Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... 2 1 2 3 LATAR BELAKANG PENULISAN ................................................................................................................. 3 RANCANGAN PRODUK INOVASI .............................................................................................................. 5 TELAAN INISIATIF TERHADAP ILMU INOVASI ........................................................................................... 8 3.1 MENDEFINISIKAN INOVASI DAN MANAJEMEN INOVASI ...................................................................................... 8 3.2 STIMULATOR INOVASI ................................................................................................................................. 8 3.3 RANTAI NILAI INOVASI .............................................................................................................................. 10 3.3.1 Penggalian Ide ................................................................................................................................ 10 3.3.2 Pengembangan Ide ......................................................................................................................... 11 3.3.3 Penyebaran Ide ............................................................................................................................... 11 4 REFERENSI ............................................................................................................................................. 12
Halaman 2 dari 12
Halaman 3 dari 12
konsultan menjadi tidak maksimal karena fokusnya berada di dua buat proyek yang memiliki constraint waktu dan kualitas. Jika perusahaan mengambil pilihan kedua, proyek yang melibatkan konsultan yang tidak benar menguasai keahlian yang dibutuhkan akan beresiko mengalami kegagalan. 4. Tenaga penjual biasanya dapat berasal dari latar belakang pengetahuan produk dan solusi yang berbeda dengan portofolio perusahaan. Hal tersebut menyebabkan kinerja penjualan tidak terlalu baik karena perusahaan tidak bisa terlalu mengharapkan seseorang yang tidak menguasai suatu produk bisa menjual produk yang bersangkutan. 5. Seperti halnya konsultan, seorang sales juga memiliki sejumlah funnel atau jalur ke perusahaan tertentu. Seringkali jika seorang sales keluar dari perusahaan, maka jalur penjualannya juga ikut hilang. Ini menyebabkan hilangnya kesempatan bagi perusahaan untuk bisa menjual produk dan solusi kepada client tersebut. Hal-hal di atas merupakan beberapa dari permasalahan yang penulis kedepankan dalam karya tulis ini. Jika diambil benang merah dari permasalahan-permasalahan tersebut, salah satu faktor yang paling dominan yang menyebabkannya adalah karena perusahaan saat ini tidak memiliki mekanisme untuk menghasilkan, menyimpan, menyebarkan pengetahuan. Jika diasumsikan bahwa perusahaan memiliki sistem manajemen pengetahuan, permasalahan tadi bisa dijawab sebagai berikut: 1. Semua hasil pekerjaan suatu proyek disimpan oleh perusahaan, sehingga jika suatu saat ada proyek lain yang disyaratkan untuk menghasilkan produk seperti yang sudah pernah dibuat, maka tim proyek bisa mengambil produk tersebut dan cukup melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan spesifik proyek baru tersebut. 2. Sistem manajemen pengetahuan dapat mensyaratkan semua anggota tim proyek untuk menyalin atau membackup hasil pekerjaannya pada repository terpusat. Efek kejadian hilangnya laptop atau rusaknya laptop dapat diminimalisasi pada pekerjaan-pekerjaan yang belum dibackup sejak terakhir kali dilakukan proses backup. 3. Salah satu fungsi manajemen pengetahuan adalah melakukan eksternalisasi, yaitu mengubah pengetahuan tacit menjadi eksplisit. Pengetahuan yang sudah dieksplisitkan dapat dipelajari oleh konsultan lain sehingga terjadilah proses transfer pengetahuan secara langsung. Sistem manajemen pengetahuan juga memungkinkan diskusi secara langsung antara konsultan ahli dengan konsultan lain yang membutuhkan ilmu spesifik tersebut. Karena semua informasi dan pengetahuan tersimpan dan tertata dengan baik, maka jika ada proyek yang membutuhkan spesifikasi konsultan tertentu, keberadaan konsultan tersebut bisa digantikan oleh konsultan lain yang mendekati kemampuannya, ditambah dengan dukungan pengetahuan eksplisit yang bisa dipelajari. 4. Tenaga penjual bisa belajar dari sumber daya pengetahuan yang tersimpan di dalam sistem. Jika perusahaan melakukan penataan pengetahuan sedemikian sehingga karyawan bisa belajar sesuai dengan level pemahamannya, maka sistem ini akan bermanfaat sekali dalam menambah wawasan tenaga penjual sehingga dia bisa menjelaskan kepada client secara lebih detil dan bisa meyakinkan client tanpa banyak ketergantungan dengan tim teknis.
Halaman 4 dari 12
5. Daftar kontak client dan funnel jika tersimpan dengan lengkap dapat ditindaklanjuti oleh sales-sales lainnya di kemudian hari, meskipun sales yang membuat funnel tersebut sudah tidak berada di perusahaan.
Halaman 5 dari 12
2. Sistem versioning seperti Subversion. Sistem ini sangat populer di dunia pengembangan perangkat lunak. Sistem ini biasanya digunakan pada proyek-proyek yang dikerjakan oleh banyak orang dan dipecah menjadi modul-modul pekerjaan. Setiap hasil pekerjaan anggota tim dikumpulkan ke dalam satu tempat. Sistem ini juga mempertahankan histori perubahan suatu file. Jika seseorang secara tidak sengaja ataupun sengaja mengubah isi suatu program yang menyebabkan aplikasi menjadi bermasalah, ketua tim bisa memutuskan untuk mengembalikan status program ke versi lama yang stabil. Jika seseorang menghapus suatu file, pada dasarnya file tersebut masih tersimpan di dalam sistem ini pada versi sebelumnya, meskipun pada versi yang terbaru file tersebut sudah tidak nampak di dalam daftar. Sistem ini harus bisa diakses dari internet karena tim proyek biasanya tersebar di berbagai tempat, terutama di site, yaitu di tempat client. Kecepatan akses ke sistem ini juga menjadi perhatian penting, karena anggota tim proyek secara rutin mengakses sistem ini, baik untuk mengambil kode sumber yang sudah ada, melakukan update terhadap suatu file kode sumber, dan menambahkan satu atau lebih file kode sumber. Jika suatu proyek sudah selesai dikerjakan, seluruh hasil akhir kode sumber perlu dikompilasi, dibuat arsip, dan dimasukkan ke dalam folder khusus yang berisi hasil akhir proyek. File arsip ini akan direferensikan oleh item link di dalam sistem manajemen dokumen, sehingga keterkaitan antara dokumen yang ada di dalam sistem manajemen dokumen dengan file kode sumber yang berada di sistem versioning bisa dijaga. 3. Repositori aplikasi. Ini merupakan tempat menyimpan resource dan file-file aplikasi yang dimiliki perusahaan. Seringkali perusahaan mendapatkan aplikasi trial dari vendor yang bisa digunakan untuk latihan oleh karyawan perusahaan untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai suatu aplikasi, namun aplikasi tersebut hilang karena CD rusak, hardisk rusak, pegawai keluar, atau hilang begitu saja tanpa ada yang menyadari. Repositori aplikasi ini perlu dibuat seperti sistem versioning, sehingga jika ada penghapusan terhadap suatu file aplikasi, file tersebut bisa dikembalikan kembali untuk digunakan. Sistem dan infrastruktur untuk mengelola pengetahuan tidak terstruktur: 1. email. Email sangat berperan sebagai bukti bukti legal dalam menjalankan aktivitas di perusahaan. Perusahaan konsultan sebaiknya menjadikan email sebagai alat komunikasi utama dalam melakukan korespondensi internal maupun korespondensi dengan pihak luar perusahaan seperti pelanggan, pemasok, dan rekanan. Thread email harus tetap tersimpan sebagai arsip perusahaan, dan seringkali suatu bukti legal bisa diperoleh dari email ketika pegawai yang memiliki akun email tersebut sudah keluar dari perusahaan. Email yang terkait dengan suatu aktivitas proyek atau funnel penjualan adalah salah satu sumber pengetahuan berharga bagi anggota tim pada periode selanjutnya, yang mungkin belum pernah bertemu dengan mantan karyawan, atau saat ini mendapat amanat menggantikan posisi mantan karyawan tersebut. Bahkan, kalaupun karyawan yang bersangkutan belum keluar dari perusahaan, histori email akan sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak karena pihak yang membutuhkan informasi tidak perlu terlalu sering berinteraksi langsung karyawan yang digantikannya hanya untuk menggali informasi yang sebenarnya sudah ada di dalam email. 2. Forum diskusi internal. Seperti halnya forum-forum diskusi publik yang bisa diakses secara bebas di internet, forum diskusi perusahaan merupakan sistem yang sangat bermanfaat
Halaman 6 dari 12
dalam pertukaran pengetahuan, dari tacit menjadi eksplisit lalu menjadi tacit kembali. Forum diskusi ini dijadikan ajang untuk mencari ilmu dan mensharing ilmu dengan karyawan lainnya. Isi dari forum harus selalu bisa diakses di masa depan, dan ada mekanisme pencarian dengan metode pencarian sederhana maupun dengan metode pencarian yang canggih seperti google. 3. Chatting. Seperti halnya forum, chatting merupakan sarana yang sederhana untuk pertukaran pengetahuan. Saat ini, banyak perusahaan yang menyediakan fitur chatting. Namun, sayangnya, perusahaan tidak memiliki dokumentasi mengenai apa yang dibicarakan, terutama yang terkait dengan pekerjaan dan pengetahuan perusahaan. Dengan adanya sistem ini, perusahaan bisa mengarahkan karyawan untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan dengan menggunakan sistem chatting ini, namun untuk hal-hal yang bersifat pribadi bisa menggunakan aplikasi chatting yang disediakan oleh pihak ketiga seperti google, yahoo, msn. 4. Wiki perusahaan. Wiki merupakan ensiklopedia ilmu pengetahuan. Media ini bisa digunakan untuk berisi penjelasan mengenai dasar suatu keilmuan, pengaplikasian suatu teori, bestpractice, tips dan trik, cerita mengenai kesuksesan perusahaan, sejarah suatu kebijakan, penjelasan mengenai suatu proyek, dan lain sebagainya. Sistem wiki ini memiliki fitur seperti halnya wikipedia.org yang berisi banyak pengetahuan. 5. E-learning. Sistem e-learning merupakan sistem ujung yang diharapkan dimiliki oleh perusahaan yang memiliki basis data pengetahuan yang banyak. E-learning dapat berisi materi pembelajaran suatu keahlian, rekaman sharing-session yang dilakukan di masa lalu agar dapat ditonton oleh karyawan lain, materi persiapan untuk mengambil sertifikasi, dan lain-lain. Materi pembelajaran dapat bersifat rekaman maupun live, yang biasanya saat ini dibuat dalam bentuk webcast yang bisa diakses melalui internet. Sistem e-learning ini sebaiknya memiliki mekanisme penilaian perkembangan seorang karyawan, gap antara spesifikasi pekerjaan dengan kemampuannya, dan usulan rencana pelatihan dan pembelajaran yang harus diikuti oleh karyawan yang bersangkutan. Di samping sarana dan infrastruktur, beberapa hal lain yang harus dipikirkan agar pengembangan sistem manajemen pengetahuan akan bermanfaat secara maksimal yaitu: 1. Struktur imbal jasa atau insentif bagi karyawan yang banyak berkontribusi ke dalam sistem ini. Tujuannya adalah memberi motivasi kepada karyawan agar mau meluangkan waktunya untuk berkontribusi pada sistem ini dan berbagi ilmu dengan karyawan lain. 2. Membangun budaya untuk berbagi pengetahuan sehingga kebiasaan ini menyatu dengan aktivitas reguler karyawan. 3. Membentuk tim yang bertanggung jawab mengelola pengetahuan yang masuk, melakukan klasifikasi, mengumpulkan pengetahuan yang tersebar di dalam PC atau laptop karyawan, dan memastikan adanya dokumen dan pengetahuan yang semestinya ada.
Halaman 7 dari 12
Halaman 8 dari 12
Untuk membangun iklim inovasi di dalam tim MP, maka tim ini perlu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Struktur organisasi internal tim MP menerapkan struktur organik. Struktur ini sangat cocok untuk unit yang menekankan pada tingkat inovasi yang tinggi karena bertanggung jawab pada pengembangan sistem yang belum ada di perusahaan, dan bersifat strategis bagi perusahaan. Karakteristik struktur organik yaitu: a. Kerja tim lintas fungsi. Artinya, anggota tim MP tidak boleh terpaku pada area pekerjaan pokoknya saja, namun harus memiliki peran pendukung terhadap anggota lainnya yang diberikan tanggung jawab lain. Hal ini akan membangun suasana keakraban, rilex, dan tolong menolong. Dengan demikian, setiap orang akan sedikit banyak memikirkan kesuksesan pekerjaan temannya di samping kesuksesan pekerjaan dirinya. Dengan demikian, setiap karyawan akan memiliki wawasan yang luas mengenai setiap aspek aktivitas di dalam tim MP, dan pada saatnya dapat menghadirkan ide-ide inovatif untuk kepentingan tim secara khusus dan perusahaan secara lebih luasnya. b. Arus informasi bebas mengalir. Semua anggota tim memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan informasi dari anggota tim lainnya. Keadaan ini dapat dianggap sebagai prototipe budaya berbagi pengetahuan yang menjadi tujuan dari pengembangan sistem MP. Dengan merasakan lingkungan yang saling bertukar informasi, anggota tim diharapkan dapat mensosialisasikan manfaat dari MP yang dianalogikan dengan keadaan internal tim MP. Semakin banyak informasi yang dimiliki oleh anggota tim, semakin besar kemungkinan anggota tim MP menghasilkan ide-ide inovasi dalam kaitannya dengan pengembangan sistem MP di perusahaan. c. Rentang kendali luas. Tim MP tidak perlu memiliki banyak pemimpin, satu pemimpin utama saja cukup. Setiap anggota akan bekerja berdasarkan matriks tugas. Suatu tugas akan memiliki satu PIC (Person In Charge) yang bertanggung jawab menyelesaikan tugas sesuai dengan spesifikasi. Saat menjadi PIC, anggota tim memiliki wewenang yang lebih besar dibandingkan dengan rekannya yang bukan PIC. Namun, ketika ia terlibat pada task-force lain bukan sebagai PIC, dia harus mengikuti instruksi anggota tim lain yang bertindak sebagai PIC. d. Tingkat formalisasi rendah. Anggota tim dituntut untuk fokus pada pencapaian target tim. Segala masukan, saran, dan kritik bisa dikemukakan langsung tentunya dengan etika yang baik. Seorang PIC harus siap untuk di kritik, dan seorang anggota harus berani mengkritik PIC jika ada hal yang dianggap tidak sesuai dan bisa mengakibatkan suatu tujuan tidak tercapai. e. Desentralisasi dalam pengambilan keputusan. Anggota tim yang bertindak sebagai PIC memiliki wewenang mengambil suatu keputusan, tidak harus diputuskan oleh ketua tim MP, kecuali untuk kondisi-kondisi tertentu yang kritikal, atau yang membutuhkan otorisasi manajemen puncak atau pemilik perusahaan.
Halaman 9 dari 12
2. Ketua tim MP harus mengkondisikan situasi di dalam tim MP agar dapat menjaga dan memelihara inovasi. Faktor-faktor budaya yang harus diterapkan antara lain adanya kesiapan menerima situasi dan kondisi yang ambigu, memiliki keterbukaan terhadap hal-hal yang belum kita ketahui, dan berfokus pada perspektif sistem terbuka. 3. Setiap anggota tim MP harus dibekali dengan coaching skills. Hal ini penting karena setiap anggota nantinya dapat bertindak sebagai PIC suatu tugas, yang mungkin dia akan memimping dua , tiga, atau lebih orang. 4. Penerapan sistem imbal jasa yang transparan, adil, dan terukur. Hal ini penting untuk menjaga motivasi anggota tim agar memperhatikan target pencapaian.
Halaman 10 dari 12
4. Organisasi lain. Tim MP bisa melakukan eksplorasi di internet untuk mendapatkan bestpractice dalam penerapan MP. Tim juga bisa mencontoh arsitektur yang sudah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan lain, terutama yang sejenis yang bergerak di bidang konsultan teknologi informasi. Pada tahap penggalian ide ini, tim MP harus mencatat semua masukan dan hasil eksplorasi yang di peroleh. 3.3.2 Pengembangan Ide Proses pengembangan ide terdiri dari dua tahap, yaitu: 1. Seleksi ide. Pada tahapan ini juga dilakukan kegiatan pendanaan, yaitu menentukan anggaran perusahaan untuk mengimplementasikan dan menjalankan sistem MP. Ide-ide yang dikumpulkan dari tahap penggalian ide diseleksi pada tahap ini. Tim MP harus menentukan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu ide bisa diterima atau tidak, atau apakah suatu ide belum bisa diterima saat ini, namun ada kemungkinan diterima di tahap pengembangan berikutnya jika suatu kondisi terpenuhi. Pihak yang terlibat dalam tahap seleksi ide yaitu: a. Tim MP sebagai penanggungjawab dan pelaksana. b. Manajer operasional sebagai promotor. c. Manajemen puncak sebagai pihak yang berkepentingan secara strategis. d. Pemilik perusahaan sebagai pihak yang sangat berkepentingan terhadap pengembangan perusahaan dan pengembalian investasi dari inisiatif MP ini. 2. Pengembangan produk. Sistem manajemen pengetahuan merupakan sistem yang terdiri dari infrastruktur TI, aplikasi MP, prosedur perusahaan yang terintegrasi pengetahuan, dan tim governance dalam eksekusi pelaksanaannya nanti. Kegiatan pengembangan akan merujuk pada visi dan misi perusahaan, dan berdasarkan ide-ide yang sudah diseleksi. Proses pengembangan produk harus mempertimbangkan standar minimum kualitas, batas maksimum waktu, dan batas maksimum biaya. Dalam mengembangkan suatu sistem yang strategis seperti MP, tim MP harus mempertimbangkan untuk melakukan uji prototipe secara berkala kepada calon pengguna. Kegiatan pengujian yang dilakukan sedini mungkin akan menghindari dari pekerjaan ulang jika suatu permasalahan baru ditemukan di tahap akhir pengerjaan. 3.3.3 Penyebaran Ide Target konsumen sistem MP pada tahap awal pengembangan adalah karyawan internal perusahaan, terdiri dari: 1. Pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan akan melihat sistem MP sebagai aset intangible perusahaan dan dapat dikonversi ke dalam nilai perusahaan secara ekonomi. Tim MP harus mensosialisasikan kepada pemilik perusahaan mengenai nilai strategis sistem ini, dan bagaimana agar pemilik perusahaan mau memberikan kontribusi pengetahuan ke dalam sistem ini sebagai contoh agar sistem ini digunakan secara aktif oleh manajemen dan
Halaman 11 dari 12
karyawan. Kegiatan sosialisasi kepada pemilik dapat dilakukan pada sesi pertemuan rutin mingguan antara pemilik dan manajemen puncak. Tim MP dapat menekankan pada pencapaian, permasalahan yang dihadapi, dan alternatif solusi yang bisa dilakukan. 2. Manajemen puncak. Sosialisasi kepada manajemen puncak dapat dilakukan bersama-sama dengan sosialisasi kepada pemilik perusahaan pada saat pertemuan rutin mingguan. Di samping itu, tim MP bisa melakukan koordinasi ad-hoc di kantor pusat atau lewat media komunikasi lain dalam menjalankan misi pengumpulan pengetahuan. Tim MP juga perlu mengupdate atau membuat mekanisme push update informasi kepada manajemen mengenai kondisi aset pengetahuan saat ini dibandingkan dengan target yang dicanangkan sebelum pelaksanaan sistem MP ini. 3. Karyawan dan konsultan. Sosialisasi penggunaan MP kepada karyawan dan konsultan adalah salah satu tantangan terbesar dalam fase ini. Hal itu dikarenakan rasio jumlah karyawan dan konsultan adalah yang paling banyak, dan keberadaannya tersebar di banyak tempat, tergantung pada lokasi client. Teknik sosialisasi yang bisa diterapkan untuk mereka adalah: a. Roadshow keliling secara bergantian ke setiap tim proyek, menjelaskan fitur-fitur MP, cara menggunakan MP, skema insentif, manfaat yang bisa dirasakan oleh karyawan dan client. b. Membuat kompetisi kecil contohnya untuk memilik kontributor terbaik atau kontributor terfavorit. c. Mengirimkan email regular kesemua karyawan mengenai perkembangan aset pengetahuan perusahaan. Email ini juga berisi item pengetahuan apa yang seharusnya sudah dimasukkan ke dalam sistem namun belum juga dimasukkan oleh karyawan yang memilikinya. Tim MP perlu melakukan review secara berkala mengenai efektifitas kegiatan sosialisasi. Jika belum efektif, tim MP perlu merumuskan cara lain, dan bisa juga dengan lebih mengintensifkan kegiatan sosialisasi.
4 Referensi
Avanti Fontana. Innovate we can!: manajemen inovasi dan penciptaan nilai individu, organisasi, masyarakat. 2011. Cipta Inovasi Sejahtera.
Halaman 12 dari 12