Professional Documents
Culture Documents
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
"Khilafah bukanlah monarkhi dan bukan pula sultan. Khilafah ialah pimpinan
umum kenegaraan untuk rakyat buat membawa mereka kepada agama yang suci,
menekan golongan yang kuat jangan sampai berbuat sewenang-wenang terhadap
golongan yang lemah didalam tugas kewajibannya dalam negara, sedang terhadap
keluar dia melindungi agama Islam dan menolak serangan dari luar, dan dia
tidaklah dapat berdiri melainkan dengan kemauan rakyat". Inilah kesimpulan
mengenai khilafah yang ditulis oleh Amir Sjakib Arselan dalam bukunya Hadhirul
'Alamil Islami.
Diatas dijelaskan terlebih dahulu secara singkat tentang khilafah agar supaya kaum
Muslimin tidak bertanya-tanya, sebelum membicarakan segala isinya yang
diperlukan untuk membentuk Negara Islam Indonesia.
Daulah Islamiyah yang pertama, setelah Rasulullah saw wafat, adalah daulah
Islamiyah yang memiliki empat dasar tersebut diatas dan telah diteruskan dan
dikembangkan oleh Khulafaur Rasyidin ( Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin
Khattab, Khalifat Usman bin Affan, Khalifah Ali bin Abi Thalib). Dibawah
Khulafaur Rasyidin inilah (11 H-40 H, 632 M-661 M) betul-betul sistem khilafah
diterapkan dalam Daulah Islamiyah. Cara pengangkatan khalifah dilaksanakan
secara langsung melalui wakil-wakil rakyat yang disebut dengan ulil amri. Khalifah
Abu Bakar diangkat dan dipilih langsung oleh ulil amri. Khalifah Umar bin
Khattab dipilih setelah dicalonkan oleh Khalifah Abu Bakar dan disetujui oleh para
ulil amri. Khalifah Usman bin Affan dipilih bersama lima orang calon lainnya
termasuk Ali bin Abi Thalib. Khalifah Ali bin Abi Thalib dipilih oleh ulil amri,
setelah Khalifah Usman bin Affan dibunuh. Dengan cara pemilihan dan
pengangkatan khalifah melalui ulil amri inilah, maka boleh kita pakai istilah
modern "Republik Parlementer". Jadi Daulah Islamiyah (Negara Islam) dimasa
Khulafaur Rasyidin adalah berbentuk "Republik Parlementer" yang bersistim
khilafah.
Hancur dan hilangnya sistem khilafah dalam Daulah Islamiyah setelah berakhirnya
masa Khulafaur Rasyidin dan munculnya Dinasti Umayah (40 H-132 H, 661 M-750
M) yang disebut dengan monarkhi "parlementer",Dinasti Abbassiyah ke I (132 H-
218 H, 750 M-833M) yang disebut dengan monarkhi "konstitusionil", Dinasti
Abbassiyah ke II (218 H-247 H, 833 M-816 M) yang disebut dengan monarkhi yang
absolut, Dinasti Abbassiyah ke III (247 H- 322 H, 816 M-934 M) yang disebut
dengan zaman anarkhi, Zaman diktator (Amirul umara) (324 H-334 H, 934 M-945
M) , Dinasti Sultan Bani Buyah ( 334 H-467 H, 945 M-1075 M), Dinasti Fathimiyah
( 297 H-567 H, 909 M-1171 M) yang disebut dengan pemerintahan theokrasi,
Dinasti Umaiyah di Andalus ( 300 H-422 H, 912 M-1031 M) yang berusaha
mengembalikan sistim khilafah dan dinasti Usmaniyah di Turki (699 H-
1341H,1385M-1923M) yang disebut dengan autokrasi sultan yang diktator.
Kalau kita mempelajari apa yang telah di laksanakan oleh Khulafaur Rasyidin
dengan Daulah Islamiyah-nya yang mempunyai sistim khilafah, maka tidak benar
kalau ada yang mengatakan bahwa Negara yang mempunyai asas Islam adalah
bid'ah. Dan tidak benar kalau ada orang yang mengatakan bahwa membentuk
Negara Islam Indonesia adalah sesuatu hal yang idealis. Dan tidaklah menjadi
suatu alasan dengan adanya pertentangan diantara kelompok muslim, organisasi
muslim dan negara yang mempunyai mayoritas penduduknya muslim untuk tidak
berusaha kembali membentuk Negara Islam yang bersistim khilafah di bumi ini.
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
http://www.dataphone.se/~ahmad/980721.htm