You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN Sering muncul keluhan di kalangan ahli bahasa, terutama pendidik, berkenaan dengan penggunaan bahasa di kalangan

remaja. Para remaja berkecenderungan untuk "mencetak" bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk mengisyaratkan kapribadian kelompok tersebut. Contoh percakapan di bawah ini, sedikit banya menggambarkan bagairaana penggunaan bahasa di kalangan remaja. + Ya nggak? Ya enggak? Ya enggak? Ronni menyapa. - Asyiik! Sahut Linda dan Donni. + Lu semakin aja sekarang, Lin. - Wah! geer deh gue! + Terus deh! (Massardi , 1981). Percakapan di atas sulit dikenali rnaknanya, karena rnemang sama sekali bukan proses penyampaian pesan. Semua kata dapat dipahami namun susunannya sedemikian rupa hingga seolah tak bermakna. Dialog di atas tidak berisi apa-apa selain pengungkapan keakraban. la berlaku sebagai semacam passwords yang menandai hubungan intim antar teman. Contoh percakapan semacam itu, mudah ditemui baik dalam percakapan antar remaja, maupun dalam novel-novel pop yang memang ditujukan bagi para remaja.

BAB II PEMBAHASAN MORFOLOGI Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik Jenis-jenis Morfem Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya. 1) Ditinjau dari Hubungannya Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi. a) macam Ditinjau dari Hubungan Struktur Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan). Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mn/ masing-masing

merupakan dua morfem /ft/, /ms/, /mn/ dan /iy u/, /ay aw/, //, //. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing kaki, tikus, dan orang, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan // diganti oleh / / pada kata man dan men. Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut ! Betina /mov s/ /fos/ /bon/ /sod/ Jantan /mov / /fo/ /bo/ /so/ Arti buruk palsu baik panas

/ptit/ /pti/ kecil Bentuk-bentuk yang bersifat jantan adalah bentuk betina yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan. b) Ditinjau dari Hubungan Posisi Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya. Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya. Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / tunjuk/+/-e1-/.

Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /khujanan/. /ksiagan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/ terdiri dari /kan/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /kean/ dan /sia/. Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/ atau /hujanan/ maupun /ksia/ atau /siana/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ). 2) Ditinjau dari Distribusinya Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 ) menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik. Kaidah Morfologis Bahasa Prokem Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru Kata-kata semacam ini diambil dari bahasa Indonesia biasa yang diberikan arti baru. Dalam banyak hal, kata-kata semacam ini hampir sama

dengan penggunaan metafora dan gaya bahasa umumnya dalam bahasa Indonesia. Termasuk dalam contoh semacam ini adalah meledak : berhasil mencuri barang berharga dan besar tembak : memeras cabut : pergi, berangkat dan atau pulang dan sebagainya. Contoh-contoh di atas sebenarnya tidak begitu produktif dalam bahasa Prokem. Antara arti kata dasar tersebut dalam bahasa Indonesia dengan arti baru dalam bahasa Prokem, pada umumnya masih jelas dan dapat dipahami. Penggunaan suatu kata "bahasa Indonesia dalam bahasa Prokem dengan arti lain, seringkali berubah meskipun pada dasarnya masih memiliki kaitan yang sama dengan sebelumnya. Kata amplop bagi ganja, terkadang berubah menjadi barang. karena selain seringkali perjualbelikan dalam amplop, ganja pun dianggap sebagai barang yang diperdagangkan Tidak jarang, ganja pun disebut dengan gelek (memilih di telapak tangan), atau rumput, karena berjenis rumputan, sebagai padanan pada kata grass yang digunakan pemuda dalam bahasa Inggris (Chambert-Loir, 1983:120). 2) Kata-kata Jadian Proses morfologis dengan menggunakan kata jadian dalam bahasa Prokem merupakan cara yang sangat produktif. Terdapat dua cara dalam mengubah kata dari bahasa Indonesia biasa menjadi kata Prokem, yakni dengan membalikkan urutan hurup dalam kata dasar dan penggunaan sisipan ok. Cara pembalikan huruf dalam kata dasar sebenarnya sering digunakan dalam kode yang biasa digunakan anak-anak yang dikenal dengan nama bahasa

balik. Dalam bahasa Prokem, yang ditukar biasanya adalah dua huruf konsonan dalam suatu kata dasar yang bersuku dua, misalnya: payah menjadi yapah burung menjadi rubung macan menjadi caman Kadang-kadang, huruf vokal pun ditukar, seperti kata-kata berikut; perkaos yang berasal dari perkosa; nyemot yang berasal dari monyet; yai yang berasal dari iya. Sekalipun demikian, sebagai bahasa liar yang seakan-akan memberontak terhadap bahasa umum, bahasa Prokem sudah barang tentu tidak terlalu patuh terhadap aturan-aturannya sendiri. Kita selalu dapat mencari dan menemukan kekecualian yang merupakan pelanggaran dari peraturan dan kaidah-kaidah tersebut. Namun, kekecualian tersebut kadang-kadang mernperlihatkan kecenderungan linguistik yang tetap dan sudah dikenali. Huruf sengau di depan konsonan k, j, c, d, b, misalnya, cenderung diabaikan dalam proses penukaran huruf, sehingga:

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pada dasarnya, apa yang disebut sebagai bahasa Prokem bukanlah merupakan bahasa dalam arti sebenarnya. la lebih berupa perbendaharaan kata belaka, sehingga bahasa Prokem hanya memiliki kaidah morfologis dan tidak memiliki kaidah sintaksis. Bahkan, kaidah-kaidah morfologi, lewat penggunaan sisipan ok misalnya semata-mata bersifat morfologis dan tidak memiliki fungsi sintaksis. Kata-kata yang telah mengalami proses morfologis tersebut, digunakan dalam kalimat yang berdasarkan sintaksis bahasa Indonesia pada umumnya. Jika kata-kata Prokem tersebut mendapat imbuhan, maka imbuhan tersebut berupa imbuhan bahasa Indonesia seperti bersepokat bagi bersepatu, tergentur bagi tertidur dan sebagainya. B. SARAN

1.

Dengan membaca karya Makalah Ini, penulis mengharapkan semoga pembaca mampu mengembangkan makalah ini lebih baik lagi dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

2.

Untuk ke depannya, penulis mengharapkan banyak masukan dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php? module=detailartikel&id=9 http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2094856-pengertianmorfologi/

You might also like