You are on page 1of 9

TONISITAS LARUTAN OBAT SUNTIK Isotonis Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel

darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl). Isoosmotik Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan tekanan osmose serum darah, maka larutan dikatakan isoosmotik (0.9% NaCl) Hipotonis Konsentrasi obat, larutan lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa. Keadaan hipotonis kurang dapat ditoleransi, karena pecahnya sel bersifat irreversible. Hipertonis Konsentrasi obat lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah merah (krenasi). Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. Keadaan ini cukup dapat ditoleransi. Untuk mengurangi kerusakan jaringan, mencegah iritasi, dan hemolisa serta untuk mendapatkan elektrolit yang seimbang, maka sediaan parenteral harus isotonis. Larutan perlu isotonis agar : Mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi Mengurangi hemolisis sel darah Mencegah ketidak seimbangan elektrolit 1302) (Lachman, L. Pharm. Dosage from : Parenteral Medication. Vol. 1, 1992, hal 208)

Mengurangi sakit pada daerah injeksi (Lachman, Teori & Praktek, ed. 3, 1994, hal.

Tidak semua larutan bisa menjadi isotonis, karena : Konsentrasi obat tinggi, tetapi batas volume injeksi kecil Variasi dosis pemberian Metode pemberian Pertimbangan stabilitas produk Sediaan yang isotonis tidak selalu dapat dicapai mengingat kadang-kadang diperlukan zat khasiat dengan dosis tinggi untuk mendapat efek farmakologis yang diinginkan yang menyebabkan isotonis terlampau (larutan sedikit hipertonis). Namun untuk sediaan parenteral subkutan intradermal dan intramuscular harus dibuat seisotonis mungkin, sedangkan larutan hipotonis tidak boleh digunakan.

Zat pembantu Bulk atau Pemodifikasi Tonisitas Gliserin Laktosa Mannitol Dekstrosa Sorbitol Natrium sulfat Natrium klorida (NaCl) Glukosa Sukrosa KNO3 NaNO3

Gliserin Sifat kimia Sinonim : Gliserol, trihydroxypropane glycerol

Rumus kimia : C3H8O3 Nama kimia : Propana-1,2,3-triol Berat molekul : 92,09 Sifat Fisika Sifat Organoleptis : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Stabilitas : gliserin bersifat hidroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200. Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95 %) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak. Bobot per ml : 1,255-1,260 sesuai dengan kadar 98% sampai 100% C3H8O3 OTT : Gliserin dapat meletup bila dicampur dengan pengoksidasi kuat seperti kromiun trioksida, potassium klorat, atau potassium permanganate Konstanta dielektrik : 42,5 Konsentrasi yang digunakan dalam eliksir : lebih dari 20 % Konsentrasi yang digunakan sebagai anti mikroba : kurang dari 20 % Sifat Farmakologi Khasiat : pelarut, pemanis, pengawet, humektan, agentonisitas Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, di tempat yang kering dan sejuk

Mannitol Sifat Kimia Sinonim : manna sugar, D-mannite, mannite, mannogem, pearlitol Rumus kimia : C6H14O6 Nama kimia : D-Mannitol Berat molekul Sifat fisika : 182.17

Sifat Organoleptis

: serbuk kristal atau butiran-butiran kecil, berwarna

putih, tidak berbau, rasanya manis dan menimbulkan sensasi dingin Stabilitas : mannitol stabil dalam kondisi kering maupun terlarut/cairan Sterilisasi : larutan bisa disterilkan dengan metode filtrasi atau dengan autoklaf Kelarutan mannitol : Pelarut Alkalis Ethanol (95%) Ether Gliserin Propan-2-ol Water Kelarutan pada suhu 20o C Larut 1 dalam 83 Praktis tidak larut 1 dalam 18 1 dalam 100 1 dalam 5,5

Khasiat : diluent, sweetening agent, tonicity agent Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, di tempat yang kering dan sejuk

Dekstrosa Sinonim : gula darah/blood sugar, gula jgung/corn sugar, gula anggur/grape sugar, dan gula pati/starch sugar. Nama kimia : glukosa monohidrat Rumus kimia : C6H1206 BM : 198,17 Pemerian : serbuk granul atau serbuk kristal warna putih, tidak berbau, tidak berwarna dan rasanya manis. Khasiat : pengisi tablet dan kapsul, agen terapetik, agen tonisitas, dan zat pemanis. Aplikasi pada formula : dextrosa biasa digunakan dalam larutan sebagai agen tonisitas dan zat pemanis. Keasaman dan kealkalisan : pH 3,5-5,5 (larutan 20% ) Stabilitas : baik disimpan pada keadaan kering, sejuk dan tertutup Metode sterilisasi : autoclaf

Inkompatibilitas : larutan dekstrosa tidak cocok bila dicampur (tidak kompatibel) dengan sianokobalamin, kanamisin sulfat, novobiosin sodium, dan warfarin sodium. Pada penggunaan dekstrosa harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes mellitus dikenal subklinis atau terang-terangan

Natrium Klorida (NaCl) pH Kelarutan : 6,7-7,3 : 1 dalam 2,8 bagian air; 1 dalam 2,6 bagian air 100oC : Otoklaf, filtrasi

Cara sterilisasi Keamanan

Inkompatibilitas : Besi, perak, timbal, merkuri, oksidator kuat, metil paraben : Non toksik, non iritan Osmolaritas : NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium yang hilang

Sukrosa pH Kelarutan : Konstanta disosiasi; pKa=12,62 : 1 dalam 0,5 bagian air; 1 dalam 0,2 air 100oC : Otoklaf dan filtrasi, dalam bentuk larutan

Cara sterilisasi Keamanan

Inkompatibilitas : Asam askorbat, alumunium, asam lemah atau kuat : Tidak untuk penderita diabetes mellitus atau intoleransi metabolic sukrosa Osmolaritas : 9,25 % b/v = iso-osmosis Glukosa pH Kelarutan : 3,5-5,5 : 1 dalam 1 bagian air : Otoklaf, dalam bentuk larutan dalam air

Cara sterilisasi

Inkompatibilitas : Sianokobalamin; kanamisin sulfat; novobiosin natrium; warfarin natrium; eritromisin gluseptat pada pH 5,05; vitamin b kompleks terdekomposisi basa kuat; dalam bentuk aldehid inkompatibel dengan amin, amida, asam amino, peptide dan protein Keamanan : Osmolaritas : 5,51% b/v iso-osmosis, namun tidak isotonic, dapat menyebabkan hemolysis Sorbitol Sifat kimia Nama lain BM pH sifat fisika Organoleptik : serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis, hidroskopis kelarutan Stabilitas Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, : sorbitol bersifat hidroskopis methanol dan asam asetat. Kadar : 15-30% (sebagai anti caplocking) Wadah dan penyimpanan : Tidak dapat ditempatkan pada tempat yang gelap atau terurai pada temperatur yang tinggi atau adanya zat amina. : 1,2,3,4,5,6- hexanehexol; hydex; Neosorb; sorbite : C6H14O6 : 182,17 : 4,5 7 Rumus molekul

Beberapa metode untuk menghitung tonisitas : 1. MetodeLiso Dengan menggunakan persamaan Tf = Liso X Dimana :

Tf :penurunan titik beku Liso :harga tetapan, non elektrolit = 1,86; elektrolit lemah =2; uni-univalen =3,4 BM :beratmolekul V : volume larutan Berat :dalam gram zatterlarut 2. Metode penurunan titik beku Dengan dasar 1% larutan NaCl dapat menurunkan titik beku larutan 0,58o, maka : = ; X = 0.76%

Jadi 0,76% NaCl akan menurunkan 0,44o dan larutan menjadi isotoni, misalnya : R/ Apomorfin NaCl 0,76 g Aquabidestilata 100 ml 3. Metode ekivalensi NaCl Ekivalensi NaCl memberikan jumlah NaCl (g) yang menghasilkan tekanan osmotic sama seperti 1 g bahan obat dengan syarat bahwa NaCl maupun bahan obat berada dalam larutan obat bervolume sama. Maka, 1 g bahan obat ekuivalen dengan tekanan osmotic dari X gram NaCl. Ekivalensi NaCl = E = jumlah NaCl yang mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan 1 g zat khasiat, dengan persamaan : E = 17 4. Metode White-Vincent Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada sediaan parenteral agar isotonis. Persamaan yang digunakan : V =W x E x V Dimana : V : Volume dalam ml W :Berat dalam gram E : ekivalensi NaCl V : Volume suatu larutan isotoni (ml) yang mengandung 1 gram NaCl (111,1) R/ phenacaine hidroklorida 0,06 g 1g

Asam borat Maka : V

0,30 g

Aqua bidestilata sterilada 100 ml = {(0,06x0,20) + (0,3x0,50)} x 111,1 ml = 18 ml Jadi obat dicampur dengan air sampai 18 ml, lalu tambah dengan pelarut isotoni sampai 100 ml. 5. Metode Sprowls Merupakan modifikasi dari metode White dan Vincent, dimana W dibuat tetap 0,3 g, sehingga persamaan menjadi : V = E x 33,33 ml 6. Kesetaraan dengan garam natrium klorida Equivalensi Natrium klorida memberikan jumlah Natrium klorida (g) yang menghsilkan tekanan osmotic sama seperti 1 gram bahan obat dengan syarat bahwa baik Natrium klorida maupun bahan obat berada dalam larutan bervolume sama. Maka1 gram bahan equivalen dengan tekanan osmotik dari x gram Natrium Klorida. Dengan bantuan equivalen Natrium klorida kita dapat menghitung volume air yang dibutuhkan untuk membuat larutan bahan obat isotonic. Contoh perhitungan : 1. Hitung jumlah garam obat dalam larutan 2. Lihat table kesetaraan obat dengan NaCl 3. Hitung jumlah NaCl setara dengan 1 g obat dalam larutan 4. Hitung banyaknya NaCl yang dibutuhkan dalam larutan R/ Atropin sulfat 2% Aquades q.s ad 15 ml Buat isotonic dengan NaCl Jawab : Gram atropine 2% = 2% x 15 ml 0,3 g 0,39 g Dari table diketahui 0,13 g NaCl setara dengan 1 g atropine Jadi jumlah NaCl untuk 0,3 g adalah 0,3 x 0,13 Larutan 15 ml memerlukan 0,9 % x 15 ml 0,135 g NaCl

Kekurangan NaCl diperlukan 0,135 0,039

0,096 g

Dapus : (Lachman, Leon; Lieberman, Hebbert A; Kanig, Joseph L. Teori dan praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga. Jakarta : UI Press)

You might also like