You are on page 1of 2

KUASA MUTLAK

* Tri Julyanto, SH, MK.n.

Dengan terdapatnya Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak sebagai Pemindahan Hak atas Tanah yang sekarang telah dimuat di dalam Pasal 39 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dapat diketahui bahwa : Kuasa mutlak yang didalamnya mengandung unsur tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa; Kuasa yang memberikan kewenangan kepada penerima kuasa untuk menguasai dan menggunakan tanahnya serta melakukan segala perbuatan hukum yang menurut hukum hanya dapat dilakukan oleh pemegang haknya.

dilarang menurut hukum. Hal ini dianggap bertentangan dengan klausula yang halal berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata karena tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan dalam melakukan pengalihan hak atas tanah. Sehubungan dengan adanya ketentuan mengenai larangan adanya syarat mutlak atau tidak dapat dicabut kembali tersebut, maka apakah dapat diartikan pemberian kuasa yang tidak dapat dicabut kembali adalah sah apabila perjanjian yang menjadi dasar dari pemberian kuasa tersebut mempunyai alas (titel) hukum yang sah. Menurut putusan HR 12 Januari 1984 W 6458, ketentuan pasal 1814 KUHPerdata tersebut selain tidak memaksa, juga bukan merupakan ketentuan yang bertentangan dengan kepentingan umum (van openbare orde) sehingga para pihak bebas untuk menyimpang dari ketentuan tersebut, sepanjang penyimpangan tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum (van openbare orde) dan kesusilaan. Dengan demikian sebagaimana ketentuan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pemberian kuasa yang tidak dapat dicabut kembali perlu disyaratkan apabila: Pemberian kuasa tersebut merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari suatu perjanjian (integrerend deel) yang mempunyai alas (titel) hukum yang sah; dan Kuasa diberikan untuk kepentingan penerima kuasa.

Adapun ketentuan mengenai pemberian kuasa (lastgeving) haruslah sesuai sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) khususnya dalam Pasal 1792 s.d. Pasal 1819 Buku III Bab XVI KUHPerdata, dengan unsur pemberian kuasa berdasarkan pasal 1972 KUHPerdata adalah sebagai berikut : 1. Adanya persetujuan;

*Penulis adalah Partner pada Kantor Hukum LHJP Advocates & Legal Consultants

yakni memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPerdata tetap harus dipenuhi sebagai syarat-syarat syahnya suatu persetujuan tersebut: 1. 2. 3. 4. Kesepakatan para pihak; Cakap hukum; Obyek tertentu; Kausa yang halal.

2. Memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan; dan yaitu mengenai memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan adalah sesuai dengan yang telah disetujui oleh para pihak, baik yang dirumuskan secara umum maupun dinyatakan dengan kata-kata yang tegas. 3. Atas nama pemberi kuasa. yaitu dimana penerima kuasa melakukan tindakan hukum tersebut untuk dan atas nama pemberi kuasa, dengan demikian tindakan hukum tersebut merupakan tindakan hukum dari pemberi kuasa.

LHJP Advocates & Legal Consultants


Jl. Kalibata Utara II No. 14 Duren Tiga Kalibata Jakarta Selatan 12670 P. +62 21-79191117 E. lhjp-law@lhjp-law.com

*Penulis adalah Partner pada Kantor Hukum LHJP Advocates & Legal Consultants

You might also like