You are on page 1of 4

RESUME MENGENAI SEJARAH HUKUM DAGANG

Memenuhi tugas mata kuliah hukum dagang

oleh:

ZAKIYAH RAHMAH 0910110252


Kelas A

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2011

Sejarah Hukum Dagang


a. Asal-Usul KUHD
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, maka KUHD masih berlaku di Indonesia. KUHD Indonesia diumumkan dengan publikasi tanggal 30 April 1847 (S. 1847-23), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD Indonesia itu hanya turunan belaka dari Wetboek van Koophandel, Belanda, yang dibuat atas dasar azas konkordansi (pasal 131 I.S.). Wetboek van Koophandel Belanda itu juga meneladan dari Code du Commerce Prancis 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang diatur dalam Code du Commerce Prancis itu diambil alih oleh Wetboek van Koophandel Belanda. Ada beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai peradilan khusus tentang perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan (speciale handelsrechtbanken).

b. Kodifikasi Hukum Dagang yang Pertama


Dahulu sebelum zaman Romawi, disamping hukum perdata yang mengatur hubunganhubungan hukum antara perseorangan yang sekarang termasuk dalam KUHPer, para pedagang membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perniagaan. Karena perniagaan makin lama makin berkembang, maka kebutuhan hukum perniagaan atau hukum dagang makin bertambah. Lama kelamaan, hukum dagang yang pada waktu itu masih merupakan hukum kebiasaan, begitu banyak, sehingga dipandang perlu untuk mengadakan kodifikasi. Kodifikasi hukum dagang yang pertama dibuat, atas perintah raja Lodewijk XIV di Prancis, yaitu Ordonannce du Commerce 1673 dan Ordonnance de la Marine 1681. Hukum dagang timbul karena adanya kaum pedagang. Hukum dagang adalah hukum perdata khusus bagi kaum pedagang. Jadi, hukum dagang bagi pedagang.

c. Siapa Pedagang dan Apa Perbuatan Perniagaan itu?


Siapa pedagang itu? Mengenai pengertian pedagang dijelaskan dalam pasal 2 (lama) KUHD yang berbunyi: Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan (daden van kophandel) sebagai pekerjaannya sehari-hari. Apakah perbuatan perniagaan itu? Mengenai perbuatan perniagaan itu dijelaskan dalam tiga pasal, yaitu: Pasal 3 (lama) KUHD, yang bunyi singkatnya: perbuatan perniagaan pada umumnya adalah perbuatan pembelian barang-barang untuk dijual lagi. Disini perlu dicatat bahwa: 1) Yang dimaksud dengan perbuatan perniagaan dalam pasal ini hanya perbuatan pembelian saja, sedang perbuatan penjualan tidak termasuk didalamnya, karena penjualan merupakan tujuan dari perbuatan pembelian itu. (Ingat: membeli barang untuk dijual lagi). 2) Pengertian barang dalam pasal ini berarti barang bergerak, tidak termasuk barang tetap. Pasal 4 (lama) KUHD, yang memasukkan beberapa macam perbuatan lain dalam pengertian perbuatan perniagaan, yaitu perbuatan-perbuatan yang mengenai:

Perusahaan komisi; Perniagaan wesel dan surat-surat berharga lainnya; Pedagang, bankir, kasir, makelar dan yang sejenis; Pembangunan, perbaikan dan perlengkapan kapal untuk pelayaran di laut; Ekspedisi dan pengangkutan barang-barang; Jual-beli perlengkapan dan keperluan kapal; Rederij, carter-mencarter kapal, bodemerij dan perjanjian lain-lain tentang perniagaan laut; 8) Mempekerjakan nahkoda dan anak kapal untuk kepentingan kapal niaga; 9) Perantara/makelar laut, cargadoor, convooilopers, pembantu-pembantu pengusaha perniagaan dan lain-lain; 10) Perusahaan asuransi. Pasal 5 (lama) KUHD mengatur tentang perbuatan perniagaan, yang bunyi singkatnya: Perbuatan-perbuatan yang timbul dari kewajiban-kewajiban menjalankan kapal untuk melayari laut, kewajiban-kewajiban yang mengenai tubrukan kapal, menolong dan menyimpan barang-barang di laut yang berasal dari kapal karam atau kapal terdampar, begitu pula penemuan barang-barang di laut, pembuangan barang-barang di laut pada waktu ada averai, itu semua termasuk dalam golongan perbuatan perniagaan. Pasal 2 pasal 5 (lama) KUHD ini termasuk dalam Bab I KUHD tentang pedagang dan perbuatan perniagaan. Pasal-pasal tersebut telah dicabut dengan S. 1938-276, yang mulai berlaku pada tanggal 17 Juli 1938.

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

d. Keberatan-Keberatan Azas Hukum Dagang Bagi Pedagang


Azas bahwa hukum dagang hanya bagi pedagang saja itu mempunyai keberatankeberatan, yaitu: 1. Perkataan barang dalam pasal 3 (lama) KUHD berarti barang bergerak. Padahal dalam lalu-lintas perniagaan sekarang, juga mengenai barang tetap menjadi obyek dari perniagaan, misalnya tanah, kapal dan lain-lain. 2. Perbuatan menjual dalam pasal 3 (lama) KUHD, tidak termasuk dalam pengertian perbuatan perniagaan, tetapi menurut pasal 4 (lama) KUHD, perbuatan menjual itu termasuk dalam pengertian perbuatan perniagaan, karena menjual adalah perbuatan yang dilakukan oleh pedagang, sedang perbuatan-perbuatan pedagang termasuk dalam pengertian perbuatan perniagaan. 3. Bila ada perselisihan antara pedagang dengan orang yang bukan pedagang mengenai pelaksanaan perjanjian. Mengenai hal ini ada beberapa pendapat: a) Menurut H.R. hukum dagang baru berlaku bila bagi tergugat perbuatan yang dipertengkarkan itu adalah perbuatan perniagaan. Keberadaan atas pendapat ini ialah bahwa pendapat ini melanggar azas hukum dagang bagi pedagang, sebab bila tergugat adalah pedagang dan penggugat adalah bukan pedagang, maka disini akan berlaku hukum dagang. Jadi hukum dagang berlaku bagi orang yang bukan pedagang (penggugat), dus pendapat H.R. ini melanggar azas hukum dagang bagi pedagang.

b) Timbul pendapat yang kedua, yakni hukum dagang berlaku kalau perbuatan yang disengketakan itu bagi kedua belah pihak merupakan perbuatan perniagaan. c) Akhirnya dalam Handelsgesetzbuch Jerman, paragraf 345, menetapkan bahwa hukum dagang berlaku bila perbuatan yang diperselisihkan itu merupakan perbuatan perniagaan bagi salah satu pihak. Dengan ketentuan ini maka lenyaplah sifat kekhususan dari hukum dagang, dan azas hukum dagang bagi pedagang tidak berlaku lagi. Jadi, azas hukum dagang bagi pedagang tidak dapat dipertahankan lagi.

e. Perubahan dalam Hukum Dagang


Telah diuraikan bahwa azas hukum dagang bagi pedagang tidak dapat dipertahankan lagi. Dari sebab itu pembentuk undang-undang telah mengadakan perubahan dalam hukum dagang dengan dikeluarkannya S. 1938-276 yang mulai berlaku tanggal 17 Juli 1938. Perubahan ini memuat dua hal, yakni: 1. Penghapusan pasal 2 pasal 5 pada Bab I, Buku I KUHD; pasal-pasal tersebut mengenai pengertian pedagang dan pengertian perbuatan perniagaan. Jadi mulai tanggal 17 Juli 1938 itu pengertian pedagang sebagai yang ditentukan dalam pasal 2 pasal 5 (lama) KUHD dihapus dan diganti dengan pengertian perusahaan. 2. Memasukkan istilah perusahaan dalam hukum dagang, di antara mana yang tercantum dalam pasal 6, pasal 16, pasal 36 dan lain-lain.

SUMBER BACAAN Purwosutjipto. 1999. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Djambatan.

You might also like