peningkatan Pengawasan Kinerja Melalui Peningkatan Meleat Pada Subbag Keuangan
Pemerintah
Contoh 1 KTI : PENINGKATAN KINERJA MELALUI PENYEMPURNAAN PEDOMAN ANALISIS JABATAN PADA SUBDIT ANJAB BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
................................................................. 1
II.
PEMBAHASAN
.................................................................... 3
I. Pendahuluan Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan berperadaban masyarakat modern, madani yang taat hukum, adil dan
demokratis,
makmur,
bermoral tinggi diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi
masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undangundang Dasar 1945. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan pegawai negeri yang berkemampuan
melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, nepotisme. serta bebas dari korupsi, kolusi dan
Dalam rangka penyelenggaraan pembinaan kepegawaian, maka berdasarkan pasal 34 Undang-undang No.8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dibentuk Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang memiliki tugas utama untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumberdaya PNS dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan PNS, serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada instansi pusat dan daerah.
Untuk mencapai tugas utama sesuai undang-undang di atas, BKN menyusun rencana strategi (renstra) BKN tahun 20052009 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program kerja. Adapun visi BKN adalah mewujudkan PNS yang profesional dan sejahtera yaitu PNS yang memiliki luas,
pengetahuan,
keahlian,
ketrampilan,
berwawasan
menjunjung tinggi etika profesi, memiliki dedikasi, komitmen terhadap tugasnya serta berperilaku disiplin dan mempunyai
integritas yang tinggi. Adapun penjabaran visi tersebut diperlukan misi yang akan menjadi pedoman
penyelenggaraannya yaitu menyelenggarakan manajemen PNS berbasis Kompetensi untuk mewujudkan PNS yang profesional dan sejahtera. Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan di atas, BKN menetapkan tujuan yaitu : 1. 2. 3. Mewujudkan SDM PNS yang profesional Mewujudkan PNS yang sejahtera Mewujudkan kapasitas BKN dalam rangka
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut yaitu mewujudkan SDM yang profesional, maka BKN telah memiliki enam program kerja yang meliputi : a. Pengembangan sistem perencanaan PNS b. Pengembangan sistem rekrutmen PNS c. Pengembangan sistem karier PNS d. Pengembangan sistem diklat PNS e. Penelitian dan pengembangan Kepegawaian f. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Pada
makalah
ini,
penulis
membatasi
ruang
lingkup
pembahasan yaitu mengenai implementasi salah satu dari program kerja BKN yaitu pengembangan Sistem Perencanaan PNS yang meliputi penyiapan perumusan kebijakan, klasifikasi dan evaluasi jabatan, penetapan norma standar jabatan analisis jabatan dan kebutuhan serta penetapan formasi Pegawai Negeri Sipil.
Agar pelaksanaan pengembangan sistem perencanaan PNS dapat berjalan dengan baik, diperlukan informasi jabatan yang memadai. Informasi jabatan adalah hasil analisis jabatan yang berupa uraian jabatan dan peta jabatan. Informasi jabatan yang akurat adalah informasi yang berisikan uraian jabatan dan peta jabatan yang didalam peta jabatan
tergambar jabatan pegawai dari yang terendah sampai yang tertinggi serta terlihat pula kekuatan pegawainya dan beban kerja dari unit kerja tersebut. Informasi jabatan tersebut akan membantu BKN untuk mengambil keputusan antara lain penetapan formasi instansi pemerintah pusat dan daerah, penetapan standar kompetensi, perhitungan beban kerja, menetapkan membuat pola karir. Agar masing-masing
instansi pusat dan daerah dapat menyusun informasi jabatan per masing-masing instansi, maka diperlukan proses analisis
jabatan
di
instansi
tersebut.
Namun
demikian
dalam
pelaksanaannya, laporan informasi jabatan yang disampaikan masih mengandung beberapa kelemahan yaitu : Informasi yang disampaikan hanya berupa peta jabatan dan belum mencakup uraian jabatan Peta jabatan yang disampaikan belum disusun dengan proses analisis jabatan, namun hanya berdasarkan asumsi atau perkiraan-perkiraan Pemahaman Sumber Daya Manusia Aparatur di instansi pusat dan daerah terhadap analisis jabatan belum
memadai
Kelemahan tersebut di atas mengakibatkan penyususnan informasi jabatan, baik di instansi pusat maupun di daerah tidak mengacu kepada prosedur yang seharusnya yaitu melalui analisis jabatan. Penyebab utama belum dilakukannya analisis jabatan adalah karena acuan yang digunakan berupa pedoman analisis jabatan yang belum ada. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil judul paper ini yaitu Peningkatan Kinerja Melalui Penyusunan Pedoman Analisis Jabatan (Anjab).
II. PEMBAHASAN
BKN adalah sebagai suatu lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada presiden dibidang manajemen pegawai negeri sipil juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyusun pedoman teknis analisis jabatan, pedoman
pemanfaatan hasil analisis jabatan, pelaksanaan bimbingan teknis analisis jabatan, penyusunan pedoman pengembangan informasi jabatan dan peta jabatan. Disamping itu, BKN juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan bimbingan teknis mengenai cara atau prosedur yang harus dilakukan oleh instansi pusat dan daerah dalam melakukan analisis jabatan. Pedoman dan bimbingan teknis tersebut akan sangat
membantu bagi instansi pusat dan daerah dalam melakukan proses analisis jabatan dengan benar yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan akurasi dari informasi jabatan yang dihasilkan. Namun demikian, sampai saat ini pedoman analisis jabatan dan sosialisasi yang dilakukan masih belum memenuhi kebutuhan instansin pusat dan daerah yang disebabkan oleh beberapa permasalahan
sebagai berikut : 1. Belum adanya petunjuk teknis / pedoman analisis jabatan dan pemanfaatan hasil
pelaksanaan
analisis jabatan
Sampai dengan saat ini, BKN belum memandang perlu bawa pedoman analisis jabatan merupakan suatu pedoman yang sangat signifikan baik bagi BKN maupun bagi instansi pusat dan daerah dalam melakukan kegiatan proses penyusunan informasi jabatan. Hal ini tumbul karena terdapat pandangan bahwa penyusunan informasi jabatan dapat dilakukan tampa melalui proses analisis jabatan tetapi melalui prosedur lain seperti dacum atau desain curriculum. Hal tersebut mengakibatkan , sampai dengan program kerja tahun 2006, BKN belum memasukkan penyusunan pedoman analisis jabatan menjadi program kerja (formal) kegiatannya.
Belum
adanya
pedoman
analisis
jabatan
yang
disusun
mengakibatkan beberapa permasalahan sebagai berikut : a. Penyusunan informasi jabatan oleh Instansi
pemerintah pusat dan daerah dilakukan tampa melalui proses analisis jabatan b. Pelaksanaan analisis jabatan di instansi pemerintah
pusat dan daerah tidak standar dan berbeda satu sama lainnya c. Penamaan jabatan di instansi pemerintah pusat dan
d.
mengingat tidak terdapat informasi jabatan yang sesuai dengan kondisi di lapangan/unit kerja e. Analisa kebutuhan pegawai pemerintahan pusat dan
daerah tidak akurat, karena hanya menggunakan asumsiasumsi tertentu yang diragukan kebenarannya f. Usulan formasi pegawai yang disampaikan ke BKN
tidak mencerminkan kebutuhan riil pegawai di instansi pemerintah pusat dan daerah g. BKN bersama dengan instansi pusat dan daerah kesulitan dalam menganalisis kompetensi
mengalami
jabatan mengingat tidak terdapat informasi jabatan yang lengkap dan mencakup keseluruhan PNS
2. efektif
Salah satu program kerja pada unit kerja tertentu BKN adalah melaksanakan Bimbingan Teknis. Bimbingan teknis adalah pelatihan atas implementasi perbaikan dan
pembenahan terhadap prosedur dan petunjuk teknis yang menjadi pedoman kerja instansi pusat dan daerah. Dengan melakukan bimbingan teknis diharapkan PNS yang
informasi
jabatan.
Namun
demikian,
dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan yaitu : a. Bimbingan teknis yang dilakukan belum didukung oleh pedoman analisa jabatan (formal), sehingga
penjelasan-penjelasan yang dilakukan dalam BIMTEK dilakukan dengan mengacu kepada best practice dan atau ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh
instansi lain seperti : - Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.KEP/61/M.PAN/6/2004 tanggal Juni 2004 tentang Pedoman Analisis Jabatan - Pedoman Analisa dan Penggolongan Jabatan yang disusun oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 1985-1986 b. Informasi yang disampaikan oleh fasilitator tidak konsisten karena ketiadaaan sumber formal analisis jabatan c. Target pelaksanaan BIMTEK dalam setahun tidak mencukupi dan tidak berdasarkan analisis kebutuhan. Sementara itu jumlah Unit yang membutuhkan ruang lingkupnya cukup luas meliputi Departemen, Non Departemen, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
d.
Kegiatan BIMTEK tidak didukung oleh anggaran BKN sehingga dalam pelaksanaannya sangat tergantung dari permintaan/kebutuhan seri ketersediaan dan
anggaran dari instansi pusat dan daerah. Dalam hal ini, fungsi pelayanan BIMTEK BKN menjadi kurang optimal.
Kelemahan-kelemahan
diatas
mengakibatkan
tidak
meratanya serta berbedanya pemahaman PNS pada instansi pemerintah pusat dan daerah terhadap proses analisa
jabatan. Hal tersebut berdampak pada timbulnya kesulitan dalam menyusun informasi jabatan, peta jabatan serta mengukur beban kerja. Disamping itu, instansi pemerintah pusat dan daerah juga mengalami kesulitan dalam menyusun standar kompetensi jabatan.
Dalam rangka meningkatkan akurasi informasi jabatan yang disampaikan ke BKN, seharusnya instansi pusat dan daerah melakukan proses analisis jabatan yang benar. Dengan demikian, mengenai informasi uraian yang jabatan dibutuhkan dan peta yaitu informasi akan
jabatan
menggambarkan kondisi ril dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk
mencapao hal tersebut diatas, maka menurut hemat penulis, perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Menetapkan penyusunan pedoman analisis jabatan
menjadi salah satu program kerja BKN Didalam program kerja penyususnan analisis jabatan
tersebut mencakup beberapa hal yaitu : a. Inventarisasi materi analisis jabatan serta
keterkaitannya dengan pemanfaatannya sebagai dasar penyusunan informasi jabatan dan peta jabatan b. Pengumpulan data analisis jabatan c. Kajian tingkat kebutuhan atas pedoman analisis jabatan yang akan menjadi dasar usulan penyusunan pedoman anjab
2. Membangun komitmen pimpinan dan pejabat dilingkungan BKN untuk mendukung penyusunan pedoman anjab Didalam membangun komitmen pimpinan dan pejabat dilingkungan seperti : a. Studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi BKN, perlu dilakukan langkah-langkah
isntansi pusat dan daerah, perusahaan BUMN dan Swasta. Best practices analisis jabatan pada
Pemerintahan di Negara-negara ASEAN, Eropa, Amerika dan Kanada b. Mengadakan seminar atau pelatihan mengenai analisis jabatan dengan mengundang narasumber yang
kompeten dibidang analisis jabatan c. Melakukan diskusi penyamaan persepsi dengan pejabat di lingkungan BKN
3. Menyusun
program
pelaksanaan
BIMTEK
anjab
yang
komprehensif Agar pelaksanaan BIMTEK dapat mencapai sasarannya yaitu meningkatkan kemampuan PNS di instansi pusat dan daerah terhadap proses penyusunan informasi jabatan maka BKN sebaiknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menginventarisasi pelaksanaan Bimtek melalui data historis pelaksanaannya. Hal ini bertujuan agar BKN memiliki informasi yang akurat atas keikutsertaan instansin pusat dan daerah b. Melakukan kajian kebutuhan BIMTEK instansi
mengetahui periodesasi pelaksanaan BIMTEK pada satu instansi c. Menyusun rencana pelaksanaan BIMTEK dan skala prioritas d. Menyusun materi yang komprehensif serta tenaga pengajar yang berkualitas e. Monitoring pelaksanaan BIMTEK
4. Meningkatkan kualitas pegawai BKN Dalam rangka peningkatan kualitas penyusunan pedoman analisis jabatan dan pelaksanaan BIMTEK, maka diperlukan program peningkatan kompetensi SDM pegawai BKN
melalui langkah-langkah seperti : a. Melakukan assessment terhadap pegawai dilingkungan BKN yang bertujuan untuk mendapatkan kualifikasi SDM yang sesuai dalam melakukan analisis Jabatan dan BIMTEK b. Melakukan training dan workshop secara berkala
dengan narasumber yang kompeten dalam bidang analisis jabatan c. Membentuk tim Anjab dan menetapkan Tim BIMTEK
IV. KESIMPULAN
Dengan
tersedianya
pedoman
analisis
jabatan
serta
dilakukannya BIMTEK yang memadai, dan mencakup seluruh instansi pusat dan daerah, maka hal tersebut diharapkan dapat membantu instansi pusat dan daerah dalam melakukan proses analisis jabatan dengan benar dan seragam. Dengan demikian kualitas informasi jabatan yang dihasilkan akan lebih akurat serta sesuai dengan kondisi riil. Hal tersebut akan membantu BKN dalam meningkatkan kinerja PNS dalam penyusun database informasi jabatan, akurasi penyajian laporan kebutuhan pegawai kepada MenPAN, menyusun pedoman pemanfaatan hasil analisis jabatan sesuai dengan kebutuhan kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.
Contoh 2 :
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
................................................................. 1
II.
PEMBAHASAN
.................................................................... 8
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
I.
perubahan mendasar didalam segala aspek kehidupan termasuk perubahan di dalam sistem pemerintahan di Daerah. Dengan disahkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah memberikan paradigma baru bagi
pengembangan Otonomi yang sebenarnya. Dengan undangundang dan peraturan tersebut pengembangan otonomi pada Daerah Kabupaten dan Kota diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan keanekaragaman daerah. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Sebagai
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Bupati Kepulauan Riau (Bintan) No 11 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan) 2005-2010, maka Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Bintan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Bintan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kekayaan Strategis Daerah strategi Daerah Daerah Badan Bidang yang Pengelolaan selanjutnya Keuangan dan
disebut dan
Keuangan
Kabupaten (renstra)
Tahun
2005-2010. Dan
Pendapatan
Pengelolaan
Keuangan Daerah memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program kerja. Adapun visi Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah mewujudkan Mewujudkan DPPKD sebagai insitusi yang profesional dalam Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Untuk
mewujudkan
Visi
Badan
Pengelolaan
Keuangan
dan
Kekayaan Daerah maka dirumuskan misi sebagai berikut : a. Meningkatkan kemampuan Keuangan Daerah; b. Meningkatkan kualitas pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah; dan c. Meningkatkan PAD secara maksimal dan optimal Adapun tujuan yang akan dicapai Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Bintan melalui Visi dan Misi adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan penerimaan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan kemampuan pembiayaan
pembangunan maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah; 2. Meningkatkan efektivitas pengeluaran keuangan
pemerintah daerah baik dalam kerangka belanja daerah maupun pembiayaan; 3. Meningkatkan dan mengembangkan kapabilitas
pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah pemerintah daerah dalam rangka Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah yang lebih luas kepada seluruh SKPD; 4. Meningkatkan pelaksanaan kebijakan dan pedoman
5.
Meningkatkan
dan
mengembangkan
kapasitas
kelembagaan keuangan dan kekayaan daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat,
penyelenggaraan otonomi daerah yang baik; dan 6. Memantapkan pelaksanaan sistem penganggaran yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Untuk mencapai dan mewujudkan Visi DPPKD pada akhir tahun 2010, dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2006-2010 akan ditempuh beberapa alternatif strategi yang di konsolidasikan menjadi 7 (tujuh) strategi yang saling kait mengkait dan saling mendukung secara sinergis sebagai berikut : 1. Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi belanja daerah; 2. Sosialisasi Peraturan Daerah Perpajakan bagi Wajib Pajak; 3. Optimalisasi Kelembagaan dalam mekanisme dan prosedur; 4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia; 5. Penyediaan infrastruktur; 6. Peningkatan penelitian dan pengembangan serta penegakan sistem,
7. Peningkatan dukungan administratif dan pengawasan internal untuk menciptakan kepemerintahan yang baik (good govermance). Agar pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna yang akan dicapai oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Bintan sampai dengan akhir tahun 2010 adalah dengan sasaran dan indikator programnya sebagai berikut : 1. Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta Peraturan Daerah atau Peraturan/Keputusan Bupati yang menunjang pembangunan pengelolaan keuangan dan kekayaan Daerah dengan indikator : a. Peraturan Daerah-Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Bintan. b. Sosialisasi Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Wajib Pajak. 2. Terlaksananya sistem informasi pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah yang akuntabel dan transparan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah yang optimal dengan indikator :
a.
Adanya
komitmen
untuk
melaksanakan
sistem
informasi pengelolaan keuangan dan kekayan daerah secara akuntabel dan transparan b. Optimalisasi pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah 3. Terwujudnya tertib administrasi sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006, PP No. 24 tahun 2005, PP No 58 tahun 2005 dan PP No 6 tahun 2006 dengan indikator Tersedianya laporan sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006, PP No 24 tahun 2005, PP No 58 tahun 2005 dan PP No 6 tahun 2006 4. Terwujudnya kemampuan aparatur yang responsif
dalam melaksanakan tugas menuju ketatalaksanaan lembaga BPKKD yang sempurna dengan indikator : a. Meningkatnya kemampuan aparatur BPKKD dalam memberikan pelayanan pada masyarakat b. Sempurnanya tata laksana lembaga BPKKD 5. Tersedianya sarana dan prasarana upaya pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah yang memadai guna mewujudkan sistem pelayanan yang sederhana dengan indikator :
a. Adanya sasana dan prasarana yang memadai bagi pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah b. Terciptanya sistem pelayanan yang sederhana bagi masyarakat yang akan memenuhi kewajibannya/Wajib Pajak 6. Terterimanya Peraturan Daerah tentang Perpajakan pada masyarakat untuk meningkatkan kontribusi pendapatan Daerah pada APBD dengan indikator : a. Tumbuhnya kesadaran pada wajib pajak untuk
memenuhi kewajibannya. b. Meningkatnya pendapatan daerah pada APBD 7. Terselenggaranya pelaksanaan pengelolaan serta
a. Meningkatnya administrasi pengelolaan barang daerah b. Laporan pengelolaan dan penghapusan barang milik daerah 8. Terciptanya disiplin anggaran sehingga tersusun
anggaran yang berpihak pada kepentingan publik dengan indikator Tersusunnya anggaran yang berpihak pada kepentingan publik.
Pada makalah ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu Terlaksananya disiplin anggaran sehingga tersusun anggaran yang berpihak pada kepentingan publik dengan indikator Tersusunnya anggaran yang berpihak pada kepentingan publik. Sesuai dengan Seksi dimana Penulis bekerja yaitu pada Seksi Anggaran, dalam penulisan
makalah ini penulis mengambil judul Peningkatan Kinerja Melalui Anggaran Dinas Berbasis Kinerja Dan Pada Seksi
Anggaran
Pendapatan
Pengelolaan
II.
Pembahasan Penganggaran merupakan rencana yang secara sistimatis menunjukkan keuangan sumber
alokasi
daya
manusia,
material,
dan sumber
daya
lainnya.
Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana dana manajemen, dan
prioritas
diantaranya alat
sebagai
pengukuran
pertanggungjawaban
berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk hasil dari keluaran efisisiensi dalam
pencapaian
hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana diikuti tujuan dengan itu dicapai,
pembiayaan pada
anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja SKPD) yang merupakan anggaran rencana operasional tahunan merupakan dari Renstra dan
diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah : 1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya. 2. Pengumpulan informasi yang sistimatis atas realisasi dapat diandalkan dan
biaya dengan prestasinya. Penyediaan sehingga informasi secara terus menerus manajemen evaluasi. pemicu
dapat
digunakan
dalam
perencanaan, pemrograman, penganggaran dan Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor
keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu : 1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi. 2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus
penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan orang). 4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas. 5. Keinginan yang kuat untuk berhasil. III. Upaya Yang Diharapkan diberlakukannya Kepmendagri No. 29 tahun 2002 yang sudah diganti dengan Permendagri No 13 tahun 2006 Tahun dan diubah lagi dengan yang Permendagri No 59
2007,
mengatur
tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, maka sistem yang dianut dalam APBD Artinya adalah anggaran yang berbasis penetapan cukup kinerja. sampai dengan yang
penyusunan, pembahasan,
pengawasan pelaksanaan anggaran tidak hanya melihat besar tapi kecilnya juga
anggaran
merupakan kinerja
masukan,
harus
memperhatikan
keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang dibiayai anggaran tadi. Dalam PP No 58 tahun 2005 tentang pengelolaan penerapan keuangan daerah berbasis
dijelaskan
bahwa
anggaran
berkewajiban
dan kegiatan pemerintahan yang didanai dengan dana publik dapat dinikmati dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat dalam meningkatkan Dengan pemahaman kesejahteraan itu maka hidupnya. penerapan
seperti
anggaran berbasis kinerja harus diawali sejak dimulainya penyusunan anggaran. Untuk itu, beberapa prinsip dasar dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja perlu
Penganggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (DPASKPD) sebagai bagian dari memberikan informasi yang APBD, jelas yang dapat
tentang kelompok
sasaran, capaian kinerja, masukan, keluaran, hasil dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Dengan transparansi itu, akan membuat semua pihak bisa memberikan penilaian secara terbuka baik
terhadap program dan kegiatan maupun pengalokasian anggarannya. 2. Partisipatif harus dibuka berupa kesempatan seluasluasnya bagi berpartisipasi semua dalam lapisan masyarakat untuk bisa
setiap proses
penganggaran
demi
menjamin dan
adanya aspirasi
kesesuaian masyarakat
antar dengan
kebutuhan
peruntukan anggaran. Prinsip partisipatif ini sekaligus juga untuk mencegah dan menemukan sedini mungkin praktek korupsi dalam proses penganggaran. 3. disiplin dalam penyusunan anggaran dengan
klasifikasi yang jelas dari setiap komponen kegiatan. APBD molor berarti akan banyak proyek insfrastruktur yang terbengkalai karena dana tidak cair, tunjangan pegawai negeri dan pembayaran gaji guru honor dan gaji pegawai honorer lainnya juga bakal tak terbayar karena menunggu pengesahan APBD. 4. Keadilan dalam pengalokasian harus bisa anggaran dinikmati melalui semua isu
perencanaan lapisan
kegiatan
masyarakat. Tidak
boleh
lagi
terdengar
kesenjangan antara wilayah barat dan wilayah timur dalam pengalokasian program, kegiatan dan
anggarannya, termasuk daerah kepulauan dan terisolir lainnya. 5. Efesiensi dan efektifitas, setiap kegiatan yang
mempertimbangkan kinerjanya
efektifitas
pengalokasian anggarannya.
6. Rasional dan terukur dalam capaian kinerja dan anggaran yang dialokasikan dalam setiap kegiatan. Pentingnya pengawasan dalam anggaran anggaran, berbasis
kinerja. Prinsi prinsip dalam penganggaran : 1. Pengawasan kesesuaian ketentuan berlaku; 2. Segi legalitas pelaksanaan APBD; 3. Peranan APBD. Beberapa dalam kelemahan yang banyak di dijumpai yang faktor tolok ukur dalam prakek pelaksanaan yang antara dan menekankan pelaksanaan pentingnya APBD aspek dengan yang
peraturan perundang-undangan
sistem
penganggaran
Indonesia
menyebabkan belum tercapainya sistem anggaran berbasis kinerja diantaranya : 1. Belum sempurnanya kepastian hukum dimana belum terwujudnya sinkronisasi berbagai Indonesia. tingkatan Sebagai ketentuan dalam di
konsistennya
terbaru dalam pengelolaan keuangan daerah dengan Keppres no 80 tahun 2003 tentang pengadaan
barang/jasa, beserta seluruh peraturan perubahannya, perihal singkatan PPK dengan arti berbeda. 2. Ketidaksesuaian ketentuan peraturan dan APBD, prosedur misalnya proses
pelaksanaan
Ketidaksesuaian
penyimpangan yang berpotensi melahirkan tindak pidana korupsi, minimal akan membuat realisasi anggaran tidak tepat sasaran. 3. Minimnya evaluasi terhadap tolok ukur, baik dalam skala makro maupun mikro. Tolok ukur dalam skala makro berkaitan dengan rasionalisasi indikator-indikator dari sektorsektor yang dijadikan prioritas pembangunan. Tolok ukur dalam skala mikro berkaitan dengan rasionalisasi indikator-indikator dari suatu kegiatan (proyek). Anggaran berbasis kinerja, pada intinya adalah anggaran bukan disesuaikan dengan kerja program kerja, dan
sebaliknya program
disesuaikan
anggaran.
Dengan
demikian
membiayai pelaksanaan program kerja tersebut tidak perlu dipermasalahkan. Aspek perencanaan memiliki peranan yang penting bagi suatu daerah. Aktivitas pemerintah akan terlaksana dengan baik jika seluruh proses perencanaan dilaksanakan secara konsekuen. Perencanaan mendorong pemikiran ke depan dan menjelaskan arah yang dikehendaki di masa yang akan datang, perencanaan tidak bisa lepas dari anggaran. Dalam pengelolaan keuangan daerah
prinsip
transparansi,
pelaksanaan anggaran daerah, dimana masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan terutama pemenuhan adalah kebutuhan hidup
masyarakat, masyarakat.
Akuntabilitas
pertanggungjawaban
publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benarbenar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada DPRD dan masyarakat. Value for money adalah diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran
efisiensi,
dan
Ekonomi sumber
dengan
dalam
jumlah
pada harga
yang paling murah. Efisiensi berarti penggunaan dana masyarakat tersebut maksimal atau menghasilkan berdaya output yang
penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target atau tujuan untuk kepentingan publik.
IV. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Anggaran berbasis kinerja merupakan untuk metode
penganggaran setiap
mengaitkan kegiatan-
pendanaan
dituangkan dalam
kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. 2. Dalam anggaran berbasis kinerja, membiayai berapa pun
besarnya
anggaran untuk
pelaksanaan
3. Lemahnya pengelolaan keuangan dan anggaran dapat dijadikan celah penyimpangan korupsi.