You are on page 1of 5

Aliran Idealisme dalam Pendidikan

Tugas makalah Kajian Paradigma Ilmu Sosial dan Pendidikan


Kelompok I : 1. Aris Hanafiyah Dosen: Prof DR Abdul Ngalim, MHum
2. Agung
3. Darsono
4. Halim
5. Munarso
6. Parimin

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari ilmu filsafat secara umum. Dalam
mempelajari filsafat terdapat beberapa aliran pemikiran: Idealism, Realism, Perennialism,
Essensialism, Pragmatism, Progressivism dll. Aliran Idealisme dan Realisme adalah dua
aliran klasik dari barat yang masih bertahan hinga kini. Karena filsafat pendidikan
merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka
dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran. Brubacher (1950)
mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu:
a. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan
supernaturalisme atau realisme religius.
b. Filsafat pendidikan “Progresif”
Di antaranya didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik
naturalisme dari Roousseau, Progressivism dan sebagainya.
Dalam keseharian saat mengajar maka praktisi pendidikan akan menemui
berbagai permasalahan. Bagaimana kita memandang dan menyelesaikan permasalahan
tersebut seringkali mencerminkan pandangan filosofi kita. Peraturan dan prosedur yang
digunakan sekolah untuk menyelesaikan masalah dalam pendidikan seringkali juga
mencerminkan filsafat yang mendasarinya. Dengan mempelajari berbagai aliran filosofi
ini kita dapat mengembangkan pandangan kita dalam memandang permasalahan bidang
pendidikan.
Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran
idealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara
komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga
mendukung aliran idealisme antara lain Plotinus, George Berkeley, Leinbiz, Fichte, dan
Schelling serta Kant. Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al
Ghozali.

Konsep dasar Aliran Idealisme


Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental
atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya
kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan
dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran
mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental
manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is the soul,"
and "Time must not be assumed to exist outside the soul”.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna-
makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia menciptakan rangkaian
gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam
mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda-
beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita-
cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat
luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan
akalnya untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana.
Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau
makro kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang
menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang
merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta.

Epistimologi Idealisme dalam pendidikan


Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik
adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para
mendidik berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya. Untuk mencapai
manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat)
dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling tinggi
tingkatannya adalah ilmu umum tentang filosofi dan theologi. Kedua hal ini bersifat
abstrak. Matematika menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika
yang bersifat abstrak. Sejarah dan literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia
mewariskan nilai moral, model budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan.
Ilmu alam dan sain menjadi prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang
hubungan sebab akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap perlu terbentuknya
manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill
dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yg secara naluri sudah ada
dalam jiwa manusia.

Axiologi pandangan Idealist


Bagi Idealist maka nilai-nilai mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam
semesta. Nilai-nilai ini bersifat absolut, universal dan tidak berubah. Tindakan etis
muncul dari warisan budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai-
nilai unggul dari mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti Apa itu pengetahuan? Jawabnya: Pengetahuan
adalah sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual yang mendasari realitas.
Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide atau gagasan. Pendidikan adalah
proses intelektual membawa gagasan atau ide kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah adalah agen sosial di
mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan kebenaran. Sekolah adalah
institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas pertanyaan mendasar seperti: Apakah
kebenaran itu? Apakah yang dinamakan keindahan itu? Apakah kehidupan yang baik itu?
Semua orang berhak mendapatkan pegetahuan ini. Sehingga semua orang berhak sekolah.
Meski demikian tidak setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid
yang cerdas perlu mendapatkan tantangan yang lebih dari guru. Tujuan pembelajaran
adalah memupuk kreatifitas.

Pengaruh Idealisme di Ruang Kelas


Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin. Guru idealis menyajikan bahan belajar berupa warisan budaya
yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya mereka untuk
kebudayaan. Sejarah dilihat sebagai cara melihat bagaimana manusia besar memberikan
sumbangsih pada dunia. Guru akan menyajikan karya klasik terbaik dibidang seni,
literatur maupun musik untuk dipelajari dan dinikmati.
Guru idealis akan menekankan para siswa untuk mengapai cita-cita tertinggi yang
mampu ia raih. Menunjukkan jalan bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam hidup.
Visi hidup haruslah tinggi sehingga menginspirasi siswa untuk berjuang lebih keras.
Siswa dan tidak boleh terlalu terpengaruh dengan kondisi lingkungan sosial yang tidak
mendukung pencapaian cita-cita. Siswa diajarkan untuk berani bermimpi kemudian
berjuang keras mewujudkan mimpi-mimpinya.

Idelisme Vs Materialisme
Aliran Idealisme biasanya dipertentangkan dengan materialisme. Idealisme
menurut ilmu sosial adalah doktrin bahwa ciri-ciri dasar kehidupan sosial manusia
merupakan hasil dari sifat dasar pemikiran dan ide manusia. Sedangkan materialisme
menurut ilmu sosial merupakan cara pandang bahwa keadaan dasar kehidupan sosial
berasal dari "kondisi material kehidupan sosial", seperti ekonomi, lingkungan fisik, dan
tingkat teknologi.
Materialisme mendasarkan bahwa sesuatu yang nyata harus dapat diukur, diindra
dan dibuktikan secara nyata. Hal yang bersifat abstrak, gaib atau hanya ide semata tidak
boleh dijadikan dasar pijakan perbuatan manusia. Materialisme sebagai dasar pemikiran
Carl Mark yang seperti inilah yang sering dipertentangkan dengan idealisme agama.
Menurut Mark konsep-konsep yang diajukan agama (idealisme) seperti adanya surga dan
neraka merupakan candu agar orang lupa kenyataan disekelilingnya.
Meterialisme juga menjadi pijakan filsafat bagi Darwinian dalam menggagas teori
evolusi kehidupan ‘Survival of the fittes’ dan menentang teori penciptaan yang dianut
gereja. Menurut paham materialisme bahwa bagian terpenting dari kehidupan manusia
adalah adaptasi terhadap lingkungan fisik (material), dan ini harus dilakukan dengan
menciptakan teknologi dan sistem ekonomi. Sekali teknologi dan sistem ekonomi
diciptakan, maka ia akan menentukan sifat pola-pola sosial lain yang dilahirkan
masyarakat manusia. Jenis teknologi dan sistem ekonomi yang berbeda akan melahirkan
jenis pola-pola sosial yang berbeda pula.

Idelisme Vs Realisme
Idealisme adalah suatu paham yang memuja kesempurnaan dalam mencapai suatu tujuan
hidup. Realisme adalah suatu paham dalam menjalani kehidupan ini dengan apa adanya
sesuai kenyataan yang terjadi.

Rujukan:

- Orstein; Levin; Foundation of Education


- Wikipedia; Idealism
- Edo Segara; Noel J. Coulson: Idealism and Realism; http://edosegara.
blogspot.com/2008/04/
- Syahrul N; Indonesia: Shopisme yang merajalela; http://mantagisme.
blogspot.com/2007/06

You might also like