You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr.

Alexaner fleming (inggris, 1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan perang dunia kedua ditahun 1941, ketika obat obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka luka akibat pertempuran (Tjay, 2002). Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika (Tjay,2002). Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit (Tjay,2002). 1.2. Tujuan 1.2.1. Parasit 1.2.2. Tujuan Khusus Pengertian Antimikroba Sejarah Resistensi Obat imunosupresan Agar para mahasiswa dapat memahami tentang : Tujuan Umum Agar para mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang Antimikroba dan

Obat hematologi Pengertian Parasit Obat Yang Mempengaruhi Air Dan Elektrolit Pengertian Parasit

1.3. Sistematika Penulisan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sistematika Penulisan BAB II ANTI MIKROBA DAN PARASIT 2.1. Pengertian Antimikroba 2.2. Sejarah 2.3. Resistensi 2.4. Obat imunosupresan 2.4.1. Pilahan obat imunosupresan 2.4.2. Beberapa obat imunosupresan 2.5. Obat hematologi 2.5.1. Anemia dan kelainan darah lainnya 2.5.2. Anemia ada beberapa jenis diantaranya 2.6. Obat Yang Mempengaruhi Air Dan Elektrolit 2.6.1. Keseimbangan cairan,elektrolit,asam dan basa 2.6.2. Komposisi Cairan Tubuh 2.7. Pengertian Parasit 2.7.1. Jenis Parasit Kulit Manusia: BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II ANTI MIKROBA DAN PARASIT 2.1. Pengertian Antimikroba Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit (Ganiswara,1995). Sedang Istilah antibiotik berasal dari kata antibiosis yang berarti substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain.

2.2. Sejarah Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexaner fleming (inggris, 1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan perang dunia kedua ditahun 1941, ketika obat obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka luka akibat pertempuran (Tjay, 2002). Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika (Tjay,2002).

Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit (Tjay,2002). 2.3. Resistensi Masalah resistensi mikroba terhadap antibiotik bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1963, WHO telah mengadakan pertemuan tentang "Aspek kesehatan masyarakat dari penggunaan antibiotik dalam makanan dan bahan makanan". Pada saat itu disimpulkan bahwa antibiotik selain digunakan untuk tujuan medis juga dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan pada hewan-hewan produksi. Namun, karena berkembangnya resistensi mikroba patogen terhadap antibiotik seperti penisilin dan tetrasiklin, telah mengantarkan perubahan sudut pandang dalam penggunaan antibiotik. Contoh yang dapat dilihat dari resistensi ini yakni penggunaan antibiotik pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk terapi infeksi pada manusia. Namun, sejak tahun 1984, isolat yang diperoleh dari sapi dan dari anak-anak yang menderita salmonellosis telah resisten terhadap chloramphenicol dan streptomycin. Tahun 1985 di Los Angeles Country California, sekitar 1.000 kasus infeksi oleh s newport resisten terhadap beberapa antibiotik. Dari tahun 1990-1999 di Inggris telah terjadi kasus infeksi oleh s typhimunium DT104 pada manusia, dengan kasus paling banyak pada tahun 19951996 sekitar 3.500-4.000 kasus. Bakteri ini diketahui telah resisten terhadap paling sedikit lima jenis antibiotik dan ada kaitannya dengan rantai makanan asal hewan, terutama hewan-hewan produksi seperti sapi, babi, domba, dan unggas. Selain salmonella, bakteri lain yang resisten adalah enterococcus spp. Bakteri ini resisten terhadap vancomycin, antibiotik yang digunakan secara luas di Eropa sebagai pemacu pertumbuhan dalam pakan hewan.

Mekanisme terjadinya resistensi dari suatu antimikroba yang dalam hal ini lebih dispesifikkan pada antibiotik bermacam-macam dan belum semuanya diketahui pola resistensi. Beberapa Golongan Antibiotik Dan Resistensinya :

Beta-Laktam

Resistensi terhadap Penicillin dan agen-agen beta-laktam lainnya disebabkan oleh saLah satu dari mekanisme umum o Inaktivasi antibiotik oleh beta-laktamase O Modifikasi PBP target o Kerusakan penetrasi obat ke dalam PBP target, dan adanya suatu pompa aliran keluar Produksi beta-laktamase merupakan mekanisme resistensi yang paling umum. Resistensi ini terjadi pada bakteri gram negative. Dimana resistensi akibat dari kerusakan penetrasi antibiotic pada PBP disebabkan oleh impermeabilitas membrane luar yang ada pada bakteri-bakteri gram negative namun tidak ada pada bakteri-bakteri gram positif.

Vancomisin

Resistensi terhadap Vancomicin disebabkan oleh modifikasi situs pengikat D-Alanin-D-Alanin pada elemen-elemen peptidoglikan sehingga ujung D-Ala digantikan oleh D-lactate. Hal ini mengakibatkan hilangnya ikatan hydrogen kritis yang memungkinkan peningkatan afinitas ikatan vancomycin pada targetnya serta hilangnya aktivitas.

Chloramphenicol

Resistensi kadar rendah dapat timbul dari populasi besar sel-sel yang rentan terhadap chloramphenicol melalui seleksi mutan-mutan yang kurang permeable terhadap obat. Resistensi yang signifikan secara kinis disebabkan oleh produksi chloramphenicol acetyltranferase, suatu enzim yang dikode plasmid, yang menghambat aktivitas obat.

Tetracycline

Terdapat tiga mekanisme resistensi terhadap tetracycline yang diketahui o Penurunan akumulasi intraseluler yang disebabkan oleh gangguan aliran ke dalam (influx) atau peningkatan aliran keluar (efflux) oleh suatu transport aktif dari pompa protein. o Proteksi ribosom yang disebabkan oleh produksi protein-protein yang mengganggu ikatan tetracycline ke ribosom. o Penonaktifan tetracycline secara enzimatis. Yang sangat penting dari hal ini adalah hasil dari pompa keluar protein. Pompa protein ini dikode pada suatu plasmid dan dapat ditransmisi melalui transduksi atau konjugasi. Oleh karena plasmid-plasmid ini umumnya memberi kode gen-gen resistensi untuk obat-obat lain (misalnya; aminoglikosida, sulfonamide, dan chloramphenicol), maka resistensi tetracycline menjadi pertanda bagi resistensi terhadap bermacam obat.

Macrolide gol. Eritromycin

Resistensi terhadap erythromycin biasanya dikode oleh plasmid. Terdapat tiga mekanisme yang telah dikenali; o Penurunan permeabilitas membrane sel atau pengaliran keluar (efflux) yang aktif. O Produksi esterase (oleh Enterobacteriaceae) yang menghidrolisis makrolide o Modifikasi situs ikatan ribosom (disebut juga proteksi ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh methylase pengganti atau penginduksi macrolide. Ini terjadi pada sebagian besar organisme gram positive. Resistensi silang sepenuhnya terjadi antara erytromicin dan makrolida lainnya.

Clindamycin

Clindamycin menghambat sintesis protein dengan jalan mengganggu pembentukan kompleks-kompleks awal dan reaksi-reaksi translokasi aminoacyl. Resistensi Clindamycin yang umumnya mengakibatkan resistensi silang dengan macrolide lain, disebabklan oleh; o Mutasi situs reseptor ribosom o Modifikasi reseptor oleh suatu methylase yang tampak jelas, seperti pada Erytromicyn. o Inaktivasi Clindamycin secara enzimatis. Spesies aerob gram negative secara instrinsik resisten karena buruknya permeabilitas membrane luar.

Aminoglikosida Gol. Gentamicyn

Streptococci dan enterococci relatif kebal terhadap gentamicyn karena obat ini tidak dapat melakukan penetrasi ke dalam sel. Akan tetapi, gentamycin yang dikombinasikan dengan vancomycin atau penicillinum menghasilkan efek bakterisid yang kuat, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan ambilan obat yang timbul karena penghambatan sintesis dinding sel. Resistensi terhadap gentamicyn dengan cepat tampak pada Staphylococci sehubungan dengan seleksi permeabilitas mutan. Resistensi ribosom sangat jarang terjadi. Di antara bakteri-bakteri gram negative, resistensi paling umum disebabkan oleh enzim-enzim pemodifikasi aminoglycoside yang dikode oleh plasmid.

Aminoglikosida Gol. Kanamycin dan Neomisin

Obat-obat golongan neomycin aktif terhadap bakteri-bakteri gram negative dan gram positif serta beberapa jenis mikobakteri. Pseudomonas dan Streptococci umumnya resisten. Mekanisme kerja dan resistensi anti mikroba golongan ini sama dengan aminoglycoside lainnya. Penggunaan obat ini secara meluas dalam preparasi usus besar untuk pembedahan khusus telah mengakibatkan seleksi organisme yang

resisten dan beberapa wabah enterokolitis di rumah sakit. Terdapat resistensi-silang sepenuhnya antara neomycin dan kanamycin.

Sulfonamide

Resistensi terhadap sulfonamide mungkin terjadi sebagai akibat dari mutasi-mutasi yang menyebabkan produksi PABA yang berlebihan, dan yang menyebabkan produksi suatu enzim sintesis asam folat yang berafinitas rendah untuk sulfonamide, dan juga yang menyebabkan hilangnya permeabilitas terhadap sulfonamide. Enzyme dihidropteroat synthase dengan afinitas sulfonamide rendah seringkali dikode pada plasmid yang dapat ditransmisikan dan dapat disebar luas dan cepat.

Fluoroquinolone

Selama terapi fluoroquinolone, organisme-organisme resisten timbul dengan frekuensi sekitar satu dalam 107-109, terutama di antara stafilokokkus, pseudomonas, dan serratia. Resistensi disebabkan satu atau lebih titik mutasi dalam region pengikat quinolone dari enzim target, atau karena perubahan dalam permeabilitas organisme tersebut. Enzim DNA gyrase adalah target utama dalam E.coli dengan mutan-mutan langkah tunggal yang menyebabkan penggantian asam amino dalam subunit A dari gyrase. Topoisemerase IV adalah target kedua dari E.coli yang diubah dalam mutan-mutan yang mengekspresikan tingkat-tingkat resistensi yang lebih tinggi. Pada stafilococcus dan streptococcus, situasi tersebut diubah; topoisemerase IV adalah target utama dan gyrase adalah target kedua. Resistensi terhadap satu fluoroquinolone, khususnya fluoroquinolone pada tingkat yang tinggi, pada umumnya menimbulkan resistensi silang pada semua anggota dari kelompok ini. 2.4. Obat Imunosupresan Penggunaan imunosupresan bertujuan untuk mendapatkan toleransi spesifik (terarah), yaitu toleransi terhadap suatu antigen tertentu saja. Alasan dikehendakinya suatu toleransi spesifik, dan bukan umum, ialah karena toleransi

umum dapat membahayakan individunya, khususnya memudahkan timbulnya penyakit infekis berat. Tetapi sayangnya toleransi spesifik seringkali sulit dicapai. 2.4.1. Pilahan Obat Imunosupresan Secara praktis, di klinik penggunaan obat imunosupresan berdasarkan waktu pemberiannya. Untuk itu, respon imun dibagi dalam dua fase yaitu : Fase pertama adalah fase induksi, yang meliput Fase pengolahan antigen oleh makrofag, dan pengenalan antigen oleh limfosit imunokompeten Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T Fase kedua adalah fase produksi, yaitu fase sintesis aktif antibodi dan limfokin. Berdasarkan respon imun, imunosupresan dibagi menjadi tiga kelas: Kelas I: harus diberikan sebelum fase induksi yatu sebelum terjadi perangsangan oleh antigen. Kerjanya merusak limfosit imunokompeten. Jika diberikan setelah terjadi perangsangan oleh antigen, biasanya tidak diperoleh efek imunosupresif sehingga respon imun dapat berlanjut terus. Kelas II: harus diberikan dalam fase induksi, biasanya satu atau dua hari setelah perangsangan oleh antigen berlangsung. Obat golongan ini bekerja mengambat proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya antimetabolit. Kelas III: memiliki sifat dari kelas I dan II. Jadi golongan ini dapat menghasilkan imunosupresi bila diberikan sebelum maupun sesudah adanya perangsangan oleh Antigen. 2.4.2. Beberapa Obat Imunosupresan Azatioprin Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan cangkok organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid

berat yang refrakter. Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia harus dimonitor dengan baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin. Metotreksat (MTX) Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin dalam mencegah penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga berguna untuk penyakit autoimun dan peradangan tertentu. Saat ini disetujui untuk digunakan dalam pengobatan artritis reumatoid yang aktif dan berat pada orang dewasa dan pada psoriasis yang sudah refrakter terhadap obat lain. Siklofosfamid Secara umum siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan meningkatkan respon imun selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini juga digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik dan granulomatosis Wegener. Kortikosteroid Yang digunakan sebagai imunosupresan adalah golongan glukokortikoid yaitu prednison dan prednisolon. Siklosporin (Cyclosporin A) Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams. Siklosporin punya efek imunosupresan karena mempunyai kemampuan yang selektif dalam menghambat sel T. Siklosporin digunakan terutama dalam kombinasi denga prednison untuk mempertahankan ginjal, hati dan cangkok jantung pada transplantasi. Antibodi Rho (D) imunoglobulin Antibodi ini merupakan bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi untuk ibu denga Rho (D) negatif yang terpapar darah Rho (D) positif pada perdarahan karena abortus, amniosintesis, trauma abdomen atau kelahiran biasa dari janin.

10

2.5. Obat Hematologi Pengertian Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan jaringan pembentuk darah. Hematinik adalah obat yang digunakkan untuk menstimulasi atau memperbaiki proses pembentukan sel sel darah merah. 2.5.1. Anemia Dan Kelainan Darah Lainnya Anemia terjadi bila konsentrasi Hb dalam darah menurun di bawah nilai normal. Batas bawah dari nilai normal untuk wanita dan laki laki dewasa berbeda yaitu : Untuk laki laki dewasa : 13,0 gr / dl. Untuk wanita dewasa : 11,5 gr / dl. Sel darah merah ( eritrosit ) dibuat dalam sumsum tulang tulang pipih dan pembentukan eritrosit ini diperlukan zat besi ( fero ) untuk pembentukan warna sel darah merah ( hemopoese ), sedang asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah ( eritropoese ). 2.5.2. Anemia ada beberapa jenis diantaranya : Anemia hypochrom atau ferriprive disebabkan kekurangan besi disebut pula anemia primer. Pengobatan hanya dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Karena bila seseorang tidak mengalami defisiensi besi dan orang tersebut menjalani pengobatan atau terapi besi maka orang itu akan kelebihan besi dapat memperberat siderosis jaringan. Dapat diberikan berupa : Sediaan besi Oral Zat besi biasanya diserap oleh usus, maka respons yang baik tercapai pada sebagian besar pasien yang mendapat garam besi secara normal.

11

Contoh : Sulfas ferosus Harga lebih murah Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan diare. Dosis : sulfas ferosus diberikan pada dosis 200 mg 3X sehari sampai anemia terkoreksi dan cadangan besi terisi kembali. Fero Sulfat Indikasi : anemia defisiensi besi. Peringatan : kehamilan. Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan diare. Dosis : Profilaksis, 1 tablet 200 mg / hari; Terapeutik, 1 tablet 200 mg 2 3 X sehari. Konseling : penyerapannya paling baik ketika perut kosong tapi bisa juga dimakan sesudah makan untuk mengurangi efek samping gastrointestinal. Fero Fumarat Indikasi : anemia defisiensi besi Peringatan : kehamilan Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan diare. Dosis : 1 2 tablet 200 mg 3X sehari. Sirop, fero fumarat 140 mg ( besi 45 mg ) / 5 ml. Dosis 10 20 ml 2X sehari; Bayi Prematur 0, 6 2, 4 ml / kg / hari. Anak hingga 6 tahun 2, 5 5 ml 2X sehari. Fero Glukonat Indikasi : anemia defisiensi besi Peringatan : kehamilan Efek samping : mual, rasa tidak enak di daerah epigastrium, konstipasi dan diare.

12

Dosis : Profilaksis, 2 tablet sehari sebelum makan; TERAPEUTIK 4 6 tablet sehari dalm dosis terbagi sebelum makan; ANAK 6 12 tahun, Profilaktik dan Terapeutik, 1 3 tablet sehari sesuai dengan usia. Sediaan Besi Parenteral Alasan yang tepat untuk pemberian besi secara parenteral adalah kegagalan terapi oral karena penderita kurang kooperatif. Diberikan melalui Injeksi Intravena atau Injeksi Intramuskular yang dalam. Efek samping : rasa tidak enak di daerah epigastrium. Pemberian dosis sesuai dengan berat badan dan kadar Hb masing masing pasien. RUMUS = ( Hb normal Hb pasien ) x BB pasien x 2, 21 + 1000. Contoh : Besi Dekstran Diberikan melalui suntikan IM dalam Dosis : 1 ml ( 50 mg ) pada hari pertama, 2 ml ( 100 mg ) sehari atau pada interval yang lebih panjang. Bergantung pada respon pasien. Diberikan melalui infus IV lambat selama 6 8 jam. Kecepacatan infus harus ditingkatkan secara lambat dan pasien diamati dengan cermat. Besi Sorbital Diberikan hanya melalui suntikan IM dalam pada awalnya 1, 5 mg zat besi / kg sampai max. 100 mg / suntikan. Anemia hyperchrom atau megaloblaster disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat disebut pula anemia sekunder. Disebabkan Contoh Obat : karena kekurangan vitamin B12.

13

Hidroksikobalamin Indikasi : anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B12, subcute combined degeneration of the spinal cord. Peringatan : tidak boleh diberikan sebelum diagnosis dipastikan. Dosis : dengan injeksi intramuskular, dosis awal 1 mg diulangi lima kali dengan interval 2 3 hari; dosis pemeliharaan 1 mg setiap 3 bulan; ANAK dosis seperti pada orang dewasa. Catatan : bila yang diresepkan atau diminta adalah injeksi vitamin B12, maka yang diberikan adalah suntikan hidroksikobalamin. Sianokobalamin Indikasi : anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B12, subcute combined degenaration of the spinal cord. Dosis : oral, defisiensi vitamin B12 karena kekurangan gizi, 50 150 mcg atau lebih diberikan diatara makan. ANAK 35 50 mcg dua kali sehari suntikan IM, permulaan 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2 3 hari, dosis pemeliharaan 1 mg setiap bulan. Asam Folat Indikasi : kehamilan, antiepilepsi, nutrisi yang buruk. Peringatan : jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa Addison dan penyakit defisiensi vitamin B12 lainnya karena dapat menimbulkan degenerasi majemuk dari medula spinalis. Jangan digunakan untuk penyakit ganas kecuali bila anemia megaloblastik karena defisiensi folat mrupakan komplikasi penting ( beberapa tumor ganas adalah folate dependent ). Dosis : permulaan, 5 mg sehari untuk 4 bulan. Pemeliharaan, 5 mg setiap 1 7 hari tergantung penyakit dasarnya; ANAK sampai 1 tahun, 500 mcg / kg / hari.

14

Anemia Sideroblastik Ditandai dengan saturasi transferrin yang naik atau normal, eritrosit yang hipokromik dan mikrositik, kenaikan besi dalam sumsum tulang dan gangguan pemakaian besi dan manifestasi adanya cincin sideroblast. Disebabkan karena eritropoesis yang tidak efektif. Beberapa penderita dapat membaik dengan Pyridoxine dosis besar ( 50 200 mg / hari ) atau Asam Folat 5 mg / hari. Neutropenia Adalah penurunan jumlah lekosit neutrofilik dalam darah. Obat yang digunakan : Filgastrim Indikasi : ( hanya digunakan oleh spesialis ) pengurangan masa neutropenia dan febrile neutropenia pada kemoterapi sitotoksik keganasan non myeloid; pengurangan masa neutropenia ( dan sequalae nya ) dalam terapi myeloablasi yang dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang; mobilisasi sel progenitor darah tepi untuk dipanen dan selanjutnya digunakan dalam infus autolog; neutropenia idiopatik dan adanya riwayat infeksi berat berulang; penyembuhan neutropenia pada infeksi HIV lanjut agar dapat melakukan pengobatan mielosupressif atau antivirus terjadwal. Peringatan : tumor berciri mieloid kondisi prakeganasan mieloid; prekusor myeloid berkurang; monitor hitung leukosit; kehamilan; laktasi. Kontraindikasi : neutropenia kongenital yang berat dengan sitogenik abnormal. Efek samping : nyeri muskoskeletal; hipotensi selintas; gangguan enzim hati dan asam urat serum; trombositopenia; disuria; reaksi alergi; haematuria; sakit kepala; diare.

15

Dosis : neutropenia sitotoksik, lebih baik diberi secara injeksi subkutan atau infus subkutan atau infus intravena ( dalam 30 menit ). DEWASA dan ANAK, 500.000 UI / kg / hari dimulai tidak kurang dari 24 jam setelah kemoterapi sitotosik, dilanjutkan sampai hitung neutrofil dalam batas normal, biasanya hingga 14 hari. Lenogastrim Indikasi : ( hanya untuk digunakan oleh spesialis ) pengurangan lamanya neutropenia dan komplikasi yang berhubungan sesudah transplantasi sumsum tulang untuk keganasan non mieloid atau menyusul pngobatan kemoterapi sitotoksik untuk insidens febrile neutropenia yang tinggi. Peringatan dan efek samping sama dengan Filgrastim. Dosis : menyusul transplantasi sumsum tulang, secara infus IV, DEWASA dan ANAK lebih dari 2 tahun 19, 2 juta UI / m2 tiap hari dimulai pada hari selesainya transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil stabil dalam batas yang bisa diterima ( maksimum 28 hari ). Molgramostim Peringatan : kehamilan, laktasi, belum dianjurkan untuk penderita usiadi bawah 18 tahun. Kontraindikasi : keganasan mieloid Efek samping : mual, muntah, diare, anoreksia, dispneu, astenia, lelah, demam, rigor, nyeri muskoskeletal, nyeri abdominal stomatitis, pusing mialgia. Dosis : kemoterapi sitotoksik, secara injeksi subkutan 60.000 110.000 UI / kg, dimulai 24 jam setelah dosis terakhir kemoterapi, dilanjutkan untuk 7 10 hari. Tranplantasi sumsum tulang, secara infus IV 110.000 UI / kg / hari, dimulai pada hari setelah transplantasi, dilanjutkan sampai hitung neutrofil absolut dalam batasan yang dikehendaki maksimum lama pengobatan 30

16

hari. Sebagai ajuvan pada pengobatan gansiklovir, secara injeksi subkutan 60.000 UI / kg untuk lima hari, kemudian diatur untuk menjaga hitung neutrofil absolut yang dikehendaki dan hitung sel darah putih. 2.6. Obat Yang Mempengaruhi Air Dan Elektrolit 2.6.1. Keseimbangan cairan,elektrolit,asam dan basa Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

17

2.6.2. Komposisi Cairan Tubuh Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi : 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadiperpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat

18

2.7. Pengertian Parasit Parasit adalah hewan renik yang dapat menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit dapat menyerang MANUSIA dan HEWAN, seperti menyerang kulit manusia. PARASITOID adalah parasit yang menggunakan jaringan organisme lainnya untuk kebutuhan NUTRISI mereka sampai orang yang ditumpangi meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga diketahui sebagai necrotroph. Kulit parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat, kutu lebih umum di antara anak-anak sekolah dan mereka akan pergi ke pusat-pusat penitipan anak. Ada banyak jenis parasit kulit manusia. Namun, yang paling umum kulit manusia parasit kutu, kudis dan chiggers tetapi ini tidak berarti bahwa tidak ada jenis lain menjangkitkan orang. 2.7.1. Jenis Parasit Kulit Manusia: Kutu kepala, juga dikenal sebagai humanus capitis Pediculus medis, adalah berkaki enam parasit yang hidup di kulit kepala. Berbaring kutu putih telur dikenal sebagai nits, yang menetas di sekitar 7 hari menjadi peri. Peri pada gilirannya tumbuh menjadi kutu dewasa dalam 7 hari lain. Kutu hidup yang mereka menyedot darah dari kulit kepala. Sebagai gigitan kutu kulit kepala, hal itu menyebabkan gatal-gatal dan hal ini dapat menyebabkan luka karena orang yang terinfeksi akan goresan di mana kulit kepala yang gatal. Kutu kemaluan, medis dikenal sebagai Phthirus pubis, mirip dengan kutu kepala tetapi parasit ini hidup di rambut kemaluan. Kadang-kadang, mereka diketahui menginfeksi janggut, bulu mata, alis, dan rambut di ketiak. Mereka lebih sering disebut sebagai kepiting karena mereka terlihat sangat mirip dengan mereka. Kemaluan kutu menyebabkan gatal-gatal yang parah, yang

19

lebih nyata pada malam hari sejak kutu menguburkan kepala mereka ke folikel rambut untuk memberi makan. Kudis ini disebabkan karena tungau, yang secara medis dikenal sebagai Sarcoptes scabiei. Tungau liang yang dangkal di bawah kulit untuk meletakkan telur dan pakan. Kudis infeksi menyebabkan benjolan merah di kulit yang tampak seperti jerawat. Kadang-kadang lubang dapat dilihat sebagai garis bergelombang. Kudis terjadi lebih umum antara lipatan kulit seperti anyaman antara jari-jari, di dalam siku atau di belakang lutut. Chiggers juga tungau yang hidup di gulma dan rumput tinggi. Larva pegangan ke rambut tubuh manusia dengan cakar dan kemudian melampirkan diri pada kulit. Sini mereka memakan selsel kulit. Parah Chiggers menyebabkan gatal dan ruam kulit.

20

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit (Ganiswara,1995). Sedang Istilah antibiotik berasal dari kata antibiosis yang berarti substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain. Parasit adalah hewan renik yang dapat menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit dapat menyerang MANUSIA dan HEWAN, seperti menyerang kulit manusia. PARASITOID adalah parasit yang menggunakan jaringan organisme lainnya untuk kebutuhan NUTRISI mereka sampai orang yang ditumpangi meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga diketahui sebagai necrotroph. Kulit parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat, kutu lebih umum di antara anak-anak sekolah dan mereka akan pergi ke pusat-pusat penitipan anak. 3.2. Saran Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang Antimikroba dan parasit, imunosupresan, obat hematology, dan obat yang mempengaruhi air dan elektrolit.

21

DAFTAR PUSTAKA

Bagian

Farmakologi

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia.

2003.

Farmakologi dan terapi; Jakarta. Gaya Baru Buchanan. 1974. Determinative Bacteriology. The William and Wiliks Company. http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/aktivitas-antimikroba.html HTTP://ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/PARASIT Zimmer, Carl 2001. Parasite Rex. Free Press. ISBN 0-7432-0011-X

22

You might also like