You are on page 1of 32

PERATURAN PEMERINTAH No 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Disampaikan Oleh:

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Nusa Tenggara Barat


2011
1

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PNS
I. Alasan Perubahan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 perlu disesuaikan dengan

perkembangan, karena tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini. 2. Dalam kurun waktu 30 (tiga puluh tahun) telah banyak perubahan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian, yaitu:

a. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, yang kemudian diganti dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 yo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 beserta peraturan pelaksanaannya. b. Salah satu perubahan yang mendasar yang berkaitan dengan pelaksanaan PP 30 Tahun 1980 adalah hilangnya kewenangan Menteri Dalam Negeri untuk menjatuhkan hukuman disiplin bagi PNS Daerah. c. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian beserta peraturan pelaksanaannya. Salah satu materi yang penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan PP 30 Tahun 1980 adalah diperkenalkannya istilah Pejabat Pembina Kepegawaian yang sebelumnya tidak dikenal dalam PP Nomor 30 Tahun 1980.
3

d. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara yang telah diubah dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2004. Materi yang penting dalam pelaksanaan PP 30 Tahun 1980 adalah diperkenalkannya istilah Upaya Administratif yang terdiri dari keberatan dan banding administratif. e. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden.

Kewajiban PNS sebanyak 17 butir (Pasal 3)

o Mengucap Sumpah/Janji PNS; o Mengucap Sumpah/Janji Jabatan; o Setia dan taat Pancasila, UUD 1945 dan Pemerintah; o Mentaati segala ketentuan Per-UU-an; o Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh tanggungjawab; o Menunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah dan martabat

PNS; o Mengutaman kepentingan Negara daripada peribadi dan/atau golongan; o Memegang teguh rahasia jabatan;
5

Kewajiban .
o Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat; o Melaporkan segala penyimpangan kepada atasan; o Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja; o Mencapai sasaran kerja PNS; o Menggunakan dan memelihara barang daerah/Negara; o Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; o Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas; o Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan

karier; o Mentaati peraturan Kedinasan.


6

Larangan PNS 15 butir (Pasal 4)


Menyalahgunakan wewenang; Menjadi prantara untuk mendapatkan keuntungan dengan kewengangannya; Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai pada perusahaan asing; Bekerja pada perusaahan asing atau lembaga asing; Memiliki, menjual, menggandaikan, menyewakan atau meminjamkan barang milik daerah atau Negara dengan cara tidak sah; Melakukan kegiatan bersama dengan atasan atau bawahan dalam atau diluar lingkungan kerja yang dapat merugikan keuangan Negara; Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada orang lain untuk diangkat dalam jabatan;
7

Lanjutan ..

Meneripa hadiah yang berhubungan dengan jabatan; Bertindak sewenang-wenang kepada bawahan; Mempersulit dalam pemberian pelayanan; Menghalangi berjalannya tugas kedinasan; Memberikan dukungan langsung atau tidak langsung kepada peserta pejabat Legislatif; Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan menggunakan kewenangan jabatannya; Memberikan dukungan kepada calon DPD dengan cara apapun; Memberikan dukungan dengan cara apapun kepada calon KDH/Wakil KDH.

II. Pokok-Pokok Perubahan PP 30 Tahun 1980 Tentang

Peraturan Disiplin adalah sebagai berikut:


1. Ketentuan mengenai kewajiban semula 26 butir menjadi 17 butir (Pasal 3).

Ketentuan mengenai larangan semula 18 butir menjadi 15 butir (Pasal 4), karena rumusan kewajiban dan larangan kurang konkrit dan tumpang tindih. Penyempurnaannya meliputi: a. 12 butir kewajiban / larangan dimasukkan sebagai etika b. Penambahan butir kewajiban masuk kerja dan menaati jam kerja c. Penambahan butir kewajiban mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan (Tindak lanjut materi terkait dengan PP lainnya) d. Penambahan butir larangan dalam mendukung capres/cawapres dan calon anggota legislatif (DPR, DPD dan DPRD) sebagaimana diamanatkan dalam UU No 10 Tahun 2008 dan UU Nomor 42 Tahun 2008 e. Penambahan butir larangan dalam mendukung calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah yang selama ini ditetapkan di dalam S.E. Menpan.
9

Menambahkan ketentuan mengenai kewajiban untuk masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, sebagai berikut: PNS yang tidak masuk kerja selama 5 s/d 15 hari kerja dikenai hukuman ringan; PNS yang tidak masuk kerja selama 16 s/d 30 hari kerja dikenai hukuman sedang; PNS yang tidak masuk kerja selama 31 hari kerja keatas dikenai hukuman berat;
Keterlambatan akan dihitung secara kumulatif dan dikonversi 1 (satu) hari kerja sama dengan 7 jam.

10

NO 1

TINGKAT HUKUMAN HUKUMAN RINGAN


a. Teguran Lisan b.TeguranTertulis c. PernyataanTidak Puas SecaraTertulis

WAKTU KETIDAKHADIRAN
5 hari 6 10 hari 11 15 hari

KETERANGAN

5 15 hari kerja

HUKUMAN SEDANG
a. Penundaan KGB b. Penundaan KP c. Penurunan Pangkat paling lama 1 tahun 16 20 hari 21 25 hari 26 30 hari 16 30 hari kerja

HUKUMAN BERAT
a. Penurunan Pangkat paling lama 3 tahun b. Penurunan Jabatan c. Pembebasan Jabatan d. Pemberhentian 31 35 hari 36 40 hari 41 45 hari 46 Hari kerja keatas 31 hari kerja keatas

11

2. Tingkat dan jenis hukuman disiplin, disempurnakan dengan mengubah

dan menambah jenis hukuman sebagai berikut:


a. Untuk jenis hukuman ringan tidak berubah

b. Untuk jenis hukuman sedang: - Jenis hukuman yang berupa penurunan gaji sebesar satu kali gaji berkala

untuk paling lama satu tahun dihapuskan, sesuai dengan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. - Penambahan jenis hukuman penurunan pangkat satu tingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun, selama ini sebagai jenis hukuman berat. c. Untuk jenis hukuman berat: - Jenis hukuman berupa penurunan pangkat satu tingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun dihapus, diturunkan sebagai hukuman sedang. - Penambahan jenis hukuman penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama 3 (tiga) tahun. - Penambahan jenis hukuman berupa pemindahan dlm rangka penurunan jabatan, sesuai dengan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

12

Hukuman Disiplin
a. Hukuman Disiplin Ringan 1. Teguran lisan 2. Teguran tertulis 3. Pernyataan tidak puas secara tertulis b. Hukuman Disiplin Sedang

1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun 2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun 3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun c. Hukuman Disiplin berat 1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun 2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah 3. Pembebasan dari jabatan 4. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri 5. Pemberhentian tidak dengan hormat
13

3. Klasifikasi Pelanggaran dan Jenis Hukuman Kriteria:


1) Jumlah ketidak hadiran 2) Sifat dilakukannya pelanggaran a. Tidak sengaja R b. Sengaja S 3) Dampak negatif yang timbul akibat pelanggaran a. Ke unit kerja R b. Ke instansi S c. Ke pemerintah / negara B 4) Pelanggaran terkait dengan: a. Penyalahgunaan wewenang B b. Menerima hadiah/pemberian yang berhubungan dengan jabatan B 5) Pelanggaran yang terkait dengan pelayanan, hukuman disiplin ditetapkan sesuai Peraturan Perundang-undangan
14

4.Pejabat yang Berwenang Menghukum 1) Presiden, bagi pejabat eselon I dan jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi kewenangan Presiden untuk jenis hukuman berat (Pasal 7 ayat (4) huruf b, c, d, dan e). 2) Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri, Kepala LPND, Gubernur, Bupati/Walikota, dll) a. Pejabat eselon I, untuk jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat (4) huruf a, ayat (2) dan ayat (3) b. Pejabat eselon II, III, IV, dan V Pejabat fungsional tertentu (semua) Pejabat fungsional umum (semua) untuk jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat (3) huruf c, dan Pasal 7 ayat (4)

15

3) Kepala Perwakilan RI di luar negeri: Bagi PNS di lingkungannya, untuk jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan c. 4) Pejabat struktural (eselon I s/d V) dan pejabat setara, untuk: a. Jenis hukuman sedang Pasal 7 ayat (3) huruf a dan huruf b, dengan ketentuan dua tingkat / jenjang kebawah (two steps down) contoh: eselon I menjatuhkan hukuman untuk eselon III b. Jenis hukuman disiplin ringan, dengan ketentuan satu tingkat / jenjang kebawah (two steps down) contoh: eselon II menjatuhkan hukuman untuk eselon III

16

Pejabat setara adalah PNS (jabatan fungsional) yang diberi tugas tambahan untuk memimpin satuan unit kerja tertentu antara lain Rektor, Dekan, Ketua Pengadilan, Kepala Sekolah. Pejabat Struktural Eselon I yang diturunkan jabatannya menjadi pejabat eselon II, untuk pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ditetapkan oleh PPK. Dalam rangka memperpendek jalur birokrasi untuk penjatuhan hukuman disiplin Pasal 7 ayat (3) huruf c bagi pejabat eselon V kebawah, jabatan fungsional tertentu jenjang pertama dan pelaksana lanjutan dan pegawai golongan IIId kebawah menjadi kewenangan eselon II (Kepala Kantor Wilayah dan sejenis).

17

5. Sanksi Sanksi bagi pejabat yang berwenang menghukum apabila tidak menjatuhkan hukuman disiplin sama dengan jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan. Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum maka kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi.

18

6. Tim Pemeriksa a. Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya Sedang dan Berat di bentuk Tim Pemeriksa b. Tim Pemeriksa terdiri atas: 1. Atasan langsung 2. Unsur pengawasan 3. Unsur kepegawaian, atau pejabat yang ditunjuk c. Tim Pemeriksa dibentuk oleh PPK atau Pejabat lain yang ditunjuk

19

7. Pembebasan Sementara dari Tugas Jabatan


a. Untuk kelancaran pemeriksaan dan kemungkinan akan dijatuhi

hukuman disiplin berat yang bersangkutan dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung b. Pembebasan sementara dari tugas jabatan berlaku sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman disiplin c. Yang bersangkutan tetap mendapatkan hak-hak kepegawaian d. Apabila tidak ada atasan langsung, pembebasan dilakukan oleh atasan yang lebih tinggi

20

Tata Cara Pemeriksaan


1. Pemanggilan
a. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis

oleh atasan langsung b. Pemanggilan dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan c. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, dilakukan pemangilan kedua, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa d. Apabila yang bersangkutan tidak hadir juga, pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan

21

2. Pemeriksaan a. Sebelum dijatuhi hukuman, setiap atasan langsung wajib memeriksa yang

bersangkutan terlebih dahulu, dilakukan secara tertutup dan dituangkan dalam BAP b. Apabila merupakan kewenangan Presiden, yang melakukan pemeriksaan PPK c. PPK dapat mendelegasikan ke pejabat dengan pangkat / jabatan tidak boleh rendah dari yang diperiksa d. Apabila berdasarkan hal pemeriksaan, kewenangan untuk menjatuhkan hukuman disiplin merupakan kewenangan: 1. atasan langsung, maka atasan langsung wajib menjatuhkan hukuman disiplin 2. pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung wajib melaporkan secara hierarki disertai BAP
22

Berita Acara Pemeriksaan


ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang bersangkutan b. Apabila yang bersangkutan tidak mau tanda tangan, BAP tetap dijadikan sebagai dasar penjatuhan hukuman c. PNS yang bersangkutan berhak mendapatkan copy BAP
a. BAP

Penjatuhan Hukuman
a. Berdasarkan pemeriksaan, pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan

hukuman disiplin b. Dalam keputusan hukuman disiplin harus disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS

23

PNS melakukan beberapa pelanggaran disiplin hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman terberat PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat Nebis in idem PNS dpk / dpb di lingkungannya akan dijatuhi hukuman disiplin tapi bukan kewenangannya maka pimpinan instansi usulkan penjatuhan hukuman disiplin kepada PPK induknya disertai BAP

24

Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang menghukum Keputusan disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan dengan tembusan kepada pejabat instansi terkait Penyampaian keputusan hukuman disiplin dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan PNS yang bersangkutan tidak hadir pada saat penyampaian putusan, keputusan dikirim kepada yang bersangkutan.

25

UPAYA ADMINISTRATIF
1. Keberatan 2. Banding Administratif

KEBERATAN
Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan: 1. Penundaan kenaikan gaji berkala (Pasal 7 ayat (3) huruf a); 2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun (Pasal 7 ayat (3) huruf b) Yang dijatuhkan oleh: 1. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara kebawah 2. Sekda / pejabat struktural eselon II Kabupaten / Kota kebawah / Pejabat setara 3. Pejabat struktural eselon II kebawah di lingkungan instansi vertikal

BANDING ADMINISTRATIF
1. 2.
26

Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh PPK Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh Gubernur

Hukuman disiplin yang tidak dapat diajukan upaya administratif adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh: 1. Presiden, Pasal 7 ayat (4) huruf b, c, dan e 2. PPK, Pasal 7 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf a, b, c 3. Gubernur, Pasal 7 ayat (4) huruf b dan c 4. Kepala Perwakilan RI di luar negeri, Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan c 5. Pejabat yang berwenang menghukum, Pasal 7 ayat (2)

UU NO. 43 / 1999
(1) Sengketa kepegawaian diselesaikan melalui Peradilan TUN (2) Sengketa Kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap peraturan

disiplin PNS diselesaikan melalui BAPEK. Penjelasan : PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa PDHTAPS dan PTDH dapat mengajukan banding administrasi ke BAPEK
27

Prosedur Keberatan
1. Diajukan secara tertulis kepada atasan dari PYBM dengan memuat alasan keberatan 2. 3. 4. 5. 6. 7.

dengan tembusan kepada PYBM Diajukan dalam jangka waktu 14 hari mulai tanggal yang bersangkutan menerima putusan hukuman disiplin PYBM harus memberikan tanggapan tertulis kepada atasan dari PYBM dalam jangka waktu 6 hari kerja mulai yang bersangkutan terima tembusan keberatan Dalam jangka waktu 6 hari tidak ada tanggapan maka atasan dari PYBM mengambil keputusan berdasarkan data yang ada Atasan dari PYBM wajib mengambil keputusan dalam jangka waktu 21 hari kerja terhitung mulai yang bersangkutan menerima keberatan Atasan dari PYBM dapat memperkuat, memperingan, memperberat atau membatalkan, ditetapkan dengan keputusan atasan dari PYBM Dalam jangka waktu 21 hari kerja atasan dari PYBM tidak mengambil keputusan atas keberatan maka keputusan PYBM batal demi hukum

28

PNS yang mengajukan banding administratif, gaji tetap dibayarkan sepanjang yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas Tidak mengajukan banding administratif gaji mulai diberhentikan terhitung mulai bulan berikut sejak hari ke-15 keputusan hukum disiplin diterima Penentuan dapat tidaknya yang bersangkutan melaksanakan tugas menjadi kewenangan PPK dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan kerja

29

PNS meninggal dunia sebelum ada keputusan upaya administratif, diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-hak kepegawaian PNS yang capai BUP sebelum ada keputusan atas: a. Keberatan, dianggap telah selesai jalani hukuman disiplin, diberhentikan dengan hormat dan hak-hak kepegawaian b. Banding administratif, dihentikan pembayaran gajinya sampai dengan ditetapkannya banding administrasi PNS yang sedang proses pemeriksaan karena pelanggaran disiplin atau sedang ajukan upaya administratif tidak dapat disetujui untuk pindah instansi

30

Dokumentasi Keputusan Hukuman


Dipakai sebagai salah satu bahan penilaian dan pembinaan PNS yang bersangkutan.

Ketentuan Peralihan
Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan sebelum berlakunya keputusan ini dan sedang dijalani dinyatakan tetap berlaku Keberatan yang diajukan kepada atasan PYBM atau banding administratif kepada BAPEK sebelum berlakunya PP ini diselesaikan sesuai dengan PP 30 Tahun 1980 Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya PP ini, maka hasil pemeriksaan tetap berlaku dan proses selanjutnya berlaku ketentuan PP ini Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum berlakunya PP ini dan belum dilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuan PP ini
31

32

You might also like