You are on page 1of 19

Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Oleh Ayundha Nabilah Hanifah Jullyana Rindy Berinda R 1101291 1101290 1101436

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Tidak sedikit hambatan yang ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun begitu kiranya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Sehingga peran serta semua pihak dalam hal kritik dan saran membangun sangatlah kami butuhkan untuk bias membuat makalah yang lebih baik di waktu mendatang. Besar harapan kami apabila makalah ini dapat berguna bagi setiap pihak dan kalangan yang membaca serta mempelajarinya.

Bandung, September 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
i ii 1

Kata Pengantar DAFTAR ISI.. BAB I PENDAHULUAN..

A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah... 1 C. Tujuan penulisan. 1 D. Metode penulisan 1 E. Sistematika penulisan.. 1 BAB II PEMBAHASAN.. 3 A. Pendidikan dan pembinaan mahasiswa dalam generasi muda......... B. Mahasiswa dalam Pengembangan dan Pembangunan Sistem Pendidikan....................................................................... C. Mahasiswa dalam pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa.. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran.. DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia disebut juga insan. Dalam bahasa arab, berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki akal. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk sosial. Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek pendidikan. Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia (khususnya manusia dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan pribadi generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan, manusia (khususnya anak) merupakan sasaran, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki kepribadian yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang. Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek pendidikan didalam masyarakat dan di alam semesta ini berperan bahwa manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang

memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat untuk membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam lingkungan hidupnya secara bersama sama. Lebih jauh lagi, manusia bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya. Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan dirinya dan memanusiakan manusia sesuai dengan filsafat yang ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada di alam, mengembangkan fitrah manusia untuk mengembangkan potensinya,

mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan dirinya dan masyarakat. Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, darimana asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat mendasar didalam filsafat pendidikan.

A. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial? 2. Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial? 3. Bagaimana hubungan manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial dalam filsafat?

B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui arti dari manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial . 2. Mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial. 3. Mengetahui hubungan manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial dengan filsafat.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka, dimana penulis mendapatkan sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan diri sendiri.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama sebagai pendahuluan yang memiliki sub-bab lima buah yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Yang kemudian dilanjutkan pada bab kedua dengan berisi pembahasan yang memiliki tiga sub-bab yaitu pengertian manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial, hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial, hubungan filsafat dengan hakikat manusia. Di bab terakhir terdapat bab ketiga yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari semua pembahasan yang telah dijelaskan dalam makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai contoh, kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita juga menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk melangsungkan kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar, otomatis manusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing masing, namun demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat

mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987).

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagaimana makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukum alamiah. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati, ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan gerak, mempunyai nafsu, insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara alami manusia menjadi makhluk paling tinggi.

Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang ada disekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkup alam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang dalam proses pendidikan manusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan satu sama lainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri. Manusia dan alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap seper sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena mereka lebih berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakan di alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat belajar dan mempelajari kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri. Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak persamaan, namun secara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri sendiri. Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia. Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya. Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk kepercayaan dirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat kepribadiannya, persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan pribadi lainnya, dan yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi potensi yang menjadi kemampuan dari ririnya sendiri. Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin mewujudkan perkembangan jamannya menurut pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi potensi dan membuka kesempatan dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul betul ingin menjadi

orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya sehingga membedakan dirinya dengan yang lainnya. Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang baru dan mengembangkan potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan manusia adalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setiap lapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat alamiahnya walaupun barangkali ia belum mencapainya. Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat di bagi bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan manusia adalah makhluk alamiah atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan akan berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing masingnya bekerja tersendiri, seperti halnya ada yang disebut kemampuan kemampuan vegetatif, seperti makan, berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula yang disebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan. Descartes pun menyatakan bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah zat material yang masing masingnya mempunyai peraturan peraturan tersendiri yang bertentangan. Kaum asosiasionis berpendapat bahwa jiwa manusia terdiri atas unsur unsur pengalaman sederhana yang lalu saling disambungkan secara mekanis. Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga dengan seluruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amati tersebut dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita sebagai manusia alamiah pada waktu itu. Manusia merupakan makhluk alamiah yang tidak hanya memiliki arti bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa setiap manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu, manusia juga tidak lepas

dari kehidupan dilingkungannya yang mana manusia membutuhkan manusia lainnya. Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai peranan dalam kelompoknya yang memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya. Kelompok itu tidak hanya memiliki kesempatan untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan sumbangan dari orang lain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya. Manusia belajar menyesuaikan dirinya dengan norma norma yang sudah terbentuk di dalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma norma yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya. Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk

berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku serta bekerjasama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih lemah daripada wujud sosial yang besar dan kuat. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib mengayomi individu. Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interpendensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat dan warga negara. Hidup dalam hubungan interaksi sosial mengandung konsekuensi baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta kegotongroyongan. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas dan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, manusia

hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukkan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan ssling membutuhkan stu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi social. Mariyati dan Suryawati (2003), menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat Moko dan Handayani (2004), interaksi social adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social. interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung (Siagian, 2004). Interaksi social adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi jika adanya kontak sosial dan komunikasi.

C. Hubungan Hakekat Manusia dan Filsafat Pendidikan Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai zaman modern sekarang ini juga belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Hakekat manusia sesungguhnya didasari oleh beberapa ilmu yang

melatarbelakangi hubungan manusia dan filsafat pendidikan. Salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut antropologi filsafat. Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat

manusia sebagai keseluruhan atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri. Kaitan antara filsafat dan manusia memang benar-benar erat, dimana manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah filsafat. Memang pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasnya digambarkan bahwa manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi hereditas yang dibawa manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Secara harfiah atau konseptual filsafat dapat juga diartikan sebagai segala aktifitas manusia untuk merenungkan tentang segala ssuatu yang ada, sehingga mempunyai makna yang mendalam. Dan biasanya filsafat juga merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap manusia cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup. Dilihat dari definisi diatas telah terlihat dengan jelas kaitan antara filsafat dan manusia. Filsafat bukan semata-mata permainan alam pikiran yang hanya untuk memenuhi hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia. Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan filsafat, yaitu bahwa : 1. filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam kehidupannya. 2. filsafat sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dan konflik dalam hidup. 3. untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak hal dalam dunia yang selalu berubah. Dengan demikian terdapat hubungan antara filsafat dan pendidikan. Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para pakar pendidikan dalam memecahkan problematika

pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya selain menggunakan metodemetode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek yang akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teoriteori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Filsafat juga berfungsi mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dan sendirinya akan menyangkut kebutuhankebutuhan hidupnya. Filsafat sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya untuk merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segisegi pendidikan serta isi moral pendidikannya. Filsafat juga merumuskan sistem atau teori pendidikan ( science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai pendidikan atau pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat. Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Maka filsafat dalam diri manusia memberikan peranan bahwa dalam pendidikannya manusia harus mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi

orang yang bijaksana. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri. Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada disekitar manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia seperti akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk. Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasanya digambarkan bahwa manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi herditas yang dibawa manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Dan hal itu harus melalui pendidikan. Jadi bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan (Animal educandum). Karena potensi dasar yang dibawa sejak lahir, masih harus dikembangkan lagi dalam lingkungannya melalui pendidikan.(Animal educable). Kedewasaan merupakan tujuan perkembangan manusia dan kata kunci dalam pendidikan. Karena pendidikan juga bisa disebut sebagai suatu upaya mendewasakan anak manusia, yaitu membimbing anak agar menjadi manusia yang bertanggung jawab (menunjukkan adanya kesadaran normatif pada diri manusia).

Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan. Sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik. Oleh karena itu erat sekali hubungan antara keberadaan manusia, filsafat dan pendidikan dalam proses kehidupan manusia di dunia ini. Dalam proses pendidikan, filsafat mengajarkan bahwa seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Manusia dan Filsafat mempunyai kaitan yang cukup erat dalam suatu kehidupan. Manusia memiliki akal pikiran dan berbagai kebutuhan untuk suatu hal yang diinginkan yang akan melahirkan suati pemikiran filsafati. Filsafat juga merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap manusia cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Dalam sisi lain, dapat kita tarik dalam garis besarnya bahwa manusia memiliki kodratnya sebagai makhluk alamiah dan di sisi lain manusia juga sebagai makhluk social yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal pendidikan yang memiliki pedoman dan pegangan tersendiri. Manusia sebagai makhluk alamiah mengandung arti bahwa manusia secara individualitas dapat belajar secara langsung maupun tidak langsung belajar mempelajari kehidupannya sendiri dan tidak dapat lepas juga dari alam yang ada di sekelilingnya yang seringkali dimanfaatkan untuk kehidupannya. Manusia juga tidak lepas dari hubungannya dengan manusia yang lainnya. Dimana manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita sebut sebagai makhluk social. Manusia sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

B. Saran Di dalam kehidupan nyata manusia di hadapkan oleh berbagai macam fenomena. Manusia dituntut untuk menjadi manusia yang peka terhadap perkembangan zaman. Oleh sebab itu manusia diharuskan untuk menjadi manusia yang mempunyai daya fikir yang cerdas dalam menyikapi suatu masalah yang ada. tapi hal itu kurang lengkap tanpa adanya suatu kebijakanaan dan tanggung jawab di dalamnya. Beberapa rumusan tujuan umum bagi ilmuwan muda ketika mempelajari filsafat yaitu untuk lebih memanusiakan diri, mendidik dan membangun diri, untuk membangun kebiasaan bersikap objektif , untuk menghilangkan egoisme (kepicikan) dan membuat kita memiliki pandangan yang luas dan bijak dalam menyikapi berbagai masalah hidup dan kehidupan. Selain itu filsafat juga menjadikan kita menjadi diri sendiri , memiliki cara berpikir yang disempurnakan dan memiliki sikap kritis terhadap berbagai hal. Sebagai seorang ilmuwan muda.

DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Krishna, Anand. (2006). Neo psychic awareness. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama. Rasyidin, Waini.dkk. (2006). Filsafat Pendidikan. Bandung : UPI Press. Sadulloh, Uyoh. (2007). Filsafat Pendidikan. Bumi Siliwangi : Cipta Utama. Sri Wahyuni, Niniek. dan Yusniati. (2007). Manusia dan Masyarakat. Jakarta : Ganeca Exact. http://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/05/makalah-filasafat-pendidikandan.html

You might also like