You are on page 1of 18

Kata pengantar Assalamualaikum Warahmatulllahi wabarakatuh Alhamdulilllah, segala puji bagi Allah swt.

yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga makalah adat pernikahan suku Sunda dari sudut pandang islam ini dapat selesai pada waktunya. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima ksih kepada Ibu Imas Eva Nurviati yang telah memberikan tugas ini sebagai bekal pengalaman untuk masa depan. Banyak kebudayaan di Indonesia membuat adat dalam merayakan suatu pernikahan pun beragam. Salah satunya adalah adat pernikahan suku Sunda. Namun sering kali adat tersebut terbentur dengan aturan yang berlaku dalam agama islam. Maka, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai adat pernikahan suku Sunda dalam sisi islam dan menjadika pedoman untuk kedepannya. Tentunya dalam penulisan maupun pembahasan masalah yang terdapat di makalah ini masih terdapat kesalahan atau kurang tepat dalam penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca maupun Ibu guru agar kedepannya penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Depok, 20 Februari 2011

Penulis

Pendahuluan Latar belakang Pernikahan menurut bahasa dapat berarti kebersamaan, berkumpul, dan menjalin ikatan antara suami istri. Yang laki-laki berkedudukan sebagai suami sedangkan yang perempuan sebagai istri. Pernikahan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat agar dapat melangsungkan kehidupan manusia serta untuk mempertahankan eksistensi manusia di muka bumi ini. dengan pernikahan, maka akan tercipta suatu masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula akan lahir beberapa suku dan bangsa. Mereka berkumpul menjadi suatu komunitas yang memilki ciri dan keunikan tersendiri dalam menjalani setiap momen kehidupan, salah satunya adalah pernikahan. walaupun setiap bangsa dan suku mempunyai cara yang berbeda dalam merayakan sesuatu, mereka tetap berada dalam ikatan yang sama, yaitu agama. Agama merupakan pondasi bagi seseorang dalam melaksanakan kehidupan. Oleh karena itu, setiap tindakan kita harus dilandaskan pada agama. Islam mengatur berbagai hal dalam kehidupan ini, termasuk dalam pernikahan. Hal ini bertujuan agar setiap orang dapat melakukan aktivitas dengan baik dan sesuai syariat islam. Oleh karena itu, setiap masyarakat muslim harus melakukan segala aktivitas menurut islam. Namun, dengan berkembangnya suku dan bangsa menyebabkan timbulnya suatu adat tidak sesuai dengan syariat islam. Suku Sunda merupakan suku kedua terbesar di Indonesia sehingga mayoritas masyarakat muslim yang berasal dari suku Sunda melakukan adat Sunda dalam merayakan momen penting seperti pernikahan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan pandangan islam terhadap upacara adat pernikahan suku Sunda. Masalah Masalah yang ingin diungkapkan penulis pada makalah ini adalah membahas apa saja urutan dalam upacara adat pernikahan suku Sunda dan mengetahui pandangan islam terhadap upacara tersebut.

Pembahasan Upacara adat pernikahan suku Sunda Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Tarub atau janur kuning. Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi tarub atau janur kuning yang terdiri dari bermacam tumbuhan dan daun-daunan, dua pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh di manapun). Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat. Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain. Berbagai macam daun seperti daun beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya. Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang belketepe, yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut. Sebelum tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya. Arti simbolis dari sesajian ini ialah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di bawah tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya. Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini. 1 . Nendeun Omong

Yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis. 2. Lamaran Lamaran dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertaiseseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirihpinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian. 3. Tunangan Tunangan. Dilakukan patuker beubeur tameuh, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis. 4 . Seserahan/ peningsetan Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain. 5 . Ngeyeuk Seureuh Adalah prosesi adat dimana orang tua atau sesepuh keluarga memberikan nasehat dan juga merupakan seks edukasi bagi kedua calon mempelai yang dilambang dengan tradisi atau benda benda yang ada dalam acara adat tersebut. Tata cara ngeuyeuk seureuh adalah sebagai berikut : Pangeuyeuk : Tetua memandu acara Tetua yang dipercaya atau pemandu acara memberikan 7 helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua calon mempelai untuk dipegang oleh masing masing pada tiap ujungnya, sambil duduk menghadap orang tua untuk meminta doa restu. Pangeuyeuk membawakan kidung Yaitu berupa doadoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sambil menaburkan beras kepada kedua calom mempelai, dengan maksud agar keduanya kelak hidup sejahtera. dikeprak

Maksudnya, kedua mempelai dipukul pelan-pelan dengan sapu lidi, diiringi nasehat bahwa hidup berumah tangga kelak harus dapat memupuk kasih sayang antara keduanya. membuka kain putih penutup pangeyeukan yang berarti bahwa rumah tangga yang kelak akan di bina itu masih putih bersih dan hendaknya jangan sampai ternoda. mengangkat dua perangkat busana diatas sarung polecat dan dibawa ke kamar pengantin untuk disimpan Membelah mayang dan jambe (pinang) calom mempelai pria membelah kembang mayang dengan hati hati agar tidak rusak atau patah, melambangkan bahwa suami harus memperlakukan istrinya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. menumbuk halu ke dalam lumpang dengan cara : Keduanya duduk berhadapan, yang pria memegang Alu dan wanita memegang lumpang. Tuannya agar calon suami istri kdepannya dapat bekerja sama. Membuat Lungkun yakni sirih bertangkai, 2 lembar berhadapan digulung menjadi satu dengan bentuk memanjang, lalu diikat dengan benang kanteh . Hal ini dilakukan oleh kedua calon mempelai , orang tua serta para tamu yang hadir disitu melambang kan kerukunan. Kemudian sisa sirih dan 7 buah tempat sirih yang telah diisi lengkap juga padi, labu dan kelapa dibagikan kepada orang orang yang hadir disitu. Artinya: bila dikemudian hari keduanya mendapat rejeki berlebih, hendaknya selalu ingat untuk berbagi dengan keluarga atau handai taulan yang kurang mampu. Berebut uang

dipimpin oleh pangeuyeuk dengan aba aba, kedua mempelai mencari uang, beras, kunyit dan permen yang di tebar di bawah tikar. Artinya suami dan istri harus bersama sama dalam mencari rejeki dalam rumah tangga. membuang bekas pangeuyeuk seureuh biasanya di simpan di tempat terdekat dengan kediaman calon mempelai wanita oleh keduanya. Tradisi ini dimaksudkan bahwa dalam memulai kehidupan yang baru, hendaknya membuang semua keburukan masa lalu dan menghindari kesalahan di masa datang. 6. Upacara Proses Pernikahan Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita. 7. Ngabageakeun Ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepadacalon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanitauntuk masuk menuju pelaminan. 8. Akad nikah Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempatnikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkandi sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berartipenyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah. 9. Sungkeman Sungkeman, dimaksudkan orang tuan akan melepas anaknya. Selain itu, untuk menandakkan bahwa orang tua merestui anaknya sedangkan anaknya hormat terhadap orang tua. 10. Wejangan Dilakukan oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya. Wejangan ini bertujuan untuk memberi pesan kepada anaknya yang akan menempuh hidup baru. 11. Upacara Sawer panganten Adapun upacara sawer adalah sebagai berikut:

Nyawer Merupakan upacara memberi nasihat kepada kedua mempelai yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Berlangsung di panyaweran ( di teras atau halaman). Kedua orang tua menyawer mempelai dengan diiringi kidung. Untuk menyawer, menggunakan bokor yang diisi uang logam, beras, irisan kunyit tipis, permen. Kedua Mempelai duduk berdampingan dengan dinaungi payung, seiring kidung selesai di lantunkan, isi bokor di tabur, hadirin yang menyaksikan berebut memunguti uang receh dan permen. Melambangkan Mempelai beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan.

Meuleum Harupat Mempelai pria memegang batang harupat, pengantin wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah menyala kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat kembali dan dipatahkan lalu di buang jauh jauh. Melambang kan nasihat kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam rumah tangga. Fungsi istri dengan memegang kendi berisi air adalah untuk mendinginkan setiap persoalan yang membuat pikiran dan hati suami tidak nyaman.

Nincak Endog Mempelai pria menginjak telur di baik papan dan elekan (Batang bambu muda), kemudian mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria dengan air di kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua.

Melambangkan pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.

Ngaleupaskeun Japati (Melepas Merpati) Ibunda kedua mempelai berjalan keluar sambil masing masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan terbang di halaman. Melambang kan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.

Huap Lingkung - Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orang tua. Dimulai oleh para Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda. - Kedua mempelai saling menyuapi, Tersedia 7 bulatan nasi punar (Nasi ketan kuning) diatas piring. Saling menyuap melalui bahu masing masing kemudian satu bulatan di perebutkan keduanya untuk kemudian dibelah dua dan disuapkan kepada pasangan. Melambangkan suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.

Pabetot Bakakak Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian pemandu acara memberi abaaba, kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama.

Melambangkan bahwa berapapun rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama. 12. Buka Pintu Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.

Selain hal di atas, ada sebagian lain menggunakan adat yang dibalut dengan humor seperti mempunyai keunikan tersendiri, di selenggarakan secara humor

namun tidak kehilangan atmosfer sakral dan khidmat. Salah satu khas pengantin adat Sunda adalah mempelai wanita menggunakan sigersejenis mahkota atau hiasan pada bagian kepala sebagai lambing status terhormat sebagaimana di kenakan oleh raja/ ratu tanah pasundan sejak dahulu kala. Tata cara sebagai berikut; 1. Ngebakan atau siraman Ngebakan atau siraman bertujuan untuk memandikan calon mempelai wanita aga bersih lahir dan bathin sebelum

memasuki saat pernikahan. Acara berlangsung pagi atau siang hari di kediaman calon mempelai wanita. Bagi umat muslim, sebelum dimulai acara siraman terlebih dahulu diawali oleh pengajian atau rasulan dan

pembacaan doa khusus kepada calon mempelai wanita. Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh) -biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting- yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari, yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria. Prosesi yang tercakup dalam acara siraman adalah sebagai berikut: Ngecagkeun aisan. Dimulai dengan calon pengantin wanita keluar dari kamar secara simbolis di gendong oleh Ibu sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman. Maksud dari acara ini adalah melepas tanggung jawab orang tua terhadap anak yang akan menikah. Ngaras. Berupa permohonan izin calon mempelai wanita kepada kedua orangtua dan dilanjutkan dengan sungkeman serta mencuci

kaki orang tua. Perlengkapan untuk prosesi ini cukup sederhana hanya tikar dan handuk. Pencampuran air siraman. Kedua orang tua menuangakan air siraman yang berasal dari 7 sumber ke dalam bokor dan mengaduknya untuk upacara siraman. Siraman. Diiringi dengan musik kecapi suling atau shalawat nabi, calon pengantin wanita dibimbing oleh Ibu Perias menuju tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman pengantin wanita dimulai oleh sang Ibu, kemudian ayah, disusul oleh para sesepuh. Jumlah penyiraman ganjil 7, 9 dan paling banyak 11 orang. Setelah itu Bapak calon pengantin wanita memberikan air wudhu kepada calon pengantin dengan menggunakan air setaman yang ada di dalam kendi. 2. Potong rambut. Dilakasanakn oleh kedua orang tua, sebagai lambang memperindah diri calon mempelai wanita lahir dan batin. Selanjutnya calon mempelai wanita menjalani acara ngeningan (dikerik dan dirias) untuk persiapan acara suapan dan seserahan. 3. Rebutan parawanten. Sambil menunggu calon mempelai dirias, para tamu undangan menikmati acara rebutan para wanten yang terdiri dari hahampangan dan beubeutian. Para tamu juga dipersilahkan mengambil air siraman yang masih tersisa. 4. Suapan terakhir. Pemotongan tumpeng oleh kedua orang tua calon mempelai wanita. Di lanjutkan dengan acara memberi suapan terakhir masing masing sebanyak 3 kali. 5. Tanam rambut. Kedua orang tua menanam potongan rambut calon mempelai wanita di tempat yang telah ditentukan.

Upacara Pernikahan Suku sunda dari sisi Islam 'Aisyah Radhiyalahu 'anha menceritakan: "Sesungguhnya pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam. Pernikahan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-

orang sekarang. Yaitu seseorang datang meminang wanita atau anak gadis kepada walinya, lalu ia memberi mahar kepadanya kemudian menikahinya". Jenis pernikahan lainnya, seorang lelaki berkata kepada istrinya apabila telah suci dari haidhnya, pergilah menemui si Fulan lalu ambillah benih darinya, kemudian suaminya menjauhi dan tidak menyentuhnya lagi hingga jelas kehamilannya dari benih si fulan tadi. Jika ternyata hamil, maka si suami boleh menyetubuhinya bila ia mau. Ia melakukan itu untuk mendapatkan anak. Pernikahan jenis ini disebut nikah istibdh`. Pernikahan jenis lain, yaitu berkumpullah beberapa orang lelaki yang berjumlah sekitar sepuluh orang. Mereka semua menyetubuhi seorang wanita. Apabila wanita itu hamil atau mengandung, dan telah lewat beberapa hari setelah melahirkan kandungannya, maka iapun mengirim bayinya kepada salah seorang dari laki-laki itu. Maka mereka pun tidak bisa mengelak. Kemudian mereka semua berkumpul dengan wanita itu, lalu si wanita berkata kepada mereka: Tentunya kalian telah mengetahui urusan kalian. Aku telah melahirkan seorang anak, dan anak ini adalah anakmu hai Fulan. Si wanita menyebutkan nama salah seorang dari mereka yang ia sukai, dan anak tersebut dinisbatkan kepada lelaki itu tanpa bisa menolaknya lagi. Pernikahan jenis lain, yaitu sejumlah lelaki menyetubuhi seorang wanita tanpa menolak siapapun lelaki yang datang kepadanya. Dia ini ialah perempuan pelacur. Mereka menancapkan bendera pada pintu-pintu rumah sebagai tanda. Siapa saja lelaki yang ingin menyetubuhinya, ia bebas mendatanginya. Jika perempuan ini hamil dan melahirkan anak, maka para lelaki itupun dikumpulkan. Lalu dipanggilah qfah [1] kemudian anak tersebut dinisbatkan kepada salah seorang dari mereka yang telah ditunjuk oleh qfah tersebut. Maka anak itupun dinisbatkan kepadanya tanpa bisa menolaknya. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus menjadi rasul dengan membawa kebenaran, dihapuslah seluruh jenis pernikahan jahiliyah kecuali penikahan yang dilakukan oleh orang-orang sekarang ini.[2] Dari riwayat ini, kita dapat mengetahui bahwa Islam membiarkan beberapa adat kebiasaan manusia yang tidak bertentangan dengan syariat dan

adab-adab Islam atau sejalan dengannya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab yang ada sebelum datangnya Islam. Akan tetapi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang budaya-budaya yang mengandung unsur syirik, seperti pemujaan terhadap leluhur dan nenek moyang, dan budaya-budaya yang bertentangan dengan adab-adab Islami. Jadi, selama adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, silakan melakukannya. Namun jika bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memamerkan aurat pada sebagian pakaian adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik dan pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan selain Allah, maka budaya seperti itu hukumnya haram. Berikut adalah beberapa pandangan islam terhadap upacara adat pernikahan suku sunda: A. Syirik Sungkeman Biasanya, kebiasaan ini berasal dari pulau Jawa yang umumnya dilakukan pada saat Hari Raya dan pada upacara pernikahan, tetapi kadang kala dilakukan juga setiap kali bertemu. Dilakukan dengan cara sujud kepada orang tua atau orang yang dianggap sepuh (Jawa, tua atau dituakan). Adat ini mengandung unsur sujud dan rukuk kepada selain Allah, yang tentunya dilarang dalam Islam. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan Mencium tangan ayah atau ibu itu dibolehkan oleh sebagian ulama dan dilarang oleh sebagian ulama yang lain. Merundukkan badan yang terjadi saat mencium tangan ortu itu tidak bisa disebut sebagai merendahkan diri dan membungkuk (baca: ruku) kepada selain Allah karena pelakunya tidak meniatkan dengan hal tersebut sebagai ruku kepada selain Allah. Namun yang lebih baik adalah mencium dahi ortu.

. , . . , .

. ,

Imam Malik mengatakan, Sesungguhnya cium tangan itu adalah sujud kecil-kecilan. Imam Syafii juga melarang cium tangan. Namun sebagian ulama membolehkan cium tangan ortu atau cium tangan ulama. Namun yang lebih baik adalah meninggalkan hal tersebut karena Allah. Cium dahi ibu atau ayah (sebagai bentuk penghormatan) itulah yang lebih afdhol dan tidak mengapa untuk dilakukan. 272 : Fatwa ini dikutip dari buku Fatawa Samahatus Syeikh Abdullah bin Humaid hal 256 dengan nomor fatwa di buku tersebut 272. Budaya Tumpeng 256 :

Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Itulah sebabnya disebut nasi tumpeng. Olahan nasi yang dipakai, umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa, dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mengenal kegiatan ini secara umum. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah tradisional) dan dialasi daun pisang. dapat kita ketahui bila tumpeng dibuat dalam rangka acara-acara atau ritual-ritual di atas, maka Islam tidak membenarkannya. Namun kalau sekedar membuat tumpeng sebagai seni memasak tanpa disertai acara dan ritual tersebut, maka tidaklah mengapa. Seserahan/ peningsetan

Peningsetan. Peningsetan yang berasal dari kata singset atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan. Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hantaran sebagai berikut: Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan. Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan. Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan. Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan. Buah-buahan, mendoakan kesehatan. Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari. Sepasang cincin untuk kedua mempelai. Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan. Acara ini disebut juga acara serah-serahan. Bisa diartikan bahwa sang calon mempelai perempuan diserahkan kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan. Pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan.

B. Maksiat Siapa saja yang berpaling dari pedoman dan syariatnya pasti sempit dan susah hidupnya, Allah berfirman: "Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". [Thaha/20:124].

Tunangan Islam tidak mengajarkan tunangan begitu juga tukar cincin, karena hal ini tradisi orang Persia dulu. Artinya bukan Kristen atau Islam, tapi kafir. Maka jika kita sengaja melakukan hal yang Islam tidak kerjakan, maka hal ini termasuk Tasabbuh lil kuffar (menyerupai orang kafir). Haditsnya: man tasyabbaha bi qoumin fainnahuu minhum (barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka termasuk dari kaum itu). Hadits ini berkenaan dengan urusan hadhoroh (peradaban/civilization). Adapun yang berkenaan dengan tunangan dengan arti meminang (Khitbah), maka hal ini hukum asalnya adalah mubah.

C. Menghambur-hamburkan harta Dalam QS. At-Takatsur: 1-8, dikatakan bahwa harta merupakan sesuatuyang membuat kita lalai. Bahkan Allah akan memperlihatkan neraka Jahimbago orang yang menghamburkan harta. Karena harta yang kita miliki di dunia ini pasti akan ada pertanggungjawabannya. Beberapa contoh adat pernikahan yang menghambur-hamburkan harta adalah: Saweran Al Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin yazid Al Anshari, ia mengatakan : "Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam melarang nahbah dan mustlah." Nahbah adalah apa yang ditebarkan pada saat pesta perkawinan berupa harta, permen, makanan atau coklat. Mutslah adalah tamtsil (melukai atau merusak anggota tubuh). Diantara mutslah ialah seseorang bernadzar untuk melukai hidungnya, sebagaimana disebutkan dalam hadist Imran bin Husain dalam riwayat Ahmad. Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata: "Karena dalam kebiasaan ini (yakni saweran) berisi perebutan, berdesak-desakan, dan perkelahian. Barangkali mungkin diambil oleh orang yang tidak disukai oleh pemilik barang yang ditaburkan tersebut, karena kerakusan dan ketamakannya serta kekerdilan jiwanya. Sementara orang yang disukai pemilik harta

yang ditaburkan tersebut terhalang, karena beradab baik serta menjaga diri da kehormatannya. Demikianlah pada umumnya. Sebab orangorang yang beradab baik akan memelihara dirinya dari berdesakdesakan dengan manusi rendahan untuk suatu makanan atau selainnya. Juga karena ini adalah kehinaan, sedang Allah menyukai perkaraperkara yang luhur daripada berdesak-desakan untuk perkara murahan. yang diperselisihkan hanyalah mengenai kemakruhan hal itu. Adapun kebolehannya maka tidak diperselisihkan di dalamnya, dan tidak pula dalam mengambilnya. Karena ini semacam membolehkan (orang lain) terhadap hartanya, sehingga ini serupa dengan semua hal yang di bolehkan."(Al Mughni bisy Syarhil Kabiir VIII/118) Asy larangan Syaukani adalah Rahimahullah shahih dan berkata:"Hadist-hadist menunjukan haramnya tentang segala

perebutannya." (Nailul Authar VI/185) Al Hafizh berkata dalam al fath:"Malik dan segolongan ulama memakhruhkan perebutan dalam saweran." (Fathul baari V/20). Nincak endog Nincak endog, atau dalam istilah Indonesianya menginjak telur jelas merupakan tindakan menghamburkan harta. Padahal, di lingkungan kita masih banyak yang membutuhkan. Selain itu, menginjak telur tidak ada hubungannya dengan manfaat tertentu. Ngalepaskeun marpati Berebur uang Maha Benar Allah yang mengatakan: "Kami tidak menurunkan Al-Qur`n ini kepadamu agar kamu menjadi susah" [Thaha 20:2]. Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melaksanakan perintah Allah, Ia tidak memberatkan hambanya karrena yang terpenting adalah nilai ibadah dan niat. Dalam upacara adat pernikahan suku Sunda ini, terlihat jelas bahwa ada pemberatan terhadap manusia yakni dengan rangkaian acara

D. pemberatan terhadap manusia

panjang yang membutuhkan banyak biaya. Selain itu, terhadap calom mempelai juga harus melakukan riual yang memberatkan. Padahal, dalam Islam tidak mengatur hal-hal yang memberatkan manusia.

Sebenarnya masih banyak lagi adat dan budaya yang menyebar di tengahtengah masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang benar. Adapun yang kami sebutkan itu hanyalah sebagai contoh, dan bentuknya bisa berubah-ubah dan bervariasi sesuai dengan perkembangan budaya itu sendiri. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslimin secara cermat meneliti asal usulnya, apakah budaya itu mengandung unsur yang dilarang dalam agama atau tidak? Sebab, kita harus menjadikan syariat Islam sebagai barometernya, bukan sebaliknya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan sebenarbenar pedoman adalah pedoman para salafi.

Kesimpulan Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya pernikahan adat Sunda memiliki rangkaian acara yang panjang yaitu: nendeun omong, lamaran, tunangan, seserahan, ngeuyeuk seureuh, upacara proses pernikahan, ngabageakeun, akad nikah, sungkeman, wejangan, upacara sawer penganten, meuleum harupat, nincak endog, ngalapaskeun japati, huap lingkung, pabetot bakakak, buka pintu, siraman, ngecagkeun aisan, potong rambut, rebutan parawetan, suapan terakhir, dan tanam rambut. Dari rangkaian acara tersebut dalam pandangan islam ada mengandung unsur syirik, membuang-buang harta, pemberatan terhadap manusia, dan maksiat. Tetapi apabila acara tersebut tidak mengandung empat hal di atas, kita dapat melakukan rangkaian upacara tersebut. Saran Sebagai bangsa Indonesia yang beragam, kita wajib melestarikan budaya di Indonesia, misalnya budaya Sunda. Jangan sampai budaya ini luntur akibat globalisasi dan asimilasi dari budaya lain. Tetapi kita sebagai umat islam perlu teliti terhadap upacara tersebut. Apakah mengandung hal-hal yang tidak diajarkan

dalam islam atau tidak. Kita jangan melaksanakan begitu saja upacara adat, harus selektif dan berpedoman terhadap agama Islam. Referensi 1. Herdiana, Eddy. 1980. Upacara perkawinan adat Sunda. Bandung: PT Suwarnadwipa. 2. Asad, Musifin. 1992. Perkawinan dan Masalahnya. Jakarta: Pustaka AlKautsar. 3. INDOCULTURE ONLINE. Html 4. http://sabaraya.blogspot.com/2009/11/makalah-kebudayaan-sukusunda.html 5. http://zipoer7.wordpress.com/2009/09/05/upacara-adat-sunda/ 6. http://kafeilmu.co.cc/tema/adat-pernikahan-sunda-dalam-pandanganislam.html 7. http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page/Pernikahan/?ki d=8343 8. http://www.pitutur.net/hidup-ala-ruwet.jsp 9. http://www.anneahira.com/prosesi-pernikahan.htm 10. http://www.almanhaj.or.id/content/2643/slash/0 11. http://ustadzaris.com/hukum-sungkeman

You might also like