You are on page 1of 5

Hukum Perkawinan Pelanggaran dalam pencatatan: Pasal 45 PP No.

. 9 tahun 1975 Bagi mempelai: ancaman pidana Bagi pegawai: diancam dengan pidanan denda setinggi-tingginya Rp. 7500, apabila ia tidak melakukan pemberitahuan untuk kawin/ perkawinan tidak dilaksanakan di hadapan pegawai pencatat. Pegawai pencatat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan/ denda setinggitingginya Rp. 7500, apabila: o Tidak melakukan penelitian o Tidak memberitahukan adanya halangan perkawinan o Tidak menyelenggarakan pengumuman. o Tidak menandatangani pengumuman. o Melaksanakan sebelum hari kesepuluh dari pengumuman o Tidak menyiapkan dan menandatangani akta perkawinan. o Tidak menyimpan helai pertama, tidak memberikan kelai kedua kepada panitera pengadilan dan kutipan akta perkawinan kepada suami istri. Tentunya yang melakukan peradilan perkara pelanggaran tersebut dan menjatuhkan pidananya adalah pengadilan dalam lingkungan peradilan umum walaupun yang melakukan pelanggaran beragama Islam. Prinsip perkawinan Kristen: o Dalam Kitab Hukum Kanonok, Kanon Loss merumuskan perkawinan: perjanjian dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup dari sifat kodratnya terarah pada kesejahteraan suami istri serta pada kelahiran dan pendidikan anak, oleh Kristus Tuhan perkawian antara orang, orang yang dibaptis diangkat ke martabat sakramen. Jadi perkawinan digambarkan sebagai persekutuan hidup pria dan wanita yang monoami, yang diarahkan ke pembiakan sebagai tata ciptaan Tuhan, yang disucikan oleh Kristus yang memperoleh arti keagamaan khusus. o Mysterion Sacramentum--- perkawinan dari orang-orang yang sudah dibaptis adalah suci dan dengan cinta kasih yang setia harus disucikan sebagai pencerminan dari persatuan yang tidak dapat dibubarkan antara Kristus dan Gereja. Hal ini merupakan penafsiran dari Paulus bahwa perkawinan sebagai rahasia besar (Ef. 5: 21-23). o Perkawinan menurut agama ini adalah perbuatan yang bukan saja perupakan perikatan cinta kasih antara kedua suami istri, tetapi juga harus mencerminkan sifat Allah yang penuh kasih dan kesetiaan yang tidak dapat diceraikan. o Matius 19: 4-6 ---Tidakkah kamu baca bahwa Ia menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang terlah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.

Prinsip perkawinan Islam o Perkawinan dalam bahasa Arab adalah nikah. Dalam hokum Islam, nikah adalah suatu perjanjian untuk mensahkan hubungan kelamin antara seorang pria dan seorang wanita untuk melanjutkan keturunan. o Jelas bahwa pernikahan ini adalah akad yang bersifat luhur dan suci antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya suami istri dan dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga yang penuh kasih saying, kebajikan dan saling menyantuni sebagaimana diajarkan Surat AN-Nisa ayat 19. o Tujuan nikah: Untuk memperoleh keturunan. Untuk memenuhi nalurinya sebagai manusia. Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan. Membentuk dan mengatur rumah tangga. Menumbuhkan aktivitas dalam berusaha mendari rejeki yang halal dan memperbesar rasa tanggung jawab. o Perkawinan dalam hokum Islam berupa akad (perikatan) antara wali wanita calon istri dengan calon suami. Akad nikah harus diucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan Kabul (terima) oleh si calon suami yang dilaksanakan di hadapan dua orang saksi, jika tidak demikian maka tidak sah. o Wali bukan saja bapak tiri termasuk kakek, saudara-saudara pria, paman dan semua menurut garis pria. Prinsip perkawinan hokum Hindu o Perkawinan adalah ikatan antar pria dan wanita sebagai suami istri untuk mengatur hubungan seks yang layak guna mendapat keturunan pria yang akan menyelamatkan arwah orang tuanya dari neraka yang dilangsungkan dengan upacara ritual menurut agama Hindu. o Jika perkawinan tidak dilangsungkan dengan upacara menurut agama Hindu, maka perkawinan tidak sah. Menurut agama Hindu perkawian bertujuan untuk mendapat keturunan dan untuk menebus dosa-dosa orangtua dengan menurunkan seorang putra (yang akan menyelamatkan arwah orangtuanya dari neraka) o Perkawinan berasaskan monogamy yang memperbolehkan poligami, bagi yang mampu sosial ekonominya seperti golongan brahmana, ksatria, waisya. Mereka boleh beristri sampai empat orang. Bagi yang tidak mampu tidak boleh berpoligami. Hukum Perkawinan Agama Budha (HPAB) o Keputusan Sangha Agung 1 Januari 1977 pasal 1, Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita yang berlandaskan cinta kasih metta--, kasih saying karunadan rasa sepenanggungan moditadengan tujuan membentuk satu keluarga bahagia yang diberkahi oleh Sang Hyang Adi Budha. o Perkawinan sah apabila dilakukan menurut Hukum Perkawinan Agama Budha (HPAB pasal 2) o Tujuan: untuk membentuk keluarga bahagia yang diberkahi oleh Sang Hyang Adi Budha. Ajaran agama Budha Indo menerangkan bahwa sebagai umat Budha tidak

boleh buat sakit hati orang lain, maka pada prinsipnya perkawinan ini berasaskan monogamy dan tidak mengenal perceraian. Bentuk Perkawinan Perkawinan jujur o Adalah perkawinan yang dilakukan dengan pembayaran jujur (Beli Maluku-, Belis Timor, Tuhor Batak,) dari pihak pria kepada pihak wanita. o Dengan diterimanya uang atau barang jujur oleh pihak wanita maka berarti setelah perkawinan si wantia akan mengalihkan kedudukannya dari keanggotaan kerabat suami untuk selama ia mengikatkan dirinya dalam perkawinan itu. Si wanita mengikatkan diri pada perjanjian untuk ikut di pihak suami, baik pribadi maupun harta benda yang dibawa akan tunduk pada hokum adat suami kecuali ada ketentuan lain yang menyangkut barang bawaan isteri. o Yang menganut perkawinan demikian ini biasa dilakukan dalam masyarakat susunan keluarga patrilineal. Perkawinan Semenda o Adalah bentuk perkawinan tanpa pembayaran jujur dari pihak pria kepada pihak wanita. o Perkawinan Semendo dalam arti sebenarnya ialah perkawinan menetap dan pria berkedudukan di pihak istri dan melepaskan hak kedudukannya di pihak kerabatnya sendiri. o Setelah perkawinan si pria harus menetap di pihak kerabat istri dan bertanggungjawab meneruskan keturunan wanita di pihak istri. o Bentuk perkawinan ini di suku yang menganut matrilineal, yaitu Minangkabau, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung pesisir, Ambil pria di Ambon. o Di Minangkabau piah wanita yang meminang pria harus member uang atau barang panjapui yang jumlahnya menurut tingkat kedudukan si pria.

Nikah Siri adalah sebuah perbuatan dalam melakukan pernihakan sesuai aturan agama dalam hal ini Ajaran Islam namun karena berbagai hal yang menghalanginya menjadikan tidak terjadinya pencatatan secara syah atau legal oleh aparat yang berwenang dalam hal ini Pemerintah yang di wakili Departemen Agama. Kawin Kontrak adalah sebuah perkawinan yang di batasi waktu sehingga akan berakhir sesuai ketentuan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukan perkawinan itu sendiri. Kawin kontrak yang dalam ajaran Islam di kenal dengan Istilah Nikah Mut ah yang dalam perkembangan syariat Islam nikah model ini telah dilarang. perkawinan levirate (perkawinan ganti suami) adalah perkawinan antara seorang janda dng saudara kandung bekas suaminya yg telah meninggal dunia berdasarkan adat-istiadat yg berlaku dl masyarakat yg bersangkutan

Larangan Perkawinan, diatur dalam pasal 8,9,10 UU No 1 tahun 1974 o Ada hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas, antara keluarga saudara dalam garis keturunan menyamping. o Ada hubungan semenda; antara keluarga semenda yaitu mertua, anak tiri, menantu dan bapak atau ibu tiri. o Ada hubungan susuan; perkawinan antara orang tua susuan, anak susuan, bibi atau paman susuan. o Dalam hubungan poligami; perkawinan antara seorang suami dengan saudara istri, bibi atau kemenakan istri. o Larangan agama: perkawinan antara orang-orang yang oleh agamanya dilarang. o Masih terikat dalam perkawinan; o Bercerai dua kali; perkawinan antara bekas suami dan bekas istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain hingga dua kali. Larangan ini diberikan dengan maksud mencegah tindakan kawin cerai berulang sehingga suami istri benar-benar saling menghargai satu sama lain. Asas Monogami dan Poligami o Menurut pasal 3 UU Perkawinan, pada asasnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan sebaliknya. Dengan demikian UU ini menganut asas perkawinan monogamy. o Hal ini mirip dengan pasal 27 KUHPerdata: dalam waktu yang sama seorang lakilaki hanya boleh punya satu istri dan sebaliknya. o Dalam pasal 3 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974: pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. o Dengan adanya pasal itu maka UU Perkawinan menanut asas monogamy terbuka, karena tidak menutup kemungkinan dalam keadaan terpaksa, suami melakukan poligami yang sifatnya tertutup atau poligami yang tidak begitu saja dapat dibuka tanpa pengawasan hakim. o Syarat poligami: harus berlaku adil (An Nisa ayat 3): Adil dalam menggauli Adil dalam member nafkah, pembelanjaan harus diperhitungkan berat dan ringannya tanggungan seorang istri, bagi istri yang punya anak tidak disamakan dengan yang belum punya anak. Suami wajib mengajukan permohonan secara terbuka kepada pengadilan, dengan alasan: . . . . o Perkawinan clandestine, yaitu perkawinan yang telah memenuhi syarat dalam tata perkawinan tapi cacat yuridis (pencatatannya)

You might also like