You are on page 1of 6

PILGAN (opsi a,b,c,d gak dibacain cuy) 1. Dalam hal apa Menteri bisa dipenjarakan?

Jawab: pokoknya pilih opsi yg jawabannya --> penyimpangan kebijakan 2. Tidak termasuk dlm hukuman menurut UU Keu Neg, kecuali... Jawab: hukuman pidana mati 3. Syarat min BUMN?? --a (gtw syarat apa) Jawab: min.51% saham 4. ttg batas daluarsa? Jawab: 5tahun sejak diketahui 5. BLU dan BUMN -->kesamaan segi tujuan apa? (gtw apa mksd soalnya) Jawab: pilih aja --> PerJan 6. Anggota BPK? Jawab: 9org 7. Masa jabatan? (ttg anggota BPK kali ya..) jawab: 5thn 8. Sertifikat tanah BLU a.n. sapa? Jawab: pemerintah 9. ttg organisasi pengadaan swakelola gt sih.. Jawab: pilih yg --> tidak ada ULP (unit layanan pengadaan) 10. ttg inventarisasi BMKN ?? jawab: min.1 kali dlm 5 thn segitu doang si, moga aja ada yg keluar UAS :D yg udah ngejawab esainya upload dong!!!

kisi-kisi HKN dari Pak John Ardi: PG: 50 SOAL Essay: 8 soal waktu: 150 menit materi: uu no 17 thn 2003, no 1/2004, no 15/2004, amanah langsung UUD 45? PP 53/2010 Pengadaan: prinsip pengadaan, dasar hukum PBJ, cara pengadaan, dokumen pengadaan, HPS, Pbpk no 3/2007 BLU Pengelolaan BMN

TGR diatur dimana? PA, KPA, P2K, bendahara apa kerjanya? pejabat yang bertanggung jawab terhadap PBJ? HPS yg menetapkan?

1. D 2. A 3. D 4. A 5. D 6. B 7. D 8. B 9. A 10. C 11. C 12. C 13. C 14. B 15. B 16. A 17. A 18. B 19. C 20. A 21. D 22. A 23. C 24. B 25. B 26. D 27. D 28. A 29. C 30. B 31. B 32. B

33. D 34. C 35. B 36. B 37. B 38. D 39. A 40. D 41. B 42. A 43. C 44. B 45. C 46. B 47. C 48. D 49. D 50. A, C, D

Bagian II 1. Prosedur dan ketentuan tuntutan ganti rugi berdasar Pasal 60 (UU NO 1 Tahun 2004) : - Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui. - Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud. - Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan. 2. Persyaratan Pembentukan BLU - Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU apabila memenuhi persyaratan: substantif, teknis, dan administratif. - Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan: a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum; b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau

layanan umum; dan/atau c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. - Persyaratan teknis terpenuhi apabila: a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsi(TUPOKSI)nya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. - Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada nomor (1) terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut: a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; b. pola tata kelola; c. rencana strategis bisnis; d. laporan keuangan pokok; e. standar pelayanan minimum; dan f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. - Dokumen (sebagai persyaratan administrasi) disampaikan oleh unit instansi berkenaan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan (rekomendasi) sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan/Gubernur /Bupati /Walikota, sesuai dengan kewenangannya. 3. Perbedaan tahapan penggunaan dan pemanfaatan dalam pengelolaan BMKN - Penggunaan : Penggunaan terbatas untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pokok pemerintahan. Barang milik negara/daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dapat juga untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan. Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang yang bersangkutan. Jika sudah tidak digunakan lagi, BMKN tersebut kepada pengelola barang untuk barang milik Negara atau Gubernur/bupati/walikota. - Pemanfaatan : dalam rangka optimalisasi barang milik negara/daerah. Contoh Pemanfaatan : Sewa, Pinjam pakai, Kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna. Pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah tidak digunakan untuk

menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan, dilaksanakan oleh pengelola barang. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan, dilaksanakan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota. Pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barang/kuasa pengguna barang dilakukan oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang. Pemanfaatan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang. Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum 4. Tahapan penetapan HPS dalam pengadaan barang/jasa Perhitungan untuk Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya : HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan data dasar dengan berbagai pertimbangan (HSU/HSPK dll) HPS telah memperhitungkan PPn dan biaya umum dan keuntungan yang wajar bagi penyedia barang/jasa HPS tiidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan PPh penyedia barang/jasa Perhitungan untuk Pekerjaan Jasa Konsultasi Memperhatikan 2 komponen pokok yaitu Biaya Personil (Remuneration) yang meliputi : Profesional, Sub Profesional, teknis dan tenaga pendukung dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost) yang meliputi: sewa kantor, perjalanan, pengiriman dokummen, pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, tunjangan perumahan dll Penyusun /Pembuat HPS/OE dituntut pemahaman terhadap dokumen pengadaan dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan telah mendapatkan penataran pengadaan barang/jasa

5. BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Maksud pernyataan ini adalah Bebas : bebas memeriksa keuangan Negara BPK berwenang meminta keterangan dan-atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan

Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Mandiri : BPK sebagai salah satu lembaga tinggi Negara memiliki posisi yang sejajar dengan lembaga Negara yang akan diperiksa sehingga BPK independen dalam pemeriksaan, tidak berada di bawah arahan lembaga tertentu. Menurut UU No.15 Tahun 2000 tentang BPK Pasal 31 (1) BPK dan/atau Pemeriksa menjalankan tugas pemeriksaan secara bebas dan mandiri. (2) BPK berkewajiban menyusun standar pemeriksaan keuangan negara. (3) Dalam rangka menjaga kebebasan dan kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK dan/atau Pemeriksa berkewajiban: a. menjalankan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara; b. mematuhi kode etik pemeriksa; dan c. melaksanakan sistem pengendalian mutu. (4) Standar pemeriksaan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: a. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek pemeriksaan; b. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan objek pemeriksaan; c. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek pemeriksaan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir; d. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerja sama dengan objek pemeriksaan; dan e. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultansi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan objek pemeriksaan.

You might also like