You are on page 1of 26

Studi Islam di Dunia Islam

Studi Islam di Dunia Islam, pada dasarnya berbicara tentang studi Islam di kalangan
Muslimin sendiri. Dalam hal ini paling tidak menangkut dua hal pokok, 1. metode studi
dan 2. para pemikir [orang yang melakukan studi Islam itu sendiri]

Untuk lebih sistematis berikut uraian studi tentang Islam, dengan aspek-aspeknya. Uraian
ini di pisahkan dalam beberapa bagian
Permulaan Islam
Daulah Muawiyah
Daulah Abbasiyah
Daulah Mugholiyah
Daulah Usmaniyah
Jaman Islam Modern

A. Permulaan Islam [awal Islam – Akhir Kekhalifahan]

Pada Permulaan Islam pendidikan Islam dilakukan di Masjid-masjid atau di rumah-


rumah. Metode yang dipakai dalam fase ini adalah hafalan. Pada permulaan islam
perkembangan Ilmu Pengetahuan dibagi menjadi 3. Pertama Gerakan Agama,
menyangkut pembahasan tentang tafsir Quran, hadis, fiqh, akhlaq. Kedua Gerakan tarikh,
merupakan Gerakan untuk mengumpulkan data-data sejarah, kisah dan riwayat hidup.
Ketiga Gerakan Filsafat, merupakan gerakan dalam bidang mantiq, kimia, kedokteran
dan ilmu lain yang berhubungan. Gerakan filsafat ini pada permulaan Islam tidak begitu
meluas perkembangannya. Ilmu-ilmu dalam bidang ini berasal dari bangsa-bangsa lain
[Romawi, Persia, Qaldan dan lain-lain]. Pada akhirnya ketiga gerakan ini saling
berhubungan dan saling membutuhkan, ahli tafsir akan membutuhkan ahli sejarah untuk
mengetahui kehidupan nabi dalan menafsirkan hadis serta untuk mengetahui sebab
turunnya ayat begitu juga dengan ilmu lainnya. Pada awal perkembangan Islam ini ilmu
pengetahuan berpusat di Makkah, Madinah, Basrah dan Kaufah [Irak], Damaskus
[Syam], dan Fusthat [Mesir].
Satu hal yang penting pada masa ini untuk mengawali studi tentang Islam yang intensif
adalah dengan dibukukannya Al Quran pada masa Khalifah Abu Bakar. Atas desakan
Umar ibn Khattab maka Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk untuk
membukukan Al Quran. Upaya ini berlanjut sampai dengan kekhalifahan Usman bin
Affan., yang kemudian terbentuk musyaf Al Imam sejumlah 6 naskah yang ada di
Kuffah. Basrah, Makkah, Syam, Madinah dan 1 naskah ada pada Khalifah Usman sendiri.
Dalam ilmu tafsir, beberapa sahabat seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah ibn Abbas,
Abdullah ibn Masud dan Ubay bin Kaab menafsirkan Quran menurut apa yang mereka
dengar dari Rosullullah saw. Para sahabat inilah yang dianggab sebagai pembina tafsir
pertama dalam Islam, kemudian diikuti oleh tabiin seperti Said bin Jubair.

B. Masa Daulah Amawiyah [41-132 H/656-750 M]

Pada Zaman ini Mesjid tetap merupakan Pusat Kehidupan Ilmu. Ilmu-ilmu, terutama
Ilmu agama diajarkan di masjid-masjid. Tokoh-tokoh dalam masa ini antara lain;
Abdullah bin Abbas, mengajarkan ilmu tafsir di pekarangan ka’bah.
Rabiah mengajar di dalam masjid madinah
Hasan Basri, mengajar dalam masjid Basrah
Ja’far Shadiq, mengajar di masjid Madinah, mengajarkan ilmu Kimia.

Dalam masa ini ilmu Islam, filsafat dan Terapan di kategorikan dalam ilmu baru [Al
Adaabul Hadisah]. Pembidangan ilmu dalam periode ini di bagi menjadi 2 sebagai
berikut:
Al Adaabul hadisah [ilmu-ilmu baru], terbagi:
a. Al-ulumul Islamiyah, diantaranya ilmu –ilmu Al Quran, hadis, Fiqh, Ulumul Lisaniyah,
tarikh, dan Jughrafi.
b. Al Ulumud Dakhiliyah, merupakan ilmu perlkuasan oleh kemajuan ilsam. Diantaranya
thib [kedokteran], filsafat, ilmu pasti dan ilmu eksakta lainnya
Al Adaabul Qadimah [ilmu-ilmu lama], merupakan ilmu-ilmu yang telah ada sejak masa
Jahiliyah. Diantaranya syair, lughah, khithabah dan amsal.

Masa daulah Abbasiyah (Abbasiyah 1 132-232 H/750-847M, Abbasiyah 2 232-334


H/847-946 M, Abbasiyah 3 334-467 H/946-1075 M, Abbasiyah 4 467-656 H/1075-1261
M)

Jarji Zaidan menyatakan bahwa pada masa daulah Abbasiyah studi tentang islam
mengalami kemajuan pesat. Ilmu fiqh dan hadis mengalami kematangan pada masa ini.
Serta cabang ilmu Islam yang lain yang mengiringi filsafat. (Hasjimy, 1995)

Pusat-pusat pendidikan yang ada pada jaman ini adalah ma’had [tempat belajar], seperti
Kuttab [tempat belajar tingkat pendidikan rendah dan menengah], mesjid untuk
pendidikan tinggi dan takhassus, majlis Munadharah tempat pertemuah ahli pikir,
pujangga untuk membahas hal-hal ilmiah. Darul Hikmah yang didirikan Harun Al-Rasyid
dan disempurnakan oleh Al Makmun, merupakan perpustakaan terbesar dilengkapi
dengan ruang-ruang untuk belajar. Kemudian pada masa pemerintahannya [456-485 H]
Perdana Menteri Nidhamul Mulk mendirikan sekolah dalam bentuknya seperti sekarang
ini dengan nama Madrasah [1064 M menurut Azra dalam Nasution, 2004]. Madrasah ini
meliputi pendidikan untuk tingkat rendah, menengah dan tinggi dalam segala bidang.
Tokoh-tokon ilmuwan dalam studi Islam pada masa ini antara lain: Ibnu Jarir ath Tabary,
Ibnu Athiyah al Andalusy, Abu Bakar Asam , Ibnu Jaru Al Asady [mufassir]. Imam
Bukhary, Imam Muslim Ibnu Majah, Baihaqi, At-Tirmizi [Hadis], Al Asyari, Imam
Ghazali, Washil ibn Atha [kalam], Shabuddin Sahrawardi, Al Qusyairi dan al Ghazali
[tasawuf].
Pada jaman Abbasiyah ini pula di bukukan Ushul Fiqh dan lahirnya istilah-istilah Fiqh
[sunnat, wajib]. Para Fuqaha [ahli hukum ]ternama yang masih dijadikan rujukan sampai
sekarang juga lahir/mengembangkan ilmunya pada jaman ini. Antra lain Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad. Pada jaman ini pula lahir mahzab
Syiah Zaidiyah dan Imamiyah.
Perkembangan Al Ulumud Dhakhiliyah [ilmu perluasan oleh perkembangan ilmu Islam]
juga mencatatkan sejarahnya pada masa ini. Sebuah buku kumpulan karangan dari
anggota Ikhwanus Safa berjudul Rosail Ikhwanus Safa berhasil disusun. Isi dari buku ini
adalah filsafat Islam meliputi susunan, alam, rahasia langir bumi, bintang, ilmu hayat,
ilmujiwa , ilmu pasti, musik, mantik, akhlaq dan lain-lain. Pengarang dari buku ini
kebanyakan merupakan orang Mu’tazilah dan Ayiah ekstrim.
Selain itu para ahli kedokteran bermunculan pada masa ini diantaranya Ibnu Sina
[Avicenna], Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, dan Ali bin Abbas. Dalam ilmu yang lain ada
Ibnu baitar [farmasi dan kimia], jabir Batany [falak dan nujum], Tsabit bin Qurrah al-
Hirany [ilmu pasti/riyadhiyaat], Ibnu Sa’ad [sejarah], Syarif Idrisy [jughrafi/geografi],
Pada masa akhir Daulah Abbasiyah disusunlah buku Al-Mausu’at. Buku ini berisi
bermacam-macam ilmu sehingga mirip ensiklopedi.

C. Masa Daulah Mugoliyah 659-925 H/1261-1520 M,

Dalam amsa ini studi Islam tidak begitu berkembang. Pada ilmuwan kebanyakan hanya
memberikan syarah [penjelas] atas ilmu-ilmu atau kitab-kitab fiqh yang telah ada
sebelumnya. Namun demikian tak sedikit pula ilmuwan-ilmuwan yang menmpelajari
berbagai disiplin ilmu (studi Quran, hadis, Tasawuf, Thib, ilmu Pasti bahkan ilmu teknik)
yang muncul.

Bahkan pada masa ini merupakan matangnya ilmu sosiologi, ditandai dengan munculnya
Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun (1332-1406 M)

D. Masa Daulah Usmaniyah 925-1213 H/1520-1801 M

Setelah sekian lama tidak ada pemikir Islam yang mumpuni akhirnya pada masa ini lahir
Muhammad bi Abdul Wahhab (1116-1206 H), yang dianggap membawa perubahan besar
dalam dunia Islam.
Pada masa ini juga lahir para ahli-ahli hadis (Abdurrauf al Manawy), tasawuf (Abdul
Wahab Sya’rany), filsafat (Ash Shadar bin Abdurrahman al Akhdary), sejarah
(Syamsuddin Syamy)

Daftar Pustaka

Encarta Encyclopedia 2005. Microsoft, 2004

Hasjimy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia+Tazakka, 2004

http://purwoko.staff.ugm.ac.id/blog/?p=26
Taj Mahal, di Agra, India Sumbangan Peradaban Islam

17 Maret 2004

TAJ MAHAL yang di dalamnya berdiri bangunan masjid, satu dari


tujuh keajaibah dunia. Bangunan indah dan megah itu
sumbangan peradaban masyarakat muslim, sebuah karya
arsitektur yang sangat tinggi. Hal itu merepresentasikan
kemajuan masyarakat muslim pada zamannya, menunjukkan kepada dunia betapa peradaban masyarakat
muslim sudah sedemikian maju.
Taj Mahal yang dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau
Mumtaz Mahal, terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi. Istana
pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun tahun 1632 dengan mempekerjakan 20.000 orang,
total biaya mencapai 40 juta rupee. Bangunan inti selesai tahun 1643 dan secara keseluruhan selesai tahun
1654.
Taj Mahal menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun
kepemimpinan raja bijak, meski menganut ajaran Islam tapi tetap memberikan hak hidup terhadap beragam
agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil
sebagai pemimpin yang sukses.
Taj Mahal merupakan gabungan berbagai arsitektur yang berkembang zaman itu, perpaduan karya arsitek
terkemuka yang mengadopsi corak bangunan dari India, Pesia dan Asia Tengah. Konsultan pembangunan
didatangkan dari Turki, ustadz Isa seorang arsitek terkemuka ketika itu. Sebuah kerja yang mengagumkan
sehingga mendatangkan kekaguman di sepanjang zaman melintasi batas ruang dan waktu.
Kompleks Taj Mahal berbentuk bujur sangkar, membujur dari utara ke selatan terdiri tiga bagian. Di tengah
terdapat taman bungan dengan kolam air mancur yang sangat menawan. Antara satu bagian dengan lainnya
dibatasi bidang empat persegi panjang. Pintu gerbang di bagian selatan dan mausoleum sebagai bangunan
utama dilingkupi dua bangunan simetris. Di bagian barat terdapat masjid dan timur ruang jawaban.
Mausoleum berbentuk segi delapan dan di atasnya ditutup kubah, tinggi bangunan tujuh meter dan puncak
kubahnya mencapai 26 meter. Dinding bagian dalam dilapisi batu pualam warna kemerah-merahan dan di bagian
luar sudut-sudutnya terdapat menara yang menjulang tinggi. Bangunan masjid dan ruang jawaban dibuat
menghadap mausoleum, bahan bangunan untuk masjid terdiri pasir dan marmer yang disusun sesuai keindahan
dekoratif. Masjid di bagian dalam Taj Mahal hingga sekarang masih digunakan masyarakat muslim untuk
menunaikan shalat Jumat.
India yang berpenduduk 871 juta jiwa (tahun 1990), sebanyak 11,4% menganut ajaran Islam. Di sepanjang
sejarahnya masyarakat muslim India meski merupakan kelompok minoritas, namun memberikan sumbangan
peradaban yang sangat berarti bagi dunia. Peranannya dapat dilihat dari beberapa sejak sebelum Kerajaan
Mogul, masa kekuasaan Kerajaan Mogul, masa penjajahan Inggris dan masa kontemporer hingga sekarang.
Masyarakat muslim mulai masuk anak benua India sejak abad pertama hijriyah berlangsung secara
bergelombang, orang-orang Arab masuk sekitar abad kedelapan, orang-orang Turki mulai masuk abad
keduabelas dan orang-orang Afghan masuk abad keenambelas.
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan ekspedisi pada tahun 643, sepeninggal khalifah orang-orang Arab
membuka jalan dengan menguasai Bakra di Baluchistan. Pada masa Bani Umayyah di bawah panglima
Muhammad bin Qasim melanjutkan ekspedisi dan menguasai Sind dan mulai tahun 871 kaum muslimin mulai
menetap di sana. Mahmud Gaznawi tahun 1020 mengembangkan pengaruhnya dan mampu mengajak raja-raja
setempat dalam Islam.
Sepeninggal Mahmud Gaznawi muncul dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq dan terakhir dinasti Lody yang
didirikan Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di negerinya, raja mengundang Zahiruddin Muhammad
Babur dari Kabul yang di kemudian hari berhasil mendirikan Kerajaan Mogul tahun 1526. Sepeninggal Babur
Mogul dipimpin putranya Humayun namun kalah menghadapi Bahadur Syah dari Gujarat, baru 15 tahun kembali
berkuasa dan meninggal dunia setahun kemudian.
Akbar Khan menggantikan dan memerintah 49 tahun sehingga puncak masa kejayaan dapat diraih setelah
berhasil mempersatukan daerah, golongan dan agama di India. Mogul di masa jayanya berhasil membangun
peradaban bahkan menjadi negara adikuasa dengan menguasai beberapa wilayah. Luasnya membentang meliputi
Kabul, Lahore, Multan, Gujarat, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Melwa, Bihar, Bengal, Kandes, Berar,
Ahmadnagar, Ousra, Bajipur, Galkanda, Tajore dan Trichinopoli.
Dalam bidang ekonomi umat Islam di Mogul berhasil mengekspor sejumlah produk ke Eropa. Sedang dalam
bidang pendidikan dan ilmu Mogul berhasil mencapai prestasi cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah
dan perpustakaan. Pengajaran terdiri berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan
matematika. Di masdrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadis, fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi
lebih 24 ribu buku. Sekolah tinggi terkemuka dibangun pada masa itu.
Dalam bidang arsitektur berkembang sangat mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa
pemerintahan Mogul. Benteng Merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid, istana dan
makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi ketika itu yang dapat disaksikan hingga
hari ini adalah Taj Mahal.
Sepeninggal Aurangzeb tahun 1707 Mogul mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan dan
persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari Eropa seperti
Inggris, Perancis, Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India. Sisa-sisa bangsawan Islam
berjuang melawan pendudukan bangsa asing, namun mengalami kegagalan sehingga Inggris menancapkan kuku
kekuasaannya di India.
Meski di bawah kekuasaan penjajahan Inggris, namun muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat muslim
untuk memperjuangkan kemajuan umat Islam. Pembaruan pemikiran, pemurnian ajaran Islam dan gagasan
untuk melepaskan dari kaum penjajah terus berlangsung. Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sayid Amir Ali,
Muhammad Iqbal, Mohammad Ali Jinah, Abdul Kalam Azad dan sejumlah tokoh lain membangkitkan umat Islam
India dan Pakistan. Pada 15 Agustus 1947 India dan Pakistan merdeka dari Inggris menjadi negara republik.
Konstitusi India menjamin hak dasar warga negara yakni persamaan, kebebasan, menentang pemerasan,
kebebasan beragama, hak budaya dan pendidikan, hak atas perbaikan konstitusional. Sejak saat itu masyarakat
muslim minoritas memperoleh haknya, berkembang dan hidup berdampingan sebagai warga negara.
http://www.yamp.or.id/viewnews.php?id=46
Mohon maaf atas kinerja server beberapa hari ini, server baru sudah
kami order dan akan siap dalam 1-2 minggu.

USERID

FREE yourname@kaskusers.com
InRealLife
View Public Profile
Find More Posts by InRealLife
10-07-2006, 09:56 AM #7
Ace_combat Kalo Sikh itu apa ya
kaskus addict

Join Date: Mar 2006


Location: Indonesia
Posts: 3,030
UserID: 151832

Ace_combat
View Public Profile
Find More Posts by Ace_combat
10-07-2006, 02:28 PM #8
Kastor Quote:
kaskus maniac
Originally Posted by
InRealLife
Join Date: May 2005
sekalian...
Location:
http://myoriginality.multiply.com/photos/album/4
Kalo cerita Ramayana &
Posts: 7,936
Mahabharata itu asli ada
UserID: 82795
di sejarah India nggak,
dan kalau asli, zaman
kapan kira-kira
terjadinya?
Tidak, itu cuma Epos
saja..............
Makanya tidak akan ada
yang tau, kapan tepatnya

Tapi pas masuk dan diserap


masyarakat Jawa, mereka
merepresentasikan setting
Ramayana, langsung dengan
daerah2 di pulau Jawa.
Misal : Goa Kiskenda itu di
Pakistan Dalam Kemelut Berkepanjangan
DUA kali usaha pembunuhan dalam tempo sebelas hari terhadap seorang presiden, bukan
main-main. Sangat serius dan pasti punya latar belakang yang sangat serius pula.

Hal itu terjadi di Pakistan, Desember 2003. Presiden Pakistan, Jenderal Pervez
Musharraf, diancam bom berkekuatan besar. Pertama, bom meledak di sebuah jembatan
Kota Rawalphindi, beberapa menit setelah rombongan presiden lewat di tempat itu.
Jembatan hancur lebur, namun tidak ada korban jiwa. Kedua, dua pelaku bom bunuh diri
secara nekat menerobos rombongan presiden yang akan pulang ke kediamannya di
Rawalphindi. Sebanyak 14 nyawa melayang, terdiri atas dua polisi pengawal, selebihnya
para pejalan kaki dan orang-orang yang sedang membeli BBM.

Para ahli militer menyatakan, pada peristiwa pertama, bom meledak lebih lambat karena
mobil yang digunakan Presiden Musharraf menggunakan alat pengacau radar. Pada
peristiwa kedua, Musharraf selamat berkat kesigapan para pengawal. Tidak ada yang
mengatakan bahwa Presiden Musharraf masih dilindu-ngi Allah SWT, yang nilainya tentu
sangat tinggi dan lebih penting daripada sekadar alat pengacau radar atau kehebatan
barisan pe-ngawal.

Hingga sekarang, belum diketahui kelompok mana yang begitu bernafsu menghilangkan
nyawa Presiden Pakistan tersebut. Apakah dari kelompok-kelompok oposisi setempat
yang tidak puas atas kinerja pemerintahan Musharraf? Atau kelompok-kelompok luar --
terutama sisa-sisa Milisi Thaliban Afga-nistan dan para simpatisannya di Pakistan-- yang
merasa sakit hati terhadap sikap Musharraf yang mendukung penuh Amerika Serikat
dalam menghancurkan rezim Thaliban dan seluruh Afga-nistan, selama akhir musim
dingin tahun 2002. Bahkan tak tertutup kemungkinan adanya keterlibatan konspirasi
internasional, yang merasa tak puas hanya "mendapatkan" Afganistan dan Irak, lalu
menginginkan Pakistan dan Iran jatuh pula ke cengkeramannya.

Rencana pembunuhan terhadap presiden, merupakan rangkaian panjang kemelut di


Pakistan, hingga saat ini. Rentang masa enam bulan yang nyaris tak teratasi. Berbagai
peristiwa kekerasan selama setengah tahun itu, terus berlangsung di sana. Termasuk
konflik Sunni-Syi'ah dan pertempuran melawan gerilyawan Al-Qaeda dan eks Thaliban,
Sabtu (12/6).

”Perang peradaban”

Hamparan bumi bagian barat Asia Selatan, yang terdiri atas Pakistan, Afganistan, dan
Iran, plus Irak di Timur Tengah bagian timur, merupakan bentangan kawasan yang
menggiurkan bagi konspirasi internasional untuk menangguk keuntungan besar-besaran.
Keuntungan material berupa sumber daya mineral, dan keuntungan moral berupa
penaklukan wilayah Islam dan umat Islam dalam kerangka "Perang Peradaban". Inggris
telah merasakan nikmatnya bercokol di Asia Selatan, tatkala menguasai bumi India
selama dua abad (sejak akhir 1700-an). Melalui The East India Company (Kongsi India
Timur), Inggris mengeruk kekayaan alam Asia Selatan dan Timur Tengah sepuas-
puasnya, seraya menancapkan pengaruh budaya Anglo Saxon hingga ke urat dan akar
kehidupan penduduk setempat sehingga India digelari The Jewelry of Great Britain
Crown (inti pada permata mahkota Inggris Raya).

Di balik upaya pembunuhan Presiden Musharraf dan pengacauan keamanan Pakistan


yang begitu amat berantai, tak mustahil bersembunyi rencana dan kekuatan baru yang
ingin mencicipi keberhasilan Inggris tempo dulu. Sejenis reinkarnasi imperialis-
kolonialis, yang tak lagi dilakukan langsung oleh Inggris, sebagaimana terjadi di
Afganistan (2002) dan Irak (2003).

Tetapi sejauh ini, sinyalemen pihak-pihak berwenang Pakistan baru menyebutkan,


kelompok terorislah yang akan membunuh Presiden Pakistan hingga dua kali berturut-
turut pada akhir tahun 2003 itu, dan sisa-sisa Thaliban serta Al-Qaeda yang ikut
merongrong keadaan.

Risiko negara Islam

Pakistan mendapat kemerdekaan dari Inggris, 14 Agustus 1947, dengan nama Islam-i
Jumhuriya-e Pakistan (Republik Islam Pakistan). Memiliki arti dan peran penting dalam
perkembangan sejarah Islam modern. Sejak perjuangan awal mendirikan negara Islam
yang terpisah dari India, hingga terbentuk sebuah negara merdeka, Pakistan telah
menyumbangkan banyak jasa bagi Islam dan umat Islam masa kini.

Bagi masyarakat Pakistan, Islam bukan sesuatu yang asing. Sejak zaman pemerintahan
Sultan al Walid I (705-715), para pendakwah Islam sudah me- lakukan ekspedisi dan
penyiaran Islam ke seluruh Pakistan yang waktu itu mayoritas beragama Budha. Namun,
pengislaman sesungguhnya baru terjadi pada zaman Sultan Mahmud al Gaznawi (971-
1030), yang berpusat di Kota Gazni, Afganistan. Dan semakin mantap pada zaman
Dinasti Mogul berkuasa di India (1526-1858).

Umat Islam India merupakan minoritas amat lemah, di tengah mayoritas Hindu dan
kekuasan politik serta militer Inggris. Maka muncullah gagasan membuat negara
tersendiri bagi umat Islam. Gagasan yang diprakarsai Sir Sayid Ahmad Khan (l817-
1898), kemudian berkembang luas menjadi cita-cita perjuangan, segera dirumuskan oleh
Sir Muhammad Iqbal (1873-1938) melalui organisasi "Liga Muslim India". Akhirnya
direalisasikan oleh Muhammad Ali Jinnah, yang diangkat menjadi Qaid-i Azam
(Pemimpin Besar) sekaligus Presiden pertama Republik Islam Pakistan.

Gangguan tak henti menghadang pertumbuhan negara yang sedang berjuang menerapkan
syari'ah (hukum Islam) berdasarkan Alquran dan Sunnah, yang mengakomodasi
demokrasi, HAM, toleransi, dan keadilan sosial tersebut. Mayoritas negara-negara
anggota PBB rata-rata "gentar" menyaksikan kemajuan Pakistan di bidang penerapan
syari'ah dan pengembangan ilmu pengetahuan modern. Puncak kekhawatiran itu,
berubah menjadi ketakutan dan berujung kepada persekongkolan untuk memecah belah.
Tahun 1971 timbul perang saudara antara Pakistan Barat yang dipimpin Presiden Yahya
Khan dan Pakistan Timur yang dipimpin Mujibur Rahman. Dengan bantuan penuh India,
serta kelompok persekongkolan lainnya, Pakistan Timur berhasil melepaskan diri dari
Republik Islam Pakistan. Berdirilah Republik Bangladesh. Republik Islam Pakistan
kehilangan satu sayap terpenting, berupa penyusutan wilayah geografis.

Setelah tragedi perpecahan Pakistan Barat-Pakistan Timur, Republik Islam Pakistan tetap
selalu dirundung masalah. Selain sengketa abadi dengan India, baik mengenai perbatasan
maupun "kepemilikan" Khasmir, juga sengketa internal yang senantiasa mengguncang
sendi-sendi pemerintahan. Tahun 1974, Jenderal Yahya Khan dikudeta oleh Jenderal
Zulfikar Ali Butho. Juli 1977, Jenderal Ziaul Haq mengambil alih kekuasaan. Ali Butho
dihukum gantung (4 April 1979).

Pemerintah Ziaul Haq memberi dukungan penuh kepada Mujahidin Afganistan, yang
sedang berjuang melawan invasi militer Uni Soviet (1979-1989). Namun tahun 1988,
Ziaul Haq tewas, ketika helikopter yang ditumpanginya bersama Dubes Amerika Serikat
di Pakistan, meledak. Kekuasan berpindah. Hingga muncul Benazir Butho, putri
mendiang Zulfikar Ali Butho, merebut takhta Perdana Menteri. Hanya bertahan dua
tahun. Tahun 1990, Benazir lengser karena dituduh korupsi. Digantikan Nawaz Sharif,
seorang pengikut setia Ziaul Haq. Sejak itu, pemerintahan Pakistan tak pernah stabil.

Serangan AS ke Afganistan awal 2002, membawa pengaruh luar biasa terhadap Pakistan.
Peran Pakistan membesarkan Milisi Thaliban, hingga mampu mendirikan pemerintahan
Islam di Afganistan tahun 1996, berubah drastis setelah mendapat tekanan keras AS.
Pakistan balik membantu AS menghancurkan Milisi Thaliban. Presiden Pervez Musharraf
berperan besar dalam perubahan sikap itu.

Dari uraian di atas, dapat ditarik "benang merah" instabilitas Pakistan yang tercermin dari
dua kali percobaan pembunuhan terhadap presiden hanya dalam waktu sebelas hari,
konflik internal antarmazhab agama, serta konflik bersenjata melawan pemberontak.
Mungkinkah pihak Thaliban ingin melampiaskan dendam? Mungkinkah pula kalangan
internal yang membenci arah politik Musharraf? Atau konspirasi internasional yang tak
puas atas "pelayanan" Pakistan dalam memerangi "terorisme", terutama dalam
menangkap Osama bin Laden?

Siapa pun dapat menjadi tersangka. Namun yang jelas, Pa-kistan adalah ladang garapan
yang menggiurkan, baik bagi pencari untung material, maupun bagi petualang politik,
ideologi, dan militer. Pakistan adalah negara Islam yang telah menyumbangkan putra-
putra terbaiknya bagi sejarah peradaban umat manusia. Sebut saja nama Iqbal, penyair,
filsuf, pemikir, dan negarawan yang sangat Islami, yang karya-karyanya selalu dikaji dan
dikenang sepanjang zaman. Atau Maulana Maududi, pemikir sekaligus praktisi politik
Islam kontemporer (1903-1979), pendiri partai "Jamiat Islami" yang sangat berpengaruh
hingga ke luar negeri. Atau MM Syarif (1893-1965), pendiri Pakistan Philosophical
Congress dan editor buku sejarah filsafat Islam History of Muslim Philosophy, serta
banyak lagi. Dan tak mungkin terlupakan nama Dr. Abdus Salam (lahir 1926), sarjana
Islam ahli nuklir pertama, penerima hadiah Nobel bidang fisika (1979).
Ditinjau dari aspek historis, kekayaan sumber daya alam, kekuatan sumber daya manusia,
dan wujudnya sebagai negara Islam, Pakistan jelas lebih "berharga" daripada Afganistan,
bahkan Irak. (H. Usep Romli HM)***

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/28/0803.htm
Terbelenggu Rezim Berkuasa, Penderitaan Umat Muslim
Uzbekistan tak Pernah Reda
BUKU-buku geografi Islam klasik mengibaratkan Uzbekistan sebagai sebuah mutiara
dalam untaian mutiara-mutiara dari timur (al jauhar fil jawahirul masyrik). Karena,
bersama kawasan yang sekarang bernama Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan
Kirgiztan, Uzbekstan merupakan "hiasan" indah bagi perkembangan sejarah umat dan
agama Islam selama berabad-abad.

Di kawasan Uzbekistan sekarang pernah berjaya kerajaan Islam termasyhur, yang


dibangun oleh bangsa Mongolia yaitu Dinasti Timurid (1370-1506), yang disebut
"Penguasa-Penguasa Agung Samarkand" (al Akbarus Salatinus Samarkandi). Pendiri
Dinasti Timurid adalah Timur Leng, yang pernah melakukan ekspansi hingga ke Asia
Barat, sebelum menjadikan Samarkand sebagai pusat pemerintahannya.

Penulis kitab hadis

Di Uzbekistan pula lahir Zhahiruddin Muhammad Babur (1483-1530), yang berhasil


mendirikan Dinasti Mughal atau Mogul (1526-1858), kerajaan Islam paling terkenal
sekaligus terakhir di India.

Di antara mutiara-mutiara paling berkilau itu adalah Muhammad Ismail al Bukhari (810-
870). Lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari, ulama ahli hadis, penulis kitab hadis "al
Jamius Sahih" (kumpulan hadis). Para ulama Islam, sejak dulu hingga sekarang sepakat
bahwa hadits (ucapan dan tindakan) Nabi Muhammad saw. yang dikumpulkan Imam
Bukhari benar-benar paling sahih. Beliau dilahirkan di Kota Bukhara, 60 km sebelah
barat Samarkand, dan dimakamkan di kota kecil Khartanak, antara Samarkand dan
Bukhara. Hingga sekarang, makam Imam Bukhari sering diziarahi orang-orang yang
berkunjung ke Uzbekistan.

Samarkand dan Bukhara merupakan dua kota kuno di Uzbekistan yang selalu dicatat
dalam helai-helai buku sejarah. Selain itu, ada satu kota lagi, dan dianggap kota tertua di
dunia di samping Jericho (Palestina). Yaitu Kiva, sebelah barat laut Bukhara, dekat
perbatasan dengan Turkmenistan. Baik di Samarkand, Bukhara, maupun Kiva, terdapat
banyak sekali peninggalan sejarah Islam sejak abad 10 hingga abad 19, yang menjadi
daya tarik wisata internasional, karena keunikan dan keindahan arsitekurnya.

Di Samarkand antara lain terdapat mausoleum Gurri Emir tempat pemakaman Timur
Leng beserta dua putranya, Khalil Miransyah dan Shah Rukh, serta dua cucunya,
Muhammad Sultan dan Ulug Begh. Masjid Jami Bibi Hanoum yang berdampingan
dengan lokasi makam Bibi Hanoum, istri Timur Leng, yang dibangun tahun 1399-1403.
Kompleks pemakaman Shahi Zinda, tempat dimakamkan Syekh Kusam ibnu Abba,
seorang imam pertama di Asia Tengah, yang dianggap wali suci. Juga beberapa
madrasah, seperti Ulug Begh, Till Kari, Shir Dor, dan sebagainya.

Monumen Islam

Di Kota Kiva terdapat masjid-masjid, menara-menara, dan monumen-monumen khas


Islam abad pertengahan, yang menonjolkan corak kubistik dengan warna biru laut
mencolok. Yang terkenal adalah masjid dan musoleum Pahlavan Mahmud (1830).

Di Kota Bukhara terdapat Menara Kalyan, berusia 1.000 tahun. Selain berfungsi sebagai
tempat mengumandangkan azan, menara itu merupakan pos jaga dan observatorium. Para
ahli astronomi dari seluruh dunia, sering menggunakan menara itu untuk mengamati
benda-benda langit.

Di bawah menara terdapat madrasah "Mir Arab" yang dibangun tahun 1530-1536. Tak
jauh dari madrasah itu, berdiri megah masjid "Tagban Bafon" buatan tahun 1600-an. Ada
pula mausoleum Ismail Samani, salah seorang raja Dinasti Samaniyah (819-1005),
benteng Arkiyah yang mengitari sebagian Kota Bukhara.

Dengan kekayaan monumental tak terbilang, dan sejarah kekuasaan yang cukup panjang,
umat Islam di seluruh Asia Tengah, seharusnya menikmati udara kebebasan yang amat
sedap. Namun, kenyataan berbicara lain. Kawasan Lembah Fergana, yang dinamakan
Turkistan, yang luas dan subur, karena berada dalam apitan dua sungai (ma wara'un
nahar), masing-masing Sungai Syrdaria (Jihun) dan Sungai Amudarya (Oksus), dipecah-
pecah menjadi beberapa negara kecil. Uzbekistan termasuk pecahan itu, bersama
Turkmenistan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Kazakstan, di bagian barat, masuk ke dalam
cengkeraman Rusia (Uni Soviet). Sedangkan Turkistan bagian timur dicaplok Cina,
dijadikan Provinsi Sinkiang, sejak tahun 1930.

Tertindas

Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim di bawah kekuasaan Uni Soviet yang
tirani dan komunis, rakyat Uzbekistan mengalami derita luar biasa. Kota Bukhara dapat
dijadikan contoh penindasan rezim komunis terhadap umat Islam Uzbekistan. Kota yang
oleh umat Islam setempat disebut ash sharif (mulia) dan mukarrimah (terpuja), benar-
benar dihancurleburkan secara fisik dan mental. Dari 109 madrasah dan 365 masjid yang
tersisa akibat embusan Perang Dunia I (1914-1918), hanya tinggal satu dua buah saja
pada zaman kekuasaan Uni Soviet (sejak 1922). Antara lain madrasah "Mirr Arab" dan
Masjid Kalyan sekadar pajangan untuk mengelabui pengunjung mancanegara, bahwa
rezim komunis menoleransi kehidupan beragama.

Tetapi, menurut Walter Kolarz, penulis buku Communism and Colonialism (1964), rasa
jijik dan kecurigaan pemerintah Uni Soviet terhadap tradisi dan perasaan nasional
Uzbekistan, sangat besar. Mereka melampiaskannya melalui pemberian nama-nama jalan
di Kota Bukhara. Masih dapat dianggap wajar jika nama-nama tokoh Uni Soviet yang
dipajang, seperti Kalinin, Ordzhonikidze, Kirov, Zdanonv, Mikoyan atau Sverdlonov,
Pushkin, Gogol, Lermontov, Mayakovski, Nikolai Tikhonor atau Maxim Gorky. Atau
tokoh-tokoh komunis internasional, seperti Karl Marx, Klara Zetkin, Ernest Thaelmart
(komunis Jerman), atau Marat (komunis dan seorang tokoh Revolusi Prancis). Yang
sangat menyakitkan, rezim Uni Soviet memberi nama jalan protokol di Kota Bukhara
"Berzbozhnaya" yang artinya "Tidak Bertuhan".

Harapan

Ketika Uni Soviet runtuh (1990), akibat politik glasnos (keterbukaan) dan perestroika
(restrukturisasi) yang dijalankan Presiden Mikhail Gorbachev, Uzbekistan (bersama
negara-negara Asia Tengah lain) menyatakan merdeka. Republik Sosialis Soviet Uzbek
berubah menjadi Republik Uzbekistan (31 Agustus 1991). Islam Karimov, mantan
Sekretaris Partai Komunis Uzbekistan era Uni Soviet, dipercaya menjadi presiden.
Rakyat Uzbekistan menaruh harapan baru bersama negara dan pemerintahan baru untuk
menuju hidup bebas merdeka. Termasuk dalam menjalankan syariat agama.

Ternyata harapan itu meleset. Jika pemerintah Moskow segera melepaskan sistem
komunisme, dan perlahan-lahan menuju demokratisasi, Islam Karimov sebaliknya. Ia
malah memperkeras sikap terhadap umat Islam, bahkan lebih keras lagi daripada rezim
Moskow mana pun, sejak era Stalin hingga Gorbachev. Begitu berkuasa, Karimov
langsung menangkapi tokoh-tokoh oposisi. Kelompok Islam "Hizbut Tahrir (HT)"
menjadi sasaran utama Karimov. Ia melarang organisasi itu, dan menjebloskan tokoh-
tokohnya ke penjara. Sebagian tokoh HT melarikan diri ke negara tetangga Kirgiztan,
sebagian lagi ke Eropa.

Ia juga menjalankan praktik KKN. Putrinya, Gulnara, menguasai jaringan bisnis hasil
bumi, operator ponsel, kelab-kelab malam, dan pabrik semen. Huru-hara di Kota Andijan
13 Mei lalu, yang menewaskan sekira 700 orang, diduga keras akibat kegiatan para
pebisnis setempat mengganggu stabilitas bisnis Gulnara.

Untuk memperkuat kedudukan, Karimov menggelar beberapa kali referendum yang


dicurigai penuh kecurangan. Referendum Januari 2000 menempatkan Karimov di kursi
kekuasaan hingga tahun 2007.

Sekutu AS

Kedekatannya dengan Presiden AS George W. Bush membuat Islam Karimov sulit


digoyahkan. Salah satu kekaguman Bush adalah keberanian Karimov memenjarakan
6.000 aktivis Islam dengan tuduhan terlibat terorisme, serta memberi izin AS membuat
pangkalan militer untuk menyerang Afganistan tahun 2002. Dari Presiden Rusia Vladimir
Putin, Karimov juga mendapat pujian, karena telah berhasil mencegah militan Afganistan
melintasi Uzbekistan untuk memperkuat gerilyawan Chechnya.
Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan (2003), Craig Murray, pernah melaporkan tentang
praktik penyiksaan terhadap tahanan Islam militan di penjara-penjara Uzbekistan. Tetapi,
laporan itu ditanggapi dingin oleh London.

Sekarang, dunia internasional telah menyaksikan kekejaman rezim Islam Karimov.


Hampir seribu nyawa melayang akibat tembakan pasukan militer. Ribuan lagi mendekam
di ruang-ruang penjara. Peristiwa tragis ini seharusnya mendorong perubahan kekuasaan,
seperti terjadi di bekas-bekas negara Soviet lainnya (Georgia, Ukraina, dan Kirgiztan).
Kekuasan tirani tumbang akibat tindakan mereka menyakiti rakyat.

Namun bagi Uzbekistan tampaknya tak akan berpengaruh. Dukungan AS dan Rusia
kepada Islam Karimov cukup kuat. Sehingga rakyat Uzbekistan -- mayoritas Muslim --
harus tetap bertahan di bawah kezaliman penguasa. Sejak zaman komunis Lenin dan
Stalin, hingga zaman kemerdekaan di bawah Islam Karimov, rakyat Uzbekistan tak
pernah mengalami perubahan apa-apa. Di bidang ekonomi tak ada kemajuan, walaupun
Lembah Fergana dan Kota Andijan merupakan pusat penghasil kapas terbaik dan terbesar
di dunia, dan kota-kota lain menjadi pusat tujuan wisata dunia. Sistem pemerintahan pun
tak berubah. Tetap otoriter dan tirani.

Rezim komunisme Uni Soviet memang bisa tumbang di Moskow, tetapi tidak di
Uzbekistan. (H. Usep Romli H.M. Penulis pernah bertugas jurnalistik ke Asia Tengah
Agustus 2000)***

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/22/09.htm

Mayapada Prana] PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA)


si Brewok
Thu, 23 Mar 2006 19:24:07 -0800

11 PEBRUARI 2006 - PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA)


Perkawinan Beda Agama (PBA) – 11 Pebruari 2006

Bagi Ustadz Zainun Kamal, hanya ada satu agama yang ada sejak umat
manusia dilahirkan seperti yang tertulis di Al-quran :
Innaddiina 'inda Allah Il Islam. Kata addiin berarti singular, bukan
majemuk (addiian). Istilah Nabi sendiri adalah menganggap dirinya
sendiri sebagai satu batu yang masih tersisa dalam satu bangunan
utuh yang tersusun oleh Nabi-Nabi sebelum dirinya. Dan kata Islam
adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti pasrah. Jadi
siapapun yang sudah mempasrahkan dirinya pada Yang Maha Mutlak, maka
orang itu otomatis sudah beragama "Islam." Maka dalam kehidupan
beragama sudah semestinya tidak ada yang perlu dipertentangkan
kecuali bagi yang membawa 'vested-interest' pribadi maupun kelompok
tertentu.

Demikian sedikit uraian Ustadz Zainun Kamal dari Paramadina, yang


menjadi pembicara pertama dalam Diskusi Bulanan NIM pertama di tahun
2006 ini, yang bertema : "Perkawinan Beda Agama." Selain itu, Mas
Ahmad Nurcholish yang aktif di Lembaga Inter-Faith seperti
Indonesian Conference On Religion and Peace (ICRP) juga berkenan
membagi pengalamannya dalam melakukan sebuah "eksperimentasi" yang
ingin beliau buktikan sendiri dengan menikah beda agama bersama sang
istri tercinta, Ang Mei Yong, yang beragama Konghucu. Diskusi ini
sendiri berlangsung di One Earth, Ciawi pada hari Sabtu, 11 Pebruari
2006, pukul 16:00 WIB.

Dua pilar agama yang harus dipunyai seorang beragama, menurut Bapak
Zainun Kamal, adalah (1) Percaya Kepada Tuhan, dan (2) Percaya Pada
Hari Akhir. Ke-2 pilar ini akan berimplikasi pada kemanusiaan. Jadi
agama yang tidak membawa manusia pada kemanusiaan--nya bukanlah
agama. Dan tidak ada alasan bagi agama untuk saling bertentangan
satu sama lain termasuk mempertentangkan Perkawinan Beda Agama (PBA).

Menurut beliau, tidak ada satu ayat dalam Al-Quran pun yang melarang
PBA, kecuali perkawinan seorang muslim dengan seorang musyrik
seperti tertera dalam surat Al-Baqarah 221. Musyrik di sini
semestinya tidak diartikan sebagai seorang yang beragama formal non-
muslim, melainkan orang yang tidak percaya pada seorang nabi manapun
ataupun kitab suci manapun.

Bahkan anak Nabi sendiri yang berasal dari istri Siti Khadijjah,
yaitu : Zaenab menikah dengan seorang non-muslim, serta ikut
berperang melawan Nabi. Permusuhan dan kebencian dari kaum yang
memerangi dan melawan terhadap Nabi secara terus menerus ini, yang
membuat adanya larangan menikah dengan orang-orang dari kaum Musyrik
pada saat itu. Sahabat Nabi seperti Utsman bin Affan pun menikahi
wanita Nasrani pada zaman Nabi.

Ketika ditanya oleh Malfiro, seorang aktivis NU, tentang Al-Quran


hanya memperbolehkan seorang laki-laki muslim untuk menikah dengan
wanita (dari golongan) ahli kitab, Bapak Zainun Kamal menegaskan
kembali bahwa surat Al-Maidah ayat 5 itu secara eksplisit tidak
melarang PBA. Penafsiran dan pemahaman oleh para ulama sendiri lah
yang mengarahkan seakan-akan surat itu melarang PBA dalam ke-islam-
an. Padahal tidak demikian pengertiannya.

Karena prinsip ini, Bapak Zainun Kamal mengakui telah di'cekal'


untuk berbicara dan berkhotbah di lebih dari 20-an mesjid di
Indonesia. Tapi beliau tidak henti-henti-nya memfasilitasi orang-
orang muslim yang ingin melakukan PBA karena beliau yakin bahwa
tidak ada satu pun ayat baik di Al-quran maupun Hadits yang melarang
PBA.

Memang di tiap negara, peraturan islam mengenai PBA ini berbeda-


beda. Di Indonesia sendiri, peraturan PBA cenderung merujuk pada
peraturan yang ada di negara Arab Saudi. Apalagi bila PBA ini
dikaitkan dengan UU negara (UU Perkawinan No. 1/1974), maka
masalahnya bisa lebih repot lagi. Makanya beliau dan teman-teman
sudah dari dulu berusaha untuk mendesak Pemerintah maupun DPR untuk
merevisi maupun mengganti UU Perkawinan itu.

Mengaku sebagai orang yang tidak mau melakukan sesuatu, yang beliau
istilahkan sebagai 'masturbasi intelektual,' Mas Ahmad Nurcholish
selalu berusaha melakukan 'penetrasi intelektual' dalam setiap
tindakan dalam kehidupan ini. Makanya beliau, yang muslim, melakukan
eksperimentasi PBA dengan istrinya-seorang penganut Kong Hu Cu,
sdri. Ang Mei Yong, yang juga hadir pada diskusi kali ini.

Menurut Mas Ahmad, yang pernah belajar di pesantren Al-Faqih ini,


perbedaan memang selalu akan memunculkan masalah, tapi dengan
pengelolahan yang baik, maka perbedaan-perbedaan itu akan bersinergi
menjadi keindahan. Dari pengalaman dalam berumah tangga beda agama
ini, justru permasalahan utama yang ditemuinya bukan dari perbedaan
agama tapi dari sudut pandang pada hal-hal yang mana bersifat
supernatural dan rasionalitas.

Masalah lain adalah masalah administrasi dengan negara. Kolom agama


di KTP misalnya belum mengakomodir agama Khong Hu Cu sehingga
istrinya pun masih harus beragama Buddha. Dan ketika perkawinan
membuahkan anak, Kartu Keluarga pun memerlukan ke-agama-an anak-nya
untuk dicatat. Maka dicatatlah agama anaknya sebagai Kristen dengan
pertimbangan bahwa nantinya sang anak akan bertanya kenapa agamanya
beda dengan agama ke-2 orang tuanya. Pada saat inilah, Mas Ahmad
berniat meluruskan apa yang terjadi dengan "sejarah perbedaan agama"
di Indonesia ini kepada anaknya dan membiarkan anaknya memilih agama
yang dia kehendaki sendiri.

PBA yang dilakukan Mas Ahmad di tahun 2003 lalu juga membuat dirinya
mengundurkan diri dari kepengurusan Youth Islamic Study Club (YISC)
Al-Azhar. Hal ini mendorong dirinya meneliti kesulitan-kesulitan
yang ditemui PBA di Indonesia. Hasil penelitiannya akan dibukukan
dalam waktu dekat ini. Tapi masalah utamanya adalah bahwa tidak
adanya regulasi pemerintah yang memfasilitasi PBA.

PP No. 1/1965 pernah mencantumkan Konghucu sebagai salah satu agama


resmi di Indonesia, tapi dalam pelaksanaannya yang dituangkan dalam
SK Menteri, pemerintah tidak mencantumkan Konghucu sebagai salah
satu agama resmi. Makanya amat sulit bagi sesama pemeluk agama ini
untuk mencantumkan perkawinan mereka pada Kantor Catatan Sipil (KCS)
karena salah satu syarat untuk mencatatkan perkawinan adalah akta
perkawinan dari lembaga agama resmi yang diakui pemerintah.

Dalam kata sambutan, Bapak Anand Krishna mengutip tulisan Shaikh


Muh. Iqbal dari Hindustan : "Kita butuh ulama-ulama yang inklabi
(bhs. Urdu) atau berjiwa pemberontak." Dan beliau mengharapkan lebih
banyak lagi ulama-ulama pemberani seperti Ustadz Zainun Kamal, yang
diharapkan dapat membongkar ketidakberesan dan menyusun kembali
ajaran-ajaran agama supaya berguna untuk memudahkan umat dalam
mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Beliau pun mengutip beberapa kutipan Moh. Iqbal, Abdul Kamal Hasan
dan seorang Raja pertama dari Dinasti Mogul di India dari buku yang
sedang beliau baca, yaitu : Indian Moeslem : What's wrong with us?.

Beliau juga kembali mengingatkan bahwa setiap ajaran agama yang


masuk ke dalam masyarakat, maka ajaran agama itu sebaiknya
mengapresiasi dan mengakomodir tradisi dan budaya lokal, seperti
Nabi yang sangat mengapresiasi tradisi budaya lokal Arab waktu itu.
Arab pun tidak berarti hanya Arab Saudi, tapi juga Lebanon, Syria,
Palestina, Yordania.

Web Source :
http://www.nationalintegrationmovement.org/
Quotes :
"Religion is a set of social and political institutions and
spirituality is a
private pursuit which may or may not take place in a church setting."
- D. Patrick Miller -

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:


http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:


[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:


http://asia.docs.yahoo.com/info/terms

http://www.mail-archive.com/mayapadaprana@yahoogroups.com/msg02271.html

TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN


Persepsi dan Salah Persepsi
oleh William Montgomery Watt
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

Kolonialisme Islam

Ketika nabi Muhammad SAW wafat di tahun 632 Masehi, negara Islam sedang berada
pada bentuk embrionik, bersamaan dengan suku-suku yang bersekutu satu sama lain
mengontrol sebagian besar Arabia. Di bawah khalifah kedua, Umar ibn Khaththab (634-
644 Masehi) ekspansi fenomenal telah dimulai dan terus berjalan sampai kira-kira seratus
tahun lamanya. Sejak zaman itu, umat Islam telah menguasai Spanyol dan seluruh Afrika
Utara dari Marokko sampai Mesir di bagian barat. Sementara di wilayah utara, umat
Islam mampu menduduki Syria dan Damascus yang menjadi ibu kota dinasti Bani
Umayah (661-750 Masehi). Akan tetapi umat Islam tidak mampu berkuasa secara
permanen di Asia Kecil yang memberi kesempatan kepada kekaisaran Byzantine untuk
makin memperkuat dirinya. Ke timur, kekaisaran Sassanid (Persia) segera jatuh, umat
Islam kemudian menaklukkan Iraq dan Iran sampai ke Asia Tengah (Bukhara dan
Samarkand dan Punjab). Peristiwa ini merupakan masa perluasan kerajaan Islam selama
satu atau dua dekade terakhir Bani Umayah, dan setelah peristiwa ini ekspansi Bani
Umayah hanya bersifat sporadik.

Bagian ini dengan topik "Kolonialisme Islam", sebab di paruh abad terakhir para apologis
muslim telah melakukan tuduhan salah terhadap apa yang mereka sebut sebagai
kolonialisme Eropa, yang diduga telah hampir menjadi musuh terhadap Islam tanpa
kecuali. Jadi yang penting adalah untuk mengingatkan umat Islam bahwa waktu-waktu di
dalam sejarah masa lampau ketika umat Islam menjadi kekuatan imperial atau kolonialis
yang agresif. Sebagian apologis modern mencoba mempertahankan pandangan bahwa
ekspansi Islam itu bukan kolonialis atau penjajahan. Mengapa demikian, karena tujuan
utama umat Islam adalah untuk menyebarkan agama Islam pada masyarakat yang
bernasib malang yang berada di luar lingkungan Islam, jadi bukan untuk merebut wilayah
teritorial. (Suatu hal yang mengingatkan beban yang harus ditanggungkan orang "kulit
putih" dan membawa berkah keuntungan bagi Kristen dengan kebudayaan Eropa).
Kontensi golongan apologis ini tidak didukung oleh sumber-sumber bahasa Arab.
Kiranya jelas bahwa ekspedisi-ekspedisi militer yang membawa ekspansi teritorial di
bawah kekuasaan Islam secara mendasar telah sampai ke pencarian barang rampasan
perang. Pandangan ini akan dipahami secara lebih baik manakala kita kembali dan
mencatat apa yang terjadi selama masa hayat nabi Muhammad SAW

Bagian geografl yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari Hijrah
beliau ke Madinah pada tahun 622 Masehi hingga wafat beliau di tahun 632 Masehi yang
disebut sebagai Kitab al-Maghazi. Al-Maghazi, terkadang dinamai ekspedisi militer,
namun istilah yang lebih tepat adalah peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin
oleh nabi SAW dengan orang-orang non-Muslim, yang pada asalnya berarti razzia. Kata
ini merupakan bentukan kata Arab lain yang sudah dieropakan, berasal dari akar kata
yang sama dan dengan pengertian yang sama pula. Ekspedisi Maghazi ini merupakan
aktifitas reguler suku-suku Arab nomadik. Kegiatan reguler ini menciptakan serangan
tiba-tiba untuk mengisolasi sekelompok manusia penggembala unta di padang rumput
atau penggembala binatang-binatang ternak yang lain dari suku (maupun kabilah) musuh,
kemudian menghalau binatang-binatang ternak tersebut sebagai barang rampasan perang.
Apabila kekuatan penyerangan itu jauh lebih luas, maka tidak ada rasa malu bagi
sekumpulan manusia itu untuk tunggang langgang melarikan diri. Kebanyakan dalam
peristiwa perang ini, tidak ada yang lolos tetap hidup, dan lalu razzia itu hampir
merupakan suatu bentuk olah raga menunggang kuda atau unta bagi masyarakat badwi.
Sebagaimana suku-suku yang lebih nomadik ini, lalu bersekutu dengan Muhammad
SAW. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau tidak memperkenankan suku-
suku sekutu itu untuk saling berseteru satu sama lainnya, dan karenanya harus ada jalan
keluar bagi energi-energi yang mereka gunakan untuk razzia ini. Jadi di dekat tahun-
tahun kenabiannya, Muhammad mengorganisir apa yang dapat disebut memenangkan
razzia-razzia sepanjang rute-rute perjalanan dagang ke Syria dan Iraq. [1]
Kesinambungan kebijakan ini berlangsung di bawah khalifah Umar ibn Khaththab yang
memimpin pertempuran yang terjadi antara tentara muslim dan tentara Byzantine atau
tentara Sassanian, dimana umat Islam hampir selalu mengalami kemenangan.
Suku-suku Badwi yang berpindah-pindah dan yang tinggal menetap, menderita karena
serangan-serangan umat Islam yang sehingga mereka menghindarkan diri dari serbuan
perang yang dilakukan oleh umat Islam agar tidak menyerah kepada negara Islam. Bagi
kelompok-kelompok Yahudi dan Kristen, penyerahan diri kepada negara Islam ini
memberi arti mengakui status minoritas yang dilindungi. Sementara bagi kelompok-
kelompok yang lain, penyerahan kepada negara Islam ini memberi arti dapat menjadi
bentuk aliansi yang berjalan bersamaan dengan pengakuan kepada Islam. Kelompok yang
lebih banyak ini tergabung ke dalam negara Islam pada satu bentuk atau pada bentuk
yang lain, yang diperlukan bagi ekspedisi-ekspedisi penyerangan yang menyimpang pada
pencarian rampasan perang. Paling tidak, agaknya ada satu ekspedisi yang hampir terjadi
setiap tahun di musim perdagangan berkafilah itu, namun benar-benar mustahil untuk
kembali ke Madinah setelah kafilah dagang itu. Tentang di luar musim perdagangan,
kamp kota-kota dibangun di tempat-tempat seperti Kairuwan di Tunisia dan Basrah di
Iraq selatan, dan merupakan tempat kembalinya para pahlawan setelah musim
perdagangan. Ekspedisi tahun 732 Masehi ke Perancis, dimana umat Islam menderita
kekalahan di Tours (dalam bahasa Perancis lebih dikenal sebagai Poitiers). Ekspedisi
tahun 732 Masehi ini memang ekspedisi peperangan dan hasilnya bahwa umat Islam
tidak lama menderita kekalahan.

Administrasi negara yang begitu cepat didapatkan agaknya dipermudah oleh sistem
golongan minoritas yang dilindungi itu, yang segera akan dijelaskan. Kelompok-
kelompok Yahudi, Kristen, Zoroaster, dan bahkan kelompok-kelompok yang beragama
Hindu dapat menjadi golongan minoritas yang dilindungi (yang pada masa kerajaan
Ottoman terkemudian disebut "millet") dengan standar otonomi di bawah kepemimpinan
agamanya masing-masing (rabbi, patriarch, dan lain-lain). Pemimpin agama
mendapatkan otonomi dengan urusan-urusan internal agama yang dianut oleh masing-
masing kelompok itu menurut undang-undangnya sendiri. Mereka membayar pajak
kepada gubernur di propinsinya, namun tidak bersifat eksesif. Tentang keseluruhan rejim
jajahan Islam, berlaku amat fair terhadap kelompok-kelompok minoritasnya dan negara
tidak menekan penduduk. Yang terjadi paling buruk adalah peristiwa rakyat semesta di
masa krisis yang dapat dibuang dan menyerang golongan minoritas, namun peristiwa ini
boleh dibilang jarang terjadi jika bukan dikatakan tidak pernah terjadi sama sekali.
Walaupun demikian, sebaliknya anggota golongan-golongan minoritas selalu merasa
bahwa mereka adalah warga negara kelas dua. Bahkan, apabila seorang lelaki muslim
dapat menikahi wanita dari golongan minoritas, namun seorang lelaki non-muslim dari
golongan minoritas tidak boleh mengawini wanita muslimah.

Ada hal yang tepat untuk menjelaskan kondisi umat Kristen di Afrika Utara. Di bawah
kekaisaran Romawi sampai sekitar abad ke lima Masehi, terjadi lonjakan populasi
penduduk yang beragama Kristen di propinsi-propinsi sepanjang pantai selatan
Mediteranian. Mungkin kebanyakan umat Kristen didapatkan di kota-kota kecil Romawi
dekat pantai itu dan sedikit umat Kristen berikutnya yang berada di daerah pedalaman.
Sungguhpun demikian, terkesan bahwa sejak masa kemajuan Arab di paruh kedua abad
ketujuh hanya sedikit umat Kristen yang masih tersisa. Sampai pertengahan abad ke lima,
terjadi invasi Vandal dan bangsa Vandal ini adalah orang-orang yang beragama Kristen
mazhab Aria yang bid'ah itu. Mereka membunuh orang-orang yang bukan dari suku
bangsa Aria setelah kekalahan bangsa Vandal oleh seorang jenderal Byzantine pada tahun
534 Masehi, karena terjadi serbuan-serbuan oleh suku-suku pagan dari daerah pedalaman.
Semua peristiwa penyerangan yang terjadi ini tentu saja mengurangi jumlah umat
Kristen, karena berbeda dengan hilangnya kehidupan yang aktual, agaknya banyak orang
Kristen yang melarikan diri ke Italia ataupun ke Spanyol. Ada catatan tentang komunitas-
komunitas kecil umat Kristen sampai abad ke enam belas, namun catatan-catatan mereka
itu begitu kecil signifikansinya karena mereka tidak memainkan peranan pada titik temu
Islam-Kristen.

Integrasi kerajaan Islam tidak terpelihara dengan baik setelah jatuhnya dinasti Bani
Umayah pada tahun 750 Masehi. Dinasti Bani Abbasiah menggantikan dinasti Bani
Umayah yang telah jatuh itu. Ibu kota dinasti Bani Abbasiah ini pindah ke kota Baghdad
dan tidak pernah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Spanyol. Kira-kira satu
setengah abad lamanya, dinasti Bani Abasiahpun makin kehilangan kontrolnya terhadap
propinsi-propinsinya. Gubernur-gubernur yang memimpin propinsi-propinsinya yang
kuat, dengan dukungan serdadu-serdadunya yang tangguh menuntut agar anak-anak
mereka akan dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai gubemur, lalu khalifah-
khalifah terdorong untuk harus mengangkat mereka sebagai gubemur yang menggantikan
ayahnya untuk masa jabatan berikutnya. Pada tahun 945 Masehi, Iraq dan Baghdad harus
menyerah kalah kepada kekuasaan seorang gubernur wilayah daerah. Dengan cara
demikian, kerajaan Islam yang berasal dari dinasti-dinasti yang gemar berperang itu
memperoleh legitimasi yang secara nominal diangkat oleh khalifah pada hari itu juga.
Namun demikian, perolehan kekuasaan ini juga dapat menentukan wilayah kekuasaannya
dengan memerangi pimpinan-pimpinan perang yang lain. Akibatnya, para khalifah yang
berkuasa itu tidak lain kecuali sebuah simbol kehormatan dan tanggung jawab, yang
karenanya para khalifah ini tidak dapat memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang
lebih lama. Keadaan ini terus berlangsung dan baru dapat berakhir sampai penaklukan
Baghdad oleh bangsa Mongol di tahun 1258 Masehi. Setelah itu tidak ada lagi
kekhalifahan yang dikenal secara umum, kecuali sekitar abad ke tujuh belas sultan-sultan
Ottoman menyatakan dirinya sebagai pewaris kekhalifahan Islam dimaksudkan itu.

Setelah peristiwa yang dapat disebut sebagai bermesraan dengan golongan Mu'tazilah
yang dianggap bid'ah itu pada awal abad ke sembilan belas. Sebaliknya khalifah-khalifah
dinasti Bani Abbasiah sejak tahun 848 Masehi menjadi penegak bangunan Ahli Sunnah
dalam Islam, sebagaimana aliran mazhab yang terakhir ini yang berlaku secara resmi
pada sultan- sultan Ottoman di kemudian hari. Pada tahun 909 Masehi, sebuah keluarga
menyatakan aliran Syi'ah Ismailiyah menguasai Tunisia dan pada tahun 969 Masehi
menaklukkan Mesir. Kerajaan ini dikenal dengan dinasti Fatimiah, dan kota Kairo
dijadikan ibu kota kerajaannya. Mereka tidak berkenalan dengan khalifa-khalifah
Abbasiah, namun malahan membangun propaganda untuk melawan dinasti Abbasiah.
Kekuasaan dinasti Fatimiah ini berlangsung sampai tahun 1171 Masehi, pada saat mereka
di Mesir digantikan oleh Saladin (Shalahuddin) dan dari keluarga al-Ayyubiah (yang lalu
dikenal dengan namanya Shalahuddin Al-Ayyubi) yang menganut faham Sunni itu.
Setelah jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 Masehi itu ada tiga kerajaan yang memainkan
peranan penting di dunia Islam. Tiga kerajaan Islam ini adalah Kerajaan Mogul (Mongol)
di India yang mencapai puncak kemajuannya pada tahun 1556 sampai 1707 Masehi;
kerajaan Safawid dan pengganti-penggantinya di Iran; dan terakhir adalah kerajaan
Ottoman di Timur Tengah (yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab yang akan datang).
Dikatakan pada kondisi demikian adalah karena keseluruhan perubahan-perubahan
politik yang terjadi itu merupakan struktur masyarakat Islam yang secara relatif masih
tetap stabil. Hal ini merupakan fakta yang dengan sendirinya mengembangkan
keunggulan sistem sosial yang dibangun atas dasar Syari'ah Islam. Sistem sosial ini
meliputi pengakuan terhadap masyarakat non muslim sebagai warga negara minoritas
yang dilindungi. Sungguh dengan demikian terjadi semacam kolonialisme Islam,
walaupun secara relatif merupakan bentuk kolonialisme yang tidak berbahaya dan bahkan
cenderung merupakan bentuk kolonialisme yang ramah dan baik hati.

TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN


Persepsi dan Salah Persepsi

William Montgomery Watt


Penerjemah: Zaimudin

Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta


Desain Sampul: Salimi Akhmad
Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta
Dicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta
Anggota IKAPI
Cetakan 1, 1996

ISBN 979-578-007 7
Harga Rp. 9.500,-
http://media.isnet.org/antar/Watt/KolonialismeIslam.html Monumen Cinta Sang
Raja
Berkunjung ke India tanpa datang ke Agra yang terletak di negara bagian Uttar
Pradesh di mana Taj Mahal berada rasanya tak lengkap. Itu sebabnya saya
menyempatkan diri pergi ke sana dengan menggunakan mobil sewaan saat
berkunjung ke New Delhi beberapa waktu lalu.

Jalan raya luar kota alias highway yang biasanya lumayan nyaman ternyata tak jauh
beda dengan jalan di dalam kota New Delhi. Perilaku para pengemudi membuat
orang jantungan. Bayangkan, di jalur kita ada traktor, skuter, atau gerobag
berlawanan arah, sementara kecepatan mobil 50 sampai 70 kilometer per jam.

Semrawutnya jalan membuat saya teringat saat pertama datang ke New Delhi dua
hari sebelumnya. Dengan sebuah Mercedes tua kami meninggalkan Bandara
Internasional Indira Gandhi menuju ke hotel. Suasana terasa begitu muram dan
dipenuhi asap knalpot membentuk kabut yang tampak jelas melalui sinar lampu
mobil tua yang kami tumpangi. Polusi sudah melampaui batas toleransi sehingga
warga kota seperti berebut napas di lahan terbatas. Kehebohan kota yang belum
tidur itu diramaikan pula dengan kegiatan pasar dan pedagang kaki lima di
sepanjang jalan. Lengkap dengan orang berteriak dan memaki beradu keras dengan
klakson dan deru mobil. Sementara di sebuah tikungan tampak serombongan lembu
menyeberang jalan dengan santainya. Ah...

Untungnya perjalanan menuju Agra masih menyuguhkan pemandangan yang cukup


menarik. Belum lagi truk dicat warna-warni yang lalu lalang di jalanan dan bus-bus
angkutan umum yang sarat penumpang, sampai ada penumpang yang duduk di
atap.

Setelah berjalan selama sekitar empat jam kami akhirnya sampai di Agra, kota yang
berada sekitar 204 kilometer sebelah selatan New Delhi dan pernah menjadi pusat
pemerintahan kerajaan Mogul. Daerah yang saya bayangkan cantik dan eksotik
ternyata tidak berbeda dengan kota lainnya: semrawut hingga tampaknya slogan
Green Agra, Clean Agrahanyalah olok olok belaka.

Kami kemudian menyusuri sungai Yamuna untuk melihat Benteng Agra yang juga
dikenal dengan nama Benteng Merah. Di dalamnya terdapat bangunan militer yang
didirikan pada 1565 oleh Raja Mogul ketiga yang bernama Akbar. Benteng ini
diperluas secara teratur sampai Syah Jahan, sang menantu memerintah. Pada
prinsipnya Benteng Agra adalah bangunan tentara, tetapi selama pemerintahan Syah
Jahan bangunan dengan tembok berwana merah sepanjang sekitar tiga kilometer ini
sebagian dipakai sebagai istana.

Benteng ini memiliki tembok ganda setinggi 20 meter dengan lingkar keseluruhan
sekitar 2,5 kilometer dan dikelilingi parit. Di tempat ini dibangun menara-menara
megah, kubu-kubu pertahanan dan pintu-pintu gerbang yang tampak sangat anggun
sebagai simbol kekuasaan pemerintahan ketiga Dinasti Mogul. Oleh para penerusnya
di dalam benteng ini juga didirikan beberapa istana dari bata merah dan marmer.

Kami memulai kunjungan ke benteng lewat Gerbang Amar Singh, satu-satunya pintu
masuk yang diperuntukkan untuk turis, kemudian menuju bagian timur benteng di
mana Diwan-i-Am (Balairung Umum), Balairung pribadi Diwan-i-Khas yang indah itu
dan Masjid Moti (Masjid Mutiara) yang juga ditambahkan oleh Shah Jahan berada.

Diwan-I-Khas yang dibangun oleh Shah Jahan pada 1636 -1637 berfungsi sebagai
bangsal untuk menerima tamu-tamu resmi dan utusan negara lain. Di bagian
terasnya terdapat dua singgasana marmer, dan di bagian bawah lantai teras terdapat
Machchi Bhawan yang berfungsi sebagai ruangan harem. Sementara untuk tamu-
tamu umum Sang Raja menerimanya di Diwan-I-Aam di mana Singgasana Merak
yang terkenal itu berada.

Di sebelah selatan Benteng, tapi di sisi lain sungai Yamuna terdapat makam menteri
utama kerajaan Mogul di bawah pemerintahan Raja Jehanhir Itimad-ud-Daulah yang
memiliki nama asli Mirzah Ghyas Beg.

Musoleum Itimad-ud-Daulah didirikan oleh Mehr-un-Nissa yang kemudian dikenal


dengan nama Nur Mahal (Cahaya Istana) atau Nur Jahan (Cahaya Dunia) sebagai
tanda cinta pada ayahnya, Mirzah Ghyas Beg, antara 1622 sampai 1628. Di
kemudian hari Nur Jahan yang merupakan salah satu istri dari Maharaja Jehanhir
membangun musoleum yang sama untuk suaminya di Lahore.

Makam yang dibangun empat tahun sebelum pembangunan Taj Mahal yang terkenal
itu secara sepintas mirip sekali musoleum yang dibangun Maharaja Shah Jahan
untuk istrinya Mumtaz Mahal yang tak lain adalah keponakan dari Nur Jahan. Ini
karena makam Itimad-ud-daulah yang dibuat ala kotak perhiasan dan diletakkan di
tengah sebuah taman dan seluruhnya terbuat dari marmerlah yang menjadi inspirasi
Taj Mahal.
Setelah selesai mengunjungi monumen cinta seorang anak terhadap ayahnya, hari
telah gelap dan kami tidak mungkin lagi melihat-lihat lebih jauh dan memilih Youth
Hotel di Agra. Terus terang sebenarnya kami tidak punya banyak pilihan, yang
penting bisa meluruskan punggung dan menghilangkan penat setelah seharian
berjalan. Andai saja waktu itu bulan purnama, tentu saya akan memaksakan diri
berjalan untuk menyaksikan kemolekan Taj Mahal di bawah sinar bulan.

Ketika fajar tiba dan pagi pecah tampak terang dan bersih kami segera bergegas
mengunjungi Taj Mahal yang di pagi hari yang cerah itu tampak sedang bercermin di
kolam yang ada di hadapannya.

Setelah membayar beberapa rupee kami kemudian berjalan melewati bangunan dari
batu merah yang indah yang bergaya arsitektur mirip Taj Mahal. Demi menjaga hal
yang tak diinginkan, penjagaan di tempat ini dilakukan dengan ketat. Para turis
digeledah dan diharuskan melewati metal detektor.

Selama berabad-abad, Taj Mahal yang dibangun Maharaja Kelima Dinasti Mogul Shah
Jahan sebagai tanda cintanya pada sang istri Mumtaz Mahal yang meninggal pada
1631 berdiri dengan kokoh seabadi cinta mereka berdua.
http://www.korantempo.com/news/2003/4/6/Perjalanan/54.html
Ribuan tahun sebelum Masehi (sekitar 3500 SM.) di wilayah Irak telah berdiri beberapa
pemerintahan besar yang membangun peradaban dunia paling awal, seperti Sumeria,
Akkad, Assyria, dan Babylonia. Peradaban dunia paling awal berkembang di daerah Irak
sekarang khususnya di lembah Sungai Tigris.

Tahun 539 SM. wilayah ini dikuasai pemerintahan Persia. Tahun 331 SM, Iskandar
Agung (Iskandar Zulkarnain) mengusir bangsa Persia dan pemerintahan Yunani berkuasa
di wilayah ini. Orang Yunani menyebutnya Mesopotamia. Tahun 115 wilayah itu menjadi
bagian dari Kekaisaran Roma selama 500 tahun. Kemudian sebagian daerahnya dikuasai
Persia; daerah lain tetap dikuasai Roma hingga datangnya Islam. Wilayah Irak
ditaklukkan tentara Arab Islam tahun 633-637, dengan membawa bahasa Arab dan ajaran
Islam ke wilayah itu.

Penaklukan itu berlangsung dalam tiga tahap: Tahap pertama berlangsung pada masa
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Tentara Islam di bawah pimpinan Musanna bin Harisah
menaklukkan bagian barat Sungai Eufrat. Kesuksesan ini mendorong Abu Bakar
mengirim tentara yang lebih besar di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Ia menyerang
dari utara dan menguasai kota Hirah. Di sini ia bertemu dengan tentara Persia. Kemudian
ia menguasai pelabuhan al-Ubullah di Teluk Arab.Tahap kedua berlangsung pada masa
Khalifah Umar bin Khattab. Serangan diarahkan ke utara Baghdad, yang disebut Ard as-
Sawad. Di sini pemerintahan Persia membangun pusat pemerintahan di kota Madain.

Pertempuran berlangsung beberapa tahun dan melibatkan banyak panglima tentara Islam
terbaik, antara lain Musanna bin Harisah, Abu Ubaidah bin Umar as-Saqafi, Jarir bin
Abdullah dan Sa'd bin Abi Waqqas. Panglima tersebut terakhir, yang disebut juga
Penakluk Ard as-Sawad, adalah yang paling sukses dan paling luas taklukannya. Ia
didampingi oleh panglima-panglima lain, seperti Mughirah bin Syu'bah, Qais bin Habirah
dan Tulaihah bin Khuwailid. Ia menghadapi tiga pertempuran penting, yaitu pertempuran
Qadisiyyah, Madain dan Jalula. Ia berhasil menaklukkan seluruh daerah Ard as-Sawad,
termasuk daerah yang sekarang disebut Basra. Penaklukan kemudian dilanjutkan oleh
Syuraih bin Amir dan Utbah bin Gazwan atas suku-suku Arab yang bekerjasama dengan
bangsa Persia di utara Irak.Tahap ketiga juga pada masa Khalifah Umar. Tentara Islam
dipimpin oleh Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai bangsa
Romawi, yang disebut Ard al-Jazirah. tempat pertempuran antara tentara Persia dan
Romawi.

Tentara Islam dapat menguasai kota-kota penting, seperti ar-Raqqah, Harran dan ar-Ruha.
Kota-kota ini dijadikan markas tentara Islam, yang kemudian mengadakan serangan ke
Armenia dan sekitarnya. Penyebaran ajaran Islam dipusatkan di kota kembar Basra dan
Kufah yang dibangun pada masa Khalifah Umar. Khalifah mengirim Abu Musa al-
Asy'ari ke Basra dan Abdullah bin Mas'ud (Ibnu Mas'ud) ke Kufah. Ulama-ulama dari
Madinah berdatangan ke kedua kota ini. Demikian juga ke kota Mosul yang terletak di
jalur perdagangan antara timur dan barat. Walaupun Khalifah Umar menerapkan
kebebasan beragama kepada penduduk Irak, bahasa Arab dan Islam cepat diterima
penduduk, sehingga penganut Islam menjadi mayoritas.

Pada akhir masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, di kota Basra dan Kufah
timbul gerakan oposisi. Kelompok-kelompok umat Islam dari kedua kota itu datang
memberontak ke Madinah dan membunuh Khalifah Usman. Pada masa Khalifah Ali bin
Abi Thalib, pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kufah. Pada masa Dinasti Umayyah,
Basra dan Kufah menjadi pusat gerakan oposisi Bani Hsyimiyah, Abbasiyah, Syiah dan
Khawarij. Setelah Dinasti Umayyah jatuh dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah,
wilayah Irak berada di bawah kekuasaan pemerintahan dinasti ini tahun 133-656 H./750-
1258 M. Pusat pemerintahan di Baghdad, kota yang dibangun oleh Abu Ja'far al-Mansur
khalifah kedua, tahun 145 H./762 M.

Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Irak khususnya Baghdad, menjadi pusat


kegiatan politik, ekonomi, perdagangan, peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Islam
timur. Puncak kejayaan dinasti ini dicapai pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar-
Rasyid (786-809) dan Khalifah al-Makmun (813-833). Dalam kurun waktu tersebut
dinasti itu mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi, berbagai cabang ilmu
pengetahuan, konstruksi dan teknologi, kesenian, sastra dan politik yang stabil di wilayah
kekuasaan yang luas. Setelah kurun waktu tersebut, dinasti itu mengalami disintegrasi
politik, sehingga melahirkan pemerintahan-pemerintahan kecil. Kemajuan di bidang
ekonomi dan perdagangan membawa dampak kepada kemajuan ilmu pengetahuan,
filsafat dan kebudayaan Islam. Disamping dana tersedia, pengembangan bidang ini juga
didorong pemerintah dengan menyediakan berbagai fasilitas dan memberikan kebebasan
intelektual. Pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan dengan beberapa cara: Pertama,
dilakukan penerjemahan buku-buku Yunani, Persia, Suriah, India dan Koptik ke dalam
bahasa Arab. Ribuan buku diambil dari perpustakaan-perpustakaan lama, dibawa ke Irak
untuk diterjemahkan dan perpustakaan-perpustakaan baru didirikan. Gerakan
penerjemahan ini berlangsung tahun 750-850.Kedua, karya-karya yang diterjemahkan itu
kemudian diberi komentar oleh para sarjana Islam.

Teori-teori yang ada diberi penjelasan dan disesuaikan dengan Islam. Melalui renungan,
pengamatan, penelitian dan eksperimen, mereka dapat melahirkan teori-teori dan konsep-
konsep baru. Dari kegiatan ini mereka menghasilkan ribuan karya tulis dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan. Ketiga, didirikan lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat
dasar sampai tingkat tinggi, seperti Baitul Hikmah, Majelis al-Manazarah dan Madrasah
Nizamiyah. Masjid-masjid, istana dan rumah para sarjana difungsikan sebagai tempat-
tempat belajar. Baghdad, Basra, Kufah dan Mosul menjadi pusat pengembangan berbagai
cabang ilmu pengetahuan, seperti tafsir, hadits, fiqh, bahasa, sejarah, filsafat, ilmu alam,
ilmu pasti, matematika, astronomi, kedokteran, ilmu kalam, musik dan sastra. Seni ukir,
seni lukis dan arsitektur Islam tampak dalam bangunan-bangunan masjid-masjid di
Baghdad, Basra dan Kufah; juga pada istana di Baghdad dan Samarra. Keempat kota ini
melahirkan ulama dan tokoh pemikir serta ribuan lulusan, yang kemudian menyebar ke
berbagai negeri Islam dan mengembangkan ilmu pengetahuan di negeri masing-masing.

Karena itu selama Dinasti Abbasiyah berkuasa di Irak, perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam merata di berbagai kota penting di luar Irak. Kejayaan Dinasti
Abbasiyah di Irak berakhir setelah Baghdad dihancurkan Hulagu Khan dari Mogul tahun
1258. Tahun 1401 Irak dikuasai kembali oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur
Lenk; tahun 1508 dikuasai oleh Persia di bawah pimpinan Isma'il Safawi; tahun 1683
dikuasai oleh Turki Usmani. Dalam Perang Dunia I, Inggris membebaskan Irak dari Turki
Usmani. Inggris membantu mendirikan industri petroleum di Baghdad dan membangun
pelabuhan modern di Basra. Tahun 1920 Liga Bangsa-Bangsa memberi mandat atas Irak
kepada Inggris.

Tahun 1921 Inggris membantu para pemimpin Irak membentuk pemerintahan. Faisal I
(Faisal bin Husein bin Ali) dari Mekkah menjadi raja pertama. Tahun 1932 Liga
mengakhiri mandat Inggris atas Irak dan mengakuinya sebagai negara merdeka. Raja
Faisal terbunuh tahun 1933 dan digantikan anaknya, Ghazi. Akibat kecelakaan yang
menewaskan Ghazi, ia kemudian digantikan anaknya yang baru berusia 3 tahun, Faisal II;
pamannya Pangeran Abdullah bertindak sebagai pelaksana pemerintahan. Tahun 1953
Faisal II mengambil kekuasaan penuh.

Tahun 1958 kelompok militer mengambil-alih kekuasaan dan menyatakan Irak sebagai
negara republik (14 Juli 1958). Sejak 1979 Saddam Husein seorang pimpinan Partai
Ba'ath, menjadi presiden Irak dan membawa negara itu terjerumus dalam dua perang:
1980-l990 melawan Iran, karena masalah perbatasan; Januari 1991 melawan Sekutu di
bawah pimpinan Amerika Serikat, karena Irak menganeksasi Kuwait dan menjadikannya
propinsi ke-19. Di samping anggota PBB, Liga Arab, OPEC, Irak juga adalah anggota
Organisasi Konferensi Islam.

sumber: pesantrenonline.com
http://www.djpkpd.go.id/enug/artikel.php?id=33
Satu Negeri, Dua Peradaban
BERITA LAIN
Ia adalah sebuah dataran tua di Asia Tengah yang hidup dengan banyak legenda dan sastra. • Penggali Pasir
Jika namanya disebut, benak kita segera dibawa pada padang pasir tanpa batas dengan deretan Tertimbun
karavan unta, menara-menara anggun, madrasah-madrasah dan makam berarsitektur oriental, Longsoran Eks
lembar-lembar sutra cantik, sulaman emas kelas dunia, dan pemandangan budaya Islam di abad Galian C
pertengahan nan eksotik. Itulah Uzbekistan.
• `Bulog Benarkan
Sebuah negeri yang terkenal dengan jalur sutera yang menghubungkan benua Eropa dan Asia Semua
melalui Cina sejak dulu. Uzbekistan berbatasan dengan Kazakhstan di sebelah Utara, Mekanisme
Kyrgystan di sebelah Timur, Tajikistan di sebelah Timur Laut, serta Turkmenistan dan OPM`
Afghanistan di sebelah selatan. Keadaan alamnya terdiri dari dua pertiga padang pasir dan semi
padang pasir serta selebihnya terdiri dari pegunungan, lembah dan dataran dengan. • `Pemerintah
dan
Warga Harus
Negeri berluas wilayah 447.400 kilometer persegi ini memiliki dua musim cuaca dengan Duduk Bersama
perbedaan ekstrem khas iklim kontinental. Musim panasnya lebih panjang dan jarang hujan. Bahas PLTS`
Temperatur rata-rata pada bulan Juli mencapai 32 derajat Celcius, bahkan di siang hari dapat
mencapai 40 derajat Celcius. Uzbekistan memiliki musim dingin yang pendek dengan hujan • Aset
Pemprov Rp
salju yang sedikit pula. 28 T Terlantar

• Babel Tergunting
Uzbekistan adalah juga bangsa multikultur, antara lain terdiri dari bangsa Uzbek, Rusia, Tajik,
di Cina
Kazakhs, dan Tatar. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Uzbek yang serumpun
dengan bahasa Turki. Namun, sebagian masyarakatnya berbicara pula dalam bahasa Rusia, • Miller
Siapkan
sebagai bukti peninggalan zaman Uni Soviet. Penduduk Uzbekistan mayoritas memeluk Islam Mad Max 4
Sunny (Hanafi), selain itu juga terdapat pemeluk Kristen Orthodoks, Yahudi, bahkan atheis.
• EvaLongoria
Pengaruh Islam mulai masuk ke Uzbekistan pada abad ke-8 dan meninggalkan kebudayaan Rindu Bermain di
Islam, seperti cabang ilmu pengetahuan, agama, dan arsitektur. Beberapa kota terkenal sebagai Kali
kota-kota peradaban Islam. Seperti Samarkand yang merupakan pusat Kekaisaran Timur Leng
(Dinasti Ikhan) dan Ulugbek. Makam Imam Bukhari, pentafsir hadist Nabi Muhammad SAW, • Curhat
Bareng
pun berada di Samarkand walau ia lahir di Bukhara. Samarkand adalah juga ibukota pertama Mamah dan Aa di
Uzbekistan. Sedangkan, Bukhara adalah bekas ibukota keamiran Bukhara. Selain itu kota Indosiar
Samarkand, Bukhara, dan Khiva juga merupakan pusat peradaban Islam yang dikenal sebagai
jalur sutra yang menghubungkan Eropa dan Cina. • Korban
Gempa
Dihinggapi
Timur Leng, salah seorang negarawan besar asal Uzbekistan, di puncak kekuasaannya Trauma
menjangkau Mongolia, Laut Tengah, selatan Rusia dan India, bahkan akhirnya menaklukkan
kemaharajaan Ottoman pada akhir abad ke-14. Ia juga menjadi pemimpin spiritual dan ahli • Banjir
di Kota
strategi perang Uzbekistan yang lahir pada tahun 1336 di masa kejayaan Mongol. Timur Leng Medan Butuh
berambisi untuk membuat Samarkand, kota kedua terbesar di Uzbekistan, menjadi pusat dunia. Penanganan
Terintegrasi
Sebelumnya, Uzbekistan merupakan gabungan dari tiga buah kerajaan Islam -- Bukhara,
Khiva, dan Kokand -- yang pada 1860-1870 diduduki oleh Kekaisaran Rusia. Republik
Uzbekistan berdiri pada 1924. Namun, di Mei 1925, Uzbekistan dimasukkan menjadi salah
satu bagian dari 15 republik dibawah kekuasaan Uni Soviet. Sejak 31 Agustus 1991 negara
dengan penduduk sebanyak 2 juta jiwa itu menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya
terpisah dari Uni Soviet hingga meliputi sebuah daerah otonom Kara Kaplak.
© 2006 Hak Cipta oleh Republika Online
Dilarang menyalin atau mengutip seluruh atau sebagian isi berita tanpa ijin tertulis dari Republika
| Kirim Artikel Koran | Kontak Webmaster |
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=62193&kat_id=166&kat_id1=&kat_i
d2=

You might also like