You are on page 1of 9

TEORI KLASIK Akhir abad 18 : mulai hilangnya campur tangan Pemerintah atas perdagangan luar negeri.

Richard Cantilon : keluar/masuk logam mulia di suatu negara erat hubungannya dengan tingkat harga barang/jasa di negara itu, dan berpengaruh pada neraca perdagangan. David Hume : usaha untuk menumpuk logam mulia dengan ekspor sia-sia karena hanya akan menyebabkan kenaikan impor. Penumpukan logam mulia oleh perorangan menghambat kegiatan ekonomi (idle money). John Locke (teori kuantitas uang) : surplus ekspor akan menaikkan harga-harga di dalam negeri dan menambah jumlah uang beredar. Price-Specie flow mechanism (mekanisme penyesuaian neraca perdagangan) : harga barang/jasa di dalam negeri naik maka konsumen mencari harga lebih murah di negara lain dan meningkatkan impor. Specie = logam mulia. Adam Smith : perdagangan internasional harusnya didasari azas saling menguntungkan. Ekspor adalah barang berlebih atau barang unggulan saja agar tidak terjadi perang harga. Perdagangan antar-negara yang bebas dan tidak terhalang berbagai peraturan pemerin-tah akan memberi hasil maksimal, karena masing-masing negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi yang paling cocok/menguntungkan. Kritik Smith atas Merkantilisme : a) definisi kemakmuran, bukan banyaknya logam mulia, tetapi banyaknya barangbarang yang dimiliki. Mengembangkan stok produk negara melalui perdagangan, bukan perdagangan, karena semata-mata untuk menumpuk logam mulia melalui surplus ekspor b) doktrin negara nasional yang kuat, sebatas terhadap militer dari luar, tata hukum dan keadilan dalam negeri, atau melaksanakan pekerjaan umum. Usaha lain harus diserahkan kepada swasta. Sumbangan positif Smith : spesialisasi internasional dalam produksi dengan Natural Advantage (sumber alam) dan Acquirred Advantage (kemampuan/keterampilan/produk yang belum diproduksi negara lain) dilakukan terus sampai menghasilkan Absolute Advantage (negara mampu memproduksi barang/jasa dengan jam/hari kerja lebih sedikit dibandingkan jika dibuat oleh negara lain) Vent for surplus theory (teori pelemparan surplus) kelebihan produksi suatu negara ditukar dengan kelebihan produksi negara lain mencegah pemborosan. Ricardo : teori biaya komparatif : manfaat bersama diperoleh bila masing-masing negara mengekspor barang-barang yang memiliki keuntungan komparatif (Term Of Trade =TOT = 1:1). Misalnya :

Biaya jam kerja per output Kain Anggur Portugal Inggris 100 90 DTD.. 80 1 : 1,125

120 1 : 0,200

Portugal memiliki Absolute advantage kedua jenis barang, perdagangan 2 negara dapat terjadi bila Portugal produksi anggur saja, Inggris kain saja. Manfaat terbesar diterima Inggris, sbb : keuntungan Portugal = 90 80 = 10 keuntungan Inggris = 120 100 = 20 TOT = 1 : 1 artinya, Portugal memperoleh 1 unit kain Inggris untuk tiap 1 unit anggurnya. Manfaat sama diperoleh bila, masing-masing negara menghasilkan satu unit barang ekspor lebih murah daripada satu unit barang impor bila barang ini harus diproduksi sendiri. Kain Portugal Inggris 200 Anggur 90 210 . 80

Hasil perdagangan internasional = negara dan rakyat menjadi makmur dan juga seluruh dunia. Manfaat : 1)lebih banyak barang diproduksi, 2)lebih banyak konsumsi. Kain Portugal Inggris 85 Anggur 90 95 . 80

John Stuart Mill : TOT tidak harus 1 : 1, sepanjang ada penawaran/permintaan antara 2 negara bisa terjadi perdagangan. Kain Anggur DTD.. Portugal Inggris 15 30 30 20 1 : 2,0 . 1 : 1,5

TOT 1 : 1, yaitu Portugal melepas 1 anggur untuk 1 kain Inggris. Padahal di dalam negeri, Portugal melepas 1 kain untuk 1,5 anggur. Maka TOT- nya harus lebih besar dari DTD (TOT > DTD minimal). Di dalam negeri Inggris melepas 2 anggur untuk 1 kain. Maka TOT yang adil = 1 : 1,75. Jadi, 1,5 < DTI < 2,0. Portugal melepas 1 anggur untuk 1,75 kain (hemat = 0,25), Inggris melepas 1,75 kain untuk 2 anggur (hemat = 0,25). Syarat kedua Ricardo : keseimbangan internasional tercapai bila nilai total ekspor = nilai total impor tidak harus tercapai. Sebab, ada hukum persamaan permintaan internasional = hasil produksi suatu negara ditukar dengan hasil negara lain, nilai ekspornya dapat secara tepat digunakan untuk membayar nilai impor. Kecuali, ada negara curang yang memalsukan data biaya dan DTD. Asumsi-asumsi Ricardo dan Mill : 1. Berlaku bagi 2 negara 2 barang, dan mengadaptasi asumsi klasik = dilakukan dengan "barter" 2. Nilai dengan dasar jam kerja/ labour theory of value tidak realistis, tapi efektif karena kombinasi modal dan labour dalam proporsi yang tetap efeknya sama dengan tanpa kombinasi 3. Tidak ada perubahan teknologi, bila ada, masing-masing negara prefer diversifikasi daripada spesialisasi produk 4. Biaya produksi per satuan konstan, bila berlaku hukum biaya yang meningkat/menurun (Bastable), spesialisasi menjadi tidak sempurna 5. Keterbatasan gerak faktor produksi antar-negara, tetapi bebas di dalam negeri. Hal-hal seperti ketidakcocokan keterampilan dengan pekerjaan dan pendidikan, monopoli golongan, kebiasaan tertentu, diskriminasi, dianggap tidak ada 6. Biaya transport nol 7. Kondisi pasar berada pada persaingan sempurna (barang homogen). Yang sebenarnya, selalu ada non-competing labour group = tenaga kerja yang tidak bersaing, misalnya dokter, guru dll 8. Kemakmuran lewat perdagangan internasional dapat dicapai dengan syarat : (1)tenaga kerja full employment dan dapat pindah kerja dengan cepat, (2)distribusi pendapatan tetap. Senior : tingkat upah berupa uang di suatu negara harusnya ditentukan produktivitas tenaga kerja dibandingkan barang serupa yang dihasilkan negara lain, dan vice versa (kebalikan). Tidak setuju bahwa tingkat upah yang tinggi menghambat perdagangan antar-negara. Pendukung = Cairnes, Bastable, Marshall Pigou, Edgeworth.

Cairnes : bilamana persaingan sempurna tidak ada, harga barang/jasa tidak ditentukan melulu dari biaya produksi, tetapi juga "permintaan timbal-balik". Upah timbal-balik (vice versa) dengan produktivitas. Hukum permintaan timbal-balik = hukum persamaan permintaan internasional = nilai ekspor/impor sama = keseimbangan internasional. Bastable : dengan adanya biaya meningkat/menurun dalam tingkat produktivitas, maka profit naik, dan selayaknya tingkat upah naik. Taussig : teori biaya komparatif (mirip Ricardo) akan mengekspor barang/jasa yang harga/biayanya di dalam negeri relatif rendah terhadap harga barang/jasa serupa di luar negeri, dan mengimpor barang/jasa yang harga/biayanya relatif tinggi bila diproduksi sendiri. Asumsinya : biaya produksi = tenaga kerja dan bunga. Upah dibagi 2, upah riil (cermin poduktivitas) dan upah uang (naik/turun sesuai tingkat harga). Kemungkinan terjadi perdagangan antara 2 negara karena : 1. absolute differences in costs = beda biaya mutlak suatu barang, misalnya : kedelai di Amerika, minyak Arab, pisang Brasil dll 2. comparative differences in cost = perbandingan biaya 2 barang dan 2 negara, misalnya : beras Jepang dan beras Indonesia 3. equal differences in costs = beda biaya upah di 2 negara itu, TOT = 1 : 1. Dalam hal situasi 1 dan 2, perdagangan dapat terjadi terus. Dalam kondisi 3, hanya sementara sampai upah uang tercermin pada harga, yaitu harga menjadi sama dan perdagangan menjadi tidak menguntungkan kedua belah pihak karena biaya transportasi. Graham : kesulitan perdagangan internasional : apabila 2 negara itu mempunyai kekuatan ekonomi relatif seimbang : a)seluruh keuntungan jatuh ke tangan negara yang lebih kecil/lemah, negara yang satunya tetap, b)negara yang lebih besar tetap memproduksi kedua macam barang, c)dua negara akan berebut spesialisasi pada produk yang memiliki biaya komparatif terrendah, karena pada TOT (1 : 1), akan mengeruk keuntungan apabila tingkat konsumsi total 2 barang tidak sama, misalnya antara mobil dan korek api, a)seluruh keuntungan jatuh ke tangan negara yang lebih besar, negara yang kecil tetap, b)negara yang lebih kecil akan tetap memproduksi kedua macam barang, c)dua negara berebut spesialisasi barang yang mempunyai keuntungan komparatif besar, yaitu mobil. Tetapi tingkat konsumsi total mobil kecil, maka negara yang lebih kecil tetap harus produksi korek api juga. INGAT : PERDAGANGAN luar negeri terjadi akibat perbedaan harga antara 2 komoditi yang dijual di 2 negara itu. Perdagangan multi-lateral tidak selalu bersifat langsung pembeli penjual, tetapi bisa dengan perantara yang tidak melakukan ekspor/impor, contoh Singapura dan Hongkong.

Haberler : biaya riil diganti biaya alternatif. Biaya alternatif X : yaitu sejumlah barang Y yang harus dikorbankan agar X dapat diproduksi. Biaya alternatif X dan Y dinyatakan dalam garis kemungkinan produksi (production possibility line) atau garis transformasi (transformation line). Pada dasarnya teori ini tidak mengubah teori klasik, karena tetap berpandangan bahwa perdagangan internasional timbul karena perbedaan dalam perbandingan ongkos produksi barang yang diperdagangkan. Tetap mengutamakan masalah nilai dan bahwa penawaran semua input inelastis. Contoh soal : Biaya produksi per-unit produk (X) dibanding per kg beras (Y) sbb : Produk Biaya Biaya

Indonesia Jepang Mobil Tekstil Beras Televisi Sabun Telur Tas Kayu 75.000 kg 22,5 1 4.500 1,35 4,5 337,5 168,75 15.000 kg 10 1 100 0,6 5 120 300

Waktu produksi 1 kg beras di Indonesia = 2 jam, di Jepang = 0,5 jam. Upah per jam, di Indonesia = Rp.100,- Jepang = Y.150,-. Kurs valas : 1 Yen = Rp.6,1. Produk mana yang diexpor Indonesia ? Biaya produksi per unit : = upah * jam kerja * kurs Biaya 1 kg beras : Indonesia = 100x2x1 = Rp.200,Jepang = 150x0,5x6 = Rp.450,Maka Harga-harga sbb :

Mobil = 75.000 x 200 = 15.000.000 Produk Biaya Indonesia Mobil Tekstil Beras Televisi Sabun Telur Tas Kayu Jepang Biaya

15.000.000 6.750.000 4.500 200 900.000 270 900 67.500 33.750 4.500 450 45.000 270 2.250 54.000 135.000

Diekspor = beras, telur, kayu. Impor = mobil, tv, tas. Tekstil dan sabun tidak diperdagangkan. 2. Produk mana yang keuntungan komparatifnya paling besar ? Dari index harga : Mobil Jepang = 6.750.000 / 15.000.000 x 100 = 45 Produk Biaya Indonesia Jepang Mobil Tekstil Beras Televisi Sabun Telur 100 100 100 100 100 100 5 100 250 45 100 225 Biaya

Tas Kayu 100

100 400

80

Indonesia = kayu. Jepang = tv Dalam perdagangan internasional : Devaluasi (atau melemahnya nilai mata uang) akan meningkatkan ekspor. Bahkan, barang yang semula tidak dijual, diekspor. Inflasi dalam negeri menyebabkan nilai mata uang melemah. III. TEORI ALIRAN KLASIK

Kita semua mengetahui bahwa bapak pendiri aliran klasik yaitu ADAM DAVID RICARDO, JHON STUART MILL pada pokok intinya teori aliran klasik di dasarkan kepada asumsi yang menonjol : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Teori nilai atas dasar ketenagakerjaan Labur theory of value Perdagangan di dasarkan kepada barter Tidak ada perubahan tekhnologi ongkos transportasi di abaikan Distribusi pendapatan di abaikan Ongkos produksi yang konstan ( tidak berubah )

Jelas dari asumsi yang menonjol dari aliran klasik terdapat segi kelemahan dan tidak realitic di lapangan dan digunakan pada jaman .sekarang bahwa suatu . produksi barang itn di tentukan oleh nilai tenaga kerja dan perdagangan di dasarkan pada barang ,di samping itu tidak adanya perubahan tekhnologi serta terabaikannnya ongkos Transportasi serta distribusi pendapatan tic k berubah dan ngkos produksi yang konstan. Dari segi kelmahan jelas tertera bah\va teori klasik jalan di tempat bevsifat ke arah tradisional karena tidak adanya terobosan-terobosan /serta inovasi yang dapat meningkatkan hasil produksi barang suatu negara. Pada saat zaman sekarang yang serba canggih teori klasik jelas lidak sesuai dengan zaman serta tidak realistis apabila di terapkan mengapa demikian ! scbagai mana kita ketahui bahwa suatu negara / perusahaan (produsen ) dalam hal ini akan berupaya memeinimalisir tenaga kerja serta mengakatifkan dengan cara meningkatkan daya tekhnologi mesin sehingga produksi barang yang di hasilkan dapat sesuai dengan yang di targetkan bahkan melampaui apa yang di tetapkan , di samping itu bahvva masalah moneter pada zaman sekarang merupakan inomok yang sangat di takuti oleh negara -negara di dunia khususnya negara berkembang karena akan berimbas dan mengancam kesetabilan suatu negara di berbagai bidang dan aspek maupun sektor.

Teori klasik pun menganggap bahwa ongkos transportasi adalah Not, sedangkan pada zaman sekarang jelas ongkos transportasi merupakan salah satu factor indikasi keberhasilan suatu negara /perusahaan didalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional dengan Ongkos suatu negara /perusahan dapat mengekspor maupun mengimpor barang dari dan ke negara lain dan dapat membayar bea masuk dan situlah keuntungan dari suatu negara melalui perdagangan internasional dapat di ketahui. Di samping itu teori klasik menyatakan bahwa ongkos produksi adalah selalu konstan persatuan output jadi tidak berubah dengan bertambahnya output jelas sebagaimana yang saya ketahui bahwa dengan beriambahnya output maka dapat mempengaruhi dari hasil produksi dan kemajuan perekonomian dari suatu negara .

IV TEORI MODERN
Teori modern muncul dari reaksi teori klasik dengan pelopor BERTH, OHLIN selanjutnya dikembangkan dan di sempurnakan oleh ELI HECK SCI1ER yang lebih di kenal dengan teori H O setelah di sempurnakan oleh SAMUELSON kemudian kita kenal dengan teori HOS ( HOCKSCHER - OHL1N - SAMUELSON ) yang menyalakan bahwa : 1. 2. 3. 4. Pengaruh ongkos transportasi. Pemakaian tiga factor produksi neoklasik (tanah,modal,tenaga kerja ) Pemberian arti ongkos. Menitik beratkan pentingnya pengertian tentang produk yang saling ketergantungan dan pasar serta harga faktor produksi lain yang mendorong perdagangan 5. Perdagangan berpengaruh terhadap harga -harga yang harus di bayar untuk berbagai faktor produksi yang di pakai dalam menghasilkan barang-barang yang ekspor /tidak di gunakan .asumsi bahwa distribusi pendapatan tidak lagi di gimakan . Komentar saya bahwa " Teori ini memperbaiki serta memodifikasi teori klasik sebagaiman kita ketahui ongkos transpnrtasi semua dalam teori klasiok tidak di perhitungkan dan di masukan ke dalam faktor produksi ,dalam menghasilkan yang paling utama adalah landasan keunggulan /keuntungan komperatif di mana setiap negara memiliki hadiah alam dari TUHAN yang berbeda -beda baik secara kuantitas mau|)un kualitas sehingga faktor- faktor produksi dalam kombinasi yang memiliki intensitas yang berlebihan. Jelas sekali dalam hal ini saya berpendapat teori aliran modern saat ini lebih cocok /dan relevan untuk masa sekarang karena penyempurnaan dari teori klasik samping itu juga saya melihat bahwa teori modern conderung realistis karena lebih mendetail ,dalam hal merupakan teori-teorinya yang didasarkan kepada berbagai bidang dan aspek

kehidupan dari suatu negara baik situ potensi SDA dan SDM nya dan mencakup seluruh faktor produksi yang mempengaruhi produksi dalam suatu negara..

You might also like